Professional Documents
Culture Documents
menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan Rerata keseluruhan sebesar 79,6 dengan
kerja mengembangkan sikap profesional. kompetensi minimal 70,0. Keseluruhan siswa
Sehingga, tujuan SMK menyiapkan siswa nilai di atas kompetensi yang ditentukan,
sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan namun setelah dilakukan wawancara terhadap
eksistensi. guru yang bersangkutan menunjukkan temuan
Menurut Wardiman Djojonegoro (1998, bahwa nilai siswa kurang dari 75,0 sebenarnya
p.1), eksistensi dibagi menjadi 3 yaitu belum mencapai kompetensi. Keseluruhan
bagi siswa, dunia kerja, dan masyarakat. sebanyak 36 siswa (23%). Hal ini menunjukkan
Eksistensi bagi siswa meliputi: peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
kualitas diri, peningkatan penghasilan, masih rendah, dibuktikan dengan batas
penyiapan pendidikan, penyiapan diri dan kompetensi minimal 70,0 dan masih sedikit
penyesuaian diri. Eksistensi bagi dunia kerja siswa yang memperoleh nilai di atas 90,0.
yaitu: memperoleh tenaga kerja berkualitas, Hasil wawancara dengan guru pengampu,
meringankan biaya usaha, dan membantu ditemukan bahwa pelaksanaan praktik belum
memajukan dan mengembangkan usaha. memiliki standar acuan penilaian, sehingga
Eksistensi bagi masyarakat berupa: peningkatan penilaian siswa belum mengukur kemampuan
kesejahteraan, meningkatkan produktifitas dan siswa secara terstruktur dan mendalam.
penghasilan, serta mengurangi pengangguran. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan
Menurut Wardiman Djojonegoro (1998, metode demonstrasi tanya jawab, dampaknya
p.2), tujuan dan manfaat pendidikan kejuruan siswa kurang terkontrol secara keseluruhan.
dijelaskan dalam 9 karakteristik yaitu: (1) Dapat disimpulkan bahwa metode yang
mempersiapkan memasuki lapangan kerja, (2) digunakan kurang berperan aktif dalam
deman-dreven, (3) isi pendidikan ditekankan memperdayakan guru dan siswa. Pada hal,
pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, guru merupakan perencana pelaksanaan
sikap, dan nilai, (4) penilaian pada hand-on, pembelajaran yang menentukan keberhasilan
(5) hubungan dunia kerja, (6) responsif dan siswa. Fasilitias pembelajaran sangatlah
atisipatif terhadap kemajuan teknologi, (7) mendukung pelaksanaan praktik, hanya saja
menekankan learning by doing dan hand- kurang termanfaatkan dengan baik.
on eksperimence, (8) memerlukan fasilitas Paparan di atas menunjukkan hasil belajar
mutakhir untuk praktik, dan (9) memerlukan siswa masih banyak yang belum mencapai
biaya investigasi dan oprasional. kompetensi minimal dan pelaksanaan
Berdasarkan hasil survai yang dilakukan pembelajaran belum berpusat pada siswa aktif.
di SMK Ma’arif Salam pada bulan Agustus Sehingga, pembelajaran sistem pengapian
2015, pengamatan yang dilakukan berupa konvensional perlu adanya perubahan dengan
administrasi pendukung dan pelaksanaan menyeimbangkan aspek kognitif, aspek
proses pembelajaran ditinjau dari aspek siswa, psikomotor, dan aspek afektif siswa. Aspek
guru, dan fasilitas belajar. Temuan administrasi kognitif yang diterapkan meliputi: mengingat,
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
XI TKR tahun ajaran 2013/2014 masih rendah, mengevaluasi, dan mencipta. Aspek psikomotor
yang ditunjukkan sebagai berikut. yang diterapkan meliputi persiapan kerja,
proses kerja, hasil kerja, sikap kerja, dan waktu
Tabel 1. Hasil Belajar Pengapian kerja. Aspek sikap terdiri dari sikap spiritual
Konvensional yang berhubungan dengan tuhan serta sikap
sosial yang berhubungan terhadap sesama,
Kelas Hasil Rata-Rata < KKM adapun sikap tersebut meliputi: menghargai
XIOA 81,6 9 dan menghayati agama, jujur, toleransi, sopan/
XIOB 79,6 9 santun, percaya diri, disiplin, tanggung jawab,
XIOC 78,2 9 kerja sama/gotong royong.
