You are on page 1of 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/283121945

Merelasikan Tipologi Permukiman dan Kriminalitas: Studi Kasus Permukiman


di Sleman Yogyakarta

Conference Paper · November 2009


DOI: 10.13140/RG.2.1.1875.2725

CITATION READS

1 1,607

1 author:

Ilya Fadjar Maharika


Universitas Islam Indonesia
35 PUBLICATIONS   23 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kampung Cerdas | Smart Kampung View project

Umranism-Urbanism View project

All content following this page was uploaded by Ilya Fadjar Maharika on 24 October 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


4th International Symposium of NUSANTARA URBAN RESEARCH INSTITUTE (NURI)
“CHANGE + HERITAGE IN ARCHITECTURE + URBAN DEVELOPMENT”
November 7th, 2009, Architecture Department of Engineering Faculty, Diponegoro University, Tembalang Campuss
Jl.Prof.H.Sudharto, SH, Semarang, Central Java, Indonesia

Merelasikan Tipologi Permukiman dan Kriminalitas: Studi Kasus Permukiman di


Sleman Yogyakarta

Ilya Fadjar Maharika1

Abstract— This paper is a progress report of a research on I. PENDAHULUAN: MERELASIKAN TIPOLOGI RUANG
the mapping of relation between crime and housing spatial DENGAN KRIMINALITAS
pattern in urban setting in Sleman Yogyakarta, Indonesia.
Di dunia pada umumnya dan di kota-kota besar
This research arose from impetus of the mushrooming
Indonesia pada khususnya, gated communities atau
gated communities: enclosed housing complexes that seems
komunitas berpagar cenderung berkembang sangat pesat.
to be a modus of urban sprawling development which lie
Survei yang dilakukan oleh Blakely dan Snyder dan Low di
side by side with open communities and kampungs.
Amerika (Blakely and Snyder 1997; Low 2003), di Eropa
This study compares two variables namely safety of
dan beberapa negara di Afrika dan Amerika Selatan
perception and behavior responding to crime in two
(Glasze, Webster et al. 2006), atau Leish di Jakarta (Leisch
different types of housing namely: gated communities and
2002) menunjukkan gejala tersebut dengan rinci. Survei
as ordinary housing as open community.
peneliti, di Kota Yogyakarta dan sekitarnya menemukan
The method was case study equipped with questionaire and
adanya pertumbuhan perumahan yang sebagian besar
interview to obtain perception and behavior data. The area
dipagari sekelilingnya itu yang mencapai lebih dari 383
of study is Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Samples of two
lebih perumahan baru hanya dalam kisaran waktu dari
types of housing were chosen in the area where high crime
tahun 2000-2005. Dari survei ini, motif paling dominan
rate occurs in order to have maximum variation cases and
adalah karena alasan keamanan (Maharika, Purwanto et al.
represent of housing type commonly found in Yogyakarta
2006).
and Indonesia in general. Respondents for questionaire and
Secara teoritis, proses pemagaran ruang yang seharusnya
interview were randomly chosen from each housing. Field
merupakan ruang publik kota ini secara teoritis merupakan
observation was done to see deeper the spatial characteristic
bentuk upaya defensif masyarakat melalui penciptaan
of each samples. Comparative analysis on safety perception
defensible space untuk meminimalisir terjadinya tindak
and behavior was carried out through statistical non-
kriminal di lingkungan mereka (Newman 1973; Kim 2006)
parametric Mann-Whitney Test to identify significance of
ataupun model turunannya seperti Crime Prevention
difference between those two groups of respondents.
through Environmental Design (CPTED) (lihat misalnya
It was found that there is no significance difference on the
(Crowe 1991; NCPC 2003). Dari beberapa laporan, secara
perception of safety between samples of groups, meaning,
umum menunjukkan bahwa kriminalitas kota (urban crime)
the perception of safety is most likely not influenced by
memang berkorelasi dengan munculnya permukiman
housing type but by other factors. However there are
berpagar. Namun demikian, relasi ini dilaporkan muncul di
significance difference on certain behavior in responding to
konteks kota dimana kriminalitas memang cukup tinggi –
crime between the groups although most of them are not
dan ditambah dengan aspek rasial - seperti Johannesburg di
directly related with architecture / spatial aspect.
Afrika atau kota-kota di Amerika Selatan seperti di Brazil.
This paper invites further discussion how we should
Namun penelitian Kim menunjukkan bahwa di Amerika
regulate housing pattern in its relation with crime
pagar memang menambah rasa aman bagi warganya. Akan
prevention through built environment.
tetapi ternyata pagar tidak mengurangi kriminalitas
faktualnya, bahkan angka kriminalitasnya lebih tinggi dari
Keywords : urban crime, gated communities, crime permukiman yang tanpa pagar (Kim 2006): 191). Artinya
prevention, perception of safety, CPTED dalam konteks lokal di Indonesia, kesimpulan studi literatur
tersebut memberikan arah yang justru semakin tidak jelas
terhadap trend gated communities. Terlebih karena isu
permukiman ini justru cenderung pada pertentangan antara
persepsi rumah tangga yang menganggapnya sebagai
sebuah “pilihan rasional” untuk menciptakan keamanan di
satu sisi dan sebagai penyebab munculnya fenomena
1
Dr. Ing. Ilya Fadjar Maharika, IAI. Jurusan Arsitektur Universitas fragmentasi ruang – urban sprawl – dan fragmentasi sosial
Islam Indonesia, Kampus Terpadu Jalan Kaliurang km 14,5 Yogyakarta masyarakat kota dari sisi perencanaan kota (Blakely and
55584. Telp. 0274-898444, email: maharika@staff.uii.ac.id

