You are on page 1of 43

KARYA TULIS ILMIAH

UJI EFEKTIVITAS MASERAT DAUN MENGKUDU


(Morinda citrifolia L) TERHADAP LARVA
NYAMUK Aedes aegypti

SITI RAHMI FEBRIANI


P07534015043

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2018
KARYA TULIS ILMIAH

UJI EFEKTIVITAS MASERAT DAUN MENGKUDU


(Morinda citrifolia L) TERHADAP LARVA
NYAMUK Aedes aegypti
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma III
Jurusan Analis Kesehatan

SITI RAHMI FEBRIANI


P07534015043

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2018

ii
iii
iv
PERNYATAAN

UJI EFEKTIVITAS MASERAT DAUN MENGKUDU


(Morinda citrifolia L.) TERHADAP LARVA
NYAMUK Aedes aegypti

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya
atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut
dalam daftar pustaka.

Medan, 10 Juli 2018

SITI RAHMI FEBRIANI


P07534015043

v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
KTI, JULI 2017

SITI RAHMI FEBRIANI

Effectiveness Test of Noni Leaf Maserate (Morindacitrifolia L.) Against


Aedesaegypti Mosquito larvae

IX + 21 PAGES + 2 COLUMN + 7 PICTURES + 4APPENDIX

ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by one


of four different types of dengue virus. DHF is an infectious disease caused by
dengue virus and is transmitted through mosquitoes, especially Aedesaegypti.
One attempt to reduce the proliferation of dengue mosquito vectors is to use
natural larvacides from plants. One of them is larvacid from Noni leaf maserate.
This study aims to determine the ability of Noni leaf maserate in killing larvae Ae.
aegypti.
The objective of the study was to determine how high concentration of
Noni leaf maserate effectively kill larvae Ae. aegypti. this research used
experimental descriptive method with variation of noni leaf concentration and
larvae mortality observed after 1, 2, 3, 4 and 24 hours. The time of the research
is February - June 2018. Population and sample in this research is Noni leaf plant
which is dark green color. Noni leaves then boiled then filtrate diluted with
distilled water with concentrations of 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%,
45% and 50%.
The results showed that the percentage of larval mortality for 4 hours
were: lowest percentage at 45% concentration and high percentage at
concentration 30% and 35%. While the results on the percentage of larval
mortality for 24 hours were obtained: the lowest percentage at 5% concentration
and the highest percentage at 10% concentration. Suggestion is expected by the
next researcher to do the maceration while maintaining the content of Noni leaf
substances.

Keywords : Morindacitrifolia L, Ae. aegypti, Larvasida


Reading List : 21 (2004 - 2017)

i
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
KTI, JULI 2017

SITI RAHMI FEBRIANI

UjiEfektivitasMaseratDaunMengkudu (Morindacitrifolia L.) Terhadap Larva


NyamukAedesaegypti

IX + 21 HALAMAN + 2 TABEL + 7 GAMBAR + 4 LAMPIRAN

ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang


disebabkan oleh satu dari 4 tipe virus dengue berbeda. DBD merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk,
terutama Aedes aegypti. Salah satu usaha untuk mengurangi perkembangbiakan
vektor nyamuk DBD adalah dengan menggunakan larvasida alami dari
tumbuhan. Salah satunya adalah larvasida dari maserat daun Mengkudu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan maserat daun Mengkudu
dalam membunuh larva Ae.aegypti.
Tujuan penelitian adalah untuk menentukan berapakonsentrasi maserat
tinggi daun Mengkudu yang efektif membunuh larva Ae.aegypti. penelitian ini
menggunakan metode deskriptif eksperimental dengan variasi konsentrasi daun
mengkudu dan kematian larva diamati setelah 1, 2, 3, 4 dan 24 jam. Waktu
penelitian yaitu bulan Februari – Juni 2018. Populasi dan sampel dalam
penelitian adalah tanaman daun Mengkudu yang berwarna hijau tua. Daun
Mengkudu kemudian direbus lalu filtratnya diencerkan dengan akuades dengan
konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45% dan 50%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kematian larva selama 4
jam yaitu : persentase terendah pada konsentrasi 45% dan persentase yang
tinggi pada konsentrasi 30% dan 35%. Sedangkan hasil pada persentase
kematian larva selama 24 jam diperoleh : persentase terendah pada konsentrasi
5% dan persentase tertinggi pada konsentrasi 10%. Saran yaitu diharapkan
peneliti selanjutnya agar melakukan maserasi dengan tetap menjaga kandungan
zat daun Mengkudu.

Kata kunci : Morindacitrifolia L, Ae. aegypti, Larvasida


DaftarBacaan : 21 ( 2004 – 2017 )

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tiada hentinya penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan KaryaTulis Ilmiah ini,
sholawat serta salam penulis curahkan pada junjungan Nabi Muhammad SAW.
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul“UjiEfektivitas Maserat Daun Mengkudu
(Morindacitrifolia L.)Terhadap Larva Nyamuk Aedes aegypti” ini disusun
untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Diploma III di Politeknik Kesehatan
Medan.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan


terimakasih atas bimbingan, bantuan dan arahan dari berbagai pihak oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarnya kepada :

1. Direktur Politeknik Kesehatan Medan Ibu Dra. Ida Nurhayati M.kes atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan dan
menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan.
2. Plt. Ketua jurusan Analis Kesehatan Ibu Nelma, S.Si, M.Kes atas
kesempatan penulis menjadi mahasiswa Analis Kesehatan.
3. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak TerangUli J.
Sembiring, S.Si, M.Si selaku pembimbing utama yang telah banyak
membantu dan membimbing saya dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
4. Terimakasih kepada Bapak Mardan Ginting, S.Si, M.Kes selaku penguji I
dan Ibu Suparni, S.Si, M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan
masukan serta perbaikan untuk kesempurnaan dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Analis Kesehatan Medan.
6. Terkhusus dan teristimewa Ayahanda Sutan Sulaiman Sagala dan Ibunda
tercinta Enny Hetty Harahap yang telah memberikan dukungan,
dorongan, nasehat serta doa kepada penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.

iii
Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca.
Semoga amal baik yang diberikan mendapat balasadari Allah SWT dan tetap
dalam lindungan-Nya.

