You are on page 1of 12

 Open Access, August 2020 J.

Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 385-396


p-ISSN : 2087-9423 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
e-ISSN : 2620-309X DOI: http://doi.org/10.29244/jitkt.v12i2.32392

STUDI KINETIKA ADSORPSI DAN DESORPSI ION FOSFAT (PO42-)


DI SEDIMEN PERAIRAN SEMARANG DAN JEPARA

KINETIC STUDY ON ADSORPTION AND DESORPTION PHOSPHAT


ION (PO42-) IN SEDIMENT SEMARANG DAN JEPARA

Lilik Maslukah1,2*, Muhammad Zainuri2, Anindya Wirasatriya2,3, & Rikha Widiaratih2


1
Program Doktor Ilmu Kelautan, FPIK-UNDIP, Semarang, 50275, Indonesia
2
Departemen Oseanografi, FPIK-UNDIP, Semarang, 50275, Indonesia
3
Pusat Kajian Mitigasi Bencana dan Rehabilitasi Pesisir, UNDIP, Semarang, 50275, Indonesia
*E-mail: lilik_masluka@yahoo.com

ABSTRACT
Adsorption and desorption are important processes that affect the distribution of chemicals in the
environment. This research aims to determine the change pattern of PO42- concentration by time
through adsorption and desorption simulations. The simulation process was conducted on sediments
from Semarang and Jepara waters. Through the analysis of desorption process, the contribution of
sediment input to the P ion can be determined, based on the release of ions PO42- at the beginning of
time until the maximum conditions of the desorption process. The first and second order of (what)
equations were used to determine the adsorption kinetics, while the isotherms of the adsorptions were
determined based on the Langmuir and Freundlich models. The results show that the significant
desorption process occurs during the first hour and the contribution of PO42- ions by Semarang
sediments are three times higher than Jepara sediments. Based on the adsorption kinetics and
isotherms, the second order of the equation model and the Langmuir model are more appropriate for
both locations. This model assumes that the adsorption capacity is proportional to the number of
active sites occupied by PO42- ions and the adsorption occurs in one homogeneous sedimentary layer.
Semarang sediments have adsorp pollutants (P ions) ability greater than Jepara Sediments with
capacity values respectively are 11.57 and 11.2 µmol g-1.

Keywords: adsorption, desorption, Jepara, PO42-, sediment, Semarang

ABSTRAK
Adsorpsi dan desorpsi merupakan proses penting yang mempengaruhi distribusi bahan kimia di
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pola perubahan konsentrasi ion PO42- terhadap
waktu melalui proses simulasi adsorpsi dan desorpsi sedimen perairan Semarang dan Jepara. Melalui
proses desorpsi, dapat ditentukan kontribusi masukan ion PO42- oleh sedimen yang ditentukan dari
jumlah ion PO42- yang terlepas pada awal sampai pada kondisi maksimum dari proses desorpsi.
Penentuan kinetika adsoprsi ditentukan berdasarkan persamaan orde 1 dan 2 serta isoterm adsorpsinya
berdasarkan model Langmuir dan Freundlich. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses desorpsi
terjadi pada 1 jam pertama dan kontribusi ion PO42- yang dapat dilepaskan oleh sedimen perairan
Semarang tiga kali lebih besar dibandingkan dengan sedimen perairan Jepara. Berdasarkan kinetika
adsorpsi ion P oleh sedimen dari dua lokasi lebih tepat dijelaskan oleh model persamaan ordo 2 dan
isoterm adsorpsinya berdasarkan model Langmuir. Model ini mengasumsikan bahwa kapasitas
adsorpsi sebanding dengan jumlah situs aktif yang ditempati oleh ion PO 42- dan adsorpsi terjadi dalam
satu lapisan sedimen homogen. Sedimen Semarang memiliki kemampuan menyerap zat pencemar (ion
P) lebih besar dibandingkan dengan sedimen Jepara dengan nilai kapasitas secara berurutan adalah
11,57 dan 11,2 µmol g-1.

Kata kunci: adsorpsi, desorpsi, Jepara, PO42-, sedimen, Semarang

Department of Marine Science and Technology FPIK-IPB, ISOI, and HAPPI 385
Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

