Professional Documents
Culture Documents
Firm, Dengan Corporate Social Responsibility (CSR), Dan Kontrak Kompensasi
Firm, Dengan Corporate Social Responsibility (CSR), Dan Kontrak Kompensasi
State Own Companies (BUMN) are ones of nation assets that give contribution to the
nation by dividend, tax payment, absorbing the employee and society development. There
is a little research on BUMN because lack of data. Research on BUMN is very important
because it can improve the efficiency and effectiveness the policy of government to
regulate BUMN. Government hopes the input from academician based on their empirical
researches. The domination of BUMN on the market liquidation shows that the role of
BUMN are important in the capital market.
The research will try to investigate the relationship between investment opportunity set
(IOS) and firm value with corporate social responsibility and contract compensation as
moderating variables. The research uses univariate analysis, person correlation and
multiple regressions to investigate the relationship between IOS and value of the firm.
The data of research come from Statement of Performance BUMN 2003-2007 that issued
by ministry of BUMN.
The result shows that not all BUMN have IOS, especially the BUMN that have loss and
have unhealthy performance. The regression and correlation shows the positive
relationship between IOS and value of the firm. Healthy performance measurement and
community development fund that BUMN give to society have positive relationship to the
firm value.
Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mencari pola hubungan IOS dengan peningkatan value of the firm dengan kontrak
kerja sebagai moderating variabel pada perusahaan BUMN. Hasil penelitian ini akan
digunakan untuk memperkuat temuan penelitian-penelitian yang dilakukan
sebelumnya yang telah berhasil mencari pola hubungan untuk perusahaan go-publik;
2. Membuktikan bahwa CSR pada posisi sebagai moderating variable dapat
meningkatkan value of the firm dalam jangka panjang, dan mempengaruhi keputusan
IOS yang diambil oleh para pemangku kepentingan dalam BUMN terutama
pemerintah;
3. Membuktikan bahwa CSR juga mempengaruhi peningkatan value of the firm, dampak
peningkatan dilihat dari perubahan corporate culture dan perubahan paradigma
sehingga BUMN.
Selain itu penelitian ini dapat memberikan masukan untuk kebijakan pengelolaan BUMN
dalam hal :
a. Evaluasi terhadap Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang saat ini
telah dijalankan.
b. Mengajukan metode evaluasi PKBL yang dapat dijadikan acuan dalam penilaian
efisiensi dan efektivitas pelaksanaan PKBL.
c. Evaluasi atas penilaian kinerja BUMN berdasarkan peraturan yang ada.
d. Mengajukan metode penilaian kinerja BUMN yang komprehensif yang dapat
mengukur nilai perusahaan, kemampuan perusahaan untuk berkembang di masa
mendatang dan kegiatan CSR.
Manfaat yang diharapkan tercapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Melengkapi literature di bidang akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen,
kontribusi ini memberikan dukungan bahwa interelasi antara akuntansi
manajemen dan akuntansi keuangan sangat tinggi. Dua bidang ini tidak dapat
dipisahkan dan kedua-duanya saling subtitusi dan berkomplementer. Pola
hubungan dengan sampel yang berbeda mungkin saja akan memberikan bukti
yang berbeda dengan penelitian-penelitian di Indonesia sebelumnya yang
berfokus pada perusahaan go-publik.
2. Dengan digunakannya sampel BUMN, memberikan inspirasi dan wawasan baru
bagi penelitian di Indonesia akan obyek-obyek penelitian yang sampai saat ini
belum mendapatkan perhatian cukup dari akuntan peneliti. Sumbangan yang
dihasilkan nantinya dapat memberikan sumbang saran untuk perbaikan regulasi-
regulasi pemerintah pada masa yang akan datang.
3. Sebagai bahan referensi bagi pemerintah khususnya Kementerian BUMN dan
Departemen Keuangan, Menko Ekuin, bahwa untuk meningkatkan kemakmuran
masyarakat berbagai pihak harus berkolaborasi. Hal ini ditunjukkan dengan
pembuktian yang dilakukan secara empiris, bahwa terdapat pola hubungan IOS
dengan value of the firm, kontrak kompensasi, dan CSR. Dengan bukti yang
dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam membuat
keputusan strategis pemerintah.
