Professional Documents
Culture Documents
Achmad Nashrudin P
Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Univ. Muhammadiyah Tangerang
nashrudin.achmad@gmail.com
Abstract
Research on Political Economy of Media: At the news ahead of elections for the governor
of Banten in 2017 by Radar Banten and Baraya TV, phenomenon triggered by the
loosening of the values of objectivity and independence of the mass media in carrying
out its functions as set in the Press Law and the Broadcasting Law. At the time of the
campaign, the candidates for governor and lieutenant governor are competing to get the
“place ‘and is known well as sell to prospective election promise to get sympathy. At the
time, the media seemed to forget the function and position. This study aims to determine
the phenomenon of media relations with the candidates and how the phenomenon of
the political economy of media in both institutions (Radar Banten and Baraya Pos) at
the time before the election for governor of Banten in 2017. This study uses this study
used a qualitative approach, with the constructivist paradigm and using the method
of data collection through the depth-interview, the informant was elected. The results
of the study illustrate that media relations (relations between) media with prospective
relatively loose, drawn from observations and interviews show that the two media are
“very affectionate” with the candidates, and the media policy in lifting more headlines
have suggested the economic interests vis a vis political interests.
Keywords: Political Communication, Independence, Political Economy of The Media.
Abstrak
Penelitian tentang Ekonomi Politik Media: Pada pemberitaan menjelang Pemilihan
gubernur Banten 2017 oleh Radar Banten dan Baraya TV ini dilatar belakangi oleh
fenomena melonggarnya nilai-nilai objektifitas dan independensi media massa dalam
menjalankan fungsinya sebagamana di atur dalam UU Pers dan UU Penyiaran. Pada
saat kampanye, para kandidat atau calon gubuernur dan wakil gubernur berlomba-
lomba untuk mendapatkan ”tempat’ dan dikenal sekaligus mengobral janji kepada calon
pemilhan untuk mendapatkan simpati. Pada saat itu, media seolah lupa pada fungsi
dan posisinya. Penelitian ini bertujuan mengetahui fenomena relasi media dengan
para kandidat dan bagaimana fenomena ekonomi politik media di kedua lembaga
(Radar Banten dan Baraya Pos) tersebut pada saat menjelang pemilihan gubernur
Banten tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, dengan paradigma konstruktivis dan menggunakan metode
pengumpulan data melalui depth-interview, dari informan terpilih. Hasil penelitian
menggambarkan bahwa relasi media (hubungan antara) media dengan para calon
155
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 2. Desember 2016
relatif longgar, tergambar dari hasil pengamatan dan wawancara yang menunjukkan
bahwa kedua media tersebut “begitu mesra” dengan para kandidat, dan kebijakan media
dalam mengangkat berita lebih disarakan pada kepentingan ekonomi vis a vis dengan
kepentingan politik.
Kata Kunci: Komunikasi Politik, Pilkada, Independensi, Ekonomi Politik Media.
156
Achmad Nashrudin P, Ekonomi Politik Media Pada Pemberitaan Menjelang Pemilihan Gubernur Banten 2017 ...
independensi media lokal ini akan lebih dia massa dan orientasi jurnalisme yang
mudah dilihat saat perhelatan pemilihan kian market-driven, bisakah kita berharap
kepala daerah (Pemilukada). Pertanyaan muncul independensi media lokal kita dalam
pertama yang relevan dikemukakan adalah, menyikapi pemioihan Gubernur Banten
masih mungkinkah kita mendapatkan tahun 2017 nanti?
media yang bersikap independen di tengah Konflik kepentingan pemilik modal
persaingan bakal calon kepala daerah, media yang berafiliasi ke politisi tertentu
contohnya pemilihan gubernur di Provinsi jangan sampai menyudutkan wartawan
Banten. semata-mata sebagai petugas kampanye.
