You are on page 1of 8

J.

Agroland 24 (3) : 214 - 221, Desember 2017 ISSN : 0854-641X


E-ISSN : 2407-76

IDENTIFIKASI SIFAT FISIK TANAH ALIH FUNGSI LAHAN


HUTAN MENJADI PERKEBUNAN KAKAO(Theobroma cacao L.)
DI DESAPARIGIMPU’UKECAMATAN PARIGI BARAT
KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Identification of Physical Characteristics of Soil under Forest Landand


Cocoa (Theobroma cacao L.) Plantation in Parigimpu’u Village
West Parigi Sub District Parigi Moutong District

Sutrisno Jasmin1), Ramlan2), Anthon Monde2)


1)
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, PaluE-mail : sutrisno.jasmin@yahoo.com
2)
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, PaluJl. Soekarno-Hatta Km 9, Tondo-Palu 94118, Sulawesi Tengah Telp.
0451-429738 E-mail :anthonmonde@yahoo.com E-mail :iss-palu@yahoo.com

ABSTRACT
This study aimed to determine the physical properties of the soil under forest land and that under
forest land converted into plantations of cacao (Theobroma cacao L.) in Parigimpu'uvillage, West
Parigi sub district, ParigiMoutong district. Soil analysis was carried out in the Laboratory of Soil
Science of the Faculty of Agriculture, TadulakoUniversity. Survey method used in this research
was through observing and determining the research location. Three undisturbed and three
disturbed soil samples were collected from each land use (forest and cacao plantation). The
undisturbed soil samples were taken from 0 – 20 cm soil depth using soil rings while the disturbed
soil sample were obtained compositely from the same depth. The research results showed that the
soil characteristics in the cacao plantation tended to decreased compared to that in the forest land.
Soil bulk density ranged from light to heavy with porosity varied from less to good. Soil texture
was dominated by sand fractions in the forest land with relatively lowsoil C-organic.

Keywords: Cocoa plantation, forest land and soil physical properties.

PENDAHULUAN terperinci, tujuan pengolahan tanah adalah


menyiapkan media untuk pertumbuhan benih
Lahan adalah suatu wilayah atau bibit, memperbaiki sifat kesuburan
permukaan bumi mencakup semua tanah, memberantas gulma dan memotong
komponen biosfir yang dianggap tetap atau daur hama dan penyakit tanaman.
yang bersifat siklis yang berada di atas dan Pemadatan tanah yang terjadi
di bawah wilayah tersebut, termasuk menyebabkan pertumbuhan akar tanaman
atmosfir, tanah, batuan induk, relief, terhambat dan menghambat pergerakan air
hidrologi, tumbuhan dan hewan. Lahan dan unsur hara yang terdapat di dalam tanah.
juga merupakan ekosistem karena Pemadatan tanah terlihat dari bertambahnya
mencerminkan adanya hubungan interaksi bobot isi tanah dan berkurangnya porositas
antara unsur-unsur pembentuknya yang yang terdapat didalam tanah (Harsono,
menghasilkan sesuatu keseimbangan 1995).
ekologis tertentu (Arsyad, 2000). Menurut Monde et al. (2008)
Menurut Hardjowigeno (1993), konversi lahan hutan menjadi lahan
pengolahan tanah adalah setiap usaha pertanian oleh masyarakat di sekitar hutan
manipulasi usaha secara mekanis. Secara atau kawasan lindung masih terus