IOS meliputi pengeluaran modal untuk pengenalan produk baru, atau memperluas
jangkauan pasar produk yang ada, alternative pengeluaran untuk menekan biaya
restrukturisasi perusahaan, pilihan kebijakan akuntansi yang menguntungkan. Lebih
lanjut Myers (1977), menyatakan bahwa semua biaya variable adalah bagian dari IOS.
Terdapat perbedaan makna antara pertumbuhan dan IOS, IOS adalah pilihan
investasi (McDonalddan Siegel, 1986; dan Pindick, 1988) yang menghasilkan NPV
positif, sedangkan pertumbuhan adalah kemampuan perusahaan untuk meningkatkan
ukuran. Jensen (1986), bahwa investasi dari kas untuk akuisisi meningkatkan ukuran
perusahaan tanpa nilai. Kemampun perusahaan untuk mengakuisisi perusahaan lain
bukan komponen IOS dan tidak menghasilkan nilai.
Proxy yang berhubungan rasio ukuran investasi pada ukuran asset yang telah
dimiliki atau dengan hasil operasi yang dihasilkan dari asset yang dimiliki. Tingkat
aktivitas investasi perusahaan yang tinggi memiliki hubungan significant positif dengan
IOS perusahaan Kallapur dan Trombley , 2001).
Dampak CSR sangat besar terhadap firm value (Walton 1982, Kok et al 2001, dan
Waddock et al 2002). Perusahaan yang berorientasi pada maksimalisasi profit tanpa
memperhatikan social responsibility tidak mampu mempertahankan kondisinya secara
jangka panjang (Friednab, 1970, Spencer et al 2003, Waddock dan Graves 1997). Pilihan
strategy CSR yang meliputi shareholders strategy, altruistic strategy, reciprocal strategy,
dan citizenship strategy, sangat mempengaruhi actual return perusahaan (Spencer et al
2003, Joyner and Payne 2002, Angelidis and Ibrahim 2004, Hemingway dan Maclegan
2004, Turban dan Greening 1997, Waddock et al 2002, Rosen et al 2003 Demmy dan
Talbott 1998, Di Nitto 1989, File dan Prince 1998, Dawkins and Lewis 2003, Margolis
and Walsh 2003). Aktual return mempengaruhi secara significant firm value perusahaan.
Agency cost, Free cash flow merupakan cash from operation yang tidak akan
digunakan untuk mendanai proyek yang memiliki NPV positif. Terjadinya financial
distress mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki IOS yang jelek (Jensen, 1986).
Pasar rasional, mampu mendeteksi adanya free cash flow, dengan merespon saham
dengan harga yang rendah (Jensen dan Meckling, 1976). Dampaknya untuk mengurangi
agency cost dari free cash flow ini, manager akan memasukkan ke dalam kontrak
komitmen dan kompensasi , disisi lain perusahaan dapat memasukkan pengeluaran cash
dalam bentuk deviden, sehingga terjadi hubungan positif antara free cash flow dan
deviden payout (Kallapur dan Trombley, 2001). Apabila banyak proyek yang NPV positif
, maka IOS dan free cash flow berhubungan negatif. Dampak dari hubungan ini maka
IOS dan leverage dan antara IOS dengan devident payout negatif (Kallapur dan
Trombley, 2001).
Menguji asosiasi antara IOS Myers (1977), yang diartikan sebagai satu kombinasi
antara aktiva riil (assets in place) dan opsi/pilihan investasi pada masa yang akan datang,
dengan kebijakan pendanaan dan deviden perusahaan, serta implikasinya pada perubahan
harga saham. Peneliti mengunakan lima variable yang digunakan sebagi indicator
pertumbuhan yaitu book value of plant, property, dan equipment to assets ratio
(PPE/BVA); market to book of equity ratio (MVE/BE), price to earning ratio (P/E);
market to book of assets ratio (MVA/BE); and capital addition to book of assets ratio
(CAP/BVA). Peneliti menggunakan factor analisis, terhadap 40 perusahaan yang
dikatorikan bertumbuh, 40 perusahaan tidak tumbuh, dari 97 perusahaan go public pada
BEJ dikecualikan perusahaan financial dan perbankan. Untuk menguji korelasi antara
nilai IOS dengan realisasi perusahaan bertumbuh digunakan Spearman rank correlation.
