Professional Documents
Culture Documents
1,2,3
UPPKampus Kendal PoltekkesKemenkes Semarang, Indonesia
ABSTRACT
Midwifery Care Journal, Vol. 1 No.4, Juli 2020, e-ISSN 2715-5978 (online) I1
PENDAHULUAN kesehatanyang lemah. Menurut data
sebelumnya, dari 58% bayi neonatal yang
Salah satu alat untuk menilai
mengalami gangguan pernapasan, 42%
keberhasilan program pembangunan
nya adalah bayi dengan asfiksia lahir yang
kesehatan yang telah dilaksanakan di
dapat diintervensi dengan melakukan
suatu negara adalah dengan melihat
resusitasi (Sarimawar,2009). Hal yang
perkembangan angka kematian dari tahun
menjadi tantangan adalah menjaga agar
ke tahun. Menurut hasil Survei Demografi
penatalaksanaan asfiksia dapat
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017
dilanjutkan dan diterapkan dengan baik.
menunjukkan bahwa angka kematian bayi
(Dwi,2009).
di Indonesia saat ini adalah 24 per 1.000
Berdasarkan studi pendahuluan di
kelahiran hidup. Di antara angka ini, 15
RSUD dr. H. Soewondo kendal pada
per 1.000 kematian terjadi pada masa
tahun 2017 diperoleh data total jumlah
neonatal atau sejak lahir sampai usia 28
kelahiran sebanyak 1.237 dengan jumlah
hari. (BPS, BKKBN, Kemkes, ICF, 2017)
kematian perinatal 140 kasus atau sekitar
AKB Jawa Tengah tercatat 10,41 per
11,3% dari seluruh kelahiran hidup. Dari
1.000 kelahiran hidup. Pada 2017 sudah
seluruh kelahiran tersebut, yang
turun menjadi 8,93 per 1.000 kelahiran
mengalami asfiksia sebanyak 672 kasus
hidup. (Portal Resmi Provinsi Jawa
atau sekitar 54,3%. Sedangkan kematian
Tengah,2018).Apabila dibandingkan
perinatal yang disebabkan asfiksia
dengan target dalam SDG’s global AKN
neonatorum sebanyak 35 kasus atau
menjadi kurang dari 12 per 1.000
sekitar 5,2%dari seluruh bayi baru lahir
kelahiran hidup pada 2030, maka AKB di
yang mengalami asfiksia.
Propinsi Jawa Tengah sudah melampaui
Sehubungandenganmasihbanyaknyaka
target. Namun yang menjadi penyeb
susasfiksianeonatorum yang
utama kematian bayi masih menjadi
menjadipenyebabkematianbayi,
prioritas penanganan, dimana penyebab
makasangatpentingupayapenatalaksanaa
utama kematian bayi usia 0 – 6 hari, 37%
nterhadapbayiasfiksia yang
karena gangguan kelainan pernafasan,
dilakukandengantepatdansesuaidenganpr
termasuk asfiksia neonatorum (BPS,
osedurtetap yang telahditetapkan di
BKKBN, Kemkes, ICF, 2017)
semuafasilitaskesehatantermasukRumah
Tindakan tenaga kesehatan
Sakit.Begitu pula
merupakan suatu upaya preventif yang
dengankepatuhantenagakesehatandalam
berkualitas dan seyogyanya terus
melakukanpenatalaksanaanterhadapbayia
dipertahankan untuk meminimalkan
sfiksia yang
penyebab dasar kematian yang
tepatmenjadiupayapreventifterjadinyakem
diakibatkan karena sistem pelayanan
atianbayi.
Midwifery Care Journal, Vol. 1 No.4, Juli 2020, e-ISSN 2715-5978 (online) I2
≥ 1
METODOLOGI PENELITIAN jawabantidakmakadikategorikantidaksesu
ai.Analisa data
Penelitianinimenggunakanmetode dalampenelitianinimenggunakananalisaUn
deskriptif ivariate.Data yang sudah terkumpul
denganpendekatanSurvey.Populasinyaad disederhanakan dengan pengelompokan
alahsemuabayibarulahir yang data sesuai variabel. Didapatkan
mengalamiasfiksianeonatorum di RSUD perolehan jumlah jawaban kemudian di
dr.H.Soewondo Kendal Maret – April 2018 hitung besarnya persentase dengan
yang berjumlah 42 menggunakan rumus Persentase yaitu:
bayi.Pengambilansampeldalampenelitiani
= 100%
nimenggunakanaccidental
Keterangan :
sampling,yaitusemuabayibarulahir yang
= jumlah persen
mengalamiasfiksianeonatorum di RSUD
= frekuensi hasil pencapaian.
