Professional Documents
Culture Documents
net/publication/320163533
CITATION READS
1 270
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Kesesuaian Penggunaan Alat Kontrasepsi Berdasarkan Permintaan KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Puger Kabupaten Jember View project
Perancangan Sistem Informasi Klaim Persalinan Studi Kasus di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Kantor Cabang Jember View project
All content following this page was uploaded by Andrei Ramani on 02 October 2017.
Abstract
Early marriage is a marriage which is conducted before the age of 20th. Early married girl has
more risk in reproductive health and mortality. Bondowoso Regency has the highest of early
marriage rates 52,93% from the marriage total in 2012. Pakem Subdistrict in Bondowoso
Regency has the highest rate for marriage under 20 years. In 2013, Pakem Subdistrict in
Bondowoso Regency has the higest rate of early marriage rates 53,18% and in 2014, early
marriage rates 67,02%%. This study aimed to identify factors of parents intention on under
20 years old girls marriage in Pakem, Bondowoso Regency. This study based on the Theory
of Planned Behavior with cross-sectional design. The respondent were parents which have
10-19 years old daughter not married yet. Spearman correlation test applied to determine
associations between each variable. Result showed that knowledge significantly associated
with attitude (p=0,000), subjective norm (p=0,008), and behavioural control (p=0,000).
Income rate of parents was not significantly associated with attitude (p=0,106), subjective
norm (p=0,951), and behavioural control (p=0,564). Education significantly associated with
attitude (p=0,000), subjective norm (p=0,007), and behavioural control (p=0,035). Attitude
(p=0,001), subjective norm (0,001), and behavior control (0,000) were significantly associated
with parents intention.
Kata kunci: perkawinan dini, intensi, sikap, norma subjektif, pengendalian perilaku
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 3 (no. 3) September 2015 500
Anisa, et al, Intensi Orang Tua Dalam Pengambilan Keputusan Menikahkan Anak Perempuan......
dari nilai koefisien korelasi (rs) yang berada Tabel 4. Hubungan Sikap, Norma Subjektif dan
dibawah 0,5 yaitu -0,487, semakin tinggi Pengendalian Perilaku dengan Intensi
pengetahuan orang tua tentang pernikahan Intensi
anak di bawah usia 20 tahun maka semakin rs p-value
negatif sikap responden terhadap pernikahan Sikap -0,375** 0,001
Norma -0,367** 0,001
anak perempuan di bawah usia 20 tahun.
Subjektif
Hasil uji korelasi antara pengetahuan dengan Pengendalian -0,542** 0,000
norma subjektif dapat dikatakan pengetahuan Perilaku
berhubungan secara signifikan dengan norma Pada Tabel 4 menunjukkan hasil korelasi
subjektif. Hubungan antara pengetahuan dan Spearman antara sikap, norma subjektif, dan
norma subjektif adalah lemah, dilihat dari nilai pengendalian perilaku dengan intensi
koefisien korelasi (rs) yang berada dibawah 0,5 responden. Hal ini menunjukkan bahwa secara
yaitu -0,290, semakin tinggi pengetahuan orang signifikan terdapat hubungan antara sikap,
tua tentang pernikahan anak di bawah usia 20 norma subjektif, dan pengendalian perilaku
tahun maka semakin rendah norma subjektif dengan intensi responden. Hubungan tersebut
responden atau semakin rendah dukungan merupakan hubungan yang lemah karena nilai
lingkungan kepada responden untuk koefisien korelasi (rs) ketiganya di bawah 0,5,
menikahkan anak perempuan di bawah usia 20 kecuali hubungan pengendalian perilaku dengan
tahun. intensi yang kuat, karena nilai koefisien korelasi
Uji korelasi selanjutnya antara pengetahuan (rs) melebihi 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan pengendalian perilaku, secara signifikan sikap, norma subjektif, dan pengendalian
terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku orang tua terhadap pernikahan anak di
pengendalian perilaku. Hubungan antara bawah usia 20 tahun mempengaruhi intensi
pengetahuan dan pengendalian perilaku adalah orang tua untuk menikahkan anak perempuan di
lemah, dilihat dari nilai koefisien korelasi (r s) bawah usia 20 tahun.
yang berada dibawah 0,5 yaitu -0,483, semakin
tinggi pengetahuan orang tua tentang
pernikahan anak di bawah usia 20 tahun maka Pembahasan
semakin rendah pengendali perilaku responden.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
Hal ini menunjukkan bahwa faktor penghambat
bahwa pengetahuan dan pendidikan yang
untuk menikahkan anak di bawah usia 20 tahun
memiliki hubungan secara signifikan dengan
lebih tinggi dari pada faktor pendukungnya.