Medan, Juli 2018

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT i
ABSTRAK ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I Pendahuluan 1
1.1. LatarBelakang 1
1.2. RumusanMasalah 3
1.3. TujuanPenelitian 3
1.3.1.TujuanUmum 3
1.3.2. TujuanKhusus 3
1.4. ManfaatPenelitian 3

BAB II TinjauanPustaka 4
2.1. TanamanMengkudu 4
2.1.1. MorfologiTanamanMengkudu 5
2.1.1.1. Bunga 5
2.1.1.2. Buah 5
2.1.1.3. Daun 5
2.1.1.4. Batang 5
2.1.1.5. Akar 5
2.1.2. Klasifikasi Dari TanamanMengkudu 6
2.1.3. Cara Perkembangbiakan 6
2.1.4. KandunganDaunMengkudu 6
2.1.5. ManfaatTanamanMengkudu 7
2.2. NyamukAe. aegypti 7
2.2.1. KlasifikasiNyamukAe. aegypti 7
2.2.2. MorfologiNyamukAe. aegypti 7
2.2.3.SiklusHidupNyamukAe. aegypti 8
2.2.3.1. Telur 8
2.2.3.2. Larva 9
2.2.3.3. Pupa 9
2.2.3.4. NyamukDewasa 10
2.2.4. PerilakuNyamukAe. aegypti 11
2.2.5. Usaha PengendalianVektor (Nyamuk) 11
2.2.5.1. Secara Kimia 11
2.2.5.2. SecaraBiologis 11
2.2.5.3. Lingkungan 11
2.3. KerangkaKonsep 12
2.4. DefinisiOperasional 12

v
BAB III MetodePenelitian 13
3.1. JenisPenelitian 13
3.2. LokasidanWaktuPenelitian 13
3.2.1. LokasiPenelitian 13
3.2.2. WaktuPenelitian 13
3.3. PopulasidanSampelPenelitian 13
3.3.1. Populasi 13
3.3.2. Sampel 13
3.4. Jenisdan Cara Pengumpulan Data 14
3.4.1.AlatdanBahan 14
3.4.1.1.Alat 14
3.4.1.2.Bahan 14
3.4.2. PersiapanBahanPenelitian 14
3.4.2.1. PembuatanMaseratDaunMengkudu 14
3.4.2.2. Cara Rearing Larva Ae. aegypti 15
3.4.2.3. ProsedurKerja 16
3.5. PengolahandanAnalisa Data 16

BAB IV HasildanPembahasan 17
4.1. Hasil 17
4.2. Pembahasan 18

BAB V Simpulandan Saran 19


5.1. Simpulan 19
5.2. Saran 19

DaftarPustaka 20

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1.PembuatanKonsentrasiMaseratDaunMengkudu 15
Tabel 4.1.HasilPengamatanKematian Larva 17

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.TanamanMengkudu 6
Gambar 2.2.NyamukAe. aegypti 8
Gambar 2.3.TelurNyamukAe. aegypti 9
Gambar 2.4.Larva Ae.aegypti 9
Gambar 2.5.Pupa Ae.aegypti 10
Gambar 2.6.NyamukAe. aegyptiDewasa 10
Gambar 2.7.Kerangkakonsep 12

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Ethical Clearence


Lampiran II Master Data
Lampiran III DokumentasiPenelitian
Lampiran IV JadwalPenelitian

ix
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang


disebabkan oleh satu dari 4 tipe virus dengue berbeda. Virus ini ditularkan
melalui nyamuk, terutama Ae. aegypti dan Ae. albopictus yang ditemukan di
daerah tropis dan subtropis di antaranya kepulauan di Indonesia hingga bagian
utara Australia (Kemenkes, 2016).
Vektor utama dari dengue adalah Ae.aegypti dari family Stegomyia.
Nyamuk Aedes sp. menggigit manusia pada siang hari dan bertelur di air bersih
seperti untuk minum, mandi dan genangan air hujan di sekitar rumah (Widagdo,
2012).
Kasus DBD di Indonesia pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan
Jakarta tahun 1968 dengan jumlah penderita yang meninggal 24 orang. Namun,
konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1972. Sejak itu penyakit DBD
menyebar ke berbagai daerah dan pada tahun 1980 seluruh provinsi di Indonesia
telah terjangkit DBD (Hasdianah dkk, 2014).
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2015), Penyakit DBD
telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara sebagai KLB
dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Kota Medan
merupakan salah satu daerah endemis DBD (Dinkes Sumut, 2015).
Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai cara untuk
mengatasi kasus ini, seperti memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan
serta memberikan larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan
(Hasdianah dkk, 2014).
Pengendalian secara kimiawi masih paling populer baik bagi program
pengendalian DBD dan masyarakat. Penggunaan insektisida kimiawi di
Indonesia yang cukup populer adalah abate (temephos) yang sudah digunakan
sejak tahun 1976. Empat tahun kemudian yakni tahun 1980, abate ditetapkan
sebagai bagian dari program pemberantasan massal Ae. aegypti di Indonesia.
Abate sudah digunakan kurang lebih dari 40 tahun di Indonesia. Berkaitan
dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan suatu usaha untuk mendapatkan
larvasida alternatif yaitu dengan menggunakan larvasida alami. Larvasida alami

