You are on page 1of 17

PENGARUH GETAH TUMBUHAN JARAK PAGAR

( Jatropha Curcas L ) DAN LENDIR BEKICOT ( Achatina Fulica )


TERHADAP DAYA HAMBAT BAKTERI Streptococcus Mutans
Aksam hidayat/ J111 10 262* , Pembimbing: DR. drg. Andi Sumidarti, MS**
* Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin
** Dosen Pengajar Bagian Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

ABSTRACT
Sterptococcus mutans causing dental caries is very instrumental. Currently many
methods used to prevent caries, by inhibiting the growth of bacteria that cause dental
caries using materials available in nature. Jatropha (Jatropha curcas L) is a plant that has
been widely used by public to reduce tooth pain. Animals also can be an alternative for
prevent dental caries. For example, snail slime (Achatina fulica) commonly used by
communities to reduce pain in the tooth. In 2002 showed that the prevalence of dental
caries patients ranged from 60% which means that out of every 10 people of Indonesia,
six of them have dental caries. While the data from the Ministry of Health in 2007
showed an increase of about 71.1% of Indonesia's population from children to elderly
adults exposed to dental caries. The using of antibiotics for dental caries in long term
will cause side effects. That’s why the authors choose an alternative medicine from
jatropha and snail slime. The purpose of this study illustrates the effect of jatropha
(Jatropha curcas L) and snail slime (Achatina fulica) as inhibitors of the growth of the
bacteria Streptococcus mutans and we could know which one is better as an inhibitors
for Streptococcus mutans between jatropha (Jatropha curcas L) and snail slime
(Achatina fulica). The parameters is the diameter of inhibition zone of jatropha (Jatropha
curcas L) and snail slime (Achatina fulica) from Streptococcus mutans bacteria cultures
for 1 X 24 hour incubation. Concentrations are respectively 100% with 3 times
replication. The data obtained were analyzed with T test with a significance level of 1%.
The results showed there was effect of jatropha (Jatropha curcas L) and snail slime
(Achatina fulica) in inhibiting the growth of Streptococcus mutans bacteria and jatropha
(Jatropha curcas L) is more effective as inhibitor for the growth of Streptococcus
mutans bacteria than snail slime (Achatina fulica).
Key words: Streptococcus mutans, jatropha, snail slime.

1
ABSTRAK
Sterptococcus mutans adalah mikroorganisme penyebab karies gigi yang sangat
berperan. Saat ini banyak metode yang digunakan untuk mencegah terjadinya karies,
antara lain dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri penyebab karies gigi dengan
menggunakan bahan yang tersedia di alam. Jarak pagar ( Jatropha curcas L ) adalah
tanaman yang telah banyak dimanfaatkan getahnya oleh masyarakat untuk meredahkan
nyeri pada gigi. Selain tumbuhan hawan juga banyak manfaat. Salah satunya, Lendir
bekicot ( Achatina Fulica ) banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk merdahkan
nyeri pada gigi. Pada tahun 2002 menunjukkan, prevalensi penderita karies gigi berkisar
60% yang berarti dari setiap 10 orang Indonesia, enam diantaranya menderita karies
gigi. Sementara data dari Departemen Kesehatan pada tahun 2007 menunjukkan
peningkatan yaitu sekitar 71,1% penduduk Indonesia mulai anak-anak sampai dewasa
lansia terkena karies gigi. Selama ini pengobatan karies gigi dengan menggunakan
antibiotic, apabila digunakan terus-menerus dapat mengakibatkan efek samping. Dengan
ini di perlukan cara pengobatan alternatif yaitu dengan menggunakan getah jarak dan
lendir bekicot. Tujuan penelitian ini mendapatkan gambaran pengaruh getah tumbuhan
jarak ( Jatropha curcas L ) dan lendir bekicot ( Achatina fulica ) terhadap daya hambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan mendapatkan gambaran perbandingan
daya hambat getah tumbuhan jarak ( Jatropha curcas L ) dan lendir bekicot
( Achatina fulica ) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Parameter yang
digunakan adalah luas diameter zona hambat biakan bakteri Streptococcus mutans
setelah diberikan getah jarak dan lendir bekicot dan di inkubasi 1 X 24 jam. Konsentrasi
yang digunakan masing-masing 100% dengan 3 kali replikasi. Data yang di peroleh
dianalisis dengan uji T dengan taraf signifikansi 1%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada pengaruh getah tumbuhan jarak ( Jatropha curcas L ) dan lendir bekicot
( Achatina fulica ) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan
getah tumbuhan jarak ( Jatropha curcas L ) lebih efektif menghambat pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans di bandingkan lendir bekicot ( Achatina fulica ).
Kata kunci: Streptococcus mutans, getah jarak, lendir bekicot.

