You are on page 1of 8

Jurnal Kesehatan

Volume 11, Nomor 1, Tahun 2020


ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Literature Review: Depresi Postpartum

Literature Review: Postpartum Depression

Retno Arienta Sari


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT/ ABSTRAK

Article history: Postpartum depression is a mood disorder that occurs after delivery. This disorder
usually occurs around 2-6 weeks after giving birth. Research shows that the incidence
Received date of postpartum depression is 1 to 2 of 1000 births and that 25% of mothers who have
22 Aug 2019 just given birth experience severe postpartum depression and that in mothers giving
birth to their next child around 20%. Symptoms of postpartum depression include
Revised date depressed mood, loss of interest or pleasure in the activity, impaired appetite, sleep
24 Jan 2020 disturbance, physical agitation or psychomotor slowdown, weakness, feeling useless,
difficulty concentrating, even suicidal ideation. It is important to do an early diagnosis
Accepted date of postpartum depression to both prevent and make symptoms worse. Mothers with
30 Apr 2020 postpartum depression need to get broad and maximum management from various
parties, including families, closest people, and health workers from multidisciplinary
sciences. In its handling, non-pharmacological therapies can be given such as
Keywords: psychological therapy and changes in daily behavior and also pharmacological
therapies that previously need to be consulted to doctors such as tricyclic
Depression; antidepressant drugs (TCAs) to reduce symptoms of postpartum depression.
Mood disorder;
Mother;
Postpartum.

Kata kunci: Depresi postpartum adalah suatu gangguan mood yang terjadi setelah melahirkan.
Gangguan ini biasanya terjadi sekitar 2-6 minggu setelah melahirkan. Penelitian
Depresi; membuktikan bahwa angka kejadian depresi postpartum adalah 1 sampai 2 dari 1000
Gangguang mood; kelahiran dan 25% ibu yang baru pertama melahirkan mengalami depresi pasca
Ibu; melahirkan yang berat dan pada ibu yang melahirkan anak selanjutnya sekitar 20%.
Postpartum. Gejala dari depresi postpartum meliputi mood yang tertekan, hilangnya ketertarikan
atau senang dalam beraktivitas, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, agitasi fisik
atau pelambatan psikomotor, lemah, merasa tidak berguna, susah konsentrasi, bahkan
keinginan untuk bunuh diri. Penting dilakukan diagnosis dini depresi postpartum
adalah untuk mencegah maupun memperparah gejala yang ditimbulkan. Ibu dengan
depresi postpartum perlu mendapatkan penatalaksanaan secara luas dan maksimal
dari berbagai pihak, meliputi keluarga, orang terdekat, dan tenaga kesehatan dari
multidisiplin ilmu. Dalam penanganannya, dapat diberikan terapi non-farmakologis
seperti terapi psikologis dan perubahan perilaku sehari-hari dan juga terapi
farmakologis yang sebelumnya perlu dikkonsulkan ke dokter seperti obat golongan
tricyclc antidepressant (TCAs) untuk mengurangi gejala dari depresi postpartum.

Corresponding Author:

Retno Arienta Sari


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Indonesia
Email: retnoarientaar@gmail.com

PENDAHULUAN yang disebut depresi pasca melahirkan atau


Postpartum Depression (Elvira, Ismail, Moegni,
Masa kehamilan hingga saat melahiran & Herqutanto, 2013).
merupakan suatu peristiwa kompleks yang Depresi postpartum adalah suatu
berpengaruh bagi seorang ibu. Banyak perubahan gangguan mood yang terjadi setelah melahirkan
yang dapat menyebabkan gangguan baik dari dan merefleksikan disregulasi psikologikal yang
aspek fisik dan psikologikal. Perubahan tersebut merupakan tanda dari gejala depresi mayor.
dapat menjadi suatu depresi setelah melahirkan (Pradnyana, Wayan Westa, & Ratep, 2013)
167
168 Jurnal Kesehatan, Volume 11, Nomor 1, Tahun 2020, hlm 167-174