XIOD 79,1 9 Berdasarkan keaktifan siswa dalam
pelaksanaan pembelajaran dan meningkatkan
hasil belajar aspek kognitif, psikomotor, dan aspek psychomotor. Bloom’s Taxonomy is a
afektif, maka diperlukan strategi yang tepat. classification of learning objectives within
Strategi yang digunakan yaitu pembelajaran education that educators set for students,
berbasis problem-based learning. Menurut ungkapan Omar, et. al. (2011, p.25).
Rusman (2011, p.6), karakteristik dari PBL Ranah kognitif Bloom dibagi menjadi
adalah pembelajaran kontekstual dengan 6 tingkatan yaitu pengetahuan (knowledge),
menekankan permasalahan sebagai starting pemahaman (comprehension), penerapan
point, permasalahan yang ada di dunia nyata (application), analisis (analysis), sintesis
tidak terstruktur, siswa mencari informasi (synthesis), dan evaluasi (evaluaton). Tahapan
dari berbagai sumber untuk mencari solusi tingkat kognitif digambarkan sebagai berikut.
permasalahan. Sehingga, dipercaya mampu
meningkatkan keaktifan dan mengembangkan
analitik siswa. Sejalan dengan Vardi &
Ciccarelli (2008, p.6), menyatakan: “PBL,
effective strategies can be successfully
employed to overcome commonly reported
problems related to work load, and inadequate
student preparation and participation in class
activite”.
Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran, Nana Sudjana (2013, Gambar 1. Taksonomi Kognitif Bloom
p.22). UNESCO mengemukakan bahwa hasil Sumber: Atherton (2013)
belajar yang akan dicapai terdiri atas empat
Revisi ranah kognitif Bloom bertujuan
pilar, diantaranya: (1) learning to know (belajar
menyesuaikan pendidikan terkini, dimana kata
mengetahui); (2) learning to do (belajar
benda berubah menjadi kata kerja. Huitt (2011,
melakukan sesuatu); (3) learning to be (belajar
p.26), mengungkapkan “Keempat tingkatan
menjadi sesuatu); dan (4) learning to live
sama seperti Bloom hirarki aslinya”. Perbaikan
together (belajar hidup bersama). Hasil belajar
ranah kognitif menurut Anderson & Krothwahl
ditandai dengan perubahan tingkah laku secara
(2011, p.29) yaitu: mengingat (remembering),
keseluruhan yang meliputi aspek kognitif,
memahami (understanding), menerapkan
psikomotor, dan afektif. Proses perubahan
(applying), menganalisis (analysing), menilai
dapat terjadi dari yang paling sederhana sampai
(evaluating), dan mencipta (creating).
yang paling kompleks.
Perubahan tingkat kognitif digambarkan
Penilaian hasil belajar dilakukan untuk sebagai berikut.
memperoleh jati diri seseorang (kompeten
atau tidak kompeten) dalam penguasaan
kemampuan. Sesuai ungkapan Brown, Kipral
& Rauner (2007, p.22), “That a person’s skills,
abilities, knowledge and experiences should
match the specific requirements of a particular
job was regarded as the main factor when
making occupational decisions”.
