You are on page 1of 23

ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI: STUDI

ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG 1)

Riyadi
PKPPA I Lembaga Administrasi Negara, Jl. Kiara Payung, Sumedang,
Telp. (022) 7790044, Fax. (022) 7790055, email: riyadilan02@yahoo.com

Analysis of Leadership and Bureaucracy’s Behavior:


Study Analysis in the Regional Secretariat of Bandung City

Leadership always be a subject matters in the bureaucracy area, that is why the problems of leadership have a specific
character be influenced by feodalism culture. This condition especially has influenced to characteristic of bureaucracy
that in the future involve to bureaucratic behavior. In this mean, a bureaucracy as an organization which include in
the government apparatus. In the effective leadership, the competency for manage all off organization resources,
could be one of the main competency needed. The effective leadership will support to appear the conducive
bureaucracy behaviour. The research in Secretary of Kota Bandung, has been gotten that less of respondence
perception about leadership of bureaucracy, in factually, have strongly correlation which cause to conducive
bureaucracy behaviour, specifically in individual level. Based on the research, to improve the bureaucracy condition,
it should start with increasing leadership quality effectively, so that, it’s possible to push up the well attitude of the
employees and it will could appear the conducive bureaucracy behaviour. To improve that bureaucracy condition, it
need support and intensively collaboration between academician and practician level in the research and development
systematically about development system in the government environment.

Keywords: effective Leadership, government apparatus, Behavior of Bureaucracy

A. PENDAHULUAN kemunculannya pemimpin-pemimpin


birokrasi, dipandang sebagai salah satu
Masalah kepemimpinan dalam
penyebab lemahnya kepemimpinan dan
birokrasi, telah menjadi perhatian banyak
masalah dalam perilaku birokrasi. Selain
pihak di Indonesia. Ini terjadi disebabkan
itu, karakter atau sifat-sifat yang sering
karena adanya beberapa permasalahan
menjadi sorotan dalam lingkungan
yang selalu melingkupi masalah birokrasi
birokrasi, juga dipandang memiliki andil
di Indonesia. Birokrasi seringkali
besar bagi terciptanya birokratisasi di
dipandang sebagai sesuatu yang kaku,
Indonesia. Budaya yang masih diwarnai
berbelit-belit, tidak profesional, dan tidak
pengaruh-pengaruh feodalistik, arogansi
memiliki standar yang jelas dalam
birokrat, keangkuhan aparat sebagai
melaksanakan tugas. Permasalahan yang
seorang pamong, yang lebih menonjolkan
terjadi pada tataran sistem manajemen ini,
dirinya sebagai pejabat yang
pada akhirnya menjadi permasalahan yang
berwenang/berkuasa (pangreh praja)
kompleks dan memberikan pengaruh
dibandingkan sebagai aparat pelayan dan
terhadap perilaku birokrasi.
pengayom masyarakat (pamong praja),
Kepemimpinan dan perilaku birokrasi seolah-olah telah menjadi ciri atau karakter
memang telah menjadi salah satu topik utama aparat birokrasi di Indonesia.
yang menjadi sasaran fokus dalam upaya
Permasalahan yang teridentifikasi
memperbaiki kondisi birokrasi dewasa ini.
dalam hal kepemimpinan memang bersifat
Lemahnya sistem pengembangan pegawai,
umum, antara lain seperti: Masih
termasuk dalam hal ini adalah sistem
kentalnya budaya feodalistik yang
karier, yang menjadi dasar dan jalur bagi

1) Diangkat dari Penelitian Penulis dalam Tesis Pascasarjana UNPAD dengan judul: “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap
Perilaku Birokrasi Di Sekretariat Daerah Kota Bandung“, setelah dilakukan beberapa penyesuaian.
ditunjukkan oleh para pimpinan dengan agenda kerja, motivasi pegawai cenderung
hirarkhi formalistik yang kuat, terutama kurang sehingga seringkali terjadi
dalam hubungan atasan – bawahan, baik keterlambatan dalam pengerjaannya.
dalam konteks pejabat dengan staf
Perilaku lain yang seringkali muncul
(pelaksana) maupun dalam konteks
di kalangan birokrasi adalah santai di saat
levelling jabatan. Pola kepimpinan
jam kerja, namun di pihak lain, ada yang
cenderung bergaya memerintah, instruktif,
tampak sibuk dengan pekerjaannya. Dari
dan kaku, sementara bawahan cenderung
hasil pengamatan, hal ini juga muncul
bersikap patuh dan “manut”, sehingga
secara tidak merata, artinya kesibukan
secara konseptual dapat dikatakan
terjadi pada satu unit, namun di unit lain
bersikap sebagai followers (pengikut)
tampak santai, seolah-olah tidak ada
dibanding sebagai partner (mitra) dalam
pekerjaan yang harus dikerjakan pada saat
pekerjaan.
itu. Daya kreasi dan inovasi masih rendah.
Fenomena lain yang muncul dalam Mereka cenderung hanya menjadi tenaga
kepemimpinan birokrasi tersebut adalah pelaksana yang menjalankan tugas-tugas
masih kuatnya budaya patrimonialisme dan yang sudah direncanakan dan
patron-client. Faktor like and dislike dalam dikembangkan oleh pimpinan, sehingga
pengangkatan dalam jabatan (promosi), mereka kurang terlatih dan kurang
masih mewarnai system karier di terbiasa dengan pengembangan konsep
lingkungannya. Selain itu, kedekatan serta pemikiran yang progresif dalam
hubungan, baik pertemanan, keluarga, pekerjaannya.
atau kelompok masih kental dalam
Dari uraian di atas, permasalahan-
praktek-praktek promosi birokrasi.
permasalahan yang terkait dengan
Sementara itu, bila kita melihat kepemimpinan dan perilaku birokrasi
keadaan birokrasi dari perspektif perilaku, tersebut, secara umum dapat diidentifikasi
juga memiliki permasalahan yang tidak sebagai berikut:
kurang dibandingkan dengan masalah
1) Budaya (culture) yang dianut
kepemimpinan. Berdasarkan hasil
cenderung paternalistik, patron-client,
penelitian dari beberapa ahli organisasi
patrimonialistik, feodalistik dimana
dan ilmu perilaku, diyakini bahwa
hubungan hirarkhial atasan – bawahan
kepemimpinan akan membawa dampak
masih kental, sehingga iklim kerja
atau pengaruh terhadap perilaku, baik
cenderung formal dan statis;
individu, kelompok/organisasi. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku 2) Kepemimpinan yang diterapkan lebih
memang banyak, dan gaya kepemimpinan bersifat instruktif/perintah, direktif,
adalah merupakan salah satunya (lihat dan cenderung kurang memperhatikan
Robbins, 2001:155). nilai-nilai demokratis yang
memberikan ruang bagi partisipasi
Perilaku yang sering muncul di
aktif bawahan;
kalangan aparat birokrasi dapat kita lihat
dari berbagai sisi. Misalnya dari aspek 3) Rendahnya motivasi dan perilaku
motivasi kerja, penulis melihat bahwa aparat dalam menjalankan fungsi-
mereka memiliki motivasi yang cukup fungsi pelayanan, sehingga baru mau
apabila mengerjakan tugas-tugas yang bekerja apabila diberi kompensasi
bersifat “proyek”, hal ini disebabkan langsung dari pekerjaannya;
karena ada kompensasi langsung (uang
4) Masih sering terjadi mal-administrasi
honor) yang diberikan dari kegiatan
yang dilakukan oleh birokrasi publik
tersebut. Sementara itu, apabila
dan meluasnya praktik KKN, terutama
mengerjakan tugas-tugas rutin, antara lain
di unit-unit yang terkait langsung
seperti: membuat laporan, membuat

238 Jurnal Wacana Kinerja Volume 14 No. 2 November 2011 (237-259)


ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI:
STUDI ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG
Riyadi

dengan pelayanan, baik pelayanan diterapkan oleh aparat birokrasi dapat


internal (kesekretariatan) maupun mempengaruhi terhadap perilaku
pelayanan terhadap masyarakat; birokrasi? Seberapa besar pengaruh
kepemimpinan terhadap perilaku
5) Rendahnya profesionalisme aparat,
birokrasi?
kurang kreatif dan inovatif, dengan
pola kerja yang kurang dinamis, serta 1. Tujuan Penelitian
mutu (kualitas) kerja yang masih harus
Berbagai upaya dan tindakan yang
ditingkatkan;
dilakukan oleh pihak-pihak
6) Sistem penghargaan yang dianggap berkepentingan untuk memperbaiki
kurang berkeadilan, di mana hal ini kinerja birokrasi, telah banyak dilakukan.
diberikan bukan atas dasar hasil kerja Baik melalui langkah-langkah strategis
melainkan lebih didasarkan pada yang dilakukan oleh kalangan birokrasi
tingkat struktur jabatan; sendiri, maupun berbagai penelitian yang
dilakukan oleh para akademisi yang
Pada tataran tertentu, permasalahan-
memberikan masukkan secara teori dan
permasalahan di atas bisa terjadi secara
konsepnya. Akan tetapi, karena
parsial yang terfragmentasikan pada
permasalahan yang cukup kompleks yang
masing-masing kondisi, tetapi pada tataran
dihadapi dan dialami kalangan birokrasi
atau kondisi lainnya bisa pula terjadi
tersebut, tampaknya isu tentang birokrasi
secara bersamaan, saling terkait dan saling
ini selalu menjadi daya tarik yang relative
mempengaruhi, sehingga terbentuk dalam
kuat bagi para peneliti untuk terus
suatu kondisi permasalahan yang
menerus mengkajinya. Oleh karena itu
komprehensif (menyeluruh).
pulalah, maka dalam penelitian ini penulis
Kepemimpinan yang cenderung tertarik untuk turut serta menelaah
feodalistis, otoriter, dan kurang demokratis fenomena-fenomena dalam birokrasi
secara langsung ataupun tidak tentunya dengan tujuan sebagai berikut:
akan mempengaruhi terhadap perilaku
1) Untuk menganalisis dan
birokasi. Birokrasi dalam hal ini
mengungkapkan secara lebih dalam
dipandang sebagai suatu organisasi, yang
tentang permasalahan yang terkait
di dalamnya terdiri dari individu,
dengan kepemimpinan dalam birokrasi,
kelompok, dan organisasi itu sendiri.
dan perilaku birokrasi.
Untuk itulah maka dalam penelitian ini,
penulis tertarik untuk melihat lebih jauh 2) Untuk menganalisis pengaruh/dampak
mengenai pengaruh kepemimpinan yang dari kepemimpinan terhadap perilaku
ada dalam lingkungan birokrasi terhadap birokrasi tersebut, sehingga diharapkan
perilaku birokrasi, yang dirumuskan dapat memberikan masukkan yang
dalam judul “Pengaruh kepemimpinan efektif dalam upaya pelaksanaan
terhadap perilaku birokrasi” dengan pemerintahan khususnya dalam rangka
mengambil lokus di lingkungan Sekretariat implementasi otonomi daerah.
Daerah Kota Bandung.
Fokus penelitian diarahkan pada
2. Manfaat Hasil Penelitian
permasalahan pokok yang akan diteliti
yaitu kepemimpinan yang dipandang Secara akademis, penelitian ini
masih kental dengan pengaruh budaya diharapkan dapat memberikan manfaat
feodalistik di lingkungan Sekretariat terhadap perkembangan dunia ilmu
Daerah Kota Bandung, untuk kemudian pengetahuan, khususnya ilmu administrasi
dianalisis apakah ada pengaruh terhadap dan lebih spesifik lagi adalah ilmu
perilaku birokrasi yang dianggap kurang administrasi negara dalam hal yang terkait
profesional. Apakah kepemimpinan yang dengan masalah kepemimpinan dan

