You are on page 1of 7

Dwi Setyaningsih, Reni Rahmalia, dan Sugiyono

KAJIAN MIKROENKAPSULASI EKSTRAK VANILI

THE STUDY ON MICROENCAPSULATION OF VANILLA EXTRACT

Dwi Setyaningsih 1), Reni Rahmalia2), dan Sugiyono 3)


1
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
E-mail : dwisetya.sbrc@gmail.com
2
Alumni Program Studi Ilmu Pangan Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor
3
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

Natural vanilla extract microencapsulation was done by spray drying method, using maltodextrin DE10
and modified cassava starch (Flomax 8) as coating material. Selection of coating material ratio of maltodextrin
DE10 : Flomax8 (1:0, 1:1, 0:1, 1:2, 2:1) was done as pre-treatment, resulted in an optimum ratio of 2:1. Three
different treatments were applied: type of coating material (maltodextrin DE10, and maltodextrin DE10:
Flomax8 = 2:1), coating material concentration (10, 20, and 30%) and vanilla extract - coating material ratio
(3:2, 2:1 and 3:1). Type of coating material, coating concentration and ratio between vanilla extract and coating
material gave a significant difference to the yield, vanillin content and vanillin recovery. Vanillin extract coated
by maltodextrin DE10:Flomax8 2:1 gave yield, vanillin content and vanillin recovery higher than only
maltodextrin. The highest vanillin content and vanillin recovery obtained from 30% concentration of coating
material. The higher ratio of vanillin extract to coating material gave the higher vanillin content, but recovery
was lower. The type of coating material gave a significant effect to the solubility of vanilla powder. The
concentration of coating material and ratio between extract vanilla and coating material did not affect the
solubility. The type of coating materials, coating material concentration and ratio between vanilla extract and
coating material did not affect water activity of the obtained vanilla powder.

Keywords : flavor, microencapsulation, vanillin, vanilla powder, retention.

PENDAHULUAN Pada penelitian ini, ekstrak vanili diolah


menjadi bubuk vanili dengan cara mikroenkapsulasi.
Vanili merupakan salah satu flavoring agent Mikroenkapsulasi flavor merupakan suatu teknologi
yang penggunaannya cukup luas di industri pangan, yang mengubah bahan flavor likuid menjadi bahan
farmasi dan kosmetik. Vanili yang biasa digunakan padat, sehingga dapat mengurangi degradasi atau
dan dikenal masyarakat kita adalah vanili sintetik. penurunan aroma selama proses dan penyimpanan
Bahan makanan yang mengandung flavor sintetik (Soottitantawat et al. 2004). Selain itu mikro-
sering dihindari, karena dugaan konsumen terhadap enkapsulasi memberikan keawetan flavor seragam
flavor sintetik mengandung senyawa toksik dan dan terhindar dari kontaminasi karena terlindungi
berbahaya bagi kesehatan (Teixeira et al. 2004). oleh dinding kapsul.
Vanili alami memiliki lebih dari 250 komponen Senyawa flavor sebagian besar bersifat
organik, semua komponen tersebut memberikan volatil. Mikroenkapsulasi flavor dilakukan untuk
flavor dan aroma yang khas yang berbeda dengan memproduksi bubuk flavor sehingga dapat
vanili sintetik. mencegah kehilangan flavor karena penguapan,
Di Indonesia, vanili merupakan komoditas memperpanjang umur simpan dan membuat flavor
lokal yang secara tradisional selalu diekspor, bahkan mudah digunakan (Usha dan Pothakamury 1995).
tidak digunakan di dalam negeri karena tingginya Ekstrak vanili alami merupakan campuran kompleks
permintaan dunia. Namun teknologi proses yang lebih dari 170 komponen volatil yang terdapat dalam
lebih baik dan pembuatan produk turunannya harus vanili cured (Rao dan Ravishankar 2000). Teknik
disiapkan untuk mengantisipasi perkembangan mikroenkapsulasi diharapkan dapat menahan
pasar, memberikan nilai tambah bagi pengolahan komponen volatil vanili dalam waktu lama.
vanili dan membuka pasar bagi produk berbasis Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan
vanili Indonesia (Setyaningsih 2006). bubuk vanili berbasis vanili Indonesia, yang
Produk turunan vanili cukup banyak, antara memiliki sifat fisikokimia yang baik dan dapat
lain ekstrak vanili, pasta vanili, concentrated vanilla menjaga flavor dalam jangka waktu lama. Produk ini
extract, vanilla flavouring, concentrated vanilla diharapkan dapat menjadi bahan yang praktis dan
flavouring, oleoresin vanili, dan bubuk vanili. Dari banyak digunakan di industri pangan.
beberapa produk turunan vanili tersebut, bubuk
vanili menawarkan kemudahan pemanfaatan dan Tujuan Penelitian
penggunaannya. Vanili dalam bentuk bubuk Tujuan penelitian ini adalah mempelajari
memiliki umur simpan lama, bentuk sangat praktis pengaruh proses mikroenkapsulasi ekstrak vanili dan
sehingga penyimpanan lebih hemat tempat, siap sifat fisiokimia mikrokapsul (bubuk vanili) yang
pakai dan penggunaannya lebih luas. dihasilkan.