sikap, namun hubungan yang dimiliki adalah
Pada tabel 3 juga menunjukkan hasil uji
lemah. Semakin tinggi pengetahuan orang tua
korelasi antara pendapatan dengan sikap,
tentang pernikahan anak di bawah usia 20 tahun
norma subjektif, dan pengendalian perilaku.
maka semakin negatif sikap responden terhadap
Tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai
pernikahan di bawah usia 20 tahun. Hal ini
signifikansi pendapatan dengan sikap, norma
sesuai dengan penelitian Adriani (2013), bahwa
subjektif, dan pengendalian perilaku tidak ada
kurangnya pengetahuan orang tua tentang
hubungan yang signifikan. Hal ini menunjukkan
pernikahan di bawah usia 20 tahun
bahwa pendapatan orang tua per bulan tidak
menyebabkan orang tua memiliki sikap atau
mempengaruhi sikap, norma subjekti, dan
pandangan positif tentang pernikahana anak,
pengendalian perilaku orang tua untuk
sehingga menikahkan anak di bawah usia 20
menikahkan anak perempuan di bawah usia 20
tahun. Sikap positif orang tua tentang
tahun.
pernikahan anak di bawah usia 20 tahun di
Uji korelasi antara pendidikan dengan sikap,
Kecamatan Pakem ini disebabkan rendahnya
norma subjektif, dan pengendalian perilaku juga
pengetahuan orang tua tentang pernikahan
ditunjukkan pada Tabel 3, secara signifikan
anak di bawah usia 20 tahun. Hal ini disebabkan
terdapat hubungan antara pendidikan dengan
kurangnya informasi tentang pernikahan anak di
sikap, norma subjektif, dan pengendalian
bawah usia 20 tahun di Kecamatan Pakem.
perilaku. Nilai koefisien korelasi (r s) ketiganya
Sebagian besar orang tua mengaku bahwa tidak
menunjukkan hubungan yang lemah, karena
pernah mendengar informasi pernikahan anak di
berada di bawah 0,5. Semakin tinggi pendidikan
bawah usia 20 tahun, baik dari media massa
yang ditempuh responden, maka semakin tinggi
maupun dari orang lain.
skor sikap, norma subjektif, dan pengendalian
Pendidikan orang tua juga mempengaruhi
perilaku responden untuk menikahkan anak
sikap orang tua, namun lemah. Semakin tinggi
perempuan di bawah usia 20 tahun.
pendidikan orang tua yang di tempuh, semakin pengetahuan, semakin rendah pengendalian
positif sikap orang tua terhadap pernikahan di perilaku responden. Rendahnya pengendalian
bawah usia 20 tahun. Hal ini tidak sesuai perilaku ini menunjukkan faktor penghambat
dengan penelitian Adriani (2013), bahwa lebih besar dari pada faktor pendorong perilaku.
pendidikan orang tua mempengaruhi orang tua Hal ini dapat diartikan bahwa tingginya
untuk bersikap positif terhadap pernikahan anak, pengetahuan orang tua tentang pernikahan
sehingga menikahkan anaknya di bawah usia 20 anak di bawah usia 20 tahun dapat
tahun, pendidikan orang tua yang rendah menghambat terjadinya pernikahan anak di
cenderung menikahkan anak di bawah usia 20 bawah usia 20 tahun. Hal ini sesuai dengan
tahun. Pendidikan orang tua di Kecamatan penelitian Adriani (2013) di Kabupaten Aceh
Pakem yang tinggi tidak menghambat orang tua Besar. Hasil penelitian tersebut adalah semakin
mendukung pernikahan anak perempuan di tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka
bawah usia 20 tahun. Hal ini disebabkan oleh semakin baik pula ia menikahkan anaknya pada
beberapa alasan, yaitu adanya perasaan takut usia reproduksi sehat, hasil penelitian
orang tua akan ditinggal anak sekolah atau membuktikan adanya hubungan yang bermakna
bekerja jauh dari rumah. Alasan lainnya adalah antara pengetahuan orang tua dengan
kebanyakan ukuran tubuh anak perempuan di pernikahan dini, hal ini terjadi dikarenakan
Kecamatan Pakem lebih besar dari daerah lain, kurangnya informasi yang diterima tentang
sehingga orang tua merasa malu dan bahaya pernikahan dini bagi anaknya.