239
pengaruhnya terhadap perilaku birokrasi, dalam penelitian ini adalah model Analisa
sehingga mampu memberikan sumbangan Korelasi.
pemikiran yang konkrit bagi
Analisa Korelasi pada dasarnya
pengembangan dan aplikasinya.
merupakan metode untuk mengkaji
Sedangkan secara praktis, hasil pengaruh langsung dan tidak langsung
penelitian ini diharapkan dapat dari seperangkat variabel, yaitu variabel
memberikan masukkan-masukkan penyebab (exogenus variabel) terhadap
pemikiran bagi pelaksanaan seperangkat variabel akibat (endogenus
kepemimpinan birokrasi, khususnya bagi variabel). Melalui Analisa korelasi, dapat
lingkungan pemerintahan daerah, diketahui besarnya pengaruh variabel X
sehingga apa yang menjadi tujuan dari terhadap Y dan dapat digambarkan secara
penerapan otonomi daerah dapat diagramatik mengenai struktur pengaruh
terwujud, dengan didukung perilaku dari variabel tersebut.
birokrasi yang sejalan dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat dan birokrasi itu
sendiri. C. KONSTRUKSI TEORI PENGARUH
KEPEMIMPINAN TERHADAP
PERILAKU BIROKRASI
B. METODE PENELITIAN DAN
Untuk menganalisa penelitian tentang
TEKNIK ANALISA DATA
pengaruh kepemimpinan terhadap
Metode penelitian yang digunakan perilaku birokrasi ini, penulis
dalam penelitian ini adalah metode survey- menggunakan dasar teori yang
eksplanatory. Pendekatan survey artinya dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan
penelitian ini diadakan untuk memperoleh teori, yaitu: Grand theory, yakni sebagai
fakta, data dan mencari keterangan faktual teori payung bagi penelitian ini. Teori
serta berusaha untuk menggambarkan payung yang dipilih dalam penelitian ini
gejala dari praktek yang sedang adalah Teori Administrasi. Selanjutnya,
berlangsung (Nazir,1988:65). Ciri lain dari middle theory, yakni teori-teori yang
pendekatan survey ini adalah dijadikan sebagai katalisator bagi
pengumpulan informasi yang diambil dari pengembangan konsep dalam variable
sampel atas populasi dengan penelitian. Middle theory dalam penelitian
menggunakan kuesioner sebagai alat ini menckup teori-teori tentang organisasi,
pengumpul datanya. Adapun pendekatan perilaku organisasi, dan teori birokrasi,
eksplanatory artinya tujuan penelitian ini yang dijadikan sebagai dasar untuk
adalah berusaha menjelaskan hubungan mengkontruksikan variabel perilaku
kausal dan sekaligus pengujian hipotesis birokrasi. Dan, teori tentang manajemen
antara beberapa variabel yang sedang sumber daya manusia dan teori
diteliti (Singarimbun, 1995:3). kepemimpinan, sebagai dasar untuk
mengkonstruksikan variable
Dalam penelitian ini fenomena yang
kepemimpinan. Selanjutnya,
akan dianalisa adalah pengaruh
dioperasionalkan melalui operational theory
kepemimpinan dalam birokrasi terhadap
yang dijadikan sebagai dasar
perilaku birokrasi. Untuk menganalisa
pengembangan untuk membangun
fenomena tersebut diperlukan satu model
konstruksi variable menjadi dimensi-
analisa, yang diharapkan dapat
dimensi dan indicator penelitian. secara
menggambarkan, menerangkan, dan
skematis mengenai kerangka teori yang
mengukur fenomena tersebut. Berdasarkan
digunakan dalam penelitian ini, dapat di
hal itu, maka model yang dipergunakan
lihat dalam skema di bawah ini.

240 Jurnal Wacana Kinerja Volume 14 No. 2 November 2011 (237-259)


ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI:
STUDI ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG
Riyadi

Sumber: Riyadi, diolah 2011


Gambar 1
Model Kerangka Teori Penelitian

1. Telaahan Konseptual tentang Rouse mengemukakannya lebih lanjut.


Administrasi Tiga unsur dimaksud adalah manusia,
tindakan, dan interaksi. Secara lengkap
Untuk memahami mengenai konsep
dikemukakan sebagai berikut:
dasar dari pengertian administrasi, penulis
merujuk kepada sebuah ilustrasi di dalam The first and foremost ingredient of
buku klasik sebagaimana diungkapkan administration is people. – If that
oleh Berkley dan Rouse (1997:3) bahwa stone rolls down the hill by some act
Herbert Simon, Donald Smithburg, dan of nature, administration is not
Victor Thompson memberikan definisi involved. People have to be present
tentang administrasi secara sederhana before administration can take place.
namun jelas. Mereka memberikan The second ingredient of
pengertian dengan mengemukakan sebuah administration is action. Two people
ilustrasi tentang kerjasama dua orang looking at the stone are not, in that
dalam upaya memindahkan sebuah batu act alone, involved in administration.
besar. Ketiga ahli administrasi tersebut They must take some action
mengemukakan bahwa: “When two men regarding the stone before
cooperate to roll a stone that neither could have administration can enter the picture.
moved alone, the rudiments of administration The third ingredient is interaction.
have appeared”. Jadi, ketika dua orang If one person moves the stone,
bekerjasama untuk menggelindingkan administration does not occur. At
sebuah batu yang tidak dapat dilakukan least two must combine their efforts
in some way to move the stone in
dengan sendirian, maka pada saat itulah
order for the activity to involve
yang merupakan awal dari munculnya
administration. The essence of
administrasi. Meskipun definisi yang
administration is people relating to
dikemukakan sangat sederhana, namun
other people (Berkley dan Rouse,
secara nyata mampu memberikan
1997:3).
kejelasan untuk memahami konsep dasar
administrasi.
Selanjutnya, dari definisi tersebut, kita Pendapat di atas memberikan
dapat menarik tiga unsur penting dalam gambaran kepada kita bahwa unsur
administrasi sebagaimana Berkley dan manusia merupakan unsur terpenting

241
dalam administrasi, karena tanpa adalah seperti dalam Thoha (1990:11-12),
kehadiran manusia, suatu aktivitas tidak sebagai berikut:
dapat dikatakan sebagai administrasi.
1) Menurut rumusan Ordway Tead:
Sebuah batu yang menggelinding dengan
Administration is conceived as the
sendirinya dari sebuah bukit, bukanlah
necessary activities of these individuals
merupakan aktivitas administrasi. Unsur
(executives) in an organization who are
kedua yang dikemukakan adalah adanya
charged with ordering, forwarding, and
tindakan. Dua orang yang melihat sebuah facilitating the associate efforts of
batu, atau hanya melakukan tindakan group of individuals brought together
sendiri, maka hal itu tidak dapat dikatakan to realize certain defined purposes.
sebagai administrasi. Oleh karena itu, (Administrasi meliputi kegiatan-
tindakan atau aksi adalah merupakan ciri kegiatan yang harus dilakukan oleh
lain dari administrasi. pejabat-pejabat eksekutif dalam
Unsur yang ketiga adalah adanya suatu organisasi, yang bertugas
interaksi. Satu orang yang melakukan mengatur, memajukan, dan
aktivitas memindahkan sebuah batu, tidak melengkapi usaha kerja sama
dapat dikatakan sebagai kegiatan sekumpulan orang yang sengaja
administrasi. Paling tidak, ada dua orang dihimpun untuk mencapai tujuan
yang melakukan kerjasama untuk tertentu).
melakukan tindakan atau kegiatan guna 2) Leonald D. White, merumuskan
memindahkan batu tersebut agar dapat sebagai berikut: Administration is a
dikatakan sebagai kegiatan administrasi. process common to all group effort
Sehubungan dengan hal itu, dalam public or private, civil or military,
kesimpulannya Berkley dan Krause large scale or small scale.
(1990:3) memberikan pengertian (Administrasi adalah suatu proses
administrasi seperti: Administration is a yang biasanya terdapat pada semua
process involving human beings jointly usaha kelompok, baik usaha
enganged in working toward common goals. pemerintah ataupun swasta, sipil
Pengertian tentang administrasi juga atau militer, baik secara besar-
banyak dikembangkan oleh para sarjana besaran ataupun kecil-kecilan).
administrasi dan manajemen lainnya, 3) Menurut Sondang Siagian,
antara lain seperti: Ordway Tead, Leonald administrasi dapat didefinisikan
D. White, The Liang Gie, Sondang Siagian. sebagai keseluruhan proses kerja
Meskipun pengertian yang diberikan sama antara dua orang manusia
cukup bervariasi, namun secara umum apa atau lebih yang didasarkan atas
yang dikemukakan oleh para sarjana rasionalitas tertentu untuk
tersebut tidak ada perbedaan yang prinsip. mencapai tujuan yang telah
Sebagian besar dari kita mungkin sepakat, ditentukan sebelumnya.
bahwa dalam administrasi terdapat unsur-
unsur kerjasama, adanya sekelompok 4) The Liang Gie memberikan definisi
orang, dan adanya tujuan yang ingin administrasi sebagai berikut:
dicapai. Walaupun dirumuskan dalam Administrasi adalah segenap
istilah yang berbeda, apa yang proses penyelenggaraan dalam
dikemukakan oleh Berkley dan Krause setiap usaha kerja sama
juga mencerminkan adanya unsur-unsur sekelompok manusia untuk
tersebut. mencapai tujuan tertentu.

