You are on page 1of 6

Uji Konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus

manihot L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Mutans

1
Helen N. Sekeon
2
Heriyannis Homenta
1
Michael A. Leman

1
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran
2
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: helennoviane@yahoo.com

Abstract: Streptococcus mutans is the most common bacterium that causes dental caries due
to its ability to ferment carbohydrates into acid resulting in the decreased pH on the tooth
surface. Prevention of dental caries could be achieved by inhibiting the growth of cariogenic
bacteria. Various efforts to control and prevent the cariogenic bacteria include the usage of
herbal ingredients; one of them is gedi leaves (Abelmoschus manihot L.). These gedi leaves
contain bioactive compounds such as flavonoids, alkaloids, steroids, and saponins. This study
was aimed to prove that gedi leaf extract had inhibitory effect on the growth of S.mutans and
to obtain the minimum inhibitory concentration (MIC) of this extract on the growth of S.
mutans. This was a true experimental design with a randomized pretest-posttest control group
design. Gedi leaf extract was obtained by maceration method in 96% ethanol. The results
showed that gedi leaf extract had an antibacterial effect on the growth of S. mutans. We used
turbidimetry, UV-Vis spectrophotometer, and two times of treatment to obtain the MIC of
gedi leaf extract on Streptococcus mutans which was 6.25%. Conclusion: Gedi leaf extract
could inhibit the growth of S. mutans with a MIC of 6.25%.
Keywords: dental caries, gedi leaf extract (Abelmoschus manihot L.), Streptococcus mutans

Abstrak: Streptococcus mutans merupakan bakteri yang paling banyak menyebabkan karies
gigi karena bakteri ini berkemampuan memfermentasi karbohidrat menjadi asam yang
berakibat turunnya pH pada permukaan gigi. Pencegahan karies gigi dapat dicapai dengan
menghambat pertumbuhan bakteri kariogenik. Berbagai upaya dilakukan untuk mengen-
dalikan dan mencegah bakteri kariogenik, antara lain dengan menggunakan bahan herbal;
salah satunya yaitu tanaman gedi (Abelmoschus manihot L.). Daun gedi mengandung senyawa
bioaktif antara lain flavonoid, alkaloid, steroid, dan saponin. Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan efek inhibisi ekstrak daun gedi terhadap pertumbuhan S. mutans dan
mendapatkan konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak daun gedi terhadap pertumbuhan
bakteri S. mutans. Jenis penelitian ini ialah eksperimental murni dengan randomized pretest-
posttest control group design. Ekstrak daun gedi dibuat dengan metode maserasi dengan
menggunakan etanol 96%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun gedi
(Abelmoschus manihot L.) memiliki efek antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans. Dengan menggunakan metode turbidimetri dan spektrofotometer UV-
Vis dalam 2 (dua) kali perlakuan maka diperoleh KHM ekstrak daun gedi (Abelmoschus
manihot L.) terhadap bakteri Streptococcus mutans terdapat pada konsentrasi 6,25%.
Simpulan: Ekstrak daun gedi dapat meghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dengan
KHM pada konsentrasi 6,25%.
Kata kunci: karies gigi, ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot L.), Streptococcus mutans

