Professional Documents
Culture Documents
Penerapan Model Komunikasi Terapeutik Peplau Pada Pasien Penyakit Fisik Dengan Ansietas
Penerapan Model Komunikasi Terapeutik Peplau Pada Pasien Penyakit Fisik Dengan Ansietas
ABSTRAK
Riwayat Artikel: Abstract:
Submit: 15/1/2020 Anxiety is one of the psychosocial problems that can occur in physical illness. If
Diterima: 17/2/2020 not taken seriously can potentially lead to mental health problems ranging from
Diterbitkan:12/3/2020 mild to severe. Therefore, the role of nurses was very important to overcome
patient anxiety. This research was conducted to find out how the application of the
Kata Kunci: Peplau Therapeutic Communication Model in cases of physical illness with
Ansietas, anxiety. The study design used a quasi-experimental approach to the pre-post test
Penyakit Fisik, with control group. The study sample was physical illness patients who were in
Model Komunikasi, accordance with the inclusion and exclusion criteria, with the technique of Simple
Terapeutik Peplau Random Sampling obtained a sample size of 14 respondents in the intervention
group and 14 respondents in the control group. The results of the statistical
analysis with the T-test show the value of ρ value < α which means that there are
differences in anxiety before and after administration of the intervention both in
the control group and the intervention group, and there are differences in anxiety
between the control group and the intervention group. It was expected that nurses
can apply holistic services in all service units and apply the therapeutic
communication model to all nursing actions.
Abstrak:
Ansietas merupakan salah satu masalah psikososial yang dapat terjadi pada kasus
penyakit fisik. Jika tidak ditangani dengan serius dapat berpotensi terhadap
terjadinya masalah kesehatan jiwa mulai dari ringan sampai berat. Oleh karena itu
peran perawat sangat penting untuk mengatasi ansietas pasien. penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerapan Model Komunikasi terapeutik
Peplau pada kasus penyakit fisik dengan ansietas. Desain penelitian menggunakan
quasi eksperimental dengan pendekatan pre-post test with control group. Sampel
penelitian adalah pasien penyakit fisik yang sesuai dengan kriteria inklusi dan
eklusi, dengan tehnik Simple Random Sampling didapatkan jumlah sampel 14
responden kelompok intervensi dan 14 responden kelompok kontrol. Hasil analisis
statistik dengan uji T-test menunjukkan nilai ρ value < α yang berarti bahwa ada
perbedaan ansietas sebelum dan sesudah pemberian intervensi baik pada
kelompok kontrol maupun kelompok intervensi, serta ada perbedaan ansietas
antara kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Diharapkan perawat dapat
menerapkan pelayanan holistik di semua unit pelayanan serta menerapkan model
komunikasi terapeutik Peplau pada seluruh tindakan keperawatan.
journal.umpo.ac.id/index.php/IJHS
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 4, No. 1, Maret 2020, Hal. 16-24
PENDAHULUAN
Penyakit fisik dapat menjadi stresor Mojokerto, dari 28 pasien yang dikelola
yang dapat menyebabkan stres dan didapatkan masalah keperawatan
ansietas. Selain itu stres dan ansietas juga psikososial ansietas pada seluruh pasien
dapat disebabkan karena beberapa faktor, (100%). Hal ini menunjukkan bahwa
meliputi perkawinan, perceraian, ke- masalah keperawatan psikososial ansietas
hamilan, kekerasan dalam rumah tangga, paling banyak ditemukan pada pasien
kehilangan anggota tubuh, kehilangan dengan penyakit fisik, sehingga masalah
peran dalam keluarga, perpisahan dan psikososial tersebut perlu mendapat
adanya keluarga dengan gangguan jiwa. perhatian khusus dari perawat.
