You are on page 1of 10

3HQJJXQDDQ .

RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL

PENGGUNAAN KONTRASEPSI PADA WANITA PASCA MELAHIRKAN DAN PASCA


KEGUGURAN, SDKI 2012
The Use of Contraceptive among Post Partum and Post Abortion
Women, IDHS 2012

Flourisa Juliaan S dan Maria Anggraeni


Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan, BKKBN
Research and Development Population Centre, National Population and Family Planning Board
Abstract

Background ,QGRQHVLD¶V SRSXODWLRQ JURZWK UDWH KDV GHFOLQHG LQ WKH ODVW IRXU GHFDGHV 7KH DYHUDJH DQQXDO
population growth was 2.32 percent in between 1970 and 1980. Between 2000 and 2010 the rate was declined
to 1.49 percent. This achievement shows that governement of Indonesia has been successful in declining the
fertility rate consistently. In the last decade, the population growth rate and fertility rate shows very slowly,
according the IDHS results.
Objective: The objective of this analysis is to provide the use of contraceptive after post partum and post
abortion figure.
Method: This analysis uses calendar data in Reproductive Age Woman Module, IDHS 2012. The sample of this analysis is women
aged 15-49 years old that were pregnant in the last five years before the survey. The total pregnancy since 60 months before the
survey were 18,594 pregnancies.
Result: The use of post partum and post abortion contraceptive was increasing in 2012 compared 2007. Among
all pregnancies, 98.43 percent were live births, 4.82 percent was spontaneous abortions, 0.02 percent was
induced abortions, 0.42 percent of infant deaths occurred during the age of 0 months and 4,31 percent was still
pregnant when the survey was conducted. Nearly 77 percent used post partum and post abortion contraceptives
and 23 percent did not use any method after they finish their pregnancy. Seventh point three percent used long-
term method, while others (69.5 percent) used pills, injectables and condoms. Sources of post partum and post
abortion contraceptive methods users were much more likely to rely on private midwives (3.4 percent) and
village midwives (20.4 percent).
Conclusion: The percentage of post partum and post abortion contraceptive method use increased with the
UHVSRQGHQW¶V DJHG JURXS OHYHO RI HGXFDWLRQ DQG ZRPHQ OLYHG LQ XUEDQ DUHD ZKLOH WKH ZHDOWK TXLQWLOHV OHYHOV
was not statistically significant (p > 0.05). In 19 provincies the percentage of post partum and post abortion
contraceptive use was above 75% from all pregnancies.
Keywords: Post Partum and Post Abortion Family Planning, IDHS 2012, Longterm Family Planning Method.

Abstrak
Latar Belakang: Usaha pemerintah untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk adalah penurunan
pertumbuhan penduduk sebesar 2,32 persen per tahun selama periode 1970-1980 menjadi 1,49 persen per tahun
pada periode 2000-2010. Dengan menekan angka kelahiran akan menunjukkan penurunan yang konsisten.
Namun pada dasawarsa terakhir penurunan angka pertumbuhan penduduk maupun angka kelahiran melambat.
Tujuan: Analisis ini untuk mengetahui penggunaan kontrasepsi pasca persalinan dan pasca keguguran.
Metode : Analisis menggunakan data kalender dalam modul Wanita Usia Subur SDKI 2012. Sampel adalah wanita
usia 15-49 tahun yang mengalami kehamilan dalam 5 tahun sebelum survey, sebanyak 18.594 kehamilan.
Hasil : Ada pemakaian kontrasepsi PP dan PK pada tahun 2012 dibandingkan dengan 2007. Sebanyak 98,43
persen dari seluruh kehamilan adalah lahir hidup, 4,82 persen kehamilan mengalami keguguran, 0,02 persen
kehamilan yang terjadi digugurkan, 0,42 persen kehamilan ternyata lahir mati dan sebanyak 4,31 persen sedang
hamil saat wawancara. Sebanyak 76,8 persen menggunakan kontrasepsi dan sisanya sebanyak 23,2 persen tidak
menggunakan pasca kehamilannya. Yang menggunakan kontrasepsi 7,3 persen menggunakan metoda jangka
panjang (MKJP) dan (69,5 persen) menggunakan non MKJP. Sumber pelayanan KB PP dan PK terbanyak dari
bidan praktek swasta (38,4 persen) dan bidan di desa (20,4 persen).
Kesimpulan: Penggunaan KB PP dan PK untuk MKJP persentasenya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
non MKJP. Penggunaan MKJP makin meningkat dengan meningkatnya umur ibu, pendidikan ibu dan pada ibu
yang tinggal di perkotaan, menurut tingkat kesejahteraan tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p > 0,05).
Kata kunci : KB PP dan PK, SDKI 2012, MKJP