I. PENDAHULUAN Nasib (fate) unsur kimia di estuari


dipengaruhi adanya proses adsorpsi ataupun
Perairan Teluk Semarang dan Jepara desorpsi. Adsorpsi adalah suatu proses yang
merupakan bagian dari pantai utara Jawa terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun
yang mendapat pengaruh masukan air tawar gas, terikat oleh suatu partikel (Maslukah et
dari beberapa sungai besar. Perairan al., 2017). Desorpsi yang terjadi pada
Semarang telah banyak dipengaruhi masukan ekstraksi padat-cair merupakan peristiwa
limbah hasil kegiatan industri (Bappedal, keluarnya analit yang terkandung di dalam
2002) dan limbah rumah tangga serta sedimen (padatan) ke dalam larutan.
kegiatan pertanian di daerah hulunya. Handayani & Sulistiyono (2009)
Aktivitas antropogenik di Semarang jauh menjelaskan bahwa proses adsorpsi terjadi
lebih tinggi dibandingkan dengan Jepara dan apabila ion yang teradsorpsi hanya tertahan
tentunya beban masukan unsur-unsur kimia atau menempel dipermukaan partikel
ke perairan juga lebih tinggi. Salah satu penyerap saja. Faktor yang berpengaruh
masukan unsur kimia dan dapat terhadap proses adsorpsi dan desorpsi adalah
menimbulkan terjadinya penurunan kualitas waktu kontak, konsentrasi pelarut,
perairan adalah ion fosfat atau ion P (PO42-). konsentrasi zat terlarut dalam sedimen,
Masukan beban yang berlebihan oleh unsur spesiasi zat terlarut, kandungan organik/
ini dapat menimbulkan dampak positif dan anorganik dalam sedimen, suhu, ukuran
negatif. Dampak positif terjadi karena butiran sedimen, konsentrasi asam (pH), dan
produktivitas perairan menjadi tinggi, salinitas (Cao et al., 2017).
sedangkan dampak negatif akibat proses Fenomena perpindahan suatu ion dari
eutrofikasi yang menyebabkan algae jenis badan air ke dalam sedimen yang kaya akan
beracun berkembang dengan pesat dan bahan organik biasanya melalui proses
menyebabkan oksigen perairan menjadi adsorpsi isoterm berdasarkan tiga model
rendah. Hasil penelitian Maslukah et al. yaitu partisi, Freundlich dan Langmuir
(2019) tentang unsur phosphat terlarut di (Schnoor, 1996). Konsentrasi relatif dari
perairan Semarang mencapai 0,52 µM dan setiap komponen dalam setiap fasenya dan
Jepara 0,36 µM. Beban masukan ion P yang menjadi parameter yang berguna untuk
cukup tinggi telah menyebabkan konsentrasi membandingkan kapasitas penyerapan dari
klorofil-a menjadi lebih tinggi dibanding suatu material yang berbeda dapat didekati
dengan perairan Jepara. berdasarkan model partisi, untuk jenis
Selama keberadaannya di estuari, ionnya (Seo et al., 2008). Sedangkan model
unsur-unsur kimia dalam bentuk terlarut dan Langmuir dan Freundlich, digunakan untuk
tersuspensi saling berinteraksi (Praveena et memperkirakan kapasitas penyerapan dari
al., 2013; Maslukah et al., 2017). Partikel partikel (Holmes et al., 2012). Persamaan
tesuspensi mempunyai kemampuan meng- model Langmuir juga dapat digunakan untuk
adsorpsi unsur terlarut, dan diikuti proses memprediksi proses adsorpsi dari bentuk
destabilisasi membentuk agregat yang lebih terlarut ke bentuk padatan (Ghabbour &
besar dan akhirnya mengendap ke dasar Davies (2011). Adsorpsi adalah proses
perairan karena gaya gravitasi (Chester, penting yang mempengaruhi distribusi bahan
1990). Proses destabilisasi menyebabkan kimia dilingkungan.
konsentrasi unsur kimia terlarut mengalami Secara alami beban P terlarut yang
pengurangan dan menambah konsentrasinya ada di perairan akan mengalami adsoprsi
dalam sedimen (Maslukah et al., 2017). oleh partikel dan akan tersimpan ke dasar
Namun demikian, adanya proses resuspensi perairan (Zhang et al., 2016). Hal ini
dapat menjadi sumber elemen pada kolom merupakan mekanisme perairan dalam
perairan (Prartono & Hasena, 2009). memulihkan keseimbangan lingkungan,

386 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)

