Professional Documents
Culture Documents
Muljadi Budisetio
ABSTRACT
High blood pressure (BP) is associated with an increased risk of developing coronary heart
disease, stroke, congestive heart failure, renal insufficiency, and peripheral vascular disease. Several
intervention are effective to prevent hypertension, liked weight control, reduced sodium chloride intake,
increased physical activity, reduced alcohol consumption, and stress management. The primary purpose
of the pharmacologic treatment of hypertension is to prevent major cardiovascular complication such as
stroke. The four most widely used antihypertensive drugs classes include diuretics, beta-blockers,
calcium channel blockers, and angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitiors. Controlled clinical trial
have demonstrated that treatment patiens with age range of 21-70 years with hydochlorothiazide,
atenolol, nitrendipine, and enalpril showed no superiority of the new dryg classes. The main
determinant of response to different drugs is the patient’s age. Younger patients respond well to ACE
inhibitiors, angiotension receptors blockers (A), and beta blockers (B). Elderly patients respond well to
calcium channel blockers (C), and diuretics (D). Target blood pressure is 14-/85 and less than 50% of
patients are likely to reach these targets on one drug (monotherapy). The best combinations is one of (A
or B) + (C or D). Despite the clear benefits of trating hyperetension, this approach alone will not prevent
all of the BP-related cardiovascular-renal disease in the community. Primary prevention of hypertension
is a natural extension of hypertension treatment (J.Kedokteran Trisakti 2001;20(2):101-07).
ABSTRAK
Meningginya tekanan darah (TTD) berhubungan dengan meningkatnya risiko untuk terjadinya
penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung, insufisiensi renal, dan penyakit vaskuler perifer.
Berbagai intervensi sangat efektif untuk mencegah hipertensi, misalnya pengendalian berat badan,
mengurangi asupan sodium chloride, meningkatnya aktifitas fisik, mengurangi konsumsi alcohol, dan
manajemen stress. Tujuan utama dari pengobatan farmakologi untuk hipertensi adalah mencegah
terjadinya kompikasi kardiovaskuler seperti stroke. Empat jenis obat anti-hipertensi untuk pasien
dewasa yang paling banyak digunakan adalah diuretic, beta-bloker, kalsium antagonis, dan angiotensin-
converting enzyme (ACE) inhibitors. Penelitian klinik dengan menggunakan control, memberikan obat
hipertensi hidrokloorotiasid, atenolol, nitrendipine, dan enalapril pada pasien berusia 21-70 tahun
menunjukkan obat baru tidak lebih unggul. Determinan utama terhadap respons pengobatan adalah
usia pasien. Usia mudah responsive terhadap obat ACE inhibitoris, angiotension receptors blockers (A),
dan beta blockers (B). Pada lansia lebih responsive terhadap obat kalsium antagonis (C) dan diuretic (D).
Sasaran pengobatan hipertensi adalah TD 140/85 dan <50% pasien yang dapat mencapai sasaran
tersebut dengan satu macam obat (monoterapi). Kombinasi terbaik adalah satu dari (A atau B) + satu
dari (C dan D). pengobatan hipertensi terbukti sangat bermanfaat namun pengobatan saja tidak mampu
mencegah penyakit kardiovaskulerrenal di masyarakat. Pencegahan terhadap hipertensi yang
merupakan kepanjangan alami dari pengobatan sangat penting.
Kata kunci : Hipertensi, pengobatan farmakologik, pencegahan, pasien usia muda, pasien lansia.
PENDAHULUAN menekankan pada risiko yang berkaitan dengan
meningginya TDD. Namun akhir-akhir ini
Hipertensi merupakan pembunuh meningginya TDS mulai banyak diteliti. (2) Resiko
tersembunyi (“silent killer”) dan perannya terjadinya kesakitan dan kematian penyakit
terhadap gangguan jantung dan otak tidak kardiovaskuler semakin meningkat dengan
diragukan lagi. Survei Kesehatan Rumah Tangga meningginya TDS. Berbagai penelitian
yahun 1995 menunjukkan prevalensi hipertensi menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah
semakin meningkat dibandingkan tahun-tahun dapat menurunkan morbiditas yang sering
sebelumnya. (1) Baik di Negara maju maupun diukur dengan oarameter serangan stroke dan
berkembang terjadi kecenderungan infark miokard akut. (1,2,6,7) Di Amerika Serikat
meningkatnya prevalensi hipertensi. Hasil antara tahun 1980-1991, jumlah penderita
National Health and Nutrition Examination hipertensi yang terkontro sampai dibawah
Survei (NHANES III) di Amerika Serikat tahun 140/90 mmHg meningkat dari 10% menjadi 29%
1989-91, menunjukkan sekitar 50 juta atau satu dan ini menyebabkan penurunan yang dramatis
dari 4 organ dewasa menderita tekanan darah dari mobiditas dan mortalitas akibat hipertensi.