1
merupakan larvasida yang dibuat dari tanaman yang mempunyai kandungan
beracun terhadap serangga pada stadium larva. Penggunaan larvasida alami ini
diharapkan tidak mempunyai efek samping terhadap lingkungan, dan tidak
menimbulkan resistensi bagi serangga (Amalia R, 2016).
Salah satu tanaman yang banyak manfaat dan mudah ditemukan di
Indonesia adalah mengkudu. Spesies ini mempunyai nama tersendiri di setiap
daerah seperti Pace, Kemudu, Kudu (Jawa); Cengkudu (Sunda); Kodnuk
(Madura); Wengkudu (Bali) (Satya BDS,2013).
Mengkudu mengandung alkaloid, triterpenoid, saponin, poliferal,
flavonoida dan antrakinon. Sedangkan senyawa yang di duga berfungsi sebagai
larvasida adalah saponin, flavonoid, triterpenoid, alkaloid dan minyak lemak.
Penggunaan larvasida ataupun pestisida kimia dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan. Cara alternative adalah masyarakat dapat menggunakan pestisida
alami yang ramah lingkungan. Oleh karena itu,tanaman ini dimungkinkan dapat
berperan sebagai larvasida (Frihartini E, 2008).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Aryadi (2014) data
menunjukkan bahwa ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) 10%, 20%,
dan 40% mempunyai daya hambat antibakteri Staphylococcus aureus. Ekstrak
daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) konsentrasi 10% merupakan konsentrasi
optimal, ditunjukkan dengan memiliki diameter zona hambat paling besar
dibanding dengan konsentrasi ekstrak lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Amalia R (2016) ekstrak
daun Mengkudu menunjukkan kematian tertinggi larva sebanyak 45% pada
konsentrasi 2% dalam waktu 24 jam. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian bisakah maserat daun Mengkudu sebagai Larvasida Ae.
aegypti.

2
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan


masalah sebagai berikut

1. Apakah maserat daun Mengkudu dapat digunakan sebagai larvasida dan


pada kadar berapakah konsentrasi maserat daun Mengkudu terhadap
larva Ae. aegypti ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka


peneliti membuat tujuan penelitian sebagai berikut.

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah maserat daun Mengkudu efektif membunuh


larva Ae.aegypti.

1.3.2. Tujuan Khusus

Untuk menentukan berapa konsentrasi maserat tinggi daun Mengkudu


yang efektif membunuh larva Ae. aegypti.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya dalam


melakukan penelitian tentang efektivitas maserat daun Mengkudu
terhadap larva Ae. aegypti.
2. Sebagai referensi bagi perpustakaan kampus Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan jurusan Analis Kesehatan dan sebagai masukan bagi
mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.
3. Menambah wawasan masyarakat bahwa daun Mengkudu dapat
digunakan sebagai insektisida alami yang ramah lingkungan untuk
menghambat atau membunuh larva nyamuk khususnya larva Ae. aegypti.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Mengkudu


Mengkudu (Morinda citrifolia) merupakan tanaman tropis yang telah
digunakan sebagai makanan dan pengobatan herbal. Mengkudu mulai dikenal
secara luas sejak bangsa Polynesia bermigrasi ke Asia Tenggara 2000 tahun
yang lalu (Sari CY, 2015).
Semenjak 1500 tahun yang lampau, penduduk kepulauan Hawai
menyebut Mengkududengan istilah “noni” karena dipercaya mempunyai manfaat
dan bisa mengobati berbagai penyakit, Mengkudu merupakan tanaman yang
sangat toleran (Pary C, 2013).
Tanaman Mengkudu berbuah sepanjang tahun. Ukuran dan bentuk
buahnya bervariasi, Pada Umumnya mengandung banyak biji, dalam satu buah
terdapat >300 biji. Namun ada juga tipe Mengkudu yang memiliki sedikit biji.
Bijinya di bungkus oleh suatu lapisan atau kantong biji, sehingga daya
simpannya lama dan daya tumbuhnya tinggi. Dengan demikian, perbanyakan
Mengkudu dengan biji sangat mudah dilakukan (Djauhariya E, 2006).
Popularitas Mengkudu dalam Dunia kesehatan telah mendorong para
peneliti untuk meneliti dan mengembangkan tanaman ini. Saat ini permintaan
akan buah Mengkudu semakin menigkat, Karena telah bermunculannya Industri
pengolahan sari buah Mengkudu, kita terbatas dari dari tanaman yang tumbuh
liar tanpa pembudidayaan (Ferita I, 2004).
Hasil skrinning fitokimia dari daun Mengkudu mengandung senyawa
flavonoid, saponin, steroid, alkaloid, vitamin dan asam ascorbic (Herlina S, 2017).
Pemberian ekstrak etanol 50% campuran buah dan daun Mengkudu dapat
menurunkan kadar gula darah binatang percobaan. Ekstrak buah, daun dan akar
ketiganya menimbulkan penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL
kolesterol, indeks aterogenik, dan ratio kolesterol total/HDL (Permenkes, 2016).

4
2.1.1. Morfologi Tanaman Mengkudu
2.1.1.1. Bunga
Bunga tanaman mengkudu yang masih kuncup berwarna hijau, saat
mengembang akan berubah menjadi berwarna putih dan harum (Sari CY, 2015).

2.1.1.2. Buah
Buah mengkudu berbentuk bulat lonjong dengan diameter mencapai 7,5-
10 cm, permukaan terbagi dalam sel-sel polygonal berbintik-bintik. Buah
mengkudu muda berwarna hijau, saat tua warna akan berubah menjadi kuning.
Buah yang matang akan berwarna putih transparan dan lunak (Sari CY, 2015).