Masih terdapat kelemahan penelitian yaitu sample yang digunakan relative kecil,
2) elemen R&D tidak dimasukan dalam IOS, 3) tidak dikontrolnya extraordinary item, 4)
struktur kepemilikan perusahaan tidak dimasukkan, dan 5) model regresi yang dipilih
mungkin tidak tepat.
Hypotesis yang diajukan dalam penelitian meliputi : 1a) Rasio market to book
value of asset (MVABVA) berkorelasi positif terhadap realisasi pertumbuhan setelah tahun
penetapan level IOS (tahun dasar), 1b) Rasio market to book value of equity (MVEBVE)
berkorelasi positif terhadap realisasi pertumbuhan setelah tahun penetapan level IOS
(tahun dasar), 1c) Rasio price to earning per-price (PER) berkorelasi positif terhadap
realisasi pertumbuhan setelah tahun penetapan level IOS (tahun dasar), 1d) Rasio capital
expenditure to book value of asset (CAPBVA) berkorelasi positif terhadap realisasi
pertumbuhan setelah tahun penetapan level IOS (tahun dasar), 1e) Rasio capital
expenditure to market value of asset (CAPMVA) berkorelasi positif dengan realisasi
pertumbuhan setelah tahun penetapan level IOS (tahun dasar), 1f) Skor factor IOS
berkorelasi dengan realisasi pertumbuhan setelah tahun penetapan level IOS (tahun
dasar), 1g) Variable instrumental IOS berkorelasi positif dengan realisasi pertumbuhan
setelah tahun penetapan level IOS (tahun dasar), 2) Level IOS berkorelasi negative
dengan kebijakan investasi melalui hutang , 3) Level IOS berkorelasi negative dengan
kebijakan deviden, 4) Jika korelasi antara pertumbuhan dengan kebijakan investasi dan
deviden positif, maka seharusnya korelasi antara ukuran dengan kebijakan investasi dan
deviden adalah negative, 5) Perusahaan yang bertumbuh cednderung memiliki kebijakan
deviden yang lebih rendah.
Sampel yang digunakan untuk menguji hipotesa ini adalah laporan keuangan yang
dipublikasi BEJ antara tahun 1990-1998 dengan total sample 68 sampel. Analisis yang
digunakan dengan pooled data, pada data cross section. Analisis spearman rank
correlation.
Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah rasio individual MVABVA,
MVEBVE, PER, CAPBVA, dan CAPMVA serta indek umum IOS yakni SKOR dan
VIOS berkorelasi positif dan significant dengan realisasi pertumbuhan pada periode
setelah tahun penetapan level IOS (tahun dasar) diterima. Significansi lag-nya hanya pada
rentan satu tahun setelah penetapan level IOS. Penelitian mendukung kontrak kompensasi
bahwa perusahaan bertumbuh memiliki leverage dan kebijakan deviden lebih rendah
relative dibandingkan perusahaan tidak bertumbuh, perusahaan bertumbuh cenderung
merupakan perusahaan besar, dan size memiliki korelasi positif deng kebijakan investasi
melalui hutang.
Hipotesa yang diajukan adalah : 1a) Growth firm memiliki rasio debt/equity yang
lebih rendah daripada non growth firm, 1.b) Growth firm memiliki rasio dividend payout
dan deviden yield yang lebih rendah daripada non growth firm, 1.c) Growth firm
membayar kompensasi kepada eksekutif pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan non
growth firm, 1.d) Growth firm memiliki beta sekuritas yang lebih tinggi daripada non
growth firm, 1.e) Growth firm memperoleh respon pasar yang lebih besar daripada non
growth firm.
Peneliti menguji bahwa equity value adalah sebuah fungsi dari book value,
earning, dan dividend dengan diperluas dengan pengggunaan level relative dari IOS
sebagai moderating variabel. Penelitian dilatar belakangi karena beberapa penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa relevansi nilai dari dividend yield dan PER secara
bersama-sama digunakan untuk menilai harga saham . Sampel yang digunakan diambil
dari data BEJ secara purposive dari tahun 1993 – 1996.
Penelitian ini dilatarbelakngi oleh penelitian Smith dan Watts (1992), yang
menyatakan bahwa perusahaan dengan level IOS tinggi cenderung membagi deviden
lebih rendah dibanding yang memiliki IOS rendah. Dan Gaver dan Gaver (1993) yang
membuktikan bahwa deviden yields berkorelasi secara significant negative dengan IOS.
