Professional Documents
Culture Documents
3
3N 0853-4217
ABSTRACT
• rtracts from importer, exporter, and vanilla extracts from the newest experiment from our laboratory. There
• ~re seven samples, three from importers (Tahiti grade I, Tahiti grade II, Virginia Dare), two from Indonesian
• nilla exporters (Djasula Wangi, Cobra), and two from our laboratory (Gll, 57). The physicochemical
-.aracteristics which were analyzed were vanillin content, ash, soluble ash, alkalinity of soluble ash, alkalinity
:• total ash, total acidity, and lead number, all compared with the Food and Drugs Administration (FDA)
:::""..! ,dard. Sensory analysis used aroma description test consist of qualitative descriptive test (in-depth interview
• ·.j focus group methods) and quantitative descriptive analysis. The result showed that the laboratory's sample
-: -n modified curing process (Gll) followed the FDA standard in physicochemical characters, but the aroma
:.-s-cription was not as strong as the aroma of vanilla extract from exporters, namely Cobra with creamy, sweet,
., .. : vanilla aroma; and vanilla extract from importer, namely Virginia with smoky and spicy aroma.
ABSTRACT
I
kualitatif (in-depth interview dan metode grup
sampai ekstrak panili akan memberikan nilai tambah fokus) dan analisis deskripsi kuantitatif (QDA).
terhadap produk panili. Aroma dan rasa ekstrak Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sampel
panili tergantung dari varietas tnaman, metode dari laboratorium hasil ekstraksi panili dengan
budidaya dan proses kuring. Ekstrak panili Indonesia proses kuring termodifikasii (Gll) telah memenuhi
cenderung memberikan aroma kayu (woody) dan standar FDA dalam karakteristik fisikokimia, akan
fenolik karena dipanen terlalu muda sehingga tidak tetapi hasil deskripsi aroma tidak sekuat aroma
terjadi proses kuring yang sempurna. ekstrak panili dari eksportir yaitu Cobra, yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui memiliki karakteristik aroma creamy, sweet dan
l(arakteristik fisikokimia dan aroma ekstrak panili vanilla; dan ekstrak panili dari importir yaitu Virginia
(ang berasal dari importir, eksportir dan ekstrak yang dicirikan dengan aroma smoky dan spicy.
::>anili dari penelitian terbaru di laboratorium.
Terdapat tujuh sampel, tiga buah dari importir
Tahiti grade I, Tahiti grade II, Virginia Dare), dua
jari eksportir panili Indonesia (Djasula Wangi, PENDAHULUAN
:obra) dan dua hasil penelitian laboratorium (Gll,
57), Karakteristik fisikokimia yang dianalisis adalah Vanili digunakan secara luas pada industri
~adar vanillin, kadar abu, kadar abu terlarut,
pangan terutama sebagai citarasa ( flav01) dan pada
~lkalinitas abu terlarut, total asam dan lead number,
industri parfum. Citarasa vanili ada yang alami dan
ada yang sintetik. Citarasa vanili sintetik hanya
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas mengandung salah satu komponen citarasa vanilla,
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogar. Kampus IPB yaitu vanillin atau etil vanilin (Boyce et a/. 2003) se-
Dramaga PO Box220 1600, telp /fax 0251-621974.
Alumni Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
hingga aroma yang dihasilkan tidak sekaya aroma
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogar. ekstrak vanili alami. Dalam ekstrak vanili alami ter-
Penulis korespondensi : Email: dwisetya.sbrc@gmail.com kandung 100-200 komponen senyawa citarasa. Lebih
-
174 Vol. 12 No.3 J.llmu. Per:
dari seratus senyawa atsiri yang terdeteksi, termasuk uji deskripsi terdiri atas uji deskriptif secara k_ ,
.