44
Sekeon, Homenta, Limen: Uji konsentrasi hambat minimum ekstrak daun gedi .

Kesehatan merupakan salah satu aspek Indonesia, tetapi usaha tersebut belum
penting dalam kehidupan manusia sehari- cukup mampu untuk mengurangi angka
hari. Oleh sebab itu, masyarakat pada kejadian karies gigi yang masih sangat
umumnya selalu berusaha untuk tetap tinggi. Berbagai upaya dilakukan untuk
menjaga kesehatan, termasuk kesehatan mengendalikan dan mencegah bakteri
gusi dan rongga mulut yang sehat. Namun penyebab karies gigi, di antaranya dengan
kenyataannya, sebagian besar masih menggunakan bahan herbal. Salah satu
mengabaikan kondisi kesehatan gigi dan bahan herbal yang dimanfaatkan sebagai
mulut mereka.1 Kebersihan gigi dan mulut obat tradisional ialah daun gedi dengan
yang buruk menyebabkan akumulasi plak nama ilmiah yaitu Abelmoschus manihot
pada rongga mulut, lebih khusus pada gigi. L.6 Tanaman ini berkhasiat sebagai anti-
Plak mengandung berbagai macam bakteri bakteri karena daunnya mengandung
yang berperan dalam proses fermentasi senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif adalah
metabolisme dan menghasilkan komponen senyawa kimia yang dihasilkan tanaman
monosakarida, fruktosa, dan glukosa yang dari reaksi biokimia jalur sekunder akibat
menyebabkan terjadinya akumulasi bakteri dari reaksi jalur primer karbohidrat, asam
yang berakibat lanjut terjadinya deminera- amino, dan lipid. Daun gedi (Abelmoschus
lisasi pada rongga mulut khususnya gigi manihot L) juga mengandung zat-zat
dan infeksi pada rongga mulut.2 makanan seperti protein, polisakarida da-
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar lam mucilase, dan asam lemak hepta-
(Riskesdas) Nasional tahun 2013, preva- dekanoat dan pentadekanoat yang tinggi,
lensi nasional masalah kesehatan gigi dan serta mengandung metabolit sekunder
mulut mencapai 25,9% dan hanya 8,1% flavonoid, stigmasterol, y-sitosterol, asam
penduduk di Indonesia yang menerima fenolat, dan klorofil.7
perawatan dan pengobatan gigi dari tenaga Pemberian antibakteri dengan menggu-
medis gigi.3 Karies gigi merupakan masalah nakan bahan herbal merupakan salah satu
kesehatan gigi dan mulut yang sering pilihan dan merupakan pengobatan relatif
terjadi di Indonesia. Karies gigi merupakan lebih terjangkau. Penelitian ini bertujuan
suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu untuk megetahui konsentrasi hambat mini-
terjadi pada email, dentin dan sementum mum pada ekstrak daun gedi (Abelmoschus
yang disebabkan oleh aktivitas jasad renik manihot L.) terhadap pertumbuhan bakteri
dalam karbohidrat. Empat faktor penyebab Streptococcus mutans.
utama karies yaitu hospes, substrat, bakteri,
dan waktu. Salah satu bakteri penyebab BAHAN DAN METODE PENELITIAN
karies yaitu Streptococcus mutans.4 Jenis penelitian ini ialah eksperimental
Streptococcus mutans merupakan murni dengan randomized pretest-posttest
bakteri yang paling banyak menyebabkan control group design. Penelitian dilaksana-
karies gigi, karena bakteri ini memiliki kan di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi
kemampuan memfermentasi karbohidrat Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi
menjadi asam yang berakibat turunnya pH pada bulan Maret-April 2017. Subjek
permukaan gigi. Salah satu upaya yang dalam penelitian ini yaitu bakteri biakan
dapat dilakukan untuk mencegah karies murni Streptococcus mutans yang diper-
gigi yaitu dengan menghambat pertumbuh- oleh dari Laboratorium Mikrobiologi
an bakteri kariogenik, sehingga terbentuk- Program Studi Farmasi Fakultas MIPA
nya dan meluasnya koloni bakteri serta Universitas Sam Ratulangi Manado.
produksi asam dapat dikurangi. Penggu- Metode pengujian yang dipakai dalam
naan antibakteri bisa dijadikan pilihan, baik penelitian ini ialah metode turbidimetri
yang bersifat menghambat pertumbuhan atau pengujian kekeruhan secara visual,
maupun membunuh bakteri.5 kemudian dilanjutkan dengan mengguna-
Telah banyak upaya yang dilakukan kan alat spektrofotometer untuk melihat
untuk mengurangi angka karies gigi di nilai absorban sebagai penentu kekeruhan