Riahi-Belkaoui dan Picur (2001), yang membandingkan relevansi nilai dividend yield
dan PER dengan menggunakan level relative IOS. Warsini (1994) yang mereplikasi
model Whitbeck dan Kisor (1963), yang menyatakan bahwa rata-rata PER di BEJ
12,9609 kali, growth dan deviden payout memiliki pengaruh significant positif terhadap
PER, dan koefisien /beta memiliki pengaruh negative terhadap PER. Penelitian Singgih
(1998), yang menguji penilaian kewajaran harga saham berdasarkan PER dengan hasil
bahwa pertumbuhan laba dan beta mampu menjelaskan perubahan PER sebesar 26,6%.
Hipotesa yang diajukan adalah sebagai berikut : 1.a) Terdapat perbedaan relevansi
nilai antara deviden dengan laba yang ditahan (retained earning) bagi perusahaan-
perusahaan yang memiliki level IOS rendah; 1.b) Retainer earning memiliki relevansi
nilai bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki level IOS rendah; 1.c) Terdapat
perbedaan nilai deviden antara perusahaan-perusahaan yang memiliki level IOS tinggi
dengan perusahaan-perusahaan yang memiliki level IOS rendah; 1.d) Terdapat
perbedanaan relevansi nilai antara deviden dengan laba yang ditahan (retained earning)
bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki level IOS tinggi; 1.e) Terdapat perbedaan
relevansi nilai dengan perusahan-perusahaan yang memiliki level IOS rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa book value, retained earning, dan dividend
secara sendiri dan bersama-sama memiliki hubungan dengan harga saham atau variable
tersebut memiliki relevansi nilai. Tingkat relatifitas dari IOS sebagai moderating
variable sebagai penghubung fungsi, relevansi nilai dari dividend yield lebih besar
hubungannya dengan keberadaan IOS sebagai moderating variable. Perusahaan dengan
IOS tinggi menunjukkan bahwa dividend yield dan PER memiliki nilai relevan. Jika
dilakukan pengujian lebih mendalam, menunjukkan bahwa perusahaan dengan IOS
tinggi memiliki hubunan lebih kuat kepada deviden yield dibandingkan PER. Hasil ini
bertolak belakang dengan temuan Riahi-Belkaouli dan Picur (2001) yang menunjukkan
bahwa perusahaan dengan IOS rendah, condong ke nilai dividend yield dan perusahaan
dengan IOS tinggi cenderung ke nilai PE.
Kebijakan pendanaan, Smith dan Watts (1992), Gaver dan Gaver (1993), Skinner
(1993), dan Gul (1999) bahwa perusahaan dengan level value of the firm tinggi cenderung
menggunakan IOS alternatif terbaik dibanding dengan assets, sehingga pendanaan
kurang diminati oleh perusahaan yang proyek NPV positif banyak. Perusahan dengan
tingkat IOS tinggi menghindari pengumuman kepada publik ditinjau dari proxy berbasis
investasi. ( Kallapur dan Trombley, 2001).
Kebijakan Deviden, Smith dan Watts (1992), Gaver dan Gaver (1993), dan Gul
(1999), membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif yang significant antara devidend
yield dengan IOS. Meskipun penelitian Gaver dan Gaver (1983) dan Gul (1999) tidak
dapat membuktikan hubungan antara devidend payout dengan IOS. Dengan bukti ini
maka pengaruh IOS terhadap devidend yield dapat disebabkan karena kesalahan
pemilihan proxy.
Kebijakan Kompensasi, Kompensasi insentif yang didasarkan pada harga saham
lebih disenangi dibandingkan didasarkan pada dasar akuntansi untuk perusahaan IOS
tinggi (Smith dan Watts, 1993; Gaver dan Gaver, 1993; Baber et al, 1996; Abbott, 1999).
Holthausen et al, 1995, bahwa kompensasi insentif berbasis akuntansi berkaitan dengan
target jangka panjang lebih disarankan daripada insentif yang ditentukan berbasis market
value.