Dalam hubungan media dan politik, Dalam terminologi Foucault (dalam Eriyanto,
independensi media menjadi salah satu 2005), kekuasaan menyebarkan wacana ke
genre dalam ilmu komunikasi politik tengah-tengah publik yang dipegang oleh
yang memandang media sebagai cabang media massa, hendaklah diperhambakan
kekuasaan keempat (fourth state). Media pertama-tama bagi kepentingan publik.
harus independen agar ketiga cabang Penelitian ini mengangkat peran dan
kekuasaan lainnya mendapat pengawasan fungsi media dalam perpektif ekonomi
yang memadai. Jika media berpihak atau politik. Konsepsi ekonomi politik pada
terkooptasi oleh cabang-cabang kekuasaan awalnya bermula dari upaya dukungan
lainnya, niscaya fungsinya sebagai anjing terhadap akselerasi kapitalis yang menolak
penjaga (watchdog) sulit dijalankan. Dengan sistem politik merkantilis yang dianggap
demikian kehidupan berdemokrasi akan tidak efektif dan efesien pada abad ke-18.
berjalan timpang. Demikianlah premis dasar Secara historis, Palgrave membuat definisi
dari genre tersebut. ekonomi politik sebagai studi tentang
Persoalannya, ketika konsentrasi kepe kesejahteraan dan usaha manusia untuk
milikan modal dalam industri media kian memenuhi nafsu perolehan (penawaran dan
menguat, jurnalisme pun makin terancam pemenuhan hasrat).
untuk menjadi sekadar bisnis, barang Untuk alasan itulah, menarik untuk
dagangan. Rupert Murdoch menjadi simbol mengangkat isu “seksi” ini dalam judul
terkenal bagaimana bisnis media yang Ekonomi Politik Media: Pada Pemberitaan
mengglobal kian menyudutkan jurnalisme Menjelang Pemilihan Gubernur Banten 2017
sebagai produk dagangan. Di Indonesia, Oleh Radar Banten dan Baraya TV.
khusunya di Banten, fenomena serupa bisa Penelitian ini bertujuan untuk men
ditemui dalam kelompok Jawapos (di Banten dapatkan informasi mengenai (1) Bagaimana
Jawa Pos memiliki rantai, melalui anak Relasi Media dan kekuasaan dalam praktik
perusahaannya Wahana Semesta Banten, ekonomi politik, menjelang pemilihan
yang merupakan holding bagi Radar Banten, gubernur Banten tahun 2017? dan; (2)
Baraya Pos dan Baraya TV). Bagaimana praktik Ekonomi politik Media
Orientasi jurnalisme pun telah berubah (Baraya TV dan Radar Banten) dalam menjaga
drastis dalam dua dekade terakhir. Saat Netralitas dan profesionalisme, menjelang
ini market driven journalism memaksa Pemilihan Gubernur Banten 2017?
para pekerja media, terutama kalangan
wartawan, untuk menjadi sekadar salah
satu sekrup dari rangkaian proses produksi METODE
untuk menghasilkan produk yang bernama Penelitian ini menggunakan pendekatan
berita. Jenis-jenis berita pun kian seragam, kualitatif. Penelitian kualitatif adalah sebuah
aspek entertainment kian dominan, laporan- proses penelitian untuk memahami masalah
laporan investigatif yang serius semakin sosial atau masalah manusia, berdasarkan
berkurang. pada penciptaan gambaran holistik lengkap
Pertanyaan kemudian muncul di yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan
tengah konsentrasi kepemilikan modal me pandangan informan secara terperinci dan
157
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 2. Desember 2016
disusun dalam sebuah latar alamiah (John W data, mengorganisasikan data ke dalam
Cresswell, 2002: 1). suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Menurut Fraenkel & Wallen, penelitian Dari pengertian ini, Patton membedakan
kualitatif memusatkan perhatian pada antara analisis data dengan penafsiran,
proses yang berlangsung. peneliti terutama yaitu memberikan arti yang signifikan
tertarik untuk memahami bagaimana terhadap analisis, menjelaskan pola uraian,
suatu hal terjadi. semenatara itu menurut dan mencari hubungan di antara dimensi-
Lincoln & Guba, penelitian kualitatif me dimensi uraian.