214
barlangsung hingga sekarang ini. Konversi dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah,
lahan hutan ini salah satunya didorong oleh Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako.
keinginan masyarakat untuk menambah luas Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
areal pertanian yang dikuasainya digarap sampai dengan Juni 2016.
dalam rangka meningkatkan produksi hasil Bahan utama yang digunakan dalam
pertanian dan kemudian dapat meningkatkan penelitian ini adalah tanah yang berasal dari
pendapatan keluarga tani. Selain itu sebagian lahan kakao dan hutan, serta seperangkat
petani khususnya penduduk lokal zat kimia yang merupakan bahan
beranggapan bahwa lahan pertanian yang pendukung dari analisis sifat fisika tanah.
telah digunakan atau lahan ditanami kakao Alat yang digunakan dalam
dalam kurun waktu yang lebih dari sepuluh penelitian ini adalah perlengkapan survei
tahun sudah tidak produktif lagi, sehingga tanah dilapangan (ring sampel, kertas label,
kebanyakan dari mereka menjual lahan plastik transparan ukuran 1kg, cangkul,
tersebut kepada petani lain (umumnya linggis, parang, karet gelang, mistar), GPS,
pendatang). Sebagai gantinya petani alat tulis-menulis, dan kamera digital
tersebut mencari lahan baru yakni membuka Metode yang digunakan dalam
lahan hutan yang ada di sekitar desanya penelitian ini yaitu survei. Pengamatan
atau ketempat lain yang dianggapnya lebih dan pengambilan sampel tanah ditentukan
baik. lokasinya berdasarkan teknik purposive
sampling, yaitu pengamatan dan pengambilan
Pengalihan fungsi hutan tropis
sampel tanah yang lokasinya berdasarkan
menjadi lahan pertanian menyebabkan
pertimbangan peneliti terhadap kondisi tanah,
penurunan kapasitas infiltrasi tanah yang kelerengan, penggunaan lahan yang
disebabkan oleh faktor-faktor berikut : dominan serta kakao yang terdapat di
1). Tersingkapnya permukaan tanah yang tempat penelitian.
gundul terhadap pukulan butir-butir Survei dimulai dengan melakukan
airhujan secara langsung; 2). Menurunya survei pendahuluan di lapangan yaitu
transpirasi karena tanaman pertanian tidak meninjau dan menentukan lokasi serta
mempunyai tajuk secara terus-menerus; 3). melakukan pengambilan titik. Pengambilan
Pemadatan tanah lapisan atas; dan4). sample tanah utuh dengan menggunakan
Lenyapnya aktifitas fauna secara perlahan ring sample sampai kedalaman 0-20 cm
(Rahim, 2003). dari lapisan tanah bagian atas. Pada lahan
Berdasarkan uraian tersebut dan hutan dilakukan pengambilan sampel tanah
dalam kaitannya dengan kepentingan di 3 titik yang berbeda, yang disesuaikan
pembanguanan pertanian berkelanjutan dengan kondisi tempat pengambilan pada
yang mengacu pada penggunaan lahan kakao. Sementara di lahan kakao,
sumberdaya lahan secara lestari, maka pengambilan sampel tanah dilakukan pada
dirasakan penting untuk mempelajari 3 tempat yang diulang sebanyak 3 kali,
degradasi beberapa sifat fisik tanah akibat masing-masing pengambilan sampel memiliki
alih guna lahan menjadi lahan perkebunan perbedaan ketinggian tempat/kelerengan,
kakao (Theobroma cacao L.) di Desa maka jumlah sampel tanah utuh yang
Parigimpu’u, Kecamatan Parigi Barat, didapatkan adalah 12. Sampel-sampel tanah
Kabupaten Parigi Moutong tersebut dimasukkan ke dalam kantong
plastik yang berbeda-beda lalu diberi label
METODE PENELITIAN berdasarkan tempat pengambilannya,
kemudian membawa sampel-sampel tanah
tersebut ke laboratorium untuk dianalisis
Penelitian lapang dilakukan di sesuai dengan kebutuhan yang diteliti.
Perkebunan Kakao dan Lahan Hutan, Desa
Parigimpu’u, Kecamatan Parigi Barat, Analisis Sampel Tanah. Metode yang
Kabupaten Parigi Moutong. Analisis tanah digunakan dalam penelitian ini adalah