45
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 6 Nomor 1, Januari-Juni 2018

yang akurat. Untuk menguji kekeruhan, sebagai nilai absorban akhir. Jika nilai
diambil media suspensi bakteri yang sudah absorban akhir (sesudah inkubasi) masing-
disetarakan dengan 2 ml, lalu dimasukkan masing tabung lebih besar dari nilai
ke dalam tabung reaksi perlakuan label satu absorban awal (sebelum inkubasi), maka
lalu diukur nilai absorban awal dengan disimpulkan bahwa masih terjadi partum-
spektrofotometer. Hal yang sama dilakukan buhan bakteri. Namun, jika tidak terdapat
pada tabung perlakuan label 2-9. Setiap perubahan nilai absorban antara nilai
tabung yang telah diketahui nilai absorban absorban akhir dengan absorban awal, atau
awal dimasukkan ke dalam inkubator dan nilai absorban akhir lebih kecil dari nilai
diinklubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 absorban awal, maka disimpulkan bahwa
jam. Pada penelitian ini, perlakuan dan pertumbuhan bakteri dihambat. KHM
pengujian diulang sebanyak dua kali. ditentukan dengan konsentrasi ekstrak
Setelah media tabung perlakuan diin- terkecil pada tabung perlakuan yang sudah
kubasi selama 1x24 jam, semua tabung mulai menghambat pertumbuhan bakteri.
tersebut dilihat kekeruhannya secara visual.
Apabila kekeruhan masing-masing tabung HASIL PENELITIAN
masih setara atau lebih keruh dari tabung Berdasarkan penelitian yang dilakukan
kontrol (+)/K (+) yang berisi suspensi di Laboratorium Farmasi Fakultas MIPA
bakteri Streptococcus mutans sesuai stan- Universitas Sam Ratulangi didapatkan data
dar kekeruhan McFarland I, berarti bakteri tentang Kadar Hambat Minimum (KHM)
masih dapat bertumbuh. Bila larutan dalam ekstrak daun gedi terhadap bakteri
tabung terlihat mulai lebih jernih daripada Streptococcus mutans, yang dilihat
tabung K (+), berarti pertumbuhan bakteri menggunakan metode turbidimetri dan
mulai terhambat, yang menunjukan konsen- spektrofotometer UV-Vis. Tabel 1 menun-
trasi hambat minimum (KHM). jukkan pengujian menggunakan metode
Sesudah media tabung perlakuan turbidimetri dengan dua kali perlakuan.
diinkubasi selama 1x24 jam, semua tabung Perlakuan pertama dan kedua menunjukkan
perlakuan tersebut diukur lagi nilai konsentrasi hambat minimum (KHM)
absorbannya dengan spektrofotometer terlihat pada konsentrasi 6,25%.

Tabel 1. Hasil pengujian menggunakan metode turbidimetri dari ekstrak daun gedi terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
Nomor Konsentrasi Hasil
tabung ekstrak daun gedi Perlakuan Perlakuan
(%) pertama kedua
1 100 - -
2 50 - -
3 25 - -
4 12,5 - -
5 6,25 - -
6 3,125 - +
7 1,56 - +
8 0,78 + -
9 0,39 + -
10 K (+) - -
11 K (-) - +
Keterangan: Tanda “+” menunjukkan larutan di dalam tabung terlihat keruh yang berarti bahwa bakteri
Streptococcus mutans masih bertumbuh; sedangkan tanda “-“ menunjukkan larutan di dalam tabung terlihat
jernih yang berarti bahwa pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans terhambat.

46
Sekeon, Homenta, Limen: Uji konsentrasi hambat minimum ekstrak daun gedi .

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada kenaikan nilai absorbansi. Pada konsentrasi


konsentrasi 100% telah terjadi penurunan 0,78% nilai absorbansi tetap. Pada
nilai absorbansi, kemudian pada konsentrasi 6,25% terjadi penurunan dan
konsentrasi 50% terjadi kenaikan nilai diikuti konsentrasi 12,5%-25% terus terjadi
absorbansi. Kemudian pada konsentrasi penurunan, sehingga konsentrasi 6,25%
25% telah terjadi penurunan nilai ditetapkan sebagai kadar hambat minimum
absorbansi, kemudian pada konsentrasi ekstrak daun gedi terhadap pertumbuhan
3,125% dan konsentrasi 1,56 terjadi bakteri Streptococcus mutans.