rupakan sebuah desain berkembang dalam
hal hasilnya. pengertian dan interpretasi HASIL DAN PEMBAHASAN
dinegosiasikan dengan sumber data manusia
kerena realitas subyeklah yang ingin dipaha Relasi Media dan kekuasaan dalam
mi peneliti (Cresswell, 2002: 156). Sedangkan praktik ekonomi politik, menjelang
paradigma penelitian yang digunakan adalah Pemilhan Gubernur Banten tahun 2017
konstruktivis. Ekonomi politik sebagaimana seba
Paradigma konstruktivis merupakan gaimana dikemukakan oleh Robert W.
penolakan terhadap pandangan positivis/ McChesney meliputi dua aspek, Pertama,
empiris yang memisahkan objek dengan sebagai alamat yang menghubungkan media
subjek. Faktor sentral dari penelitian serta dengansistem komunikasi padasuatustruktur
hubungan-hubungan sosialnya. Subjek, me masyarakat. Dengan kata lain, hal tersebut
nurut AS. Hikam (Lexy Moeleong, 2006: 5) menguji bagaimana media (dan sistem
memiliki kemampuan melakukan kontrol komunikasi) dan isi saling menguatkan,
terhadap maksud-maksud tertetu dalam menantang, atau mempengaruhi klas
setiap wacana. Bahasa dipahami sebagai (stratifikasi masyarakat) yang sudah ada dan
sesuatu yang diatur dan dihidupkan oleh hubungan sosial.
peryataan-pernyataan yang bertujuan. Kedua, ekonomi politik komunikasi
Setiap pernyataan pada dasarnya adalah memperlihatkan kekhususan pada bagai
tindakan penciptan makna, yakni tindakan mana kepemilikan, mendorong kinerja
pembentukan diri serta pengungkapan jati atau mekanisme (misalnya periklanan), dan
diri dari sang pembicara. Wacana dalam kebijakan pemerintah berpengaruh terhadap
paradigma konstruktivis adalah suatu upaya perilaku media dan isi (berita atau informasi
pengungkapan maksud tersembunyi dari dalam media tersebut). (Sudibyo, 2004: 2)
sang subjek yang mengemukakan suatu Sebagaimana sebuah masyarakat yang
pernyataan. Pengungkapan itu dilakukan mulai tumbuh dan bergeliat secara “ekonomi”,
diantaranya dengan menempatkan diri pada biasanya partisipasi masyarakat belum me
posisi sang pembicara dengan penafsiran nyebar secara merata. Masyarakat secara
mengikuti struktur makna dari pembicara. umum, lebih bersifat pasif. Selanjutnya
Metode pengumpulan data selain kelompok lain yang lebih kecil dan sedikit
pengamatan atas teks dan berita/informasi justru bersifat aktif. Dalam tatanan masya
tentunya tidak cukup hanya dengan rakat yang relative baru berkembang, baik
melakukan pengamatan. Akan tetapi dalam secara ekonomi maupun politik, peran
kelaziman dalam metode kualitatif adalah kelompok elit pada awalnya menjadi stimuli
dengan melakukan wawancara secara bagi berkembangnya partisipasi masyarakat
mendalam (depth-interview). Data yang yang lain. Mereka (baca: massa) meng
telah dikumpulkan pada penelitian dengan harapkan kiprah kelompok elit tersebut
menggunakan pendekatan penelitian kuali untuk memberikan dorongan dan peran yang
tatif dengan melakukan analisis terhadap berpengaruh dan mempengaruhi masyarakat
teks berita kampanye Pemilukada. kelompok nonelit. Sehingga, suka tidak
Menurut Patton (Moeleong, 2006: 6.), suka, dalam kondisi tertentu, kelompok
analisa data adalah proses mengatur urutan elit tersebut tidak menjadi ”masalah” serius
158
Achmad Nashrudin P, Ekonomi Politik Media Pada Pemberitaan Menjelang Pemilihan Gubernur Banten 2017 ...
159
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 2. Desember 2016
160
Achmad Nashrudin P, Ekonomi Politik Media Pada Pemberitaan Menjelang Pemilihan Gubernur Banten 2017 ...