Gangguan mood ini biasanya terjadi 2-6 minggu mengalami keterlambatan dari berbagai aspek,
setelah melahirkan dengan karakterististik yaitu baik dari segi kofnitif, psikologi, neurologi, dan
perasaan depresi, kecemasan yang berlebihan, motorik Bayi juga akan cenderung lebih rewel
insomnia, dan perubahan berat badan (Ardiyanti sebagai respon untuk mencari dan mendapatkan
& Dinni, 2018). perhatian dari ibunya (American Academy of
Kondisi depresi postpartum merupakan Pediatrics, American College of Obstetricians
suatu keadaan yang serius, dimana sebuah and Gynecologists., 2012).
penelitian membuktikan bahwa 25% ibu yang Meninjau hal tersebut sangat penting
baru pertama melahirkan mengalami depresi dilakukan diagnosis dini untuk mencegah depresi
pasca melahirkan yang berat dan pada ibu yang postpartum maupun memanajemen ibu yang
melahirkan anak selanjutnya sekitar 20% sudah terdiagnosis agar tidak semakin
(Kusuma, 2017). memperparah kondisinya. Diagnosis dan
Angka kejadian depresi postpartum adalah manajamen tersebut perlu dilakukan sejak dini
1 sampai 2 dari 1000 kelahiran dan sekitar 50 terutama di negara berkembang karena besarnya
sampai 60% ibu mengalami depresi postpartum jumlah populasi serta tingginya angka kesuburan
saat memiliki anak pertama, dan sekitar 50% ibu (Burgut, Bener, Ghuloum, & Sheikh, 2013).
yang mengalami postpartum tersebut memiliki
riwayat keluarga dengan gangguan mood
(Prayoga, Dira, Ayu, & Wahyuni, 2016). PEMBAHASAN
Angka prevalensi kejadian deresi
postpartum secara global mencapai hingga 10- Definisi Depresi Postpartum
15%. Di negara seperti Malta, Malaysia, Austria,
Denmark, dan Singapura, hanya ada sedikit Depresi postpartum merupakan gangguan
laporan mengenai kejadian tersebut. Sementara mood yang terjadi setelah melahirkan. Gangguan
itu di negara seperti Brazil, Afrika Selatan, ini merefleksikan disregulasi psikologikal yang
Taiwan, Korea, Italia, dan Kosta Rika, laporan merupakan tanda dari gejala-gejala depresi mayor
mengenai terjadinya gejala depresi postpartum (Kusuma, 2017). Depresi postpartum biasanya
cukup tinggi. Bahkan sebuah penelitian yang dialami oleh ibu setelah 4 minggu melahirkan.
dilakukan di India, melibatkan 359 ibu primipara, Tanda-tanda yang menyertainya adalah perasaan
didapatkan insiden depresi postpartum sebanyak sedih, menurunnya suasana hati, kehilangan
11% (Motzfeldt, Andreasen, Pedersen, & minat dalam kegiatan sehari-hari, peningkatan
Pedersen, 2013). atau penurunan berat badan secara signifikan,
Angka kejadian depresi postpartum di Asia merasa tidak berguna atau bersalah, kelelahan,
cukup tinggi dan bervariasi antara antara 26-85%. penurunan konsentrasi bahkan ide bunuh diri.
Sedangkan di Indonesia angka kejadian tersebut Pada kasus yang berat depresi dapat menjadi
antara 50-70% dari wanita pasca persalinan. psikotik, dengan halusinasi, waham dan pikiran
Penelitian di beberapa rumah sakit di Indonesia untuk membunuh bayi. Diketahui sekitar 20–40%
seperti di RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun wanita melaporkan adanya suatu gangguan
2009 bahwa dari 50 ibu postpartum spontan emosional atau disfungsi kognitif pada masa
dirawat inap sebanyak 16% mengalami depresi pascapersalinan (Nasri, Wibowo, & Ghozali,
postpartum (Kurniasari & Astuti, 2015). Pada 2017).
tahun 2017 di RS KIA Sadewa Yogyakarta, Dampak negatif dari depresi postpartum
kejadian depresi postpartum adalah sebanyak tidak hanya dialami oleh ibu, namun dapat
7,7%. Hal ini menandakan bahwa kejadian berdampak pada anak dan keluarganya juga. Ibu
depresi postpartum perlu mendapatkan perhatian yang mengalami depresi tersebut, minat dan
mengingat masih banyaknya insiden yang terjadi ketertarikan terhadap bayinya dapat berkurang.
di berbagai daerah (Diniyah, 2017). Ibu menjadi kurang merespon dengan positif
Seorang ibu yang mengalami gangguan seperti pada saat bayinya menangis, tatapan
depresi postpartum biasanya memiliki mood yang matanya, ataupun gerakan tubuh. Akhirnya ibu
tertekan, hilangnya ketertarikan atau senang yang mengalami depresi postpartum tidak
dalam beraktivitas, gangguan nafsu makan, mampu merawat bayinya secara optimal
gangguan tidur, agitasi fisik atau pelambatan termasuk menjadi malas memberikan ASI secara
psikomotor, lemah, merasa tidak berguna, susah langsung (Wahyuni, 2014).
konsentrasi, bahkan keinginan untuk bunuh diri
(Roswiyani, 2010). Efek dari depresi postpartum
ini tidak hanya terjadi pada ibu, namun bisa juga
terjadi pada bayi dari ibu tersebut. Bayi akan
Sari, Literature Review: Depresi Postpartum 169

Etiologi dan Faktor Risiko di kelenjar pineal otak menjadi berkurang.


