Professional Documents
Culture Documents
Background ,QGRQHVLD¶V SRSXODWLRQ JURZWK UDWH KDV GHFOLQHG LQ WKH ODVW IRXU GHFDGHV 7KH DYHUDJH DQQXDO
population growth was 2.32 percent in between 1970 and 1980. Between 2000 and 2010 the rate was declined
to 1.49 percent. This achievement shows that governement of Indonesia has been successful in declining the
fertility rate consistently. In the last decade, the population growth rate and fertility rate shows very slowly,
according the IDHS results.
Objective: The objective of this analysis is to provide the use of contraceptive after post partum and post
abortion figure.
Method: This analysis uses calendar data in Reproductive Age Woman Module, IDHS 2012. The sample of this analysis is women
aged 15-49 years old that were pregnant in the last five years before the survey. The total pregnancy since 60 months before the
survey were 18,594 pregnancies.
Result: The use of post partum and post abortion contraceptive was increasing in 2012 compared 2007. Among
all pregnancies, 98.43 percent were live births, 4.82 percent was spontaneous abortions, 0.02 percent was
induced abortions, 0.42 percent of infant deaths occurred during the age of 0 months and 4,31 percent was still
pregnant when the survey was conducted. Nearly 77 percent used post partum and post abortion contraceptives
and 23 percent did not use any method after they finish their pregnancy. Seventh point three percent used long-
term method, while others (69.5 percent) used pills, injectables and condoms. Sources of post partum and post
abortion contraceptive methods users were much more likely to rely on private midwives (3.4 percent) and
village midwives (20.4 percent).
Conclusion: The percentage of post partum and post abortion contraceptive method use increased with the
UHVSRQGHQW¶V DJHG JURXS OHYHO RI HGXFDWLRQ DQG ZRPHQ OLYHG LQ XUEDQ DUHD ZKLOH WKH ZHDOWK TXLQWLOHV OHYHOV
was not statistically significant (p > 0.05). In 19 provincies the percentage of post partum and post abortion
contraceptive use was above 75% from all pregnancies.
Keywords: Post Partum and Post Abortion Family Planning, IDHS 2012, Longterm Family Planning Method.
Abstrak
Latar Belakang: Usaha pemerintah untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk adalah penurunan
pertumbuhan penduduk sebesar 2,32 persen per tahun selama periode 1970-1980 menjadi 1,49 persen per tahun
pada periode 2000-2010. Dengan menekan angka kelahiran akan menunjukkan penurunan yang konsisten.
Namun pada dasawarsa terakhir penurunan angka pertumbuhan penduduk maupun angka kelahiran melambat.
Tujuan: Analisis ini untuk mengetahui penggunaan kontrasepsi pasca persalinan dan pasca keguguran.
Metode : Analisis menggunakan data kalender dalam modul Wanita Usia Subur SDKI 2012. Sampel adalah wanita
usia 15-49 tahun yang mengalami kehamilan dalam 5 tahun sebelum survey, sebanyak 18.594 kehamilan.
Hasil : Ada pemakaian kontrasepsi PP dan PK pada tahun 2012 dibandingkan dengan 2007. Sebanyak 98,43
persen dari seluruh kehamilan adalah lahir hidup, 4,82 persen kehamilan mengalami keguguran, 0,02 persen
kehamilan yang terjadi digugurkan, 0,42 persen kehamilan ternyata lahir mati dan sebanyak 4,31 persen sedang
hamil saat wawancara. Sebanyak 76,8 persen menggunakan kontrasepsi dan sisanya sebanyak 23,2 persen tidak
menggunakan pasca kehamilannya. Yang menggunakan kontrasepsi 7,3 persen menggunakan metoda jangka
panjang (MKJP) dan (69,5 persen) menggunakan non MKJP. Sumber pelayanan KB PP dan PK terbanyak dari
bidan praktek swasta (38,4 persen) dan bidan di desa (20,4 persen).