215
mendeskripsikan masing-masing variabel Tekstur. Dilakukan dengan menggunakan
sifat fisik tanah, pada masing-masing metode pipet dengan rumus :
penggunaan lahan. Data hasil analisis
diinterpretasi dengan melihat kecenderungan 2/9 dp -d 𝒈𝒓𝟐
nilai data. V=
𝒏
Analisis Data
a. Bobot Volume Tanah. Dengan Dimana :
menggunakan metode Gravimetric dit V =kecepatan jatuh partikel dalam cm/detik
entukan berdasarkan persamaan : g = percepatan karena gravitasi,
dp = kerapatan partikel
𝐠
𝐁𝐭𝐤𝐨 + 𝐁𝐫𝐠 − 𝐁𝐫𝐠 d = kerapatan cairan
𝑩𝑫 = 𝐜𝐦𝟑 r = radius partikel dalam cm,
𝐕𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 n = viskositas mutlak cairan.
Organik, Dilakukan dengan menggunakan
metode walkley dengan rumus:
Dimana :
BD = bulk density
ml FeSO4 (Blanko-contoh)
Btko = berat tanah kering oven (g/cm3) %C-Organik=
Brg = berat ring (g/cm3) Berat Contah Tanah
Vtotal = volume total 0,30
xN FeSO4x
Permeabilitas. Menggunakan alat 0,77
permeameter menggunakan metode
Constant head permeameter (yaitu metode
tinggi tekanan air) Permeabilitas: Analisis Data

𝑄 𝐼 1
Bobot Volume Tanah.Dengan
(K) = × ℎ × 𝐴 𝐶𝑚/𝑗𝑎𝑚−1 menggunakan metode Gravimetric ditentukan
𝑡
berdasarkan persamaan :

Dimana: 𝐠
𝐁𝐭𝐤𝐨 + 𝐁𝐫𝐠 − 𝐁𝐫𝐠
Q = Banyaknya air yang mengalir setiap 𝑩𝑫 = 𝐜𝐦𝟑
pengukuran (ml) 𝐕𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥
T = Waktu pengukuran
I = Tebal contoh tanah
H = Tinggi permukaan air dari permukaan Dimana :
contoh tanah/head cm BD = bulk density
Porositas. (ruang pori tanah) ditentukan Btko = berat tanah kering oven (g/cm3)
berdasarkan persamaan : Brg = berat ring (g/cm3)
Vtotal = volume total
𝐵𝐷 𝑔/𝑐𝑚 3
Po= 1,0 − 𝑃𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 100 % Permeabilitas. Menggunakan alat
(𝑔/𝑐𝑚 3
permeameter menggunakan metode
Constant head permeameter(yaitu metode
Dimana : tinggi tekanan air)Permeabilitas :
BD = bulk density/kerapatan massa (g/cm3)
𝑸 𝑰 𝟏
Partikel density (K) = × × 𝑪𝒎/𝒋𝒂𝒎−𝟏
𝒕 𝒉 𝑨
= kerapatan partikel (g/cm3)

216
Tabel 1. Hasil Analisis Bobot Volume Tanah (G.Cm-3) Pada Lahan Kakao Dan Hutan.
Penggunaan lahan lereng Bulk density Kriteria
(g.cm-3) (Sarief, 1984)
Lahan Kakao 8% 1,17 Ringan
Lahan Kakao 15% 1,46 Berat
Lahan Kakao 25% 1,34 Sedang
Hutan 8% 1,17 Ringan
Hutan 15% 1,30 Sedang
Hutan 25% 1,15 Ringan

Tabel 2. Hasil Analisis Permeabilitas (cm.jam-1) Pada Lahan Kakao Dan Hutan.
Penggunaan lahan lereng Permeabilitas Kriteria
(cm.jam-1) (Rahim, 2003)
Lahan Kakao 8% 20,95 Cepat
Lahan Kakao 15 % 33,35 Sangat Cepat
Lahan Kakao 25 % 70,36 Sangat Cepat
Hutan 8% 69,82 Sangat Cepat
Hutan 15 % 28,71 Sangat Cepat
Hutan 25 % 49,47 Sangat Cepat