karbonil aromatik, alkohol aromatik, asam aromatik, dan kuantitatif. Uji deskriptif secara kualitatif =
ester aromatik, fenol dan fenol ester, alkohol alifatik, kan dengan metode wawancara mendala"·
karbonil, asam, ester, dan lakton, dengan aldehida diskusi kelompok terarah, sedangkan uji deskr :.
vanilin adalah yang dominan (Perez-Silva et al. 2005). cara kuantitatif dilakukan dengan metode
Setiap jenis ekstrak vanili memiliki profil aroma yang (quantitative descriptive analysis) dengan 2 ulan(_;::
berbeda-beda bergantung pada tempat tumbuh dan
Tabell Stan dar deskripsi aroma ekstrak vanili untuk Q=·
spesiesnya. Terdapat beberapa jenis ekstrak vanili di
antaranya bourbon vanilla, mexican vanilla, tahiti vanilla, Intensitas Konsentrasi
Atribut Aroma
guadaloupe vanillin, dan indonesian vanilla. Vanila dari Sensori (1:11/10 ml ~ro~ilena gl'":
25 100
Indonesia cenderung memiliki profil aroma woody dan Smoky (guaiakol)
70 1000
phenolic karena proses pengeringan yang terlalu cepat. 10 0.1
Creamy (lakton)
Harga rata-rata buah vanili segar tahun 2001 sebesar 25 10
20 6
Rp301 330/kg (Deptan 2004). Bila dijual dalam bentuk Sweet (etil butirat)
50 146
kering atau ekstrak, harganya lebih tinggi. Penelitian 25 246.8
Balsamic (metil sinamat)
ini bertujuan mengidentifikasi ciri fisikokimia dan aroma 60 2114.23
20 28.55
ekstrak vanili yang ada di Indonesia baik produk lokal Spicy (eugenol)
50 516
(untuk ekspor) maupun produk impor kemudian 20 100
Vanilla (vanilin)
dibandingkan dengan ekstrak vanili dari buah vanili lokal 50 1000
Metode
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap,
2 3 4 5 6 7
yaitu pencirian fisikokimia dan analisis sensori. Pen- Gambar 1 Sampel ekstrak vanili
cirian ekstrak vanili meliputi analisis warna, kadar ~
vanillin, abu, abu terlarut, lead number, alkalinitas Warna ekstrak lebih gelap sampai kandungar 1
abu terlarut, alkalinitas abu total, dan total asam. etanol 60%. Di atas 70% warnanya lebih muda dan d r
Analisis sensori dilakukan dengan uji deskripsi aroma atas 95% sangat sedikit warna yang terekstraks a
menggunakan panelis terlatih. Tahap pengujian pada (Purseglove et al. 1981; Reineccius 1994). Apabila t
y
Vol. 12 No.3 J.llmu.Pert.lndones 175
kandungan etanol lebih dari 70%, sejumlah fixed oil Kadar vanillin sangat tergantung pada proses
akan ikut terekstraksi dan akan mengendap, hal ini ekstraksi, nisbah air dan buah vanili, serta kondisi
tidak akan terjadi pada ekstrak dengan kandungan bahan baku buah segar yang digunakan (5etyaningsih
etanol 35-40% {Purseglove 1981) sehingga kadar 2006). Disebutkan pula bahwa kenaikan kadar vanillin
etanol memengaruhi zat yang terekstraksi dan warna selama proses curing disebabkan terutama oleh hidro-
ekstrak. Warna yang lebih gelap dari sampel eksportir lisis glukovanilin dan akumulasi vanilin dari tahap-
dan importir kecuali Djasulawangi yang diekstraksi tahap proses curing. 5ejumlah kecil vanilin mungkin
sendiri oleh peneliti, mungkin disebabkan karena dihasilkan dari eliminasi rantai karbon dari asam
waktu ekstraksi Djasulawangi yang lebih singkat ferulat (Venturi et a/. 1998), metoksi-4-hidroksi
(hanya 6 hari) karena pada perusahaan penghasil benzaldehida (Podstolski et a/. 2002 dalam
ekstrak vanili, penuaan yang dilakukan bisa lebih dari 5etyaningsih 2006), serta hidroksilasi dan metilasi
tiga minggu bahkan sampai tiga bulan (Purseglove et asam sinamat yang terdapat sebagai prekursor lignin
a!. 1981), sedangkan sampel 57 dimaserasi selama 16 (Funk dan Brodelius 1990). Kadar vanillin juga dapat
hari dan Gll selama 22 hari. berkurang karena teroksidasi oleh enzim peroksidase
menjadi o-guaiakol atau asam vanilat (Purseglove et
Kadar Vanilin a/. 1981).