Tabel 2. Hasil pengujian menggunakan spektrofotometer UV-Vis ekstrak daun gedi terhadap
pertumbuhan Streptococcous mutans
Hasil Ket
Konsentrasi ekstrak Perlakuan I Perlakuan II Rerata
daun gedi (%)
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
inkubasi inkubasi inkubasi inkubasi inkubasi inkubasi

100 0,707 0,726 1,788 1,574 1,2475 1,15 Turun


50 0,466 0,480 1,301 1,301 0,8835 0,8905 Naik
25 0,470 0,365 1,013 1,006 0,7415 0,6855 Turun
12,5 0,389 0,324 1,305 1,183 0,847 0,7535 Turun
6,25 0,295 0,181 1,246 1,127 0,7705 0,654 Turun
3,125 0,179 0,159 1,142 1,474 0,6605 0,8165 Naik
1,56 0,153 0,150 0,995 1,272 0,574 0,711 Naik
0,78 0,142 0,155 1,135 1,121 0,6385 0,638 Tetap
0,39 0,137 0,155 0,946 0,887 0,5415 0,521 Turun
K (+) 0,928 0,845 1,035 1,035 0,9815 0,94 Turun
K (-) 0,515 0,508 1,005 1,087 0,76 0,7975 Naik

Keterangan: “Naik” menunjukkan nilai absorbansi setelah inkubasi > nilai absorbansi sebelum
inkubasi, yang berarti bahwa terdapat pertumbuhan bakteri; sedangkan “Tetap” atau “Turun”
menunjukkan nilai absorbansi setelah inkubasi ≤ nilai absorbansi sebelum inkubasi, yang berarti
bahwa pertumbuhan bakteri terhambat.

BAHASAN Pada konsentrasi 100% dan 50% (Tabel 1)


Pada penelitian ini dilakukan uji KHM larutan dalam tabung terlihat jernih, setelah
ekstrak daun gedi terhadap pertumbuhan diamati hasilnya tidak terjadi pertumbuhan
Streptococcus mutans dengan mengguna- bakteri atau terhambat. Begitu juga pada
kan metode serial dilusi perbandingan 1:2 konsentrasi 25% (Tabel 1) dengan larutan
(w/v) yaitu 100%, 50%, 25%, 12,5%, semakin jernih, hasilnya pertumbuhan
6,25%, 3,125%, 1,56%, 0,78%, dan 0,39%. bakteri terhambat. Dengan metode pengu-
Terdapat dua cara pengujian: 1) Uji jian secara visual (turbidimetri) sudah dapat
turbidimetri, yaitu melihat nilai kekeruhan ditentukan KHM namun metode ini
secara visual; dan 2) pengukuran nilai memiliki kelemahan yaitu mata manusia
absorbansi menggunakan spektrofotometer pada saat melakukan pengamatan keke-
UV-Vis. Perlakuan dilakukan setelah ruhan tidak bisa membedakan antara sel
diinkubasi selama 24 jam. bakteri yang hidup dengan sel bakteri yang
Uji turbidimetri dengan penglihatan mati dan larutan bisa mencapai warna yang
secara kasat mata pada 2 kali perlakuan, pekat sehingga hasil pengamatan kurang
mendapatkan konsentrasi 6,25% (Tabel 1) akurat. Oleh karena itu perlu dilakukan
merupakan KHM ekstrak daun gedi pengujian lebih lanjut dengan cara mengu-
terhadap pertumbuhan bakteri S. mutans. kur nilai absorbansi menggunakan spektro-