Hormon tersebut adalah hormon melatonin.
Penyebab depresi postpartum belum Terganggunya produksi hormon tersebut
diketahui secara pasti, namun banyak penelitian merupakan kontributor terhadap depresi
dan pustaka yang menyebutkan penyebab postpartum (Sharkey, Pearlstein, &
gangguan tersebut dapat berasal dari faktor Carskadon, 2013).
biologis maupun psikososial. Penurunan hormon Sebuah studi membuktikan bahwa ibu
progesteron yang signifikan dapat mempengaruhi primipara atau ibu yang baru pertama kali
suasana hati dari ibu. Perubahan itu terlihat melahirkan lebih banyak mengalami depresi
dengan adanya gejala depresi seperti lemas dan postpartum. Hal tersebut terjadi karena
lesu (Brockington, 2009). ketidaksiapan ibu primipara secara psikologis
Berbagai faktor fisiologis dan psikososial dalam menghadapi kelahiran bayi lebih besar
diteliti dapat menjadi penyebab dari depresi daripada ibu multipara atau yang sudah
postpartum. Beberapa hal yang diduga menjadi melahirkan lebih dari sekali. Ibu multipara sudah
etiologi depresi postpartum antara lain memilki pengalaman mengadapi kelahiran
(Brummelte & Galea, 2016): sebelumnya sehingga tidak stres dalam
1. Neurologi postpartum menyambut kelahiran anak tersebut (Soep, 2011).
Depresi postpartum secara mekanisme biologi Pada penelitian yang dilakukan oleh
berhubungan dengan adanya gangguan Kusuma, terdapat hubungan antara pekerjaan
depresif mayor. Secara umum, depresi dengan kejadian depresi postpartum. Keadaan
berintegritas dengan penyakit pada sirkuit ibu yang harus kembali bekerja setelah
neuron dengan ditandai adanya pengurangan melahirkan dapat memicu timbulnya depresi. Ibu
volume otak. Pengurangan ini terjadi pada yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
seseorang yang mengalami gejala depresi peran dan aktivitas barunya sebagai seorang ibu
mayor. Semakin lama seseorang mengalami dapat mengalami gangguan psikologis atau
gejala tersebut, maka akan semakin berkurang depresi postpartum (Kusuma, 2017).
volume otaknya. Jumlah yang berkurang yaitu Menurut penelitan Kurniasari (2015,
protein otak yang berfungsi mencetuskan terdapat hubungan antara umur ibu, dengan
pertumbuhan neuron dan formasi sinaps. kejadian depresi postpartum. Semakin muda usia
Adanya stres dan depresi dapat mengurangi ibu, maka akan semakin berisiko menimbulkan
jumlah protein otak tesebut. Penelitian juga gangguan depresi postpartum. Hal ini
menunjukkan bahwa setelah dilahirkannya dikarenakan usia yang muda cenderung tidak siap
plasenta pada saat persalinan maka kadar dalam perubahan perannya sebagai ibu, yaitu
estrogen dan progesterone plasma dari sang dalam kesiapan fisik, mental, finansial, dan juga
ibu mulai turun secara drastis. Kedua hormon sosial. Tidak hanya usia muda, namun usia yang
tersebut memilki efek neural pada konsentrasi terlalu tua juga dapat menjadi faktor risiko karena
psikologis. Maka dari itu, dengan adanya adanya faktor kelelahan dan keadaan anatomi
penurunan drastis dari hormon tersebut dapat tubuh yang sudah tidak baik lagi untuk hamil dan
berefek pada psikologis. bersalin. Sementara itu, terdapat juga hubungan
2. Gangguan Autoimun antara tingkat pendidikan ibu dan kejadian
Selama persalinan, seorang ibu terpapar depresi. Ibu yang tingkat pendidikannya rendah
berbagai antigen fetal. Suatu penelitian akan mempunyai jumlah anak yang banyak dan
menduga bahwa akibat adanya paparan kualitas dalam perawatan bayi juga tidak baik
tersebut berefek pada kondisi psikologis ibu. Kehamilan yang terjadi pada usia muda ,
Seorang ibu menjadi cenderung emosional biasanya terjadi pada perempuan yang putus
yang diduga asalnya dari gangguan autoimun sekolah. Semakin tinggi pendidikan ibu, maka
tersebut. akan semakin baik juga pengetahuannya karena
3. Gangguan Tidur dan Ritme Sikardian akan banyak informasi yang didapat. Paritas juga
Ketika seorang ibu melahirkan maka ia akan berhubungan dengan risiko terjadinya depresi
mengalami masa adaptasi untuk perannya postpartum. Gangguan postpartum berkaitan
yang baru. Dengan adanya peran baru tesebut, dengan status paritas adalah riwayat obstetri
seorang ibu menjadi kekurangan waktu pasien yang meliputi riwayat hamil sampai
tidurnya karena harus menjaga bayinya. bersalin serta apakah ada komplikasi dari
Aktivitas itu cenderung membuat ibu menjadi kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi
kelelahan atau fatigue sehingga bisa memicu lebih banyak pada wanita primipara. Wanita
terjadinya depresi. Kurangnya waktu tidur primpara rentan terjadi gangguan depresi karena
menyebabkan hormone tidur yang dihasilkan setelah melahirkan wanita tersebut berada dalam
170 Jurnal Kesehatan, Volume 11, Nomor 1, Tahun 2020, hlm 167-174