2.1.1.3. Daun
Daun tebal berwarna hijau, berbentuk jorong lanset dengan ukuran 15-50
x 5-17 cm, tepi daun rata, serat daun menyirip dan tidak berbulu (Sari CY, 2015).

2.1.1.4. Batang
Batang Mengkudu berwarna hijau kecoklatan. Batang Mengkudu memiliki
sedikit cabang (Soeryoko H, 2011).

2.1.1.5. Akar
Pohon Mengkudu memiliki akar tunggang.Tanaman ini cukup kuat
menahan terpaan angin (Soeryoko H, 2011).

5
2.1.2. Klasifikasi Dari Tanaman Mengkudu
Tanaman mengkudu diklasifikasikan sebagai berikut (Aryadi, 2014)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Anak Kelas : Sympetalae
Bangsa : Rubiales
Suku : Rubiaceae
Genus : Morinda
Species : Morinda citrifolia L.

Gambar 2.1. Tanaman Mengkudu (Febriani SR)

2.1.3. Cara Perkembangbiakan


Cara berkembang biak Mengkudu ada 2 cara yaitu generatif dan
vegetatif. Generatif yaitu perkembangbiakan dengan biji sedangkan vegetatif
perkembangbiakan dengan cangkok dan okulasi. Ada teknik perkembangbiakan
Mengkudu agar mendapat hasil terbaik dan cepat berbuah. Cara nya adalah
menggabungkan generatif dan vegetatif. Batang bawah di peroleh dengan biji
kemudian disambung dengan batang atas dari tanaman yang sudah dewasa
(Soeryoko H, 2011).

2.1.4. Kandungan Daun Mengkudu


Daun mengkudu mengandung senyawa kimia seperti : antrakuinon,
alkaloid, saponin, flavanoid, dan terpenoid yang berperan sebagai antibakteri

6
(Kameswari MS dkk, 2013). Ekstrak daun Mengkudu melalui uji skrinning
fitokimia mengandung minyak atsiri, saponin, triterpenoid, fenol, tanin dan
glikosida dimana senyawa-senyawa tersebut dapat membunuh larva aedes
aegypti. Kandungan flavonoid total dalam daun Mengkudu adalah 254 mg/100
gram material kering (Amalia R, 2016).

2.1.5. Manfaat Tanaman Mengkudu Bagi Kesehatan


Khasiat tanaman Mengkudu antara lain untuk : Sakit perut, sakit kuning,
Demam, Hipertensi, Batuk, Menghilangkan sisik pada kaki, Cacing gelang,
Radang usus, Hepatitis, dan Melawan pertumbuhan sel abnormal pada stadium
pra kanker dan mencegah perkembangan sel kanker (Satya BDS, 2013).

2.2. Nyamuk Aedes aegypti


2.2.1. Klasifikasi Nyamuk Aedes aegypti
Klasifikasi Aedes aegypti (Soedarto, 2012) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Famili : Culicidae
Subfamili : Culicinae
Genus : Aedes
Species : Aedes aegypti

2.2.2. Morfologi Nyamuk Ae. Aegypti


Nyamuk ini memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam
kecoklatan, tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih
keperakan di bagian punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung
vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik
pada tubuh nyamuk umurnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan
identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap
berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang

7
diperoleh nyamuk jantan yang umurnya muda lebih kecil dari betina dan terdapat
rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan (Hasdianah HR dkk, 2014).

Gambar 2.2. Nyamuk Aedes aegypti (Sumber : https://mediskus.com/penyakit/ciri-


ciri-nyamuk-)

2.2.3. Siklus Hidup NyamukAe. aegypti


Terdapat empat stadium nyamuk pada siklus hidupnya, yaitu bentuk telur,
larva, pupa dan dewasa (Soedarto, 2012).
2.2.3.1. Telur
Nyamuk betina Ae. aegypti bertelur sebanyak 50-120 butir telur pada
bejana yang mengandung sedikit air, misalnya pada vas bunga, gentong
penyimpanan air, bak air di dalam kamar mandi,dll. Telur diletakkan pada
permukaan yang lembab dari wadah, sedikit di atas garis batas atau permukaan
air. Pada satu siklus gonotropik, seekor nyamuk betina umumnya meletakkan
telurnya di beberapa tempat bertelur. Pada lingkungan yang memiliki suhu
hangat dan lembab perkembangan embrio telah lengkap dalam waktu 48 jam
dan dapat menetas jika tersiram air. Dalam keadaan kering telur nyamuk dapat
bertahan hidup sampai satu tahun lamanya, tetapi akan segera mati jika
didinginkan kurang dari 100C. Tidak semua telur menetas dalam waktu
bersamaan, tergantung pada keadaan lingkungan dan iklim saat itu (Soedarto,
2012).

8
Gambar 2.3. Telur Ae. aegypti, Skala perbesaran : 100 kali (Sumber : Selvyany A,
2017)

2.2.3.2. Larva
Larva Ae. aegypti tubuhnya memanjang tanpa kaki dengan bulu-bulu
sederhana yang tersusun bilateral simetri. Larva ini dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mengalami empat kali pergantian kulit (edysis), dan larva
yang terbentuk berturut-turut disebut larva instar I,II,III,IV. Larva instar I tubuhnya
sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada
(thorax) belum jelas, dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam. Larva
instar II bertambah besar ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas dan corong
pernapasan sudah berwarna hitam. Larva instar IV telah lengkap struktur
anatominya dan jelas tubuh dapat di bagi menjadi bagian kepala (chepal), dada
(thorax) dan perut (abdomen) (Selvyany A, 2017).