Naskah masuk: 4 Maret 2015 Review: 14 April 2015 Disetujui terbit: 8 Juni 2015

107
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL

PENDAHULUAN Seimbang pada tahun 2020 diharapkan TFR


mencapai 2,1 anak.
Berdasarkan hasil SP 2010 jumlah penduduk Kontrasepsi adalah cara untuk menghindari/
Indonesia tercatat sebanyak 237,6 juta jiwa. mencegah terjadinya kehamilan akibat
Salah satu hasil usaha pemerintah untuk pertemuan antara sel telur yang matang dengan
mengendalikan pertumbuhan penduduk adalah sel sperma sehingga dapat mencegah
penurunan pertumbuhan penduduk sebesar terjadinya kehamilan. KB Pasca Persalinan
2,32 persen per tahun selama periode 1970- adalah penggunaan alat kontrasepsi pada masa
nifas sampai dengan 42 hari setelah
1980 menjadi 1,49 persen per tahun pada melahirkan. Alasan pelaksanaan KB pasca
periode 2000-2010. Hal tersebut tidak lepas persalinan antara lain termasuk kembalinya
dari keberhasilan pemerintah menekan angka fertilitas dan resiko terjadinya kehamilan, jarak
kehamilan yang dekat, resiko terhadap bayi
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan Penduduk dan Jumlah dan ibu serta ketidak tersediaan kontrasepsi18..
Penduduk Indonesia KB Pasca Keguguran adalah penggunaan
250 2.3 2.5
kontrasepsi pasca keguguran.
Jumlah Penduduk

1.97
200 2 Laju Pertumbuhan
1.49 Secara demografis, fertilitas diartikan sebagai
(Juta)

150 1.45 1.5


Penduduk
hasil reproduksi yang ditunjukkan dengan
100 1 banyaknya bayi lahir hidup. Fertilitas
merupakan salah satu penyumbang tingginya
50 0.5 angka kelahiran selain mortalitas dan
147.5 179.4 205.1 237.6
0 0 migrasi. Salah satu upaya yang dapat
SP 1980 SP 1990 SP2000 SP2010 dilakukan untuk mengendalikan angka
kelahiran adalah melalui Program Keluarga
Jumlah Penduduk LPP Berencana (KB), melalui pemakaian alat
kontrasepsi oleh Pasangan Usia Subur.
Sumber : SDKI dan Sensus Penduduk Variabel antara yang mempengaruhi langsung
terhadap fertilitas pada dasarnya juga
kelahiran yang juga menunjukkan penurunan dipengaruhi oleh norma-norma yang berlaku
yang konsisten. Namun pada satu dasawarsa dalam masyarakat, yaitu tentang besarnya
terakhir penurunan angka pertumbuhan keluarga7. Bongaarts (1978) meng-
penduduk maupun angka kelahiran melambat, klasifikasikan variabel antara menjadi delapan
hal ini ditunjukkan dengan hasil SDKI. Hasil faktor dalam tiga kategori a). faktor
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia keterpajanan: jumlah perkawinan, b). faktor
(SDKI) 2002/03, 2007dan 2012 menunjukkan pengaturan fertilitas yang disengaja:
bahwa TFR mengalami stagnasi. kontrasepsi dan aborsi disengaja, c). faktor-
faktor fertilitas kawin alamiah:
Pada waktu yang bersamaan hasil SP 2010 ketidaksuburan karena menyusui, frekuensi
menunjukkan bahwa angka pertumbuhan hubungan kelamin, steril, kematian janin tidak
penduduk mengalami peningkatan disengaja, lama periode masa subur.
dibandingkan dengan SP tahun 2000. Jumlah
anak yang dimiliki oleh wanita usia subur di Terdapat hubungan modernisasi dan perilaku
Indonesia pada awal tahun 1971 tercatat fertilitas6), empat aspek modernisasi yang
sebanyak 5,6 anak mengalami penurunan secara empiris diidentifikasi adalah inovasi
sampai dengan 2,6 anak sampai dengan tahun dalam pelayanan kesehatan publik, inovasi
2002, atau dengan kata lain dalam waktu lebih dalam pendidikan formal, urbanisasi,
kurang 30 tahun terjadi penurunan sampai konsumsi barang, pertumbuhan pendapatan
dengan separuhnya. Namun sejak tahun 2002 per kapita, tenaga kerja perempuan pada sektor
sampai dengan 2012 terlihat TFR stagnan pada modern, kemajuan media massa, program
posisi 2,6 anak, artinya dalam 10 tahun keluarga berencana, kemajuan dalam
terakhir menunjukkan tidak adanya penurunan administrasi pemerintahan, serta perubahan
rata-rata jumlah anak yang dimiliki oleh sikap dan kepribadian individu. Kemajuan-
wanita usia subur 15-49 tahun di Indonesia. kemajuan yang dicapai dalam modernisasi
Padahal untuk mencapai Penduduk Tumbuh menyebabkan perubahan pengetahuan, sikap
108
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL

dan perilaku anggota masyarakat tentang terbanyak terjadi dalam waktu 2 jam
perilaku pengaturan kelahiran. semasa/pasca persalinan, yaitu sebagian besar
(60-80) kematian ibu disebabkan oleh
Di sisi lain kematian Ibu di Indonesia masih belum komplikasi kehamilan. Komplikasi kehamilan/
menunjukkan penurunan. Bila dibandingkan dengan persalinan atau yang menyebabkan kematian
target RPJM 2014 sebesar 118 kematian ibu pada ibu tidak bisa diperkirakan sebelumnya, dan
tahun 2014 dan target Millenium Development Goals sering terjadi beberapa jam atau hari setelah
pada tahun 2015 tercapai 102 kematian ibu per persalinan atau masa nifas. Sebagai upaya
100.000 kelahiran hidup, berdasarkan prediksi regresi SHQ\HODPDWDQ LEX ³Safe Motherhood
linear diproyeksikan bahwa pada tahun 2015 akan Initiative´ WHODK EDQ\DN GLODNXNDQ GDODP
tercapai 161 ibu yang meninggal setiap 100.000 program kesehatan dan KB-KR, terutama
kelahiran hidup. Hasil SDKI 2012 menunjukkan PHODOXL 036 ³Making Preqnancy Safer´
kematian maternal tercatat 359 per 100.000 Ada 3 (tiga) pesan kunci MPS, yaitu 1) setiap
kelahiran, sedangkan SDKI 2007 mencatat 228 persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
per 100.000 kelahiran. Sesuai dengan terlatih; 2) setiap komplikasi obstetri dan
komitmen global setiap negara pada tahun neonatal mendapat pelayanan yang adekuat; 3)
2015 harus menurunkan AKI sebesar 50 setiap wanita usia subur (WUS) akses terhadap
persen dari kondisi AKI pada tahun 1990, dan pencegahan kehamilan tidak diinginkan
menurunkan 50 persen lagi pada tahun 2015 (KTD) dan penanganan komplikasi keguguran.
Target Millenium Deveploment Goals.
Merujuk pada komitmen tersebut maka Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu
diharapkan Indonesia mencapai penurunan dari sekian banyak variabel yang secara
AKI menjadi sekitar 115 per 100.000 langsung berpengaruh terhadap angka
kelahiran hidup pada tahun 2015. Data SDKI kelahiran. Dari berbagai studi yang pernah
tahun 1997 menunjukkan 15,4 persen dilakukan menunjukkan bahwa pemakaian alat
persalinan mempunyai jarak kelahiran dengan kontrasepsi terbukti mampu menurunkan
persalinan sebelumnya kurang dari 24 bulan, angka kelahiran.
22 persen wanita telah mengalami 4 kali
kehamilan atau lebih, 11 persen wanita Di Indonesia pemakaian alat kontrasepsi
melahirkan pada usia di atas 35 tahun, dan 12 tidak terlepas dari peran serta penggunanya,
persen wanita melahirkan pada usia kurang rendahnya peran serta suami dalam
dari 20 tahun. penggunaan alat kontrasepsi juga
mempengaruhi tingginya pemakaian
Data yang kurang menggembirakan diatas kontrasepsi 10. Idealnya, terkait dengan upaya
menunjukkan bahwa difusi informasi belum penundaan kehamilan atau kelahiran anak
adekuat baik kepada individu, pasangan suami berikutnya setelah anak pertama lahir, hal
isteri maupun kepada remaja putera dan puteri yang penting dilakukan adalah mengatur jarak
tentang penundaan kehamilan, perencanaan kehamilan. Upaya untuk mengatur jarak
kehamilan dan kelahiran dalam kondisi yang kehamilan atau kelahiran ini dapat dilakukan
RSWLPDO WHQWDQJ ULVLNR ³ 7³ WHUKDGDS MDQLQ dengan menggunakan kontrasepsi.
yang dikandung dan bayi yang dilahirkan. Sesuai dengan komitmen Millenium
Pertanyaannya, mengapa hal tersebut masih Development Goals (MDG) yaitu menurunkan
terus terjadi ? Padahal upaya telah dilakukan Angka Kematian Anak sebesar dua per tiga
untuk menurunkannya melalui berbagai dari angka di tahun 1990 atau menjadi 20 per
program seperti ´safH PRWKHUKRRG³, Gerakan 1000 kelahiran bayi pada tahun 2015.
Sayang Ibu, Suami Siaga, namun demikian
hasilnya masih belum seperti yang Konsep mengenai kontrasepsi pasca persalinan
diharapkan. bukanlah hal yang baru, akan tetapi tidak
Beberapa faktor yang menyebabkan ibu banyak perhatian yang diberikan pada masa
dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan yang penting dari kehidupan wanita. Pada saat
nifas tidak tertolong dari kematian adalah ini perhatian dari pengelola program
adanya 3 (tiga) keterlambatan yaitu terlambat kesehatan, penyedia jasa pelayanan kesehatan
mengambil keputusan, terlambat membawa ke dan pembuat kebijakan semakin meningkat
fasilitas kesehatan dan terlambat karena menyadari akan tingginya efektivitas
menanganinya. Disamping itu, kematian ibu
109
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL

dan keberhasilan program keluarga berencana


jika pengenalan kontrasepsi dilakukan pada HASIL
saat pasca persalinan 18.
Trend penggunaan KB PP dan PK pada wanita
Secara umum analisis ini bertujuan untuk pernah kawin usia 15-49 tahun yang
mengetahui gambaran penggunaan kontrasepsi mengalami kehamilan dalam 60 bulan
pasca persalinan dan pasca keguguran pada pengamatan, terlihat adanya peningkatan dari
wanita Indonesia. Secara khusus analisis ini 75,64 persen pada SDKI 2007 menjadi 76,8
untuk 1) mengetahui persentase pemakaian persen pada SDKI 2012. Begitu juga untuk
KB PP dan PK, 2) mengetahui jenis alkon penggunaan Metoda Kontrasepsi Jangka
yang digunakan pada KB PP dan PK, 3) Panjang (MKJP) menunjukkan adanya
mengetahui jarak waktu setelah melahirkan peningkatan dari 5,85 persen pada SDKI 2007
menggunakan alat kontrasepsi, 4) mengetahui menjadi 7,3 persen pada SDKI 2012. Grafik 1.
sumber pelayanan mendapatkan KB PP dan
PK, 5) mengetahui karakteristik latar belakang
pemakai KB PP dan PK dan 6) mengetahui
karakteristik riwayat reproduksi pemakai KB
PP dan PK.

Analisis ini diharapkan dapat memberikan


masukkan bagi para penentu kebijakan dalam
membuat strategi operasional pelayanan KB
PP dan PK dalam rangka meningkatkan
CPR.Data kalender yang ada dalam SDKI
2012 hanya terdiri dari 4 variabel yaitu status
kawin ibu, jenis alat kontrasepsi yang dipakai
dan sumber mendapatkan alat kontrasepsi,
maka dalam analisis pemakaian KB PP dan Sebanyak 18.594 kehamilan terjadi dalam 60
PK akan menurut jenis alat kontrasepsi yang bulan sebelum survey, kehamilan tersebut
dipakai, dari mana mereka mendapatkan berasal dari 14,899 wanita usia subur 15-49
pelayanan alat kontrasepsi tersebut dan berapa tahun. Pada grafik 2. terlihat sebanyak 90,34
lama setelah melahirkan atau aborsi mereka persen dari kehamilan yang terjadi dalam 60
menggunakan alat kontrasepsi. bulan pengamatan ternyata lahir hidup,
sebanyak 4,8 persen mengalami keguguran,
dibawah satu persen kehamilan yang terjadi
METODE digugurkan, sebanyak 0,42 persen ternyata
lahir mati dan 4,31 persen saat wawancara
Data analisis ini adalah SDKI 2007 dan SDKI sedang hamil. Hasil kehamilan dalam 60 bulan
2012, yaitu Dalam analisis ini digunakan data pengamatan baik itu lahir hidup, lahir mati,
kalender dalam modul Wanita Pernah Kawin. digugurkan atau keguguran ternyata sebanyak
Sebagai sampel dalam analisis ini adalah 76,8 persen menggunakan kontrasepsi dan
responden SDKI wanita kawin 15-49 tahun sisanya sebanyak 23,2 persen tidak
yang mengalami kehamilan dalam 5 tahun menggunakan kontrasepsi.
sebelum survey, dengan jumlah anak yang
dilahirkan dalam 5 tahun sebelum survey
sebanyak 13.659 anak.

Kerangka Pikir

Berdasarkan tinjauan pustaka dan ketersediaan


data yang ada maka dibuatlah kerangka pikir
sebagai berikut :

110
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL

Kalender SDKI yang ada adalah dalam Tiga diantara empat kehamilan yang berakhir
bulanan bukan harian untuk itu kategori yang dengan lahir mati atau keguguran atau
dapat dibuat dalam analisis ini adalah 1 bulan, digugurkan tidak menggunakan kontrasepsi.
2 bulan dan 3-5 bulan serta enam bulan keatas.
Definisi operasional dari penggunaan KB PP
dan PK adalah penggunaan alat kontrasepsi
pada masa nifas sampai dengan 42 hari setelah
melahirkan, oleh sebab itu dalam analisi ini
tidak dapat tepat 42 hari.

Kecenderungan penggunaan alat KB pada


Pada grafik 3 terlihat bahwa sebanyak 25,9 wanita pasca kehamilan (dengan riwayat
persen atau satu diantara empat wanita yang melahirkan hidup ataupun keguguran) terlihat
mengalami kelahiran ataupun keguguran pada tabel 2. Apabila dilihat menurut
menggunakan alat kontrasepsi dalam waktu karakteristik latar belakang tampak bahwa
satu bulan setelah kelahiran atau keguguran, penggunaan kontrasepsi PP dan PK tertinggi
sebanyak 36,8 persen menggunakannya pada kelompok usia 25-29 tahun (86 persen)
setelah dua bulan kelahiran atau keguguran. dan kelompok usia 30-34 tahun (85 persen).
Sisanya 26,5 persen menggunakannya pada 3- Persentase yang tidak menggunakan KB PP
5 bulan setelah kelahiran dan keguguran. dan PK adalah pada kelompok usia tua (29
Hampir 11 persen menggunakanya setelah persen). Persentase penggunaan MOW
enam bulan atau lebih. Sebanyak 23 persen meningkat dengan meningkatnya umur ibu.
wanita 15-49 tahun tidak menggunakan Penggunaan MKJP untuk metoda IUD dan
kontrasepsi pasca melahirkan atau pasca susuk KB pada pasca persalinan dan
keguguran, adapun yang menggunakan keguguran tertinggi pada kelompok usia tua
kontrasepsi yang terbanyak adalah metoda yaitu 45 49 tahun masing-masing lima persen.
suntik (51 persen) dan pil (11 persen). Hal ini Penggunaan metoda MOW dan IUD makin
menunjukkan bahwa di Indonesia, metoda meningkat dengan meningkatnya umur ibu.
suntik sebagai alat kontrasepsi paling banyak Tempat tinggal responden tidak terlalu
digunakan oleh wanita Indonesia karena berbeda bermakna terhadap kecenderungan
rendahnya pengetahuan tentang berbagai pemakaian alat kontrasepsi walaupun ada
alat/cara kontrasepsi yang tersedia. kecenderungan pada responden yang tinggal di
perkotaan sedikit lebih tinggi dalam
pemakaian kontrasepsi pasca melahirkan dan
pasca keguguran. Metoda Operasi Wanita dan
IUD banyak digunakan oleh wanita yang
tinggal di perkotaan (3persen dan 4,6 persen).