proses adaptasi, yang pada mulanya hanya 1. Schedule of Afective Disorders and
memikirkan diri sendiri namun begitu bayi lahir, Schizophrenia (SADS)
jika ibu tidak siap dan paham akan peran barunya SADS terdiri dari beberapa pertanyaan
maka ibu menjadi bingung sementara bayinya terbuka yang berkaitan dengan gejala dengan
harus tetap dirawat. Maka dari itu diperlukan penjajakan untuk pertanyaan berikutnya.
juga adanya dukungan suami dalam menghadapi Terdapat 11 gejala depresif dalam delapan
masa-masa adaptasi tersebut. Kurangnya kategori yaitu gangguan makan, gangguan
dukungan suami yang dapat berisiko tidur, kelelahan, kurang semangat, perasaan
menimbulkan depresi pada ibu yang baru bersalah, gangguan konsentrasi, keinginan
melahirkan. Dukungan suami yang dapat berupa bunuh diri, dan gangguan motorik. Setiap
perhatian, komunikasi dan hubungan emosional gejala tersebut diberi skor 1-6 oleh pemeriksa
yang intim. Jika hal-hal tersebut tidak terjalin dengan skor minimal 3 (ringan) pada setiap
dengan baik, dapat menjadi faktor yang paling gejalanya. Gejala tersebut harus minimal
bermakna menjadi pemicu terjadinya depresi terjadi selama 2 minggu.
postpartum pada ibu (Kurniasari & Astuti, 2015) 2. Structured Clinical Interview for DSM-IV-R
Selain itu, depresi postpartum juga dapat (SCID)
disebabkan oleh pengaruh dari jenis persalinan. SCID merupakan wawancara berbasis klinis
Penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti yang menggabungkan kriteria diagnosis
membuktikan bahwa ibu dengan persalinan DSM-IV dan memiliki versi berbeda yang
bedah lebih banyak mengalami depresi digunakan untuk pasian rawat inap, rawat
postpartum dibandingkan dengan persalinan jalan, hingga yang bukan populasi klinis.
pervagina. Hal tersebut terjadi karena proses Instrumen ini terdiri dari enam modul yang
penyembuhan dari persalinan bedah memakan memerlukan 45-60 menit untuk
waktu yang cukup lama sehingga menghambat melengkapinya.
ibu untuk menjalani peran barunya (Ariyanti, 3. Standard Psychiatric Interview (SPI)
Nurdiati, & Astuti, 2016). SPI merupakan wawancara yang digunakan
bukan untuk individu, namun survey
Diagnosis komunitas. Instrumen ini terdiri dari 10 gejala
psikiatrik.
Melahirkan, dilihat dari sudut pandang 4. Present State Examination (PSE)
kedokteran psikologi, merupakan peristiwa PSE merupakan wawancara yang digunakan
kompleks dalam pengalaman seorang manusia. untuk mencari gejala yang terjadi 4 minggu
Ibu yang baru melahirkan rentan mengalami sebelum dilakukan wawancara tersebut.
gangguan kejiwaan akibat pengaruh fisik dan Biasanya instrumen ini digunakan untuk studi
perubahan psikologis saat melahirkan. Maka dari dan penelitian mengenai depresi postpartum.
itu sangat penting untuk melakukan deteksi dan 5. Hamilton Rating Scale for Depression
mendiagnosis dini dari depresi postpartum agar (HSRD)
tidak terjadi hal yang lebih buruk (Brockington, HSRD adalah instrumen untuk menilai
2009). keparahan depresi bagi pasien yang sudah
Evaluasi wanita dengan kemungkinan terdiagnosa. Terdiri dari 17 gejala depresi dan
depresi postpartum membutuhkan anamnesis sering digunakan pada beberapa literatur yang
yang cermat untuk memastikan diagnosis, membahaas depresi postpartum.
mengidentifikasi apakah ada gangguan lainnya, 6. Edinburgh Postnatal Depression Scale
dan mengelola masalah medis dan psikososial (EDPS)
yang terkontribusi didalamnya. Sekitar 70% dari EDPS adalah instrument yang berupa
ibu yang baru melahirkan memiliki gejala kuisioner 10 item yang mudah dijalankan, dan
depresi ringan yang umumnya akan memuncak merupakan alat skrining yang efektif dan
pada rentang 2 hinggan 5 hari setelah melahirkan. spesifik untuk menskrining depresi
Gejala tersebut biasanya mulai mereda secara postpartum secara internasonal. Dari 10
spontan dalam waktu 2 minggu, namun jika tidak pertanyaan tersebut, masing-masing
terdeteksi dengan cepat dan terlambat ditangani, pertanyaan memiliki nilai 1-3, dengan skor
dapat berkembang menjadi depresi yang disebut total maksimal 30 poin. Jika seorang
depresi postpartum (Stewart & Vigod, 2016). perempuan mendapatkan poin l0 atau lebih
Kriteria yang digunakan dalam skrining dan memiliki pikiran untuk membahayakan
penegakkan diagnosis depresi postpartum dapat diri sendiri maupun bayinya, maka diperlukan
digunakan beberapa instrumen antara lain wawancara lebih lanjut dengan psikiater untuk
(Gjerdingen & Yawn, 2007): melihat gejala dan menentukan diagnosis.
Sari, Literature Review: Depresi Postpartum 171