menganggap sudah cukup untuk perempuan Latar belakang pendidikan orang tua juga
menikah walaupun usia belum 20 tahun. memiliki hubungan dengan pengendalian
Variabel selanjutnya adalah norma subjektif. perilaku. Berbeda dengan pengetahuan,
Berdasarkan hasil penelitian, latar belakang semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi
(pengetahuan, pendapatan, dan pendidikan) pengendalian perilaku responden. Tingginya
yang memiliki hubungan dengan norma subjektif pengendalian perilaku ini menunjukkan faktor
adalah pengetahuan dan pendidikan. Hubungan pendorong lebih besar dari pada faktor
pengetahuan dengan norma subjektif adalah penghambat perilaku. Pendidikan orang tua
lemah, sehingga semakin tinggi pengetahuan yang tinggi tidak menghambat orang tua untuk
responden maka semakin rendah norma menikahkan anak perempuan di bawah usia 20
subjektif responden. Artinya, semakin tinggi tahun. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian
pengetahuan responden tentang pernikahan Adriani (2013) yang menyatakan bahwa
anak di bawah usia 20 tahun, semakin rendah semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
pengaruh lingkungan sosial untuk mendukung kurang kemungkinan ia menikahan anaknya
responden menikahkan anak di bawah usia 20 pada usia dini. Pendidikan orang tua di
tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Landung Kecamatan Pakem yang tinggi mendorong
et al. (2009), adanya dukungan keluarga orang tua mendukung pernikahan anak
terhadap kelangsungan pernikahan di bawah perempuan di bawah usia 20 tahun. Hal ini
usia 20 tahun tersebut pada dasarnya tidak disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu adanya
terlepas dari tingkat pengetahuan orang tua perasaan takut orang tua akan ditinggal anak
yang dapat dihubungkan pada tingkat sekolah atau bekerja jauh dari rumah. Alasan
pendidikan keluarga. Orang tua di Kecamatan lainnya adalah kebanyakan ukuran tubuh anak
Pakem ini memiliki pengetahuan yang rendah perempuan di Kecamatan Pakem lebih besar
tentang pernikahan anak di bawah usia 20 tahun dari daerah lain, sehingga orang tua merasa
dan pendidikan orang tua yang rendah juga, malu dan menganggap sudah cukup untuk
sehingga orang tua lebih mencari informasi ke perempuan menikah walaupun usia belum 20
keluarga besar dan lingkungan. Orang tua lebih tahun.
mendengarkan lingkungan mereka, sehingga Pendapatan orang tua tidak mempengaruhi
mempengaruhi pengambilan keputusan orang sikap, norma subjektif, dan pengendalian
tua. perilaku orang tua terhadap pernikahan anak
Variabel terakhir adalah pengendalian perempuan di bawah usia 20 tahun. Hal ini
perilaku. Berdasarkan uji korelasi Spearman, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
latar belakang yang berhubungan secara Adriani (2013) di Kabupaten Aceh Besar, bahwa
signifikan dengan pengendalian perilaku adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dan pendidikan. Hubungan kedua pendapatan dengan sikap, norma subjektif, dan
latar belakang tersebut dengan pengendalian pengendalian perilaku orang tua terhadap
perilaku adalah lemah. Semakin tinggi pernikahan anak perempuan di bawah usia 20
tahun. Di Kecamatan Pakem, pendapatan orang intensi. Responden percaya bahwa keyakinan
tua yang tinggi atau rendah tidak mempengaruhi pengendali (keinginan anak sekolah, keinginan
sikap, norma subjektif, dan pengendalian anak kerja, dan ijin anak) menunjukkan perilaku
perilaku orang tua terhadap pernikahan anak tertentu, yaitu kemungkinan tidak akan
perempuan di bawah usia 20 tahun. Hal ini membentuk intensi menikahkan anak
ditunjukkan bahwa tidak sedikit pernikahan anak perempuan di bawah usia 20 tahun meskipun
perempuan di bawah usia 20 tahun terjadi pada memiliki sikap positif terhadap pernikahan dini
keluarga yang memiliki pendapatan tinggi atau dan norma subjektif tinggi.