sehingga dampak negatif tidak akan terjadi. pedoman dalam penetapan suatu perairan
Pengikatan unsur P terlarut dari perairan oleh dalam mengendalikan dampak pencemaran.
suspensi sedimen perlu dipelajari untuk
melihat kemampuan sedimen suatu wilayah II. METODE PENELITIAN
dalam meng-adsorpsi unsur P terlarut (dalam
penelitian ini adalah ion fosfat). Hal ini 2.1. Lokasi Pengambilan Sampel,
penting sebagai informasi dasar tentang Perlakuan Sedimen dan Analisis
potensi pelepasan dan retensi unsur kimia ke Kualitas Sedimen
perairan (Yu et al., 2014). Setiap sedimen Sampel sedimen pada penelitian ini
dari suatu lokasi memiliki kemampuan diambil dari Muara Sungai Banjir Kanal
adsorpsi yang berbeda, tergantung dari Barat (mewakili area perairan Semarang)
karakteristik sedimen. Tingginya adsorpsi pada 06° 56' 32,6" LS, 110° 23' 11,1" BT dan
sedimen dapat menggambarkan semakin baik Muara Sungai Wiso (mewakili perairan
kemampuan sedimen tersebut dalam Jepara) pada 06° 35' 2" LS, 110° 39' 30" BT
mengendalikan dampak proses eutrofikasi. (Figure 1). Pengambilan sampel sedimen
Penelitian terkait adsorpsi dan menggunakan grab sampler (ketebalan ±25
desorpsi ion P oleh sedimen pernah cm). Sampel diambil dari 3 stasiun pada
dilakukan oleh beberapa peneliti pada sistem masing-masing muara dan dihomogenkan.
perairan tawar (Wang et al., 2015; Zhang et Selanjutnya sampel sedimen dilakukan
al., 2016; Cui et al., 2018). Di Indonesia pengeringan dibawah sinar matahari dan
penelitian tentang kinetika senyawa P dari dilakukan pengayakan (ukuran 150).
sedimen laut pernah dilakukan oleh Prartono Parameter kualitas sedimen yang diukur pada
& Hasena (2006) pada sedimen perairan penelitian meliputi penentuan ukuran butir
Teluk Jakarta. Namun penelitian ini hanya dan organik karbonnya. Fraksi sedimen pasir
mempelajari tentang proses pelepasan didapatkan melalui metode pengayakan,
(desorpsi) unsur nutrien, termasuk ion P. fraksi lanau dan lempung berdasarkan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode pipetting. Metode penentuan organik
pola perubahan konsentrasi ion PO42- karbon berdasarkan metode LOI (Meng et
terhadap waktu melalui proses simulasi al., 2014a).
adsorpsi dan desorpsi sedimen yang diambil
dari 2 lokasi yaitu sedimen perairan 2.2. Material dan Data
Semarang dan Jepara. Penentuan kinetika 2.2.1. Metode Simulasi Kinetika
adsorpsi ditentukan berdasarkan persamaan Adsorpsi
orde 1 dan 2 serta isoterm adsorpsi-nya Metode yang digunakan merupakan
ditentukan berdasarkan model Langmuir dan modifikasi dari beberapa peneliti (Cui et al.,
Freundlich (Yang et al., 2019). 2018; Zhang et al., 2016 dan Cao et al.,
Informasi yang akan didapatkan dari 2017). Eksperimen dilakukan pada suhu
penelitian ini adalah tentang potensi ruangan (±25oC). Data yang diamati adalah
kemampuan suatu wilayah untuk perubahan konsentrasi fosfat terlarut
memulihkan dari adanya inputan beban P terhadap waktu dengan interval waktu, menit
yang berlebih. Penelitian adsorpsi dan ke-5; 60, 360. Terlebih dahulu, sample
desorpsi P ini juga dapat membantu dalam sedimen dilakukan pengocokan selama 24
menjelaskan mekanisme pelepasan ion dan jam untuk memperoleh kondisi ke-
perolehan kembali suatu unsur yang terikat setimbangan antara fase terlarut dan partikel
oleh sedimen, sehingga dapat digunakan untuk proses adsorpsinya. Sampel sedimen
dalam prakiraan kesuburan perairan. Hasil yang digunakan sebanyak 0,3 g dan
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dimasukkan ke dalam 200 ml air.

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 383-396 387


Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

Figure 1. Location of the research.

Sampel air yang digunakan merupakan konsentrasi kesetimbangan ion P, V= volume


sampel dari perairan masing-masing (Jepara dan m= massa sedimen
dan Semarang) dan diambil pada tanggal 14
Juli 2019, saat kondisi surut. Percobaan 2.2.1.1.Penentuan Isoterm Adsorpsi
dilakukan pada konsentrasi larutan 6 uM dan Penentuan pola isoterm adsorpsi
pada konsentrasi alami air laut. Desain digambarkan menggunakan dua model yaitu
percobaan terdiri dari: isoterm Freundlich dan Langmuir. Isoterm
Langmuir ditentukan dengan membuat grafik
Percobaan 1 (Ja) = 0,3 g sedimen Jepara + antara perbandingan konsentrasi terlarut (Ce)
200 ml air Jepara + 6 µM KH2PO4 dan ter-adsorpsi (Qe) sebagai sumbu y
Percobaan 2 (Sa) = 0,3 g sedimen Semarang terhadap konsentrasi terlarut (Ce) sebagai
+ 200 ml air Semarang + 6 µM KH2PO4 sumbu x dan isoterm Freundlich ditentukan
dengan membuat grafik antara ln Qe sebagai
Perhitungan nilai adsorpsi menggunakan sumbu y terhadap ln Ce sebagai sumbu x.
formula dari Omari et al. (2019) sesuai Nilai kapasitas adsorpsi akan dihasilkan
formula 1: melalui persamaan linearnya.