161
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 2. Desember 2016
162
Achmad Nashrudin P, Ekonomi Politik Media Pada Pemberitaan Menjelang Pemilihan Gubernur Banten 2017 ...
yang berbeda, sering disebut dengan istilah pembinaan ini itu, hingga mensponsori
cover both sides, sedangkan netral berarti sejumlah kegiatan fiktif bagi para wartawan.
harus ada pemisahan antara fakta dan opini Inilah yang seharusnya dihapuskan dalam
pribadi wartawan (McQuail, 2000: 196-222). anggaran pemerintah daerah sekaligus
Mengungkap fakta dengan objektivitas ditolak oleh wartawan. Penghapusan pos
sesuai unsur-unsur yang telah disebutkan tersebut dapat mendudukkan pers pada
di atas, maka dengan sendirinya media akan posisi yang proporsional sebagai lembaga
menjadi anjing penjaga (watchdog) terhadap independen.
berbagai penyelewengan, baik di level Ketiga, indikasi untuk melihat pro
negara (state) maupun masyarakat fesionalisme pers lokal adalah pada ta
(public), termasuk perorangan. Dalam kon taran makro yang merujuk pada dinamikan
disi ini masyarakat akan berpikir serta sosial budaya, ekonomi politik, konteks
menentukan sendiri, mana yang benar dan sejarah, dan regulasi media. Isu yang
mana yang salah. Pers tidak perlu mendikte mencolok dari aspek makro adalah ketidak
atau mengarahkan, cukup mengungkap jelasan aturan main bagi pers lokal dalam
fakta apa adanya, dan masyarakatlah yang mengartikulasikan fungsinya. Penegakan
memberi penilaian. etika yang kurang tegas, siapa yang memeberi
Kedua, indikasi profesionalisme pers sanksi dan sanksi apa yang dilakukan jika
lokal dapat dilihat dari elemen meso. terjadi pelanggaran tampaknya belum
Aspek ini meliputi dinamika proses-proses sepenuhnya diakomodasi dengan baik oleh
memproduksi dan mengonsumsi teks berbagai sistem hukum di negara kita, dalam
media. Hal mencolok dalam pembahasan pengertian lemah pada aspek penegakan,
ini adalah lemahnya manajemen pers lokal bukan pada bunyi pasal-pasal perundang-
dengan SDM yang kurang kompeten serta undangan.
tidak profesional. Selain itu, lemahnya Di sisi lain, dari segi historis, menja
manajemen media ini juga berujung pangkal murnya pers lokal juga tidak sepenuhnya
pada rendahnya kesejahteraan hidup jurnalis berangkat dari basis pemikiran kontemplatif
lokal, yang dalam banyak kasus diberi gaji di bagi kemanfaatan publik, melainkan tak
bawah standar UMR. Bahkan, ada sebagian lebih sebagai tren, bahkan euforia kebebasan
wartawan daerah yang hanya memperoleh yang pada titik tertentu ternyata tidak
kartu pers tanpa gaji tetap dari medianya dipahami maknanya oleh baik pengelola
(lihat misalnya Tim LSPP, 2005: 102). Pada pers maupun publik media itu sendiri.
kasus lain, pendirian pers merupakan Inilah yang mendorong perlunya lembaga
agenda politik elite lokal yang membawa pengawas media (media watch) yang
misi menjadikan media sebagai corong independen guna mengingatkan jika terjadi
membela kepentingannya. Ini tampak dari penyelewengan oleh pers. Selain itu bagi
nama-nama elite poltik lokal yang tercantum masyarakat diperlukan edukasi bermedia
dalam masshead (struktur redaksional) melalui pendidikan literasi media sehingga
suratkabar. mereka tidak hanya menjadi objek pasif
Kurangnya profesionalisme pers lokal media, melainkan memiliki kesadaran
juga diperlihatkan dari kondisi wartawan yang peran sebagai stakeholder aktif yang berhak
tidak memiliki kompetensi dan idealisme terlibat dalam proses produksi dan distribusi
sehingga hanya menjadikan institusi media informasi.