Pada umumnya, perempuan yang terjadi pada semua wanita yang mengalami
mendapatkan hasil EPDS antara 5-9 dengan depresi diobati dengan baik psikoterapi atau
gejala depresi tanpa ide bunuh diri harus farmakoterapi, dibandingkan dengan 92% wanita
dievaluasi kembali 2-4 minggu setelah tes dengan depresi yang tidak diobati. Intervensi
dilakukan (Gondo, 2012). suportif dan psikologis lebih efektif ketika
Instrumen skrining tersebut memiliki dilakukan setelah melahirkan dibandingkan saat
kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam mereka diinisiasi selama kehamilan Nutrisi yang
menegakan diagnosis depresi postpartum. sehat, oalhraga teratur , dan tidur yang cukup
Instrumen yang sering digunakan dalam juga dianjurkan, meskipun bukti untuk
penegakan diagnosis adalah EDPS. Sementara mengurangi risiko depresi pascapersalinan atas
untuk yang lainnya lebih sering digunakan dalam faktor-faktor dasar ini masih terbatas (Stewart &
penelitian dan studi mengenai depresi Vigod, 2016).
postpartum. Dalam menatalaksana ibu dengan depresi
Selain instrumen yang telah disebutkan di postpartum, butuh penanganan secara luas baik
atas, dapat juga digunakan Pedoman dengan diberikannya terrapin non-farmakologis
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di dan farmakologis. Melalui terapi non-
Indonesia edisi III (PPDGJ-III) skrining farmakologis, yaitu terapi psikologis, ibu dapat
gangguan depresi postpartum. Pada kriteria menemukan cara tepat untuk menghadapi gejala
tersebut, depresi postpartum merupakan depresi tersebut, mengatasi gangguan yang
gangguan jiwa yang berhubungan dengan masa muncul, atau berpikir positif ketika situasi sedang
nifas (tidak lebih dari 6 minggu setelah tertekan (Pearlstein, Howard, Salisbury, &
persalinan), yang tidak memenuhi kriteria di Zlotnick, 2009).
tempat lain, serta memenuhi kriteria episode Tatalaksana dalam perawatan depresi
depresi. Adapun episode depresi tersebut seperti postpartum bervariasi tergantung dengan tingkat
afek depresif, kehilangan minat, mudah lelah, keparahan dari gejalanya, termasuk
berkurangnya konsentrasi, terganggunya waktu kemampuannya untuk merawat dan berinteraksi
tidur, dan nafsu makan berkurang. Episode dengan bayu yang baru lahir. Jika baru terjadi
tersebut terjadi sekurang-kurangnya selama dua gejala ringan atau sedang maka dapat dikelola
minggu (Maslim, 2013). dalam perawatan primer terdekat namun lebih
Sedangkan pada kriteria Diagnostic And baik jika langsung dirujuk ke bagian psikiatrik
Statisctical Manual of Mental Disorders, edisi untuk mencegah komplikasi yang lebih parah,
keempat (DSM-IV) dan juga dibantu oleh uji terutama ketika ibu sudah memiliki pikiran untuk
Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), mencelakai atau membahayakan diri sendiri dan
ibu dengan gejala depresi postpartum orang lain. Namun dalam melakukan perawatan
didefinisikan dengan beberapa gejala mayor, di depresi postpartum dapat terjadi beberapa
mana salah satunya harus ada mood yang tertekan kendala bagi sebagian orang, seperti masalah
atau penurunan kesenangan. Gejala tersebut keuangan, transportasi, dan penitipan anak.
antara lain gangguan nafsu makan, agitasi fisik Untuk wanita dengan gejala ringan, intervensi
atau pelambatan psikomotor, lemah, menurunnya psikososial yang dapat diberikan contohnya ialah
konsentrasi, dan adanya keinginan bunuh diri. meningkatkan dukungan, seperti dukungan dari
Ibu juga sering merasakan insomnia meskipun teman sebaya dan konseling yang dilakukan oleh
bayinya telah tertidur. Gejala-gejala tersebut praktisi kesehatan yang professional. Intervensi
harus ada sepanjang hari dan terjadi tersebut merupakan lini pertama dalam perawatan
seminimalnya selama dua minggu (Guze, 2014). depresi postpartum. Sebuah penelitian meta-
analisis menunjukkan bahwa wanita yang dirawat
Penatalaksanaan dengan intervensi psikososial lebih kecil
memungkinannya untuk tetap depresi pada 1
Wanita yang mengalami depresi yang tidak tahun postpartum dibandingkan wanita yang
diobati selama kehamilan memiliki risiko tujuh hanya menerima perawatan standar di layanan
kali lipat mengalami depresi postpartum dari primer. Untuk wanita dengan gejala penyakit
wanita yang tidak memiliki gejala depresi sedang, dan untuk mereka dengan gejala penyakit
antenatal; oleh karena itu, pengobatan depresi ringan yang tidak dapat merespon intervensi
antenatal penting untuk pencegahan depresi psikososial saja, dapat direkomendasikan untuk
pascapersalinan. Dalam satu penelitian mendapatkan psikoterapi formal seperti terapi
observasional kecil yang melibatkan 78 wanita perilaku kognitif dan terapi interpersonal. Terapi
yang menerima diagnosis depresi pada trimester ini diberikan secara berkelompok maupun
pertama kehamilan, depresi pascapersalinan tidak individu dalam kurun waktu 12 hingga 16
172 Jurnal Kesehatan, Volume 11, Nomor 1, Tahun 2020, hlm 167-174