Gambar 2.4. Larva Ae aegypti instar IV (a) kepala, (b)thorax,


(c) abdomen, (d) siphon, (e) permukaan air, dan (f) air. (sumber : Selvyany A, 2017)

2.2.3.3. Pupa
Pupa atau kepompong adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan
makan, namun tetap membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan
pernafasannya pupa berada di dekat permukaan air. Lama fase pupa tergantung
dengan suhu air dan spesies nyamuk yang lamanya dapat berkisar antara satu

9
hari sampai beberapa minggu. Pupa sangat sensitive terhadap pergerakan air
(Febriantoro dkk, 2012).

Gambar 2.5. Pupa Ae.Aegyptiumur 5-8 hari (a) kepala, (b) abdomen, (c)
permukaan air, (d) air(sumber : Selvyany A,2017)

2.2.3.4. Nyamuk Dewasa


Segera sesudah nyamuk dewasa keluar dari dalam pupa, nyamuk akan
segera mengadakan kopulasi dengan nyamuk betina. Dalam waktu 24-36 jam
sesudah kopulasi, nyamuk betina akan mengisap darah yang menjadi sumber
protein essential untuk pematangan telurnya. Untuk melengkapi satu siklus
gonotropik, seekor nyamuk betina Ae. aegypti dapat melakukan lebih dari satu
kali mengisap darah (Soedarto, 2012).

Gambar 2.6. Ae. aegypti dewasa (Sumber : Selvyany A, 2017)

10
2.2.4. Perilaku Nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk betina meletakkan telur di atas permukaan air, menempelkan
pada dinding tempat-tempat perindukan yang di senangi nyamuk biasanya
berupa barang buatan manusia/ perkakas keperluan manusia misalnya bak
mandi, pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil bekas, tempurung, tunggak
bamboo dan lain-lain, setiap bertelur dapat mencapai 100 butir, setelah nyamuk
menetas biasanya singgah di semak, tanaman hias di halaman, tanaman
pekarangan, tanaman kebun, yang berdekatan dengan pemukiman manusia
(maksimal berjarak 500 m), juga singgah di pakaian kotor yang tergantung (baju,
celana, toi, kerudung). Nyamuk mampu terbang sampai 2 (dua) kilo meter, tapi
umumnya terbang jarak pendek (50 m) (Zulkoni HA, 2010).

2.2.5. Usaha Pengendalian Vektor (Nyamuk)


2.2.5.1. Secara kimia
Pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan insektisida dalam
pemberantasan tempat pembiakan nyamuk merupakan metode yang efisien dan
efektif namun memiliki dampak yang kurang baik bagi lingkungan dan masyrakat
itu sendiri terkait bahan kimia beracun yang dipergunakan (Halomoan JT, 2017).

2.2.5.2. Secara Biologis


Pengendalian biologis merupakan upaya pemanfaatan agen biologi untuk
pengendalian vektor DBD. Pengendalian biologis memanfaatkan spesies
predator larva seperti ikan pemakan jentik, Copepoda (jenis Crustasea dengan
ukuran mikro yang mampu memakan larva) atau bakteri BTI (Halomoan JT,
2017).

2.2.5.3. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain
dengan pemberantasan sarang nyamuk, meliputi :
a) Menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali
seminggu.
b) Mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu
sekali.

11
c) Menutup dengan rapat tempat penampungan air.
d) Mengubur kaleng-kaleng bekas dan ban bekas di sekitar rumah dan lain-
lain (Zulkoni HA, 2010).

2.3. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Maserat Daun Mengkudu


(Morinda citrifolia L.) Larva Nyamuk Ae.
5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, aegypti
35%, 40%, 45%, 50%

Gambar 2.7. Kerangka konsep

2.4. Definisi Operasional

1. Maserat daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) yang digunakan adalah


daun Mengkudu yang berwarna hijau tua yang sudah dicuci bersih lalu
direbus menggunakan air bersih sampai mendidih kemudian hasil rebus
disaring untuk mendapatkan filtratnyanya kemudian filtrat diencerkan
dengan akuades dalam berbagai konsentrasi yakni 5%, 10%, 15%, 20%,
25%, 30%, 35%, 40%, 45%, 50%.
2. Larva nyamuk Ae. aegypti adalah indikator uji yang dibeli di P2B2
Baturaja Palembang lalu direaring menjadi larva instar II, kemudian
dilakukan pengujian terhadap maserat daun Mengkudu dalam berbagai
konsentrasi dengan gelas kimia sebagai wadah pengujian dan hasilnya
dibuat dalam satuan %.

12
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini bersifat eksperimental yang melakukan uji maserat
daun Mengkudu dengan desain penelitian One-Shot Case Study, data
diimplementasikan secara deskriptif terhadap larva Ae. Aegypti pada konsentrasi
yang berbeda yaitu : akuades (sebagai kontrol) 5%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%,
40%, 45% dan 50%.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi dan waktu penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah
sebagai berikut :
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dan pemeriksaaan dilakukan di kampus Politeknik
Kesehatan RI Medan Jurusan Analis Kesehatan, sub Bagian Laboratorium
Entomologi.

3.2.2. Waktu Penelitian


Waktu penelitian di laksanakan pada bulan Februari 2018 sampai Juni
2018.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dan sampel penelitian yaitu sebagai berikut :
3.3.1. Populasi
Pada penelitian ini yang dijadikan populasi adalah tanaman Mengkudu
yang berada di jalan Pancing kecamatan Medan Tembung kota Medan.

3.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah daun Mengkudu yang berwarna hijau tua.

13
3.4. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis dan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
primer yaitu hasil pengamatan langsung oleh peneliti terhadap kematian larva
nyamuk Ae. aegypti dan data di kumpulkan dengan cara melakukan pengujian
daun Mengkudu yang diproses menjadi maserasi dan di uji dengan larva nyamuk
Ae. aegypti.