meneruskan air atau ditembus akar


HASIL DAN PEMBAHASAN
tanaman. Pada umumnya bobot isi/volume
tanah mineral berkisar antara 1,1-1,6 g.cm-3
Penggunaan lahan suatu wilayah
(Munir, 1996).
dapat merubah nilai bulk densitynya yang
dimiliki. Proses pemadatan itu sendiri dapat Permeabilitas. Hasil analisis permeabilitas
dihubungkan dengan intensitas aktivitas pada lokasi penelitian dapat dilihat pada
manusia jauh lebih tinggi, yang terjadi pada Tabel2.
lahan kakao. Permeabilitas merupakan kecepatan
Hasanah (2008), menyatakan bahwa bergeraknya suatu cairan pada suatu media
peningkatan berat volume tanah dalam keadaan jenuh. Hal ini
menyebabkan menurunnya daya hantar air berartikeadaan jenuh, di hutan mampu
tanah, sebaliknya pada tanah-tanah yang mengalirkan air ke lapisan bawah tergolong
kurang mengalami pemadatan maka berat sebanding dengan lahan hutan.
volume tanah menjadi relative rendah dan Struktur, tekstur serta unsur organik
daya hantar air tanah menjadi cepat. lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan
Bobot volume tanah menunjukkan laju permeabilitas tanah. Tanah dengan
perbandingan antara berat tanah kering permeabilitas tinggi menaikkan laju
dengan volume tanah termasuk volume infiltrasi, menurunkan laju larian. Koefisien
pori-pori tanah, biasanya dinyatakan dalam permeabilitas terutama tergantung pada
g.cm-3. Makin padat suatu tanah makin ukuran pori-pori yang dipengaruhi oleh
tinggi bobot isi tanahnya, yang berarti distribusi ukuran partikel, bentuk partikel
semakin sulit meneruskan air atau ditembus dan struktur tanah. Secara garis besar,
akar tanaman. Bobot volume merupakan makin kecil partikel, makin kecil pula
petunjuk kepadatan tanah. Semakin padat ukuran pori dan makin rendah koefisien
suatu tanah maka semakin tinggi bobot permeabilitasnya. Berarti suatu lapisan
volumenya yang berarti semakin sulit tanah berbutir kasar yang mengandung

217
butiran-butiran halus yang lebih rendah dan kisaran (rata-rata) 49,96 % yang tergolong
pada tanah ini koefisien permeabilitas kurang baik. Hal ini menunjukkan bahwa,
merupakan fungsi angka pori. Kalau pada lahan hutan memiliki nilai yang lebih
tanahnya berlapis-lapis, permeabilitas untuk poros daripada lahan kakao. Pada lahan
aliran sejajar lebih besar dari pada kakao, perubahan tingkat kelerengan
menyebabkan perubahan nilai porositasnya.
permeabilitas untuk aliran tegak lurus.
Porositas di areal lahan kakao jika di rata-
Lapisan permeabilitas lempung bercelah ratakan lebih kecil dibandingkan lahan
lebih besar dari pada lempung yang tidak hutan berdasarkanhasil penelitian, yang
bercelah (Rahim, 2003). disebabkan oleh padatnya tanah pada lahan
Pada umumnya nilai permeabilitas kakao.
meningkat dengan semakin porousnya Dalam keadaan air yang lama terserap
tanah. Demikian pula semakin basah (hingga tergenang) sementara tanaman yang
(lembab) suatu tanah maka nilai ditanam tidak membutuhkan banyak air
pemeabilitasnya juga semakin tinggi. Pada
tanah yang lebih kering, sebagian pori-pori justru akan menjadikan kondisi lingkungan
terisi oleh udara yang menghambat aliran mikro di sekitar tanaman menjadi lembab
air (Adyana, 2002). akibatnya akan mempengaruhi
perkembangan penyakit tanaman. Selain itu,
Porositas. Hasil analisis porositas pada tanaman akan mudah rusak bila tergenamh
lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. air terlalu lama (Khaeriyah,2012).
Hasilanalisis porositas pada lahan
hutan yaitu kisaran (rata-rata) 54,49 % yang Tekstur. Hasil analisis tekstur pada lokasi
tergolong baik, sedangkan pada lahan kakao penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Hasil Analisis Porositas (%) Pada Lahan Kakao Dan Hutan.
Kriteria
Penggunaan lahan lereng Porositas (%) (Brady, 1990)
Lahan Kakao 8% 55,80 Baik
Lahan Kakao 15 % 44,68 Kurang Baik
Lahan Kakao 25 % 49,42 Kurang Baik
Hutan 8% 55,90 Baik
Hutan 15 % 50,80 Baik
Hutan 25 % 56,77 Baik

Tabel 4. Hasil Analisis Tekstur (%) Pada Lahan Kakao Dan Hutan.