Beberapa faktor penyebab tersebut jika Komunikasi yang baik dan efektif
tidak ditangani dengan serius dapat sangat menentukan kesembuhan pasien.
berpotensi terhadap terjadinya masalah Komunikasi yang buruk dapat menjadi
kesehatan jiwa, yaitu gangguan kesehatan masalah dalam pengobatan pasien.
jiwa ringan maupun berat [1]. Oleh karena Membangun komunikasi sederhana sangat
itu masalah psikososial ansietas pada penting dilakukan untuk mengurangi
pasien penyakit fisik berpotensi terjadinya masalah kecemasan pasien. Menurut
gangguan kesehatan jiwa. Arnorld & Boggs [3], komunikasi sangat
Ansietas merupakan bentuk penting dalam membantu perawatan medis.
manifestasi dari rasa ketakutan atau rasa Komunikasi yang dilakukan disamping
kehilangan sesuatu yang penting atau tempat tidur pasien merupakan suatu
terjadi peristiwa buruk dari kondisi yang komunikasi terapeutik dan profesional.
ada sekarang, bila di biarkan berlarut-larut Keterampilan komunikasi profesional
akan menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan sangat berperan dalam
kesehatan [2]. Ansietas merupakan salah menentukan kepuasan pasien dan
satu masalah psikologis yang dapat dialami membantu mengatasi masalah pasien
oleh pasien dengan gangguan fisik. terutama pasien dengan penyakit kronis dan
Seorang pasien merasa cemas ketika ia memerlukan pengobatan dalam jangka
harus di rawat di rumah sakit karena ia waktu yang panjang.
merasa jauh dari lingkungan keluarga dan Oleh karena keperawatan adalah
cemas akan kesembuhan penyakitnya. disiplin praktis berdasarkan pengetahuan
Reaksi cemas akan berlanjut apabila pasien yang profesional, maka perlu menggunakan
atau keluarga kurang mendapatkan infrastruktur pengetahuan untuk mengem-
informasi yang berhubungan dengan bangkan pendekatan baru dalam praktek
penyakit dan tindakan yang dilakukan klinis, yaitu penerapan tahapan hubungan
terhadapnya. Sehingga di sini peran terapeutik dengan pendekatan model teori
perawat sangat penting untuk mengatasi Peplau. Menurut Alligood & Toomey [4],
kecemasan pasien, yaitu dengan menjalin Teori Peplau digunakan untuk membangun
hubungan komunikasi terapeutik yang proses komunikasi terapeutik dengan
meliputi proses, teknik maupun sikap tujuan yang sederhana. Unsur utama dalam
komunikasi terapeutik. teori ini adalah komunikasi antara perawat
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun dan pasien. Menurut Peplau, kurang atau
2018 menunjukkan prevalensi nasional tidak tepatnya dalam berkomunikasi antara
masalah psikososial atau gangguan mental perawat dan pasien dapat menyebabkan
emosional terbanyak terjadi pada usia di banyak masalah dalam keperawatan.
atas 15 tahun (9,8%), 6,8% diantaranya di Peplau mengacu pada pentingnya terapi
provinsi Jawa Timur. Berdasarkan hasil komunikasi dengan pasien dan peran
studi peneliti di ruang kelolaan yaitu ruang penting dalam mengurangi ansietas melalui
rawat inap penyakit dalam, Ruang Sunan kerangka kerja untuk komunikasi perawat-
Gunung Jati 1 RSI Sakinah Kabupaten pasien. Sehingga perawat akan mampu
17
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 4, No. 1, Maret 2020, Hal. 16-24
18
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 4, No. 1, Maret 2020, Hal. 16-24
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini ditampilkan Diagnosa Medis per sistem
dalam bentuk analisa univariat yang Sistem endokrin 4 14
digunakan untuk menganalisis variabel Sistem pernafasan 3 11
yang ada secara deskriptif dan dibagi Sistem perkemihan 2 7
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok data Sistem pencernaan 9 32
numerik dan katagorik. Selain itu juga Sistem persyarafan 2 7
ditampilkan bentuk analisis bivariat yang Sistem kardiovaskuler 8 29
digunakan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model komuniaksi terapeutik Berdasarkan tabel diatas diketahui
peplau dengan ansietas pasien dengan bahwa sebagian besar pasien yang
penyakit fisik. mengalami ansietas berjenis kelamin
perempuan (57%), status perkawinan
Tabel 1. sebagian besar sudah kawin (79%),
Distribusi Karakteristik Berdasarkan sebagian besar bekerja (64%), memiliki
Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Pe- tingkat pendidikan menengah (64%),
kerjaan, Tingkat Pendidikan, Jaminan sebagian besar memiliki jaminan kesehatan
Kesehatan, Tingkat Ketergantungan dari tempat kerjanya (57%), tingkat
Pasien Dengan Ansietas dan Diagnosa ketergantungan pasien partial care (71%)
Medis Berdasarkan Sistem serta pasien dengan masalah gangguan
Tubuh Pasien dengan sistem pencernaan lebih banyak mengalami
Ansietas (n=28) ansietas (32%).