dr.H.Soewondo Kendal padabulanMaret -
= total seluruh populasi
April 2018 yang berjumlah 42bayibarulahir
yang
mengalamiasfiksianeonatorumatauseluruh HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN
jumlahpopulasi.Untukmendapatkan data
jenispenatalaksanaanasfiksianeonatorump 1. Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum
Midwifery Care Journal, Vol. 1 No.4, Juli 2020, e-ISSN 2715-5978 (online) I3
DR.H.Soewondo Kendal menunjukkan panas disebabkan kurangnya fasilitas alat
bahwa semua penatalaksaan terhadap 42 pemancar panas untuk menghangatkan
bayi dengan asfiksia neonatorum tidak bayi. Sehingga penatalaksanaan
sesuai dengan SOP. resusitasi untuk menghangatkan bayi
SOP penatalaksanaan asfiksia dilakukan dengan alternatif lain untuk
neonatorum di RSUD DR.H.Soewondo mencegah kehilangan panas yaitudengan
Kendal yaitu prosedur pertama yang menyelimuti tubuh bayi dengan kain yang
dilakukan dengan langkah awal resusitasi hangat yang sebelumnya mengeringkan
yaitu HAIKAL, Bila bayi tidak bernafas bayi tanpa membersihkan
atau megap-megap atau tetap sianosis verniks.Sedangkan tidak dilakukan
setelah diberi oksigen 100%, lakukan tindakan memposisikan kepala bayi
segera VTP. Bila tidak bernafas atau sedikitmenengadahada yang
megap-megap atau frekuensi jantung melakukandanada yang tidak,
<100-60 x/menit atau sianosis teruskan padahalpentingmengatur posisi kepala
VTP, melanjutkan penatalaksanaan bayi sedikitmenengadah untuk
dengan Kompresi Dada. Bila frekuensi membebaskanjalannafassehinggamemper
jantung ≤ 60 kali/menit, berikan mudah melakukan penghisapan lendir dan
pengobatan dengan epinefrin, melalui pipa menghindari terjadinyaaspirasi
ET (lebih diutamakan) atau jalur intra Penatalaksanaan
vena. Kemudian segera lakukan kompresi VentilasiTekananPositifjuga masih
dada dan VTP dengan koordinasi yang terdapat tindakan yang dilakukan tidak
baik selama 30 detik dan nilai keadaan sesuai SOP yaitu tidak meletakkan bayi
bayi. Keputusan untuk menghentikan dibawah pemancar panas. Penyebabnya
resusitasi bila setelah 15 menit melakukan sama seperti pada penatalaksanaan
Resusitasi awal,VTP dan Kompresi dada resusitasi dimana tidak terdapat alat
dengan benar, tetap tidak ada denyut pemancar panas, sehingga
jantung. menghangatkan bayidiganticaradengan
Hasil penelitian yang dilakukan untuk menyelimuti dan mengeringkan bayiuntuk
penatalaksanaan Resusitasi terdapat mencegah terjadinyahipotermi pada bayi.
tindakan yang tidak sesuai SOP yaitu Sedangkan tidak menguji balon
tidak mengaktifkan alat pemancar panas, sungkupsaatakandilakukan
tidak meletakkan bayi di bawah pemancar VTPkarenapetugasmerasa bahwa upaya
panas dan ada yang tidak memposisikan VTP
bayi setengah menengadah. Tidak sesuai sudahseringdillakukansehinggatidakperlud
SOP dalam tindakan resusitasi untuk iujicobalagi. Padahal persiapan menguji
mengaktifkan alat pemancar panas dan balon sungkup bertujuanuntuk
meletakkan bayi di bawah alat pemancar
Midwifery Care Journal, Vol. 1 No.4, Juli 2020, e-ISSN 2715-5978 (online) I4
memastikan oksigen masukke pernafasan 3. sebagian kecil bayi dilakukan
bayi. Kompresi dada
Penatalaksanaan asfiksia neonatorum 4. Penatalaksanaan asfiksia neonatorum
kompresi dada, yang tidak sesuai SOP semuanya belum sesuai SOP
sama seperti penanganan sebelumnya terutama tidak meletakan bayi dibawah
yaitu tidak meletakkan bayi dibawah pemancar panas tetapi dengan
pemancar panassehinggadilakukan menyelimuti bayi dengan kain hangat .
dengan alternatif lain untuk mencegah Disarankan untuk tenaga kesehatan yang
kehilangan panas yaitudengan memberikan pelayanan untuk
menyelimuti tubuh bayi dengan kain yang melaksanakan tindakan sesuai sop yang
hangat yang sebelumnya mengeringkan ada serta ntuk peneli selanjutnya dapat
bayi tanpa membersihkan verniks. dilakukan penelitian tentag efektifitas
Sedangkan tidak sesuai prosedur menjaga kehangatan bayi baru lahir untuk
dikarenakan kurangnya fasilitas dalam penanganan asfiksia.
pendukung untukpenatalaksanaan dan
DAFTAR PUSTAKA
kurangnya
kepatuhansebagiantenagatenaga Arikunto,Suharsimi (2010),Prosedur
kesehatan untuk melakukan Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta : Rineka Cipta
penatalaksanaan asfiksia neonatorum
yang benar. Padahal tindakan tenaga BadanPusatStatistik,
BadanKependudukandanKeluargaB
kesehatan merupakan suatu upaya
erencanaNasional,
preventif untuk meminimalkan penyebab KementrianKesehatan, ICF
dasar kematian bayi baru lahir. (2017),SurveiDemografidanKesehat
an Indonesia
Midwifery Care Journal, Vol. 1 No.4, Juli 2020, e-ISSN 2715-5978 (online) I5
Kosim, dkk (2008), Buku Ajar Neonatologi, Siswanto,dkk (2014), Metodologi
Jakarta: IDAI Penelitian Kesehatan dan
Kedokteran, Yogjakarta: Bursa Ilmu
Manuaba IBG, Manuaba IAC,
ManuabaIBGF (2009), Buku Ajar
Patologi Obstetri, Jakarta: EGC
Midwifery Care Journal, Vol. 1 No.4, Juli 2020, e-ISSN 2715-5978 (online) I6