Kadar vanilin diukur sebagai salah satu indikator Berdasarkan hasil perhitungan disimpulkan
mutu ekstrak vanili. Gambar 2 memperlihatkan bahwa bahwa rata-rata kadar vanillin semua ekstrak yang di-
kadar vanillin tertinggi dimiliki oleh ekstrak vanili analisis telah memenuhi kriteria kadar vanilin sesuai
Tahiti (grade I) sebesar 7,94 g/L, sedangkan yang dengan standar FDA (Food and Drug Administration/
paling rendah adalah Tahiti grade II sebesar 2,42 g/1 Amerika 5erikat).
sampel. Berdasarkan hasil analisis varian (ANOVA), Kadar Abu
jenis sampel memiliki hubungan yang nyata terhadap Kadar abu pada ekstrak vanili dapat digunakan
kadar vanillin dengan perbedaan nyata pada setiap untuk mengevaluasi kemurnian ekstrak vanili, sebab
sampel kecuali Djasulawangi dan Cobra. ekstrak vanili alami akan memiliki kadar abu yang
lebih besar daripada vanili imitasi. Menurut standar
FDA, kadar abu ekstrak vanili asli sebesar 2,20-4,32
8,00 g/L.
Gambar 3 memperlihatkan kadar abu tertinggi
~
~ 6,00
dimiliki oleh Tahiti grade II sebesar 5,85 g/L. Nilai ini
'2 melebihi batas atas kadar abu dalam persyaratan
~
...ca 4.oo FDA. Mungkin terdapat zat anorganik dalam jumlah
~ yang cukup besar atau alkali ditambahkannya pada
ekstrak tersebut sehingga kadar abu melebihi standar.
Kadar abu terendah dimiliki oleh sampel 57, yakni
1,33 g/L. Hal ini mungkin karena pada 57 dilakukan 2
Tlthli Grw:letl Y1rg1n Cobra 57 Ojaaula G11 Std
.,...
.,
'CD
:.1: 2.00
i- -· ~
§.
.,2
300,00
~ r+- r+--
..-- ~
I
t 200.00
r+- __.__
I d
1-
0,00
:::l ,---'£---- __.__
d
~ b
Tahiti
Grade 11
V1rglnla
Cobra
57
G11
Ojasulaw
Standar !! 100.00
Sam pel :~
~
Gambar 3 Kadar abu ekstrak vanili
< Grade II Cobro
57
DJaS!.llaw
Gil
Standar b
Sam pel
s
Gambar 4 Abu terlarut ekstrak vanili
bahan seperti vanilin, kumarin, gula substitusi,
gliserin, dan pelarut lainnya yang secara praktis bebas
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis di-
dari abu. Oleh karena itu, pengukuran kadar abu
simpulkan bahwa rata-rata kadar abu terlarut semua
perlu dilakukan untuk mengetahui adanya pemalsuan p
ekstrak yang dianalisis sama dengan standar FDA,
atau tidak, karena industri ekstrak vanili dapat me- n
dengan demikian semua ekstrak dapat diterima mutu-
ningkatkan kadar abu dengan menggunakan alkali, n
nya sampai pada uji abu terlarut.
tetapi akan mengubah nilai kelarutan dan alkali- d
nitasnya (Reineccius 1994). n
Lead Number
Berdasarkan hasil perhitungan disimpulkan Lead numberdigunakan untuk mengetahui kadar
bahwa rata-rata kadar abu semua ekstrak yang di- asam organik yang terdapat dalam ekstrak vanili
analisis sama dengan standar FDA sehingga ketujuh (AOAC 1995) yang terbentuk dari oksidasi vanilin
sampel tersebut dapat diterima. selama proses curing dan hasil oksidasi alkohol
selama pengkondisian. Kandungan asam organik yang
Abu Terlarut
rendah mengindikasikan pencampuran.