minggu. Terapi perilaku kognitif berfokus pada spsikiater dan mendapatkan perawatan intensif
perubahan pola pikir maladaptif, perilaku, atau kembali (Stewart & Vigod, 2016).
keduanya, untuk menghasilkan perubahan positif Namun bagi ibu yang menderita depresi
dalam keadaan emosional. Sementara itu, terapi postpartum yang cukup parah, sebaiknya
interpersonal adalah terapi suasana hati untuk melakukan kunjungan ke dokter agar dapat
hubungan interpersonal dan berfokus pada diberikan terapi farmakologis seperti golongan
peningkatan hubungan untuk membantu dengan tricyclc antidepressant (TCAs). Terapi ini akan
transisi peran seorang wanita menjadi orang tua meringankan gejala-gejala dari depresi
baru (Stewart & Vigod, 2016). postpartum sehingga dapat menjalani kegiatan
Seorang ibu yang mengalami depresi sehari-hari secara normal (Guille, et al., 2013)
jangan segan untuk selalu menceritakan segala Keanekaragaman gejala dari depresi
keluh kesahnya kepada keluarga atau orang lain postpartum, risiko terhadap bayi, dan
yang dapat mengerti dan bisa membantu. Selain keterampilan dari sumber daya yang dibutuhkan,
itu, istirahat yang cukup juga diperlukan agar maka sangat dibutuhkan pelayanan rawat inap
dapat menghindari diri dari perasaan depresi yang terspesialisasi untuk gejala tersebut.
akibat kelelahan, misalnya dengan meminta Diperlukan adanya layanan ibu dan anak dari
bantuan orang lain yang dapat dipercaya untuk tenaga medis yang berasal dari multidisiplin
bergantian mengurusi bayi. Dari segi pola makan, ilmu, termasuk psikiater, psikolog, perawat, dan
harus diberikan secara teratur dengan menu yang juga tenaga sosial. Dimana tujuannya adalah
sehat dan seimbang diikuti olahraga ringan agar untuk pencegahan, diagnosis dini, dan intervensi,
mood dapat membaik (Guille, Newman, Fryml, dengan gangguan keluarga yang minimal.
Lifton, & Epperson, 2013) Dengan adanya tim yang mendukung tersebut,
Jika sudah dilakukan terapi perilaku ibu yang mengalami depresi postpartum dapat
kognitif dan interpersonal maupun terapi non- terlayani dan termanajemen dengan baik.
farmakologis namun tidak berhasil, maka dapat (Brockington, 2009).
diberikan terapi farmakologi. Terapi ini juga
dapat diberikan jika penderita depresi postpartum
lebih menyukai obat-obatan daripada terapi SIMPULAN
perilaku. Antidepresan yang dianggap dapat
berkompatibel dengan ibu menyusui harus Pentingnya dilakukan diagnosis dini
diresepkan oleh psikiater. Selain antidepresan, depresi postpartum adalah untuk mencegah
biasanya dapat juga diberikan sertraline. Untuk maupun memperparah gejala yang ditimbulkan.
ibu depresi postpartum yang sedang menyusui Banyak instrumen yang dapat digunakan untuk
biasanya diberikan pengobatan dengan dosis 50 skrining dalam penegakan diagnosis depresi
mg setiap harinya selama 1 minggu. Setelah itu, postpartum, salah satunya yang paling efektif
di evaluasi kembali dan dilihat efek samping dari yaitu instrument EDPS. Ibu dengan depresi
obat tersebut. Jika masih ada keinginan untuk postpartum perlu mendapatkan penatalaksanaan
membahayakan diri sendiri dan orang lain, maka secara luas dan maksimal dari berbagai pihak,
ditambahkan dosis sesuai dengan kebutuhan meliputi keluarga, orang terdekat, dan tenaga
(misalnya ditambah 50mg setiap 2 minggu kesehatan dari multidisiplin ilmu. Dalam
dengan dosis harian maksimal 200 mg hingga penanganannya, dapat diberikan terapi non-
tercapainya remisi dengan sempurna. Terapi farmakologis seperti terapi psikologis dan
farmakologi umumnya dilanjutkan 6 hingga 12 perubahan perilaku sehari-hari dan juga terapi
bulan setelah remisi sempurna untuk mengurangi farmakologis seperti obat golongan tricyclc
risiko kekambuhan. Jika gejala-gejala masih antidepressant (TCAs) yang sebelumnya
berulang dan terus mengalami kekambuhan maka dikonsulkan ke dokter.
disarankan untuk berkonsultasi kembali dengan