........................................ (1) 2.2.1.2.Penentuan Kinetika Adsorpsi


Kinetika adsorpsi ditentukan dengan
membuat grafik hubungan antara perubahan
Keterangan: Qt= konsentrasi P ter-adsorpsi, konsentrasi terhadap waktu. Penetapan ordo
Co= konsentrasi awal phosphor, Ce= ditentukan dari besarnya kelinieran (nilai R2).

388 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)

Kinetika adsorpsi ditentukan dari nilai slope selama 24 jam


dan intersep dari persamaan linier yang
dihasilkan. Percobaan 4 (Sd60)=
0,3 g sedimen hasil penjenuhan 6 µM
2.2.2. Metode Simulasi Kinetika Desorpsi KH2PO4 + air laut Semarang + pengadukan
Sedimen sebanyak 0,3 g dijenuhkan selama 24 jam
terlebih dahulu menggunakan konsentrasi 6
µM dan 60 µM dan dikocok selama 24 jam. Percobaan 5 (Jdn)=
Tahap selanjutnya adalah pengendapan dan 0,3 g sedimen Jepara + Air laut Jepara +
pengeringan. Sedimen yang telah kering pengadukan selama 24 jam
ditambahkan 200 ml media air laut dan
dilakukan pengkocokan kembali selama 24 Percobaan 6 (Sdn)=
jam. Selanjutnya dilakukan pengukuran 0,3 g sedimen Jepara + air Jepara +
fosfat terlarut pada menit ke-0, 60, 360. pengadukan selama 24 jam
Desain percobaan secara rinci adalah sebagai
berikut: Pengukuran fosfat terlarut menggunakan
spektrofotometer UV-VIS SP 6000, pada
Percobaan 1 (Jd6)= panjang gelombang 885 nm dan perhitungan
0,3 g sedimen hasil penjenuhan 6 µM kontribusi sedimen dihitung dari nilai total
KH2PO4 + air laut Jepara + pengadukan hasil ion PO42- yang terlepas dibagi jumlah
selama 24 jam sedimen percobaan (0,3 g).

Percobaan 2 (Jd60)= III. HASIL DAN PEMBAHASAN


0,3 g sedimen hasil penjenuhan 60 µM
KH2PO4 + air laut Jepara + pengadukan 3.1 Simulasi Kinetika Desorpsi
selama 24 jam Proses desorpsi ion P terlarut oleh
sedimen perairan Semarang dan Jepara dapat
Percobaan 3 (Sd6)= dilihat melalui adanya perubahan konsentrasi
0,3 g sedimen hasil penjenuhan 6 µM fosfat terlarut dalam media. Nilai perubahan
KH2PO4 + air laut Semarang + pengadukan ini disajikan pada Figure 2.

Figure 2. The change pattern of dissolved phosphate concentration (DIP) during 24 hours in
Semarang waters.

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 383-396 389


Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

Figure 2 dan 3 memperlihatkan tidak mampu lagi mendesorpsi jika media


bahwa pola perubahan konsentrasi DIP pada sudah jenuh dengan ion P dan selanjutnya
perlakuan sedimen alami (Sdn dan Jdn) dan reaksi menjadi konstan. Hasil penelitian
sedimen 6 µM (Sd6 dan Jd6) perairan Partono & Hasena (2006) menjelaskan
Semarang dan Jepara menunjukkan pola bahwa terjadi proses pelepasan fosfat yang
yang sama. Perlakuan Sd6, Jd6 menunjukkan sangat signifikan pada 5 menit pertama dan
nilai yang cenderung lebih besar proses pelepasan tetap terjadi pada menit ke
dibandingkan dengan perlakuan Sdn dan Jdn. 30, meskipun terjadi secara perlahan-lahan.
Hal ini disebabkan karena pada perlakuan Peningkatan pada 5 menit pertama terjadi
Sd6 dan Jd6 ada penambahan konsentrasi secara signifikan karena konsentrasi awal air
pada sedimen awalnya. Demikian juga pada laut lebih kecil dari konsentrasi dalam
perlakuan Sd60 dan Jd60, menyebabkan sedimen. Hal ini memberikan gambaran
proses pelepasan ion PO42- ke media bahwa proses desorpsi terjadi, yang mana ion
menunjukkan nilai yang lebih tinggi. fosfat dalam sedimen terlarut kembali. Proses
Haryanti (2010) menjelaskan bahwa kesetimbangan antara fase terlarut dan
konsentrasi awal berpengaruh terhadap partikel akan terjadi kembali, dan proses
jumlah yang dilepas. Proses pelepasan ion desorpsi terhenti.
PO42- (desorpsi) mencapai maksimum pada 1 Berdasarkan Figure 3, pola
jam pertama. Pada menit pertama terlihat perubahan konsentrasi menunjukkan sedikit
bahwa anion fosfat yang ter-desorpsi sedikit, perbedaan pada perlakuan sedimen Jd6. Hal
kemudian meningkat secara signifikan ini disebabkan karena sedimen awal perairan
hingga mencapai waktu optimumnya. Setelah Jepara memiliki konsentrasi yang lebih
mencapai waktu optimum dan ke- rendah daripada Semarang, sehingga pada
setimbangannya, jumlah anion fosfat yang saat penjenuhan sedimen tersebut masih
ter-desorpsi konstan. Proses ini terjadi karena mampu menyerap ion fosfat. Ion P ini
dalam media percobaan ada reaksi dua arah kemudian dilepaskan kembali ke medianya,
antara zat terlarut (ion P) sebagai adsorbat melalui proses desorpsi dan masih berlanjut
dan sedimen sebagai adsorbennya. Sedimen sampai 1 jam kemudian.