3.4.1. Alat dan Bahan


Alat dan reagensia yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
3.4.1.1. Alat
Alat yang akan digunakan dalam penelitian adalah :
Kompor gas, Timbangan, Wadah tempat telur nyamuk, Wadah tempat maserat
daun Mengkudu, Saringan, Labu takar, Pipet tetes, Termometer, Maserator.

3.4.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Maserat daun Mengkudu dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%,
35%, 40%, 45%, 50%, Telur nyamuk Ae. aegypti, Larva nyamuk Ae. aegypti,
Akuades.

3.4.2. Persiapan Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan adalah daun Mengkudu berwarna hijau tua yang
telah di cuci bersih dan direbus menggunakan air bersih kemudian hasil rebusan
disaring untuk mendapatkan filtratnya dan indikator uji penelitian yaitu larva
nyamuk.

3.4.2.1. Pembuatan Maserat Daun Mengkudu


Langkah kerja pengolahan daun Mengkudu menjadi maserat daun
Mengkudu yaitu :
1. Daun Mengkudu yang berwarna hijau tua sebanyak 500 gr di cuci bersih.
Lalu rajang kasar.

14
2. Kemudian rebus daun Mengkudu menggunakan air bersih sampai
mendidih.
3. Setelah mendidih, saring daun Mengkudu menggunakan saringan untuk
mendapatkan filtratnya.
4. Tunggu filtratnya dingin
5. Setelah itu, lakukan pengenceran menggunakan akuades sesuai besar
konsentrasi maserat daun Mengkudu yang akan digunakan dalam
penelitian ini, yaitu : Untuk membuat pengenceran 5% maka dibutuhkan 5
ml filtrat daun Mengkudu dan ditambahkan akuades hingga 100 ml, dan
begitu juga cara untuk membuat konsentrasi lainnya.

Prosedur Pembuatan Konsentrasi Maserat Daun Mengkudu


Tabel 3.4.2.1. Pembuatan Konsentrasi Maserat Daun Mengkudu
No Maserat Akuades Konsentrasi (%) Larva
1 0 ml 100 ml 0% 25
2 5 ml 95 ml 5% 25
3 10 ml 90 ml 10% 25
4 15 ml 85 ml 15% 25
5 20 ml 80 ml 20% 25
6 25 ml 75 ml 25% 25
7 30 ml 70 ml 30% 25
8 35 ml 65 ml 35% 25
9 40 ml 60 ml 40% 25
10 45 ml 55 ml 45% 25
11 50 ml 50 ml 50% 25

3.4.2.2.Cara Rearing Larva Ae. aegypti


Langkah kerja rearing larva untuk mempersiapkan larva nyamuk Ae.
Aegypti sebagai indikator uji. Telur dibeli di P2B2 Baturaja Palembang.
1. Untuk mendapatkan larva nyamuk Ae. aegypti dilakukan dengan cara
meneteskan telur nyamuk Ae. aegypti.
2. Letakkan telur nyamuk Ae. aegypti di wadah yang berisi air, telur akan
menetas 1-2 hari setelah terendam air.

15
3. Sekitar 1-2 hari akan terlihat jelas larva instar II nyamuk Ae. aegypti.
4. Setelah larva berubah menjadi pupa pada hari ke-4, pupa siap untuk
dimasukkan ke dalam kurungan.
5. Sekitar 2 hari pupa akan berubah menjadi nyamuk dewasa, yang
kemudian harus di beri makan setiap hari selama 2 jam dengan marmut.
Ini dilakukan sebanyak 5 kali perlakuan.
6. Kemudian nyamuk dewasa akan bertelur di cup berlapis kertas yang
disediakan di dalam kurungan, telur nyamuk yang menempel pada kertas
akan ditetaskan kembali untuk mendapatkan larva yang akan digunakan
dalam penelitian ini.
7. Larva nyamuk instar II, yang akan digunakan dalam pengujian terhadap
maserat daun Mengkudu sesuai dengan konentrasi yang telah ditentukan
dalam penelitian.

3.4.2.3. Prosedur Kerja


Langkah kerja yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Siapkan 11 wadah untuk masing-masing bahan, masing-masing dengan
konsentrasi maserat 5%, 10%, 15%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45%,
50% dan satu wadah untuk kontrol yang berisi akuades.
2. Masukkan 25 ekor larva Ae. aegypti pada masing-masing wadah
3. Lalu tutup menggunakan kain kasa.
4. Amati Perubahan yang terjadi pada larva selama 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4
jam dan 24 jam.

3.5. Pengolahan dan Analisa Data


Data primer yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan
diimplementasikan secara deskriptif berdasarkan persentase kematian larva
nyamuk Ae. Aegypti pada berbagai konsentrasi maserat daun Mengkudu
(Morinda citrifolia L.).

𝑹𝒂𝒕𝒂 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒍𝒂𝒓𝒗𝒂


𝑷𝒓𝒐𝒑𝒐𝒓𝒔𝒊 = 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒍𝒂𝒓𝒗𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐮𝐣𝐢 𝐥𝐚𝐫𝐯𝐚

16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Kematian Larva

Konsentrasi Jumlah Rata rata Jumlah kematian Persentase Persentase


Maserat Larva larva / jam Kematian Kematian
Daun uji Larva Larva
Mengkudu (ekor) 1 2 3 4 24 selama 4 selama 24
jam jam jam jam jam
jam jam
(%) (%)
0% 25 0 0 0 0 0 0 0