Ranah psikomotor merupakan taksonomi bangsa sejauh ini. UU tahun 2003 Nomor 20
belajar Bloom yang terfokus pada keteram- tentang Sistem Pendidikan Nasional yang inti
pilan yang berkaitan dengan tugas motorik. dari pernyataan tersebut, yaitu: “Mewujudkan
Pada dasarnya ranah psikomotor merupakan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
standar pembelajaran sesuai kebutuhan indus- beretika, berbudaya, dan beradap berdasarkan
tri. Ranah psikomotor akan dijelaskan dalam falsafah pancasila”. Atas dasar amanat tersebut
4 pandangan taksonomi. Taksonomi Simpon’s pendidikan afektif bukan hanya sekedar
dengan perkembangan penguasaan berdasar- mengajarkan mana yang benar dan mana
kan penemuan pengamatan meliputi: per- yang salah. Sesuai dengan yang diungkapkan
sepsi (perception), keteraturan (set), respons Abdulloh Hamid & Putu Sudira (2013, p.39),
terbimbing (guided response), mekanisme menyatakan bahwa “Pendidikan karakter
(mechanism), respons cepat (complex overt menanamkan kebiasaan (habitutation) tentang
response), adaptasi (adaptation), dan inisiasi hal mana yang baik, sehingga peserta didik
(origination). Taksonomi Dave’s terfokus pada menjadi paham (kognitif) tentang mana yang
kemampuan fisik, meliputi: imitasi (imitation), benar dan yang salah, mampu merasakan
manipulasi (manipulation), presisi (preci- (afektif) nilai yang baik dan bisa melakukannya
sion), artikulasi (articulation), dan naturalisasi (psikomotor)”.
(naturalization). Taksonomi Harrow’s dengan Menurut Wina Sanjaya (2010, p.40)
perkembangan penguasaan terlatih pada anak, menyatakan bahwa “Sikap merupakan refleksi
meliputi: gerakan refleks (reflex movements), dari nilai yang dimiliki, oleh karenanya
gerakan fundamental dasar (basic fundamental pendidikan sikap pada dasarnya pendidikan
movements), kemampuan mengamati (percep- nilai”. Tahapan ranah sikap dijelaskan dalam
tual), kemampuan fisik (physical activities), Thomas (2004, p.40), Madya, Aka & J. J
gerakan keterampilan (skilled movements), (2009, p.40), dan Miftakhul Huda (2014,
dan kemampuan komunikasi non-diskursif P.40), sebagai berikut: menerima (recaiving),
(non-discursive communication). Taksonomi merespons (responding), menghargai
dengan kategori herarkis sensorik, fisik, tugas (valuating), mengatur (organizing), dan
psikomotor dan keterampilan, di tempat kerja berkarakter (characterization). Tahapan aspek
atau industri, taksonomi ini digunakan untuk afektif digambarkan sebagai berikut.
syarat membangun kemampuan, tetapi tidak
sesuai dengan pengelompokan hasil belajar.
Leighbody dan Kidds (1968, p.38)
menjelaskan bahwa keterampilan yang dilatih
melalui praktik secara berulang-ulang akan
menjadi kebiasaan yang otomatis. Dalam proses
pembelajaran keterampilan, keselamatan kerja
tidak boleh diabaikan. Keselamatan meliputi:
peserta, bahan, dan alat. Keselamatan kerja dan
proses pembelajaran psikomotor tidak dapat
dipisahkan, keduanya merupakan bagian dari
penilaian hasil keterampilan. Hasil penilaian
mencakup: (1) penggunaan alat dan sikap kerja;
(2) kemampuan menganalisis suatu pekerjaan Gambar 3. Affective Domain Sumber:
serta menyusun urutan-urutan pekerjaan; (3) Atherton (2013)
kecepatan mengerjakan tugas; (4) kemampuan
Metode Problem-Based Learning
membaca gambar dan simbol; dan (5)
keserasian bentuk dengan yang diharapkan. Warsono & Hariyanto (2013, p.45),
mengungkapkan “Model merupakan langkah-
Ranah afektif dilatar belakangi oleh
langkah pembelajaran dengan sintaks sudah
rumusan pancasila dan pembukaan UUD 1945
ditentukan lain halnya metode pembelajaran
terkait realita berkembangnya permasalahan
guru diberikan kekuasaan dalam memvariasi”.