Abu terlarut diperoleh dari hasil pelarutan abu
total dengan air panas yang kemudian melalui pe- 6,00
3i standar (Gambar 5). Hal ini mengindikasikan lebih simpulkan bahwa rata-rata alkalinitas abu terlarut
banyak terdapat asam organik di dalamnya dibanding- semua ekstrak yang dianalisis tidak sama dengan
kan dengan lainnya. 5ementara itu, nilai lead number standar.
yang paling rendah dimiliki oleh 57 yang menandakan Alkalinitas Abu Total
asam organik yang dimilikinya lebih sedikit. Alkalinitas abu total diperoleh dari alkalinitas abu
Tahiti grade II memiliki lead number yang terlarut dan tidak terlarut. Alkalinitas abu total me-
berbeda nyata dari semua jenis sampel, begitu pula nurut FDA adalah 300-540 ml 0,1 N HCI/L. Nilai
dengan Cobra. Mutu Tahiti I tidak berbeda nyata alkalinitas abu total (Gambar 7) Tahiti grade II (721,4
dibandingkan Djasulawangi, sedangkan 57 tidak ml 0,1 N HCI/L) dan Virginia (722,8 ml 0,1 N HCI/L)
berbeda nyata dengan G11. 57 dan Gll memiliki nilai berbeda nyata dari sampel-sampel lainnya.
lead number yang terendah mungkin karena belum
sempurnanya pembentukan asam-asam organik pada
~
buah van iii yang digunakan pada proses curing karena 0 750,00
i3
57 dan Gll berasal dari buah vanili setengah kering. J:
I70 500.00
Alkalinitas AbuTerlarut 0
1-
Alkalinitas abu terlarut diukur dari filtrat hasil :::J
.c
<tn
penyaringan larutan abu dengan air panas. Alkalinitas !!!
250,00
Sam pel
mineral di dalam buah vanili (Purseglove eta!. 1981).
Nilai alkalinitas abu terlarut digunakan untuk Gambar 7 Alkalinitas abu total ekstrak vanili
r
mengetahui kandungan alkali yang ada pada ekstrak.
li Alkalinitas abu total menjadi salah satu indikator
Nilai alkalinitas abu terlarut berdasarkan FDA untuk
untuk mengetahui pencampuran atau pemalsuan
ekstrak vanili adalah 220-400 ml 0,1 N HCI/1, sedang-
ekstrak vanili karena pada ekstrak vanili yang memiliki
kan nilai alkalinitas abu terlarut yang diperoleh dari
kadar abu rendah, dapat ditambahkan alkali untuk
ketujuh sampel (Gambar 6) berkisar 139,13-309,02
meningkatkan kadar abu, sehingga akan mengubah
ml 0,1 N HCI/1.
nilai kelarutan dan alkalinitasnya. Pada ekstrak yang
ditambahkan alkali, kadar abunya akan tinggi, se-
;::
z
~
400.00
dangkan abu terlarutnya menunjukkan banyaknya
ci
i3
zat-zat anorganik termasuk alkali yang larut dalam air
J:
sehingga diketahui berapa banyak dari abu total yang
I 300.00
2. merupakan alkali.
.