Dalam 60 bulan pengamatan terdapat


sebanyak 87,9 persen kelahiran hidup dari
anak yang terakhir, sedangkan sebanyak 11,4
persen kelahiran kedua terakhir, artinya ibu
tersebut dalam 60 bulan melahirkan hidup
sebanyak 2 kali. Bahkan terdapat 0,01 persen
wanita yang melahirkan anak keempat

111
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL

terakhir, artinya ibu tersebut dalam 60 bulan yang ditolong oleh bidan dan perawat (77
melahirkan hidup sebanyak 4 anak. persen) Tabel 5.

Umumnya ibu yang memeriksakan kehamilan


(ANC) menggunakan KB PP dan PK (84,6
persen), sementara yang tidak memeriksakan
kehamilan hampir separuhnya (48 persen) Dalam SDKI 2012 ditanyakan juga tentang
tidak menggunakan kontrasepsi PP dan PK. apakah mereka dalam 6 bulan terakhir sebelum
Ibu yang memeriksakan kehamilannya survey pernah akses terhadap informasi. Akses
persentasenya lebih tinggi yang menggunakan informasi disini dibedakan atas dua jenis yaitu
MKJP dibandingkan dengan yang tidak akses terhadap media dan akses informasi
memeriksakan kehamilan (8,5 persen dengan seseorang. Hasil analisis menunjukkan
berbanding 3,5 persen) Tabel 3. mereka yang akses terhadap televisi lebih
banyak yang menggunakan KB PP dan PK.
Sedangkan penggunaan KB PP dan PK untuk
metoda Jangka Panjang lebih banyak
digunakan oleh mereka yang akses terhadap
media kesenian (29 persen), sedangkan mereka
yang akses dengan media televisi lebih banyak
yang menggunakan metoda non MKJP. Media
MUYAN (mobil unit pelayanan KB)
tampaknya tidak memberikan hasil yang
begitu menggembirakan dalam pencapaian KB
PP dan PK, terlihat hanya 7,4 persen yang
Penggunaan alkon MKJP pasca melahirkan menggunakan KB PP dan PK untuk metoda
atau keguguran paling banyak dilakukan oleh jangka panjang sedangkan yang menggunakan
wanita dengan jumlah anak 4-5 anak (13 non MKJP sebanyak 67,5 persen.
persen), tabel 4. Distribusi persentase urutan
kehamilan anak dalam lima tahun sebelum Tokoh agama dan tokoh masyarakat
survei menurut penggunaan KB PP dan PK, merupakan orang yang dapat membantu dalam
112
ternyata yang terbanyak menggunakan alkon peningkatan penggunaan KB PP dan PK,
adalah yang kehamilan terjadi pada urutan hampir 89 persen wanita menggunakan KB PP
kehamilan anak ke-2 atau ke-3 (78,5 persen). dan PK pasca melahirkan, sedangkan mereka
Bahkan ibu yang urutan kehamilannya ke 6 yang akses dengan guru dalam 6 bulan terakhir
keatas ternyata sebanyak 46 persen tidak sebelum survey ternyata hanya 78 persen yang
menggunakan kontrasepsi pasca Persentase menggunakan KB PP dan PK. Tiga belas
yang menggunakan KB PP dan PK tertinggi persen wanita usia reproduksi yang dalam 6
pada mereka yang ditolong oleh bidan (83,5 bulan terakhir akses dengan dokter ternyata
persen) sedangkan yang terendah yang menggunakan KB PP dan PK metoda jangka
ditolong oleh teman/keluarga (40,2 persen). panjang. Sedangkan mereka yang akses
Ibu yang ditolong oleh dokter kandungan saat dengan bidan sebanyak 80 persen
persalinan ternyata persentasenya yang menggunakan KB PP dan PK metoda non
tertinggi yang menggunakan metoda Jangka MKJP.
Panjang (16,0 persen) sedangkan untuk
metoda non MKJP yang tertinggi pada mereka Provinsi yang tinggi penggunaan MKJP pasca
persalinan dan pasca keguguran adalah
112
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL

provinsi Bali (18,9 persen), Gorontalo (15,6 Berbagai faktor yang terkait dengan risiko
persen), Nusa Tenggara Timur (12,7 persen), terjadinya komplikasi yang berhubungan
DI Yogyakarta (12,1 persen), Bengkulu (11,3 dengan kehamilan dan cara pencegahannya
persen) dan Sulawesi Utara (10,4 persen). telah diketahui, namun demikian jumlah
Sedangkan provinsi lain persentasenya hanya kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi.
dibawah 10 persen. Bahkan beberapa provinsi Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
penggunaan KB MKJP pasca persalinan dan kematian bagi ibu hamil dan melahirkan serta
pasca keguguran hanya dibawah empat persen anak yang dikandungnya adalah kondisi
yaitu provinsi Papua Barat, Aceh, Bangka ´empat terlalu³ \DLWX SHUVDOLQDQ dengan jarak
Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan kelahiran dengan persalinan sebelumnya
Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan terlalu dekat (kurang dari 24 bulan); telah
dan Sulawesi Barat. melahirkan 4 kali atau lebih (terlalu banyak);
melahirkan pada usia di atas 35 tahun (terlalu
Tiga diantara wanita 15-49 tahun di provinsi tua); melahirkan pada usia kurang dari 20
Papua yang dalam lima tahun sebelum survey tahun (terlalu muda).
mengalami kehamilan ternyata tidak
menggunakan kontrasepsi pasca kelahiran dan Pemerintah Indonesia meningkatkan perhatian
pasca keguguran. Begitu juga di provinsi pada penggunaan kontrasepsi pasca persalinan
Papua Barat dua diantara empat wanita tidak dan pasca keguguran. Berdasarkan
menggunakan kontrasepsi pasca persalinan rekomendasi dari the National Meeting on
dan pasca keguguran. Hanya di provinsi Family Planning Programs pada tahun 2008 ,
Bangka Belitung persentasenya terendah yang KB pasca persalinan dan pasca keguguran (
tidak menggunakan kontrasepsi pasca KB PP & PK), merupakan salah satu program
persalinan dan pasca keguguran (13,7 persen). utama yang harus tersedia di seluruh provinsi.
Gambaran ini juga menunjukkan bahwa untuk Tujuan dari program ini sendiri adalah untuk
provinsi yang penggunaan KB PP dan PK nya meningkatkan tingkat kesehatan ibu dan anak
rendah ternyata fertilitasnya lebih tinggi disamping untuk meningkatkan angka
dibanding provinsi yang penggunaan KB PP penggunaan kontrasepsi. Namun, studi tentang
dan PK nya rendah. Untuk itu apabila fertilitas penggunaan kontrasepsi di kalangan
akan diturunkan maka upaya yang harus perempuan pasca persalinan di Indonesia
dilakukan adalah meningkatkan penggunaan sangat terbatas, kecuali beberapa studi banding
KB PP dan PK khususnya untuk Metoda yang dilakukan menggunakan data DHS dari
Jangka Panjang. berbagai Negara 14.

PEMBAHASAN Jumlah kelahiran di Indonesia diperkirakan


sekitar 4.2-4.5 juta dan 19,7 persen merupakan
Persentase pemakaian kontrasepsi semakin kehamilan yang tidak diinginkan, mengingat
meningkat untuk metode non MKJP (dari 46,3 tingginya jumlah kelahiran dan keguguran
persen pada tahun 2007 menjadi 47,3 persen maka diperlukan suatu perencanaan kehamilan
pada tahun 2012). Meskipun rasio pemakaian sehingga kehamilan yang terjadi merupakan
kontrasepsi metode non MKJP terhadap kehamilan yang diinginkan. Salah satu
MKJP meningkat (dari 4,2 persen menjadi 4,5 program strategis untuk menurunkan
persen), namun persentase pemakaian kehamilan yang tidak diinginkan menjadi 15
kontrasepsi MKJP menurun menjadi 10,6 pada tahun 2014 adalah melalui KB pasca
persen pada tahun 2012. Studi lain juga persalinan dan pasca keguguran.
menemukan tingkat pendidikan akan
meningkatkan kontrol terhadap alat Alasan pelaksanaan KB pasca persalinan
kontrasepsi dan pengendalian fertilitas. antara lain termasuk kembalinya fertilitas dan
Pendidikan memfasilitasi perolehan informasi resiko terjadinya kehamilan, jarak kehamilan
tentang keluarga berencana, meningkatkan yang dekat, resiko terhadap bayi dan ibu serta
komunikasi suami-istri, dan akan ketidaktersediaan kontrasepsi 18. Dalam
meningkatkan pendapatan yang memudahkan rangka menurunkan resiko terhadap ibu dan
pasangan untuk menjangkau alat kontrasepsi. luaran bayi, WHO pada tahun 2006
merekomendasikan jarak kehamilan yang
optimal untuk dapat memberikan peluang bagi