lokal sebagai lahan mencari keuntungan. Dalam sebuah tulisan di Majalah Time,
Kolaborasi mutualisme wartawan dengan Henry Gunward pernah menulis jargon: no
pemerintah daerah mengarah pada democracy without free press (Republika,
kesepakatan-kesepakatan yang menyimpang 26 Mei 1999). Statemen ini senada dengan
dari idealisme dan etika jurnalistik dilegalkan pidato Presiden Thomas Jefferson yang
dalam anggaran pemerintah daerah (APBD), sangat populer: “Jika saya disuruh memilih
mulai dari biaya perwatan gedung PWI, antara pemerintah tanpa pers yang bebas
163
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 2. Desember 2016
dan pers bebas tanpa pemerintah, maka saya Hal itu tidaklah aneh di tengah semangat
akan memilih pers bebas tanpa pemerintah”. desentralisasi dan kebebasan informasi
Di tengah semangat desentralisasi dan yang diusung pasca gerakan reformasi
kebebasan informasi, terlebih dengan telah 1998, bangkitnya industri media lokal telah
lahirnya UU No. 14 tahun 2008 tentang memberi kontribusi dalam tradisi bermedia
Keterbukaan Informasi Publik. Semakin dan kehidupan demokrasi di Indonesia. Tak
membangkitkan industri pers lokal untuk terkecuali di Banten.
memberi kontribusi dan warna baru dalam Berdasarkan sinyalemen tersebut,
tradisi bermedia dan kehidupan demokrasi ada 3 (tiga) hal yang menjadi perhatian
di Indonesia. Namun demikian, lanskap sentral: Pertama, tinjauan teoritik mengenai
kehidupan bermedia, terutama di ranah relasi media, demokrasi, dan proses menuju
lokal masih menunjukkan karut marut demokratisasi di ranah lokal. Kedua, sebagai
persoalan yang berkelindan dan pelik untuk respon dari penyelenggaraan otonomi
diurai. Netralitas pers lokal dalam pemilihan daerah, media memegang peran vital sebagai
kepala daerah (Pemilukada) misalnya, atau mediator informasi antarpemimpin politik
eksistensinya yang lebih mengutamakan dengan konstituennya, maka diskusi tentang
fungsi ekonomi daripada aspek informatif- netralitas media dalam pemilihan kepala
edukatif bagi publik daerah adalah dua isu daerah menjadi penting untuk dikemukakan.
utama yang mengemuka, bahkan berpotensi Apalagi dinamika industri media lokal di
mereduksi peran pers; alih-alih menjadi tanah air pasca Orde Baru menunjukkan
pilar keempat (fourth estate) yang mengawal bagaimana tarik menarik kepentingan antara
proses demokratisasi, justru misfungsi media, pemerintah lokal, dan pengiklan
menjadi kepanjangan tangan “raja-raja” (termasuk pemerintah yang juga kerap
daerah yang menyokong kepentingan berposisi sebagai pengiklan) dalam proses
kekuasaan jangka pendek, nasionalisme konstruksi berita politik yang disajikan media
kesukuan, dan primordialisme lokal. lokal. Ketiga, pentingnya peran media lokal
Menurut survei The Asia Foundation dalam proses demokratisasi di Indonesia,
yang dikeluarkan pada 2004, lebih dari 90 sekaligus memberikan tawaran alternatif
persen masyarakat menggunakan media bagaimana seharusnya format media lokal
sebagai sumber informasi pemilihan umum di masa mendatang, baik sebagai subsistem
(LSPP, 2005). Dari besarnya angka ini demokrasi maupun pilar industri.
tentu sangat membuka penyalahgunaan Maraknya media lokal atau media
media sebagai sarana “main mata” antara daerah sesungguhnya merupakan reaksi
pemilik media dan elit politik daerah. simultan dari reformasi politik tahun
Mulai dari kesepakatan transaksional untuk 1998. Gerakan reformasi sendiri berhasil
menyediakan space iklan politik, meliput mendorong setidaknya dua perubahan
pelantikan pejabat daerah, hingga publikasi signifikan. Pertama, era kebebasan pers
yang mem-blow up aktivitas kampanye yang menggantikan tirani-autoritatif pe
pemilu. Kondisi ini menjadi lebih buruk jika merintah melalui rezim surat perizinan.