1
Architecture Department of Engineering Faculty – Diponegoro University in
colaboration with NURI
University Science Malaysia, Universitas Sumatera Utara, University Kebangsaan Malaysia, Universitas Indonesia, Yala Islamic College Paramitae Thailand, King Mongkut Institute of
Technology Thailand, Institut Teknologi Medan, University of Chulalongkorn, MIT Cave Murana Iniramuros Phillipines, University Puts Malaysia, Institut Teknologi Bandung, Universitas
Soetomo Medan, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Diponegoro, National University of Singapore
Snyder 1997; Atkinson and Blandy 2006), (Glasze, Webster tipe permukiman yang berbeda di atas? (2) Adakah
et al. 2006). perbedaan signifikan perilaku yang merespon pada
Dari sisi lokal ini muncul spekulasi teoritik yang kriminalitas pada dua tipe permukiman yang berbeda
mempertanyakan apakah memang permukiman yang tersebut di atas?
dipagari perimeternya itu memang menciptakan rasa aman Metoda umum yang digunakan sebenarnya adalah case
(persepsi keamanan)? Ataukah hanya sekedar mitos belaka study hanya saja teknik yang dipakai untuk analisis
bahwa dengan pemagaran dan pengaturan permukiman komparasi menggunakan dukungan analisis statistik.
tertentu akan memberi rasa aman kepada warganya? Wacana ilmu sosial sering menganggap studi kasus sebagai
Apakah permukiman dengan pola tertentu dapat metodologi yang kurang memberikan validitas yang cukup.
menciptakan rasa aman? Lebih jauh lagi adalah pertanyaan Namun seperti yang diungkap dengan sangat mendetail
bagaimanakah kita harus bersikap terhadap perkembangan oleh Flyvbjerg bahwa studi kasus dapat memperkuat
komunitas berpagar yang secara maknawi ambivalen dan disiplin ilmu sosial dengan memberikan contoh yang
berseberangan antara kepentingan penghuni dan developer sistematis (Flyvbjerg 2006). Studi kasus seperti ini pulalah
di satu sisi dan dari kacamata perencana dan pengelola koya
yang sering dipakai oleh para peneliti arsitektural untuk
di sisi lain?
mengungkap makna yang terkandung dalam sebuah
Dengan dijawabnya permasalahan tersebut, baik temuan
lingkungan binaan.
positif maupun negatif, diharapkan dapat berdampak sangat
krusial dalam cara pandang kita terhadap perkembangan Area Penelitian dan Area Kasus. Area penelitian
permukiman berpagar serta keberlangsungan model-model adalah Kabupaten Sleman dan sekitarnya hingga radius
permukiman terbuka di satu sisi dan bagaimana dimana klaser perumahan masih tinggi intensitasnya.
perencanaan fisik (perencanaan kota, perancangan kota dan Penelitian Maharika dkk. (2006) menunjukkan wilayah
arsitektur) harus bersikap terhadap pilihan-pilihan tipe tata Sleman mempunyai populasi perumahan dan permukiman
ruang permukiman. berpagar yang paling banyak. Karena sebab itu pula area
Secara umum penelitian ini yang kemajuannya penelitian difokuskan di Sleman ini dan oleh karenanya
dilaporkan melalui makalah bertujuan untuk memahami permukiman berpagar juga akan dipilih dari populasi
hubungan yang lebih luas antara persepsi kriminalitas permukiman yang berdasar dari data penelitian tersebut.
warga yang tinggal di suatu permukiman, perilaku Hasil survei yang dilakukan pada penelitian terdahulu dapat
pengamanan pada kriminalitas kota yang faktual terjadi di dilihat pada Gambar 1 yang menunjukkan kecenderungan
kurun waktu tertentu dan pola tata ruang permukiman kota. pengelompokannya.
Secara rinci penelitian ini diharapkan dapat: (1)
memberikan gambaran yang lebih adekuat motif atau alasan
masyarakat dalam bermukim terutama dalam kaitannya
dengan keamanan kota (urban safety). Aspek keamanan ini
menjadi semakin penting bagi perencanaan dan
perancangan kota terutama karena proses urbanisasi yang
semakin tak terkontrol dan berdampak pada angka
kriminalitas yang semakin tinggi. (2) Memberi panduan
secara lebih komprehensif tipe permukiman seperti apakah
yang perlu ditumbuhkan yang diharapkan mampu
menciptakan integrasi sosial lebih baik tanpa mengabaikan
aspek keamanan. (3) Mampu mengisi ketiadaan wacana di
paras teoritis yang berbasis pada keterangan empirik
fenomena di Indonesia sehingga dapat turut memberi
kontribusi keilmuan di paras global. (4) Diharapkan pula
penelitian ini dapat dikembangkan dengan kajian kebijakan
(policy study) bagi kebijakan pengembangan dan
perencanaan kota yang lebih luas. Gambar 1. Populasi perumahan yang cenderung
mengelompok di Kabupaten Sleman dari hasil pemetaan
2006 (sumber: Maharika dkk. 2006)
II. METODE
Secara umum penelitian ini adalah sebagai upaya Area kasus dipilih dari di lokasi yang merupakan kasus
memahami relasi antara keamanan dengan pola spasial ekstrem (extreme case) dari sisi kriminalitas agar didapat
permukiman di perkotaan. Oleh karena itu dalam penelitian informasi sebanyak-banyaknya dalam kaitannya dengan
ini diajukan dua variabel utama yaitu tipologi permukiman persepsi dan respon terhadap kriminalitas. Kasus ekstrim
dan persepsi pengamanan. Keamanan dalam penelitian ini ini diharapkan mampu menjadi pengalaman kolektif
direntang menjadi dua spektrum yaitu persepsi tentang masyarakat sehingga pengungkapan kembali melalui
keamanan dan perilaku pengamanan. Sementara pola kuisener dan wawancara dapat lebih mudah. Area ini dicari
spasial dibagi menjadi dua kategori yaitu permukiman di lokasi yang mempunyai kasus kriminalitas tertinggi
berpagar dan permukiman yang terbuka. menurut catatan kepolisian selama kurun waktu 3 tahun ke
Permasalahan operasional penelitian yang dilaporkan belakang (retrospektif). Berdasar data angka kriminalitas