2
PENDAHULUAN

Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi mikrobiologi yang menyebabkan

demineralisasi pada jaringan sehingga mengakibatkan terjadinya disolusi dan kerusakan

yang terlokalisir pada jaringan tersebut. Peran mikroorganisme sangat penting terhadap

proses terjadinya karies gigi yang juga didukung faktor lainnya. Awal terjadinya proses

karies gigi ditandai dengan adanya peningkatan aktivitas mikroorganisme di dalam

rongga mulut. Streptococcus mutans adalah mikroorganisme penyebab karies gigi yang

sangat berperan pada awal mula terjadinya karies gigi.1, 2, 3

Terdapat faktor yang menjadi penyebab karies, diantaranya mikroorganisme,

substrat, host, dan waktu. Karies baru bisa terjadi hanya kalau keempat faktor tersebut.2

Mengingat bahwa prevalensi penderita karies gigi berkisar 60% yang berarti 10

orang Indonesia, enam dari orang tersebut di antaranya menderita karies gigi, maka

perlu dilakukan upaya pencegahan karies gigi sedini mungkin dan salah satu caranya

adalah dengan mengurangi jumlah mikroorganisme Streptococcus mutans di dalam

rongga mulut.3

Telah banyak dilakukan penelitian untuk mengurangi jumlah mikroorganisme

Streptococcus mutans di dalam rongga mulut dengan memanfaatkan bahan alam karena

hal ini dianggap sangat bermanfaat dimana sejak dahulu kala masyarakat kita telah

percaya bahwa bahan alam mampu mengobati berbagai macam penyakit dan jarang

menimbulkan efek samping yang merugikan dibanding obat yang terbuat dari bahan

sintesis.4, 5

Analisis Fitokimia juga telah menunjukkan bahwa tanaman jarak

( Jatropha Curcas L. ) mengandung Tannin, flavonoid, saponin. Saat Ini tanaman yang

3
mengandung senyawa bioaktif ini telah mandapatkan banyak perhatian karena

manfaatnya sebagai anti microbial, anti inflamasi, dan anti kanker serta anti oksidan.

Beberapa studi telah menunjukkan ekstrak tanaman jarak mengandung atau

menunjukkan aktivitas antioksidan, anti inflamasi, flavonoid dan saponin.6

Pemakaian getah dalam mengatasi nyeri gigi adalah meneteskan satu atau dua

tetes getah kedalam lubang gigi. Penggunaan getah jarak pagar ini dilakukan oleh

masyarakat secara turun temurun.6

Selain tumbuhan terdapat hewan yang bisa bermanfaat bagi kesehatan, seperti

lendir bekicot yang di gunakan masyarakat desa dalam mengatasi nyeri gigi.7, 8

Protein achasin lendir bekicot merupakan protein yang mempunyai fungsi

biologik penting, selain dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penguapan, membantu

pergerakan secara halus, juga untuk melindungi tubuh dari luka-luka mekanis. Oleh

karena itu walaupun tubuhnya sangat fragil dan kondisi jaringan kulitnya sangat basah,

binatang ini mempunyai resistensi terhadap mikroorganisme. Keberadaan faktor

antibakteri tampaknya ada dalam lendir tersebut.7, 8

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Pengaruh Getah Tumbuhan Jarak ( Jatropha Curcas L ) dan Lendir Bekicot (

Achatina Fulica ) terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus Mutans.