5% 25 0,6 0,3 0 0 0 0,9 0,15

10% 25 0 0 0 0 5 0 0,8336

15% 25 0 0,3 1,3 0 0 1,6 0,4336

20% 25 0,3 0,6 0 0,6 0 1,5 0,25

25% 25 0,3 1 0 0,3 0 1,6 0,268

30% 25 1,6 0 0,3 0 0 1,9 0,316

35% 25 1,6 0,3 0 0 0 1,9 0,316

40% 25 0,3 0 0 0,3 1 0,6 0,268

45% 25 0,3 0 0 0 3 0,3 0,55

50% 25 0,6 0 0 0,3 0,6 0,9 0,25

Dari tabel 4.1. didapatkan hasil pada persentase kematian larva selama 4
jam yaitu : persentase terendah pada konsentrasi 45% dan persentase yang
tinggi pada konsentrasi 30% dan 35%. Sedangkan hasil pada persentase
kematian larva selama 24 jam diperoleh : persentase terendah pada konsentrasi
5% dan persentase tertinggi pada konsentrasi 10%.

17
4.2. Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan mengenai Uji Efektivitas Maserat Daun
Mengkudu terhadap Larva Nyamuk Ae. aegypti yang menggunakan berbagai
konsentrasi yang dimulai dari konsentrasi 0% (Akuades), 5%, 10%, 15%, 20%,
25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50% dengan tiga kali pengulangan, maka
didapatkan persentase larva nyamuk Ae. aegypti selama 4 jam dan 24 jam .
Berdasarkan pengamatan persentase kematian larva selama 4 jam diperoleh
hasil yaitu konsentrasi 5% sebesar 0,9% ; konsentrasi 10% sebesar 0% ;
konsentrasi 15% sebesar 1,6% ; konsentrasi 20% sebesar 1,5% ; konsentrasi
25% sebesar 1,6% ; konsentrasi 30% sebesar 1,9% ; konsentrasi 35% sebesar
1,9% ; konsentrasi 40% sebesar 0,6% ; konsentrasi 45% sebesar 0,3% ; dan
konsentrasi 50% sebesar 0,9%. Sedangkan persentase kematian larva selama
24 jam diperoleh : konsentrasi 5% sebesar 0,15% ; konsentrasi 10% sebesar
0,8336% ; konsentrasi 15% sebesar 0,4336% ; konsentrasi 20% sebesar 0,25% ;
konsentrasi 25% sebesar 0,268% ; konsentrasi 30% sebesar 0,316% ;
konsentrasi 35% sebesar 0,316% ; konsentrasi 40% sebesar 0,268% ;
konsentrasi 45% sebesar 0,55% ; dan konsentrasi 50% sebesar 0,25%.
Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat bahwa persentase kematian larva
nyamuk Ae. aegypti yang di masukkan pada konsentrasi maserat daun
Mengkudu dengan waktu perendaman 4 jam dan 24 jam dengan tiga kali
pengulangan, ternyata masih belum efektif dibandingkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Amalia R (2016) ekstrak daun Mengkudu menunjukkan kematian
tertinggi larva sebanyak 45% pada konsentrasi 2% dalam waktu 24 jam

18
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian uji efektivitas maserat daun Mengkudu
terhadap larva nyamuk Ae. aegypti yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan
hasil persentase kematian larva selama 4 jam yaitu : persentase terendah pada
konsentrasi 45% dan persentase yang tinggi pada konsentrasi 30% dan 35%.
Sedangkan hasil pada persentase kematian larva selama 24 jam diperoleh :
persentase terendah pada konsentrasi 5% dan persentase tertinggi pada
konsentrasi 10%.

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian uji efektivitas maserat daun Mengkudu
terhadap larva nyamuk Ae. aegypti, Peneliti ingin memberikan saran sebagai
berikut :
1. Kepada masyarakat dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih
salah satu alternative untuk membunuh larva nyamuk Ae. aegypti.
2. Kepada peneliti selanjutnya supaya dapat meneliti maserat daun
Mengkudu terhadap larva nyamuk Ae. aegypti dengan menjaga
kandungan zat yang terkandung agar tidak hilang atau menguap.
3. Kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian
supaya hasil maserat berwarna jernih agar mempermudah peneliti untuk
melihat larva nyamuk Ae. aegypti yang sudah mati.
4. Kepada peneliti selanjutnya supaya menaikkan konsentrasi maserat daun
Mengkudu untuk melihat apakah persentase kematian larva semakin
tinggi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Amalia R. 2016. Daya Bunuh Air Perasan Daun Mengkudu (Morinda


citrifolia) Terhadap Kematian Larva Aedes aegypti (Skripsi). Fakultas
Ilmu Keolahragaan universitas negeri Semarang

Aryadi . 2014. Pengaruh Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifoliaL.)


Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Sebagai
Penyebab Abses Periodontal Secara In Vitro (Skripsi).FKG
universitas Mahasaraswati. Denpasar

Dinkes Prov Sumut. 2015. PROFIL KESEHATAN PROVINSI SUMATERA


UTARA TAHUN 2014. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara :
Medan

Djauhariya Endjo, Mono R, & Ma’mun. 2006. Karakterisasi Morfologi dan Mutu
Buah Mengkudu. Buletin Plasma. 12(1):1-8. Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor

Febriantoro, yulhaimi dkk. 2012. “PAP” Prevent Aedes Pump Sebagai Alat Untuk
Memutus Siklus HidupNyamuk Aedes aegypti Dan Meningkatkan
Efisiensi Pembersihan Air di Bak Mandi Skala Rumahan.Jurnal Ilmiah
mahasiswa.2(2) : 1-5.

Ferita, istino. 2004. Pengaruh Konsentrasi M-bio Terhadap Pertumbuhan Bibit


Mengkudu (Morindacitrifolia L.). Stigma. 8(1) : 1-4.