cara kerja dan prinsip kerja sistem pengapian Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan
konvensional; (3) Mendiskripsikan saat beberapa siklus dengan setiap siklusnya terdiri
pengapian; (4) mendeskripsikan komponen dari 4 tahapan yaitu: perencanaan (plainning),
dan cara kerja advans sentrifugal dan advans tindakan (action), pengamatan (observing),
vacum; (5) melakukan pemeriksaan perbaikan, dan refleksi (reflecting), Mctaggart (1991,
penyetelan, dan penggantian rangkaian primer p.70) dan Kemmis & McTaggart (1988, p.70).
pada sistem pengapian konvensional; (6)
melakukan pemeriksaan dan penggantian Waktu dan Tempat Penelitian
kontak pemutus; (7) melakukan pemeriksaan Penelitian ini dilakukan di SMK Ma’arif
komponen-komponen pengapian; (8) mela- Salam yang berlokasi di jalan Magelang Km.
kukan penyetelan saat pengapian; dan (9) 20, Citrogaten, Salam, Magelang. Waktu
pemeriksaan fungsi advans sentrifugal dan penelitian dilaksanakan pada semester gasal
advans vacum. tahun pelajaran 2014/2015 tepatnya pada bulan
Januari-Februari 2015.
Sebelum penelitian tindakan dilakukan, Hasil belajar aspek kognitif postest siklus
langkah pertama yang dilakukan adalah I sebesar 75,33%, mengalami peningkatan
sebesar 15,68% dari pretest siklus I sebesar ketuntasan hasil belajar diatas kompetensi
59,85%. Berdasarkan angka tersebut, dari minimal yaitu 70,0 sebanyak 82,0% (32 siswa).
39 siswa ketuntasan hasil belajar di atas indikator keberhasilan aspek psikomotor
kompetensi minimal yaitu 70,0 sebanyak adalah 80% siswa tuntas di atas kompetensi.
76,9% (30 siswa). Indikator keberhasilan hasil Sehingga, hasil belajar aspek psikomotor
belajar aspek kognitif adalah 80% siswa tuntas siklus I telah tercapai, namun karena siklus
di atas kompetensi. Sehingga, hasil belajar II masih dilaksanakan maka tes psikomotor
aspek kognitif siklus I belum tercapai. dilakukan sekaligus melihat peningkatan pada
Mempertimbangkan hasil belajar aspek siklus selanjutnya.
kognitif tersebut guru memberikan tindakan Hasil belajar aspek psikomotor siklus
berupa: (1) penjelasan kepada siswa bahwa II diprosentase yaitu 85,63%. Berdasarkan
setiap tujuan pembelajaran perlu dilakukan prosentase tersebut, dari 39 siswa ketuntasan
bagi siswa yang masih terkesan pasif, dan hasil belajar diatas kompetensi minimal yaitu
(2) meminta agar koordinator kelompok 70,0 sebanyak 92,31% (36 siswa). indikator
mengkondisikan anggotanya ikut serta dalam keberhasilan aspek psikomotor adalah 80%
pelaksanaan pencapaian tujuan pembelajaran. siswa tuntas di atas kompetensi. Sehingga,
Guru dan kolaborator juga memotivasi siswa hasil belajar aspek psikomotor siklus II telah
yang tidak terlibat aktif dalam pelaksanaan tercapai, peningkatan hasil belajar aspek
tindakan menerapkan pembelajaran berbasis psikomotor sebesar 5,03%.
problem-based learning pada kompetensi Tes yang terakhir dilakukan yaitu tes
dasar sistem pengapian konvensional. aspek afektif siswa yang meliputi penilaian
Hasil belajar aspek kognitif postest siklus diri sendiri dan penilaian antar teman, dengan
II sebesar 80,65% mengalami kenaikan sebesar indikator yang ditentukan sebanyak 8. Adapun
9,61% dari pretest siklus II sebesar 71,04%. hasil belajar aspek afektif sebagai berikut.