4
BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

Bahan :

1. Getah tumbuhan jarak 8 ml

2. Lendir bekicot 8 ml

3. Bakteri Streptococcus Mutans

Alat :

1. Cawan petri 8. Tabung reaksi

2. Oral diagnostik 9. Botol vial

3. Handskun 10. Masker

4. Tabung reaksi 11. Autoklaf

5. Pisau scalpel 12. Inkubator

6. Ose bulat 13.Pinset

7. Jangka sorong 14. Almunium foil

PROSEDUR PENELITIAN :

Secara keseluruhan prosedur kerja dalam penelitian ini mengacu kepada standar

oprasional prosedur sterilisasi, semua alat yang digunakan harus steril. Prosedur yang

dilakukan terdiri dari : sterilisasi alat, pembuatan medium kultur, pemurnian bakteri

Streptococcus mutans, pengambilan getah jarak dan lendir bekicot, uji daya hambat, dan

pengamatan zona inhibisi.

1. Sterilisasi

Sterilisasi alat yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara berikut:

5
- Tip mikropipet, sarung tangan, dam gelas ukur masing-masing dibungkus dengan

kertas dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

- Cawan petri, pinset, batang pengaduk, dan tabung reaksi dibungkus dengan

alumunium foil dan di sterilkan menggunakan oven.

- Labu Erlenmeyer diisi dengan aquades sebanyak 250 ml lalu ditutup dengan

kapas yang dipadatkan sedemikian rupa dan di sterilkan dalam autoklaf pada

suhu 121oC selama 15 menit.

2. Pembuatan medium kultur

Komposisi medium nutrient agar (NA)

- Peptone from meat 5g

- Meat extract 3g

- Agar 12g

Cara membuat :

Nutrien agar (NA) ditimbang dengan menggunakan neraca analitik sebanyak

1,15 g, kemudian tambahkan aquades sebanyak 50 ml ke dalam labu Erlenmeyer.

Panaskan labu Erlenmeyer pada pemanas air sampai NA larut dengan air. Kemudian

sterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

Kemudiantuang ke dalam cawan petri, dimana setiap cawan petri berisi 15-20 ml NA

cair kemudian biarkan sampai memadat. Setelah memadat siap untuk digunakan.

6
3. Pemurnian Streptococcus mutans

Pemurnian dilakukan untuk memperoleh bakteri Streptococcus mutans

dari biakan murni. Tahapan kerja pemurnian Streptococcus mutans adalah

sebagai berikut :

- Ose bulat dipanaskan di atas lampu spirtus sampai membara lalu dimasukkan ke

dalam tabung reaksi yang berisi biakan murni Streptococcus mutans, tetapi

sebelum menyentuh sediaan, ose dibiarkan dingin dengan merasakan suhu pada

dinding tabung.

- Selanjutnya ose digoreskan pada biakan murni sampai terlihat mikroba

menempel pada ose, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi NA

yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

- Cawan petri yang berisi bakteri Streptococcus mutans diinkubasi selama 1x24

jam pada suhu 37oC.

4. Pengambilan getah dan lendir bekicot

- Mengambil cairan bening atau agak keputihan yang didapatkan dengan cara

melukai batang atau tangkai daun dari tanaman jarak pagar.

- Mengambil dari bekicot dengan jalan memecahkan bagian belakang cangkang

bekicot yang runcing dan diambil menggunakan spoit 5 cc.

5. Uji daya hambat antimikroba

- Siapkan labu Erlenmeyer yang berisi NA yang telah dibuat kemudian msukkan

biakan Streptococcus mutans aduk sampai tercampur.

7
- Siapkan 3 ( tiga ) buah cawan petri kemudian masukkan NA yang telah

tercampur dengan isolat Streptococcus mutans masing-masing cawan petri diisi

dengan 25 ml NA, biarkan hingga memadat.

- Masukkan 2 buah pencadang ke dalam setiap cawan petri kemudian isikan bahan

uji ke dalam pencadang tersebut.