47
Jurnal e-GiGi (eG), Volume 6 Nomor 1, Januari-Juni 2018

fotometer UV-Vis agar lebih akurat.8,9 Melalui hasil penelitian terdapat perbedaan
Pengukuran menggunakan spektro- KHM ekstrak daun gedi terhadap partum-
fotometer UV-Vis dilakukan sebelum dan buhan bakteri S. mutans yang dianalisis
sesudah inkubasi 24 jam yang dilihat menggunakan metode turbidimetri dan
melalui selisih hasil pengukuran nilai spektrofotometer UV-Vis. Hal ini dapat
absorbansi sebelum dan sesudah inkubasi. disebabkan karena adanya perbedaan prin-
Jika nilai absorbansi sebelum diinkubasi sip kerja dari masing-masing metode
lebih tinggi dibandingkan nilai absorbansi dimana pada metode turbidimetri peneliti
sesudah diinkubasi maka pertumbuhan hanya melihat hasil secara visual, dengan
bakteri tehambat. Sebaliknya jika nilai melihat kekeruhan perlakuan dibandingkan
absorbansi sesudah inkubasi lebih tinggi dengan Mc Farland 1, yang memberikan
dibandingkan sebelum diinkubasi maka hasil KHM ekstrak daun gedi sebesar
masih terjadi pertumbuhan bakteri.10 6,25%.9,10
Inkubasi dilakukan dengan tujuan untuk Metode spektrofotometer UV-Vis
mendapatkan sebuah biakan yang murni menunjukkan hasil yang didapatkan bersi-
tanpa adanya mikroba lain yang tidak fat kuantitatif yaitu bakteri dapat menyerap
diinginkan ikut tumbuh.11 cahaya dalam gelombang panjang, tetapi
Pada konsentrasi 100% terjadi penu- dapat juga sampel dengan partikel-partikel
runan nilai absorbansi, kemudian pada lain atau kontaminan yang menyerap
konsentrasi 50% terjadi kenaikan nilai cahaya dalam panjang gelombang yang
absorbansi dimana hasil rerata nilai sama.12,13 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
absorbansi sesudah inkubasi lebih tinggi (KCKT) atau High Pressure Liquid
dibandingkan sebelum inkubasi. Hal ini Chromatography (HPLC) merupakan salah
dikarenakan larutan dalam tabung masih satu metode kimia dan fisikokimia. KCKT
pekat sehingga terjadi banyak penyerapan termasuk metode analisis terbaru yaitu
cahaya yang masuk sehingga menyebabkan suatu teknik kromatografi dengan fasa
terjadinya pertumbuhan bakteri. Selain itu gerak cairan dan fasa diam cairan atau
juga, peningkatan nilai absorbansi pada padat. Metode ini mempunyai banyak
konsentrasi 50% pada perlakuan pertama kelebihan jika dibandingkan dengan meto-
setelah inkubasi 1x24 jam dapat terjadi de lainnya.14 Dapat disimpulkan bahwa
akibat faktor kelemahan alat spektro- metode HPLC memiliki hasil yang lebih
fotometer UV-Vis. Kelemahan dari spek- baik dari pada metode spektrofotometri dari
trofotometer UV-Vis yaitu dalam selek- segi keakuratan, ketelitian, dan sensitivitas
tivitas untuk membedakan sampel dengan dalam membaca nilai absorbansi.
partikel-partikel lain/kontaminan yang Uji KHM ekstrak daun gedi terhadap
menyerap cahaya dalam panjang gelom- pertumbuhan bakteri S. mutans belum
bang yang sama. Juga dapat disebabkan pernah dilakukan sebelumnya. Pada peneli-
oleh karena besarnya cahaya yang diserap tian ini, konsentrasi hambat minimum
oleh larutan dalam tabung tidak sepenuh- (KHM) ekstrak daun gedi (Abelmoschus
nya diserap oleh senyawa ekstrak, tetapi manihot L.) terhadap pertumbuhan bakteri
juga ikut terserap oleh sel bakteri yang S. mutans yaitu konsentrasi 6,25% yang
telah mati. Selain itu, partikel lain yang diperoleh melalui hasil pengukuran dengan
berupa larutan sisa ekstrak yang tidak spektrofotometer UV-Vis.
homogen bersama larutan juga dapat
menyerap cahaya. SIMPULAN
Pada konsentrasi 25% dan 12,5% telah Dari hasil penelitian ini dapat disim-
terjadi penurunan nilai absorbansi sampai pulkan bahwa ekstrak daun gedi (Abel-
pada kosentrasi 6,25%. Dengan demikian moschus manihot L.) dapat menghambat
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
6,25% merupakan KHM ekstrak daun gedi dengan konsentrasi hambat minimum
terhadap pertumbuhan bakteri S. mutans. (KHM) terdapat pada 6,25%.

