You are on page 1of 24

Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 47

METABAHASA
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

METABAHASA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Journal homepage: http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/metabahasa
Journal Email: metabahasayasika@gmail.com

TEKS EDITORIAL SEBAGAI BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA


KELAS XII DI SMAN 12 BANDUNG
(Kajian Deskriptif Kualitatif Terhadap Fungsi, Struktur, Dan Kaidah Kebahasaan
Dalam Kegiatan Pembelajaran Berbasis Genre)

ALYA FAUZIA KHANSA


Universitas Pendidikan Indonesia
E-mail: alyafauziakhansa@student.upi.edu

E. KOSASIH
Universitas Pendidikan Indonesia
E-mail: ekos_kosasih@yahoo.com

KHOLID ABDULLAH HARRAS


Universitas Pendidikan Indonesia
E-mail: kholid_harras@upi.edu

Article Received: 01 April 2019, Review process: 06 April 2019, Accepted: 05 Mei 2019,
Article published: 30 Juni 2019

ABSTRACT
This research is motivated by different people, function, structure, and rule of
language of editorial text, besides that caused by scarcity of teaching material of
editorial text for high school class XII, and scarcity of editorial text, it entering
students difficulties, especially in making editorial text appropriate to the correct
function, structure, and linguistic rules. Therefore, the researcher conducts research
related to editorial text in SMAN 12 Bandung which is reviewed from the aspect of
content that is function, structure, and linguistic rules. This study aims to describe: 1)
the function of editorial text on class XII teaching materials in SMAN 12 Bandung; 2)
the structure of editorial text on class XII teaching materials at SMAN 12 Bandung; 3)
the rule of language of editorial text on class XII teaching materials at SMAN 12
Bandung; and 4) the development of teaching materials of class XII editorial text at
SMAN 12 Bandung on learning activities based on genre. Theories used in this
research are: 1) basic theory of editorial text proposed by Kosasih, Emilia, Sumadiria,

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 48

Siregar & Suarjana, Rivers and 2) basic theory of teaching material proposed by
Kosasih, Sungkono, Majid, and Prastowo. The method used in this research is
descriptive method with qualitative approach. The data in this study is an editorial text
composed by students of class XII IPS 2 in SMAN 12 Bandung. Technical data
consists of interviews, studies, and questionnaires. The results of this study indicate
that: 1) the functions found in the editorial text of the learner that is the function of
convincing, influencing, informing, and inviting; 2) the structure contained in the
editorial text of the learner's essay is the introduction of issues, arguments, and
concludes; 3) linguistic rules contained in editorial texts by learners are rhetorical
phrases, popular words, pronouns, and conjunctions of causality; and 4) the result of
the study of the function, structure, and rules of language of the editorial text on the
essay of the participants is developed into a teaching material that contains the
construction of context, modeling, concepts, principles, and procedures.

Keywords: editorial text, function, structure, linguistic rules, and teaching materials

ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perbedaan sudut pandang para ahli yang
menyebabkan pemahaman berbeda mengenai fungsi, struktur, dan kaidah
kebahasaan teks editorial, selain itu disebabkan oleh kelangkaan bahan ajar teks
editorial untuk jenjang SMA kelas XII, dan kelangkaan literatur teks editorial, hal
tersebut mengakibatkan peserta didik kesulitan, khususnya dalam pembuatan teks
editorial yang sesuai dengan fungsi, stuktur, dan kaidah kebahasaan yang benar.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian terkait teks editorial di SMAN
12 Bandung yang ditinjau dari segi karakteristik yaitu fungsi, struktur, dan kaidah
kebahasaan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) fungsi teks editorial
pada bahan ajar kelas XII di SMAN 12 Bandung; 2) struktur teks editorial pada bahan
ajar kelas XII di SMAN 12 Bandung; 3) kaidah kebahasaan teks editorial pada bahan
ajar kelas XII di SMAN 12 Bandung; dan 4) pengembangan bahan ajar teks editorial
kelas XII di SMAN 12 Bandung pada kegiatan pembelajaran berbasis genre. Teori
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) teori dasar teks editorial yang
dikemukakan oleh Kosasih, Emilia, Sumadiria, Siregar & Suarjana, Rivers dan 2)
teori dasar bahan ajar yang dikemukakan oleh Kosasih, Sungkono, Majid, dan
Prastowo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Data dalam penelitian ini berupa teks editorial yang
dikarang oleh peserta didik kelas XII IPS 2 di SMAN 12 Bandung. Teknik
pengumpulan data berupa wawancara, kajian isi, dan kuesioner. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: 1) fungsi yang ditemukan dalam teks editorial karangan peserta
didik yaitu fungsi meyakinkan, memengaruhi, memberi tahu, dan mengajak; 2)
struktur yang terdapat dalam teks editorial karangan peserta didik adalah pengenalan
isu, argumen-argumen, dan penutup; 3) kaidah kebahasaan yang terdapat dalam
teks editorial karangan peserta didik adalah ungkapan retoris, kata populer, kata
ganti tunjuk, dan konjungsi kausalitas; dan 4) hasil kajian fungsi, struktur, dan kaidah
kebahasaan teks editorial pada karangan peserta didik dikembangkan menjadi bahan
ajar berupa handout yang berisi tentang pembangunan konteks, pemodelan, konsep,
prinsip, dan prosedur.

Kata Kunci: teks editorial, fungsi, struktur, kaidah kebahasaan, dan bahan ajar

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 49

Editorial adalah satu bentuk opini yang lazim ditemukan dalam surat kabar,
tabloid, atau majalah Sumadiria (2009, hlm. 82). Editorial adalah kolom khusus
dalam surat kabar yang berisikan tanggapan redaksi dari media yang bersangkutan
terhadap suatu peristiwa aktual (Kosasih, 2016, hlm. 282). Sumadiria (2009, hlm. 8)
juga mengemukakan karakter dan kepribadian pers tercermin dalam tajuk rencana.
Tajuk rencana pers papan atas atau pers berkualitas misalnya, memiliki ciri antara
lain senantiasa hati-hati normative, cenderung konservatif, dan menghindari
pendekatan kritik yang bersifat telanjang atau tembak langsung dalam ulasan-
ulasannya. Oleh sebab itu, teks editorial dalam setiap surat kabar ini memiliki fungsi,
karakteristik, dan kaidah kebahasaan yang berbeda.
Teks editrorial dalam Kurikulum 2013 (Kurtilas) Mata Pelajaran Bahasa
Indoenesia menggunakan pendekatan berbasis genre. Swales (dalam silabus mata
pelajaran Bahasa Indonesia Kemendikbud, 2016, hlm.1) mengemukakan teks dalam
pendekatan berbasis genre bukan diartikan istilah umum sebagai tulisan berbentuk
artikel. Teks merupakan perwujudan kegiatan sosial dan bertujuan sosial, baik lisan
maupun tulis. Kurtilas sendiri mempunyai harapan dengan pembelajaran bergenre
teks dapat membina dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
berkomunikasi yang diperlukan
peserta didik dalam menempuh pendidikan, hidup di lingkungan sosial, dan
berkecakapan di dunia kerja.
Teks editorial wajib dipelajari oleh peserta didik kelas XII SMA sebagaimana
tercantum dalam pedoman kurikulum yakni Permendikbud nomor 24 tahun 2016
tentang KI dan KD Kurtilas pelajaran pendidikan dasar dan menengah.
Pembelajaran teks editorial ini bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
mengidentifikasi teks editorial hingga membuat produk teks editorial. Namun, pada
kenyataannya tujuan pembelajaran teks editorial dalam kurikulum ini sulit untuk
dicapai, sebab menurut Nisa Alrochmah (Narasumber dalam wawancara yang
dilakukan di SMAN 12 Bandung) mengemukakan, peserta didiknya kesulitan dalam
menggunakan kaidah kebahasaan teks editorial bergaya jurnalistik. Peserta didiknya
pun mengemukakan bahwa adanya kelangkaan bahan ajar dan literatur teks
editorial.