- Semua cawan petri selanjutnya disimpan dalam inkubator selama 1x24 jam pada

suhu 37oC.

6. Pengamatan zona inhibisi

Daya hambat diketahui berdasarkan pengukuran zona bening yang

terbentuk disekitar pencadang. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka

sorong.

8
HASIL

Pada penelitian ini bahan uji yang digunakan getah jarak dan lendir bekicot

dengan konsentrasi 100%. Kemudian dilakukan uji daya hambat terhadap bakteri

Streptococcus mutans setelah 1x24 jam pada suhu 370C. Hasil pengamatan setelah di

inkubasi adalah sebagai berikut :

Percobaan 1

Lendir bekicot Getah jarak

Tabel 1. Zona inhibisi getah jarak dan lendir bekicot terhadap Streptococcus mutans

cawan petri 1 ( masa inkubasi 1x24 jam )

Sampel Pengukuran zona inhibisi ( mm )

1. Getah jarak 100% 15 mm

2. Lendir bekicot 100% 9 mm

Sumber : Data primer Skala : Rasio

Pada percobaan 1 terlihat adanya zona bening pada getah jarak dan lendir

bekicot. Hasil pengukuran diameter zona bening menghasilkan getah jarak lebih

besar diameter zona hambatnya daripada lendir bekicot.

9
Percobaan 2

Lendir bekicot Getah jarak

Tabel 2. Zona inhibisi getah jarak dan lendir bekicot terhadap Streptococcus mutans

cawan petri 2 ( masa inkubasi 1x24 jam )

Sampel Pengukuran zona inhibisi ( mm )

1. Getah jarak 100% 16 mm

2. Lendir bekicot 100% 8,5 mm

Sumber : Data primer Skala : Rasio

Pada percobaan 2 terlihat adanya zona bening pada getah jarak dan lendir

bekicot. Hasil pengukuran diameter zona bening menghasilkan getah jarak lebih

besar diameter zona hambatnya daripada lendir bekicot.

10
Percobaan 3

Lendir bekicot Getah jarak

Tabel 3. Zona inhibisi getah jarak dan lendir bekicot terhadap Streptococcus mutans

cawan petri 3 ( masa inkubasi 1x24 jam )

Sampel Pengukuran zona inhibisi ( mm )

1. Getah jarak 100% 16,5 mm

2. Lendir bekicot 100% 9 mm

Sumber : Data primer Skala : Rasio

Pada percobaan 3 terlihat adanya zona bening pada getah jarak dan lendir bekicot.

Hasil pengukuran diameter zona bening menghasilkan getah jarak lebih besar diameter

zona hambatnya daripada lendir bekicot.

Dari hasil ketiga percobaan diatas menunjukan getah jarak dan lendir bekicot

dapat mengambat bakteri Streptococcus mutans dan getah jarak lebih efektif mengambat

bakteri Streptococcus mutans dari pada lendir bekicot.

11
5.4 Analisis Data

Dari hasil analisis data uji T menunjukkan nilai P 0,001. Nilai tersebut

menunjukkan bahwa hasil penelitian ini signifikan.

Tabel 4. Hasil uji T

JENIS N MEAN STD. SIG(2- P

DEVIATION TAILED)

Daya hambat lendir bekicot 3 8,83 0,28 0,000 0,001

Daya hambat getah jarak 3 15,83 0,76 0,001

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar pada

bulan Maret 2013, bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh getah tumbuhan

jarak ( Jatropha curcas L ) dan lendir bekicot ( Achatina fulica ) terhadap daya hambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan mendapatkan gambaran perbandingan

daya hambat getah tumbuhan jarak ( Jatropha curcas L ) dan lendir bekicot

( Achatina fulica ) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh getah jarak dan lendir bekicot terhadap

daya hambat bakteri Streptococcus mutans dan bagaimana perbandingan daya

hambatnya maka pada penelitian ini digunakan getah jarak dan lendir bekicot dengan

konsentrasi 100% kemudian dilakukan replikasi sebanyak 3 kali pada bakteri

Streptococcus mutans.