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(2), 64-70 64


Kajian Mikroenkapsulasi Ekstrak Vanili

METODE PENELITIAN kecepatan 150 rpm selama 3 jam. Dari 300 ml


ekstrak yang diuapkan didapatkan 160-170 ml.
Ekstrak vanili yang dihasilkan mengandung vanilin
Tempat dan Waktu Penelitian
sebesar 2,161 g/l, setelah dipekatkan mengandung
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium vanilin sebesar 3,230 g/l.
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian dan Laboratorium South East Pemilihan bahan penyalut
Asian Food & Agriculture Science & Technology Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan
(SEAFAST) Center IPB. Penelitian dimulai dari bahan penyalut yang tepat untuk mikroenkapsulasi
bulan April 2006 sampai dengan September 2007. ekstrak vanili. Dari tahap ini dipilih dua perlakuan
bahan penyalut yang memberikan hasil terbaik
Bahan dan Alat berdasarkan parameter yang diamati. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini penyalut yang digunakan adalah maltodekstrin DE
adalah bahan-bahan untuk curing vanili, ekstraksi 10 dan pati tapioka termodifikasi Flomax 8 yang
vanili, mikroenkapsulasi dan bahan-bahan untuk dibuat dengan perbandingan 1 : 0, 0 : 1, 1 : 2, 2 : 1
analisis. Bahan yang digunakan untuk curing vanili dan 1 : 1.
adalah vanili segar (Vanilla planifolia Andrews) Mikroenkapsulasi dengan spray dryer
yang diperoleh dari Kuningan Jawa Barat, butanol mengikuti metode Krishnan et al. (2005) yang telah
dan sistein. Bahan untuk ekstraksi vanili adalah dimodifikasi. Bahan-bahan penyalut dilarutkan
vanili hasil curing, etanol dan sukrosa. Bahan untuk dalam air destilata dengan konsentrasi 30%,
mikroenkapsulasi yaitu pati tapioka termodifikasi kemudian ditambahkan ekstrak vanili. Perbandingan
Flomax 8 dan maltodekstrin DE 10 (National Starch) ekstrak vanili dan bahan penyalut = 3 : 2. Setelah itu
dan CMC. campuran direhidrasi pada suhu 10-12 oC selama 12
Alat yang digunakan diantaranya kotak jam. Pada proses mikroenkapsulasi ekstrak vanili ini
peram, waterbath, oven, pipet, pisau, neraca analitik, sebelum dikeringkan dengan spray dryer ditambah
wadah plastik, gelas ukur, homogenizer, spray dryer, CMC 0,5% untuk membantu kestabilan emulsi.
aw-meter, termometer dan peralatan gelas. Campuran dihomogenisasi dengan homogenizer
selama 5 menit pada kecepatan 3000 rpm. Spray
Metodologi Penelitian dryer diatur suhunya, suhu inlet 140–150 oC dan
Persiapan bahan suhu outlet 70–80 oC. Sampel disimpan di suhu -30
o
Pada tahap ini dilakukan proses curing vanili C sampai dianalisis. Parameter yang diamati pada
untuk mendapatkan vanili ½ kering, selanjutnya tahap ini adalah aw (water activity), kelarutan dan
vanili ½ kering tersebut dijadikan sebagai bahan kadar vanilin bubuk vanili. Rancangan yang
ekstraksi vanili untuk mendapatkan ekstrak vanili. digunakan untuk tahap ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan tiga ulangan.
Proses curing vanili ½ kering modifikasi
Proses curing dilakukan mengikuti metode Formulasi mikroenkapsulasi ekstrak vanili
yang dilakukan oleh Setyaningsih (2006) dimana
Faktor yang diuji adalah jenis penyalut,
dihasilkan kadar vanilin yang lebih tinggi dibanding-
konsentrasi penyalut dan perbandingan ekstrak
kan dengan metode Balitro II. Pada buah vanili
vanili dengan penyalut. Penyalut yang digunakan
segar dilakukan penggoresan (scratching) minimal 3
adalah dua penyalut terbaik dari penelitian pemilihan
garis longitudinal tiap buah, kemudian dilakukan
penyalut. Penyalut dalam air destilata dibuat dengan
perendaman dengan larutan butanol 0,3 M dan
konsentrasi 10%, 20% dan 30%. Ekstrak vanili
sistein 1 mM selama dua jam, setelah itu dilakukan
dengan penyalut dibuat dengan perbandingan 3 : 2,
penirisan selama 15 menit. Selanjutnya dilakukan
2 : 1 dan 3 : 1. Sampel disimpan di suhu -30 oC
pemanasan (scalding) pada suhu 40 oC selama 30
sampai dianalisis. Parameter yang diamati meliputi
menit, kemudian dilakukan pemeraman (sweating)
rendemen, aw (water activity), kelarutan, kadar
selama 24 jam, dan dikeringkan pada suhu 40oC
vanilin dan recovery vanilin bubuk vanili. Recovery
selama tiga jam. Tahap ini dilakukan sebanyak 5
vanilin dinyatakan dalam bentuk persen (%) dihitung
kali sehingga diperoleh vanili ½ kering.
berdasarkan perbandingan antara jumlah vanilin
Proses Ekstraksi Vanili setelah dienkapsulasi (g/100g) dan jumlah vanilin
Proses ekstraksi vanili mengikuti metode sebelum dienkapsulasi (g/100g) dikalikan 100.
yang dilakukan oleh Setyaningsih (2006). Buah Rancangan yang digunakan untuk perlakuan ini
vanili ½ kering sebanyak 30 g dipotong 0,2-0,5 cm, adalah Rancangan Acak Lengkap tiga faktor.
selanjutnya vanili diekstrak dengan menggunakan
pelarut etanol 60% teknis dan air (7 : 3), kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
ditambah sukrosa sebanyak 7,3 g. Proses maserasi
dilakukan selama 16 hari kemudian dilakukan
penyaringan sehingga didapatkan ekstrak vanili Pengaruh jenis penyalut terhadap aw, kadar
triple fold. Kadar vanilin hasil curing adalah 0,41%. vanilin dan kelarutan bubuk vanili
Selanjutnya dilakukan penguapan etanol mengguna- Pada proses mikroenkapsulasi, pemilihan
kan rotary vacuum evaporator pada suhu 40 oC, penyalut sangat penting karena sangat mem-