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 50

Atas hal tersebut, diperlukannya solusi untuk menyelesaikan dan mengatasi


permasalahan yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran berbasis genre. Solusi
untuk masalah tersebut adalah mengkaji teks editorial yang dibuat peserta didik.
Kajian teks tersebut berupa fungsi, struktur, dan kaidah kebahasaan yang ada pada
bahan ajar teks editorial di SMAN 12 Bandung. Terkait dengan hal tersebut, bahan
ajar berupa handout dapat dijadikan sebagai bahan ajar yang digunakan untuk
pembelajaran selanjutnya.
Teks editorial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti, artikel
dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian editor atau
pimpinan surat kabar 9majalah) tersebut mengenai beberapa pokok masalah atau
disebut juga sebagai tajuk rencana. Kosasih (2016, hlm. 282) menyatakan bahwa
editorial adalah kolom khusus dalam surat kabar yang berisikan tanggapan redaksi
dari media yang bersangkutan terhadap suatu peristiwa aktual. Sumadiria (2009,
hlm. 82) Tajuk rencana adalah satu bentuk opini yang lazim ditemukan dalam surat
kabar, tabloid, atau majalah. Siregar & Suarjana (1995, hlm. 40) mengemukakan,
tajuk rencana atau editorial adalah artikel opini yang berbobot interpretasi,
menggunakan proposisi, serta menyangkut level makro atas suatu peristiwa lepas,
maupun gejala/realitas tersusun. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tajuk rencana berarti opini yang lazim ditemukan dalam surat kabar, tabloid,
atau majalah.
Sehubung dengan pemaparan pengertian teks editorial, para ahli juga
mengemukakan pendapatnya mengenai fungsi, struktur, dan kaidah kebahasaan.
Mengacu pada tabel pemetaan kompetensi berbasis genre yang terdapat pada
silabus Bahasa Indonesia jenjang SMA, diketahui bahwa setiap teks memiliki lokasi
sosial begitupun dengan teks editorial. Teks editorial memiliki fungsi untuk
meyakinkan dan memengaruhi (Silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia
Kemendikbud, 2016, hlm.4). Selain itu, sebuah teks opini biasanya mengupas
tuntas suatu masalah aktual tertentu dengan tujuan memberi tahu, memengaruhi,
meyakinkan, atau bisa juga sekadar menghibur pembacanya (Kemendikbud, 2015,
hlm. 12). Pinkerton (dalam Rivers, dkk, 1994, hlm. 23-24) juga mengemukakan
pendapat yang berbeda yakni fungsi tajuk rencana mencangkup empat hal: (1)
menjelaskan berita, (2) menjelaskan latar belakang, (3) meramalkan masa depan,

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 51

dan (4) menyampaikan pertimbangan moral. Maka dari itu, fungsi yang paling dekat
dengan teks editorial karangan peserta didik adalah fungsi teks editorial
meyakinkan, memengaruhi, memberi tahu, dan mengajak pembaca untuk menilai
suatu peristiwa.
Struktur teks editorial juga dipaparkan oleh para ahli secara rinci. Bagian
struktur teks editorial secara garis besar terdiri atas 1) pengenalan isu, 2) argumen-
argumen, 3) penutup. Namun penamaan dari ketiga struktur tersebut berbeda-beda.
Begitu pun dengan pengertiannya. Berikut adalah pemaparan struktur teks editorial
menurut pata ahli.
1. Pengenalan Isu
Kosasih (2016, hlm. 285) mengemukakan bahwa pengenalan isu sebagai
pendahuluan teks, yakni berupa sorotan peristiwa yang mengandung suatu
persoalan aktual. Emilia (2016, hlm. 12) mengemukakan, Tesis yang
memperkenalkan isu dan pendapat atau posisi penulis. Selain itu, Sumadiria (2009,
hlm. 98-99) mengungkapkan, bagian pembuka disebut intro. Fungsi intro tajuk
rencana sama dengan fungsi intro dalam artikel. Sama persis.
2. Argumen-argumen
Menurut Kosasih (2016, hlm. 285) Pengenalan isu sebagai pendahuluan teks,
yakni berupa sorotan peristiwa yang mengandung suatu persoalan aktual. Emilia
(2016, hlm. 12), argumen-argumen yakni sejumlah argumen yang mendukung tesis,
dan mengandung informasi faktual, bukti, atau gambaran, atau penjelasan yang
mendukung tesis. Sumadiria (2009, hlm. 88-99) mengemukakan, bagian setelah
pembuka atau intro disebut pengembang. Tugas pengembang adalah membuat
bahasan tajuk rencana menjadi terfokus, mengerucut.
3. Penutup
Kesimpulan, saran, atau pun rekomendasi sebagai penutup, berupa
pernyataan dalam menyelesaikan persoalan yang dikemukakan sebelumnya
(Kosasih 2016, hlm. 285). Selain itu menurut Emilia (2016, hlm 12), penegasan
kembali tesis yang telah diungkapkan di awal. Pernyataan dalam bagian ini lebih
kuat dan lebih langsung daripada pernyataan yang diaktakan dalam tesis. Sumadiria
(2009, hlm. 98-99) mengungkapkan bahasan yang mengerucut dan terfokus, akan
menghasilkan tesis yang ringkas dan tajam.