melalui makalah ini adalah sebagai berikut: (1) Adakah tertinggi di Sleman, selama 4 tahun terakhir (data
perbedaan signifikan persepsi keamanan warga pada dua
2
Architecture Department of Engineering Faculty – Diponegoro University in
colaboration with NURI
University Science Malaysia, Universitas Sumatera Utara, University Kebangsaan Malaysia, Universitas Indonesia, Yala Islamic College Paramitae Thailand, King Mongkut Institute of
Technology Thailand, Institut Teknologi Medan, University of Chulalongkorn, MIT Cave Murana Iniramuros Phillipines, University Puts Malaysia, Institut Teknologi Bandung, Universitas
Soetomo Medan, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Diponegoro, National University of Singapore
Kepolisian Resort Sleman tahun 2005 – 2008) ditemukan kriminalitas. Melalui pemetaan ini teridentifikasi area
bahwa wilayah Kepolisian Resort Depok adalah daerah sampel di sekitar Perumahan Mataram Bumi Sejahtera dan
yang paling tinggi yaitu 3,9 kasus per 1000 orang jauh Mancasan tersebut di atas memang menjadi konsentrasi
dibandingkan rerata Sleman yang hanya 1,3 kasus per 1000 tindak kriminalitas. Ujicoba kuisioner dilakukan pada
penduduk. Oleh karena itu sampel permukiman diambil tanggal 19 Juni - 27 Juni 2009. Pengambilan sampel
dari resort ini yang secara administratif terletak di responden sebanyak 33 orang untuk tiap-tiap permukiman
Kecamatan Depok, dan lebih khusus lagi Kepolisian Sektor (mulai 20 Juli - 30 Agustus 2009) oleh 4 orang surveyor
Depok Timur yang terdapat klaster permukiman berpagar. yang telah dilatih. Pengumpulan data institusional
Kasus Sampel dan Subjek Penelitian. Dua tipe dilakukan utamanya di Kantor Kecamatan Depok, Kantor
permukiman diambil sampelnya masing-masing satu area Kepolisian Sektor Depok Timur dan Depok Barat serta
kasus yang mewakili 2 jenis permukiman yaitu Bulaksumur (yang berada di Kecamatan Depok).
permukiman berpagar dan permukiman kampung yang
terbuka. Yang dimaksud dengan unit permukiman yang
menjadi sampel kasus ini adalah unit administratif yang
besarnya minimal 1 RT (Rukun Tetangga yang berkisar 40
kepala keluarga) dan maksimal besarnya 1 RW (Rukun
Wilayah) atau dusun. Kedua kasus diidentifikasi kondisi
fisik pola permukimannya yang meliputi peta lokasi,
gambar figure-ground untuk mengidentifikasi pola
permukiman dan foto elemen-elemen yang menunjukkan
mekanisme defensible space serta catatan aktifitas yang
berkaitan dengan keamanan dan pengamanan. Di area ini
terdapat dua tipe permukiman yang diambil sebagai sampel
yaitu Perumahan Mataram Bumi Sejahtera (MBS) sebagai
sampel untuk permukiman berpagar dan Mancasan (Man)
yang terletak bersebelahan dengan perumahan MBS
Gambar 2. Sebaran kejadian perkara kriminalitas di
sebagai wakil dari permukiman terbuka. Diharapkan
Polsek Depok Timur 2006 – 2008 (pemetaan Juli 2009)
dengan kesamaan situasi kriminalitas yang berada di lokasi
yang menunjukkan kasus ekstrim, dan lokasi yang
Analisis. Analisis komparasi persepsi keamanan dan
berdekatan, maka variabel pengotor utama seperti
perilaku pengamanan di dua lokasi permukiman tersebut
perbedaan angka kriminalitas faktual dapat dieliminasi.
dilakukan dengan teknik analisis statistikal non-parametrik
MBS terdiri dari 70 unit rumah / kepala keluarga.
Uji Mann-Whitney untuk mengidentifikasi adanya
Mancasan terdiri dari dua dusun yaitu Mancasan Lor dan
perbedaan signifikan antar kedua grup tersebut.
Mancasan Kidul di mana terdapat kurang lebih 150 kepala
Hipotesis. Penyataan Permasalahan 1: Adakah
keluarga. Variabel pengotor berupa status sosial ekonomi
perbedaan signifikan persepsi keamanan warga pada dua
sulit dihindari dan akan dijadikan sebagai catatan dalam
tipe permukiman yang berbeda yaitu permukiman berpagar
pembahasan. MBS dijaga oleh 4 orang satpam yang
dan permukiman kampung yang terbuka?
bergiliran. Sementara Mancasan, terutama di Mancasan Lor
Hipotesis Kerja:
terdapat 7 kelompok sistem keamanan lingkungan dengan
H0: Tidak ada perbedaan signifikan persepsi keamanan
masing-masing 10 orang yang bertugas sebagai peronda
warga pada dua tipe permukiman yang berbeda yaitu
malam.
permukiman berpagar dan permukiman kampung terbuka.
Subjek penelitian adalah warga dari permukiman kasus
H1: Ada perbedaan signifikan persepsi keamanan warga
yang persepsi dan perilakunya akan diukur. Subjek
pada dua tipe permukiman yang berbeda yaitu permukiman
ditentukan secara acak dengan kriteria inklusi sebagai
berpagar dan permukiman kampung terbuka.
berikut: (a) dewasa (b) telah tinggal menetap di lokasi
Penyataan Permasalahan 2: Adakah perbedaan signifikan
paling tidak selama 2 tahun. Responden diambil paling
perilaku pengamanan warga pada dua tipe permukiman
tidak 30 orang untuk tiap lokasi kasus. Orang tua yang sulit
yang berbeda yaitu permukiman berpagar dan permukiman
diajak komunikasi diekslusi.
kampung terbuka?
Alat ukur digunakan kuisioner yang disusun dengan
Hipotesis Kerja:
jawaban berskala Likert (sangat setuju hingga sangat tidak
H0: Tidak ada perbedaan signifikan perilaku pengamanan
setuju) untuk pertanyaan-pertanyaan tentang persepsi
warga pada dua tipe permukiman yang berbeda yaitu
keamanan dan perilaku pengamanan yang diajukan.
permukiman berpagar dan permukiman kampung terbuka.
Jalannya Penelitian. Observasi lapangan dilakukan
H1: Ada perbedaan signifikan perilaku pengamanan
untuk beberapa keperluan. Identifikasi dan pemetaan kasus
warga pada dua tipe permukiman yang berbeda yaitu
kriminalitas (19 Juni - 13 Juli 2009) dengan hasil berupa
permukiman berpagar dan permukiman kampung terbuka.
peta digital Persebaran Tindakan Kejahatan di Kecamatan