di atas UMK Bondowoso. Hal ini dikarenakan Berdasarkan hasil penelitian, intensi
terdapat beberapa faktor lain yang lebih responden yang mungkin mengambil keputusan
dipercaya oleh orang tua, yaitu ada faktor menikahkan anak perempuan di bawah usia 20
budaya. Di Kecamatan Pakem memiliki budaya tahun yaitu sebesar 50%, dan yang memiliki
yaitu menikahkana anak perempuan di bawah intensi tidak mungkin sebesar 49%, dan 1%
usia 20 tahun untuk menghindari anak menjadi responden memiliki intensi yang sangat tidak
perawan tua. Faktor lainnya adalah pengalaman mungkin. Tingginya intensi responden
orang tua, orang tua yang juga menikah di mengambil keputusan menikahkan anak
bawah usia 20 tahun memilik pengalaman yang perempuan di bawah usia 20 tahun sesuai
menyenangkan sehingga anaknya juga dengan tingginya angka pernikahan di bawah
dinikahkan di bawah usia 20 tahun. Keinginan usia 20 tahun di Kecamatan Pakem, Kabupaten
anak perempuan itu sendiri adalah faktor Bondowoso. Hal ini sesuai dengan penelitian
selanjutnya, tidak sedikit anak perempuan Hadinoto [5], bahwa peran orang tua yang
meminta kepada orang tuanya untuk segera sangat dominan dalam mengambil keputusan
dinikahkan walaupun masih di bawah usia 20 untuk menikahkan anak di bawah usia 20 tahun.
tahun. Faktor yang terakhir yaitu adalah hamil Berdasarkan hasil penelitian, walaupun sikap
sebelum menikah. orang tua terhadap pernikahan anak di bawah
Berdasarkan uji korelasi antara sikap, norma usia 20 tahun lebih banyak yang negatif dan
subjektif, dan pengendalian perilaku dengan orang tua tidak terpengaruh lingkungan untuk
intensi menunjukkan bahwa secara signifikan menikahkan anak perempuan di bawah usia 20
ketiganya memiliki hubungan. Hubungan tahun, namun intensi orang tua untuk
tersebut merupakan hubungan yang lemah. Hal mengambil keputusan menikahkan anak di
ini dapat diartikan bahwa apabila sikap bawah usia 20 tahun mencapai 50%. Hal ini
responden positif terhadap pernikahan anak, disebabkan adanya faktor lain yang tidak diteliti
maka semakin kecil intensi orang tua dalam dalam penelitian ini, yaitu faktor budaya. Faktor
pengambilan keputusan untuk menikahkan anak budaya yang mendorong orang tua untuk
di bawah usia 20 tahun. Variable selanjutnya menikahkan anak perempuan di bawah usia 20
adalah norma subjektif, berdasarkan hasil tahun antara lain adalah budaya pertunangan
penelitian dapat diartikan bahwa apabila norma sejak kecil, menghindari hamil di luar nikah,
subjektif responden tinggi, maka semakin kecil menghindari anak perempuan menjadi perawan
intensi orang tua dalam pengambilan keputusan tua, takut ditinggal anak karena sekolah atau
untuk menikahkan anak di bawah usia 20 tahun. bekerja, dan untuk mengurangi tanggung jawab
Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa apabila orang tua.
pengendalian perilaku responden tinggi, maka
semakin kecil intensi orang tua dalam Simpulan dan Saran
pengambilan keputusan untuk menikahkan anak
di bawah usia 20 tahun. Menurut TPB, Berdasarkan latar belakang informasi
pengendalian mengindikasikan bahwa motivasi didapatkan hasil bahwa pengetahuan
seseorang dipengaruhi oleh bagaimana ia berhubungan dengan sikap, norma subjektif,
memandang tingkat kesulitan atau kemudahan dan pengendalian perilaku orang tua untuk
untuk menunjukkan suatu perilaku tertentu. Jika mengambil keputusan menikahkan anak
seseorang memiliki keyakinan pengendali yang perempuan di bawah usia 20 tahun. Sedangkan
kuat terkait dengan faktor-faktor yang akan untuk latar belakang sosial diketahui bahwa
memfasilitasi suatu perilaku, maka seseorang tingkat pendapatan orang tua tidak berhubungan
tersebut akan memiliki persepsi yang tinggi dengan sikap, norma subjektif, dan
untuk mengendalikan suatu perilaku. Pada pengendalian perilaku orang tua untuk
penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian mengambil keputusan menikahkan anak
perilaku memiliki implikasi motivasi terhadap perempuan di bawah usia 20 tahun. Lalu
didapatkan pula hasil bahwa pendidikan of Young Marriage Girls. ICRW. [Internet];
berhubungan dengan sikap, norma subjektif, 2003. [cited 2014 Sept 1]. Available from
dan pengendalian perilaku orang tua untuk http://www.icrw.org.