Tekstur (%)
Penggunaan Kelas Tekstur
Lereng Pasir Debu Liat
Lahan (Hardjowigeno, 1993)
(%) (%) (%)
Lahan Kakao 8% 63,32 15,26 21,5 Lempung Berpasir
Lahan Kakao 15 % 65,56 20,46 13,93 Lempung Berpasir
Lahan Kakao 25 % 87,9 5,3 6,8 Pasir Berlempung
Hutan 8% 40,30 40,20 19,50 Lempung Berpasir
Hutan 15 % 65 30,7 4,3 Lempung Berpasir
Hutan 25 % 46.44 31,1 22.5 Liat Berpasir

218
Tabel 5. Hasil Analisis C-Organik (%)Pada Lahan Kakao Dan Hutan.
Penggunaan lahan lereng C-Organik (%) Kriteria
(Syafira, 2012)
Lahan Kakao 8% 0, 34 Sangat Rendah
Lahan Kakao 15 % 0,62 Sangat Rendah
Lahan Kakao 25 % 0,75 Sangat Rendah
Hutan 8% 1,24 Rendah
Hutan 15 % 1,69 Rendah
Hutan 25 % 1,03 Rendah

Hasil analisis tekstur tanah pada berupa fraksi liat, debu dan pasir dala suatu
lahan kakao dan lahan hutan memiliki massa tanah. Parikel-partikel tanah ini
tekstur berbeda. Tekstur tanah pada lahan mempunyai bentuk dan ukuran yang
kakao (8%), memiliki kelas tekstur lempung berbeda dan dapat digolongksn kedalam
berpasir, lahan kakao (15%) memiliki kelas tiga fraksi. Ada yang berdiameter besar
tekstur lempung berpasir dan lahan kakao sehingga dengan mudah dapat dilihat
(25%) memiliki kelas tekstur pasir dengan mata telanjang,tetapi ada pula
berlempung. Sedangkan pada lahan hutan sedemikian halusnya, seperti koloidal
(8%) memiliki kielas tekstur lempung sehingga tidak bisa dilihat dengan mata
berpasir, lahan hutan (15%) memiliki kelas telanjang (Sarief, 1990).
tekstur lempung berpasir dan lahan hutan
(25%) memiliki kelas tekstur liat berpasir. C-Organik. Hasil analisis C-Organik pada
lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel
Tekstur tanah penting diketahui Tabel 5.
karena komposisi dari ketiga fraksi partikel Hasil analisis C-organik dari tipe
tersebut diatas akan menunjukkan sifat-sifat lahan hutan dan lahan kakao menunjukkan
tanah baik fisika, kimia, dan biologi. Pada bahwa tipe lahan hutan dan lahan kakao
lahan kakao memiliki tekstur lempung liat memiliki tipe C-organik yang berbeda. C-
berpasir dan pasir berlempung, maka peran organik terdapat pada lahan kakao (rata-
dalam mengatur sifat fisika kimia tanah rata) 0,57 % yang tergolong sangat rendah
relatife sedang, karena kondisi tersebut dan pada lahan hutan (rata-rata) yaitu
tidak terlalu kuat mengikat air dan hara. sebesar 1,32 % tergolong rendah.
Lain halnya pada lahan hutan yang Hal ini terjadi karena terdapatnaya
bertekstur lempung berpasir. Kisaran sisa-sisa tanaman mati dan gugur dalam
tersebut menandakan system aerase yang berbagai tahap dekomposisi dan menumpuk
baik karena memiliki ruang pori yang pada lahan hutan jauh lebih besar, sehingga
berukuran besar sehingga daya hantar air akan menjadi kandungan C-organik tanah.
cepat namun daya hantar menahan air Menurut Anna et al. (1985) pada
rendah. daerah hutan sebagian basar bahan organic
Tanah yang renggang berpori-pori berada dalam bagian diatas muka tanah,
bobot kecil persatuan volume dan tanah sedangkan pada rumputan hamper 90% dari
yang padat berbobot tinggi persatuan bahan organik tumbuhan berada dalam
volume. Tanah yang bertekstur halus tanah. Apabila hutan dibuka sebagian besar
mempunyai porositas tinggi dan berat isi tegakan pohon digunakan manusia ataupun
lebih rendah daripada tanah berpasir dibakar sehingga sumbangan pada bahan
(Hanafiah, 2005). organik rendah.
Tekstur tanah adalah perbandingan Pemadatan tanah yang terjadipada
kandungan pertikel-partikel tanah primer areal budidaya kakao telah menyebabkan