tinggi (tekanan darah sistolik/TDS lebih dari 90 Sebagai contoh angka kematian akibat stroke
mmHg) berdasarkan hasi satu kalipengukuran. turun mendekati 60% dan akibat payah jantung
(2)
Prevalensi hipertensi semakin meningkat koroner (PJK) turun 53%. (2) Meningginya
dengan bertabahnya usia. Ternyata kematian tekanan darah merupakan factor penting bagi
dan cacad akibat penyakit jantung koroner (PJK) terjadinya PJK dan stroke, dan jelas merupakan
dan serebrovaskuler meningkat secara tajam di tantangan bagi dokter praktek untuk
berbagai Negara berkembang dan merupakan mengendaikan hipertensi baik secara individu
penyebab kematian utama. (3) Hipertensi maupun masyarakat.
merupakan faktor resiko terpenting untuk
penyakit jantung, koroner, stroke, gagal Batasan hipertensi
jantung, insufisiensi ginjal dan vaskuler perifer.
Faktor resiko tersebut tidak membedakan jenis Hipertensi atau tekanan darah yang
kelamin dan usia. Dibandingkan dengan meninggi bersifat arbitrary, berarti penentuan
penderita normotensi, risiko absolut hipertensi titik potong (cut-off point) sebagai batas antara
akan lebih progeresif dengan normotensi dan hipertensi sangat tergantung
meningkatnyausia. Banyak studi lebih dari kondisi popilasu setempat (table 1). (3)
Ukuran tekanan darah erat berkaitan dengan resiko penyakit kardiovaskuer, dan itulah
sebabnya definisi hipertensi ditetapkan secara arbitrary.
Ternayata banyak penyakit yang berkaitan menurunkan tekanan darah dijumpai pada individu
yang dikategorikan normotensi.
Pembuktian tentang manfaat dan resiko menurunkan tekanan darah diperoleh dari penelitian
pada penderita hipertensi.
Masih belum jelas apakah perkiraan efek pengobatan yang diperoleh dari penelitian penderita
hipertensi dapat diekstrapolasikan pada individu dengan tekanan darah rendah.
Perlu dilakukan penelitian untuk menilai manfaat menurunkan tekanan darah pada penderita
resiko tinggi yang tidak menderita hipertensi.
CATEGORY JNC CATEGORY WHO SYSTOLIC DIASTOLOC
(mmHg) (mmHg)
Optimal Optimal <120 <80
Normal Normal <130 <85
High-normal High-normal 130-139 85-89
Hypertension stage 1 (mild) Grade 1 Hypertension (mild) 140-159 90-99
Subgroup : Borderline 140-149 90-94
Hypertension stage 2 Grade 2 Hypertension 160-179 100-109
(moderate) (moderate)
Hypertension stage 3 Grade 3 Hypertension ≥ 180 ≥ 110
(severe) (severe)
Hypertension stage 4 ≥ 210 ≥ 120
(very severe)
Isolated Systolic ≥ 140 <90
Hypertension Subgroup: 140-149 <90
borderline
WHO(3) dan Joint National Committee VI sphygmomanometer ketelitiannya harus
(JNC VI) (4) mempunyai kriteria gradasi tekanan dibandingkan dengan merkuri
darah yang sama, hanya berbeda dalam istilah: sphygmomanometer (3,4)
stage dan grade (Tabel 2).
Kriteria normal (normotensi) digunakan Akhir-akhir ini banyak tersedia alat
bila tekanan darah <130/85 mmHg dan berlaku tensimeter komersial non-invasive
untuk orang dewasa (≥ 18 Tahun) yang tidak semiautomatic dan automatic, yang banyak
sedang memakai obat anti hipertensi (OAH) dan digunakan di rumah tangga. Namun alat
tidak menderita penyakit akut. Menurut WHO tersebut harus divalidasi untuk menilai
akhir-akhir ini banyak Negara berkembang ketelitiannya dengan tensimeter merkuri
mengalami kecendrungan seperti Negara maju, sebagai standard. Pengukuran TD yang
hal inilah yang mendukung guidelines dari WHO dilakukan sendiri di luar klinik dapat
berlaku secara global.(3) Untuk mendektesi ada memberikan informasi penting untuk menilai
tidaknya kenaikan TD perlu dilakukan penderita hipertensi dan memonitor respons
pengukuran berulang. Pengukuran TD berulang pengobatan tekanan darah Klinis harus
dilakukan dengan cara standar menggunakan menerangkan arti dari hasil pemeriksaan TD
merkuri sphygmomanometer, bila dan menyarankan perlunya pemeriksaan
menggunakan non-merkuri (aneroid) berkala (Tabel 3).(4)