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics. American Ardiyanti, D., & Dinni, S. M. (2018). Aplikasi
College of Obstetricians and Model Rasch dalam Pengembangan
Gynecologists. (2012). Guidelines for Instrumen Deteksi Dini Postpartum
perinatal care. 7th ed. American Academy Depression. Jurnal Psikologi, 45(2), 81.
of Pediatrics and American College of https://doi.org/10.22146/jpsi.29818
Obstetricians and Gynecologists. Ariyanti, R., Nurdiati, D. S., & Astuti, D. A.
Sari, Literature Review: Depresi Postpartum 173

(2016). Pengaruh Jenis Persalinan Kurniasari, D., & Astuti, Y. A. (2015). Hubungan
Terhadap Risiko Depresi Postpartum. Antara Karakteristik Ibu, Kondisi Bayi dan
Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 7(2), 98- Dukungan Sosial Suami dengan
105. Postpartum Blues pada Ibu Dengan
Brockington, I. (2009). Diagnosis and Persalinan SC di Rumah Sakit Umum
management of post-partum disorders: a Ahmad Yani Metro Tahun 2014. Jurnal
review. World Psychiatry : Official Kesehatan Holistik, 9(3), 115-125.
Journal of the World Psychiatric Kusuma, P. D. (2017). Karakteristik Penyebab
Association (WPA), 3(2), 89–95. Retrieved Terjadinya Depresi Postpartum pada
from Primipara dan Multipara. Jurnal
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1663 Keperawatan Notokusumo, 5(1), 36-45.
3463%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.g Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa
ov/articlerender.fcgi?artid=PMC1414675 Rujukan Ringkas dari PPDGJ - III dan
Brummelte, S., & Galea, L. A. M. (2016). DSM - 5. In Diagnosis Gangguan Jiwa
Postpartum depression: Etiology, treatment Rujukan Ringkas dari PPDGJ - III dan
and consequences for maternal care. DSM - 5.
Hormones and Behavior, 77, 153-166. Motzfeldt, I., Andreasen, S., Pedersen, A. L., &
https://doi.org/10.1016/j.yhbeh.2015.08.00 Pedersen, M. L. (2013). Prevalence of
8 postpartum depression in Nuuk, Greenland
Burgut, F. T., Bener, A., Ghuloum, S., & Sheikh, - A cross-sectional study using Edinburgh
J. (2013). A study of postpartum Postnatal Depression Scale. International
depression and maternal risk factors in Journal of Circumpolar Health.
Qatar. Journal of Psychosomatic https://doi.org/10.3402/ijch.v72i0.21114
Obstetrics and Gynecology. Nasri, Z., Wibowo, A., & Ghozali, E. W. (2017).
https://doi.org/10.3109/0167482X.2013.78 Faktor Determinan Depresi Postpartum di
6036 Kabupaten Lombok Timur. Biuletin
Diniyah, K. (2017). Gambaran depresi Penelitian Sistem Kesehatan, 20(3), 89-95.