Untuk lebih jelasnya, beberapa Definisi ini kemudian diperbaharui


pengertian tentang administrasi yang menjadi, administrasi adalah segenap
dikemukakan oleh para sarjana tersebut rangkaian kegiatan penataan terhadap

242 Jurnal Wacana Kinerja Volume 14 No. 2 November 2011 (237-259)


ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI:
STUDI ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG
Riyadi

pekerjaan-pekerjaan induk dan sumber- Berdasarkan kepada hasil-hasil kajian


sumber kegiatan lainnya yang bermaksud atau penelitian dari para akademisi atau
mencapai tujuan apapun dalam usaha praktisi organisasi, kita dapat mengetahui
kerjasama dari sekelompok orang. beberapa pengertian tentang organisasi.
Arifin dkk. (2003:1) mengemukakan bahwa
“organisasi dapat diartikan sebagai suatu
Berdasarkan beberapa definisi di atas, pengaturan orang-orang secara sengaja
kita dapat melihat bahwa meskipun untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.
masing-masing sarjana memiliki sudut Pengertian ini memandang organisasi
pandang yang berbeda tentang sebagai suatu proses, yakni organisasi
administrasi, namun hal itu tidak merupakan tindakan-tindakan yang
menjadikan perbedaan yang mendasar dilakukan secara sengaja, untuk mengatur
dalam memberikan pengertian dan atau mengelola orang-orang yang bekerja
pemaknaan tentang administrasi. Di satu guna mencapai suatu tujuan. Memang
pihak administrasi dipandang sebagai tidak secara eksplisit Arifin dkk.,
suatu aktivitas atau kegiatan, di lain pihak mengemukakan organisasi sebagai suatu
administrasi dipandang sebagai suatu proses, tapi kita dapat memahaminya
proses, namun keseluruhannya berdasarkan analisis logis bahwa dalam
memberikan kesepahaman tentang adanya hal mengatur orang-orang untuk mencapai
kerjasama dan tujuan yang ingin dicapai suatu tujuan, tentu di dalamnya akan
oleh sekelompok orang. menuntut orang-orang dimaksud untuk
melakukan tindakan-tindakan, dan upaya
pengaturan itu sendiri, yang pada
2. Telaahan Konseptual tentang dasarnya merupakan suatu proses,
Organisasi sehingga menuntut langkah-langkah
sistematis dan teratur agar tindakan-
Pada lingkungan praktis,
tidakan untuk mencapai tujuan tersebut
pemahaman orang tentang organisasi
bisa terfokus.
cenderung sama, yakni sebagai suatu
wadah/tempat dimana orang-orang Menurut James D. Mooney,
berkumpul dan melakukan aktivitas- pengertian organisasi adalah bentuk setiap
aktivitas tertentu secara bersama-sama. perserikatan manusia untuk mencapai
Orang melakukan kerjasama dalam suatu suatu tujuan bersama. Sementara menurut
wadah tertentu dapat dipastikan bahwa di Chester I. Barnard, organisasi didefinisikan
dalamnya akan terkandung maksud- sebagai, “suatu sistem aktivitas kerja sama
maksud atau tujuan tertentu yang ingin yang dilakukan oleh dua orang atau lebih”
dicapai, baik oleh individu yang ada dalam (Arifin dkk. 2003:2).
kelompok tersebut maupun oleh kelompok
Selanjutnya, Robbins sebagaimana
atau organisasi itu sendiri.
dikutip oleh Arifin dkk (2003:1 – 2)
Upaya untuk memahami organisasi mengemukakan bahwa, “Organisasi juga
secara lebih lengkap dan detail telah dapat diartikan sebagai kesatuan (entity)
banyak dilakukan oleh para ahli ilmu sosial yang dikoordinasikan secara sadar,
sosial, yang secara khusus memfokuskan dengan sebuah batasan yang relatif dapat
pembahasannya terhadap masalah diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang
organisasi, yang dalam perkembangannya relatif terus menerus untuk mencapai
banyak memunculkan obyek-obyek kajian suatu tujuan bersama atau sekelompok
yang menjadi topik dalam pembahasan tujuan”.
organisasi ini, antara lain seperti perilaku
Mengacu kepada pendapat Arifin
organisasi, etika organisasi, budaya
dkk. (2003:2 – 3), maka dari beberapa
organisasi, dan lain-lain.
pengertian di atas, dapat disimpulkan

243
bahwa organisasi memiliki lima Untuk mengkaji lebih lanjut tentang
karakteristik utama, yaitu: kepemimpinan dalam tulisan ini, terlebih
dahulu penulis ingin mengungkapkan
1) Masing-masing organisasi
batasan-batasan atau definisi-definisi
memiliki tujuan-tujuan tertentu;
tentang kepemimpinan itu sendiri. Apa
2) Masing-masing organisasi sebenarnya yang dimaksud dengan
memiliki orang-orang (terdiri dari kepemimpinan dan bagaimana
kelompok orang-orang); hubungannya dengan organisasi dan
birokrasi.
3) Organisasi harus memiliki
struktur agar para anggotanya Dengan mengacu kepada pendapat
dapat melakukan pekerjaan yang dikemukakan oleh beberapa ahli
dengan mudah; administrasi seperti: Dubin dan Hemphill
(dalam Thoha, 2002:227), mengemukakan
4) Organisasi harus memiliki sistem
bahwa, “Kepemimpinan kadangkala
dan prosedur untuk menetapkan
diartikan sebagai pelaksanaan otoritas dan
pengolahan informasi, pembuatan
pembuatan keputusan. Ada juga yang
keputusan dan pengambilan
mengartikan suatu inisiatif untuk
tindakan;
bertindak yang menghasilkan suatu pola
5) Organisasi harus memiliki nilai- yang konsisten dalam rangka mencari jalan
nilai dan budaya-budaya sebagai pemecahan dari suatu persoalan
acuan norma dan etika dalam bersama”. Sedangkan Terry (dalam Thoha,
bekerja. 2002:227) merumuskan kepemimpinan
sebagai, “aktivitas untuk mempengaruhi
Pembahasan tentang organisasi, tidak
orang-orang yang diarahkan untuk
bisa dilepaskan dari pembahasan tentang
mencapai tujuan organisasi”. Sejalan
kelompok dan individu. Hal ini
dengan pendapat Terry, Kossen (1983:201)
disebabkan karena pada dasarnya
dalam Lawton dan Rose (1994:91)
organisasi adalah merupakan suatu
mengemukakan bahwa, “Leadership is the
perkumpulan atau kelompok, sementara
ability to influence the behaviour of others to go
kumpulan atau kelompok itu sendiri akan
in a certain direction”.
terdiri dari individu-individu yang secara
sadar mengintegrasikan dan mengikatkan Hersey dan Blanchard (1993:93-94)
diri terhadap kepentingan-kepentingan mengutip beberapa pendapat dari para
yang ada di dalam kelompok tersebut. ahli administrasi dan manajemen sebagai
berikut: “Leadership is the activity of
influencing people to strive willingly for group
3. Kepemimpinan dalam Organisasi objectives” (Terry) -- Kepemimpinan adalah
aktivitas untuk mempengaruhi orang lain
Masalah kepemimpinan merupakan
yang diarahkan untuk mencapai tujuan
topik yang selalu menarik untuk dibahas,
bersama. “Leadership as interpersonal
tidak terkecuali dalam kajian-kajian atau
influence exercised in a situation and directed,
penelitian yang dilakukan oleh para through the communication process, toward the
akademisi. Meskipun kepemimpinan attainment of a specialized goal or goals”
merupakan topik yang sudah sejak lama (Robert Tannenbaum, Irving R. Weschler,
dibicarakan, bahkan dapat dikatakan sama and Fred Massarik) -- Kepemimpinan
tuanya dengan sejarah manusia itu sendiri sebagai pengaruh hubungan yang
(Thoha, 2002:225), namun sampai saat ini diterapkan pada suatu keadaan dan
masih selalu dikaji sebagai suatu topik diarahkan, melalui proses komunikasi
yang aktual. untuk mencapai tujuan khusus dan tujuan
umum. “Leadership is influencing people to

244 Jurnal Wacana Kinerja Volume 14 No. 2 November 2011 (237-259)


ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI:
STUDI ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG
Riyadi