65 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(2), 64-70


Dwi Setyaningsih, Reni Rahmalia, dan Sugiyono

pengaruhi sifat emulsi sebelum pengeringan dan semua perlakuan sama yaitu 3 : 2 terhadap penyalut,
sifat mikrokapsul yang dihasilkan. Hasil penelitian sementara jenis dan komposisi penyalut tidak
menunjukkan jenis dan komposisi penyalut yang berpengaruh nyata terhadap kadar vanilin bubuk
berbeda menghasilkan aw, kelarutan dan kadar vanili.
vanilin yang bervariasi dari produk ekstrak vanili
terenkapsulasi (bubuk vanili). Data nilai aw, Formulasi mikroenkapsulasi ekstrak vanili
kelarutan dan kadar vanilin bubuk vanili dapat Berdasarkan penelitian tahap I, dua penyalut
dilihat pada Tabel 1. yang digunakan untuk tahap selanjutnya adalah
Tabel 1. Nilai aw, kelarutan dan kadar vanili bubuk maltodekstrin dan kombinasi maltodekstrin dan pati
vanili tapioka termodifikasi Flomax 8 dengan perbanding-
an 2 : 1. Hasil penelitian menunjukkan jenis
kadar
Penyalut Kelarutan penyalut, konsentrasi penyalut dan rasio antara
aw vanilin
MD : Flo (%) ekstrak vanili dengan penyalut memberikan hasil
(g/100g)
yang berbeda terhadap rendemen, aw, kelarutan dan
1:0 0,443 a 90,28 a 1,15 a
retensi vanilin selama pengeringan.
0:1 0,478 a 26,69 b 1,15 a
1:2 0,462 a 59,87 c 1,18 a
Rendemen
2:1 0,442 a 78,43 d 1,18 a
Rendemen bubuk vanili pada penelitian ini
1:1 0,475 a 67,58 e 1,14 a
berkisar 18,68% - 31,80% (Gambar 1). Rendemen
Keterangan : paling tinggi sebesar 31,80% didapat dari perlakuan
Hasil uji beda Duncan menunjukkan huruf yang menggunakan bahan penyalut maltodekstrin dan pati
sama dalam baris dan kolom berarti tidak ada beda tapioka termodifikasi Flomax 8 (2 : 1), dengan
nyata antar perlakuan (p = 0,05). konsentrasi penyalut 10% dan rasio ekstrak vanili
dengan penyalut 3 : 1. Rendemen paling rendah
Nilai aw sebesar 18,68% didapat dari perlakuan meng-
Pada penelitian ini aw yang dihasilkan gunakan bahan penyalut maltodekstrin, dengan
berkisar 0,442-0,478 (Tabel 1). Hasil sidik ragam konsentrasi penyalut 30% dan rasio ekstrak vanili
menunjuk-kan jenis dan komposisi penyalut yang dengan penyalut 3 : 2.
digunakan pada penelitian ini tidak berpengaruh
nyata terhadap aw bubuk vanili. Retensi komponen 40
31,80
flavor di-pengaruhi oleh aw (aw = RH/100). Produk 35
yang dianggap baik yaitu produk yang dihasilkan 30
Rendemen (%)

