You are on page 1of 4

EFEKTIVITAS EKSTRAK BATANG BROTOWALI

(Tinospora crispa L. Miers) TERHADAP PERTUMBUHAN Streptococcus


pyogenes SECARA IN VITRO
Made Yurika Ningsari
Departemen Kedokteran Gigi Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Mahasaraswati Denpasar,
Kota Denpasar
E-mail: yurikaningsari97@gmail.com

ABSTRACT
Oral hygiene that is not properly maintained will cause diseases in the oral cavity. The common periodontal diseases are
including gingivitis and periodontitis. Streptococcus is a heterogeneous, gram-positive and round-shaped bacterium that
typically forms pairs or chains during its growth period. Among Streptococcus bacteria, Streptococcus pyogenes is
known as pathogenic microorganisms that are associated with various oral cavity diseases. Various traditional
medicines have been used by the community to treat various infectious diseases caused by bacteria and fungi, one of
which is the brotowali stem (Tinospora crispa L Miers). Since brotowali has active tannins, flavonoids, saponins,
alkaloids that are scientifically proven to have the ability to be antimicrobial, antinociceptive, anti-inflammatory,
antiproliferative and antioxidant. The purpose of this study was to determine whether the antibacterial effects of
brotowali stem extract (Tinospora crispa L. Miers) on the growth of Streptococcus pyogenes. This study is a laboratory
experimental with post-test only control group design, using Mueller Hinton Agar (MHA) media testing. Tests were
carried out using the Kirby-Bauer method at concentrations of 25%, 50%, 75%, 100% and negative control of 96%
ethanol and positive control of vancomycin. Observations were made after 24 hours of incubation period. The results of
the analysis in this study note that the optimal concentration of the treatment given to this bacterium is the brotowali
extract at 50% concentration. Brotowali stem extract (Tinospora crispa L. Miers) has the activity of inhibiting the
growth of Streptococcus pyogenes bacteria, where there are significant differences between the control group and the
treatment group. This shows that the antibacterial activity of brotowali (Tinospora crispa L. Miers) stem against the
growth of Streptococcus pyogenes.