follow in the achievement of a common goal” atau proses mempengaruhi orang lain,
(Harold Koontz and Cyril O’Donnell) -- baik individu maupun kelompok agar mau
Kepemimpinan adalah mempengaruhi mengikuti langkah dan arah yang
orang lain untuk mengikuti dalam upaya ditempuh oleh pemimpinnya, dalam
mencapai tujuan bersama. (dalam Hersey rangka mencapai tujuan bersama
dan Blanchard, 1993:93-94). Sementara itu, (organisasi).
Edwin A. Locke & Associates (1997: 3 – 4)
Mencermati teori dan konsep
mengemukakan pendapat tentang
kepemimpinan baik yang bersifat klasik
kepemimpinan sebagai berikut:
maupun kontemporer, secara umum tidak
Kepemimpinan sebagai proses menggambarkan suatu perbedaan yang
membujuk (inducing) orang lain signifikan. Artinya bahwa baik dalam
untuk mengambil langkah menuju konsep kepemimpinan lama maupun
suatu sasaran bersama. Definisi ini dalam konsep kepemimpinan aktual dan
mengkategorikan tiga elemen, yaitu modern, kepemimpinan akan senantiasa
(1) Kepemimpinan merupakan mengarah pada suatu kemampuan
suatu konsep relasi (relational manusia dalam menggerakkan organisasi
concept). Kepemimpinan hanya ada guna mencapai suatu tujuan. Hal ini
dalam relasi dengan orang lain. (2) disebabkan karena manusia sebagai
Kepemimpinan merupakan suatu makhluk sosial (zoon politicon), tidak akan
proses. Agar bisa memimpin, pernah bisa lepas dari kehidupan
pemimpin mesti melakukan sesuatu. organisasi. Disadari atau tidak dalam
Kepemimpinan lebih dari sekedar sebuah organisasi sekecil apapun, formal
menduduki suatu posisi otoritas.
maupun informal, kepemimpinan akan
Kendati posisi otoritas yang
tetap memiliki posisinya tersendiri.
diformalkan mungkin sangat
mendorong proses kepemimpinan, Dalam kepemimpinan peranan
tapi sekadar menduduki posisi itu manusia sebagai pemimpin akan bertindak
tidak memadai untuk membuat sebagai motor yang menggerakkan
seseorang menjadi pemimpin. (3) sekaligus mengendalikan arah
Kepemimpinan harus membujuk kepemimpinan itu sendiri. Oleh
orang lain untuk mengambil karenanya tidaklah mengherankan apabila
tindakan. maju mundurnya sebuah organisasi akan
Davis (dalam Arifin dkk.: 2003:112) dipandang sebagai keberhasilan atau
mengemukakan bahwa “Kepemimpinan kegagalan dari pemimpinnya.
sebagai kemampuan untuk membujuk Menjadi pemimpin memang tidak
orang lain dalam mencapai tujuan yang mudah. Ada banyak teori yang
telah ditetapkan secara antusias”. menguraikan tentang kepemimpinan yang
Sedangkan, Krause (2000:3) efektif. Namun pada prinsipya seorang
mengemukakan definisi kepemimpinan pemimpin haruslah memiliki kekuatan
sebagai “kehendak mengendalikan apa konsep, pengetahuan, keberanian dan
yang terjadi, pemahaman merencanakan kemampuan beradaptasi dengan
tindakan, dan kekuasaan untuk meminta lingkungannya. Seorang pemimpin harus
penyelesaian tugas, dengan menggunakan mampu menangkap gejala-gejala dan
kepandaian dan kemampuan orang lain perubahan-perubahan yang terjadi di
secara kooperatif”. sekitarnya, sehingga dapat segera
Berdasarkan beberapa pendapat mengantisipasi dan menentukan langkah
sebagaimana dikemukakan di atas, maka terbaiknya untuk mengatasi segala
dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan kemungkinan yang terjadi.
pada dasarnya merupakan suatu tindakan

245
Di tengah ketatnya persaingan global organisasi sebagaimana dikutip oleh
dewasa ini, tuntutan akan kemampuan Thoha (2002:251), yaitu:
pimpinan dalam menjalankan tugas-tugas
1) Kecerdasan. Hasil penelitian pada
kepemimpinannya selalu menjadi sorotan.
umumnya membuktikan bahwa
Seorang pemimpin harus siap menghadapi
pemimnpin mempunyai tingkat
segala permasalahan yang ada di
kecerdasan yang lebih tinggi
lingkungan organisasinya. Dalam kaitan
dibandingkan dengan yang
ini, Work dalam Hesselbein dkk. (1997:76-
dipimpin. Namun demikian,
77) mengemukakan mengenai lima
yang sangat menarik adalah
tantangan fundamental yang harus
pemimpin tidak bisa melampaui
dihadapi seorang pemimpin di masa
terlalu banyak dari kecerdasan
depan, yaitu:
pengikutnya.
1) Mereka harus mau menjadi lebih
2) Kedewasaan dan keluasan hubungan
peka dan lebih memahami semua
sosial. Pemimpin cenderung
perbedaan etnis, budaya, dan
menjadi matang dan mempunyai
gender di tempat kerja serta
emosi yang stabil, serta
menunjukkan kepekaan dan
mempunyai perhatian yang luas
pemahaman itu.
terhadap aktivitas-aktivitas sosial.
2) Mereka harus memiliki suatu visi Dia mempunyai keinginan
untuk tempat kerja mereka yang menghargai dan dihargai.
akhirnya bermuara pada
3) Motivasi diri dan dorongan
perluasan budaya perusahaan
berprestasi. Para pemimpin secara
(pen.: organisasi) dan lingkungan
relatif mempunyai dorongan
tempat kerja.
motivasi yang kuat untuk
3) Mereka harus bersedia merancang berprestasi. Mereka bekerja
dan mengimplementasikan berusaha mendapatkan
proses-proses ketenagakerjaan penghargaan yang intrinsik
dan komunikasi yang baru dan dibandingkan yang ekstrinsik.
bentuk untuk memajukan dan
4) Sikap-sikap hubungan kemanusiaan.
mempromosikan persepsi
Pemimpin-pemimpin yang
keadilan dan kesamaan.
berhasil mau mengakui harga diri
4) Mereka harus bersedia membawa dan kehormatan para
komitmen penuh dan tanpa pengikutnya dan mampu
banyak tanya dalam upaya berpihak kepadanya.
pendayagunaan suatu angkatan
kerja yang beragam secara efektif.
Dengan demikian, dapat ditarik suatu
5) Mereka harus menjadi pasak
kesimpulan bahwa peran kempemimpinan
antara organisasi mereka dan
yang diterapkan oleh seorang pemimpin
masyarakat luas, membentuk
dalam sebuah organisasi, akan
organisasi menjadi suatu wacana,
memberikan dampak yang besar terhadap
dimana orang ingin bekerja dan
perkembangan dan kemajuan
mengembangkan pasar baru dan
organisasinya. Oleh karena itu, seorang
memelihara yang ada.
pemimpin hendaknya memiliki kelayakan
Sementara itu, Keith Davis dan kualitas sebagai pemimpin. Lebih
merumuskan empat sifat umum yang penting lagi, adalah bahwa seorang
nampaknya mempunyai pengaruh pemimpin harus mampu menghadapi
terhadap keberhasilan kepemimpinan sekaligus mengatasi setiap tantangan yang

246 Jurnal Wacana Kinerja Volume 14 No. 2 November 2011 (237-259)


ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI:
STUDI ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG
Riyadi

ada di depannya. Ia harus bisa mensikapi ini mengharuskan seorang pemimpin


keadaan lingkungan secara tepat sehingga untuk berperan sebagai penghubung
ia mampu menjadi penyangga bagi antara organisasi dengan para
kemajuan organisasinya. stakeholders-nya. Konsekuensi logis dari
peran ini, maka seorang pemimpin
harus memahami dengan baik, tidak
4. Fungsi dan Karakter Kepemimpinan saja mengenai bagaimana membuat
yang Efektif atau merumuskan kebijaksanaan
strategis, melainkan pula harus
Kefeefektifan seseorang dalam
mengetahui mengenai keputusan-
menjalankan peran dan fungsinya sebagai
keputusan yang telah diambil oleh
pemimpin dalam suatu organisasi, akan
pemimpin-pemimpin di level
dipengaruhi oleh bagaimana ia
bawahnya. Dengan kata lain,
memerankan dirinya secara tepat sebagai
pemimpin harus memahami betul
seorang pemimpin. Di samping itu,
mengenai kegiatan-kegiatan yang
karakter dalam menjalankan fungsi
dijalankan oleh organisasinya.
kepemimpinannya, juga akan menjadi
salah satu fakator yang dapat 3) Fungsi Sebagai Komunikator (Arifin
mempengaruhi terhadap keefektivitasan dkk. 2003:114). Fungsi pemimpin
kepemimpinannya. sebagai komunikator lebih ditekankan
pada kemampuannya untuk
Faktor-faktor yang dapat
mengkomunikasikan sasaran-sasaran,
mempengaruhi kepemimpinan memang
strategi, dan tindakan-tindakan yang
sangat bervariasi. Hal itu bisa datang dari
harus dilakukan oleh bawahannya.
faktor internal (karakter/sifat si pemimpin
itu sendiri) atau juga faktor eksternal (yang 4) Fungsi sebagai Mediator (Arifin dkk.
datang dari lingkungannya). Oleh karena 2003:114). Dalam suatu organisasi pada
itu, agar seorang pemimpin mampu umumnya akan terdiri dari orang-
menjalankan tugas-tugas orang yang secara individual memiliki
kepemimpinannya dengan efektif, perlu sifat, karakter dan kepentingan yang
memahami dengan baik mengenai fungsi berbeda. Oleh karenanya
kepemimpinan itu sendiri. Dengan kemungkinakan terjadi konflik diantara
mengutip pendapat para ahli dapat anggota organisasi sangat
dikemukakan beberapa fungsi dimingkinkan. Dalam kondisi inilah
kepemimpinan yang efektif, yaitu: maka seorang pemimpin harus mampu
menjadi mediator yang dapat
1) Fungsi Penentu Arah (Arifin dkk.
menengahi konflik-konflik yang terjadi
2003:113; Nanus, 2001: 15). Setiap
di dalam organisasinya.
organisasi dibentuk untuk mencapai
tujuan tertentu. Keterbatasan sumber 5) Fungsi sebagai Integrator (Arifin dkk.
daya organisasi mengharuskan 2003:114; Siagian 1997:21). Adanya
pemimpin untuk mengelolanya dengan pembagian tugas, system alokasi
efektif, sehingga apa yang hendak sumber daya, dana, dan tenaga, serta
dicapai oleh organisasi dapat spesialisasi pengetahuan dan
diwujudkan dengan baik. Mengenai keterampilan yang berbeda-beda dapat
fungsi ini, Siagian (1997:21) menimbulkan sikap dan perilaku yang
menyebutnya dengan fungsi sebagai terkotak-kotak. Oleh karena itu dalam
pemegang kemudi organisasi yang kondisi seperti ini seorang pemimpin
cekatan. harus mampu bertindak sebagai
integrator (pemersatu) organisasi
2) Fungsi Sebagai Juru Bicara (Arifin
sehingga perbedaan yang terjadi dalam
dkk. 2003:113; Nanus, 2001: 17). Fungsi
organisasi dapat diarahkan dan