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 52

Kaidah kebahasaan teks editorial dikemukakan oleh beberapa ahli seperti


Kosasih dan Emilia. Berikut pemaparan kaidah kebahasaan teks editorial menurut
Kosasih (2016, hlm. 288).
1. Ungkapan Retoris
Adanya penggunaan ungkapan-ungkapan retoris. Ungkapan-ungkapan retoris
yang dimaksud sebagai berikut.
a) Lalu, di mana idealisme pendidikan?
b) Apa arti pendidikan adalah hal semua warga negara (baik yang punya akses
terhadap kapital maupun tidak?
2. Kata Populer
Penggunaan kata-kata populer sehingga mudah bagi khalayak untuk
mencernanya. Kata-kata yang dimaksud, antara lain, adalah ribut-ribut, ongkos,
tengok, suka, tak suka, geliat, berlebih, enggan, ekstra keras, pas, dll.
3. Kata Ganti Tunjuk
Banyaknya kata ganti tunjuk yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa,
atau hal lainnya yang menjadi fokus ulasan. Kata-kata yang dimaksud, antara lain,
adalah saat ini, itulah, ini, itu, dll.
4. Konjungsi Kausalitas
Banyaknya penggunaan konjungsi kausalitas, seperti sebab, karena, oleh
sebab itu.
Kaidah kebahasaan lainnya disebukan oleh (Emilia, 2011, hlm. 113-114)
yakni ciri-ciri teks eksposisi dalam editorial pada dasarnya hampir sama dengan ciri-
ciri teks argumentatif secara umum, yakni 1) fokus pada satu topik tertentu, 2)
menggunakan kata kerja mental: saya percaya, saya pikir, saya ingin 3)
menggunakan penyambung untuk menjaga hubungan logis antara gagasan yang
diutarakan, 4) bergerak dari pernyataan personal ke impersonal, 5) penggunaan
modalitas, 6) menggunakan istilah-istilah teknis, 7)
menggunakan pendapat para ahli untuk mendukung argumen (diperlihatkan
adanya referensi, atau adanya nama yang tepat), 8) enggunakan bahasa yang
objektif dengan menggunakan ekspresi-ekspresi, 9) menggunakan bahasa yang
menilai dan mengevaluasi, 10) menerangkan, menggambarkan, dan menggunakan

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 53

bukti untuk mendukung argumen supaya argumennya lebih faktual dan kuat, dan 11)
enggunakan kalimat pasif.
Menurut Sungkono, dkk (2003, hlm. 1), Bahan Pembelajaran adalah
seperangkat bahan yang memuat materi atau isi pembelajaran yang “didesain” untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Suatu bahan pembelajaran memuat materi, pesan
atau isi mata pelajaran yang berupa ide, fakta, konsep, prinsip, kaidah, atau teori
yang tercakup dalam mata pelatihan sesuai disiplin ilmu serta informasi lain dalam
pembelajaran. Sementara itu, Majid (2008, hlm. 173) mengemukakan bahwa bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Beliau juga mengemukakan, dengan
bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau
kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu
menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Atas hal tersebut, bahan ajar atau materi pembelajaran merupakan salah satu
komponen pembelajaran yang sangat penting bagi peserta didik agar dapat
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan dalam
Kurtilas. Kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan tiga hal lingkup materi yang
saling berhubungan dan saling mendukung pengembangan kompetensi
pengetahuan kebahasaan dan kompetensi keterampilan berbahasa peserta didik.
Kompetensi sikap secara terpadu dikembangkan melalui kompetensi pengetahuan
kebahasaan dan kompetensi keterampilan berbahasa. Ketiga hal lingkup materi
tersebut adalah bahasa; sastra; dan literasi (Silabus Kemendikbud, 2016, hlm. 1-2).
Dengan demikian, bahan ajar untuk teks dengan bahasan seperti fungsi,
struktur, dan kaidah kebahasaan sudah dijelaskan dalam Kurtilas khususnya untuk
pembelajaran berbasis genre. Bahan ajar teks editorial ini akan dibuat berupa
handout. Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik, menurut kamus Oxford, hal 389, handout
adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara (Majid, 2008, hlm. 175).
Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan
materi yang diajarkan/kompetensi dasar materi pokok yang harus dikuasai oleh
peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 54

dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku (Majid, 2008,
hlm. 175). Echols dan Shadily (dalam Prastowo, 2015, hlm. 78) mengartikan bahwa
handout adalah sesuatu yang diberikan secara gratis. Sementara itu, Mohammad
(dalam Prastowo, 2015, hlm. 78) memaknai handout sebagai selembar (atau
beberapa lembar) kertas yang berisi tugas atau tes yang diberikan pendidik kepada
peserta didik. Dengan kata lain, apabila pendidik membuat ringkasan suatu topik,
makalah suatu topik, lembar kerja siswa, petunjuk praktikum, tugas, atau tes, dan
diberikan kepada peserta didik secara terpisah-pisah (tidak menjadi suatu kumpulan
lembar kerja siswa, misalnya), maka pengemasan materi pembelajaran tersebut
termasuk dalam kategori handout.
Berdasarkan beberapa pandangan yang telah dikemukakan, Prastowo (2011,
hlm. 79) menyimpulkan, handout adalah bahan pembelajaran yang sangat ringkas,
ekonomis, dan praktis.
METODELOGI
Ilmu yang digunakan pada metodologi penelitian ini adalah metodologi
kualitatif. Bodgan & Taylor (dalam Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 21)
mendefinisikan “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Menurutnya, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik (utuh)”.
Metode penelitian kualitatif digunakan karena dalam penelitian ini
pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang
ditemukan saat penelitian di lapangan. Jadi, “analisis data yang dilakukan bersifat
induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dan kemudian dapat
dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori” (Sugiyono, 2009, hlm. 3). Melalui
pendekatan kualitatif ini diperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam
mengenai makna, kenyataan, dan fakta yang relevan. Moleong (dalam Basrowi &
Suwandi, 2008, hlm. 187) mengemukakan, “penelitian kualitatif antara lain bersifat
deskriptif, data yang dikumpulkan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar
daripada angka-angka.” Oleh sebab itu, desain penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Desain deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk menggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 55

sosial yang ada di masyarakat menjadi yang menjadi objek penelitian, dan berupaya
menarik realitas itu ke permukan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda,
atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007,
hlm. 68).
Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2007, hlm. 157) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber data dalam penelitian harus akurat dan terpercaya. Berkaitan dengan
hal tersebut, data dalam penelitian ini berupa teks editorial yang dibuat oleh peserta
didik kelas XII di SMAN 12 Bandung.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Hal ini dilakukan
untuk menggali informasi mengenai permasalahan yang menyangkut bahan ajar
teks editorial khususnya untuk guru. Permasalahan ini berupa perbedaan sudut
pandang para ahli, kelangkaan literatur teks editorial, dan kelangkaan teks editorial
sebagai bahan ajar kelas XII di SMA. Teknik pengumpulan data juga dilakukan
dengan analisis konten atau kajian isi. Data yang akan dideskripsikan berdasarkan
analisis konten ini berupa teks editorial sebagai bahan ajar yang digunakan dalam
pembelajaran di SMAN 12 Bandung. Selain itu, teknik pengumpulan data dilakukan
menggunakan angket untuk siswa. Angket tersebut digunakan untuk mendapatkan
tanggapan dari responden mengenai hasil penelitian berupa bahan ajar teks editorial
untuk SMA kelas XII.
Selain itu instrumen penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara, kartu
analisis teks, dan kuesioner/angket.
Pengolahan data diawali dengan tahap pengodean data berdasarkan tema
dan judul. Proses selanjutnya yakni menganalisis data. Setiap data dapat dianalisis
berdasarkan fungsi, struktur, dan kaidah kebahasaan. Analisis menggunakan teknik
analisis konten atau kajian isi. Analisis data ini akan menghasilkan temuan-temuan
dalam teks editorial yang dikarang peserta didik. Data yang telah ditemukan
kemudian didaftar, dideskripsikan, dan dibahas. Hasil pembahasan ini akan
dikemukakan dalam handout teks editorial. Selanjutnya, pengolahan data
wawancara dilakukan berupa transkrip rekaman wawancara dan penarikan simpulan
dari hasil wawancara tersebut. Pengolahan juga dilakukan pada angket yang telah