18,68
dari perlakuan menggunakan penyalut maltodekstrin 25
dan penyalut maltodekstrin dengan pati tapioka ter- 20

modifikasi Flomax 8 dengan perbandingan 2 : 1. 15


10
5
Kelarutan 0
Kelarutan bubuk vanili yang dilarutkan pada 3:2 2:1 3:1 3:2 2:1 3:1

air suhu 40oC (Aini, 2001) berkisar antara 26,69% - Rasio ekstrak vanili dengan Rasio ekstrak vanili dengan
90,28% (Tabel 1). Semakin tinggi kelarutan, produk penyalut penyalut

bubuk vanili yang dihasilkan semakin baik karena Maltodekstrin Maltodekstrin : Flomax 8
10% 20% 30%
flavor akan terlepas pada saat pemakaian. Hasil
sidik ragam menunjukkan komposisi penyalut yang Gambar 1. Rendemen bubuk vanili dari semua
digunakan pada penelitian ini berpengaruh nyata perlakuan
terhadap kelarutan produk bubuk vanili. Kelarutan
bubuk vanili terbesar pada perlakuan mikro- Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa
enkapsulasi dengan penyalut maltodekstrin yaitu jenis penyalut, konsentrasi bahan penyalut dan rasio
sebesar 92,28% dan kelarutan terendah pada per- ekstrak vanili dengan penyalut berpengaruh nyata
lakuan dengan penyalut pati tapioka termodifikasi terhadap rendemen bubuk vanili yang dihasilkan.
Flomax 8 sebesar 26,69%. Perbedaan kelarutan ini Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan rendemen
disebabkan karakteristik awal dari 2 jenis penyalut bubuk vanili dengan penyalut maltodektrin dan
ini berbeda, maltodekstrin memiliki sifat lebih maltodekstrin dan pati tapioka termodifikasi Flomax
mudah larut daripada pati tapioka termodifikasi 8 (2 : 1) memiliki perbedaan yang nyata. Perlakuan
Flomax 8. dengan jenis penyalut maltodekstrin dan pati tapioka
Kadar vanilin bubuk vanili termodifikasi Flomax 8 menghasilkan rendemen
Dari hasil penelitian, kadar vanilin dari yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan
bubuk vanili berkisar antara 1,14 - 1,18 g/100g menggunakan jenis penyalut maltodektrin saja. Hal
(Tabel 1). Hasil sidik ragam menunjukkan tidak ada ini disebabkan karakteristik awal dari kedua sifat
perbedaan yang nyata vanilin bubuk vanili dari penyalut ini berbeda. Pati termodifikasi dengan DE
semua perlakuan. Hasil yang tidak berbeda nyata ini tertentu cenderung membentuk kerak pada dinding
disebabkan ekstrak vanili yang ditambahkan pada tabung pengering (Che Man et al. 1999). Hal ini

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(2), 64-70 66


Kajian Mikroenkapsulasi Ekstrak Vanili

dapat menyebabkan rendahnya rendemen yang tapioka termodifikasi Flomax 8. Hal ini disebabkan
dihasilkan dengan menggunakan spray drying. sifat asal dari bahan penyalut, maltodekstrin
Dari hasil penelitian, semakin tinggi memiliki kelarutan lebih tinggi dibanding pati
konsentrasi jenis penyalut dan semakin besar rasio tapioka termodifikasi Flomax 8. Hal ini
penyalut terhadap ekstrak vanili semakin rendah berpengaruh terhadap kelarutan bubuk vanili yang
rendemen yang dihasilkan, hal ini disebabkan karena dihasilkan.
viskositas bahan yang akan dikeringkan semakin
tinggi. Menurut Young et al. (1993), viskositas 125
yang terlalu tinggi mengganggu proses atomisasi dan
100 89,57