Figure 3. The change pattern of dissolved phosphate concentration (DIP) during 24 hours in
Jepara waters.

390 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)

Table 1. Total ions P released from Semarang and Jepara sediments (µmol g-1).

Minute
Location Treatment th Total (µmol l-1) Amount Release/g (µmol g-1)
5 60th
Jepara Jdn 0.34 0.79 1.13 0.75
Jd60 6.37 0.11 6.47 4.32
Jd6 1.79 0.07 1.86 1.24
Semarang Sdn 1.31 2.47 3.78 2.52
Sd60 6.70 0.08 6.78 4.52
Sd6 3.02 1.25 4.27 2.84

Figure 4. Desorption process of natural sediment in Semarang and Jepara waters.

Berdasarkan Figure 2 dan 3 adsorpsi, yang diperoleh melalui pemodelan


dilakukan perhitungan tentang kontribusi dengan menggunakan model orde pertama
sedimen pada proses pelepasan fosfat. semu dan orde kedua semu. Model kinetika
Perhitungan dilakukan dari menit ke-0 yang cocok untuk sistem adsorpsi ion P dapat
sampai menit ke-60 (selama 1 jam). Hasil digambarkan melalui hubungan antara
menunjukkan bahwa sedimen alami memiliki konsentrasi fosfat yang ter-adsorpsi terhadap
nilai yang lebih kecil dibandingkan pada waktu.
perlakukan penjenuhan. Nilai kontribusi Hasil eksperimen yang diperoleh
pelepasan ion fosfat disajikan pada Table 1. dapat dilihat pada Figure 5. Perubahan
Pola perubahan proses desorpsi tanpa jumlah ter-adsorpsi dari waktu ke waktu
ada perlakuan penjenuhan sebelum menunjukkan bahwa proses adsorpsi
eksperimen dapat dilihat pada Figure 4, berlangsung cepat dalam satu jam dan pada
proses pelepasan terjadi sampai 6 jam periode selanjutnya lebih lambat. Penelitian
kemudian dan pola ini tidak diamati pada ini sejalan dengan penelitian Cui et al.
eksperimen sebelumnya. (2016), Zhang et al. (2012) dan Meng et al.
(2014b), yang menjelaskan proses
3.2 Simulasi Kinetika Adsorpsi penyerapan terjadi dengan cepat pada 30
Model kinetika berfungsi untuk menit pertama dan kemudian proses
mengetahui kecepatan adsorpsi dan tahapan penyerapan melambat yang disebabkan oleh
yang mengontrol pada proses adsorpsi. Data semakin sedikitnya situs adsorpsi yang
kinetika yang didapatkan berupa kapasitas tersisa untuk proses pernyerapan P.

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 383-396 391


Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

Penelitian Omari et al. (2019) mendapatkan Semakin rendah nilai latar belakang sedimen
hasil bahwa proses adsorpsi pada suhu 240C P adalah, semakin tinggi kapasitas adsorpsi P
berjalan lebih cepat dan setelah 6 jam sedimen.
kemudian, proses ini berjalan lambat. Berdasarkan hasil pada Figure 3, 4, 5,
Figure 5 juga memperlihatkan bahwa dan 6, selanjutnya ditentukan persamaan
proses adsoprsi perairan Jepara diawal kinetika adsorpsi-nya menggunakan
simulasi sedikit lebih tinggi dibandingkan persamaan orde 1 dan 2. Penentuan
dengan sedimen Semarang. Cui et al. (2018) persamaan yang cocok berdasarkan nilai R2
menjelaskan bahwa kapasitas adsorpsi P (Maslukah et al., 2017; Omari et al., 2019)
terkait dengan nilai latar belakang sedimen P. dan disajikan pada Table 2.

Figure 5. Concentration of P retained (PIP) to time change in Semarang and Jepara waters.