247
dikembangkan menjadi modal dan 3) Memahami kondisi lingkungan.
asset keunggulan organisasi. Seorang pemimpin tidak hanya
menyadari tentang apa yang sedang
6) Sebagai Agen Perubahan (Nanus,
terjadi, tetapi juga harus memiliki
2001:17). Pemimpin bertanggungjawab
pengertian yang memadai, sehingga
untuk merangsang perubahan di
dapat mengevaluasi perbidaan kondisi
lingkungan internal, sehingga
organisasi dan para bawahannya.
memungkinkan pencapaian sebuah visi
di masa depan. Untuk menjadi sorang 4) Intelegensi yang tinggi. Seorang
agen perubahan yang baik, pemimpin pemimpin harus memiliki kemampuan
harus mampu mengantisipasi berbagai berpikir pada taraf yang tinggi. Ia
perkembangan di dunia luar, dituntut untuk mampu menganalisis
memperkirakan implikasinya terhadap problem dengan efektif, belajar dengan
organisasi, menciptakan sence of urgency cepat, dan memiliki minat yang tinggi
dan prioritas bagi perubahan yang untuk mendalami dan menggali ilmu.
disyaratkan oleh visi organisasi.
5) Berorientasi ke depan. Seorang
7) Sebagai Katalisator (Siagian, 1997:21). pemimpin harus memiliki intuisi,
Seorang pemimpin harus mampu kemampuan memprediksi, dan visi
meningkatkan jalannya laju sehingga dapat mengetahui sejak awal
organisasinya ke arah tujuan yang tentang kemungkinan-kemungkinan
ditetapkan. apa yang dapat mempengaruhi
organisasi yang dikelolanya.
8) Sebagai Pelatih (Nanus, 2001:18),
sebagai Pendidik (Siagian, 1997:22). 6) Sikap terbuka dan lugas. Pemimpin
Seorang pemimpin adalah pembentuk harus mampu mempertimbangkan
tim dalam organisasinya, oleh fakta-fakta dan inovasi yang baru.
karenanya setiap pemimpin harus Lugas namun konsisten pendiriannya.
mampu bertindak sebagai mentor, Bersedia mengganti cara kerja yang
pelatih, dan pendidik serta teladan bagi lama dengan cara kerja yang baru yang
anggotanya untuk mencapai tujuan dan dipandang mampu memberi nilai guna
visi organisasi. yang efisien dan efektif bagi organisasi.
Selanjutnya mengenai ciri-ciri
kepemimpinan yang efektif, Arifin dkk
Kemudian, Krause (2000:4-6)
(2003:115-116) mengemukakan sifat-sifat
mengemukakan tentang karakter yang
dan ciri-ciri kepemimpinan yang berhasil,
harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
sebagai berikut:
berupa tujuh faktor esensi kepemimpinan
1) Watak dan kepribadian yang terpuji. yang disebutnya dengan prinsip-prinsip
Seorang pemimpin harus mempunyai SPARKLE yang terdiri dari:
watak dan kepribadian yang terpuji.
1) Self-Dicipline (Disiplin Diri). Pemimpin
Mereka adalah cermin dari bawahan,
cenderung hidup dengan seperangkat
sumber identifikasi, motivasi, dan
aturan atau prinsip yang ia pastikan
moral para bawahan.
cocok baginya dan diterima
2) Keinginan melayani bawahan. Seoran pendukungnya.
pimpinan harus percaya pada bawahan.
2) Purpose (Tujuan). Pemimpin
Ia mendengarkan pendapat mereka dan
mengembangkan determinasi kuat
berkeinginan untuk membantu mereka
untuk mencapai visi dan sasaran-
menimbulkan dan mengembangkan
sasarannya. Determinasi ini
keterampilannya agar karir mereka
menciptakan moral dan semangat yang
meningkat.
tinggi di antara pendukungnya. Ini

248 Jurnal Wacana Kinerja Volume 14 No. 2 November 2011 (237-259)


ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI:
STUDI ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG
Riyadi

memungkinkan pemimpin pengikutnya dalam batas-batas


menggunakan kekuasaan pribadi tertentu, dan pada sisi lain
maupun organisasi secara efektif untuk kepemimpinan yang kuat dapat
mencapai tujuan-tujuannya. menjadi faktor keberhasilan aktivitas-
aktivitas yang dilakukan anggota
3) Accomplishment (Pencapaian).
organisasi.
Pemimpin mendefinisikan hasilnya
dalam hal pemenuhan kebutuhan- 7) Example (Keteladanan). Tindakan-
kebutuhan pendukungnya. Hasil yang tindakan pemimpin akan menjadi
memuaskan merupakan fondasi contoh bagi tindakan-tindakan
kepemimpinan. Tindakan efektif pendukungnya. Karakter pemimpin
merupakan dasar hasil yang membentuk warna moral
memuaskan. Unsur-unsur tindakan kepemimpinan itu.
yang efektif adalah keputusan,
Sudah cukup banyak teori
determinasi, energi, kesederhanaan,
kepemimpinan yang dibahas oleh para ahli
keseimbangan, dan peluang.
di dalam literatur-literatur administrasi,
4) Responsibility (Tanggung Jawab). manajemen, politik atau literatur lainnya.
Pemimpin mengemban tugas dan Namun apabila kita perhatikan,
kewajiban yang brasal dari kepercayaan sebagaimana dikemukakan oleh Thoha
dan kekuasaan yang diserahkan (2002:250), dari sekian banyak teori tentang
kepadanya. Pemimpin yang hebat kepemimpinan, secara umum para ahli
mengakui sepenuhnya hasil keputusan membaginya menjadi teori kepemimpinan
dan tindakannya, dan menanggung berdasarkan (1) Teori sifat atau bakat
konsekuensinya bersama dengan bawaan (Trait Theory); (2) Teori Kelompok
pendukungnya. (Group Theory); (3) Teori Situasional
(Contingency Theory); dan (4) Teori jalur –
5) Knowledge (Pengetahuan). Pengetahuan
tujuan (Path – Goal Theory).
merupakan dasar berhasilnya
kepemimpinan. Pengetahuan
mempunyai tiga aspek, yaitu: pertama,
5. Perilaku Organisasi
pengetahuan dasar, yang berkaitan
dengan sains, sejarah, kodrat manusia; Konsep tentang perilaku organisasi
dengan kata lain mempelajari dasar- secara umum dapat dikatakan sebagai
dasar seni kepemimpinan; kedua, pengembangan dari konsep perilaku
pengetahuan strategis, yang individu dalam kaitannya dengan konsep
berhubungan dengan pemahaman organisasi. Dalam penelitian ini, penulis
kebutuhan dan tujuan pendukung cenderung untuk merujuk pada pengertian
maupun pesaing, dan perencanaan secara langsung sebagaimana telah
efektif untuk mencapai sasaran- dikemukakan oleh para pengkaji ilmu ini.
sasarannya; ketiga, pengetahuan taktis, Dengan mengungkapkan pengertian yang
yang brpusat pada pengenalan secara langsung tentang perilaku
ancaman dan peluang yang muncul dan organisasi, diharapkan akan membantu
menanggapinya dengan cepat dan tepat memberikan suatu pemahaman yang utuh
dalam kerangka strategis melalui tentang konsep tersebut. Namun yang
inovasi dan improvisasi. perlu diperhatikan dalam hal ini adalah
bahwa, dalam perilaku organisasi, karena
6) Laddership (Jenjang). Pemimpin harus
fokusnya, tidak bisa lepas dari fokus
memahami ciri-ciri khas kontrak social
tentang individu dan kelompok. Artinya
dan moral antara pemimpin dengan
bahwa untuk mengembangkan studi
pendukungnya. Pada satu sisi
perilaku ini, tidak bisa tidak, kita harus
pemimpin bergantung pada
mengembangkannya dengan berangkat

249
dari konsep perilaku individual, dan dengan aspek psikologis manusia secara
konsep perilaku kelompok, yang dalam hal individu dan juga manusia dalam suatu
ini dilihat dari aspek-aspek formal kelompok. Begitu pula halnya manakala
organisasi. kita akan membahas mengenai perilaku
birokrasi. Dalam konteks ini penulis
Menurut Thoha (2002:4), perilaku
memberikan penekanan pada satu
organisasi adalah “suatu studi yang
pemahaman mengenai birokrasi sebagai
menyangkut aspek-aspek tingkah laku
salah satu bentuk organisasi di mana
manusia dalam suatu organisasi atau suatu
kelompok manusia melakukan aktivitas-
kelompok tertentu – Tujuan praktis dari
aktivitas publik/pemerintahan.
penelaahan studi ini adalah untuk
mendeterminasi bagaimanakah perilaku Perilaku organisasi sebagaimana
manusia itu mempengaruhi usaha-usaha dinyatakan oleh Robbins (2001:7) adalah
pencapaian tujuan organisasi”. suatu bidang studi yang menyelidiki
dampak perorangan, kelompok, dan
Dalam membahas tentang perilaku
struktur pada perilaku dalam organisasi
organisasi akan tercakup pembahasan
dengan maksud menerapkan pengetahuan
mengenai empat unsur utama, sebagaimana
semacam itu untuk memperbaiki
dikemukakan oleh Indrawijaya (2000:5),
keefektifan organisasi. Definisi ini
yaitu:
menjelaskan perilaku organisasi sebagai
(1) Aspek psikologis tindakan suatu bidang studi atau kajian. Namun
manusia itu sendiri, sebagai hasil demikian kita dapat menarik suatu
studi psikologi; pemahaman bahwa ada tiga aspek yang
dikemukakan dalam definisi tersebut yang
(2) Adanya bagian lain yang diakui
terkait dengan bahasan dalam perilaku
cukup relevan bagi usaha
organisasi, yaitu: perorangan, kelompok,
mempelajari tindakan manusia
dan struktur. Obyek kajian tentang
dalam organisasi;
perilaku organisasi memang masih banyak
(3) Perilaku organisasi sebagai suatu diperdebatkan, namun sebagaimana
disiplin, mengakui bahwa Robbins (2001:9) nyatakan bahwa,
individu dipengaruhi oleh
“…tampaknya ada kesepakatan
bagaimana organisasi diatur dan
umum bahwa perilaku organisasi
siapa yang mengawasi mereka;
mencakup topik-topik inti dari
(4) Perilaku organisasi lebih banyak motivasi, perilaku dan kekuasaan
menekankan pada tuntutan pemimpin, komunikasi antar pribadi,
manajer bagi tercapainya tujuan struktur dan proses kelompok,
organisasi secara keseluruhan. pembelajaran, pengembangan sikap
dan persepsi, proses perubahan,
Secara umum dari kedua pendapat di
konflik, desain pekerjaan, dan stress
atas terdapat satu kesamaan, yaitu
kerja”.
keduanya menjelaskan bahwa pembahasan
dalam perilaku organisasi, akan selalu Selanjutnya, Robbins (2001:8-9)
terkait dengan masalah tindakan yang menyatakan bahwa unsur-unsur perilaku
dilakukan oleh manusia dalam organisasi yang berada pada tingkat
hubungannya dengan keberadaan manusia individual meliputi: Persepsi,
dalam suatu kelompok atau organisasi. pengambilan keputusan pribadi,
Karena manusia berperilaku bukanlah pembelajaran, dan motivasi. Unsur dalam
merupakan suatu yang bersifat kebetulan kelompok meliputi: Komunikasi,
tanpa adanya motif-motif tertentu, maka kekuasaan dan politik, dan tingkat konflik.
dalam hal perilaku organisasi ini juga akan Sedangkan yang termasuk dalam unsur
menyangkut pada hal-hal yang terkait Struktur (organisasi) meliputi: Desain