K e la ru ta n (% )
mengakibatkan pembentukan droplet yang besar dan 78,06
panjang yang menyebabkan kecepatan pengering 75
berkurang sehingga rendemen mikrokapsul ber- 50
kurang.
25
Menurut Hustiany (2006), semakin besar
jumlah penyalut semakin besar pula rendemen 0
produk flavor terenkapsulasi. Hal ini disebabkan 3:2 2:1 3:1 3:2 2:1 3:1
jumlah penyalut sangat berperan terhadap rendemen Rasio ekstrak vanili dengan Rasio ekstrak vanili dengan
produk flavor terenkapsulasi. Sementara itu, air dan penyalut penyalut
komponen flavor ada yang menguap selama proses
Maltodekstrin Maltodekstrin : Flomax 8
pengeringan dan peranannya kecil terhadap
rendemen produk flavor terenkapsulasi. Meskipun 10% 20% 30%
peningkatan konsentrasi atau viskositas akan
meningkatkan rendemen mikrokapsul tetapi masing- Gambar 3. Kelarutan bubuk vanili dari semua
masing bahan mempunyai batas maksimal untuk perlakuan
peningkatan viskositas sampai akhirnya tidak terjadi
peningkatan viskositas lagi, bahkan peningkatan Kadar vanilin
viskositas akan menurunkan rendemen mikrokapsul Kadar vanilin bubuk vanili dari berbagai
(Bhandari et al. 1992). perlakuan berkisar 0,40 - 2,17 g/100g (Gambar 4).
Kadar vanilin tertinggi didapat dari perlakuan bubuk
Nilai aw vanili dengan penyalut maltodekstrin dan pati
Nilai aw bubuk vanili dari berbagai perlakuan tapioka termodifikasi (2 : 1), konsentrasi penyalut
berkisar 0,437 - 0,451 (Gambar 2). Dari hasil sidik 30% dan rasio ekstrak vanili dengan penyalut (3 : 1).
ragam didapatkan hasil bahwa jenis penyalut, Dari hasil sidik ragam didapatkan bahwa jenis
konsentrasi bahan penyalut dan rasio ekstrak vanili penyalut, konsentrasi bahan penyalut dan rasio
dengan penyalut tidak berpengaruh nyata terhadap ekstrak vanili dengan penyalut berpengaruh nyata
aw bubuk vanili yang dihasilkan. terhadap kadar vanilin bubuk vanili.
0,600 3,00
K ad ar V an ilin (g /1 0 0 g

0,500 0,437 0,451 2,50 2,17


0,400 2,00
aw

0,300 1,50
0,200 1,00
0,40
0,100 0,50

0,000 0,00
3:2 2:1 3:1 3:2 2:1 3:1 3:2 2:1 3:1 3:2 2:1 3:1
Rasio ekstrak vanili dengan Rasio ekstrak vanili dengan
penyalut penyalut Rasio ekstrak vanili dengan Rasio ekstrak vanili dengan
penyalut penyalut
Maltodekstrin Maltodekstrin : Flomax 8
10% 20% 30%
Maltodekstrin Maltodekstrin : Flomax 8
Gambar 2. Aw bubuk vanili dari semua perlakuan 10% 20% 30%

Kelarutan Gambar 4. Kadar vanilin dari semua perlakuan


Kelarutan bubuk vanili dari berbagai per-
lakuan berkisar 78,06 - 89,57% (Gambar 3). Dari Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan kadar
hasil sidik ragam dan uji lanjut Duncan didapatkan vanilin bubuk vanili dengan penyalut maltodektrin
bahwa jenis penyalut berpengaruh nyata terhadap dan maltodekstrin dan pati tapioka termodifikasi
kelarutan bubuk vanili, sedangkan konsentrasi bahan Flomax 8 (2 : 1) memiliki perbedaan yang nyata.
penyalut dan rasio ekstrak vanili dengan penyalut Kadar vanilin bubuk vanili dengan penyalut
tidak berpengaruh nyata terhadap kelarutan bubuk maltodekstrin dan pati tapioka termodifikasi Flomax
vanili. Bubuk vanili dengan penyalut maltodekstrin 8 (2 : 1) memiliki nilai lebih tinggi dibanding kadar
memiliki kelarutan lebih tinggi dibanding dengan vanilin dengan penyalut maltodekstrin saja. Hal ini
menggunakan bahan penyalut maltodekstrin dan pati berarti kombinasi penyalut maltodekstrin dan pati
tapioka termodifikasi Flomax 8 (2 : 1) memiliki

67 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(2), 64-70


Dwi Setyaningsih, Reni Rahmalia, dan Sugiyono

kemampuan lebih tinggi dalam melindungi kadar lebih tinggi dibanding dengan penyalut malto-
vanilin dibanding hanya menggunakan penyalut dekstrin saja. Hal ini dipengaruhi oleh sifat
maltodekstrin saja. komposisi kimia bahan penyalut. Sifat bahan
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan penyalut tergantung komposisi kimianya (Goubet et
konsentrasi (10%, 20%, dan 30%) menghasilkan al. 1998). Sifat bahan penyalut dapat mempengaruhi
nilai yang berbeda nyata terhadap kadar vanilin retensi, ditentukan dari viskositasnya.
bubuk vanili. Pada rasio ekstrak vanili dengan
penyalut sama, kadar vanilin memiliki nilai tertinggi 100

R eco v ery v an ilin (% )