Variabel f % Tabel 2.
Distribusi Usia dan Lama Rawat dan
Jenis kelamin Skor Ansietas Pasien (N=28)
Laki-laki 12 43
perempuan 16 57 Variabel N mean median SD Min-
Status perkawinan maks
kawin 22 79 Usia 28 36 34 11 19-60
janda/duda 6 21 Lama 28 4 4 1 3-6
Pekerjaan Rawat
bekerja 18 64 Ansietas 28 46,7 46,5 11,4 28-68
tidak bekerja 10 36
Pendidikan Berdasarkan hasil analisis usia pasien
rendah 6 22 ansietas diketahui bahwa rata-rata berada
menengah 18 64 pada usia 36 tahun yang berarti pasien
tinggi 4 14 berada dalam masa dewasa tengah. Rata-
Jaminan kesehatan rata lama masa rawat pasien adalah 4 hari
tempat kerja serta rata-rata skor ansietas pasien adalah
askeskin/jamkesmas/ 16 57 46,7 yaitu dengan klasifikasi ansietas
SKTM 12 43 sedang.
tingkat ketergantungan Hasil analisis sebaran data ansietas
total care 2 7 pasien sebelum dan sesudah pemberian
partial care 20 71 intervensi baik pada kelompok control
self care 6 22 maupun kelompok intervensi, diperoleh
19
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 4, No. 1, Maret 2020, Hal. 16-24
20
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 4, No. 1, Maret 2020, Hal. 16-24
dilihat dari penyuluhan yang telah melengkapi dan berhubungan sebagai satu
dilakukan, kegiatan penyuluhan ini proses untuk penyelesaian masalah.
dilakukan dengan metode ceramah dan Selain itu dalam melaksanakan
pemberian leaflet kepada responden dengan tahapan komunikasi ini juga memperhati-
tema ansietas, sehingga responden menjadi kan sikap dan teknik dalam komunikasi
tahu dan menyadari bagaimana mengatasi terapeutik. Sikap dalam komunikasi
masalah ansietas yang terjadi. Metode terapeutik secara fisik yang dilakukan
penyuluhan merupakan salah satu faktor meliputi posisi berhadapan, mempertahan-
yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil kan kontak mata, membungkuk ke arah
penyuluhan secara optimal [6]. pasien, memperlihatkan sikap terbuka,
Selain itu, bila dilihat dari tetap rileks dan berjabat tangan. Menurut
karakteristik responden, seluruh responden Anjaswarni [9], bersikap terapeutik
kelompok kontrol berada dalam tahapan merupakan bentuk kehadiran perawat
masa dewasa (100%). Tahapan masa usia dalam berkomunikasi agar tujuan
dewasa merupakan tahapan dimana komunikasi atau interaksi dengan pasien
individu mempunyai tanggung jawab tercapai.
fungsi keluarga [7]. Kegagalan mencapai Sedangkan teknik dalam komunikasi
tujuan mengakibatkan individu frustasi dan teraputik yang dilakukan adalah listening,
ansietas merupakan respon dari kegagalan broad opening, restating, clarification,
[8]. fokusing, reflecting, silent, informing,
Bila dilihat dari faktor tingkat reframing, summerizing, dan reinforce-
pendidikan responden kelompok kontrol, ment. Menurut Anjaswarni[9], agar
sebagian besar memiliki tingkat pendidikan komunikasi yang dilakukan mencapai
menengah (SMP dan SMA) yaitu sebanyak tujuan yang diharapkan, maka seorang
71%. Responden yang mempunyai tingkat perawat harus menguasai teknik-teknik
pendidikan yang tinggi akan lebih mudah berkomunikasi agar terapeutik dan
menerima informasi, mudah mengerti dan menggunakannya secara efektif pada saat
mudah menyelesaikan masalah [6]. berinteraksi dengan pasien.