Kesimpulan: Penggunaan KB PP dan PK untuk MKJP persentasenya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
non MKJP. Penggunaan MKJP makin meningkat dengan meningkatnya umur ibu, pendidikan ibu dan pada ibu
yang tinggal di perkotaan, menurut tingkat kesejahteraan tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p > 0,05).
Kata kunci : KB PP dan PK, SDKI 2012, MKJP
Naskah masuk: 4 Maret 2015 Review: 14 April 2015 Disetujui terbit: 8 Juni 2015
107
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL
1.97
200 2 Laju Pertumbuhan
1.49 Secara demografis, fertilitas diartikan sebagai
(Juta)
dan perilaku anggota masyarakat tentang terbanyak terjadi dalam waktu 2 jam
perilaku pengaturan kelahiran. semasa/pasca persalinan, yaitu sebagian besar
(60-80) kematian ibu disebabkan oleh
Di sisi lain kematian Ibu di Indonesia masih belum komplikasi kehamilan. Komplikasi kehamilan/
menunjukkan penurunan. Bila dibandingkan dengan persalinan atau yang menyebabkan kematian
target RPJM 2014 sebesar 118 kematian ibu pada ibu tidak bisa diperkirakan sebelumnya, dan
tahun 2014 dan target Millenium Development Goals sering terjadi beberapa jam atau hari setelah
pada tahun 2015 tercapai 102 kematian ibu per persalinan atau masa nifas. Sebagai upaya
100.000 kelahiran hidup, berdasarkan prediksi regresi SHQ\HODPDWDQ LEX ³Safe Motherhood
linear diproyeksikan bahwa pada tahun 2015 akan Initiative´ WHODK EDQ\DN GLODNXNDQ GDODP
tercapai 161 ibu yang meninggal setiap 100.000 program kesehatan dan KB-KR, terutama
kelahiran hidup. Hasil SDKI 2012 menunjukkan PHODOXL 036 ³Making Preqnancy Safer´
kematian maternal tercatat 359 per 100.000 Ada 3 (tiga) pesan kunci MPS, yaitu 1) setiap
kelahiran, sedangkan SDKI 2007 mencatat 228 persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
per 100.000 kelahiran. Sesuai dengan terlatih; 2) setiap komplikasi obstetri dan
komitmen global setiap negara pada tahun neonatal mendapat pelayanan yang adekuat; 3)
2015 harus menurunkan AKI sebesar 50 setiap wanita usia subur (WUS) akses terhadap
persen dari kondisi AKI pada tahun 1990, dan pencegahan kehamilan tidak diinginkan
menurunkan 50 persen lagi pada tahun 2015 (KTD) dan penanganan komplikasi keguguran.
Target Millenium Deveploment Goals.
Merujuk pada komitmen tersebut maka Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu
diharapkan Indonesia mencapai penurunan dari sekian banyak variabel yang secara
AKI menjadi sekitar 115 per 100.000 langsung berpengaruh terhadap angka
kelahiran hidup pada tahun 2015. Data SDKI kelahiran. Dari berbagai studi yang pernah
tahun 1997 menunjukkan 15,4 persen dilakukan menunjukkan bahwa pemakaian alat
persalinan mempunyai jarak kelahiran dengan kontrasepsi terbukti mampu menurunkan
persalinan sebelumnya kurang dari 24 bulan, angka kelahiran.
