Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Introduction: A physical exercise program for heart sufferers aims to optimize body capacity, helping
to activate before sickness. The out-patient program was performed after hospital discharge and out
patient treatment. This study aims to determine the Effect of Rehabilitative Physical Exercise Out
Patient to Respiratory Rate and Heart Rate in Heart Failure patients in Tanjunganom District Health
Working Area Nganjuk. Methods: Pre-experimental research design with One Group Pre-Post Test
Design approach, conducted on January 29-February 11, 2018 In Tanjunganom District Health
Working Area Nganjuk with population 13 people. The population of this study were All Heart
Failure sufferers who were out patient. Sampling technique purposive sampling samples of 10
respondents. Variable Respiratory Rate, Heart Rate, Rehabilitative Exercise Out Patient. Data
collection using exercise supervision module, SPO, observation sheet. Statistical test using Wilcoxon
with α=0,05. Results: Result of research from 10 respondents, before given Physical Exercise Out
Patient 4 respondent (40%) have Respiratory Rate 24 x / minute, 5 respondent (50%) have Heart Rate
86 x / minute, after Physical Exercise Out Patient 6 respondent (60% ) has 24 x / minute Respiratory
Rate, 7 respondents (70%) have Heart Rate 80 x / min. Wilcoxon Test Result ρ Value Respiratory
Rate = 0,010 with α = 0,05, ρ value Heart Rate = 0,005 with α = 0,05 H1 accepted, influence of
rehabilitative physical exercise Out Patient to Respiratory Rate and Heart Rate in Heart failure patient
in Territory Tanjunganom Health Center Work Nganjuk District. Conclusion: Exercise Out Patient
can improve cardiac output and reduce shortness, mestabilkan cardiac output, so needs to be done
heart failure patients regularly and periodically.
Keywords: Rehabilitative Physical Exercise, Respiratory Rate, Heart Rate, Heart Failure
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 26
JURNAL SABHANGA
kemampuan fisik pasien pada keadaan Indonesia tahun 2013 sebesar 0,13% atau
sebelum sakit. Setelah dilakukan Studi diperkirakan sekitar 229.696 orang,
Pendahuluan terhadap pasien Gagal sedangkan berdasarkan diagnosis dokter
Jantung pada tanggal 18 Oktober-23 gejala sebesar 0,3% atau diperkirakan
Oktober 2017 di Puskesmas sekitar 530.068 orang. Berdasarkan
Tanjunganom, terdapat 3 penderita Gagal diagnosis dokter, estimasi jumlah
Jantung di Puskesmas Tanjunganom. 2 penderita penyakit gagal jantung
Penderita Gagal Jantung memang merasa terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Timur
khawatir setelah pasca serangan jantung sebanyak 54.826 orang (0,19%) (Pusat
karena sering diantara mereka Data dan Informasi Kemenkes RI 2014).
kebingungan tentang apa saja yang harus Pada bulan Agustus 2017 di Kabupaten
mereka lakukan setelah menjalani Nganjuk ditemukan sebanyak 600
perawatan selama dua sampai tiga minggu penderita gagal jantung, Puskesmas
di rumah sakit, karena mengalami Tanjunganom peringkat ke- 2 dengan
serangan jantung. Sedangkan, 1 penderita jumlah penderita 29 orang pada bulan
Gagal Jantung bisa beraktivitas seperti Oktober.
biasa, ada rasa khawatir tapi bisa
METODE
diminimalisir.