250 Jurnal Wacana Kinerja Volume 14 No. 2 November 2011 (237-259)


ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI:
STUDI ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG
Riyadi

organisasi formal, teknologi dan proses kegiatan yang tidak diminta


kerja, dan stress kerja (Robbins, 2001:25 – sebagai bagian dari peran formal
26). Uraian dari setiap dimensi tersebut sesorang dalam organisasi, tetapi
dikemukakannya sebagai berikut: yang mempengaruhi atau
mencoba mempengaruhi
a. Tingkat Individual:
distribusi keuntungan dan
1) Persepsi, yaitu suatu proses yang kerugian di dalam organisasi.
ditempuh individu untuk
3) Tingkat Konflik, yaitu suatu
mengorganisasikan dan
kondisi dimana satu pihak
menafsirkan kesan-kesan indera
merasakan pihak lain telah
mereka agar memberikan makna
mempengaruhi secara negatif,
bagi lingkungan mereka.
atau akan segera mempengaruhi
Misalnya: Kondisi kerja yang
secara negatif sesuatu yang
menguntungkan, tugas pekerjaan
diperhatikan pihak pertama.
yang menarik, upah yang baik,
manajemen yang bijaksana dan
bertanggung jawab.
c. Struktur (tingkat organisasi):
2) Pengambilan keputusan pribadi,
1) Desain organisasi formal, yaitu
yaitu membuat pilihan dari dua
suatu cara dimana tugas dan
alternatif atau lebih. Misalnya:
pekerjaan dibagi, dikelompokkan,
Apakah masuk kerja atau tidak,
dan dikoordinasikan secara
apakah harus mematuhi
formal.
permintaan atasan atau tidak,
seberapa banyak harus 2) Teknologi dan Proses kerja dalam
menyampaikan ide/gagasan. hal ini diartikan sebagai suatu
cara bagaimana organisasi
3) Pembelajaran, yaitu setiap
mentransfer masukkannya
perubahan yang relatif permanen
menjadi keluaran. Misalnya:
dari perilaku yang terjadi sebagai
Metode analisis yang digunakan,
hasil pengalaman.
metode pembelajaran, sentralistis
4) Motivasi, yaitu kesediaan untuk atau desentralistis.
mengeluarkan tingkat upaya
3) Stres kerja adalah suatu kondisi
yang tinggi untuk tujuan
dinamis yang di dalamnya
organisasi yang dikondisikan
seorang individu
oleh kemampuan upaya itu
dikonfrontasikan dengan sebuah
dalam memenuhi beberapa
peluang, kendala, atau tuntutan
kebutuhan individual.
yang dikaitkan dengan apa yang
sangat diinginkannya dan yang
hasilnya dipersepsikan sebagai
b. Tingkat Kelompok:
tidak pasti dan penting.
1) Komunikasi, yaitu proses
pentransferan informasi dan
pemahaman makna. Dalam kaitannya dengan perilaku
organisasi ini, banyak faktor yang dapat
2) Kekuasaan dan politik, yaitu suatu
mempengaruhinya. Pengaruh ini dapat
kapasitas yang dimiliki oleh A
berdampak kepada perkembangan dan
untuk mempengaruhi perilaku B
perubahan organisasi itu sendiri, atau
sehingga B bertindak sesuai
mempengaruhi cara dan pola kerja
dengan keinginan A. Sedangkan
organisasi, dan bahkan sangat
perilaku politik adalah kegiatan-

251
dimungkinkan pula mempengaruhi bertanya, atau mungkin bersifat
perilaku individu di dalam organisasi demokratis, dimana setiap
tersebut. Mengenai faktor-faktor yang keputusan selalu dibicarakan
dianggap dapat mempengaruhi perilaku bersama.
organisasi ini, dikemukakan oleh Robbins
7) Struktur organisasi. Berkaitan
(dalam Arifin dkk, 2003:19-20) mencakup
dengan organisasi
delapan faktor, yaitu:
diorganisasikan (pen: dikelola)
1) Iklim organisasi. Iklim dan berkaitan dengan
organisasi bersumber pada pengelompokkan fungsi dan alur
perasaan dan gerak hati para komunikasi serta pengendalian.
pegawai dan mewakili suasana
8) Proses. Adalah semua sistem
kerja organisasi. Hal ini dapat
yang digunakan organisasi
mempengaruhi motivasi dan
untuk memberi kepastian bahwa
perilaku di dalam organisasi
kegiatan organisasi-organisasi
tersebut.
itu akan dijalankan dengan
2) Budaya organisasi. Budaya berhasil.
organisasi dapat dilihat sebagai
nilai dan kepercayaan yang
menjadi titik pusat organisasi. Selain itu, peran dan status kelompok,
merupakan faktor yang dapat
3) Motivasi. Motivasi berkaitan
mempengaruhi perilaku individu dalam
dengan dorongan yang
kelompok. Peran adalah seperangkat pola
mempengaruhi perilaku setiap
perilaku yang diharapkan yang dikaitkan
orang di dalam organisasi dan
pada seseorang yang menduduki suatu
tingkat komitmen yang
posisi tertentu dalam suatu unit sosial
ditunjukkan oleh para pegawai
(Robbins, 2001:249). Sedangkan status
terhadap pencapaian sasaran
merupakan posisi atau peringkat yang
dan tujuan organisasi.
didefinisikan secara sosial yang diberikan
4) Norma-norma kelompok. kepada kelompok atau anggota kelompok
Norma kelompok adalah nilai- orang lain. Status juga merupakan factor
nilai dan standar yang penting yang dapat mempengaruhi
ditanamkan oleh kelompok- perilaku seseorang dalam suatu kelompok.
kelompok tertentu di dalam Bahkan Arifin dkk.(2003:90) memandang
organisasi. bahwa status dapat menjadi salah satu
motivator dan mempunyai konsekuensi-
5) Pengaruh luar. Meliputi semua
konsekuensi perilaku utama bagi individu-
tekanan pada orang-orang yang
individu dalam mempersepsikan
dapat mempengaruhi perilaku di
disparitas antara apa yang mereka yakini
dalam lingkungan kerja.
dan apa yang orang lain persepsikan
Pengaruh ini dapat termasuk
tentang status itu.
keadaan lingkungan keluarga,
keanggotaan organisasi, latar
belakang sosial, dan sebagainya.
6. Birokrasi
6) Gaya manajemen. Berkaitan
Studi tentang birokrasi pertamakali
dengan kebisaaan manajemen
diperkenalkan oleh Max Weber pada akhir
menjalankan organisasi. Hal ini
abad 19, dengan mengungkapkan
secara ekstrim mungkin bersifat
peranannya dalam kehidupan masyarakat
otoriter, yang meminta orang
Barat. Dalam perkembangannya birokrasi
untuk menuruti perintah tanpa
dipandang sebagai suatu organisasi di

252 Jurnal Wacana Kinerja Volume 14 No. 2 November 2011 (237-259)


ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI:
STUDI ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG
Riyadi

mana aktivitas-aktivitas administrasi dalam pembangunan suatu negara”.


dilaksanakan. Weber sangat meyakini Pandangan ini didasarkan pada asumsi
bahwa birokrasi merupakan sistem yang bahwa di dalam mengolah sumber daya
efektif, dan ia mengemukakan enam ciri yang dimiliki, organisasi ini mengerahkan
birokrasi yang ideal, yaitu: 1) A hierarchial para intelektual dari beragam latar
chain of command; 2) Specialization by belakang pendidikan, sehingga
function; 3) Uniform policies covering rights keberhasilannya lebih dapat terjamin.
and duties; 4) Standardized procedures for each Pandangan ini merupakan pandangan
job; 5) A carrier based on promotions for yang positif terhadap birokrasi. Tapi di
technical competence; 6) Impersonal realtions pihak lain, ada pula pandangan yang
(Gifford & Pinchot 1993:23). bersifat negatif, di mana birokrasi
seringkali digunakan sebagai sinonim
Sedangkan Gifford & Pinchot
inefisiensi (Blau dan Meyer, 2000:4) atau
(1993:22), mengemukakan bahwa,
diidentikkan dengan berbagai tindakan
“Bureaucracy created a system capable of
negatif seperti penyele-wengan (KKN),
effectively managing the massive investments,
penyebab munculnya ekonomi biaya
division of labor, and large-scale mechanized
tinggi (high cost economy) dan sebagainya.
production of capitalism”. Ia menegaskan
bahwa birokrasi dapat menciptakan suatu
sistem yang efektif untuk mengelola
7. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
organisasi-organisasi besar. Hal ini sejalan
Penelitian
dengan apa yang dikemukakan oleh Blau
dan Meyer, dimana merekapun Memperhatikan uraian yang
memandang bahwa birokrasi diciptakan mengemukakan berbagai pendapat di atas,
untuk organisasi yang berskala besar. penulis mengambil beberapa pemahaman
yang menjadi dasar perumusan premis
Selanjutnya masih menurut Blau dan
dalam kaitannya dengan penelitian ini.
Mayer (2000:5), birokrasi dipandang
Seperti diketahui bahwa topik dalam
sebagai, “suatu lembaga yang sangat kuat
penelitian ini dirumuskan dalam judul:
dengan kemampuan untuk meningkatkan
“Pengaruh Kepemimpinan terhadap
kapasitas-kapasitas potensial terhadap hal-
Perilaku Birokrasi di lingkungan
hal yang baik maupun buruk karena
Sekretariat Daerah Kota Bandung”.
birokrasi merupakan instrumen
administrasi rasional yang netral pada Dalam judul tersebut dapat dilihat
skala besar”. Kekuatan yang dimiliki oleh adanya dua variabel yang akan menjadi
birokrasi lebih terletak pada otoritas yang dasar pembahasannya, yaitu
dimilikinya. Selaku instrumen Kepemimpinan (dalam Birokrasi) sebagai
administrasi pemerintahan, birokrasi variabel bebas (independent variable) dan
memiliki kapasitas untuk menjalankan Perilaku Birokrasi sebagai variabel terikat
fungsi-fungsi pemerintah, seperti regulasi, (dependent variable). Kedua variabel
perijinan, dan pengawasan terhadap tersebut akan dilihat mengenai derajat
pemanfaatan sumber daya yang ada. keterkaitannya, khususnya lagi adalah
Peran dan fungsi inilah yang menjadikan pengaruh atau korelasinya antara variabel
birokrasi sebagai organisasi yang sangat yang satu dengan yang lainnya.
strategis.
Pada variabel kepemimpinan,
Sementara itu, Zauhar (1996:1) diarahkan pada aspek yang menyangkut
memberikan pandangannya yang begitu materi tentang sifat-sifat yang secara
besar tentang peranan birokrasi dalam umum menjadi ciri bagi tindakan-tindakan
pemerintahan dengan menyatakan seorang pemimpin yang efektif,
bahwa, “Birokrasi pemerintah memegang sebagaimana dikemukakan Keith Davis
peran utama, bahkan peran tunggal, dalam Thoha (2002:251). Sedangkan,