22 persen wanita telah mengalami 4 kali
kehamilan atau lebih, 11 persen wanita Di Indonesia pemakaian alat kontrasepsi
melahirkan pada usia di atas 35 tahun, dan 12 tidak terlepas dari peran serta penggunanya,
persen wanita melahirkan pada usia kurang rendahnya peran serta suami dalam
dari 20 tahun. penggunaan alat kontrasepsi juga
mempengaruhi tingginya pemakaian
Data yang kurang menggembirakan diatas kontrasepsi 10. Idealnya, terkait dengan upaya
menunjukkan bahwa difusi informasi belum penundaan kehamilan atau kelahiran anak
adekuat baik kepada individu, pasangan suami berikutnya setelah anak pertama lahir, hal
isteri maupun kepada remaja putera dan puteri yang penting dilakukan adalah mengatur jarak
tentang penundaan kehamilan, perencanaan kehamilan. Upaya untuk mengatur jarak
kehamilan dan kelahiran dalam kondisi yang kehamilan atau kelahiran ini dapat dilakukan
RSWLPDO WHQWDQJ ULVLNR ³ 7³ WHUKDGDS MDQLQ dengan menggunakan kontrasepsi.
yang dikandung dan bayi yang dilahirkan. Sesuai dengan komitmen Millenium
Pertanyaannya, mengapa hal tersebut masih Development Goals (MDG) yaitu menurunkan
terus terjadi ? Padahal upaya telah dilakukan Angka Kematian Anak sebesar dua per tiga
untuk menurunkannya melalui berbagai dari angka di tahun 1990 atau menjadi 20 per
program seperti ´safH PRWKHUKRRG³, Gerakan 1000 kelahiran bayi pada tahun 2015.
Sayang Ibu, Suami Siaga, namun demikian
hasilnya masih belum seperti yang Konsep mengenai kontrasepsi pasca persalinan
diharapkan. bukanlah hal yang baru, akan tetapi tidak
Beberapa faktor yang menyebabkan ibu banyak perhatian yang diberikan pada masa
dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan yang penting dari kehidupan wanita. Pada saat
nifas tidak tertolong dari kematian adalah ini perhatian dari pengelola program
adanya 3 (tiga) keterlambatan yaitu terlambat kesehatan, penyedia jasa pelayanan kesehatan
mengambil keputusan, terlambat membawa ke dan pembuat kebijakan semakin meningkat
fasilitas kesehatan dan terlambat karena menyadari akan tingginya efektivitas
menanganinya. Disamping itu, kematian ibu
109
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL
Kerangka Pikir
110
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL
Kalender SDKI yang ada adalah dalam Tiga diantara empat kehamilan yang berakhir
bulanan bukan harian untuk itu kategori yang dengan lahir mati atau keguguran atau
dapat dibuat dalam analisis ini adalah 1 bulan, digugurkan tidak menggunakan kontrasepsi.
2 bulan dan 3-5 bulan serta enam bulan keatas.
Definisi operasional dari penggunaan KB PP
dan PK adalah penggunaan alat kontrasepsi
pada masa nifas sampai dengan 42 hari setelah
melahirkan, oleh sebab itu dalam analisi ini
tidak dapat tepat 42 hari.
111
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL
terakhir, artinya ibu tersebut dalam 60 bulan yang ditolong oleh bidan dan perawat (77
melahirkan hidup sebanyak 4 anak. persen) Tabel 5.
provinsi Bali (18,9 persen), Gorontalo (15,6 Berbagai faktor yang terkait dengan risiko
persen), Nusa Tenggara Timur (12,7 persen), terjadinya komplikasi yang berhubungan
DI Yogyakarta (12,1 persen), Bengkulu (11,3 dengan kehamilan dan cara pencegahannya
persen) dan Sulawesi Utara (10,4 persen). telah diketahui, namun demikian jumlah
Sedangkan provinsi lain persentasenya hanya kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi.
dibawah 10 persen. Bahkan beberapa provinsi Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
penggunaan KB MKJP pasca persalinan dan kematian bagi ibu hamil dan melahirkan serta
pasca keguguran hanya dibawah empat persen anak yang dikandungnya adalah kondisi
yaitu provinsi Papua Barat, Aceh, Bangka ´empat terlalu³ \DLWX SHUVDOLQDQ dengan jarak
Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan kelahiran dengan persalinan sebelumnya
Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan terlalu dekat (kurang dari 24 bulan); telah
dan Sulawesi Barat. melahirkan 4 kali atau lebih (terlalu banyak);
melahirkan pada usia di atas 35 tahun (terlalu
Tiga diantara wanita 15-49 tahun di provinsi tua); melahirkan pada usia kurang dari 20
Papua yang dalam lima tahun sebelum survey tahun (terlalu muda).