CSR :
• Pertumbuhan aktiva atau
aktiva tetap
• Capital expenditure
• Sales/total asset atau
sales/fixed asset
CSR
Value of
The Firm
Kontrak
Kompensasi
Variabel Kontrol
Size & Leverage
IOS Value of
The Firm
Kontrak
Kompensasi
Variabel Kontrol
Size & Leverage
Gambar 1.1. Hubungan IOS dengan moderasi kontrak kompensasi dan CSR
Variabel IOS
Pertumbuhan aktiva
Pertumbuhan aktiva tetap : (Aktiva tetap pada periode t / aktiva
tetap pada periode t-1)
Pertumbuhan total aset perusahaan (Total Aktiva pada periode t –
total aktiva pada periode t-1)
Kemampuan aktiva untuk menghasilkan penjualan:
Aktiva tetap terhadap total sales (Aktiva tetap/penjualan)
Total aktiva terhadap total sales (Total Aktiva/penjualan)
Pengeluaran investasi:
Cash Flow dari kegiatan investasi dibagi penjualan (net CFI
periode t dibagi penjualan periode t)
Pembelian aktiva tetap dan investasi dibagi penjualan (nilai negatif
cash flow investasi / penjualan periode t)
Cash Flow dari kegiatan investasi dibagi total asset (net CFI
periode t dibagi penjualan periode t)
Pembelian aktiva tetap dan investasi dibagi total asset (nilai negatif
cash flow investasi / penjualan periode t)
0.4000
0.3500
0.3000
0.2500 CFINV_SALES
NCFINV_SALES
0.2000
CFINV_ASTTP
0.1500 NCFINV_TASST
0.1000
0.0500
0.0000
2003 2004 2005 2006 Total
0.2500
0.2000
0.1500
NEXTOPM
0.1000 NEXTNPM
DEV_PROFNEXT
0.0500 DEV_OPROFEXT
0.0000 GNEXTSALES
2003 2004 2005 Total
-0.0500
-0.1000
PKBL_
PKBL_OP NPRO LOGASS KD_SEH
ROF Sig F Sig ET Sig LEV Sig AT Sig
G_ASTTP 0.193 0.000 0.103 0.061 0.198 0.000 -0.018 0.740 0.270 0.000
G_TOTAST 0.312 0.000 0.240 0.000 0.202 0.000 -0.043 0.434 0.498 0.000
ASTTP_SLS -0.080 0.094 -0.126 0.008 0.143 0.002 -0.301 0.000 -0.106 0.023
TASTSLS -0.132 0.006 -0.124 0.009 0.068 0.149 -0.266 0.000 -0.159 0.001
CFINV_SALES 0.115 0.034 0.047 0.384 0.205 0.000 -0.315 0.000 0.147 0.006
NCFINV_SALES 0.177 0.001 0.077 0.156 0.192 0.000 -0.198 0.000 0.206 0.000
CFINV_ASTTP 0.135 0.013 0.108 0.046 0.055 0.304 -0.032 0.547 0.236 0.000
NCFINV_TASST 0.218 0.000 0.129 0.017 0.158 0.003 -0.165 0.002 0.261 0.000
OPM 0.584 0.000 0.462 0.000 0.371 0.000 -0.297 0.000 0.646 0.000
NPM 0.485 0.000 0.425 0.000 0.203 0.000 -0.412 0.000 0.594 0.000
DEV_OPROF 0.638 0.000 0.506 0.000 0.303 0.000 -0.351 0.000 0.558 0.000
DEV_PROF 0.549 0.000 0.543 0.000 0.301 0.000 -0.333 0.000 0.578 0.000
NEXTOPM 0.467 0.000 0.383 0.000 0.335 0.000 -0.265 0.000 0.534 0.000
NEXTNPM 0.401 0.000 0.329 0.000 0.185 0.001 -0.368 0.000 0.473 0.000
DEV_PROFNEXT 0.502 0.000 0.456 0.000 0.329 0.000 -0.291 0.000 0.562 0.000
DEV_OPROFEXT 0.523 0.000 0.449 0.000 0.342 0.000 -0.343 0.000 0.540 0.000
GNEXTSALES 0.110 0.046 0.058 0.290 0.059 0.280 -0.089 0.104 0.185 0.001
Korelasi dengan variabel control menunjukkan hubungan positif dan signifikan
antara ISO dengan total asset dan brerhubungan negative dengan leverage. Korelasi
dengan variabel tingkat kesehatan perusahaan menunjukkan hubungan yang positif dan
signifikan. Hubungan PBL dengan IOS dan nilai perusahaan juga positif kecuali
hubungan dengan IOS yang diproksi dengan dukungan asset terhadap penjualan,
hubungannya negative.