83,62
pada konsentrasi terbesar (30%) diikuti pada 80
konsentrasi 20% dan kadar vanilin terendah pada
60
konsentrasi 10%. Hal ini disebabkan vanilin lebih
terlindungi oleh penyalut dalam jumlah yang lebih 40 28,88
banyak atau konsentrasinya lebih tinggi dibanding 20
dengan konsentrasi lebih rendah. 0
Konsentrasi penyalut sangat berperan dalam 3:2 2:1 3:1 3:2 2:1 3:1
pembentukan crust. Menurut Menting dan Hoogstad
(1967) dalam Rosenberg et al. (1990), komponen Rasio ekstrak vanili dengan Rasio ekstrak vanili dengan
volatil dapat menguap sampai terbentuknya lapisan penyalut penyalut
keras yang mengelilingi droplet (crust). Kehilangan Maltodekstrin Maltodekstrin : Flomax 8
komponen volatil dapat terjadi jika komponen volatil
dapat menguap melalui crust dengan cara berdifusi 10% 20% 30%
melalui pori-pori atau celah-celah yang terbentuk Gambar 5. Recovery vanilin (%) dari semua
pada crust. Pada konsentrasi penyalut yang lebih perlakuan
tinggi crust yang terbentuk lebih kompak sehingga
akan mengurangi kehilangan komponen volatil. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan hasil
Peningkatan konsentrasi penyalut selain akan konsentrasi penyalut (10, 20 dan 30%) menghasilkan
mengurangi waktu pembentukan crust, juga akan hasil yang berbeda nyata terhadap recovery vanilin
mengurangi kehilangan komponen volatil. Dengan bubuk vanili. Pada penelitian ini, peningkatan
viskositas yang semakin tinggi, lapisan yang konsentrasi penyalut sampai 30% meningkatkan
mengelilingi inti akan terbentuk dengan cepat recovery vanilin bubuk vanili. Hal ini sejalan
sehingga inti akan segera terlindungi. dengan penelitian Medikasari (1998) dan Shiga et al.
Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan rasio (2003). Hasil penelitian Shiga et al. (2003), retensi
ekstrak vanili dengan penyalut (3 : 2, 2 : 1, 3 : 1) flavor lenthionine meningkat dengan meningkatnya
memberikan nilai yang berbeda nyata terhadap kadar konsentrasi penyalut (30%, 40%, dan 50%).
vanilin bubuk vanili. Semakin besar rasio ekstrak Kandungan padatan yang tinggi menyebabkan
vanili terhadap penyalut semakin besar kadar vanilin suspensi menjadi kental. Tingginya viskositas
bubuk vanili. Hal ini dapat dimengerti karena cenderung membatasi terjadinya pindah panas
semakin banyak ekstrak vanili yang ditambahkan, konveksi di dalam kapsul dan akan memperlambat
kadar vanilin yang terkandung juga makin besar difusi volatil ke permukaan kapsul.
sehingga akan menghasilkan kadar vanilin pada Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan rasio
bubuk vanili lebih tinggi dibanding kadar vanilin ekstrak vanili dengan penyalut (3 : 2, 2 : 1, 3 : 1)
bubuk vanili yang dibuat dengan penambahan memberikan nilai yang berbeda nyata terhadap
ekstrak vanili yang lebih sedikit. recovery vanilin bubuk vanili. Hasil penelitian
menunjukkan recovery vanilin bubuk vanili dari
Recovery vanilin perlakuan rasio ekstrak vanili dan penyalut 3 : 2
Retensi vanilin bubuk vanili selama lebih tinggi dibandingkan rasio 2 : 1 dan 3 : 1. Hal
pengeringan pada penelitian ini dinyatakan sebagai ini sejalan dengan hasil penelitian Hustiany (2006)
recovery vanilin bubuk vanili. Dari hasil penelitian dan Soottitantawat (2004). Bhandari et al. (1992)
diperoleh hasil recovery vanilin bubuk vanili dari melakukan penambahan penyalut untuk meningkat-
semua perlakuan berkisar 28,88% - 83,62% (Gambar kan retensi flavor. Dengan penyalut yang lebih
5). Recovery vanilin terbesar sebesar 83,62% pada banyak dan flavor lebih sedikit, flavor akan lebih
perlakuan menggunakan penyalut maltodekstrin dan banyak terlindungi oleh penyalut selama pengering-
pati tapioka termodifikasi Flomax 8 dengan an.
konsentrasi penyalut 30% dan rasio ekstrak dengan
penyalut 3 : 2. Scanning Electron Microscope vanili bubuk
Dari hasil sidik ragam terlihat bahwa jenis Pada penelitian ini SEM digunakan untuk
penyalut, konsentrasi bahan penyalut dan rasio melihat penampakan luar dari bubuk setelah
ekstrak vanili berpengaruh nyata terhadap recovery disimpan seperti yang dilakukan oleh Soottitantawat
vanilin bubuk vanili. Hasil uji lanjut Duncan et al. (2004). Penyimpanan bubuk vanili dilakukan
menunjukkan hasil recovery vanilin bubuk vanili pada suhu 4 oC selama 4 minggu. Dari hasil
dengan bahan penyalut maltodekstrin dan pati pengukuran SEM dapat dilihat struktur bubuk vanili
tapioka termodifikasi Flomax 8 (2 : 1) memiliki nilai belum mengalami kerusakan, partikel-partikel bubuk