mengalami kehamilan ternyata tidak
menggunakan kontrasepsi pasca kelahiran dan Pemerintah Indonesia meningkatkan perhatian
pasca keguguran. Begitu juga di provinsi pada penggunaan kontrasepsi pasca persalinan
Papua Barat dua diantara empat wanita tidak dan pasca keguguran. Berdasarkan
menggunakan kontrasepsi pasca persalinan rekomendasi dari the National Meeting on
dan pasca keguguran. Hanya di provinsi Family Planning Programs pada tahun 2008 ,
Bangka Belitung persentasenya terendah yang KB pasca persalinan dan pasca keguguran (
tidak menggunakan kontrasepsi pasca KB PP & PK), merupakan salah satu program
persalinan dan pasca keguguran (13,7 persen). utama yang harus tersedia di seluruh provinsi.
Gambaran ini juga menunjukkan bahwa untuk Tujuan dari program ini sendiri adalah untuk
provinsi yang penggunaan KB PP dan PK nya meningkatkan tingkat kesehatan ibu dan anak
rendah ternyata fertilitasnya lebih tinggi disamping untuk meningkatkan angka
dibanding provinsi yang penggunaan KB PP penggunaan kontrasepsi. Namun, studi tentang
dan PK nya rendah. Untuk itu apabila fertilitas penggunaan kontrasepsi di kalangan
akan diturunkan maka upaya yang harus perempuan pasca persalinan di Indonesia
dilakukan adalah meningkatkan penggunaan sangat terbatas, kecuali beberapa studi banding
KB PP dan PK khususnya untuk Metoda yang dilakukan menggunakan data DHS dari
Jangka Panjang. berbagai Negara 14.
113
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL
ibu untuk memulihkan kesehatannya. melalui Puskesmas dan diharapkan pada era
Pentingnya perempuan untuk dapat BPJS semakin banyak masyarakat yang dapat
memberikan kesempatan pemulihan kesehatan mengakses pelayanan alkon pasca persalinan
perlu didukung oleh keluarga dan dan pasca keguguran dengan lebih baik.
lingkungannya, sebagai salah satu hak dalam
CEDAW karena selama ini dianggap Mayoritas pelayanan kontrasepsi lebih banyak
kehamilan merupakan urusan perempuan, serta dilakukan oleh pihak swasta, hal ini
rendahnya peran suami dalarn mendukung menunjukkan bahwa kecenderungan
isteri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masyarakat Indonesia untuk lebih
ibu. Hal ini disebabkan rendahnya mempercayai pihak swasta dalam hal
pengetahuan ibu tentang tanda bahaya saat pelayanan kontrasepsi salah satunya
kehamilan, persalinan dan nifas, rendahnya dikarenakan adanya ketidaktahuan sumber
peran ibu dalam mengambil keputusan bagi tempat pelayanan. Hal tersebut sejalan dengan
kesehatan dan keselamatan dirinya (pemilihan hasil analisis deskriptif yang menyebutkan
metode kontrasepsi, jumlah persalinan oleh bahwa proporsi pelayanan alat kontrasepsi
dukun masih tinggi) serta masalah kesehatan lebih rendah pada wanita pasca melahirkan di
perempuan masih dianggap kurang penting. pihak pemerintah dibandingkan swasta karena
ketersediaan alat kontrasepsi yang lebih
Lebih kurang 63 persen wanita menggunakan mudah melalui bidan praktek swasta baik di
kontrasepsi dalam waktu 0-2 bulan pasca desa maupun di kota. Sementara di tempat
melahirkan atau keguguran, sementara sisanya pelayanan swasta yang terbanyak memberikan
menggunakan kontrasepsi setelah 3 bulan pelayanan KB PP dan PK pada satu bulan
keatas. Hal ini perlu menjadi perhatian karena pasca persalinan atau pasca keguguran adalah
fertilitas akan meningkat kembali setelah 6 RS.Swasta (65 persen), sedangkan pada 2
bulan melahirkan bagi wanita yang menyusui bulan pasca persalinan atau keguguran yang
secara eksklusif, bagi wanita yang tidak terbanyak adalah bidan di desa (40
menyusui secara eksklusif kesuburannya akan persen).Tampak bahwa KB PP dan PK yang
lebih cepat kembalinya. terbanyak digunakan pada satu bulan pasca
Berdasarkan SDKI 2012 diketahui bahwa 99 persalinan adalah metoda operasi wanita, IUD
persen wanita yang sudah menikah pernah dan susuk KB.