113
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL

ibu untuk memulihkan kesehatannya. melalui Puskesmas dan diharapkan pada era
Pentingnya perempuan untuk dapat BPJS semakin banyak masyarakat yang dapat
memberikan kesempatan pemulihan kesehatan mengakses pelayanan alkon pasca persalinan
perlu didukung oleh keluarga dan dan pasca keguguran dengan lebih baik.
lingkungannya, sebagai salah satu hak dalam
CEDAW karena selama ini dianggap Mayoritas pelayanan kontrasepsi lebih banyak
kehamilan merupakan urusan perempuan, serta dilakukan oleh pihak swasta, hal ini
rendahnya peran suami dalarn mendukung menunjukkan bahwa kecenderungan
isteri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masyarakat Indonesia untuk lebih
ibu. Hal ini disebabkan rendahnya mempercayai pihak swasta dalam hal
pengetahuan ibu tentang tanda bahaya saat pelayanan kontrasepsi salah satunya
kehamilan, persalinan dan nifas, rendahnya dikarenakan adanya ketidaktahuan sumber
peran ibu dalam mengambil keputusan bagi tempat pelayanan. Hal tersebut sejalan dengan
kesehatan dan keselamatan dirinya (pemilihan hasil analisis deskriptif yang menyebutkan
metode kontrasepsi, jumlah persalinan oleh bahwa proporsi pelayanan alat kontrasepsi
dukun masih tinggi) serta masalah kesehatan lebih rendah pada wanita pasca melahirkan di
perempuan masih dianggap kurang penting. pihak pemerintah dibandingkan swasta karena
ketersediaan alat kontrasepsi yang lebih
Lebih kurang 63 persen wanita menggunakan mudah melalui bidan praktek swasta baik di
kontrasepsi dalam waktu 0-2 bulan pasca desa maupun di kota. Sementara di tempat
melahirkan atau keguguran, sementara sisanya pelayanan swasta yang terbanyak memberikan
menggunakan kontrasepsi setelah 3 bulan pelayanan KB PP dan PK pada satu bulan
keatas. Hal ini perlu menjadi perhatian karena pasca persalinan atau pasca keguguran adalah
fertilitas akan meningkat kembali setelah 6 RS.Swasta (65 persen), sedangkan pada 2
bulan melahirkan bagi wanita yang menyusui bulan pasca persalinan atau keguguran yang
secara eksklusif, bagi wanita yang tidak terbanyak adalah bidan di desa (40
menyusui secara eksklusif kesuburannya akan persen).Tampak bahwa KB PP dan PK yang
lebih cepat kembalinya. terbanyak digunakan pada satu bulan pasca
Berdasarkan SDKI 2012 diketahui bahwa 99 persalinan adalah metoda operasi wanita, IUD
persen wanita yang sudah menikah pernah dan susuk KB.
mendengar suatu metode/cara kontrasepsi.
Metode kontrasepsi yang paling dikenal Pendidikan akseptor sangat penting untuk
adalah pil KB (97) dan suntik KB (98). Hal mengetahui metode kontrasepsi tersebut secara
ini ditunjukkan dengan tingginya persentase lebih rinci yaitu untuk memahami dengan baik
penggunaan kedua jenis alkon tersebut pada tentang kelebihan dan kekurangan alat
pasca melahirkan dan pasca keguguran. Secara kontrasepsi, hal ini berdampak pada kualitas
umum kelompok umur 30-34 tahun yang dan kelangsungan pemakaian metode
berdomisili di wilayah perkotaan dan kontrasepsi yang dipilih. Semakin tinggi
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi pendidikan akseptor maka semakin tinggi pula
mempunyai pengetahuan tertinggi menge- tingkat pemakaian alkon pada wanita setelah
nai metode kontrasepsi. Sedangkan wanita melahirkan ataupun keguguran.
114 sudah menikah berusia 15-24 tahun,
yang Pemeriksaan kehamilan (ANC) menjadi salah
tinggal di pedesaan dan berpendidik-an satu factor yang penting dalam penggunaan
rendah, memiliki pengetahuan terendah KB PP dan PK, hal ini disebabkan karena
tentang metode kontrasepsi. dengan melakukan ANC maka wanita akan
mendapatkan KIE dari pemberi pelayanan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 52 tahun ANC tentang perlunya mereka menggunakan
2009, tugas pemerintah untuk dapat alat kontrasepsi pasca melahirkan nantinya, hal
memastikan seluruh penduduk mampu ini ditunjukkan dengan hasil analisis ternyata
menjangkau dan mendapatkan Pelayanan KB tiga diantara empat ibu yang memeriksakan
yang dibutuhkan, termasuk pelayanan KIE kehamilan menggunakan KB PP dan PK
dan Konseling baik melalui layanan pemerintah metoda non MKJP.
maupun swasta. Pelayanan pemerintah yang
Terdapat kecenderungan wanita dengan
paling banyak dipergunakan masyarakat
jumlah anak satu untuk tidak menggunakan