219
memburuknya daya hantar air tanah dan lempung berpasir dan pasir berlempung.
meningkatnya limpasan permukaan yang C-Organik tergolong sangat rendah.
kebiasaan masyarakat untuk membersihkan 2. Sifat fisik tanah pada lahan Hutan
seresah pada permukaan lahan budidaya bervariasi, memiliki Bobot Tanah yang
kakao telah menyebabkan kandungan bahan sedang. permeabilitas sangat cepat,
organik tanah yang rendah. (Monde et al., porositas relatif baik. Tekstur pada
2008). lahan kakao memiliki tekstur lempung
berpasir. C-Organik tergolong rendah.
KESIMPULAN DAN SARAN 3. Perbedaan tempat pada lahan hutan dan
lahan kakao menyebabkan perbedaan
Kesimpulan Bobot Tanah, permeabilitas, porositas,
Berdasarkan hasil penelitianmaka dan C-organik.
dapat ditarik kesimpulan bahwa: Saran
1. Sifat fisik tanah pada Kakao sangat
bervariasi memiliki Bobot Tanah, Pada penelitian ini perlu adanya
ringan sedang dan berat. Permeabilitas penelitian lebih lanjut untuk mempelajari
cepat, hingga sangat cepat. Porositas lebih jauh mengenai sifat fisik tanah pada
relatif kurang baik hingga baik. Tekstur alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan
pada lahan kakao memiliki tekstur kakao.

DAFTAR PUSTAKA
Adyana, 2002. Pengembangan Sistem Usaha Tani Pertanian Berkelanjutan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi, 19 (2): 38-49.

Arsyad S., 2000 Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi Lembaga
Sumber Daya Informasi Institut Pertanian Bogor. IPB Press, Bogor.
Anna, K., Yulius, A.K.P., J.L, Nenere, Arifin, S.S.R Samosir, R. Tangkaisari, I.R Lalopua,
Ibbrahim, dan H Asmadi. 1985. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur, Ujung Pandang..

Brady N. C., 1990. The Nature and Properties of Soil. 10 ed. MacMilan Publishing Co.,
New York.

Hanafiah A. K. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Hardjowigeno S., 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.

Harsono, 1995. Erosi dan Sedimentasi. Hand Out. Program Pasca Sarjana Unversitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Hasanah, U, 2008. Influence of Matric Suction on Soil Aggregate Coalescence.J. Agroland


15 (2) : 6-10

Khaeriyah. 2012. Laporan-porositas. http://.blogspot.com. Diakses pada Tanggal 9


November 2012.

220
Munir. 1996. Tanah-tanah Utama Indonesia. Karakteristik, Kelas, dan Pemanfaatannya.
Pustaka Jaya, Jakarta.

Monde A., N. Sinukaban, K. Murtilaksono, dan N. H. Pandjaitan., 2008. Dinamika


Kualitas Tanah, Erosi, dan Pendapatan Petani Akibat Alih Guna Lahan Hutan
Menjadi Lahan Kakao di Das Napu, Sulawesi Tengah. Jurnal Forum Pasca Sarjana
Vol. 31 No. 3 Juli 2008 : 215-225.

Rahim S. E. 2003. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan


Hidup. Bumi Aksara, Jakarta.

Sarief S., 1984. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

________1990. Sifat Fisik-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.

Syafira, I. L. 2012. Pembuatan Pupuk Bokashi Dari Limbah Organik dan Analisis
Kandungan Unsur Nitrogen, Karbon, Fospor dan Kalium. Universitas Negeri
Medan.

221

You might also like