Frihartini, evi. 2008. Efektivitas Air Perasaan Buah Mengkudu (Morinda


citrifolia) dalam Membunuh Larva Aedes aegypti tahun 2008 (Skripsi).
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hasdianah HR & Dewi P. 2014. Cetakan pertama. Mengenal Virus, Penyakit,


dan Pencegahannya. Nuha Medika. Yogyakarta

Herlina, sri. 2017. Efektivitas Ekstrak Daun Mengkudu (Morindacitrifolia L.) untuk
Meningkatkan Respon Imun Non Spesifik dan Kelangsungan Hidup Ikan
Mas (Cyprinus carpio). Jurnal Ilmu Hewani Tropika. 6(1). 1-4.

Kameswari MS, I Nengah Kerta Besung & Hapsari Mahatmi. 2013.


Perasan Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia) Menghambat Pertumbuhan
Bakteri Escherichia Coli secara In Vitro. Indonesia Medicus
Veterinus. 2(3) : 1-9.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Infodatin Pusat Data dan Informasi


Kementrian Kesehatan RI.

20
Pary, Cornelia. 2013. Pengaruh Ekstrak Buah Mengkudu (Morindacitrifolia
L.)Terhadap Pertumbuhan Candida albicans (Prosiding FMIPA :
Universitas Pattimura. Ambon). 1-6. .

Permenkes RI Nomor 6 Tahun 2006. Formularium Obat Herbal Asli Indonesia

Sari CY. 2015. Penggunaan Buah Mengkudu (Morindacitrifolia L.) Untuk


Menurunkan Tekanan Darah Tinggi (Majority). 4(3) : 1-7.

Satya, BDS. 2013. Koleksi Tumbuhan Berkhasiat. Andi Offset. Yogyakarta

Selvyany, ayu. 2017. Perkembangan dan Ketahanan Hidup Larva Aedes


aegyptiPada Beberapa Air Limbah (Skripsi). Fakultas Matematika dan
Ilmu PengetahuanAlam. Universitas Lampung Bandar Lampung

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Virus Dengue Aedes Spektrum


klinis Tatalaksana Pencegahan. Sagung seto. Jakarta

Soeryoko, hery. 2011. 20 Tanaman Obat terbaik untuk Maag, Typus dan
Liver. Rapha Publishing. Yogyakarta

Halomoan JT & Jhons Fatriyadi Suwandi. 2017. Pengendalian Vektor Virus


Dengue dengan Metode Release of Insect Carrying Dominant Lethal
(RIDL) (Majority). 6(1) : 1-5.

Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.


Sagung seto. Jakarta

Zulkoni HA. 2010. Parasitologi. Nuha Medika. Yogyakarta

21
22
LAMPIRAN II

HASIL PENELITIAN

Akuades 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 24 Jam


Ulangan 1 0 0 0 0 0
Ulangan 2 0 0 0 0 0
Ulangan 3 0 0 0 0 0

5% 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 24 Jam


Ulangan 1 0 1 0 0 0
Ulangan 2 1 0 0 0 0
Ulangan 3 1 0 0 0 0

10% 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 24 Jam


Ulangan 1 0 0 0 0 3
Ulangan 2 0 0 0 0 5
Ulangan 3 0 0 0 0 7

15% 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 24 Jam


Ulangan 1 0 1 2 0 3
Ulangan 2 0 0 1 0 0
Ulangan 3 0 0 1 0 0

20% 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 24 Jam


Ulangan 1 1 0 0 0 0
Ulangan 2 0 0 0 1 0
Ulangan 3 0 2 0 1 0

23
25% 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 24 Jam
Ulangan 1 0 0 0 1 0
Ulangan 2 0 3 0 0 0
Ulangan 3 1 0 0 0 0

30% 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 24 Jam


Ulangan 1 1 0 0 0 0
Ulangan 2 1 0 0 0 0
Ulangan 3 3 0 1 0 0

35% 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 24 Jam


Ulangan 1 1 0 0 0 0
Ulangan 2 1 1 0 0 0
Ulangan 3 3 0 0 0 0

40% 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 24 Jam


Ulangan 1 0 0 0 0 2
Ulangan 2 0 0 0 0 0
Ulangan 3 1 0 0 1 1

45% 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 24 Jam


Ulangan 1 1 0 0 0 6
Ulangan 2 0 0 0 0 1
Ulangan 3 0 0 0 0 2

24
50% 1 Jam 2 Jam 3 Jam 4 Jam 24 Jam
Ulangan 1 0 0 0 1 1
Ulangan 2 1 0 0 0 1
Ulangan 3 1 0 0 0 0

𝑼𝟏+𝑼𝟐+𝑼𝟑
Rata rata kematian selama 4 jam =
𝟒

𝑼𝟏+𝑼𝟐+𝑼𝟑
Rata rata kematian selama 24 jam =
𝟓

25
LAMPIRAN III

Telur nyamuk Ae. aegypti Penetasan telur nyamuk

Air rebusan daun Mengkudu Daun Mengkudu

26
Nyamuk Dewasa Ae. aegypti bertelur Konsentrasi maserat daun
Mengkudu

Proses penelitian

Memasukkan larva ke dalam tiap konsentrasi maserat

27
Lampiran IV

JADWAL PENELITIAN

BULAN
A
A
M G
P J J
A M U
NO JADWAL R U U
R E S
I N L
E I T
L I I
T U
S
1 Penelusuran
pustaka
2 Pengaduan
Judul KTI

3 Konsultasi KTI

4 Konsultasi
dengan
Pembimbing
5 Penulisan
Proposal

6 Ujian Proposal

7 Pelaksanaan
Penelitian

8 Penulisan
Laporan KTI

9 Ujian KTI

10 Perbaikan KTI

11 Yudisium

12 Wisuda

28
29

You might also like