1:
1-
:I
200.00
Total Asam
.c
c( Keasaman mengindikasikan adanya asam-asam
~"' 100,00
organik terlarut dalam buah vanili termasuk adanya
.5
ii
""'C( vanilin alami (Reineccius 1994). Total asam yang
rendah mengindikasikan adanya pencampuran. Nilai
Grade II Cobro Oja&ulaw Standar
Sam pel ini juga digunakan untuk mengetahui ada atau tidak-
nya gula atau gliserin dalam menstruum. 5elain itu,
Gambar 6 Alkalinitas abu terlarut ekstrak vanili
kandungan alkohol yang lebih rendah dalam
r Ekstrak vanili Tahiti grade I dan 57 tidak masuk menstruum akan meningkatkan kadar abu dan me-
dalam standar FDA karena rendahnya kandungan zat ngurangi keasaman. Total asam sampel dapat dilihat
r anorganik di dalamnya. Berdasarkan uji hipotesis, di- pada Gambar 8.
178 Vol. 12 No.3 J.llmu.Pertlnd:- ·
...0
z (1994) yang menyebutkan apabila dilakukan penar
~tr
I
300,00
bahan alkali dalam pembuatan ekstrak vanili, make
0LJ00o~~
.,..E 200,00
akan berubah pula nilai kelarutan dan alkalinitasnyc
4(
Sampel Cobra dan Djasulawangi terlihat lebih deka:
I; : ti
0
.....
100.00
kepada ciri-ciri standar.
0,00
Hubungan antara total asam dan alkalinitas abL
terlarut sangat erat (positif) pada sampel Djasula-
Tllhit1
Gradell
Vlrg1nta
Cobra
57 Gil wangi dan menjadi pembeda dari sampel ekstrak
Sam pel yang lain. Sementara itu, sampel Tahiti grade I di-
kenali cirinya dari kadar vanilin. 5ampel terakhir
Gambar 8 Total asam ekstrak vanili adalah 57 yang tidak memiliki ciri yang khas.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat di-
Total asam berdasarkan FDA adalah 300-520 ml simpulkan bahwa sampel Gll memiliki ciri fisikokimia
0,1 NaOH/L, sedangkan pada sampel diperoleh total terutama kadar abu, abu terlarut, dan alkalinitas abu
asam dalam kisaran 100,0-250,0 ml 0,1 NaOH/L. Hal total yang cukup dekat dengan sam pel Tahiti grade I,
ini mengindikasikan kemungkinan adanya pencampur- Tahiti grade II, dan Virginia. Di sisi lain, Cobra dan
an gula dan gliserin ke dalam ekstrak atau sedikitnya
Djasulawangi memiliki ciri yang mengarah pada
asam-asam organik yang terlarut dari buah ke dalam standar walaupun tidak cukup dekat, tetapi dapat di-
ekstrak. Asam-asam organik sebagian besar terbentuk bedakan dari sampel yang lain melalui ciri total asam
saat proses curing (Herman eta/. 1990). dan alkalinitas abu terlarut. 5ementara itu, sampel 57
Berdasarkan analisis komponen utama (Gambar tidak mendekati ciri ekstrak manapun.
9), dapat disimpulkan bahwa sampel Virginia dan
Tahiti grade II mempunyai ciri yang sama karena Deskripsi Sensori secara Kualitatif
berada pada kuadran yang sama, berdasarkan alkali- Bagian pertama dari tahap pengujian deskripsi
nitas abu total, abu terlarut, dan abu total. Kedua kualitatif adalah wawancara mendalam. Hasilnya
sampel ini juga memiliki ciri yang hampir sama memperlihatkan bahwa atribut aroma yang di-
dengan Gll, tetapi dapat dibedakan dari kadar deskripsikan oleh setiap panelis berbeda-beda.
vanilinnya. 5elanjutnya atribut-atribut yang diperoleh didiskusikan
dalam kelompok diskusi terarah. Diskusi ini dilakukan
Scatterplot fA PC2 vs PC1
untuk menyamakan persepsi dan menemukan kese-
0 pakatan tentang atribut aroma yang dapat dideteksi
'"r oleh seluruh panelis. Kesimpulan yang diperoleh dari
Ccbrol'\rel
"""'"'"" kelompok diskusi dapat dilihat pada Tabel 4.