Berkomunikasi dengan pasien yang
2. Perbedaan ansietas pasien penyakit mengalami penyakit fisik, Peplau menjelas-
fisik sebelum dan sesudah intervensi kan empat tahap dan peran yang ditetapkan
pada kelompok intervensi. untuk perawat di setiap langkah sebagai
Berdasarkan hasil uji statistik seseorang yang memiliki hubungan dekat
menunjukkan bahwa dengan pemberian dengan pasien. Model komunikasi Peplau
Model Komunikasi Terapeutik Peplau membantu perawat dan pasien untuk
berpengaruh terhadap penurunan skor mengidentifikasi penyakit, keprihatinan
ansietas pasien dengan penyakit fisik secara dan pertanyaan dari pasien [4]. Model ini
bermakna, yaitu mencapai skor penurunan mengacu pada keterampilan keperawatan
18 point. Adanya pengaruh yang signifikan dan kemampuan untuk membangun terapi
ini dapat disebabkan karena intervensi yang nyaman sederhana komunikasi. Model ini
diberikan adalah memberikan latihan memungkinkan perawat membantu pasien
manajemen ansietas pada pasien yang dan menghabiskan lebih banyak waktu
dilakukan sesuai dengan tahapan proses dengan pasien.
interpersonal yang mengacu pada konsep Hasil studi ini sesuai dengan hasil
teori Hildegard E. Peplau melalui 4 fase studi Zarea et al. [10] tentang aplikasi
dalam model komunikasi peplau yaitu fase model komunikasi terapeutik Peplau pada
orientasi, fase identifikasi, fase eksploitasi kecemasan dan depresi pasien yang akan
serta fase resolusi. Menurut Alligood & menjalani operasi bypass arteri coroner,
Toomey [4], setiap tahapan saling menunjukkan adanya penurunan skor ke-
21
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 4, No. 1, Maret 2020, Hal. 16-24
cemasan dan depresi pada kelompok individu, serta saling belajar dan
intervensi baik dua bulan atau empat bulan berkembang sebagai hasil dari interaksi [4].
setelah intervensi dibandingkan kelompok Manajemen ansietas yang diberikan dengan
kontrol. Program ini dilaksanakan sebanyak tahapan komunikasi terapeutik merupakan
7 sesi komunikasi terapeutik yang salah satu intervensi keperawatan yang
dilakukan melalui 4 tahapan dalam model diberikan kepada individu maupun
komunikasi Peplau untuk setiap sesinya, kelompok dengan tujuan untuk mengubah
yaitu tahap orientasi, identifikasi, perilaku negatif dengan perilaku positif
eksploitasi dan resolusi. dengan cara mengkaji perasaan, sikap dan
cara berfikir individu tersebut [8].
3. Perbedaan ansietas pasien penyakit Untuk mencapai tujuan tersebut
fisik pada kelompok intervensi dan dipengaruhi oleh proses intrapersonal yang
kelompok kontrol. terjadi pada individu yaitu learning,
Berdasarkan hasil uji statistik thingking, preconceptions, self under-
menunjukkan bahwa penurunan skor standing dan competencies. Masing-masing
ansietas pasien penyakit fisik pada individu punya tingkatan kompetensi yang
kelompok intervensi sesudah pemberian berbeda dalam tahapan learning sehingga
manajemen ansietas dengan pendekatan dengan sikap dan tahapan komunikasi
model komunikasi terapeutik Peplau terapeutik dapat membantu pasien dengan
berbeda secara signifikan dengan kelompok penyakit fisik yang mengalami ansietas
kontrol yang hanya memperoleh penyuluh- untuk bisa mengatasi ansietas yang dialami
an. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
selisih rata-rata penurunan skornya Pemberian reinforcement sangat penting di-
mencapai 8,3 point. berikan khususnya pasien dengan penyakit
Menurut Eggen & Kauchack (1997, fisik yang mengalami ansietas. Masing-
dalam Mawaddah dkk., 2015) [11], masing individu juga memiliki sudut
kegiatan penyuluhan yang dilakukan pada pandang yang berbeda (thingking dan self
kelompok kontrol ini dilakukan dengan understanding) yang mempengaruhi
metode ceramah sehingga informasi yang persepsi serta memiliki pengalaman dalam
didapat-kan lebih menekankan pada aspek berinteraksi yang mempengaruhi pre-
koqnitif saja serta kurang memungkinkan conceptions. Sehingga terbinanya pre-
mem-bangun pengetahuan dan kemampuan conceptions dapat mengembangkan
(kompetensi) melalui pengalaman nyata hubungan yang terapeutik. Melalui
untuk mengaplikasikan dalam kehidupan pendekatan ini agar proses interpersonal
sehari-hari. Oleh karena itu untuk tercapai maka perlu dilakukan kegiatan
mengatasi ansietas pada pasien dengan introduction, assesment dan self awareness
penyakit fisik, pemberian intervensi dengan untuk membantu pasien mengeksplorasi
pendekatan model komunikasi terapeutik perasaan, pikiran dan perilaku mereka.