253
untuk melihat perilaku birokrasi dalam Berdasarkan uraian di atas, penulis
penelitian ini didasarkan kepada teori merumuskan alur pemikiran penelitian
perilaku organisasi sebagaimana berdasarkan variabel-variabelnya sebagai
dikembangkan oleh Robbins (2001:88-310 berikut:
dan 2002:66-304).

Sumber: Diadopsi dari Tesis, Riyadi (2007) setelah diadaptasi 2011

Gambar 2
Model Kerangka Pemikiran Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian di atas, Tugas kepemimpinan dalam


maka dalam penelitian ini, penulis lingkungan birokrasi seringkali disebut
merumuskan hipotesis sebagai asumsi dengan tugas manajerial yang
dasar penelitian. Rumusan hipotesis yang dilaksanakan oleh para pejabat struktural.
dikembangkan adalah bahwa Oleh karena itu, kepemimpinan dalam hal
Kepemimpinan yang diterapkan oleh para ini lebih erat kaitannya dengan tindakan-
pejabat structural akan mempengaruhi tindakan yang dilakukan oleh para pejabat
terhadap perilaku birokrasi, baik pada struktural dalam melaksanakan tugas,
tingkatan individu, kelompok, maupun termasuk dalam memberikan dorongan,
organisasi birokrasi itu sendiri. arahan, dan perintah serta pengendalian
atau pengawasan kepada bawahannya.
Apabila kepemimpinan dilihat dari aspek
E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN personal pemimpin, pada umumnya kajian
lebih banyak menyoroti hal-hal yang
1. Analisa Kepemimpinan dan Perilaku
terkait dengan gaya atau tipe
Birokrasi

254 Jurnal Wacana Kinerja Volume 14 No. 2 November 2011 (237-259)


ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI:
STUDI ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG
Riyadi

kepemimpinan. Akan tetapi apabila


melihat konteks kepemimpinan yang
dijalankan oleh para pejabat struktural
secara umum dalam suatu organisasi, hal
itu akan lebih memudahkan untuk ditinjau
dari aspek-aspek umum atau ciri-ciri
umum kepemimpinan. Berdasarkan
asumsi itulah maka dalam penelitian ini,
penulis menggunakan sifat-sifat umum
kepemimpinan sebagai dimensi variabel
kepemimpinan, karena penulis ingin
mengungkapkan gambaran umum
kepemimpinan yang dilaksanakan oleh
para pejabat struktural di lingkungan
Sekretariat Daerah Kota Bandung. Sumber: hasil penelitian, Riyadi (2007), Diadaptasi
tahun 2011
Berdasarkan hasil penelitian,
kepemimpinan yang dijalankan oleh para Grafik 1
pejabat struktural di lingkungan Kondisi Kepemimpinan berdasarkan
Sekretariat Daerah Kota Bandung secara Dimensi Kecerdasan, Kedewasaan,
umum berada pada kondisi negatif. Motivasi Diri, dan Sikap Hubungan
Variabel kepemimpinan yang dilihat
berdasarkan 4 (empat) dimensi Untuk lebih jelasnya, data angka
kepemimpinan yang efektif, yaitu mengenai kondisi variable kepemimpinan
kecerdasan, kedewasaan dan keluasan tersebut dapat dilihat dalam tabel di
hubungan sosial, motivasi diri dan bawah ini.
dorongan berprestasi, serta sikap-sikap Tabel 1
hubungan kemanusiaan, secara umum Rekapitulasi Data Kondisi
mendapat penilaian responden pada posisi Kepemimpinan berdasarkan
negatif sebesar 58,61%. Hal ini Dimensi Penelitian
menggambarkan bahwa ketidakpuasan
dari sebagian besar pegawai terhadap
Posisi Hasil Penelitian
kepemimpinan yang dijalankan oleh para DIMENSI
pejabat struktural di lingkungan Negatif Netral Positif
Sekretariat Daerah Kota Bandung, masih Kecerdasan 59.63 7,78 32.59
menjadi persoalan yang harus diatasi
dengan baik dan bijaksana. Data Kedewasaan 66.66 10,00 23.33
selengkapnya berdasarkan hasil penelitian Motivasi Diri 62.22 10,74 27.03
tersebut, dapat dilihat dalam Grafik 1.
Sikap Hubungan 45.92 18,89 35.19
Rata-rata 58.61 11.85 29.54
Sumber: hasil penelitian, Riyadi (2007), Diadaptasi
tahun 2011

Selanjutnya, analisa hasil penelitian


untuk variable perilaku birokrasi,
diperoleh data sebagai rangkuman dari
ketiga dimensi yang digunakannya, yaitu
bahwa kondisi perilaku birokrasi, secara
umum berada pada kondisi yang belum
baik, dimana sebanyak 55,22% responden

255
memberikan tanggapan yang negatif, dan Analisa korelasi dilakukan sebagai
27% memberikan tanggapan positif, serta upaya untuk melihat tingkat hubungan
17,78% lainnya menyatakan netral. Hal ini (derajat pengaruh) yang terjadi antara
dapat dilihat dalam tabel di bahwa ini. variabel penelitian. Sebagaimana
diuraikan terdahulu, bahwa variabel yang
menjadi bahan analisa dalam penelitian ini
Tabel 2
terdiri dari dua variabel, yang meliputi
Rekapitulasi Data Kondisi Perilaku
variabel bebas (independent
Birokrasi
variable/eksogenus), yaitu kepemimpinan,
dan variabel terikat (dependent
Posisi Hasil Penelitian variable/endogenus), yaitu perilaku
DIMENSI
Negatif Netral Positif birokrasi. Karena variabel yang dibahas
Tingkat meliputi dua variabel, maka dalam analisa
Individual 64.44 17.78 17.77 korelasi akan dihitung satu rumusan
Tingkat korelasi atau koefisien korelasi, yaitu
Kelompok 38.15 18.15 43.71 pengaruh dari variabel X terhadap Y.
Tingkat Berdasarkan data hasil penelitian yang
Organisasi 61.11 17.5 21.39 dihimpun dari responden dan seluruh data
Rata-Rata 55.23 17.78 27 sudah diolah menjadi data interval, maka
Sumber: hasil penelitian, Riyadi (2007), Diadaptasi selanjutnya dilakukan penghitungan
tahun 2011 korelasi dengan rumus korelasi produk
moment. Hasil penghitungan diperoleh
Secara grafik, hasil nilai negatif data bahwa nilai koefisien korelasi varabel
tertinggi diberikan oleh dimensi tingkat X terhadap variabel Y (rY X) sebesar
individual yang mencapai 64,44%, dan pada 0,6698.
dimensi tingkat organisasi (struktur) Nilai koefisien korelasi menunjukkan
mencapai 61,11%. Sedangkan pada bahwa variabel X dalam hal ini adalah
dimensi tingkat kelompok, justru perilaku Kepemimpinan yang dijalankan oleh para
birokrasi ini memperoleh nilai yang positif, pejabat struktural di lingkungan
dimana 43,71% jawaban responden berada Sekretariat Daerah Kota Bandung,
pada posisi positif. memberikan pengaruh yang kuat terhadap
perilaku birokrasi di Sekretariat Daerah
Kota Bandung sebagai variabel Y. Ini
berarti bahwa pengaruh dari variabel
kepemimpinan terhadap perilaku birokrasi
memiliki dampak sangat kuat karena lebih
mendekati angka sempurna 1 sebagaimana
batas persamaan korelasi, yaitu -1≤ r ≤ 1.
Apabila dihubungkan dengan data
responden yang memberikan gambaran
persepsi tentang kondisi kepemimpinan
Sumber: hasil penelitian, Riyadi (2007), Diadaptasi
tahun 2011 yang memperoleh nilai 58,61% dan
perilaku birokrasi yang memperoleh
Grafik 2 55,22% dimana keduanya berada pada
Kondisi Kepemimpinan berdasarkan kondisi persepsi negatif, maka nilai
Dimensi Kecerdasan, Kedewasaan, tersebut memiliki relevansinya dengan
Motivasi Diri, dan Sikap Hubungan adanya keterkaitan antara hasil
penghitungan statistik dengan persepsi
2. Hasil Analisa Korelasi responden yang relatif simetris. Kondisi