Dalam analisis ini ditentukan tingkat signifikansi (!) = 0,05
Depok tahun 2006 – 2008 (Gambar 2). Peta ini diperlukan
dan dengan kriteria penolakan H0 ditolak apabila
untuk mengkonfirmasi lokasi permukiman sampel dengan
asymp.sig"!.
mempertimbangkan adanya konsentrasi kejadian
3
Architecture Department of Engineering Faculty – Diponegoro University in
colaboration with NURI
University Science Malaysia, Universitas Sumatera Utara, University Kebangsaan Malaysia, Universitas Indonesia, Yala Islamic College Paramitae Thailand, King Mongkut Institute of
Technology Thailand, Institut Teknologi Medan, University of Chulalongkorn, MIT Cave Murana Iniramuros Phillipines, University Puts Malaysia, Institut Teknologi Bandung, Universitas
Soetomo Medan, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Diponegoro, National University of Singapore
III. HASIL
Berdasarkan Tabel 1 di atas, hanya ada 2 persepsi
Persepsi Keamanan Rumah dan Lingkungan. Berikut
mengenai perasaan aman yang berbeda antara MBS dengan
disajikan hasil survei dan uji statistik dalam tabulasi
Mancasan, yaitu: (1) Persepsi mengenai perasaan aman
persepsi keamanan rumah dan lingkungan berdasar isian
meninggalkan barang/ kendaraan tanpa penjagaan pada
kuisioner sampel dari 2 tipe permukiman yang berbeda
malam hari di luar rumah. (2) Persepsi mengenai perasaan
yaitu Perumahan Mataram Bumi Sejahtera (MBS) sebagai
aman dari vandalisme, perusakan bangunan, grafiti dan
representasi dari tipe permukiman berpagar (gated
perilaku yang mengganggu.
community) dan permukiman Mancasan (Man) sebagai
Berdasarkan temuan di atas, diketahui bahwa persepsi
representasi permukiman kota yang terbuka. Hasil ini dapat
mengenai perasaan aman yang berbeda antara MBS dengan
dilihat pada Tabel 1.
Mancasan, dapat dilihat kecenderungannya melalui mean
rank-nya, yaitu: (1) Untuk persepsi mengenai perasaan
Tabel 1. Hasil uji Mann-Whitney persepsi keamanan
aman meninggalkan barang/ kendaraan tanpa penjagaan
rumah dan lingkungan
Pertanyaan Mean Rank Asymp. Keputus
pada malam hari di luar rumah, Mancasan mempunyai
MBS Man Sig -an kecenderungan merasa sangat aman. (2) Untuk persepsi
Apakah Saudara merasa 29,70 31,30 0,681 Gagal perasaan aman dari vandalisme, perusakan bangunan,
aman ketika berada di rumah menolak grafiti dan perilaku yang mengganggu, daerah MBS
sendirian pada siang hari? H0
Apakah Saudara merasa 32,10 28,90 0,434 Gagal mempunyai kecenderungan merasa sangat aman.
aman ketika berada di rumah menolak
sendirian pada malam hari? H0 Perilaku Pengamanan Rumah dan Lingkungan. Berikut
Apakah Saudara merasa 30,83 30,17 0,862 Gagal
aman ketika berada di menolak
disajikan hasil survei dan uji statistika dalam tabulasi
lingkungan permukiman H0 perilaku pengamanan rumah dan lingkungan berdasar isian
sendirian pada siang hari? kuisioner sampel dari 2 tipe permukiman yang berbeda
Apakah Saudara merasa 31,20 29,80 0,731 Gagal yaitu Perumahan Mataram Bumi Sejahtera (MBS) dan
aman ketika berada di menolak
lingkungan permukiman H0 Mancasan (Man). Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 2.
sendirian pada malam hari?
Apakah Saudara merasa 28,72 32,28 0,371 Gagal Tabel 2. Hasil uji Mann-Whitney perilaku pengamanan
aman meninggalkan rumah menolak
tanpa penjaga pada siang H0
rumah dan lingkungan
hari? Pertanyaan Mean Rank Asymp Keputus-
Apakah Saudara merasa 28,85 32,15 0,440 Gagal MBS Man .Sig an
aman meninggalkan rumah menolak Mengecek dan mengunci 32,18 27,00 0,202 Gagal
tanpa penjaga pada malam H0 pintu pagar sebelum menolak
hari? tidur atau bepergian H0
Apakah Saudara merasa 26,97 34,03 0,094 Gagal Mengecek dan mengunci 32,70 26,52 0,135 Gagal
aman meninggalkan barang / menolak pintu rumah dan jendela menolak
kendaraan tanpa penjagaan H0 sebelum tidur atau H0
pada siang hari di luar rumah bepergian
Apakah Saudara merasa 23,55 37,45 0,001 Tolak Memeriksa rumah bila 28,52 30,42 0,645 Gagal
aman meninggalkan H0 ada suara mencurigakan menolak
barang / kendaraan tanpa H0
penjagaan pada malam Memeriksa terlebih 32,54 26,67 0,142 Gagal
hari di luar rumah dahulu bila ada bel atau menolak
Apakah Saudara merasa 30,95 30,05 0,825 Gagal orang H0
rumah anda aman secara menolak berkunjung
umum? H0 Memasang alarm atau 28,00 30,90 0,497 Gagal
Apakah Saudara merasa 31,65 29,35 0,565 Gagal alat khusus atau binatang menolak
lingkungan tempat tinggal menolak khusus untuk H0
sebagai daerah yang aman? H0 pengamanan
Apakah Saudara merasa 31,97 29,03 0,469 Gagal Menyarankan orang 26,09 32,68 0,117 Gagal
lingkungan Saudara aman menolak untuk janjian / menelpon menolak
dari risiko kriminalitas H0 bila akan berkunjung H0
(pencurian, perampokan dll) Melapor kepada 28,25 30,67 0,569 Gagal
Apakah Saudara merasa 34,85 26,15 0,036 Tolak pengaman/petugas ketika menolak
lingkungan Saudara aman H0 ada keadaan H0
dari vandalisme, mencurigakan
perusakan bangunan, Mengamati lingkungan 31,64 27,50 0,320 Gagal
grafiti dan perilaku yang untuk memastikan menolak
mengganggu lain? keamanannya pada H0
Apakah Saudara merasa 28,79 30,17 0,736 Gagal waktu-waktu tertentu
aman meninggalkan anak- menolak Mengamati bila ada 31,54 27,60 0,340 Gagal
anak bermain di rumah H0 orang yang menolak
sendirian (tidak dijaga oleh mencurigakan di luar H0
orang tua/penjaga)? rumah
Apakah Saudara merasa 28,66 30,28 0,695 Gagal Menghafal dan mengenal 30,45 28,62 0,656 Gagal
aman membiarkan anak-anak menolak tetangga atau orang- menolak
bermain di lingkungan H0 orang yang dekat H0
sendirian (tidak dijaga oleh Menghafal dan 35,00 24,37 0,013 Tolak H0
orang tua/penjaga)? mengenal orang asing