postpartum di rskia sadewa. Media Ilmu Pearlstein, T., Howard, M., Salisbury, A., &
Kesehatan, 6(2), 162-167. Zlotnick, C. (2009). Postpartum
Elvira, S. D., Ismail, R. I., Moegni, F., & Depression. American Journal of
Herqutanto. (2013). Deteksi, Pencegahan Obstetrics and Gynecology, 200(4), 357-
dan Tata Laksana Depresi pada Ibu Hamil 364.
dan Pascapersalinan. Majalah Kedokteran https://doi.org/10.1016/j.ajog.2008.11.033.
Indonesia, 63, 207-212. Postpartum
Gjerdingen, D. K., & Yawn, B. P. (2007). Pradnyana, E., Wayan Westa, & Ratep, N.
Postpartum depression screening: (2013). Diagnosis Dan Tata Laksana
Importance, methods, barriers, and Depresi Postpartum Pada Primipara.
recommendations for practice. Journal of Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, 1-16.
the American Board of Family Medicine, Prayoga, I. K., Dira, A., Ayu, A., & Wahyuni, S.
20(3), 280-288. (2016). Prevalensi dan Faktor Risiko
https://doi.org/10.3122/jabfm.2007.03.060 Depresi Postpartum Di Kota Denpasar
171 Menggunakan EPDS. E-Jurnal Medika,
Gondo, H. K. (2012). Skrining Edinburgh 5(7), 5-9.
Postnatal Depression Scale (EPDS) Pada Roswiyani. (2010). Post-partum depression. In
Postpartum Blues. Jurnal Ilmiah Pharmaceutical and Biological
Kedokteran, 1(2), 17–29. Evaluations (Vol. 3, pp. 450-455).
Guille, C., Newman, R., Fryml, L. D., Lifton, C. Sharkey, K. M., Pearlstein, T. B., & Carskadon,
K., & Epperson, C. N. (2013). M. A. (2013). Circadian phase shifts and
Management of postpartum depression. mood across the perinatal period in women
Journal of Midwifery and Women’s with a history of major depressive
Health. disorder: A preliminary communication.
https://doi.org/10.1111/jmwh.12104 Journal of Affective Disorders.
Guze, S. B. (2014). Diagnostic and Statistical https://doi.org/10.1016/j.jad.2013.04.046
Manual of Mental Disorders, 4th ed. Soep, S. (2011). Penerapan Edinburgh Post-
(DSM-IV). American Journal of Partum Depression Scale Sebagai Alat
Psychiatry. Deteksi Risiko Depresi Nifas pada
https://doi.org/10.1176/ajp.152.8.1228 Primipara dan Multipara. Jurnal
174 Jurnal Kesehatan, Volume 11, Nomor 1, Tahun 2020, hlm 167-174

Keperawatan Indonesia, 14(2), 95-100. https://doi.org/10.1056/NEJMcp1607649


https://doi.org/10.7454/jki.v14i2.315 Wahyuni, S. M. S. (2014). Faktor Internal dan
Stewart, D. E., & Vigod, S. (2016). Postpartum Eksternal yang Mempengaruhi Depresi
Depression. New England Journal of Postpartum. Jurnal Terpadu Ilmu
Medicine, 375(22), 2177-2186. Kesehatan, 3(2), 131-137.

You might also like