Berdasarkan angka tersebut, dari 39 siswa
ketuntasan hasil belajar di atas kompetensi Tabel 9. Hasil Belajar Aspek Afektif
minimal yaitu 70,0 sebanyak 92,3% (36 Indikator Afektif Siklus I Siklus II
siswa). Indikator keberhasilan hasil belajar
aspek kognitif adalah 80% siswa tuntas di Menghargai agama 77,20% 80,80%
atas kompetensi. Sehingga, hasil belajar aspek Kejujuran 72,30% 75,60%
kognitif siklus II telah tercapai. Peningkatan Toleransi 79,40% 81,20%
hasil aspek kognitif sebesar 5,32%. Sopan/ santun 76,70% 78,10%
Setelah pelaksanaan tes aspek kognitif Percaya diri 70,40% 74,10%
selanjutnya dilakukan tes aspek psikomotor Kedisiplinan 79,50% 80,70%
yang dilakukan secara individu. Adapun hasil
Tanggungjawab 74,40% 76,90%
belajar aspek psikomotor sebagai berikut.
Kerjasama 78,50% 80,90%
Tabel 8. Hasil Belajar Aspek Psikomotor Total 76,00% 78,54%
Brown, A., Kirpal, S., & Rauner, F. (2007). Madya, Aka. J. J., & J. J. (2009). A brief
Identitas at work. Dordrecht: Springer. guide to learning domains (cognitive,
pshychomotor, & affective) life skill.
Djemari Mardapi. (2008). Teknik penyusunan Selangor, Malaysia: OBE-LOKI
instrumen tes dan non tes. Yogyakarta: Workshop FSG.
Mitra Cendekia Press.
Masek, A., & Yamin, S. (2011). Problem
Donlinger, M. J. & McLeod, J. K. (2015). based learning for epistemological
Solving real world problems with competence: the knowledge acquisition
alternate reality gaming: student perspective. Journal of Techical
experiences in the globalvillage Education and Training (JTET), Vol. 3,
playground capstone course design. No. 1, 29-26.
Interdiciplinary Journal of Problem-
Based Learning, Vol. 9 (2). No. 1541- McTaggart, R. (1991). Action research a
5014. short modern history. Victoria: Deakin
University Press.
Endang Mulyatiningsih. (2010, Agustus).
Pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, Miftahul Huda. (2014). Model-model
efektif dan menyenangkan (paikem). pengajaran dan pembelajaran.
Makalah disajikan dalam Diklat Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Peningkatan Kompetensi Pengawas
dalam Rangka Penjamin Mutu Namdeo, R. P. (2012). Constructivism and
Pendidikan, di P4TK Bisnis dan pedagogical stratgies. Edusearch, Vol.
Pariwisata. 3. No. 2. 0976-1160.
Fogarty, R. (1997). Problem learning & other Nana Sudjana. (2013). Penelitian hasil proses
curiculum models for the multiple belajar mengajar. Bandung: PT Remaja
intelligences clasroom. SkyLight: Rosdakarya Offset.
Pearson. Omar, N. Et. al. (2011). Automated analysis
Hande, S., Mohammed, C. A., & Komattil, of exam question according to bloom’s
R. (2014). Acquisition of knowledge, taxonomy. Procedia-Sosial and Behavioral
generik skill and attitudes through Sciences, 59 (2012) 297-303.
problem-based learning: student Pardjono. dkk. (2007). Panduan penelitian
perspectives of a hybrid curriculum. tindakan kelas. Yogyakarta: Lembaga
Journal of Taibah University Medical Penelitian UNY.
Sciences, 1-5.
Presiden. (2005). Peraturan Pemerintah RI
Huitt, W. (2011). Bloom et al.’s taxonomy of Nomor 19, tentang Standar Nasional
the cognitive domain. Voldosta, GA: Pendidikan.
Voldosta State University. Diakses pada
tanggal 18 Agustus 2014 dalam http:// Republik Indonesia. (2003). Undang – Undang
www.edpsycinteractive.org /topics/ RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang
cogsys/bloom.html [pdf]. Sistem Pendidikan Nasional.
Leighbody, G. B., & Kidd, D. M. (1968). Savery, J. R., & Duffy, T. M. (2001). Problem
Methods of teaching shop and technical base learning: an instructional model
subject. New York: Delmar Publishers. and its constructivist framework.
Bloomington: Indiana University.