mendengar suatu metode/cara kontrasepsi.
Metode kontrasepsi yang paling dikenal Pendidikan akseptor sangat penting untuk
adalah pil KB (97) dan suntik KB (98). Hal mengetahui metode kontrasepsi tersebut secara
ini ditunjukkan dengan tingginya persentase lebih rinci yaitu untuk memahami dengan baik
penggunaan kedua jenis alkon tersebut pada tentang kelebihan dan kekurangan alat
pasca melahirkan dan pasca keguguran. Secara kontrasepsi, hal ini berdampak pada kualitas
umum kelompok umur 30-34 tahun yang dan kelangsungan pemakaian metode
berdomisili di wilayah perkotaan dan kontrasepsi yang dipilih. Semakin tinggi
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi pendidikan akseptor maka semakin tinggi pula
mempunyai pengetahuan tertinggi menge- tingkat pemakaian alkon pada wanita setelah
nai metode kontrasepsi. Sedangkan wanita melahirkan ataupun keguguran.
114 sudah menikah berusia 15-24 tahun,
yang Pemeriksaan kehamilan (ANC) menjadi salah
tinggal di pedesaan dan berpendidik-an satu factor yang penting dalam penggunaan
rendah, memiliki pengetahuan terendah KB PP dan PK, hal ini disebabkan karena
tentang metode kontrasepsi. dengan melakukan ANC maka wanita akan
mendapatkan KIE dari pemberi pelayanan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 52 tahun ANC tentang perlunya mereka menggunakan
2009, tugas pemerintah untuk dapat alat kontrasepsi pasca melahirkan nantinya, hal
memastikan seluruh penduduk mampu ini ditunjukkan dengan hasil analisis ternyata
menjangkau dan mendapatkan Pelayanan KB tiga diantara empat ibu yang memeriksakan
yang dibutuhkan, termasuk pelayanan KIE kehamilan menggunakan KB PP dan PK
dan Konseling baik melalui layanan pemerintah metoda non MKJP.
maupun swasta. Pelayanan pemerintah yang
Terdapat kecenderungan wanita dengan
paling banyak dipergunakan masyarakat
jumlah anak satu untuk tidak menggunakan
114
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL
alkon MKJP, dikarenakan adanya keinginan anak lebih dari dua, kesadaran penggunaan KB
untuk dapat menambah anak kembali. Hal ini PP dan PK pada semua tingkatan usia ibu.