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 56

diisi oleh peserta didik terkait teks editorial sebagai bahan ajar bahasa Indonesia.
Setalah bahan ajar selesai, dilakukan revisi perubahan/perbaikan handout teks
editorial sebagai bahan ajar bahasa Indonesia. Proses terakhir yakni pengembangan
handout teks editorial sebagai bahan ajar bahasa Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemerolehan data teks editorial dilakukan di SMAN 12 Bandung pada 13
Maret 2018 pukul 08.00 WIB. Data yang didapatkan berupa produk teks editorial
karangan peserta didik kelas XII IPS 2 berdasarkan hasil pembelajaran mata
pelajaran bahasa Indonesia. Peserta didik berjumlah 34 orang yang terdiri atas 11
orang laki-laki dan 23 orang perempuan. Teks editorial sebagai data penelitian ini
kemudian akan dikaji berdasarkan fungsi, struktur, dan kaidah kebahasaan.
Teks editorial peserta didik yang diperoleh akan diberikan kode dan
diklasifikasikan berdasarkan sembilan tema yang terdiri atas tema komunikasi,
transportasi, pendidikan, olahraga, ekonomi, kesehatan, kependudukan, bencana
alam, dan politik. Semibilan tema tersebut didapatkan berdasarkan isi yang
terkandung dalam teks editorial karangan peserta didik.
Hasil Kajian Teks Editorial Berdasarkan Fungsi
1. Fungsi Meyakinkan
Sebanyak 28 teks editorial dari 34 teks karangan peserta didik kelas XII
SMAN 12 Bandung memiliki fungsi meyakinkan. Berikut contoh kutipannya.
“Sebagaimana tercantum pada pertimbangan dalam Undang-undang Nomor
36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan "Kesehatan adalah hak asasi manusia
dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia", serta pada Pasal I (1) yang menyatakan bahwa
kesehatan merupakan faktor penting bagi manusia untuk dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.” (teks kode 27)
“Yang pertama Setya Novanto diduga menguntungkan diri sendiri atau
orang lain dan menyalah gunakan kewenangan jabatan. Yang kedua Setya
Novanto diduga ikut mengakibatkan kerugian negara berjuta -juta bahkan
lebih dan mencapai sebesar Rp 2,3 Triliun dari nilai proyek Rp 5,9 Triliun.
Selanjutnya Setya Novanto diduga melanggar pasal 2 ayat 1 Undang-undang
nomor 31 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Hal itu dijelaskan

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 57

Jaksa KPK saat membacakan surat tuntutan terhadap dua terdakwa mantan
Pejabat Kementerian Dalam Negeri, Irman dan Sugiharto.” (teks kode 33)
Kutipan-kutipan tersebut merupakan kutipan berfungsi meyakinkan, sebab
dalam kutipan terdapat argumen-argumen yang mendukung sebuah opini. Argumen
itu bertujuan untuk meyakinkan para pembacanya.
Kutipan pertama, opini berupa “kesehatan adalah hak asasi manusia” lalu
pendapat tersebut diyakinkan dengan adanya aturan dalam Undang-undang No. 36
Tahun 2009 tentang kesehatan.
Kutipan kedua, adanya dugaan-dugaan mengenai pelanggaran yang
dilakukan Setya Novanto, hal tersebut dibuktikan dengan fakta yang dijelaskan oleh
jaksa KPK ketika membacakan surat tuntutan Irman dan Sugiharto.
Kedua kutipan tersebut, membuktikan bahwa fungsi dari teks editorial salah
satunya adalah meyakinkan. Hal tersebut dikaji sesuai dengan teori mengenai
pengertian tentang meyakinkan yakni menyaksikan sendiri supaya yakin,
memastikan, menjadikan (menyebabkan dan sebagainya, yakin, melakukan sesuatu
dengan sungguh-sungguh, sungguh-sungguh (dapat dipercaya, dapat diandalkan,
dan sebagainya (KBBI, 2016). Begitupun yang dilakukan terhadap seluruh temuan
dalam teks editorial yang dikarang peserta didik.
2. Fungsi Memengaruhi
Sebanyak 22 teks editorial dari 34 teks karangan peserta didik kelas XII
SMAN 12 Bandung memiliki fungsi memengaruhi. Berikut contoh kutipannya.
“Gejala awal dari penyakit ini yaitu gangguan pada tenggorokan dan
pernafasan, tentu masyarakat akan berkesimpulan bahwa itu hanya sakit
amandel atau asma. Atau saat seseorang demam masyarakat akan
cenderung menganggap demam biasa, padahal penyakit difteri
mełangsungkan “perkembangannya" di dalam tubuh seseorang.” (teks kode
18)
“Rasanya tidak akan habis ketika kita membahas sepak bola, ada saja hal
hal menarik untuk di perbincangkan.” (teks kode 4)
Kutipan-kutipan tersebut merupakan kutipan berfungsi memengaruhi, sebab
dalam kutipan terdapat kata-kata atau kesimpulan yang mengakibatkan pembaca
dapat berpikiran yang sama dengan penulis karangan teks editorial.