Keywords: brotowali stem extract, streptococcus pyogenes, antibacterial

PENDAHULUAN permukaan dorsal lidah, dan salah satu bakteri tersebut


Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam adalah golongan Streptococcus (Elhas 2016).
kehidupan manusia, yaitu sehat secara jasmani dan Streptococcus merupakan bakteri yang
rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua heterogen, bergram positif dan berbentuk bulat yang
menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara khas membentuk pasangan atau rantai selama
secara optimal. Kesehatan yang perlu diperhatikan masa pertumbuhannya. Di antara bakteri
selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan Streptococcus, Streptococcus pyogenes dikenal sebagai
gigi dan mulut (Vonanda 2016). mikroorganisme patogen yang dihubungkan dengan
Kebersihan mulut yang tidak dipelihara dengan berbagai penyakit rongga mulut. Bakteri ini
baik akan menimbulkan penyakit di rongga mulut. menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda
Penyakit periodontal (seperti gingivitis dan yang khas seperti nekrosis, peradangan pasca
periodontitis) dan karies gigi merupakan akibat pencabutan dan pembentukan abses dalam rongga
kebersihan mulut yang buruk. Penyakit periodontal dan mulut (Elhas, 2016).
karies gigi merupakan penyakit di rongga mulut yang Indonesia merupakan salah satu negara yang
dapat menyebabkan hilangnya gigi secara patologis. kaya akan tumbuhan obat. Saat ini banyak di temukan
(Basuni dkk. 2014). obat-obat herbal tradisional oleh para ilmuan. Berbagai
Penyakit periodontal masih merupakan penyakit obat tradisional telah digunakan oleh masyarakat untuk
rongga mulut dengan prevalensi tinggi di Indonesia. mengobati berbagai penyakit infeksi yang disebabkan
Penyakit periodontal memiliki prevalensi sebesar oleh bakteri dan jamur, salah satunya adalah batang
96,58% pada kelompok umur 15-65 tahun dan brotowali (Tinospora crispa L Miers). Brotowali
menduduki urutan kedua dari masalah penyakit rongga umumnya ditemukan tumbuh liar di hutan, ladang atau
mulut setelah karies gigi (Furoida dkk. 2014). ditanam di halaman dekat pagar. Tanaman ini
Rongga mulut manusia adalah sistem biologis menyukai tempat terbuka dan terkena sinar matahari
yang mendukung kehidupan bagi banyak spesies (Susanti et al., 2016).
mikroorganisme, tetapi ketika mikroorganisme ini Menurut data para peneliti sebelumnya tentang
menembus ke dalam jaringan dapat menyebabkan brotowali, kandungan kimia dan kegunaan brotowali di
infeksi bakteri. Lebih dari 100 bakteri ditemukan bidang kesehatan belum sepenuhnya dipelajari secara
melekat pada setiap sel epitel terlepas yang ada di jelas. Beberapa sumber menyatakan bahwa brotowali
memiliki zat aktif tannin, flavanoid, saponin,
berberine, picretin, epigenin, dan resin yang secara Media Mueller Hinton Blood Agar  uji aktivitas
ilmiah terbukti memiliki kemampuan sebagai antibakteri secara in vitro  pengamatan dan
antimikroba, antinosiseptif, antiinflamasi, pengukuran  analisis data.
antiproliferatif dan antioksida (Sonata, 2014).
Ekstrak batang brotowali juga mempunyai efek HASIL DAN PEMBAHASAN
bakteriostatik terhadap Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus. Ekstrak batang, daun, dan akar Tabel 1. Hasil Uji Mann Whiteney
brotowali secara potensial mempunyai efek Kelompok Sig, Keterangan
antimikroba (terhadap gram positif dan gram negatif), P2 0,015 Ada Perbedaan
antijamur (terhadap Candida albicans). Salah satu
penelitian melaporkan bahwa salah satu ekstrak dari P3 0,044 Ada Perbedaan
tanaman brotowali menghambat pertumbuhan P1 P4 0,881 Tidak ada Perbedaan
Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (Warsinah K+ 0,018 Ada Perbedaan
et al., 2015). K- 0,011 Ada Perbedaan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susanti
et al. (2016), konsentrasi hambat minimum ekstrak P3 0,874 Tidak Ada Perbedaan
batang brotowali terhadap bakteri Staphylococcus P4 0,098 Tidak Ada Perbedaan
aureus dan Pseudomonas aeruginosa adalah pada P2
K+ 0,018 Ada Perbedaan
konsentrasi 9 %. Berberine satu contoh penting K- 0,011 Ada Perbedaan
alkaloid yang bersifat antibakteri terhadap bakteri
dengan mekanisme penghambat sintesis protein dan P4 0,137 Tidak Ada Perbedaan
kemampuan untuk berinteraksi dengan DNA. Oleh P3 K+ 0,020 Ada Perbedaan
karena itu, kemampuan alkaloid berberina ini dipercaya K- 0,013 Ada Perbedaan
mampu menekan pertumbuhan bakteri Staphylococcus
K+ 0,012 Ada Perbedaan
aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
P4 K- 0,013 Ada Perbedaan
Menurut Muslimin et al., (2017), penelitian
secara in vitro menggunakan ekstrak batang brotowali K+ K- 0,014 Ada Perbedaan
dengan konsentrasi 8 % dan 32 % lebih sensitif Keterangan:
daripada amoxicillin yang terlihat dari terbentuknya P1 : Kelompok batang brotowali (Tinospora crispa L.
zona hambatan. Kandungan yang terdapat dalam Miers) dengan konsentrasi 25%