256 Jurnal Wacana Kinerja Volume 14 No. 2 November 2011 (237-259)


ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI:
STUDI ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG
Riyadi

kepimimpinan yang kurang baik akan Untuk menguji hipotesis di atas,


memberikan pengaruh terhadap perilaku digunakan statistik uji untuk mengetahui
birokrasi, khususnya para bawahan, yang nilai Thit terlebih dahulu. Berdasarkan
kurang baik pula. angka-angka yang diperoleh dari hasil
penghitungan sebelumnya, diperoleh nilai
Dengan demikian, dapat dikatakan
Thit sebesar 8,44. Berdasarkan nilai t-hitung
bahwa kepemimpinan yang dilakukan
tersebut, dengan asumsi tingkat kekeliruan
oleh para pejabat struktural di lingkungan
1% atau tingkat kepercayaan 99%, maka
Sekretariat Daerah Kota Bandung, sangat
berdasarkan tabel distribusi t diperoleh t-
mempengaruhi terhadap perilaku
tabel sebesar 1,9873. Apabila
birokrasi, baik berdasarkan telaahan
dikonversikan kepada aturan
kualitatif (data responden) yang
keputusannya, yaitu, jika t hitung > ttabel
menunjukkan angka 55,22% dan 58,61%
maka Ho ditolak, dan sebaliknya, maka
negatif, maupun telaahan hasil
hasil pengujian ini dapat disimpulkan
penghitungan statistik yang mencapai
bahwa Ho ditolak, karena nilai t-hitung
derajat keterkaitan antara kepemimpinan
lebih besar dari t-tabel, yaitu 8,44 > 1,98,
yang dijalankan oleh para pejabat
dan ini berarti bahwa terdapat pengaruh
struktural dengan perilaku birokrasi
yang signifikan dari variabel
sebesar 0,6698.
kepemimpinan terhadap perilaku
birokrasi.
3. Hasil Uji Hipotesis Kemudian, untuk melihat derajat
pengaruh langsung dari variabel
Setelah diketahui hasil pengukuran
kepemimpinan terhadap perilaku
data penelitian dengan menggunakan
birokrasi, digunakan analisa koefisen
teknik analisa korelasi, selanjutnya
determinasi. Hasil penghitungan diperoleh
dikonversikan kepada hipotesis yang
koefisen determinasi sebesar 0,6698
dirumuskan sebagai langkah
pengujiannya. Untuk pengujian hipotesis Kesimpulan secara umum dari hasil uji
tersebut, digunakan ketentuan umum, statistik di atas, menunjukkan bahwa
yaitu tolak Ho jika T-hitung > T-tabel, pengaruh kausal dari variabel
maka koefisien korelasi signifikan dan kepemimpinan terhadap perilaku
terima Ho jika T-hitung ≤ T-tabel, maka birokrasi, memiliki pengaruh yang kuat,
koefisien korelasi tidak signifikan. yaitu 0,6698 atau 66,98%. Karena nilai
yang diperoleh bersifat positif, maka
Langkah kerja yang diperlukan untuk
pengaruh yang terjadi dari variabel X
pengujian signifikansi terhadap hipotesis
terhadap Y merupakan hubungan
yang dirumuskan, dilakukan dengan
kausalitas positif langsung, artinya bahwa
menggunakan “theory trimming”, artinya
kepemimpinan yang dijalankan oleh para
memotong atau memurnikan. Rumusan
pejabat struktural di lingkungan
hipotesis yang harus diuji adalah:
Sekretariat Daerah Kota Bandung memiliki
Ho : PYX = 0 atau tidak ada pengaruh dari pengaruh kausalitas langsung sebesar
kepemimpinan yang dijalankan oleh para 66,98% terhadap perilaku birokrasi yang
pejabat struktural terhadap perilaku ada di lingkungan Sekretariat Daerah Kota
birokrasi di lingkungan Sekretariat Daerah Bandung.
Kota Bandung.
Dengan demikian, berdasarkan
H1 : PYX ≠ 0 atau Terdapat pengaruh dari kepada hasil penghitungan koefisien
kepemimpinan yang dijalankan oleh para korelasi maupun koefisien determinasi
pejabat struktural terhadap perilaku antara kedua variabel dalam penelitian ini,
birokrasi di lingkungan Sekretariat Daerah dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan
Kota Bandung. memiliki pengaruh yang kuat terhadap

257
perilaku birokrasi. Hal ini menunjukkan terlalu memengaruhi secara signifikan
bahwa baik buruknya kondisi perilaku terhadap perilaku birokrasi.
birokrasi, baik dilihat dari tingkat
individual, kelompok, maupun organisasi,
akan tergantung kepada pola REFERENSI
kepemimpinan yang diterapkan oleh para
Arifin, Rois., Amirullah dan Fauziah, Siti.
pejabat struktural (pemimpin organisasi).
2003. Perilaku Organisasi. Malang:
Bayu Media.
F. PENUTUP Bennis, W., & Nanus, Burt. 1990.
Kepemimpinan, Strategi dalam
Berdasarkan pada hasil penelitian
Mengemban Tanggungjawab: Empat
mengenai pengaruh kepemimpinan Kunci Kepemimpinan Yang Efektif.
terhadap perilaku birokrasi di lingkungan Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta-
Sekretariat Daerah Kota Bandung, dapat Indonesia: Erlangga
disimpulkan sebagai berikut:
Bennis, Warren, & Robert Townsend. 1998.
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Reinventing Leadership, menciptakan
antara kepemimpinan dan perilaku kembali kepemimpinan. Alih Bahasa:
birokrasi memiliki ciri hubungan Clara Suwendo .Batam: Penerbit
kausalitas. Kondisi kepemimpinan Interaksara
yang belum sesuai dengan harapan
mempengaruhi terhadap perilaku Berkley, George. And John Rouse. 1997.
pegawai yang terakumulasikan dalam The Craft of Public Administration.
suatu kondisi perilaku birokrasi yang 7th edition. Chicago: Brown &
belum sesuai dengan harapan. Dalam Benchmark Publishers.
hal kepemimpinan, faktor Blau, Peter M. dan Marshall W. Meyer.
Kedewasaan & Keluasan Hubungan 2000. Birokrasi Dalam Masyarakat
Sosial dan faktor Motivasi Diri & Modern. Alih Bahasa: Slamet
Dorongan Berprestasi, memiliki Rijanto. Jakarta: Penerbit Prestasi
determinasi yang cukup tinggi bagi Pustakaraya.
terciptanya suatu kepemimpinan yang
efektif. Sementara faktor Hersey, Paul dan Kenneth H., Blanchard.
kecerdasasan, tidak menjadi faktor 1982. Manajemen Perilaku
determinan dalam membangun Organisasi: Pendayagunaan Sumber
kepemimpinan dalam organisasi Daya Manusia. Edisi keempat.
birokrasi, meski secara khusus tetap Terjemahan Agus Dharma.
memiliki pengaruh terhadap Jakarta: Penerbit Erlangga.
kepemimpinan. Hersey, Paul and Kenneth H., Blanchard.
2. Dalam hal perilaku birokrasi, perilaku 1993. Management of Organizational
pada tingkat individual dan keadaan Behavior: Utiizing Human Resources.
struktur dalam organisasi merupakan Sixth edition. New Jersey:
faktor determinasi yang cukup tinggi. Prentice-Hall International Inc.
Konsep ini menunjukkan bahwa Hesselbein, Frances. (ed). 1997. Pemimpin
perilaku birokrasi akan sangat Masa Depan: Visi, Strategi, dan
bergantung pada keadaan perilaku Praktek Baru Untuk Masa Depan.
pegawai secara individual yang Alih bahasa: Bob Widyahartono.
didukung oleh kondusivitas struktur Jakarta: PT. Elex Media
dalam organisasi. Sementara, Komputindo.
kecenderungan perilaku kelompok
dalam organisasi dipandang tidak

258 Jurnal Wacana Kinerja Volume 14 No. 2 November 2011 (237-259)


ANALISA KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU BIROKRASI:
STUDI ANALISIS DI SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG
Riyadi

Indrawijaya, Adam, I. 2000. Perilaku Singarimbun, Masri. 1987. Metodologi


Organisasi. Bandung: Sinar Baru Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.
Algensindo.
Thoha, Miftah.1983. Perilaku Organisasi.
Krause, Donald G. 2000. The Way of The Jakarta: Rajawali Pers.
Leader. Alih Bahasa: M. Samosir,
Thoha, Miftah.1990. Aspek-aspek Pokok Ilmu
Cet. Ketiga. Jakarta: PT. Elex
Administrasi: Suatu Bunga Rampai
Media Komputindo.
Bacaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Lawton, Alan and Aidan G., Rose. 1994.
Zauhar, Soesilo. 1996. Reformasi
Organization and Management in the
Administrasi: Konsep, Dimensi, dan
Public Sector. Second edition.
Strategi. Bandung: Bumi Aksara.
London: Pitmann Publishing.
Nanus, Burt. 2001. Kepemimpinan Visioner:
Menciptakan Kesadaran Akan Arah Dokumen:
dan Tujuan Di dalam Organisasi.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Edisi Bahasa Indonesia. Alih
tentang Pemerintahan Daerah.
Bahasa: Frederik Ruma. Jakarta:
PT. Prenhallindo. Bagian Kepegawaian Kota Bandung.
Rekapitulasi Data Kepegawaian Kota
Nasir, Moch. 1998. Metode Penelitian.
Bandung sampai dengan tahun 2004.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Robins, Stephen P. 1991. Organizational
Behavior: Concerpts Controversies
and Aplications. New Jersey:
Prentice Hall International. Inc.
Engelood Cliff.
Robins, Stephen P. 2001. Perilaku
Organisasi: Konsep, Kontroversi,
Aplikasi. Jilid 1 edisi kedelapan,
versi Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT. Prenhallindo dan Pearson
Education Asia Pte. Ltd.
Robins, Stephen P. 2002. Perilaku
Organisasi: Konsep, Kontroversi,
Aplikasi. Jilid 2 edisi kedelapan,
versi Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT. Prenhallindo dan Pearson
Education Asia Pte. Ltd.
Schoorl, J.W. 1984. Modernisasi: Pengantar
Sosiologi Pembangunan Negara-
negara Berkembang. Terjemahan
R.G. Soekadijo. Jakarta: PT.
Gramedia.
Siagian, S.P. 1997. Organisasi,
Kepemimpinan, dan Perilaku
Administrasi. Jakarta: PT. Gunung
Agung.

259

You might also like