12
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu pada kedua bahan uji terlihat

adanya zona bening yang terbentuk yang berarti bahwa adanya daya hambat pada getah

jarak dan lendir bekicot terhadap bakteri Streptococcus mutans, dan memperlihatkan

getah jarak lebih efektif menghambat bakteri Streptococcus mutans dari pada lendir

bekicot.

Pada percobaan pertama memperlihatkan zona inhibisi pada getah jarak sebesar

15 mm dan lendir bekicot sebesar 9 mm.

Pada percobaan kedua memperlihatkan zona inhibisi pada getah jarak sebesar 16

mm dan lendir bekicot sebesar 8,5 mm.

Pada percobaan ketiga memperlihatkan zona inhibisi pada getah jarak sebesar

16,5 mm dan lendir bekicot sebesar 9 mm.

Dari hasil tiga kali percobaan memperlihatkan adanya zona inhibisi pada setiap

bahan uji. Hal ini dapat disimpulkan bahwa lendir bekicot dan getah jarak dapat

menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.

Efektifitas getah jarak dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus

mutans dilihat dari besarnya zona inhibisi yang dihasilkan tentunya menambah manfaat

dari getah jarak tersebut, selain dapat menghambat jamur Candida sp yang terdapat di

sariawan dan dapat digunakan juga sebagai obat analgesik, getah jarak tersebut ternyata

efektif juga dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Daya

hambat ini sangat dipengaruhi oleh adanya zat-zat antibakteri yang terdapat dalam getah

jarak.6

Pencegahan karies sesuai dengan prinsip intervensi minimal adalah merupakan

perawatan non invasif tanpa adanya pengambilan jaringan keras gigi. Mengkondisikan

13
suasana rongga mulut yang sehat yaitu dengan cara mengendalikan pertumbuhan bakteri

adalah salah satu usaha untuk mencegah karies. Bakteri penyebab karies adalah

Streptococcus Mutans yang merupakan bakteri anaerob fakultatif dan merupakan

mikroflora rongga mulut.4

Dimana getah jarak mengandung zat antimikroba yaitu saponin, tannin, dan

flavonoid, sedangkan lendir bekicot mengandung peptida sebagai protein. Jika

dihubungkan dengan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa banyaknya zat

antimikroba dalam kandungan getah jarak sehingga pada ketiga percobaan tersebut

memperlihatkan zona inhibisi yang dihasilkan oleh getah jarak tersebut lebih luas dari

pada zona inhibisi yang dihasilkan oleh lendir bekicot.5, 7

Zona inhibisi yang dihasilkan oleh lendir bekicot karena adanya peptida, peptida

tersebut adalah protein Achasin. Faktor antibakteri Achasin ini dapat bekerja dengan

menyerang atau menghambat pembetukan bagian-bagian dari strain bakteri seperti,

lapisan peptidoglikan dan membran sitoplasma. Lapisan peptidoglikan adalah komponen

pembentuk dinding sel, dimana pada bakteri dinding sel ini diperlukan cukup kuat untuk

menahan tekanan osmotik dari luar. Hal ini menyebabkan cairan dari sel bakteri tertarik

keluar sehingga sitoplasma bakteri lama-kelamaan akan menyusut akibatnya mati.

Tidak berfungsinya lagi dinding sel yang mempertahankan bentuk dan melindungi

bakteri, bakteri tersebut tidak dapat bertahan terhadap pengaruh luar dan segera mati. 8

Teori tersebut menunjukkan bahwa protein Achasin di lendir bekicot dapat

menghambat pertumbuhan bakteri sejalan dengan hasil pada penelitian ini. Kecilnya

zona hambat yang dihasilkan dari lendir bekicot tersebut disebabkan karena lendir

bekicot hanya mempunyai peptida sebagai protein yang bisa mengambat pertumbuhan

14
bakteri.

Dibandingkan dengan getah jarak yang memiliki tiga zat antimikroba yaitu

saponin, tannin, dan flavonoid yang merupakan senyawa kompleks sehingga lebih

efektif menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. 5

KESIMPULAN

Pada getah jarak zona bening yang dihasilkan lebih besar dari pada zona bening

yang dihasilkan lendir bekicot sehingga getah jarak lebih efektif menghambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dibandingkan dengan lendir bekicot.