4
Architecture Department of Engineering Faculty – Diponegoro University in
colaboration with NURI
University Science Malaysia, Universitas Sumatera Utara, University Kebangsaan Malaysia, Universitas Indonesia, Yala Islamic College Paramitae Thailand, King Mongkut Institute of
Technology Thailand, Institut Teknologi Medan, University of Chulalongkorn, MIT Cave Murana Iniramuros Phillipines, University Puts Malaysia, Institut Teknologi Bandung, Universitas
Soetomo Medan, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Diponegoro, National University of Singapore
Pertanyaan Mean Rank Asymp Keputus- pencurian dengan kekerasan sebagai bentuk kriminalitas
MBS Man .Sig an yang paling dikhawatirkan (52%).
yang selalu
berhubungan dengan
anda (tukang sampah, IV. PEMBAHASAN
sayur dll)
Berpartisipasi dalam 31,34 27,78 0,405 Gagal
Memetakan relasi antara keamanan dan pola tata
pengamanan lingkungan menolak ruang sebenarnya berakar dari persoalan yang berkisar pada
secara langsung (ronda H0 pertanyaan perlukah atau bisakah kita mengatur tata ruang
dll) agar tercipta kondisi lingkungan yang aman dari sisi
Berpartisipasi dalam 36,21 23,23 0,002 Tolak H0 kriminalitas? Adakah faktor yang mempengaruhi
pengamanan
lingkungan secara terciptanya rasa aman dan keamanan faktual dari sisi tata
tidak langsung ruang? Pertanyaan-pertanyaan mendasar tersebut berguna
(membayar jimpitan terutama sekali dalam konteks perencanaan kota di mana
dll) para perencana diharuskan mampu melihat dengan peka
Berinisiatif untuk 30,73 28,35 0,580 Gagal
mengambil prakarsa menolak arah perkembangan tata ruang kota di satu sisi dan dampak-
pengamanan lingkungan H0 dampak dari tata ruang ini di aspek yang mempengaruhi
/ usul – usul untuk kehidupan warganya di sisi lain. Kriminalitas dalam
menciptakan konteks ini menjadi bagian dari aspek tersebut.
pengamanan lingkungan
Studi-studi yang mengaitkan langsung antara tipologi
pola spasial perkotaan atau permukiman dengan
Berdasarkan Tabel 2 di atas, ada dua perilaku
kriminalitas menunjukkan tendensi yang masih inkonklusif.
pengamanan yang berbeda antara MBS dengan Mancasan, Dari berbagai survei literatur, motivasi utama orang berada
yaitu (1) Menghafal dan mengenal orang asing yang selalu di dalam komunitas berpagar adalah (1) memastikan adanya
berhubungan dengan anda (tukang sampah, sayur dll.). (2) kenaikan nilai properti (2) menawarkan keamanan terhadap
Berpartisipasi dalam pengamanan lingkungan secara tidak kriminalitas yang lebih tinggi dan (3) memperbesar rasa
langsung (membayar jimpitan dll.). kebersamaan warga (sense of community). Para ahli melihat
Berdasarkan temuan di atas pula diketahui bahwa motivasi ini dalam banyak kasus sekedar mitos yang
perilaku pengamanan yg berbeda antara MBS dengan dihembuskan oleh para pengembang. Mereka lebih
Mancasan dapat dilihat kecenderungannya melalui mean menyimpulkan bahwa gated communities lebih
rank-nya, yaitu: (1) Untuk perilaku menghafal dan berkontribusi pada ketimpangan dengan mereproduksi
mengenal orang asing yang selalu berhubungan dengan stratifikasi sosial dan mengenalkan lapisan baru berupa
anda (tukang sampah, sayur dll) MBS mempunyai ruang stratifikasi. Mereka percaya bahwa kota-kota di
kecenderungan sering melakukan hal tersebut. (2) Untuk Amerika telah mengalami perubahan yang diakibatkan
perilaku berpartisipasi dalam pengamanan lingkungan kekuatan struktural yang tercipta dari para pengembang,
secara tidak langsung (membayar jimpitan dll) MBS pemerintah daerah, komsumer dan media yang menjamin
mempunyai kecenderungan sering melakukan hal tersebut. menjamurnya gated communities (Vesselinov, Cazessus et
Dari pendalaman kasus terhadap aspirasi sistem al. 2007). Studi yang penulis lakukan juga menunjukkan
pengamanan yang diinginkan, terdapat temuan bahwa di indikasi adanya daya dorong yang merangsang tumbuhnya
MBS cara pengamanan pemukiman paling diinginkan oleh gated communities. Daya dorong ini terdiri dari strategi
responden adalah satuan pengamanan profesional 24 jam marketing permukiman yang menawarkan “kenyamanan
untuk lingkungan bersama, yaitu sebesar 39%. Sementara dan keamanan” di satu sisi, posisi Sleman dan Yogyakarta
di Mancasan cara tersebut juga menjadi yang paling favorit umumnya yang “aman” (booming perumahan di
yaitu sebesar 66%. Cara lain yang juga favorit adalah Yogyakarta terjadi semasa pasca krisis multi dimensi 1998)
pengamanan swadaya dengan ronda dan pengamanan serta adanya aturan yang terlalu lunak dari Pemerintah
malam hari oleh masyarakat sendiri (tidak 24 jam). Cara- (Maharika dkk. 2006). Dalam konteks ini, temuan bahwa
cara lain yang cenderung arsitektural seperti pembuatan tidak ada beda yang cukup signifikan dalam menciptakan
pagar bumi keliling lingkungan, pagar individual rumah rasa aman antara permukiman berpagar seperti MBS
dan memperkuat/mempertinggi ataupun portal akses dan dengan permukiman terbuka seperti Mancasan
penerangan malam hari serta penggunaan peralatan canggih mengindikasikan lemahnya faktor pagar sebagai piranti
seperti alarm dan kamera CCTV bukan merupakan aspirasi yang mempengaruhi terciptanya rasa aman itu. Dengan
yang signifikan. demikian sangat mungkin temuan penelitian ini
Hasil uji Mann-Whitney mengenai pengenalan mengkonfirmasi bahwa permukiman berpagar sangat
lingkungan tempat tinggal dengan pertanyaan “Apakah mungkin memang tidak secara nyata menciptakan rasa
saudara cukup mengenal tetangga dan lingkungan aman.
suadara?” menunjukkan hasil tidak ada perbedaan Ada faktor non spasial yang ternyata lebih dominan
mengenai pengenalan lingkungan tempat tinggal antara mempengaruhi rasa aman. Secara esensial terdapat
daerah MBS dengan Mancasan (mean rank MBS 30,38, perbedaan antara tindak kriminal yang memang terjadi di
mean rank Mancasan 25,54, Asymp.Sig 0,201 yang berarti kota dengan persepsi ketidakamanan/ketidakamanan warga
gagal menolak H0). kota itu. Haider-Markel memperlihatkan bahwa persepsi
Tindak kriminalitas yang paling dikhawatirkan warga terhadap kriminalitas dipengaruhi oleh kelompok organisasi
MBS adalah pencurian kendaraan bermotor (28%) dan dan komunitas (Haider-Markel 2004). Bahkan dengan
perampokan (28%). Sementara warga Mancasan melihat berbasis data kriminalitas di Jerman, Michael Windzio dan
Matthias Kleimann menunjukkan adanya fakta yang
5
Architecture Department of Engineering Faculty – Diponegoro University in
colaboration with NURI
University Science Malaysia, Universitas Sumatera Utara, University Kebangsaan Malaysia, Universitas Indonesia, Yala Islamic College Paramitae Thailand, King Mongkut Institute of
Technology Thailand, Institut Teknologi Medan, University of Chulalongkorn, MIT Cave Murana Iniramuros Phillipines, University Puts Malaysia, Institut Teknologi Bandung, Universitas
Soetomo Medan, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Diponegoro, National University of Singapore
kontradiktif antara kedua realitas itu. Sepuluh tahun Sementara di Mancasan terdapa ruang semi privat berupa
terakhir, dari data laporan kriminalitas, angka kriminalitas halaman-halaman rumah yang terkadang terletak di antara 2
di Jerman cenderung menurun. Akan tetapi, dari survei atau lebih rumah warga (Gambar 5).
mereka, warga Jerman menganggap kriminalitas di Jerman Dari penelitian tampak bahwa ada rasa aman yang
cenderung naik. Mereka mengungkap, ternyata, media berbeda secara signifikan yaitu warga Mancasan merasa
sangat mempengaruhi timbulnya persepsi kriminalitas yang sangat aman meninggalkan barang atau kendaraan tanpa
tinggi yang ternyata tidak didasari oleh fakta empirik penjagaan pada malam hari di luar rumah dan warga MBS
kriminalitas di Jerman (Windzio and Kleimann 2005). Dari cenderung merasa sangat aman dari vandalisme, perusakan
hasil penelitian tampak bahwa secara garis besar tidak ada bangunan, grafiti dan perilaku yang mengganggu. Hal ini
beda persepsi keamanan lingkungan permukiman antara sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor spasial ini.
permukiman berpagar dan non berpagar. Artinya, persepsi
atau rasa aman (atau rasa tidak aman) muncul dari faktor
lain. Menilik dari survei Windzio dan Kleimann dan apa
yang terjadi di media di Indonesia yang mengedepankan
berita kriminalitas sangat mungkin justru memicu
masyarakat untuk membentengi diri melalui permukiman
walaupun sebenarnya tetap saja mereka tidak merasa aman
dengan kehadiran pagar-pagar tersebut dan justru tetap
merasa pengawasan secara personallah yang dapat
memberikan rasa aman. Indikasi bahwa faktor personal
dalam bentuk adanya satuan pengamanan atau pun
keterlibatan aparat keamanan sebagai faktor pencipta rasa
aman dikonfirmasi pula oleh pihak dari Kepolisian Sektor
Depok Timur yang melihat kedekatan dengan pos polisi
atau tempat-tempat yang sering dipatroli polisi mempunyai
“nilai jual” yang tinggi secara ekonomi karena dianggap Gambar 4. Suasana ruang Mataram Bumi Sejahtera (MBS)
aman. dengan portal dan satpam di kejauhan (survei 22 September
Dari survei ini tampak bahwa ada rasa aman yang 2009)
berbeda secara signifikan yaitu warga Mancasan merasa
sangat aman meninggalkan barang/ kendaraan tanpa Ruang-ruang antara di Mancasan adalah ruang
penjagaan pada malam hari di luar rumah dan warga MBS halaman di mana mobil dapat masuk dengan leluasa dan
cenderung merasa sangat aman dari vandalisme, perusakan memungkinkan adanya pengawasan oleh pemilik dari
bangunan, grafiti dan perilaku yang mengganggu. Hal ini dalam rumah. Ceruk-ceruk yang semi privat ini sering
sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor spasial. dimanfaatkan sebagai tempat berkegiatan penduduk baik
yang mempunyai rumah ataupun tetangga sehingga
intensitas pengawasan menjadi tinggi. Situasi ini juga
menciptakan efek deterens bagi calon kriminal untuk
melaksanakan niatnya. Sangat mungkin morfologi ruang
seperti ini menciptakan rasa aman yang lebih tinggi
dibanding dengan parkir di jalur jalan umum seperti yang
terjadi di MBS walaupun telah ada pagar keliling.