brotowali seperti alkaloid, flavonoid dan saponin P2 : Kelompok batang brotowali (Tinospora crispa L.
mempunyai efek antibakterial terhadap Escherichia Miers) dengan konsentrasi 50%
coli. P3 : Kelompok batang brotowali (Tinospora crispa L.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti Miers) dengan kosentrasi 75%
tertarik meneliti efektivitas ekstrak batang brotowali P4 : Kelompok batang brotowali (Tinospora crispa L.
(Tinospora crispa L. Miers) terhadap pertumbuhan Miers) dengan kosentrasi 100%
Streptococcus pyogenes secara in vitro. K+ : Kelompok kontrol positif dengan pemberian
antibiotik Vancomycin
BAHAN DAN METODE K- : Kelompok kontrol negative, menggunakan etanol
Alat: blender, penyaring buncher, pisau, 96%
vacuum gas, ayakan 40 mesh, botol timbangan, neraca
analitik (adam), batang pengaduk, spatula, gelas ukur, Pada output tabel 1 menunjukkan bahwa
vacum rotary evaporator, kertas saring whatman, terdapat perbedaan yang bermakna rata-rata diameter
cawan petri, paper disk blank, mikropipet, pinset, lidi zona hambat antar kelompok perlakuan dengan
kapas steril, lampu Bunsen, inkubator, jangka sorong, kelompok kontrol negatif, terbukti dengan tingkat
timer, tabung glass, ose, waterbath. signifikansi di bawah 0,05. Sedangkan tidak terdapat
Bahan: batang brotowal, etanol 96%, Mueller perbedaan yang bermakna rata-rata diameter zona
Hinton Blood Agar, NaCl 0,9%, Streptococcus hambat antar kelompok perlakuan P1 dengan P4 dan
pyogenes ATCC 19615, ekstrak batang brotowali 25%, P2 dengan P3, P4, serta P3 dengan P4 terbukti dengan
50%, 75%, 100%, vancomycin, handscoon, masker. tingkat signifikansi di atas 0,05.
Rancangan penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah post-test only control group
design. Populasi penelitian ini adalah koloni bakteri
Streptococcus pyogenes ATCC 19615 yang di dapat
dari laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana dan jumlah sampel yang
digunakan adalah 4; artinya pada kelompok I-VI
dilakukan masing-masing 4 kali pengulangan.
Prosedur penelitian dimulai dengan:
persiapan sampel  cara kerja ekstraksi batang
brotowali  skrining fitokimia ekstrak batang
brotowali  pembuatan larutan uji  pembuatan
Gambar 1. Zona Bening di Sekitar Disk Menunjukkan mempengaruhi kerja senyawa aktif yang berfungsi
Adanya Daya Hambat sebagai antibakteri pada ekstrak brotowali (Heinrich
Hasil uji antibakteri batang brotowali dkk, 2010; Siregar, 2010).
(Tinospora crispa L. Miers) terhadap bakteri Ekstrak batang brotowali mengandung beberapa
Streptococcus pyogenes, sudah tampak pada senyawa aktif yang pada konsentrasi tertentu memiliki
konsentrasi 25% yaitu dengan terbentuk diameter zona mekanisme antibakteri secara sinergis terutama pada
hambat sebesar 11,75 mm. Zona hambat tertinggi konsentrasi 25% dan 50 %, menunjukkan kemampuan
untuk pemberian batang brotowali (Tinospora crispa sebagai antibakteri yang meningkatkan zona hambat,
L. Miers) ada pada konsentrasi 50% dan konsentrasi sedangkan setelah konsentrasi dinaikkan justru rata-
75% dengan diameter sebesar 13,25 mm. rata menunjukkan kestabilan bahkan penurunan
Menurut Davis dan Stout (1971), kriteria kemampuan senyawa sebagai antibakteri. Hal ini
kekuatan daya antibakteri sebagai berikut: diameter kemungkinan disebabkan oleh adanya sifat
zona hambat 5 mm atau kurang dikategorikan lemah, antagonisme senyawa bioaktif pada ekstrak brotowali
zona hambat 5-10 mm dikategorikan sedang, zona dimana yang satu mendominasi dan melemahkan yang
hambat 10-20 mm dikategorikan kuat dan zona hambat lain, dan semakin tinggi senyawa bioaktif justru
20 mm atau lebih dikatakan sangat kuat. Berdasarkan menyebabkan toksik bagi senyawa penyusunnya
kategori tersebut, maka daya hambat yang dihasilkan sehingga menurunkan fungsinya, maka pada
batang brotowali (Tinospora crispa L. Miers) konsentrasi 75% dan 100% menunjukkan efek yang
dikategorikan kuat karena menghasilkan zona hambat kurang optimal pada hasil uji. Konsentrasi optimal dari
diatas 10 mm. perlakuan yang diberikan terhadap bakteri ini adalah
Hasil di atas menunjukkan bahwa semakin konsentrasi ektrak batang brotowali 50%.
tinggi konsentrasi ekstrak menghasilkan daya hambat
semakin besar, yaitu pada konsentrasi 25% dan 50%, SIMPULAN
sedangkan konsentrasi 75% menunjukkan daya hambat Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
yang sama dengan 50%, bahkan menurun pada a. Ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa L.
konsentrasi 100%, walaupun masih dalam kategori Miers) mempunyai aktivitas menghambat
antioksidan aktif. Hal ini disebabkan oleh pengaruh pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes.
senyawa bioaktif yang terdapat dalam ekstrak. Dari b. Kadar hambat minimum sudah terjadi pada batang
hasil fitokimia diketahui mengandung senyawa brotowali (Tinospora crispa L. Miers) dengan