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 58

Kutipan pertama, mengungkapkan “gejala awal dari penyakit ini (difteri) yaitu
gangguan pada tenggorokan dan pernafasan” hal tersebut mungkin dapat dimaknai
sesuai dengan arti yang sebenarnya. Namun dalam kalimat selanjutnya
mengemukakan, “tentu masyarakat akan berkesimpulan bahwa itu hanya sakit
amandel atau asma.” Kata-kata “tentu masyarakat”, lalu kata “berkesimpulan” ini
merupakan kata yang digunakan untuk memengaruhi pembaca bahwa masyarakat
akan berpikir dan menyimpulkan bahwa gejala-gejala tersebut hanyalah gejala
penyakit amandel atau asma bukan difteri. Padahal, mungkin saja sebelumnya
pembaca tidak pernah berpikiran bahwa masyarakat termasuk dirinya mempunyai
pemikiran seperti itu.
Kutipan kedua, menjelaskan “Rasanya tidak akan habis ketika kita membahas
sepak bola, ada saja hal hal menarik untuk di perbincangkan.” Kutipan tersebut
dapat dimaknai sebagai fungsi memengaruhi. Sebab, penulis memengaruhi bahwa
bahasan tentang sepak bola begitu banyak dan menarik, padahal mungkin saja
pembaca tida mengetahui banyak tentang sepak bola dan itu merupakan hal
membosankan.
Kedua kutipan tersebut, membuktikan bahwa fungsi dari teks editorial salah
satunya adalah memengaruhi. Hal tersebut dikaji sesuai dengan teori memengaruhi
yang dalam KBBI berarti berpengaruh pada, mengenakan pengaruh pada (KBBI,
2016). Begitupun yang dilakukan terhadap seluruh temuan dalam teks editorial yang
dikarang peserta didik.
3. Fungsi Memberi Tahu
Sebanyak 34 teks editorial dari 34 teks karangan peserta didik kelas XII
SMAN 12 Bandung memiliki fungsi memberi tahu. Berikut contoh kutipannya.
“Dampak yang ditimbulkan dari banjir yaitu menimbulkan korban jiwa,
rusaknya sarana dan prasarana, dan timbulnya berbagai macam penyakit dan
lingkungan yang terkena banjir pun akan mengganggu aktivitas masyarakat.”
(teks kode 23)
“Pada beberapa tahun terakhir hingga sekarang utang Indonesia semakin
meningkat, pada masa pemerintakan Jokowi.” (teks kode 24)

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 59

Kutipan-kutipan tersebut merupakan kutipan berfungsi memberi tahu, sebab


dalam kutipan terdapat hal-hal yang menjadikan pembacanya tahu dan mengerti apa
yang dibahas.
Kutipan pertama, memberi tahu pembacanya bahwa dampak yang
ditimbulkan dari banjir yaitu menimbulkan korban jiwa, rusaknya sarana dan
prasarana, dan timbulnya berbagai macam penyakit dan lingkungan yang terkena
banjir pun akan mengganggu aktivitas masyarakat.
Kutipan kedua, memberi tahu bahwa utang di Indonesia pada masa
pemerintahan Jokowi semakin meningkat.
Kedua kutipan tersebut, membuktikan bahwa fungsi dari teks editorial salah
satunya adalah memberi tahu. Hal tersebut dikaji sesuai dengan teori memberi tahu
yang dalam KBBI berarti menjadikan supaya tahu (mengerti) (KBBI, 2016).
Begitupun yang dilakukan terhadap seluruh temuan dalam teks editorial yang
dikarang peserta didik.
4. Fungsi Mengajak
Sebanyak 18 teks editorial dari 34 teks karangan peserta didik kelas XII
SMAN 12 Bandung memiliki fungsi mengajak. Berikut contoh kutipannya.
“Untuk itu mari lah kita membuang sampah pada tempatnya karena kalau
bukan kita yang menjaga lingkungan siapa lagi, juga merupakan perilaku
yang terpuji sebab kebersihan ialah sebagian dari iman.” (teks kode 29)
“Mari kita sama-sama menanggulangi bencana banjir dengan
menghilangkan kebiasaan membuang sampah sembarangan dan mulai
menghijaukan bumi ini dengan cara menanam pohon.” (teks kode 16)
Kutipan-kutipan tersebut merupakan kutipan berfungsi mengajak, sebab
dalam kutipan ditandai dengan kata-kata bersifat persuasif atau bujukan.
Kutipan pertama, mengajak pembacanya untuk membuang sampah pada
tempatnya. Hal tersebut ditandai dengan kata “mari lah” sebagai kata seru untuk
menyatakan ajakan.
Kutipan kedua, mengajak pembacanya untuk bersama-sama menanggulangi
banjir dengan menghilangkan kebiasaan membuang sampah sembarangan. Ajakan
itu ditandai dengan kata “mari” sebagai kata seru untuk mengajukan ajakan.

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 60

Kedua kutipan tersebut, membuktikan bahwa fungsi dari teks editorial salah
satunya adalah mengajak. Hal tersebut dikaji sesuai dengan teori mengajak yang
berarti meminta (menyilakan, menyuruh, dan sebagainya) supaya turut (datang dan
sebagainya), menantang (berkelahi dan sebagainya), membangkitkan hati supaya
melakukan sesuatu.(KBBI, 2016).
Atas pembahasan mengenai keempat fungsi yakni meyakinkan,
memengaruhi, memberi tahu, dan mengajak tersebut, maka dari itu teks editorial
yang dikarang peserta didik sudah mengandung fungsi-fungsi teks editorial sesuai
dengan teori yang telah dibahas dalam BAB II. Begitupun yang dilakukan terhadap
seluruh temuan dalam teks editorial yang dikarang peserta didik.
Hasil Kajian Teks Editorial Berdasarkan Struktur
Teks editorial hasil karangan peserta didik kelas XII di SMAN 12 Bandung
memiliki struktur pengenalan isu, argumen-argumen, dan penutup. Adapun teks
yang memiliki struktur lengkap sebanyak 33 teks dan yang tidak memiliki struktur
lengkap sebanyak 1 teks.
1. Struktur Pengenalan Isu
Sebanyak 34 teks editorial hasil karangan peserta didik kelas XII di SMAN 12
Bandung memiliki struktur pengenalan isu. Berikut contoh kutipannya.
“Tawuran (atau tubir) adalah bentuk dari kekerasan antar geng sekolah
dalam masyarakat urban di Indonesia. Tawuran merupakan hal lumrah yang
sering dilaksanakan oleh pelajar atau masyarakat di lndonesia.” (paragraf 1,
teks kode 3)
“Dalam waktu beberapa bulan lagi akan diadakan ujian nasional tingkat SD
hingga SMK dan SMA. Saat ini telah memberlakukan aturan baru yakni
dilaksanakannya ujian nasional online yang diselenggarakan di beberapa
sekolah. Dilihat dari situasi dan kondisi sekarang ini, rencana ini harus lebih
dipertimbangkan kembali karena belum tepat sasaran dan memiliki kendala
dalam sarana yang belum benar-benar merata.” (paragraf 1, teks kode 6)
Kutipan-kutipan tersebut merupakan kutipan struktur pengenalan isu dalam
teks editorial yang dibuat oleh peserta didik.