Gambar 3. Morfologi ruang Mataram Bumi Sejahtera


(MB) dan Mancasan yang tampak dari peta figure-ground
(hasil reka ulang peta dari Google Earth, 2009)

Gambar 3 menunjukkan morfologi kawasan MBS – Gambar 5. Suasana ruang semi privat di Mancasan yang
Mancasan. MBS tampak merupakan kompleks yang teratur memungkinkan pengawasan dari dalam rumah (survei 22
dalam barisan (grid) sementara Mancasan organis. Di MBS September 2009)
ruang terbagi menjadi ruang publik (jalan) dan ruang privat
(rumah) dengan sangat tegas (Gambar 4). Sebagian rumah Namun dari sisi intrusi perilaku yang mengganggu
ada yang berpagar individual ada pula yang tanpa pagar. (grafiti misalnya yang paling sering terjadi) pagar keliling
6
Architecture Department of Engineering Faculty – Diponegoro University in
colaboration with NURI
University Science Malaysia, Universitas Sumatera Utara, University Kebangsaan Malaysia, Universitas Indonesia, Yala Islamic College Paramitae Thailand, King Mongkut Institute of
Technology Thailand, Institut Teknologi Medan, University of Chulalongkorn, MIT Cave Murana Iniramuros Phillipines, University Puts Malaysia, Institut Teknologi Bandung, Universitas
Soetomo Medan, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Diponegoro, National University of Singapore
lingkungan memang efektif sebagai penangkal. Hal ini ruang dan warganya. Keduanya dalam konteks penciptaan
sangat beralasan karena pagar mengeliminasi kemungkinan rasa aman mungkin saja mempunyai kontribusi namun
adanya intrusi itu dibandingkan keadaan yang terbuka. dengan cara yang berbeda walaupun tidak menghasilkan
Namun demikian, kondisi ini mengharuskan warga MBS efek rasa aman yang berbeda antara satu dengan yang
memberi perhatian khusus pada akses ini. Di sisi lain lainnya. Kemungkinan adanya pengaruh ini muncul dari
mereka tetap membutuhkan para pelaku aktifitas informal studi pernah dilakukan yaitu oleh Joyce M. Laurens. Ia
seperti pedagang sayur, tukang, buruh cuci dll. yang untuk meneliti kaitan antara tipo-morfologi ruang kota dengan
alasan keamanan harus dihapalkan. Mereka juga secara derajat kriminalitas kota Bandung sebagai upaya
sadar menganggap penting untuk berpartisipasi pada merumuskan indikasi acuan teknis bagi perencanaan
pengamanan namun dalam bentuk tidak langsung. Artinya lingkungan permukinan yang memasukkan unsur preventif
adanya faktor personal (satuan pengamanan misalnya) tetap terhadap tindak kriminal itu. Dia mengindikasikan melalui
menjadi pertimbangan yang utama dalam menciptakan rasa penelitiannya bahwa lingkungan dapat berperan dalam
aman. mengurangi peluang terjadinya tindak kriminal (Laurens
Menilik situasi spasial kedua sampel, tampak hanya 2006). Namun demikian ia tidak mendalami pada aspek
sedikit aspek dari Crime Prevention Through pemaknaan keamanan yang dapat berdimensi faktual (crime
Environmental Design – CPTED atau preventif terhadap rate) dan perseptual (persepsi tentang keamanan) Laporan
tindak kriminal melalui perancangan lingkungan yang Laurens juga tidak menunjukkan adanya indikasi apakah
terpraktikan terutama di MBS. CPETD didasari oleh premis data tentang kategorisasi permukinan dengan “kriminalitas
bahwa pelaku kejahatan tidak menginginkan adanya tinggi” dan “kriminalitas rendah” didasari oleh data faktual
pengawasan ("criminals do not wish to be observed") dan dari kepolisian ataukah survei dari persepsi warga Bandung
meletakan kekuatan pengamatan ke jalan ("eyes on the secara umum.
street") akan mempertinggi risiko bagi mereka para Kualitas lingkungan binaan atau tatanan spasial lain
pelanggar. Jadi prinsipnya adalah tidak mencegah yang dapat diidentifikasi sebagai faktor pengaruh terhadap
pelanggar atau penjahat (calon pelanggar atau calon rasa aman adalah derajat ketercampuran domain publik-
penjahat) memasuki lingkungan akan tetapi menjaga agar privat. Studi Lin dan Shih di Taiwan City menunjukkan
mereka tetapi terawasi sehingga kejahatan tidak terjadi. bahwa kota saat ini sulit dibedakan lagi antara domain
CPETD berbasis pada empat prinsip dasar yaitu adanya publik dan privat. Supermarket, kantor atau bahkan kelab
pengawasan secara alami (natural surveillance), pengaturan malam dapat dengan mudah ditemukan di tengah-tengah
akses secara alami (natural access control), perkuatan permukiman. Mereka berargumen bahwa komplikasi
teritorial (territorial reinforcement) dan pemeliharaan dan publik-privat ini menciptakan potensi munculnya bahaya.
pengaturan secara umum (maintenance and management) Dalam pengamatannya, kejahatan yang unik (distinctive
(NCPC 2003). crime) kebanyakan muncul di daerah di mana ruang publik
Menilik dari hal ini, natural surveillance atau dan privat tercampur baur (Lin and Shih 2004). Dalam
pengawasan alami secara umum terdapat di MBS maupun konteks ini MBS memang lebih steril dari variasi atau
di Mancasan. Bahkan di Mancasan hal ini sangat kentara bertabrakannya domain publik-privat karena hampir
karena adanya ruang-ruang semi privat tersebut. Sight line seluruhnya adalah rumah pribadi. Di Mancasan, domain ini
atau arah pandang yang bebas dari jendela-jendela rumah memang saling bertabrakan karena sangat mudah ditemui
baik di MBS maupun di Mancasan juga relatif tidak adanya rumah yang sebagian berfungsi sebagai toko,
terhalangi. Pengaturan akses di MBS dilakukan dengan laundry atau aktifitas publik lain di domain privat. Namun
elemen fisik berupa portal dan pagar sementara di demikian, keberbedaan ini juga tidak memberi pengaruh
Mancasan lebih cenderung dengan penghalang non fisik pada rasa aman kecuali pada kecenderungan kekhawatiran
atau psikologis seperti bentuk-bentuk tanda (sign) terhadap ancaman kriminalitas. Di MBS warga khawatir
“Kawasan Bebas Miras & Narkoba” dan “Ngebut Benjut” pada pencurian kendaraan (karena banyak yang diparkir di
dan aturan-aturan dan peringatan yang tertulis di rumah- luar rumah) dan perampokan (yang dengan modus
rumah kost. mengelabui satpam dapat masuk leluasa ke rumah-rumah).
Penguatan teritorial (territorial reinforcement) sangat Sementara di Mancasan warga lebih khawatir pada
formal dan seragam di MBS yaitu memakai pagar. pencurian dengan kekerasan karena fasilitas publik yang
Sementara di Mancasan terdapat variasi dalam mempenetrasi rumah-rumah membuka memungkinkan
memproteksi teritori yang mereka anggap "milik mereka" terjadinya tindak kriminal tersebut.
yaitu dengan pagar fisik, pagar tanaman, perbedaan Dalam konteks hubungan antara tipologi tata ruang
“intensitas kebersihan”, tanda-tanda, serta pengaturan permukiman dengan kriminalitas ini tampak bahwa
lansekap yang mengekspresikan kepemilikan. Sementara pentingnya komprehensifitas pemahaman bahwa intervensi
pada aspek pengaturan secara umum, elemen identitas arsitektural berupa pagar keliling tidak terlalu
dipakai di kedua permukiman yaitu dengan gapura di MBS mempengaruhi persepsi tentang keamanan. Dan oleh
serta berbagai tanda kepemilikan yang bervariasi di karenanya pemahaman yang sempit dan taken for granted
Mancasan (gapura dan tanda-tanda adanya “Idaman” – bahwa pagar dapat menciptakan rasa aman (dan keamanan