Figure 6. Total of ions PO42- adsorpted as time function.

Table 2. Determination coefficient value (R2) and linier equation of adsorption kinetics.

Linear Equation and Value of R2


Equation Semarang Jepara
orde 1 -5 2
Y= 1.10 x + 0.0443, R =0.42 Y = 1.10 x – 0.5103, R2= 0.63
-4

orde 2 Y= 1.0143x – 34.853, R = 0.99


2
Y = 1.1824x + 105.1, R2=0.99

392 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)

Hasil ini menunjukkan bahwa (Table 2) dapat dihitung nilai kecepatan


kinetika adsorpsi ion P oleh sedimen adsorpsi. Dari persamaan tersebut dapat
Semarang dan Jepara lebih tepat dijelaskan diketahui nilai slope adalah 1,0143 dan
oleh model persamaan ordo 2 (pseudo- intersep 34,853 untuk sedimen Semarang dan
second-order) daripada model persamaan 1,1824 dengan intersep 105,1 untuk sedimen
kinetika orde 1 (pseudo-first-order). Model Jepara. Hasil perhitungan menggunakan nilai
ini mengasumsikan bahwa kapasitas adsorpsi slope = 1/Qt dan intersep = 1/(k Qt2)
sebanding dengan jumlah situs aktif yang dihasilkan nilai kecepatan reaksi (k) untuk
ditempati oleh ion P dan adsorpsi maksimum sedimen Semarang dan Jepara adalah 0,03 g
adalah pembentukan monolayer di µmol-1 menit -1 dan 0,01 g µmol-1 menit -1.
permukaan sedimen (Omari et al., 2019). Sedimen Semarang memiliki kemampuan
Beberapa penelitian sebelumnya juga kecepatan adsorpsi lebih cepat dibandingkan
membuktikan bahwa model kinetika dengan sedimen Jepara. Hal ini berdampak
persamaan ordo 2 merupakan pendekatan pada kecepatan hilangnya ion P dari kolom
yang sesuai untuk kinetika adsorpsi fosfat . perairan dan proses eutrofikasi tidak terjadi.
Kinetika adsorpsi fosfat lebih cocok Pohan et al. (2016) menemukan adanya
mengikuti model kinetika ordo 2 (Huang et kecepatan adsorpsi ion P lebih tinggi oleh
al., 2014; Larasati & Notodarmojo, 2014; zeolit termodifikasi yaitu 0,112 g mmol-1
Mangwandi et al., 2014; Rout et al., 2014). menit -1. Selanjutnya untuk melihat isoterm
Berdasarkan persamaan model ordo 2 adsorpsinya dijelaskan pada Figure 7.

(a) (b)

(c) (d)

Figure 7. Linear equation models of Langmuir (a,c) and Freundlich (b,d) of adsorption from
Jepara and Semarang sediments.