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(2), 64-70 68


Kajian Mikroenkapsulasi Ekstrak Vanili

vanili yang berdekatan terlihat utuh dan terpisah satu rendemen, kadar vanilin dan recovery vanilin lebih
sama lain. Selama struktur kapsul utuh, retensi tinggi dibanding bubuk vanili dengan penyalut
volatil dapat dipertahankan (Soottitantawat et al. maltodekstrin saja. Kadar vanilin bubuk vanili
2005). tertinggi pada konsentrasi paling besar (30%),
semakin besar rasio ekstrak terhadap penyalut, kadar
vanilin semakin besar.
Konsentrasi penyalut sampai 30%
meningkatkan recovery vanilin bubuk vanili.
Semakin kecil rasio ekstrak vanili dengan penyalut
semakin besar recovery vanilin bubuk vanili. Rasio
5 kV X3.500 5 μm
ekstrak vanili dengan penyalut 3 : 2 memberikan
230819 recovery vanilin bubuk vanili yang lebih besar
dibandingkan rasio 2 : 1 dan 3 : 1.
(a) Jenis penyalut berpengaruh nyata terhadap
kelarutan bubuk vanili. Bubuk vanili dengan
penyalut maltodekstrin memiliki kelarutan lebih
tinggi dibandingkan dengan bubuk vanili dengan
penyalut maltodekstrin dan pati tapioka
termodifikasi Flomax 8 (2 : 1). Konsentrasi
penyalut dan rasio ekstrak vanili terhadap penyalut
tidak berpengaruh nyata terhadap kelarutan. Jenis
penyalut, konsentrasi penyalut dan rasio eksrak
vanili dengan penyalut tidak berpengaruh terhadap
5 kV X3.500 5 μm aw bubuk vanili yang dihasilkan.
230819
Saran
Pada penelitian ini, konsentrasi vanilin yang
(b)
disalut masih rendah sehingga aroma khas vanili dari
Gambar 6. Penampakan luar bubuk vanili dengan
bubuk vanili masih kurang tercium. Ekstrak vanili
penyalut maltodektrin (a) dan
yang lebih pekat diperlukan untuk mendapatkan
maltodekstrin:Flomax8= 2:1(b), setelah
konsentrasi vanilin yang lebih tinggi. Perlu dicoba
penyimpanan 4 minggu pada suhu 4
teknik ekstraksi yang lain misalnya ekstraksi
o
C. Perbesaran 3500x, 1 bar = 5 μm
superkritik (supercritical fluid extraction). Selain
itu perlu dilakukan uji organoleptik menggunakan
Kestabilan komponen flavor terenkapsulasi
panelis terlatih untuk memberikan penilaian sensori
selama penyimpanan dan distribusi dipengaruhi
terhadap bubuk vanili yang dihasilkan dan juga
beberapa faktor, diantaranya adalah aw (Whorton
dilakukan penelitian aplikasi bubuk vanili pada
dan Reineccius 1995 dalam Hustiany 2006;
berbagai produk pangan.
Soottitantawat et al. 2004), suhu (Soottitantawat et
al. 2005), jenis komponen flavor dan jenis penyalut
DAFTAR PUSTAKA
(Hustiany, 2006). Waktu paruh bubuk vanili yang
disimpan pada suhu rendah adalah sekitar tiga bulan.
Bubuk vanili disimpan pada botol kaca bertutup, Aini N. 2001. Mikroenkapsulasi β-karoten ekstrak
untuk mengurangi kehilangan komponen volatil, buah dan tepung labu kuning (Curcubita
produk enkapsulasi sebaiknya disimpan dalam moschata). Thesis Program Pasca Sarjana.
kondisi dingin dalam wadah kedap udara. Yogyakarta : UGM.
Pemberian kemasan sekunder atau tersier dapat Bayram, O. A. Bayram M & Tekin A. R. 2005.
memperpanjang umur simpan produk. Spray drying of sumac avour using sodium
chloride, sucrose, glucose and starch as
KESIMPULAN DAN SARAN carriers. Journal of Food Engineering 69.
253–260.
Kesimpulan Bhandari BR, E D Dumoulin, H M J Richartd, I
Dua penyalut yang memberikan sifat terbaik Nouleau, dan A M Lebert. 1992. Flavor
pada parameter yang diamati dari penelitian encapsulation by spray drying : application to
pemilihan bahan penyalut yaitu penyalut malto- citral and linalyl acetate. J. of Food Sci. 57
dekstrin dan kombinasi maltodekstrin dengan pati (1): 217-221.
tapioka termodifikasi Flomax 8 (2 : 1). Cai, Y. Z., Corke . H. 2000. Production and
Jenis penyalut, konsentrasi bahan penyalut properties of spray dried amaranthus
dan rasio ekstrak vanili dengan penyalut ber- betacyanins pigments. Journal of Science, 65,
pengaruh nyata terhadap rendemen, kadar vanilin 1248-1252.
dan recovery vanilin bubuk vanili. Bubuk vanili Cheetam P S J. 2002. Plant-Derived Natural Sources
dengan penyalut maltodekstrin dan pati tapioka of Flavours. Di dalam Taylor A J. 2002. Food
termodifikasi Flomax 8 (2 : 1) menghasilkan Flavour Technology. CRC Press. UK.