Ikatan Pemuda Mancasan) serta manajemen satuan faktual) agaknya perlu dievaluasi. Sangat mungkin,
pengamanan profesional di MBS dan siskamling yang dorongan untuk memagari diri justru dipicu oleh image
melibatkan warga di Mancasan. tentang kriminalitas yang muncul dari media dan bukan
Dari situasi tersebut tampak bahwa di MBS semua hal dari kondisi faktual kriminalitas kota yang ternyata tidak
menjadi lebih formal dan tegas sementara di Mancasan memberikan efek yang berbeda dengan intervensi tata
adalah sebuah interaksi sosial yang lebih kompleks antara ruang yang lebih berbasis pada interaksi dan lebih “lunak”
7
Architecture Department of Engineering Faculty – Diponegoro University in
colaboration with NURI
University Science Malaysia, Universitas Sumatera Utara, University Kebangsaan Malaysia, Universitas Indonesia, Yala Islamic College Paramitae Thailand, King Mongkut Institute of
Technology Thailand, Institut Teknologi Medan, University of Chulalongkorn, MIT Cave Murana Iniramuros Phillipines, University Puts Malaysia, Institut Teknologi Bandung, Universitas
Soetomo Medan, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Diponegoro, National University of Singapore
dalam kaitannya dengan potensi ancaman fragmentasi yang berorientasi pada pemecahan masalah spasial yang
sosial antar masyarakat. Apabila hal ini yang terjadi maka diakibatkan oleh relasi dialektik tatanan spasial dan
trend pemagaran permukiman harus dievaluasi dengan keamanan kota.
kritis. Hal ini juga potensial mereduksi pandangan para
pengandil perkotaan dan masyarakat akan pentingnya V. KESIMPULAN
faktor persepsi keamanan/ketidakamanan kota. Relasi antara tata ruang permukiman dan kriminalitas
Dari sisi normatif, strategi yang komprehensif dalam di konteks permukiman di Sleman, Yogyakarta, Indonesia
menciptakan rasa aman dan keamanan itu sendiri menunjukkan indikasi sebagai berikut:
diihtisarkan dengan jelas oleh Glasze sebagai berikut 1. Secara perseptual perasaan aman, masyarakat cenderung
(Glasze, Pütz et al. 2005: 15): merasa tidak ada beda yang nyata antara tinggal di
• Strategi Pengawasan (surveillance). Strategi ini permukiman berpagar ataupun di permukiman kampung
mengandalkan kontrol sosial dari masyarakat sendiri yang terbuka. Pagar keliling lingkungan permukiman
dengan turut serta mengawasi lingkungan ternyata hanya memberi rasa aman terhadap vandalisme
permukimannya. Strategi ini namun dapat pula dan pengrusakan properti namun tidak untuk terhadap
berkembang menjadi lebih formal yaitu dengan adanya tindak kriminal lainnya. Namun demikian memang
satuan pengamanan yang disewa. terdapat beberapa perilaku pengamanan yang
• Strategi pagar pengaman (enclosure). Strategi ini menunjukkan bahwa pemukim di permukiman berpagar
mengandalkan adanya kontrol terhadap akses terhadap lebih berhati-hati terhadap siapa yang memasuki
ruang tertentu. Pagar dan portal misalnya merupakan wilayah mereka. Perasaan aman (atau tidak aman)
alat yang paling sering dipakai . mungkin cenderung diciptakan oleh faktor lain yang
• Komunalisasi (civil participation). Strategi ini sifatnya spasial (morfologi ruanh tertentu) atau non
merupakan pembentukan komitmen bersama antar spasial.
berbagai pihak dalam setiap tingkat otoritas (rukun 2. Masyarakat baik di permukiman berpagar maupun di
tetangga, rukun wilayah, kelurahan, dan seterunsya). kampung terbuka ternyata tidak melihat intervensi
Secara umum pula dalam permukiman dapat dikembangkan arsitektural sebagai metode pengamanan yang mereka
cara-cara praktis untuk mencapai kualitas keamanan yaitu: inginkan. Mereka lebih menginginkan adanya
• Formalisasi dan privatisasi pengawasan. Melalui cara pengamanan oleh satuan pengamanan profesional
ini pengawasan yang dahulunya bersifat komunal dan selama 24 jam dan cara-cara yang melibatkan person
bersifat kesepakatan sosial dapat berubah menjadi lebih atau komunitas. Hal ini mengindikasikan bahwa
formal dengan adanya kontrak kerja dari satpam atau berhubungan langsung dengan person mungkin lebih
pemuda yang diberdayakan menjadi satuan tugas dapat dipercaya sebagai faktor pemberi rasa aman
pengamanan kampung. ketimbang sekedar menyerahkan sistem pengamanan
• Penggunaan alat dan teknologi. Alat seperti portal, melalui elemen arsitektural, bahkan cara-cara yang
otomatisasi portal dengan PIN, kamera video canggih sekalipun.
pengawasan, bahkan sampai akses biometrik sering 3. Pemagaran permukiman seperti halnya yang dilakukan
dipakai di negara-negara maju untuk mempertinggi melalui gated communities, mungkin harus dilihat lebih
kontrol terhadap akses. pada problematikanya terhadap persoalan perkotaan
• Cara-cara arsitektural dan tata ruang kota. Cara ini secara umum dan bukan sebagai bentuk pembenaran
banyak diilhami oleh teori defensible space dan teknik- untuk menciptakan rasa aman masyarakat. Bahwa pagar
teknik perancangannya. Cara ini merupakan sebuah menciptakan perasaan aman ternyata tidak terbukti.
alat preventif terhadap kemungkinan terjadinya Ternyata pengelolaan pengamanan baik profesional
kejahatan. ataupun oleh masyarakat sendiri justru dipercaya akan
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini adalah lebih memberikan rasa aman. Dalam konteks ini model-
pentingnya pemahaman terhadap kriminalitas kota bagi model pengembangan tata ruang permukiman yang
para perencana kota seperti halnya yang ditekankan oleh memudahkan identifikasi otoritas tata kelola
Murray dkk. (2001). Secara metodologis, mereka pengamanan swadaya oleh warga sendiri (dan atau
menyarankan pentingnya Geographic Information System profesional) perlu dieksplorasi lebih lanjut di samping
(GIS) dan teknik-teknik analisis spasial dalam memahami teknik-teknik pencegahan kriminalitas melalui tatanan
mengapa dan dimana aktifitas kriminalitas kota terjadi. ruang yang lebih berbasis pada situasi keruangan di
Secara praktis pandangan di atas dipraktekkan di London Indonesia.
oleh Gibbon (Gibbons 2004) yang memproduksi peta
kriminalitas kota dan menjadi instrumen yang penting
VI. PENGHARGAAN
dalam perencanaan infrastruktur kota. Berbeda dengan
Gibbon yang menitikberatkan pada teknik pemetaan Penelitian ini dibiayai oleh Direktorat Jenderal
menggunakan GIS, Andresen memakai cara analisis spatial Pendidikan Tinggi, Departement Pendidikan Nasional
regression technique untuk memetakan aktifitas kriminal di melalui skema hibah Penelitian Fundamental 2009.
Vancouver, Kanada (Andresen 2006). Namun demikian, Penelitian ini didukung oleh Direktorat Penelitian dan
penelitian ini belum diarah menjadi penelitian dalam tataran Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Indonesia, adik-
pemetaan komprehensif semacam itu. Diharapkan adik surveyor dan asisten: Tiffany, Agoes Sayuthi dan tim
penelitian ini akan menjadi dasar bagi penelitian lanjutan GIS, Zaharani Yusno ST., Tombak Dirgantoro, ST.,
berupa pemetaan sehingga teknik dan analisis di atas dapat Rahmad Wibowo, ST., Muhammad S. Ridho, ST., serta
diterapkan untuk lebih mendekati teori-teori preskriptif tim statistik Rahma Umarani, SSi. dan Kariyam, SSi., MSi.