Regresi dilakukan atas keseluruhan data dalam sampel. Variabel kontrol yang
digunakan adalan log ASSET dan Leverage Data yang digunakan tergantung
kelengkapan data. Untuk regresi ini akan menggunakan:
Pendekatan hubungan langsung
pendekatan moderating
Untuk variabel IOS dan nilai perusahaan akan dilakukan regresi secara bersamaan namun
dipilih masing-masing satu variabel. Variabel dependen yang digunakan bergantian mulai
dari laba operasi, laba bersih dan dividen.
Untuk model dengan variabel dependen laba kotor, IOS dan kesehatan perusahaan
memiliki hubungan yang signifikan. Model dengan memiliki R^2,
OPM>NPM>DEV_OPROF>DEV_PROF. Untuk model dengan variabel dependen
kinerja periode berikutnya, memiliki R^2 relatif lebih kecil. Semua variabel memiliki
hubungan positif kecuali leverage dan dukungan asset terhadap penjualan memiliki
hubungan negatif. Tingkat kesehatan perusahaan signifikan mempengaruhi laba. Variabel
PKBL tidak signifikan mempengaruhi untuk semua model
Hasil regresi konsisten dari nilai R^2, bahwa kinerja sekarang memiliki R^2 lebih
tinggi nilai laba usaha R^2 lebih tinggi dibandingkan dengan dividen. Dalam variabel
interaksi variabel PKBL signifikan mempengaruhi laba melalui interaksinya dengan
variabel IOS. Variabel yang memiliki hubungan negatif adalah pertumbuhan total asset
dan capital expenditure ketika diinteraksikan dengan PKBL. Variabel pertumbuhan total
asset dan capital expenditure ketika diinteraksikan dengan PKBL yang memiliki
hubungan negatif dengan nilai total asset/sales ketika diinteraksikan dengan nilai
kesehatan perusahaan. Variabel leverage konsisten berhubungan negatif. Hasil antara satu
model dengan model agak tidak konsisten dari sisi signifikansi sedangkan arah
hubungannya relative konsisten.
Kesimpulan
Investment opportunity set merpakan bentuk investasi yang dilakukan perusahaan
sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan di masa mendatang. Semakin tinggi IOS
maka perusahaan akan memiliki nilai di masa mendatang dan akan dinilai tinggi oleh
investor. Beragamnya ukuran IOS menunjukkan bahwa IOS dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Kesempatan berinvestasi yang akan menimbulkan nilai di masa
mendatang akan sangat dipengaruhi oleh karena investasi yang dilakukan perusahaan
Hasil penelitian ini berhasil menemukan BUMN dengan IOS yang tinggi terbukti
memiliki nilai perusahaan yang tinggi pada periode berjalan maupun pada periode yang
akan dating. Hasil analisis korelasi, IOS yang diproksi dengan pertumbuhan aktiva tetap,
total aktiva, capital expenditure dan dukungan aktiva terhadap penjualan berhasil
menemukan hubungan tersebut dan signifikan secara statistic.
Kontrak kinerja yang perusahaan yang diproksi dengan tingkat kesehatan BUMN
terbukti memiliki korelasi yang positif dengan nilai perusahaan dan IOS. Corporate
Social Responsibility yang diproksi dengan jumlah dana yang dikeluarkan untuk kegiatan
PBL (Program Bina Lingkungan) dibagi dengan laba kotor terbukti memiliki korelasi
positif dengan IOS dan nilai perusahaan.
Dalam model regresi berganda, ketiga variabel IOS yang dimasukkan bersama-
sama dalam variabel regresi (pertumbuhan asset, capital expenditure, dan dukungan total
asset terhadap penjualan) terbukti mempengaruhi nilai perusahaan. Total asset sebagai
variabel kontrol berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel laba operasi
sebagai proksi nilai perusahaan terbukti memiliki R2 yang lebih tinggi dalam persamaan
regresi dibandingkan dengan variabel laba bersih atau deviden. Variabel tingkat
kesehatan perusahaan terbukti berhubungan positif dan signifikan mempengaruhi nilai
perusahaan. Variabel PBL terbukti tidak signifikan mempengaruhi nilai perusahaan.