69 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(2), 64-70


Dwi Setyaningsih, Reni Rahmalia, dan Sugiyono

Che Man Y.B, Irwandi J., Abdullah W.J.W. 1999. Setyaningsih D. 2006. Peranan Aktivitas Enzim β-
Effect of different types of maltodextrin and Glukosidase pada Pembentukan Flavor Panili
drying methods physico-chemical and sensory Selama Proses Curing. Disertasi. Bogor : IPB.
propperties of encapsulated durian flavor. Setyaningsih, D, M.S. Rusli, Melawati, I. Mariska.
J.Sci.Food.Agric.79: 1075-1080. 2006. Optimasi Proses Maserasi Vanili
Goubet, I., Le Quere, J.L. & Voilley, A. 1998. (Vanilla planifolia Andrews) Hasil Modifikasi
Retention of aroma compounds by Proses Curing. Jurnal Teknol. Dan Industri
carbohydrates: influence of their physico- Pangan, Vol XVII, no. 2.
chemical characteristics and of their physical Shiga H, Yoshii H, Nishiyama T. 2001. Flavor
state. Journal of agricultural of Food encapsulation and release characteristics of
Chemistry, 48, 1981-1990. spray-dried powder by the blended
Hustiany R. 2006. Modifikasi Asilasi dan encapsulant of cyclodextrin and gum arabic.
Suksinilasi Pati Tapioka sebagai Bahan Drying Technol 19 : 1385–1395.
Enkaapsulasi Komponen Flavor. Disertasi. Soottitantawat A, Yoshii H, Furuta T, Ohkawara M,
Bogor : IPB. Linko P. 2004. Microencapsulation by Spray
Krishnan, S., Kshirsagar, A.C., Singhal, R.S. 2005. Drying : Influence of Emulsion Size on the
The use of gum arabic and modified starch in Retention of Volatile Compounds. J of Food
the microencapsulation of a food flavoring Sci. 68 (7).
agent. Carbohydrate Polymers 62 : 309–315. Teixeira MI, Andrade LR, Farina M, Rocha-Lea o,
Medikasari. 1998. Mempelajari Pengaruh M.H.M. 2004. Characterization of short chain
Konsentrasi dan Nisbah Bahan Matriks serta fatty acid microcapsules produced by spray
Penyimpanan Terhadap Retensi Komponen drying. Materials Sci and Engineering C 24 :
Flavor Terenkapsulasi. Tesis. Bogor : IPB. 653–658.
Melawati. 2006. Optimasi Proses Maserasi Panili Usha R, Pothakamury UR. 1995. Fundamental
(Vanilla planifolia Andrews) Hasil Modifikasi aspects of controlled release in foods. Trends
Proses Curing. Skripsi. Bogor. Fateta-IPB. in Food Sci and Technol 6 (12) : 397–406.
Rao SR, Ravishankar, GA. 2000. Review : Panili Whorton C dan G A Reineccius.1995.Encapsulation
Flavour : Production by Convensional and and Controlled Release of FoodIngredients.
Biotechnological Routes. Journal Science ACS, Washington.
Food Agric 80 : 289-304. Young S.L., X. Sarda, and M. Rosenberg. 1993.
Robertson, G. L. 1993. Food Packaging. New Microencaptulating Propeerties of Whey
York : Marcel Dekker, Inc. Proteins. J. Dairy Sci. 76: 2878-2885.
Rosenberg, M., I. J. Kopelman, dan Y. Taalmon. Yoshii H, Soottitantawat A, Liu XD. 2001. Flavor
1990. Factors affecting retention in spray- release from spray-dried maltodextrin/gum
drying microencapsulation of volatile arabic or soy matrices as a function of storage
materials. J. Agric. Food Chem. 38:1288- relative humidity. Innovative Food Science
1294. and Emerging Technologies 2 : 55–61.
Reineccius, G.A. 1989. Spray drying of food
flavors. In “flavor Encapsulation”, eds. Risch,
S. J., and Reineccius, G.AA., Washington DC,
American Chemical Society, pp. 55 -66

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(2), 64-70 70

You might also like