kebetulan pemilik media atau orang kuat Kedua, perubahan mendasar dari reformasi
di struktur organisasi media adalah salah adalah agenda otonomi daerah yang
satu kandidat peserta Pemilukada. Yang mengusung asas desentralisasi. Kebijakan
terjadi tidak lain pers lokal menjadi aparatus yang dituangkan Undang-undang Nomor 32
kepentingan sesaat guna menggalang Tahun 2004 membawa dua tujuan yang tidak
konstituen di daerah pemilihan. Jelas dari dapat dilepaskan dari peran media (1) tujuan
bentuk-bentuk penyimpangan seperti ini, politik dan (2) tujuan administratif. Tujuan
pers tidak lagi dapat berfungsi sebagaimana politik memposisikan pemerintah daerah
konsepsi tradisional pers: majelis keempat sebagai medium pendidikan politik bagi
demokrasi yang artinya pers sebagai pilar masyarakat tingkat lokal yang secara agregat
pengawas kekuasaan. akan berkontribusi pada pendidikan polilik
164
Achmad Nashrudin P, Ekonomi Politik Media Pada Pemberitaan Menjelang Pemilihan Gubernur Banten 2017 ...
165
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 2. Desember 2016
nodle), yaitu teori klasik mengenai proses Baraya TV, patut dipertanyakan. Alih alih
terjadinya efek media massa. Dalam teori mengusung profesionalisme media, media
ini, isi media dipandang sebagai obat yang lokal tampak lebih cenderung memerankan
disuntikan ke dalam pembuluh audien, yang sebagai institusi ekonomi, dengan lebih
kemudian diasumsikan akan bereaksi seperti mengedepankan praktik-praktik ekonomi
yang diharapkan. melalui spot iklan (kampanye) yang mendapat
Media memang memliki kekuatan space lebih besar dan lebih ”longgar”.
yang signifikan dalam melakukan produksi Melihat kondisi seperti ini, nampaknya
dan reproduksi citra politik dan isi media fenomena ekonomi media, menampakkan
sebagai realitas yang telah dikonstruksikan wajah yang sebenarnya. Dalam arti,
(constructed reality), hal ini seperti pendapat media relatif kesulitan melakukan tugas
Tuchman (1980). Maka dari itu munculah jurnalistiknya dengan konsisten dengan pe
rumusan “Siapa yang menguasai media maka nilaian ketidaknetralan oleh beberapa pihak.
akan menguasai dunia”, jika kita hubungkan Pemanfaatan kesempatan memperoleh
pada konteks Pemilukada maka calon yang ”ceruk” iklan, cukup dominan. Hal tersebut,
dapat menguasai opini publik maka dia akan dianggap sebagai hal yang sering ditemui
lebih berpeluang untuk menang. dalam fenomena media lokal, terutama pada
Independensi dan netralitas media, saat-saat Pemilukada.
dalam hal ini Radar Banten, ketimbang
166
Achmad Nashrudin P, Ekonomi Politik Media Pada Pemberitaan Menjelang Pemilihan Gubernur Banten 2017 ...
Muis, Andi Abdul. 2000. Ilmu Komunikasi UU No. 32 Tahun 2002, tentang Penyiaran
suatu Pengantar. Bandung: Remaja UU No. 32 Tahun 2004, Pemerintahan
Rosda Karya. Daerah
Severin J, Werner dan Tankard Jr. W. James. UU No 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan
2007. Teori Komunikasi : Sejarah, Informasi Publik (KIP)
Metode, dan Terapan di Dalam Media
Massa (Terjemahan). Jakarta: Kencana
Sumber Lain :
Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media
Penyiaran. Yogyakarta: LKIS. Baraya TV
Wijaya, Albert. 1988. Budaya Politik Radar Banten, 5 – 18 Oktober 2011
Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Republika, 26 Mei 1999
LP3ES.
Kompas, 20 Juni 2006
167
INFORMASI Kajian Ilmu Komunikasi Volume 46. Nomor 2. Desember 2016
168