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 61

Kutipan pertama, berisi tentang penjelasan apa yang dimaksud dengan


tawuran. Hal tersebut merupakan pengenalan masalah dalam teks. Sebab, adanya
sorotan peristiwa dan persoalan yang akan dibahas dalam teks editorial.
Kutipan kedua, menjelaskan tentang aturan baru yang ada di sekolah yakni
dilaksanakannya ujian online. Hal tersebut merupakan topik utama dalam teks
editorial yang dikarang oleh peserta didik.
Kedua kutipan tersebut, membuktikan bahwa pengenalan isu sebagai
pendahuluan teks, yakni berupa sorotan peristiwa yang mengandung suatu
persoalan aktual (Kosasih, 2016, hlm. 285). Kajian isi seperti ini juga dilakukan
dalam 34 teks lainnya.
2. Struktur Argumen-argumen
Sebanyak 34 teks editorial hasil karangan peserta didik kelas XII di SMAN 12
Bandung memiliki struktur argumen-argumen. Berikut contoh kutipannya.
“Hampir rata-rata tawuran bukan disebabkan oleh masalah pribadi,
melainkan berasal dari pengaruh lingkungan masyarakat yang menyimpang.
Namun tawuran bisa terjadi juga akibat faktor gengsi yang tertanam pada
siswa laki-laki, bagi mereka tawuran biasa dijadikan sebagai aksi unjuk gigi
dan ajang kuat-kuatan, siapa saja siswa yang berhasil mengalahkan lawan
dia akan disegani oleh siswa lain, gengsi seperti ini yang harus dihilangkan
pada siswa. Perbedaan pendapat, kesalah pahaman, dan saling mengejek
juga pemicu terjadinya tawuran. Tak jarang tawuran juga menimbulkan
banyak korban jiwa, hampir setiap tahun selalu ada saja siswa meninggal
yang disebabkan oleh tawuran. Jika terjadi tawuran siswa tidak pernah
membawa tangan kosong, selalu saja membawa benda berbahaya seperti
celurit, batu, kayu, bahkan samurai, maka tak aneh jika tawuran selalu
menimbulkan korban jiwa. Dampak yang biasa ditimbulkan oleh tawuran yaitu
pertama kerusakan tempat tawuran/material seperti pecahnya kaca pada
mobil, perusakan fasilitas umum, pembakaran ban atau pun kendaraan
bermotor dsb. Kedua rusaknya citra baik sekolah.” (paragraf 2, teks kode 3
“Jika ujian nasional secara online tetap dilangsungkan, maka akan terjadi
permasalahan di beberapa sekolah seperti kurangnya berupa komputer,
listrik, hingga akses internet.

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 62

Dapat dibayangkan ketika sebuah sekolahan memiliki sejumlah murid 300


siswa maka jumlah komputer yang harus disediakan minimal adalah 300
komputer. Setiap komputer ini nantinya juga memerlukan tegangan listrik dan
akses internet yang dipakai pun juga akan memiliki skala yang besar.
Jika kita tidak memiliki komputer yang cukup, maka solusi untuk masalah ini
adalah melakukan ujian nasional secara bergiliran menggunakan komputer.
Hal ini sangat beresiko karena dapat menimbulkan kecurangan di kalangan
siswa dan sangat tidak mungkin dilakukan karena pada dasarnya ujian
nasional dilakukan secara bersamaan.Tidak semua sekolah memiliki orang
yang benar-benar mengerti cara kerja dan sistem dari ujian nasional online
ini.” (paragraf 2, 3, dan 4, teks kode 6)
Kutipan-kutipan tersebut merupakan kutipan struktur argumen-argumen
dalam teks editorial yang dibuat oleh peserta didik.
Kutipan pertama, mengemukakan tentang argumen-argumen seperti tawuran
yang bukan disebabkan oleh masalah pribadi, melainkan disebabkan oleh pengaruh
lingkungan.
Kutipan kedua, mengemukakan tentang argumen-argumen bahwa ujian
nasional bebrbasis online jika dilaksanakan akan menimbulkan masalah seperti
masalah sarana dan prasarana dalam hal ini berupa komputer, listrik, dsb.
Kedua kutipan tersebut, membuktikan bahwa teks editorial yang dikarang
peserta didik memiliki struktur argumen-argumen yang sesuai dengan teori yakni
berupa tanggapan-tanggapan redaktur dari media yang bersangkutan berkenaan
dengan peritiwa, kejadian, atau persoalan aktual (Kosasih, 2016, hlm. 285). Kajian
isi seperti ini juga dilakukan dalam 34 teks lainnya.
3. Struktur Penutup
Sebanyak 33 teks editorial hasil karangan peserta didik kelas XII di SMAN 12
Bandung memiliki struktur Penutup. Berikut contoh kutipannya.
“Upaya agar tawuran tidak sering terjadi di Indonesia yaitu dengan banyak
menjaga diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan
koreksi terhadap kesalahan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun
dan memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan
cara yang baik dan sehat. Tak luput peran orang tua yang paling penting,

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 63

untuk menanamkan nilai dan norma kepada anak-anaknya sejak dini.”


(paragraf 3, teks kode 3)

“Jika pemerintah ingin mengadakan ujian nasional online yang dilaksanakan


secara bersamaan sudah seharusnya pihak pemerintah juga harus
mendukung dan menyediakan sarana yang diperlukan. Tidak hanya itu,
pemerintah semestinya juga harus melakukan beberapa sosialisasi ke
sekolah-sekolah yang tidak terjangkau teknologi perihal ujian nasional online
ini agar tidak menimbulkan kebingungan dan masalah.” (paragraf 5, teks kode
6)
Kutipan-kutipan tersebut merupakan kutipan struktur penutup dalam teks
editorial yang dibuat oleh peserta didik.
Kutipan pertama, mengemukakan bagian penutup berupa saran untuk ke
depannya, yakni upaya agar tawuran tidak sering terjadi di Indonesia yaitu dengan
banyak menjaga diri, melihat kelemahan dan kekurangan sendiri dan melakukan
koreksi terhadap kesalahan yang sifatnya tidak mendidik dan tidak menuntun dan
memberikan kesempatan kepada remaja untuk beremansipasi dengan cara yang
baik dan sehat. Tak luput peran orang tua yang paling penting, untuk menanamkan
nilai dan norma kepada anak-anaknya sejak dini.
Kutipan kedua, mengemukakan saran bagi pemerintah yaitu pemerintah
semestinya harus melakukan beberapa sosialisasi ke sekolah-sekolah yang tidak
terjangkau teknologi perihal ujian nasional online ini agar tidak menimbulkan
kebingungan dan masalah.
Kedua kutipan tersebut, membuktikan bahwa teks editorial yang dibuat
peserta didik mengandung struktur penutup yakni kesimpulan, saran, atau pun
rekomendasi, berupa pernyataan dalam menyelesaikan persoalan yang
dikemukakan sebelumnya (Kosasih, 2016, hlm. 285). Kajian isi seperti ini juga
dilakukan dalam 34 teks lainnya.
Hasil Kajian Teks Editorial Berdasarkan Kaidah Kebahasaan
1. Ungkapan Retoris
Sebanyak 19 ungkapan retoris ditemukan dalam teks editorial hasil karangan
peserta didik kelas XII di SMAN 12 Bandung. Berikut contoh kutipannya.