Data (WHO 2017) Lebih dari 17 Penelitian ini menggunakan
juta orang meninggal setiap tahun akibat desain penelitian Pra Eksperimen dengan
penyakit kardiovaskular. Sekitar 5,7 juta pendekatan One Group Pre-Post Test
orang dewasa di Amerika Serikat Design, dilakukan pada 29 Januari-11
mengalami gagal jantung. Sekitar Februari 2018 Di Wilayah Kerja
setengah dari orang yang mengalami Puskesmas Tanjunganom Kabupaten
gagal jantung meninggal dalam waktu 5 Nganjuk dengan populasi 13 orang.
tahun setelah diagnosis. Gagal jantung Populasi penelitian ini adalah Semua
membebani negara tersebut dengan penderita Gagal Jantung yang sedang
perkiraan $ 30,7 miliar setiap tahunnya. rawat jalan.Teknik sampling purposive
Jumlah ini mencakup biaya layanan sampling sampel 10 responden. Variabel
perawatan kesehatan, obat-obatan untuk Respiratory Rate, Heart Rate, Latihan
mengobati gagal jantung, dan melewatkan fisik rehabilitatif Out Patient.
hari kerja. Berdasarkan diagnosis dokter Pengumpulan data menggunakan Modul
prevalensi penyakit gagal jantung di Pengawasan Latihan yang berisi 9
gerakan latihan out patient, SOP, lembar
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 27
JURNAL SABHANGA
HASIL PENELITIAN
Pengaruh Latihan Fisik Rehabilitatif Out Patient terhadap Respiratory Rate pada penderita
Gagal Jantung di Wilayah kerja Puskesmas Tanjunganom.
Tabel 1 Respiratory Rate pada penderita Gagal Jantung Sebelum dan Sesudah di berikan Latihan
Fisik Rehabilitatif Out Patient di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjunganom Kabupaten
Nganjuk pada tanggal 29 Januari- 11 Februari 2018
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 28
JURNAL SABHANGA
Tabel 2 Heart Rate pada penderita Gagal Jantung Sebelum dan Sesudah di berikan Latihan Fisik
Rehabilitatif Out Patient di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjunganom Kabupaten Nganjuk
pada tanggal 29 Januari- 11 Februari 2018
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 29
JURNAL SABHANGA
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 30
JURNAL SABHANGA
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 31
JURNAL SABHANGA
pola hidup yang sehat dan pencegahan seseorang maka akan banyak pula
sejak dini. pengetahuan yang didapat (Niven, 2002).
Tetapi, semua individu memiliki self-care
4. Heart Rate pada penderita Gagal
agency.Self-Care Agency perlu
Jantung sesudah mendapatkan
ditingkatkan oleh individu karena
Latihan Fisik Rehabilitatif Out
pelaksanaan Self-Care membutuhkan
Patient
pembelajaran, pengetahuan, motivasi dan
Berdasarkan hasil penelitian dari 10
skill (Taylor dan Renpenning, 2011).
responden sebagian besar yaitu 7
Menurut Cutler dan Lieras-Muney dalam
responden (70%) memiliki Heart Rate 80
penelitian Deasy (2010), tingkat
x/menit dan rata-ratanya yaitu 80,8
pendidikan berpengaruh positif dengan
x/menit sesudah dilakukan Latihan Fisik
perilaku kesehatan. Semakin tinggi
Rehabilitatif Out Patient. Dari 7
pendidikan, maka semakin tinggi pula
responden yang memiliki Heart Rate 80
kesadaran seseorang terhadap tindakan
x/menit seluruhnya yaitu 7 responden
kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2010),
(100%) berpendidikan SD sehingga Hasil
bahwa tindakan seseorang terhadap
Uji Coefficient Contingency didapatkan ρ
masalah kesehatan pada dasarnya akan
value Pendidikan = 0,108 sehingga Heart
dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang
Rate sesudah dilakukan Latihan Fisik
terhadap masalah tersebut. Dalam hal ini
Rehabilitatif Out Patient di pengaruhi
semakin tinggi tingkat pengetahuan yang
oleh Pendidikan secara signifikan.
dimiliki maka semakin tinggi pula
Makin tinggi pendidikan seseorang
kepatuhan penderita tersebut untuk
makin mudah menerima informasi
melakukan latihan.