polifenol, flavonoid, tannin, dan lain-lain. konsentrasi 25%.
Brotowali (Tinospora crispa L.) merupakan c. Zona hambat tertinggi untuk pemberian batang
tumbuhan yang terdiri atas akar, batang, daun, dan brotowali (Tinospora crispa L. Miers) ada pada
bunga. Salah satu bagian dari tanaman ini yang sering konsentrasi 50% dan 75% dengan diameter sebesar
digunakan sebagai obat dan memiliki manfaat klinis 13,25 mm.
adalah batangnya. Kandungan senyawa kimia yang d. Adanya perbedaan bermakna antara kelompok
terdapat di seluruh bagian tanaman adalah alkaloid kontrol dan kelompok perlakuan. Hal ini
(berberine), saponin, tanin, dan flavonoid (Malik, menunjukkan bahwa adanya aktivitas antibakteri
2015). batang brotowali (Tinospora crispa L. Miers)
Senyawa alkaloid berberine memilki efek terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus
antimikroba karena kemampuannya untuk pyogenes.
berinterkalasi dengan DNA bakteri. Mekanisme
antimikiroba yaitu dengan cara menginaktivasi enzim UCAPAN TERIMA KASIH
yang berperan dalam proses pemasangan nukleotida Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan
pada pita DNA tunggal setelah dua pita induk bakteri Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
terpisah, yang akan mengakibatkan terganggunya karunia-Nya penelitian ini dapat diselesaikan dengan
proses replikasi DNA (Siregar, 2010). baik. Ucapan terima kasih penulis sampaikan atas
Selain alkaloid, brotowali (Tinospora crispa L. bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak
Miers) juga mengandung saponin. Mekanisme kerja yang terlibat dalam penyelesaian penelitian ini.
saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan
tegangan permukaan sehingga mengakibatkan naiknya DAFTAR PUSTAKA
permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan 1. Vonanda, A. 2016. Perbedaan Daya Hambat
senyawa intraseluler akan keluar (Ngajow dkk, 2013). Formula Obat Kumur Daun Sirih dengan Formula
Flavonoid adalah senyawa aktif yang mampu Obat Kumur Lidah Buaya Terhadap Pertumbuhan
merusak dinding sel dan menyebabkan kematian sel, Bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi. Fakultas
dengan aktivitas menggangu fungsi metabolisme Kedokteran Gigi. Universitas Andalas Padang.
mikroba dengan merusak dinding sel dan 2. Basuni, Cholil, Putri, D.K.T. 2014. Gambaran
mendenaturasi sel. (Priya V et al, 2010).
Indeks Kebersihan Mulut Berdasarkan Tingkat
Selain flavonoid, batang brotowali (Tinospora
Pendidikan Masyarakat di Desa Guntung Ujung
crispa L. Miers) juga mengandung tanin. Tanin yang
terkondensasi diduga akan menghambat pertumbuhan Kabupaten Banjar. Jurnal Kedokteran Gigi 2(1):
dan aktivitas protease dari bakteri. Senyawa tanin dapat 18-23.
merusak pembentukan konidia bakteri, disamping itu 3. Furoida, Y., Kusumawardani, B., Ernawati, T.
tingginya kerapatan sel bakteri kemungkinan 2014. Identifikasi Warna Koloni Bakteri Anaerob
pada Gingival Crevicular Fluid Pasien Gingivitis Fitoterapi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
dan Periodontitis Kronis. Artikel Ilmiah Hasil EGC.
Penelitian Mahasiswa: 1-7.
4. Elhas, F. 2016. Pengaruh Jintan Hitam (Nigella
sativa) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus pyogenes. Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
5. Susanti, L. et al. 2016. Uji Formulasi Sediaan Salep
Ekstrak Batang Brotowali (Tinospora crispa L.
Miers) Kombinasi Zeolit Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa. Jurnal Kelitbangan 4(3): 234-243.
6. Sonata, K. 2014. Efek Antimikroba Ekstrak Etanol
Batang Brotowali (Tinospora crispa L. Miers)
Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli Secara In Vitro. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Kedokteran. Universitas Kristen Maranatha.
Bandung.
7. Warsinah, Harwoko, Nuryati. 2015. Screening of
Volatile Compounds of Brotowali (Tinospora
crispa) and Antifungal Activity Against Candida
Albicans. International Journal of Pharmacognosy
and Phytochemical Research 7(1): 132-136.
8. Muslimin, L., Hasrah,N.R.,Jamaludin, A.W. 2017.
Sensitivity Test of Bacterium (Escherichia coli)
against Brotowali’s Extract (Tinospora crispa).
Advances in Health Sciences Research vol. 5: 105-
108.
9. Malik, M. M. 2015. The Potential of Brotowali
Stem Extract (Tinospora Crispa) as an Alternative
Antimalarial Drug. Journal Majority. 4(5): 46.
10. Siregar, N. P. S., 2010. Uji Antimikroba Ekstrak
Batang Brotowali (Tinospora crispa L. Miers)
terhadap Pseudomonas aeruginosa Secara In Vitro.
Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas
Brawijaya. Surabaya.
11. Ngajow, M., Abidjulu, J., Kamu, V.S. 2013.
Pengaruh Antibakteri Ekstrak Batang Matoa
(Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus secara In vitro. Jurnal MIPA UNSRAT
ONLINE 2(2): 128-132
12. Heinrich, M., Barnes , J., Gibbons, S.,
Williamson, E.M. 2010. Farmakognosi dan

You might also like