Peplau lebih tepat dilakukan daripada Selain itu setiap individu juga memiliki
metode ceramah karena tujuan yang akan komperensi sosial (competencies) yaitu
dicapai adalah pasien memahami dan keterampilan interpersonal dan problem-
menyadari bahwa ansietas adalah masalah solving yang digunakan dalam berinteraksi
yang harus diatasi serta mampu mengatasi dengan orang lain. Akan tetapi
ansietas yang dialami. keterampilan ini dipengaruhi oleh beberapa
Peplau memandang intervensi faktor diantaranya adalah pengalaman
keperawatan sebagai suatu proses inter- dalam berinteraksi
personal karena melibatkan interaksi antara Selain pengaruh pemberian intervensi
dua atau lebih individu dengan tujuan yang ini, adanya perbedaan yang signifikan
sama, yaitu perawat dan klien saling antara kelompok intervensi dan kelompok
menghormati satu dengan yang lain sebagai kontrol dapat disebabkan karena faktor
22
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 4, No. 1, Maret 2020, Hal. 16-24
usia. Berdasarkan hasil studi ini sebagian perbedaan ansietas antara kelompok
besar responden kelompok intervensi kontrol dan kelompok intervensi dengan
berusia dewasa akhir (64%) dibandingkan rata-rata selisih penurunan skornya
dengan kelompok kontrol sebagian besar mencapai 8,3 point. Diharapkan rumah
responden berusia dewasa awal (93%). sakit dapat menerapkan pelayanan holistik
Hasil studi ini sesuai dengan hasil studi di semua unit pelayanan baik di ruang
Rosida dkk. [12], bahwa prevalensi tingkat rawat inap maupun pada unit rawat jalan,
kecemasan lebih banyak dialami oleh serta mendukung adanya penerapan
responden yang berusia pertengahan. pelayanan keperawatan CLMHN
Maturitas akan mempengaruhi kemampuan (Consultation Liason Mental Heatlh
koping individu, sehingga individu yang Nursing) melalui pelatihan atau
lebih matur (dalam hal ini lanjut usia) sukar peningkatan jenjang pendidikan perawat ke
mengalami kecemasan karena kemampuan program pendidikan S1 Keperawatan atau
adaptasi usia yang lebih dewasa lebih besar S2 Keperawatan Peminatan Keparawatan
dari pada yang belum dewasa [13]. Jiwa. Untuk peneliti selanjutnya perlu
Selain faktor usia, faktor jenis dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
kelamin juga dapat mempengaruhi hasil mengetahui seberapa besar masalah
studi ini. Berdasarkan hasil studi psikososial yang terjadi pada pasien dengan
didapatkan bahwa pada kelompok penyakit fisik di seluruh unit pelayanan,
intervensi sebagian besar berjenis kelamin misalnya ruang rawat inap bedah, penyakit
perempuan (71%), sedangkan kelompok dalam, unit dewasa, anak dan sebagainya.
kontrol sebagian besar berjenis kelamin Selain itu intervensi penerapan model
laki-laki (57%). Pada kelompok intervensi komunikasi terapeutik peplau juga dapat
didapatkan 4 responden yang mengalami diaplikasikan pada kasus pasikososial lain
ansietas berat berjenis kelamin perempuan selain ansietas, misalnya ketidakberdayaan,
(40%). Sedangkan pada kelompok kontrol keputusasaan, harga diri rendah situasional,
tidak ada responden yang mengalami gangguan citra tubuh dan sebagainya.