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 64

“Lantas siapa yang akan disalahkan atas kemelaratan ini?” (teks kode 2)
“Tetapi jika disikapi kembali, apakah setiap tahun harus selalu ada korban?”
(teks kode 4)
Ungkapan retoris tersebut ditandai dengan adanya tanda tanya dalam setiap
kalimat. Ungkapan ini merupakan pertanyaan yang diajukan oleh penulis. Namun
pembaca tidak
perlu menjawabnya. Hal tersebut merupakan gaya penulisan retorika. Kutipan-
kutipan yang telah didapatkan tersebut sudah dikaji sesuai dengan teori ahli.
2. Kata Populer
Dalam teks editorial karangan peserta didik ditemukan kata populer di dalam
teks dengan kode 1, 9, 17, 8, 11, 30, 2, 21, 3, 12, 14, 15, 22, 32, 26, 21, 4, 5, 25,
18, 19, 20, 28, 29, 10, 34, 16, 27, 33. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui
bahwa penggunaan bahasa Inggris dan bahasa tidak baku menjadi lebih dominan.
Meskipun begitu memang hal ini memudahkan bagi khalayak untuk mengerti dan
paham apa yang dimaksudkan oleh penulis. Berikut contoh kutipannya.
“Berita hoax sekarang ini sedang marak tersebar di berbagai media.” (teks
kode 1)
“Mulai dari broadcast message, media cetak, maupun media online.” (teks
kode 1)
Kata populer yang terkandung dalam kutipan tersebut adalah hoax, broadcast
message, dan era. Kata tersebut merupakan kata populer yang banyak digunakan di
kalangan masyarakat. kata hoax memililiki padanan kata dalam bahasa Indonesia
yakni hoaks, broadcast message memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia
yaitu pesan siaran. Namun, penulis lebih memilih penggunaan bahasa Inggris. Hal
tersebut disebabkan oleh bahasa Inggris dari hoaks dan pesan siaran lebih populer
dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, pemilihan kata populer
digunakan untuk menarik pembaca agar dapat dengan mudah memahami maksud
penulis. Kutipan-kutipan yang telah didapatkan tersebut sudah dikaji sesuai dengan
teori ahli.
3. Kata Ganti Tunjuk
Dalam teks editorial karangan peserta didik, ke 82 kutipan dengan kata ganti
tunjuk yang ditemukan telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli.

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 65

Seperti banyaknya kata ganti tunjuk yang merujuk pada waktu, tempat, peristiwa,
atau hal lainnya yang menjadi fokus ulasan. Kata-kata yang dimaksud, antara lain,
adalah ini, itu, di, tersebut, dll. Kata ganti tunjuk juga ada dalam 34 teks. Berikut
contoh kutipannya.
“Berita hoax sekarang ini sedang marak tersebar di berbagai media.” (teks
kode 1)
“Mirisnya, kebanyakan dari masyarakat kurang peduli dengan adanya hal
tersebut.” (teks kode 1)
“Setiap beberapa tahun sekali jalan raya tak hanya diperbaharui aspalnya,
namun juga diperlebar mengingat jumlah kendaraan yang lewat semakin
ramai, dan jalan raya yang dulunya bisa dua arah kini banyak yang dibuat
searah mengingat kemacetan yang terjadi sudah sulit diatasi.” (teks kode 21)
“Tak hanya itu, kecelakaan di jalan juga menjadi resiko yang mengerikan.”
(teks kode 2)
“Hal tersebutlah yang membuat kemiskinan begitu meningkat setiap
tahunnya.” (teks kode 25)
Kutipan-kutipan tersebut merupakan contoh penggunaan kata ganti tunjuk
dalam teks editorial yang dikarang peserta didik. Kutipan pertama merupakan kata
ganti tunjuk ini yang menerangkan waktu “sekarang”. Kutipan kedua merupakan kata
ganti tunjuk di untuk menunjukkan tempat yaitu Indonesia. Kutipan ketiga
merupakan kata ganti tunjuk tersebut yang menunjuk megenai keterangan peristiwa.
Kutipan keempat merupakan kata ganti tunjuk kini yang menerangkan tentang
waktu. Kutipan kelima merupakan kata ganti tunjuk itu yang menerangkan peristiwa.
Kutipan keenam merupakankata ganti tunjuk tersebutlah yang menunjuk peristiwa
sebelumnya yang telah dikemukakan dalam teks editorial. Kutipan-kutipan tersebut
didapatkan sesuai dengan teori yang telah dikemukakan oleh ahli.
4. Konjungsi Kausalitas
Penggunakan kata karena, sebab, oleh karena itu, dalam 34 kutipan yang
ditemukan sudah sesuai dengan teori ahli. Hal tersebut ditunjukkan seperti dalam
maksud kutipan yang

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 66

mengarah pada asal mula terjadi, sebab akibat, dsb. Konjungsi Kausalitas ini ada
dalam teks dengan kode 17, 2, 21, 30, 6, 8, 11, 12, 14, 15, 22, 26, 31, 32, 4, 5, 25,
7, 18, 19, 20, 28, 29, 34, 16, 23, 24, 27, 33. Berikut contoh kutipannya.
“Tiap tahun kemiskinan di Indonesia begitu meningkat karena kurangnya
didikan sehingga membuat mereka menjadi bingung karena tidak memiliki
kemampuan dalam bidang akdemik.” (teks kode 25)
“Tak berenti sampai disitu, peran pemerintah pun harus merambah pada
sosial media sebab menurut data dinas pemberdayaan perempuan,
perlindungan anak dan dan pemberdayaan masyarakat (DP3APM) awal
tahun 2017 kurang lebih 18.000 anak Indonesia melakukan penyimpangan
dan 68% penyimpangan tersebut muncul dari imitasi hal negatif yang berasal
dari media sosial baik tontonan yang kurang pantas ataupun tidak sesuai
umur.” (teks kode 22)
Kutipan-kutipan tersebut mengandung konjungsi kausalitas karena, sebab,
dan oleh karena itu.
Kutipan pertama mengandung konjungsi karena yang merupakan kata
penghubung untuk menandai penyebab kemiskinan di Indonesia terus meningkat.
Kutipan kedua mengandung konjungsi sebab dari pemerintah pun harus
merambah pada sosial media, yakni menurut data dinas pemberdayaan perempuan,
perlindungan anak dan dan pemberdayaan masyarakat (DP3APM) awal tahun 2017
kurang lebih 18.000 anak Indonesia melakukan penyimpangan dan 68%
penyimpangan tersebut muncul dari imitasi hal negatif yang berasal dari media
sosial baik tontonan yang kurang pantas ataupun tidak sesuai umur.
Kedua kutipan tersebut merupakan konjungsi kausalitas yang terdapat dalam
teks editorial karangan peserta didik. Penemuan konjungsi ini berdasarkan dengan
teori yang dikemukakan oleh ahli.
Pengembangan Bahan Ajar Berdasarkan Hasil Kajian Teks Editorial
1. Latar Belakang Pembuatan Handout
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ditemukan adanya
permasalahan dalam kelengkapan bahan ajar untuk peserta didik. Permasalahannya
yakni sulitnya peserta didik dalam membuat teks editorial yang disebabkan oleh
kelangkaan bahan ajar teks editorial, khususnya yang membantu peserta didik