SARAN

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga diharapkan bisa dilakukan

penelitian yang lebih lanjut mengenani pemanfaatan getah tumbuhan jarak dan lendir

bekicot dalam bidang kedokteran gigi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Theodore M, Harald O, Edward J. Sturdevant’s art and science of operative

dentistry. ed. 4. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc,; 2002. Hal. 65, 67, 80, 83-85,

89.

2. Ismu SS. Karies gigi pada anak dengan berbagai faktor etiologi. Jakarta: EGC;

1992. Hal.6, 14, 21-23, 25,27.

3. Poetry Oktanauli, Fransiska Nuning, Lidiawati. Efek Antimikroba Polifenol The

Hijau tehadap Streptococcus mutans 2011

15
4. Devi Ayu Purnamasari, Elly Munadziroh, R. Mohammad Yugiartono.

Konsentrasi Ekstak Biji Kakao sebagai Material Alam dalam menghambat

pertumbuhan Streptococcus mutans. 2010

5. Jarak Pagar (Jatropha Curcas ): http:/www.wikipedia.com

6. Irmaleny, Sumawinata Narlan, Fatma Dewi, Abdassah Marrline. Dosis Efektif

Getah Jarak Pagar ( Jatropha Curcas L ) sebagai Analgesik Dengan

Menggunakan Tes Geliat.2010

7. Titiek Berniyanty, Suwarno. Karakterisasi Protein Lendir Bekicot ( Achasin )

Isolat Lokal sebegai Faktor Antibakteri.2007

8. Susantini Uke Iluh.Daya Anti Mikroba Berbagai Konsentrasi Lendir Bekicot (

Achatina Fulica ) Terhadap Diameter Zona Hambat Bakteri Streptococcus

mutans secara in vitro.2010

9. Nugraha.A.W. Plak dimana-mana. Fakultas farmasi USD. Yogyakarta. 2008.

hal.1-3.

10. Basri A.Gani, Endang WB, Boy MB, Retno S, I Wayan TW. Profil antigen

streptococcus mutan yang dideteksi dengan immunoglobulin ayam anti

Streptococcus mutans. Maj Ked Gigi 2006; 13(2): 106-7.

11. Simon L. The role of Streptococcus mutans and oral ecology in the formation of

dental caries. Dental Information. New York. p. 281.

12. Anderson, T. Dental treatment in Medieval England. British Dental Journal,

2004, 197

16
13. Jannis.J. Karies Gigi. Menuju gigi dan mulut sehat. Fakultas kedokteran gigi

USU. Medan. 2008. hal. 4-7.Edi HS. Serba-serbi ilmu konservasi gigi. Jakarta:

UI-press; 2005. Hal. 20-22, 60-67, 85-86.

14. Edwina AM, Sally J. Dasar-dasar karies; penyakit dan penaggulangannya. Alih

bahasa, Narlan S, Safarida F. Jakarta: EGC; 1992. Hal. 2-5, 8-9, 51, 66,-67, 73-

74, 94

15. Sabir A. Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap bakteri

Streptococcus mutans (in vitro), Maj. Ked.Gigi 2005. 38(3) : 136.

16. Tarigan S. Karies gigi.ed.Liliana Yuwono. Jakarta; Hipokrates. 1995.hal.17-34.

17. Mahmud, Zainal. Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.),2007. Info Tek Jarak Pagar,

Bogor.

18. Oskoueian Ehsan, Abdullah Norhani, Zuhainis Wan. Antioxidant, Anti-

inflamatory and anticancer activities of methanolic extracts from jatropha

curcas Linn, 2011. Journal of Medicinal Plants Research. Malaysia.

19. Agung A.A., Gejir N., Kencana S. 2009. Efektivitas Cairan Bekicot

DalamMengurangi Rasa Sakit Pada Karies Gigi. Badan PPSDM Depkes RI

tahun 2009.

17

You might also like