sehingga makin banyak pula pengetahuan
Heart Rate sesudah Latihan Fisik
yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang
Rehabilitatif Out Patient pada penderita
kurang akan menghambat perkembangan
gagal jantung di wilayah kerja puskesmas
sikap seseorang terhadap nilai-nilai atau
Tanjunganom Kabupaten Nganjuk di
hal-hal yang diperkenalkan (Notoatmodjo,
pengaruhi oleh Pendidikan. Karena
2010). Informasi atau penyuluhan
berdasarkan teori di atas bahwa makin
merupakan penerangan atau keterangan
tinggi pendidikan seseorang makin mudah
yang disampaikan dari ahlinya kepada
menerima informasi sehingga makin
orang lain. Salah satu faktor yang
banyak pula pengetahuan yang dimiliki
mempengaruhi pengetahuan adalah
dan berpengaruh positif dengan perilaku
informasi yang masuk dalam diri
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 32
JURNAL SABHANGA
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 33
JURNAL SABHANGA
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 34
JURNAL SABHANGA
fisik dilakukan secara teratur dan terus Latihan fisik melatih otot-otot skeletal dan
menerus dalam jangka panjang, akan otot-otot jantung, sehingga meningkatkan
terjadi penurunan denyut nadi istirahat. kapasitas metabolik dan fungsional otot
Ini adalah efek kronis dari olahraga. skeletal, respon perifer meningkat dan
Orang yang terlatih akan memiliki denyut beban kerja jantung menurun.
jantung istirahat yang lebih rendah Peningkatan kekuatan otot jantung akan
daripada orangbiasa. Denyut jantung yang meningkatkan cardiac output yang
lebih rendah mengakibatkan nilai VO2 meningkatkan suplai oksigen ke jaringan
max pada orang terlatih menjadi lebih meningkat terutama pada daerah paru-
tinggi. Denyut jantung dapat mengalami paru dan otak.
penurunan setelah melakukan latihan fisik
selama waktu tertentu. Ini adalah KESIMPULAN
kompensasi tubuh terhadap latihan fisik.
Hasil Penelitian diatas menunjukkan
Berdasarkan paparan diatas peneliti
bahwa penderita gagal jantung yang
berpendapat bahwa dengan adanya latihan
diberikan Latihan Fisik Rehabilitatif Out
fisik rehabilitatif out patient ini akan
Patient menunjukkan adanya penurunan
terjadi Peningkatan kekuatan otot jantung
Respiratory Rate dan Heart Rate sesudah
akan meningkatkan kinerja jantung
diberikan latihan fisik rehabilitatif out
sehingga Heart Rate menjadi normal.
patient. Adanya peningkatan cardiac
Penurunan cardiac output akan membuat
output mengakibatkan suplai oksigen
jantung terkompensasi untuk bekerja lebih
meningkat sehingga menurunkan sesak
kuat lagi dengan harapan mampu
nafas dan akan mengakibatkan
memenuhi kebutuhan tubuhnya, tetapi
respiratory rate dalam batas normal.
dengan kronisnya kondisi jantung
Latihan fisik rehabilitatif Out Patient
membuat jantung semakin gagal dalam
dilakukan selama 6 kali latihan dalam
memompa. Hal ini sesuai dengan
waktu 2 minggu dengan durasi 10 menit.
pendapat Elices (2009) penderita gagal
Adanya peningkatan cardiac output juga
jantung kronik, curah jantungnya
akan membuat heart rate menjadi stabil.
menurun atau tidak adekuat pada keadaan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
istirahat, sedangkan pasien penderita
dikembangkan oleh peneliti selanjutnya
gagal jantung ringan atau gagal diastolik
dengan adanya kelompok kontrol dan
curah jantungnya menjadi tidak adekuat
mungkin sampel nya lebih banyak lagi.
misalnya pada saat beraktivitas atau stres.
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 35
JURNAL SABHANGA
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 36
JURNAL SABHANGA
Sekolah Bola Voli Tugu Muda Widiastuti Ani (2015) Latihan otot
Semarang Usia 11-13 Tahun. pernafasan dan nafas dalam untuk
Fakultas Kedokteran Universitas meningkatkan ekspansi dada dan
Diponegoro Semarang. paru pada post operasi CABG.
UPN Veteran Jakarta
e-journal.stikessatriabhakti.ac.id 37