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 67

dalam mengubah gaya bahasa kepenulisan biasa menjadi gaya bahasa jurnalistik.
Rancangan bahan ajar Handout yang dibuat mengandung unsur sampul,
pembangunan konteks, pemodelan, prinsip, konsep dan prosedur sebagai berikut.
a. Sampul Handout
Sampul Bahan Ajar Handout berisi judul, tingkat, dan mata pelajaran. Berikut
gambar sampul pada handout.
b. Pembangunan Konteks
Unsur pembangunan konteks dalam handout ini berisi pengertian secara
umum mengenai gambaran teks editorial yang dikaitkan dengan fungsi, struktur dan
kaidah kebahasan. Berikut pembangunan konteks dalam handout teks editorial.
c. Pemodelan
Unsur pemodelan menjelaskan secara rinci mengenai contoh teks editorial
beserta kutipan dari mulai fungsi, struktur, dan kaidah kebahasaan. Berikut gambar
pemodelan dalam handout teks editorial.
d. Prinsip
Unsur prinsip ini memaparkan pengertian teks editorial dari para ahli lalu
diadakannya simpulan. Hal ini dilakukan guna membantu peserta didik agar lebih
memahami. Berikut prinsip dalam handout teks editorial.
e. Konsep
Unsur konsep ini menjelaskan secara rinci teori teks editorial yang meliputi
teori fungsi, struktur, dan kaidah kebahasaan. Berikut konsep dalam handout teks
editorial.
f. Prosedur
Unsur prosedur menyajikan cara menulis teks editorial sesuai dengan teori
yang mengacu pada Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013.
Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah peserta didik dalam membuat teks
editorial. Berikut prosedur dalam handout teks editorial.
SIMPULAN
Hasil penelitian dengan judul Teks Editorial sebagai Bahan Ajar Bahasa
Indonesia Kelas XII di SMAN 12 Bandung (Kajian Deskripsi Kualitatif terhadap
Fungsi, Struktur, dan Kaidah Kebahasaan dalam Kegiatan Pembelajaran Berbasis
Genre) memperoleh simpulan sebagai berikut.

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 68

Pertama, atas hasil penelitian teks editorial berdasarkan fungsi, ditemukan


fungsi meyakinkan, memengaruhi, memberi tahu, dan mengajak dalam teks editorial
yang dikarang peserta didik kelas XII IPS 2 di SMAN 12 Bandung. Hasil tersebut,
ditemukan berdasarkan hasil kajian isi pada 34 teks peserta didik sesuai dengan
teori. Kalimat-kalimat berfungsi meyakinkan ini ditandai dengan adanya kalimat
berisi argumen pendukung atau penguat seperti adanya data dan fakta terhadap
opini yang telah dikemukakan oleh penulis. Fungsi memengaruhi ditandai dengan
kalimat yang membuat pembacanya menjadi punya pemikiran yang sama dengan
penulis. Fungsi memberi tahu ditandai dengan kata-kata seperti adalah, merupakan,
dsb. Hal tersebut guna memberikan pengetahuan bagi para pembacanya agar
memahami dan mengerti maksud yang ingin penulis sampaikan. Fungsi mengajak
ditandai dengan kata marilah, mari, percayalah, dsb, hal tersebut guna mengajak
pembaca agar mempunyai pendapat atau opini yang sesuai dengan penulis.
Kedua, atas hasil penelitian teks editorial berdasarkan struktur, ditemukan
struktur pengenalan isu, argumen-argumen, dan penutup. Namun, berdasarkan hasil
kajian didapatkan bahwa dalam satu teks yang ditulis peserta didik, ditemukan tidak
adanya penutup. Hal tersebut menjadikan adanya kekurangan dalam hal struktur
teks editorial. Kajian isi mengenai struktur editorial ini dilakukan berdasarkan teori
ahli.
Ketiga, atas hasil penelitian teks editorial berdasarkan kaidah kebahasaan,
ditemukan adanya kaidah kebahasaan ungkapan retoris, kata populer, kata ganti
tunjuk, dan konjungsi kausalitas. Namun, berdasarkan hasil kajian isi, ditemukan
bahwa peserta didik belum memaksimalkan tulisannya dari segi kaidah kebahasaan
ungkapan retoris, kata populer, dan konjungsi kausalitas. Hal tersebut disebabkan
oleh ketidaktahuan peserta didik mengenai kaidah apa saja yang menjadi ciri khas
dalam teks editorial. Bahkan, dalam wawancara yang dilakukan, narasumber yakni
Nisa Alrochmah (guru bahasa Indonesia di SMAN 12 Bandung) mengungkapkan,
kesulitan utama dalam produksi teks editorial adalah membuat teks dengan gaya
jurnalistik khususnya dalam teks editorial.
Keempat, pengembangan bahan ajar berupa handout dibuat guna sebagai
solusi dalam kegiatan pembelajaran berbasis genre. Handout ini berisi
pembangunan konteks, pemodelan, prinsip, konsep, dan prosedur. Contoh-contoh

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 69

teks yang ada dalam handout merupakan teks karangan peserta didik kelas XII IPS
2 di SMAN 12 Bandung. Handout ini dibuat dengan format yang menarik dan penuh
warna dengan tujuan untuk menarik perhatian
peserta didik dan menjadi motivasi belajar teks editorial. Handout tersebut
diberikan kepada peserta didik yang selanjutnya dikomentari melalui angket.
Berdasarkan angket tersebut, jawaban peserta didik dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar berupa handout teks editorial dinyatakan laik untuk dipergunakan dalam
kegiatan pembelajaran berbasis genre untuk kelas XII SMA/ sederajat.

DAFTAR PUSTAKA
Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan
ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana.
Emilia, E. (2011). Pendekatan Genre-based dalam Pengajaran Bahasa Inggris:
Petunjuk untuk Guru. Bandung: Rizqi Press.
Emilia, E. (2016). Pendekatan Berbasis Teks: dalam Pengajaran Bahasa Inggris.
Bandung: Kiblat Buku Utama.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Bahasa Indonesia Ekspresi Diri
dan Akademik: Buku Guru. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Bahasa Indonesia Ekspresi Diri
dan Akademik: Buku Siswa. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Edisi Kelima. (Luring). Diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Silabus Mata Pelajaran Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan (SMA/MA/SMK/MAK): Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kosasih. (2016). Jenis-jenis Teks. Bandung: Yrama Widya.
Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standard an
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka
Teks Editorial Sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia 70

Moleong, L. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
DIVA Press
Prastowo, A. (2015). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
DIVA Press.
Rivers, W. L., Bryce, M., & Alison, W. Dedy, D. M. (Penyunting). (1994). Editorial.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Siregar A. & I Made Suwarjana. (1995). Bagaimana Mempertimbangkan Artikel Opini
untuk Media Massa. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2009). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY.
Sumadiria, H. (2009). Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Penulis
dan Jurnalis Professional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Jurnal “METABAHASA”, Volume 2 Nomor 2, Januari 2019


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yasika Majalengka

You might also like