57
• DjaOJ
v..., • G 1 ~=~:n.
AlkAbuTota
Jenis Ekstrak Atribut Aroma
Tal'l'
-1 • Q-a:jell
c
40 ~RA
c, ~my SwM
vanilla Sweet Gue ~ViJ"lllia
-- """"'""
Sl ~key VIRGINIA
JASULAWANGI
• q •
-I •
GRADE II
•
PC1
Srrokey Creamy
Gam bar 11 Bip!ot PC2 vs PC1
dikelompokkan dengan ciri smoky dan spicy. Tahiti Heath HB. 1978. Flavour Technology: Profile/ Product
dan Gll tidak mempunyai ciri yang dominan. Application. Westport Connecticut: AVI.
Djasulawangi dan 57 beraroma balsamic. Herman, Suryati A, Sofiah S, Iskandar R. 1990.
Pembuatan Curing Buah Vanili. Bogar: Balittro.
Dengan demikian, sampel Gll sudah mampu
mendekati ciri fisikokimia produk impor Tahiti grade I, Perez-Silva et a/. 2005. GC-MS and GC-olfactometry
analysis of aroma compounds in representative
Tahiti grade II, dan Virginia. Akan tetapi, berdasarkan
organic aroma extract from cured vanilla (Vanilla
hasil uji sensori, Gll masih belum dapat mendekati planifolia G. Jackson) beans. Food Chem 30:30-
aroma ekstrak vanili dari eksportir maupun importir. 30.
Purseglove JW, Brown EG, Green CL, Robbins SRJ.
DAFTAR PUSTAKA 1981. Spices. Volume 2. London: Longman.
[AOAC] Official Methods of Analysis of AOAC Reineccius G. 1994. Source Book of Flavors. New
International. 1995. Washington: The Association York: Chapman & Hall.
of Official Agricultural Chemists. Setyaningsih D. 2006. Peranan Aktivitas Enzim ~
Boyce MC, Haddad PR, Sostaric T. 2003. Giukosidase pada Pembentukan Komponen
Determination of flavour components in natural Flavor Vanili selama Proses Kuring [Ringkasan
vanilla extracts and synthetics flavourings by Disertasi] Bogar: Institut Pertanian Bogar.
mixed micellar electrokinetic capillarychroma- Setyaningsih D, Rusli MS, Melawati, Mariska I. 2006.
tography. Anal Chim Acta 485 :179-186. Optimasi Proses Maserasi Vanili ( Vamlla plamfolia
Chalot CH. 1920. Culture et Preparation De La Vanille. Andrews) Hasil Modifikasi Proses Kuring. Jurnal
Emile Larose. Libraire Editeur. Paris. 215p. Di Teknol. dan Industri Pangan 17: no 2:230-239
dalam Nuryani Y. Monograf Vanili no. 4. hlm:18- (Status HKI: Permohonan paten dengan no
26. pendaftaran p00200600798 terhitung sejak
Ditjen Bina Produksi Perkebunan. 2004. Statistik tanggal 28 Desember 2006).
Perkebunan Indonesia: Vanili 2001-2003. Venturi V, Zennaro F, Degrassi G, Okeke BC, Bruschi
Jakarta: Departemen Pertanian, Direktorat CV. 1998. Genetics of ferulic acid bioconversion
Jenderal Bina Produksi Perkebunan. to protocatechuic acid in plant-growth-promoting
Funk C, Brodelius P. 1990. Phenylpropanoid meta- Pseudomonas putida WCS358. Microbiology UK.
bolism in suspension cultures of Vanilla planifolia 144 part 4:965-973
Andr. III. Conversion of 4-methoxycinnamics
acids into 4-hydroxybenzoic acids. Plant Physiol
94: 102-108.