8
Architecture Department of Engineering Faculty – Diponegoro University in
colaboration with NURI
University Science Malaysia, Universitas Sumatera Utara, University Kebangsaan Malaysia, Universitas Indonesia, Yala Islamic College Paramitae Thailand, King Mongkut Institute of
Technology Thailand, Institut Teknologi Medan, University of Chulalongkorn, MIT Cave Murana Iniramuros Phillipines, University Puts Malaysia, Institut Teknologi Bandung, Universitas
Soetomo Medan, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Diponegoro, National University of Singapore
Kepada mereka penulis menyatakan penghargaan setinggi-
tingginya.

REFERENCES
Andresen, M. A. (2006). "Crime Measures and the Spatial Analysis of
Criminal Activity." British Journal Criminology 46 (2) (Maret 1):
258-285.
Atkinson, R. and S. Blandy (2006). Gated Communities. London ; New
York, Routledge.
Blakely, E. J. and M. G. Snyder (1997). Fortress America: Gated
communities in the United States. Washington, D.C., Brookings
Institution Press.
Crowe, T. D. (1991). Crime Prevention through Environmental Design:
Applications of architectural design and space management
concepts. Boston: Butterworth-Heinemann.
Flyvbjerg, B. (2006). "Five Misunderstandings About Case-Study
Research." Qualitative Inquiry Volume 12(April Number 2): 219-
245.
Gibbons, S. (2004). "Urban crime: the role of neighbourhoods and
infrastructure." Diunduh 8 Maret 2007, dari
http://www.policyhub.gov.uk/docs/sgibbons_18mar04.pdf
Glasze, G., R. Pütz, M. Rolfes (2005). Die Veräumlichung von (Un-
Sicherheit, Kriminalität und Sicherheitspolitiken -
Herausforderungen einer Kritischen Kriminalgeographie. Bielefeld,
Transcript.
Glasze, G., C. Webster, K. Frantz (2006). Private Cities: Global and local
perspectives. London; New York, Routledge.
Haider-Markel, D. P. (2004). "Perception and Misperception in Urban
Criminal Justice Policy." Urban Affairs Review Vol. 39(No. 4):
491-512.
Kim, S. K. (2006). The Gated Community: Residents' Cripe Experience
and Perception of Safety Behind Gates and Fences in the Urban
Area Graduate Studies of Architecture. Texas, Texas A&M
University, disertasi doktoral tidak dipublikasikan.
Laurens, J. M. (2006). "Pendekatan Perilaku-Lingkungan dalam
Peracangan Pemukiman Kota: Panduan desain bagi pencegahan
tindak kriminal " Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 34 (Juli 2006; No.
1): 19 - 30.
Leisch, H. (2002). "Gated Communities in Indonesia." Cities 19: 341-350
Lin, Y. I. and C. S. Shih (2004). "Mapping the Nightclubs and Criminal
Behavior in Globalizing Taipei City—A Geographic Information
Systems Approach." Paper presented at the annual meeting of the
American Sociological Association, Hilton San Francisco &
Renaissance Parc 55 Hotel, San Francisco, CA. Retrieved 2009-05-
26, 2009, dapat diunduh di
http://www.allacademic.com/meta/p109647_index.html.
Low, S. M. (2003). Behind the Gates: Life, security, and the pursuit of
happiness in fortress America. New York, Routledge.
Maharika, I. F., Purwanto, et al. (2006). Inovasi Perumahan? Komunitas
Berpagar dan Perkembangan Kontemporer Yogyakarta. Laporan
Penelitian Riset Unggulan Terpadu Batch 2005-2006. Yogyakarta,
Universitas Islam Indonesia.
NCPC (2003). Crime Prevention Through Environmental Design
Guidebook. Singapore, National Crime Prevention Council
Newman, O. (1973). Defensible Space: Crime prevention through urban
design. New York, Collier Books.

Vesselinov, E., M. Cazessus, et al. (2007). "Gated Communities and


Spatial Inequality." Journal of Urban Affairs Volume 29(Number
2): 109–127.
Windzio, M. and M. Kleimann (2005). "Media Use and its Impacts on
Crime Perception, Sentencing Attitudes and Crime Policy."
European Journal of Criminology Vol. 2 (No. 3): 259-285.

9
Architecture Department of Engineering Faculty – Diponegoro University in
colaboration with NURI
University Science Malaysia, Universitas Sumatera Utara, University Kebangsaan Malaysia, Universitas Indonesia, Yala Islamic College Paramitae Thailand, King Mongkut Institute of
Technology Thailand, Institut Teknologi Medan, University of Chulalongkorn, MIT Cave Murana Iniramuros Phillipines, University Puts Malaysia, Institut Teknologi Bandung, Universitas
Soetomo Medan, Universitas Sam Ratulangi, Universitas Diponegoro, National University of Singapore

View publication stats

You might also like