menarik untuk dikaji lebih lanjut bahwa pada Meningkatkan pendidikan ibu serta peranan
wanita dengan jumlah anak lebih dari 6 anak gender agar perempuan dapat semakin
persentasenya sangat tinggi yang tidak menentukan penggunaan alkon KB PP dan
menggunakan alkon apapun (46 persen) dan PK, serta perlu membuat kebijakan nasional
bila menggunakan alkon, mereka cenderung dalam rangka meningkatkan kesehatan ibu
menggunakan non MKJP. melalui penggunaan KB PP dan PK
Pemberi pelayanan ANC biasanya akan UCAPAN TERIMA KASIH
menjadi penolong persalinan pada saat ibu
akan melahirkan, oleh karena itu penolong Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
persalinan sangat mempengaruhi dalam Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan
meningkatkan penggunaan KB PP dan PK. KS, BKKBN yang memberikan kesempatan
Hal ini dibuktikan dengan ibu yang ditolong untuk melakukan analisis lanjut dengan
persalinannya oleh bidan dan bidan di desa, menggunakan data SDKI 2012.
ternyata menggunakan metoda Jangka Panjang
setelah persalinan. DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN 1. Ananta, A, Kecenderungan dan factor
penentu fertilitas dan mortalitas di
Ada 76,8 persen wanita menggunakan alat Indonesia. Ed Djakarta, Kantor Menteri
kontrasepsi pasca kelahiran dan pasca Negara Kependudukan/BKKBN, tahun
keguguran, meningkat dibanding SDKI 2007. 1993
Tetapi hanya 7,29 persen diantara yang 2. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
menggunakan alkon memilih MKJP (MOP, Nasional,BadanPusat Statistik, Kementerian
MOW,Susuk dan IUD) yang 70,5 persen Kesehatan, Survei Demografi danKesehatan
Indonesia 2012.
sumber pelayanan KB PP dan PK berasal dari
3. Bappenas. 2002. Analisis Gender dalam
bidan. Pembangunan Keluarga Berencana
Nasional. Bappenas: Jakarta.
Hanya 1 dari 4 pemakai KB PP dan PK
4. Buku Panduan Praktis Pelayanan
menggunakannya dalam jangka waktu 1 bulan, Kontrasepsi. Editor, BiranAffandi, dkk.Ed.
Persentase yang menggunakan KB PP dan PK 3, Cetakan kedua. PT
menurun dengan meningkatnya urutan anak BinaPustakaSarwonoPrawirohardjo, Jakarta.
yang dilahirkan, dan makin menurun dengan 2012
meningkatnya umur ibu, namun persentase 5. Bulatao, R. Lee, R.1983. Determinants of
yang menggunakan KB MKJP makin Fertility in Developing Countries.Academic
meningkat dengan meningkatnya umur ibu. Press: New York.
6. Easterlin, Richard A. Modernisation and
Persentase yang menggunakan KB PP dan PK Fertility. A critical Essay, in Richard A
lebih tinggi di daerah perkotaan dan pada ibu Bulatao and R.D.Lee (eds). Determinant of
yang berpendidikan tinggi. Fertility in Developing Countries,
SARAN Washington DC, National Academic Press,
1983
7. Friedman, Ronald C. The Sociology and
Perlunya meningkatkan sosialisasi penggunaan Human Fertility : A trend report and
alat kontrasepsi pasca kelahiran dan pasca Bibliography. Current Sociology 10/11: 35-
keguguran melalui advokasi KIE, terutama 68, 1961/1962
alkon MKJP (MOP, MOW,Susuk dan IUD). 8. John Bongaarts, A framework for analyzing
Peningkatan kualitas dan pengetahuan bidan the proximate determinants of fertility.
serta dokter sebagai sumber pelayanan KB PP Population and Development Review Vol.4,
dan PK, interval atau jangka waktu No.1, pp 105-132, March 1978
penggunaan KB PP dan PK, sosialisasi 9. Miller RA et al., The situation analysis study
mengenai penggunaan KB PP dan PK of the family planning program in Kenya,
Studies in Family Planning, 22(3):131-143,
terutama kepada keluarga yang mempunyai
1991;
10. Oppong C, et.al Marriage, Fertility and
115
3HQJJXQDDQ .RQWUDVHSVL 3DGD ««««««« )ORXULVD -XOLDDQ 6 0DULD $QJJUDHQL
118