48
Sekeon, Homenta, Limen: Uji konsentrasi hambat minimum ekstrak daun gedi ...

SARAN terhadap Streptococcus mutans [Artikel


Penelitian lanjut untuk mengetahui Karya Ilmiah]. Semarang: Universitas
KHM dengan menggunakan metode Diponegoro; 2008.
turbidimetri dan spektrofotometer UV-Vis 6. Niu C, Gilbert ES. Colorimetric method for
sebaiknya dilakukan dengan minimal 3 identifying plant essential oil compo-
nents that affect biofilm formation and
perlakuan sehingga dapat memberikan hasil structure. Appl Environ Microbiool.
rerata yang lebih akurat. Perlu dilakukan 2004;70(12):6951-6.
penelitian lebih lanjut mengenai nilai 7. Soares LAL, Valquiria LB, George GO,
konsentrasi bunuh minimum (KBM) Pedro RP. Total flavonoid determi-
ekstrak daun gedi (Abelmoschus manihot nation for the quality control of
L.) terhadap pertumbuhan bakteri aquerous extractives from Phillanthus
Streptococcus mutans. niruri L. Lat Am J Pharm. 2003;22(3):
Penelitian mengenai uji konsentrasi 203-7.
hambat minimum (KHM) ekstrak daun 8. Michel C, Blanc G. Minimum inhibitory
gedi (Abelmoschus manihot L.) terhadap concentration methodology in aqua-
culture: the temperature. Aquaculture.
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
2001;196:311-8.
dapat juga menggunakan metode High- 9. Septian K. Uji Konsentrasi Hambat Minimum
Performance Liquid Chromatography (KHM) ekstrak spons laut Callyspongia
(HPLC) untuk memperoleh hasil yang lebih sp. terhadap pertumbuhan Staphylo-
akurat. coccus aureus. Dentire. 2016;5(1):5-10.
10. Sitompul R. Uji Konsentrasi Hambat
DAFTAR PUSTAKA Minimum (KHM) ekstrak daun gedi
1. Lolongan R, Waworuntu O, Mintjelungan (Abelmoschus manihot L. Medik)
C. Uji konsentrasi hambat minimum terhadap pertumbuhan Staphylococcus
(KHM) ekstrak daun pacar air aureus. Dentire. 2016;5(1):21-7.
(Impatiens balsamina L.) terhadap 11. Harti SA. Mikrobiologi Kesehatan (1st ed).
pertumbuhan Streptococcus mutans. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015; p.
eG. 2016;4(2):242. 124-6.
2. Pratiwi ST. Buku Mikrobiologi Farmasi. 12. Watson DG. Pharmaceutical Analysis (2nd
Jakarta: Erlangga, 2008; p.177. ed). London: Elsevier, 2005; p. 88.
3. Tjahja I, Jovina T, Sintawati, Agtini MD, 13. Cioabla AE, editor. Spectrophotometry.
Kristanti CH, Sekratuti, et al. Badan Principle and Applications. Workshop
Penelitian dan Pengembangan Kese- in the frame of the project: sustainable
hatan Departemen Kesehatan RI development of a research center in
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Banat region and Danube flow area
(Riskesdas) Nasional. Jakarta, 2013; p. through scientific research and
110-1. environmental simulation tools to asses
4. Kidd EAM. Joyston S. Dasar-dasar Karies and evaluate potential threats.
Penyakit dan Penanggulangannya. Zrenjanin, Republic of Serbia:
Jakarta: EGC, 2002; p.1-2. Envirobanat, 2013; p. 1.
5. Rakhmanda AP. Perbandingan efek anti 14. Putra EDL. Kromatografi cair kinerja tinggi
bakteri jus nanas (Ananas comosus dalam bidang farmasi. Medan;
L.Merr) pada berbagai konsentrasi Universitas Sumatera Utara; 2004.

49

You might also like