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 383-396 393


Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

Berdasarkan Figure 7 bahwa bahwa kapasitas adsorpsi sebanding dengan


persamaan adsorpsi perairan Jepara dan jumlah situs aktif yang ditempati oleh ion P
Semarang lebih cocok digambarkan dan adsorpsi maksimum terjadi pada satu
berdasarkan persamaan Langmuir. Penentuan lapisan permukaan sedimen yang
ini didasarkan pada nilai koefisien terdistribusi secara homogen. Kontribusi ion
determinasi (R2) yang mendekati 1. Model P yang tinggi oleh sedimen perairan
Langmuir dibuat berdasarkan asumsi bahwa Semarang akan berimplikasi terhadap
permukaan adsorben terdistribusi secara suburnya wilayah perairan dan kondisi
homogen, sehingga adsorpsi terjadi pada satu menjadi eutrofik.
lapisan. Figure 7 menjelaskan bahwa
perairan Jepara menghasilkan persamaan UCAPAN TERIMAKASIH
linier y = 0,0893x - 0,0006 dan perairan
Semarang y = 0,0864x - 9.10-5. Nilai Tulisan ini merupakan bagian dari
kapasitas adsorpsi maksimum (Qmax) dapat Desertasi Program Doktor pada Program
dihitung dari nilai 1/slope. Hasil perhitungan Studi Ilmu Kelautan, FPIK, UNDIP dan
menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi dibiayai oleh Selain APBN DPA SUKPA
Jepara lebih kecil dibandingkan dengan dengan Nomor kontrak, 16/UN7.5.10/PP/
perairan Semarang dengan nilai berturut- 2019, FPIK, UNDIP, tahun anggaran 2019.
turut adalah 11,2 µmol g -1 dan 11,57 µmol g- Ucapan terimakasih juga kami sampaikan
1
. Nilai ini berdampak pada kuatnya sedimen kepada pihak-pihak yang telah bersedia
dalam meng-adsorpsi ion PO42- dan memberikan koreksi, kritik, saran dan
menyebabkan konsentrasinya dalam material masukan, sehingga penelitian dan penulisan
tersuspensi dan sedimen dasar menjadi makalah ini dapat terselesaikan.
tinggi. Yang et al. (2019) mendapatkan nilai
kapasitas maksimum ion PO42- pada sedimen DAFTAR PUSTAKA
yang diperkaya bahan organik mencapai nilai
611,22 mg kg-1 (~19,72 µmol g-1). Bappedal Propinsi Jawa Tengah. 2002.
Laporan program kali bersih tahun
IV. KESIMPULAN 2002. Laporan Penelitian.
Semarang: Pemerintah Propinsi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jawa Tengah. 13-14 pp.
pola perubahan konsentrasi ion PO42- Chester, R. 1990. Marine Geochemistry.
terhadap waktu berfluktuasi. Hal ini London: Unwin Hyman Ltd. 698 p.
memberikan gambaran adanya proses Cui, Y., R. Xiao, Y. Xie, & M. Zhang. 2018.
pelepasan (desorpsi) dan penyerapan Phosphorus fraction and phosphate
(adsorpsi) ion fosfat oleh sedimen. Hasil sorption-release characteristics of
simulasi kinetika desorpsi oleh sedimen the wetland sediments in the Yellow
memberikan gambaran bahwa pelepasan ion River Delta. Physics and Chemistry
P oleh sedimen Semarang sebesar tiga kali of the Earth, 103: 19–27.
lebih tinggi dibandingkan dengan perairan https://doi.org/10.1016/j.pce.2017.0
Jepara. Sedimen perairan Semarang 6.005
menunjukkan kontribusi pelepasan fosfat Cao, X, X. Liu, J. Zhu, L. Wang, S. Liu, &
sebesar 2,52 µmol g-1 dan Jepara sebesar 0,75 G. Yang. 2017. Characterization of
µmol g-1. Proses adsorpsi dan desorpsi terjadi phosphorus sorption on the
maksimum pada satu jam pertama dan sediments of Yangtze River Estuary
mengikuti persamaan model orde 2 dan and its adjacent areas. Marine
isoterm adsorpsinya mengikuti persamaan Pollution Bulletin, 114: 277–284.
model Langmuir. Model ini menggambarkan

394 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Maslukah et al. (2020)

http://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2 Mangwandi, C., A.B. Albadarin, Y.


016.09.026 Glocheux, & G.M. Walker. 2014.
Ghabbour, E.A. & G. Davies. 2011. Removal of ortho-phosphate from
Environmental insights from aqueous solution by adsorption onto
Langmuir adsorption site capacities. dolomite. J. of Environmental
Colloids Surf. A: Physicochem. Eng. Chemical Engineering, 2(2): 1123-
Aspects, 381(1-3): 37-40. 1130.
https://doi.org/10.1016/j.colsurfa.20 https://doi.org/10.1016/j.jece.2014.0
11.03.014 4.010
Handayani M. & E. Sulistiyono. 2009. Uji Maslukah, L., E. Yudiati, & Sarjito. 2017.
persamaan Langmuir dan Freundlich Adsorption model of heavy metals
pada penyerapan limbah Chrom (Vi) Pb, Cu, and Zn on water-sediment
oleh Zeolit. Prosiding Seminar systems in Banjir Kanal Barat
Nasional Sains dan Teknologi estuary Semarang. Maspari J., 9(2):
Nuklir PTNBR – BATAN Bandung, 149-158.
3 Juni 2009. 130-136 pp. Maslukah, L., M. Zainuri, A. Wirasatriya, &
Haryanti, M. 2010. Karakteristik sorpsi dan U. Salma. 2019. Spatial distribution
desorpsi fosfat pada oxisol dengan of chlorophyll-a and its relationship
pendekatan kinetik. J. Solum, with dissolved inorganic phosphate
VII(2): 97-109. influenced by rivers in the North
https://doi.org/10.25077/js.7.2.97- Coast of Java. J. of Ecological
109.2010 Engineering, 20(7): 18–25.
Holmes, L.A., A. Tumer, & R.C. Thompson. https://doi.org/10.12911/22998993/1
2012. Adsorption of trace metals to 08700
plastic resin pellets in the marine Meng, J., P. Yao, Z. Yu, T.S. Bianchi, B.
environment. Environ. Poll., 160: Zhao, H. Pan, & D. Li. 2014a.
42-48. Speciation, bioavailability and
https://doi.org/10.1016/j.envpol.201 preservation of phosphorus in
1.08.052 surface sediments of the Changjiang
Huang, W.Y., D. Li, Z. Liu, Q. Tao, Y. Zhu, estuary and adjacent East China Sea
J. Yang, & Y.M. Zang. 2014. inner shelf. Estuarine, Coastal and
Kinetics, Isotherm, Thermodynamic, Shelf Scienc., 144: 27–38.
and Adsorption Mechanism of http://doi.org/10.1016/j.ecss.2014.04
La(OH)3-modified Exfoliated .015
Vermiculites as Highly Efficient Meng, J., Q.Z. Yao, & Z.G. Yu. 2014b.
Phosphate Adsorbents. Chemnical Particulate phosphorus speciation
Engineering J., 236: 191-201. and phosphate adsorption
https://doi.org/10.1016/j.cej.2013.09 characteristics associated with
.077 sediment grain size. Ecol. Eng., 70:
Larasati, A & S. Notoatmodjo. 2014. 140-145.
Equilibrium and kinetics of http://doi.org/10.1016/j.ecoleng.201
orthophosphate removal from 4.05.007
aqueous phase with adsorption- Omari, H., A. Dehbi, A. Lammini, & A.
desorption methods. J. Teknik Abdallaoui. 2019. Study of the
Lingkungan, 20(1): 38-47. phosphorus adsorption on the
http://doi.org/10.5614%2Fjtl.2014.2 sediments. J. of Chemistry, 2019: 1-
0.1.5 10.

J. Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 12(2): 383-396 395


Studi Kinetika Adsorpsi dan Desorpsi Ion Fosfat (Po42-) . . .

https://doi.org/10.1155/2019/276020 https://doi.org/10.1016/j.chemosphe
4 re.2008.09.003
Pohan, M.S.A., Sutarno, & Suyanta. 2016. Wang, P., B. Hu, C. Wang, & Y. Lei. 2015.
Studi adsorpsi-desorpsi anion fosfat Phosphorus adsorption and
pada zeolit termodifikasi CTAB. J. sedimentation by suspended
Penelitian Sains, 18(3): 123-135. sediments from zhushan bay, Taihu
https://doi.org/10.26554/jps.v18i3.2 lake. Environ. Sci. Pollut. Res., 22:
0 6559-6569.
Prartono, T. & T. Hasena. 2009. Kinetic https://doi.org/10.1007/s11356-015-
study of phosphor and nitrogen 4114-6
compound from sedimentary re- Yu, J., F. Qu, H. Wu, L. Meng, S. Du, & B.
suspension, J. Ilmu dan Teknologi Xie. 2014. Soil phosphorus forms
Laut Tropis, 1(1): 1-8. and profile distributions in the tidal
https://doi.org/10.29244/jitkt.v1i1.7 river network region in the Yellow
933 River Delta Estuary, Sci. World J.,
Praveena, S.M, S.S. Siraj. A.Z. Aris, N.M. 2014: 1-14.
Al-Bakri, A.K. Suleiman, & A.A. https://doi.org/10.1155/2014/912083
Zainal. 2013. Assessment of tidal Yang, X., X. Chenb, & X. Yanga. 2019.
and anthropogenic impacts on Effect of organic matter on
coastal waters by exploratory data phosphorus adsorption and
analysis: an example from Port desorption in a black soil from
Dickson, Strait of Malacca, Northeast China. Soil dan Tillage
Malaysia. Environmental Forensics, Research, 187: 85–91.
14(2): 146-154. https://doi.org/10.1016/j.still.2018.1
https://doi.org/10.1080/15275922.20 1.016
13.781081 Zhang, B., F. Fang, J.S. Guo, Y.P. Chen, Z.
Rout, P.R., P. Bhunia, & R.R. Dash. 2014. Li, & S.S. Guo. 2012. Phosphorus
Modeling isotherms, kinetics, and fractions and phosphate sorption-
understanding the mechanism of release characteristics relevant to the
phosphate adsorption onto a solid soil composition of water-level-
waste: ground burn patties. J. of fluctuating zone of three gorges
Environmental Chemical reservoir. Ecol. Eng., 40: 153-159.
Engineering, 2(3): 1331-1342. https://doi.org/10.1016/j.ecoleng.20
https://doi.org/10.1016/j.jece.2014.0 11.12.024
4.017 Zhang, Y., C. Wang, F. He, B. Liu, D. Xu, S.
Schnoor, J. 1996. Environmental Modeling. Xia, Q. Zhou, & Z. Wu. 2016. In-
New York: John Wiley and Son, situ adsorption-biological combined
Inc.704 p. technology treating sediment
Seo, D.C., K. Yu, & R.D. Delaune. 2008. phosphorus in all fractions. Sci.
Comparison of monometal and Rep., 6(29725): 1-11.
multimetal adsorption in Mississippi https://doi.org/10.1038/srep29725
River alluvial wetland sediment:
batch and column experiments. J. Received : 11 March 2020
Chemospher, 73(11): 1757-1764. Reviewed : 7 April 2020
Accepted : 24 July 2020

396 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt

You might also like