Saran
Penggunaan jangka waktu penelitian yang relatif singkat hanya 3 tahun dapat
diperluas lagi menjadi lebih panjang sehingga diperoleh data penelitian yang lebih
banyak. Penggunaan variabel IOS dengan menggunakna faktor analisis dapat dicoba
untuk melihat konsistensi hasil penelitian ini dengan penelitian lainnya yang
menggunakan pendekatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Belkaoui, Ahmed Riahi, “Accounting and the Investment Opportunity Set”, Prentice
Hall, 2007.
Chen, C.R., Steiner, T.L., dan Whyte, A.M, 1998, Risk Taking behavior and Managemnt
Ownership in Diository Institutionals, Journal of Financial Review, 34, 119-137;
Chen, R. Carl, Steiner, T., 1999, Managerial Ownership, Risk Taking, Debt Policy, and
Deviden Policy, Financial Review, 34;
Chung, Kee H., dan Charlie Charoenwong, 1991, Investment option , assets in place, and
the risk of stock, Financial Management 20, 21-23;
Collin D.W. dan S.P. Kothari, 1989, An analysis of inter-temporal and cross sectional
determinant of earning response coefficients, Journal of Accounting and
Economic 11, 143-181;
Crutchley, C.E., dan R.S. Hansen, 1989, A Test of the Agency Theory of Managerial
Ownership, Corporate leverage, and Corporated dividends, Financial
Management, 36-46;
Crutchley, C.E., M.R.H. Jensen, J.S., Jahera, Jr., dan J.E. Raymond,1999, Aegncy
Problem and The Simultaneity Decision Making The Role of Institutional
Ownership, International Review of Financial Analysis, 8:2;
Demsetz, H. dan Kenneth Lehn, 1985, The Structure of Corporate Ownership : Causes
and Consequwnces, Journal of Political Economy, 93: 1155-1177;
Gaver, Jennifer J., dan Kenneth M. Gaver, 1993, “Additional evidence on the association
between the investment opportunity set dan corporate financing, dividends, and
compensation policies”, Journal of Accounting and Economics 16, 125-160;
Hartono, J., 1998, Teori portfolio dan analisis investasi, edisi pertama, BPFE, Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta;
Hartono, Jogiyanto, 1999, An Agency –cost explanation for dividend payment, Journal of
Accounting, FE-UGM;
Kallapur, S., dan M.A. Trombley, 1999, The association between investment opportunity
set proxies and realized growth, Journal of business finance and accounting 26,
505-519;
Prasetyo, Adi, 2000, Asosiasi antara investment opportunity set (IOS) dengan kebijakan
pendanaan kebijakan deviden, kebijakan kompensasi, beta dan perbedaan reaksi
pasar : Bukti empiris dari Bursa Effect Jakarta, SNA III, 878-905
Sami, Heibatollah, C.K., Kevin L., dan S.M. Simon Ho, 1999, Association between the
investment opportunity set and corporate financing, dividend, leasing, and
compensation policies : Some evidence from an emerging market;
Scholes, M., and J. Williams, 1977, Estimating betas from nonsynchronous trading,
Journal of financial economis, 5, 309-327;
Singgih, Marmo, 1998, Price Earning Ratio sebagai Dasar Penilaian Kewajaran Harga
Saham Yang listed di BEJ, tesis, Pascasarjana, FE-UGM;
Skinner, D.J., 1993, The investment opportunity set and accounting procedure choice,
journal of accounting and economics 16, 407-445
Smith, C.W, and R.L. Watts, 1992, The investment opportunity set and corporate
financing, dividends, and compensation policies, Journal of financial economics
32, 263-292;
Smith Jr., Clifford W., dan Ross L. Watts, 1992, The investment opportunity set and
corporate financing, dividend, and compensation Policies, Journal of financial
economics, 263-293;
Subekti, Imam, 2000, Asosiasi antara set kesempatan investasi denan kebijakan
pendanaan dan deviden perusahaan, serta implikasinya pada perubahan harga
saham, tesis pasca sarjana, FE-UGM;
Tettet, Fijrijanti, dan M. Hartono, Jogijanto, 2000, Analisis korelasi pokok IOS dengan
reaksi pertumbuhan, kebijakan pendanaan dan deviden, SNA III, 851-875;
Lampiran 1 Mapping Penelitian IOS sebelumnya