ansietas berat, sebagian besar ansietas
sedang. Penelitian ini sejalan dengan hasil UCAPAN TERIMA KASIH
studi Saragi dan Suparmi [14], bahwa Tim peneliti mengucapkan terima
responden perempuan memiliki kecemasan kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang lebih tinggi dibandingkan responden seluruh pihak RSI Sakinah Kabupaten
laki-laki. Hal ini disebabkan karena Mojokerto yang membantu terlaksananya
perempuan lebih sensitif, lebih mudah penelitian ini serta kepada Lembaga
dipengaruhi oleh tekanan-tekanan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
lingkungan dari pada laki-laki. Selain itu STIKes Majapahit Mojokerto yang
perempuan juga memiliki ambang nyeri memfasilitasi kegiatan Hibah Internal PT
yang lebih rendah dibandingkan laki-laki ini sehingga kegiatan penelitian ini dapat
dan juga memiliki toleransi yang rendah didanai untuk meningkatkan kualitas output
terhadap stimulus yang menyakitkan. penelitian berupa publikasi jurnal nasional
terakreditasi serta buku ber ISBN.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA
ada perbedaan ansietas sebelum dan [1] Keliat, Helena, Farida, Manajemen
sesudah pemberian intervensi baik pada Keperawatan Psikososial dan Kader
kelompok kontrol maupun kelompok Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC, 2011.
intervensi, dengan rata-rata penurunan skor [2] Stuart, G.W. & Sunden, Buku Saku
ansietas 5,6 point pada kelompok kontrol Keperawatan Jiwa, edisi 3, Jakarta :
dan 18 point pada kelompok intervensi. EGC, 2008.
Selain itu hasil studi ini menunjukkan ada
23
Indonesian Journal for Health Sciences Vol. 4, No. 1, Maret 2020, Hal. 16-24
[3] Arnold E, Boggs K. Interpersonal [11] Mawaddah, N., Ahsan, Supriati, L.,
relationships professional “Pengaruh terapi social skills training
communication skills for nurses. terhadap harga diri dan perilaku
USA: Elsevier-Saunders, 2011. agresif remaja di smk pertiwi
[4] Alligood & Toomey, M., Nursing mojokerto dengan pendekatan model
Theory: Utilization and Application, Interpersonal peplau”, The
Mosby Elsevier United States of Indonesian Journal of Health
America, 2010. Science, Vol 6, No 1, 2015.
[5] Maulana, HDJ., Promosi Kesehatan, [12] Rosida, L., Imardiani, Wahyudi, J.T.,
Jakarta : EGC, 2009. “Pengaruh Terapi Relaksasi
[6] Notoatmodjo, S., Ilmu Perilaku Autogenik Terhadap Kecemasan
Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, Pasien Di Ruang Intensive Care Unit
2010. Rumah Sakit Pustri Palembang”,
[7] Friedman, M., Buku Ajar Indonesian Journal for Health
Keperawatan Keluarga : Riset, Teori Sciences, Vol. 3, No. 2, Hal 52-56,
dan Praktek, edisi 5, Jakarta : EGC, 2019.
2010. [13] Stuart, G.W. & Laraia, M.T.,
[8] Stuart, G. W., Principles and practice Principle And Practice Of Psyciatric
of Psychiatric Nursing, 10th ed., St. Nursing, 9 th ed, St. Louis : Mosby
Louis: Mosby Year Book, 2013. year book, 2009.
[9] Anjaswarni, T., Komunikasi Dalam [14] Saragih, D., Suparmi, Y., “Faktor-
Keperawatan, edisi 1, Jakarta : Badan faktor yang mempengaruhi Tingkat
pengembangan dan Pemberdayaan Kecemasan Pasien yang Di Rawat Di
Sumber Daya Manusia Kesehatan, Ruang ICU/ICCU RS Husada
2016. Jakarta”, Jurnal Ilmu Kesehatan
[10] Zarea, K., S. Maghsoudi, "The Kosala, Vol 5, No. 1, Hal 61-69,
Impact of Peplau's Therapeutic 2017.
Communication Model on Anxiety [15] Kementerian Kesehatan RI, Laporan
and Depression in Patients Candidate Nasional Riskesdas 2018, Jakarta :
for Coronary Artery Bypass." Badan Penelitian dan Pengembangan
Clinical Practice & Epidemiology in Kesehatan, 2019.
Mental Health, vol 10, hal 159-165, .
2014.
24