mengambil keputusan menikahkan anak [4] Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Dasar
perempuan di bawah usia 20 tahun. Sikap, Tahun 2013. Badan Peneliti dan
norma subjektif, dan pengendalian perilaku Pengembangan Kesehatan Departemen
berhubungan dengan intensi orang tua untuk Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
mengambil keputusan menikahkan anak [5] Hadinoto S. Kajian Pernikahan Dini Pada
perempuan di bawah usia 20 tahun. Beberapa Provinsi Di Indonesia: Dampak
Saran yang dapat diberikan adalah Overpopulation, Akar Masalah dan Peran
pemberian informasi atau penyuluhan kepada Kelembagaan di Daerah. Didamduk BKKBN.
orang tua dan anak perempuan tentang [Internet]; 2012. [cited 2014 Aug 28].
pernikahan anak di bawah usia 20 tahun untuk Available ffrom http://bkkbn.go.id
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran [6] Indonesia. Laporan Eksekutif Kesehatan
orang tua akan bahaya pernikahan anak di Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Badan
bawah usia 20 tahun. Melakukan pendekatan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
berbasis budaya (khususnya budaya Madura) Indonesia; 2012.
untuk mengetahui karakteristik budaya lebih 7] Indonesia. Lampiran Hasil Pendataan
dalam sehingga dapat membuat program yang Keluarga Tahun 2014. Badan
efektif untuk menurunkan angka pernikahan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
anak di bawah usia 20 tahun di Kecamatan Berencana Kabupaten Bondowoso; 2014.
Pakem Kabupaten Bondowoso. Mengevaluasi [8] Husnul A. Determinan Intensi Pengambilan
efektivitas media massa dan meningkatkan Keputusan Untuk Melakukan Perkawinan
intensitas media massa sehingga informasi Anak Di Kecamatan Pakem Kabupaten
tentang pernikahan anak di bawah usia 20 tahun Bondowoso. Skripsi. [Internet]. Jember:
dapat diterima oleh msyarakat.Perlu adanya Universitas Jember; 2013. [Cited 2014 Aug
pemantauan terhadap pendaftaran pernikahan, 2]. Available from
khususnya mengenai usia calon mempelai. Hal http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/
ini disebabkan banyak usia calon mempelai 123456789/56075/Anis%20Husnul
yang dituakan agar memenuhi batas usia kawin. %20Hotimatul%20Fadilah_1.pdf?
Orang tua mau menunggu hingga anak sequence=1
perempuan berusia diatas 20 tahun untuk [9] Landung J, Thaha R, dan Zulkifi A. Studi
dinikahkan, dengan memberi kesempatan kasus kebiasaan pernikahan usia dini pada
kepada anak untuk melanjutkan pendidikan. masyarakat Kecamatan Sanggalangi
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai Kabupaten Tana Toraja. [Internet]; 2009.
intensi orang tua untuk mengambil keputusan [Cited 2015 Jun 3]: 5(4):89-94. Available
menikahkan anak di bawah usia 20 tahun untuk from
menemukan sejauh mana intensi orang tua dari http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handl
aspek budaya misalnya melalui penelitian e/123456789/2971/MKMI%20vol
kualitatif. %205%20pernikahan%20usia%20dini.pdf?
sequence=2
Daftar Pustaka [10] Ajzen I. Attitudes, Personality, and
Behavior. Maidenhead: Open Uneversity
[1] UNICEF. Early Marriage: A Harmful Press; 2005.
Traditional Practice. UNICEF. [Internet]; [11] Adriani L. Faktor-Faktor yang
2005. [cited 2014 Aug 27]. Available from Mempengaruhi Orang Tua Menikahkan
http://www.unicef.org/publications/files/Early Anaknya Pada Usia Dini di Desa Tumpok
_Marriage_12.lo.pdf Blang Kecamatan Sukamakmur Kabupaten
[2] Indonesia. Pendewasaan Usia Perkawinan Aceh Besar tahun 2013. Skripsi. [Internet].
dan Hak-Hak Reproduksi bagi Remaja Banda Aceh: STIKes Ubudiyah Banda Aceh;
Indonesia. Badan Kependudukan dan 2013. [Cited 2014 Sept 14]. Available from
Keluarga Berencana; 2010. http://simtakp.uui.ac.id/dockti/LISA_ANDRIA
[3] Mathur S, Greene M, dan Malhotra A. Too NI-kti.pdf
Young to Wed: The Lives, Right, and Health