114
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL

alkon MKJP, dikarenakan adanya keinginan anak lebih dari dua, kesadaran penggunaan KB
untuk dapat menambah anak kembali. Hal ini PP dan PK pada semua tingkatan usia ibu.
menarik untuk dikaji lebih lanjut bahwa pada Meningkatkan pendidikan ibu serta peranan
wanita dengan jumlah anak lebih dari 6 anak gender agar perempuan dapat semakin
persentasenya sangat tinggi yang tidak menentukan penggunaan alkon KB PP dan
menggunakan alkon apapun (46 persen) dan PK, serta perlu membuat kebijakan nasional
bila menggunakan alkon, mereka cenderung dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu
menggunakan non MKJP. melalui penggunaan KB PP dan PK
Pemberi pelayanan ANC biasanya akan UCAPAN TERIMA KASIH
menjadi penolong persalinan pada saat ibu
akan melahirkan, oleh karena itu penolong Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
persalinan sangat mempengaruhi dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan
meningkatkan penggunaan KB PP dan PK. KS, BKKBN yang memberikan kesempatan
Hal ini dibuktikan dengan ibu yang ditolong untuk melakukan analisis lanjut dengan
persalinannya oleh bidan dan bidan di desa, menggunakan data SDKI 2012.
ternyata menggunakan metoda Jangka Panjang
setelah persalinan. DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN 1. Ananta, A, Kecenderungan dan factor
penentu fertilitas dan mortalitas di
Ada 76,8 persen wanita menggunakan alat Indonesia. Ed Djakarta, Kantor Menteri
kontrasepsi pasca kelahiran dan pasca Negara Kependudukan/BKKBN, tahun
keguguran, meningkat dibanding SDKI 2007. 1993
Tetapi hanya 7,29 persen diantara yang 2. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
menggunakan alkon memilih MKJP (MOP, Nasional,BadanPusat Statistik, Kementerian
MOW,Susuk dan IUD) yang 70,5 persen Kesehatan, Survei Demografi danKesehatan
Indonesia 2012.
sumber pelayanan KB PP dan PK berasal dari
3. Bappenas. 2002. Analisis Gender dalam
bidan. Pembangunan Keluarga Berencana
Nasional. Bappenas: Jakarta.
Hanya 1 dari 4 pemakai KB PP dan PK
4. Buku Panduan Praktis Pelayanan
menggunakannya dalam jangka waktu 1 bulan, Kontrasepsi. Editor, BiranAffandi, dkk.Ed.
Persentase yang menggunakan KB PP dan PK 3, Cetakan kedua. PT
menurun dengan meningkatnya urutan anak BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo, Jakarta.
yang dilahirkan, dan makin menurun dengan 2012
meningkatnya umur ibu, namun persentase 5. Bulatao, R. Lee, R.1983. Determinants of
yang menggunakan KB MKJP makin Fertility in Developing Countries.Academic
meningkat dengan meningkatnya umur ibu. Press: New York.
6. Easterlin, Richard A. Modernisation and
Persentase yang menggunakan KB PP dan PK Fertility. A critical Essay, in Richard A
lebih tinggi di daerah perkotaan dan pada ibu Bulatao and R.D.Lee (eds). Determinant of
yang berpendidikan tinggi. Fertility in Developing Countries,
SARAN Washington DC, National Academic Press,
1983
7. Friedman, Ronald C. The Sociology and
Perlunya meningkatkan sosialisasi penggunaan Human Fertility : A trend report and
alat kontrasepsi pasca kelahiran dan pasca Bibliography. Current Sociology 10/11: 35-
keguguran melalui advokasi KIE, terutama 68, 1961/1962
alkon MKJP (MOP, MOW,Susuk dan IUD). 8. John Bongaarts, A framework for analyzing
Peningkatan kualitas dan pengetahuan bidan the proximate determinants of fertility.
serta dokter sebagai sumber pelayanan KB PP Population and Development Review Vol.4,
dan PK, interval atau jangka waktu No.1, pp 105-132, March 1978
penggunaan KB PP dan PK, sosialisasi 9. Miller RA et al., The situation analysis study
mengenai penggunaan KB PP dan PK of the family planning program in Kenya,
Studies in Family Planning, 22(3):131-143,
terutama kepada keluarga yang mempunyai
1991;
10. Oppong C, et.al Marriage, Fertility and

115
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL

Parenthood in West Africa. Canberra, countries: recent patterns and implications, in


Australia National University, 1978 Proceedings of the Demographic and Health
11. Siegel, J. 1976. The Methods and Materials Surveys World Conference, 1991, Vol. 2,
of Demography. Academic Press: New Columbia, MD, USA: Institute for Resource
York. Development/Macro International, 1991, pp.
12. 6XPLQL <DP¶DK 7VDODWVD :DK\RQR 1149-1154.
Kuntohadi. Analisa Lanjut SDKI 2007 : 15. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
Kontribusi pemakaian alat kontrasepsi 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
terhadap fertilitas. Puslitbang KB dan KS, 16. Undang-undang Republik Indonesia Nomor
BKKBN, tahun 2009 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
13. Thapa S et al., Contraceptive use among Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
postpartum women: recent patterns and 17. Unicef Indonesia. Ringkasana Kajian Ibu
programmatic implications, dan Anak, Oktober 2012
InternationalFamily Planning Perspectives, 18. Widyastuti L , Saikia US, Postpartum
1992, 18(3): 83-92; Contraceptive Use in Indonesia :Recent
14. Thapa S et al., Contraceptive use and needs Patterns and Determinants.BKKBN. 2011.
among postpartum women in 25 developing

118

You might also like