You are on page 1of 10

HUBUNGAN STOK KARBON TANAH DAN SUHU PERMUKAAN

PADA BEBERAPA PENGGUNAAN LAHAN DI NAGARI PADANG


LAWEH KABUPATEN SIJUNJUNG
Gunadi1*, Juniarti2, Gusnidar2
1
Mahasiswa Magister Ilmu Tanah Universitas Andalas
2
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas
*Email: gun.adi1922@gmail.com

Abstract
Padang laweh located in Koto VII, West Sumatra has 1.569,92 ha area which was dominated by mixed
holder agriculture. The availability of soil organic C is influence by land management. Plant tend to
increase soil organic C stock and increase decomposition rates at higher temperatures. At higher
temperatures will reduce the stock of soil organic C. The purpose of study was to analyze the relation
of soil organic carbon stock (SOCS) and land surface temperature. The study was conducted using a
survey method consisting of 5 stage, namely preparation, pra survey, main survey, analysis of soil in
laboratories and data processing. Soil sampling was taken in purposive random sampling under several
land unit (LU), the LU were limited by soil order, slopes, and land use. Based on the land unit map,
there are 14 land unit. Soil samples was taken at a depth of 0-20 cm. Surface temperature measurement
are carried out directly in the field using a room temperature thermometer. Parameter analysed were
organic-C, particulate organic-C, and BD. The data of research result are processed statistically using
multiple linear regression equations. The result showed that the surface temperature measurement of
rice field has highest temperature of 34 0C, and the rubber plantation has the lowest temperature 28 0C.
Organic-C affects to soil BD, the higher organic-C value the lower BD value. The highest carbon stock
was found in land unit 10 with rubber plantation with slope 8-15% which is 41 kg m-2 and decreased
with increasing slope. The difference value SOCS in paddy fields is influenced by land management,
due to the absence of the return of the harvest in the form of straw to the land. The results of the
regression analysis showed that surface temperature did not have a significant effect on the value of
SOCS.
Keywords: carbon stock, land use, Padang Laweh

PENDAHULUAN tergantung pada keseimbangan antara input


karbon ke tanah dengan peningkatan
Karbon organik tanah berasal dari produktivitas tanaman. Tanaman cenderung
dekomposisi tanaman dan hewan. Karbon meningkatkan stok C organik tanah dan
organik tanah merupakan komponen yang meningkatnya laju dekomposisi pada suhu yang
sangat penting di dalam usaha pertanian lebih tinggi. Pada suhu yang lebih tinggi akan
berkelanjutan. Nilai C organik tanah memegang menurunkan stok C organik tanah (Smith et al.,
peranan penting dalam meningkatkan 2008). Nilai C organik tanah, berubah dengan
karakteristik sifat fisika dan kimia tanah. Kadar perubahan suhu, dan dapat menurun
C organik tanah menentukan kesuburan, ketersediaannya dengan meningkatnya suhu
produktivitas, dan kualitas tanah. Selain itu, (Qi et al., 2016).
perubahan sirkulasi C organik tanah akan Pada kondisi alami, C organik tanah
berpengaruh terhadap siklus karbon dan berasal dari sisa tanaman, baik segar maupun
perubahan iklim jangka panjang. yang telah terdekomposisi sempurna seperti
Perubahan kecil pada pool C organik tanah humus. Ketersediaan C organik tanah
akan berdampak pada konsentrasi CO2 di dipengaruhi oleh manajemen lahan, seperti
atmosfer, sehingga berdampak kepada pengolahan tanah, perubahan penggunaan
perubahan suhu permukaan, presipitasi, radiasi lahan, ada atau tidak adanya pengembalian sisa
matahari, dan kecepatan angin. Pengaruh panen dan lain-lain. Hal ini dapat menyebabkan
karbon tanah terhadap pemanasan global hilangnya C organik tanah. Selain itu,
ketersediaan C organik tanah juga dipengaruhi BAHAN DAN METODA
oleh jenis tanah, vegetasi, topografi, sejarah Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
penggunaan lahan, dan iklim. Stok C organik Desember 2018 - Maret 2019. Bertempat di
tanah dapat di tingkatkan dengan olah tanah Nagari Padang Laweh, Kecamatan Koto VII,
minimum dan pemberian pupuk kompos Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat.
(Krauss et al., 2017). Analisis sampel tanah dilakukan di
Dilihat dari pengelompokannya, maka Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas
karbon organik tanah dibagi menjadi fraksi labil Pertanian Universitas Andalas Padang.
(C organik tanah partikulat), dan fraksi C Penelitian dilakukan menggunakan
organik stabil (bahan humat) (Strosser, 2010). metode survei yang terdiri dari 5 tahap yaitu
Fraksi C organik labil seperti C organik persiapan, prasurvei, survei utama, analisis
partikulat sangat sensitif terhadap perubahan tanah di laboratorium dan pengolahan data.
penggunaan lahan dan merupakan indikator tahap persiapan berguna untuk mengumpulkan
yang paling peka terhadap kualitas tanah. data sekunder yang meliputi peta administrasi,
Sedangkan fraksi C organik stabil lebih resisten
peta lereng, peta tanah, dan peta penggunaan
terhadap perubahan penggunaan lahan dan
dapat digunakan sebagai indikator untuk lahan. Tahap pra survei dilakukan untuk
menilai kapasitas tanah dalam menyimpan melakukan pengamatan kondisi fisik lahan dan
karbon (Ermadani et al., 2018). penentuan titik pengambilan sampel tanah.
Fraksi C organik partikulat merupakan Tahap survei utama untuk verifikasi hasil
fraksi karbon yang sangat labil yang interpretasi satuan lahan dan pengambilan
keberadaannya sangat dipengaruhi oleh sampel tanah. Teknik pengambilan sampel
penggunaan lahan. Nilai C organik partikulat tanah dilakukan secara purposive dengan
lebih banyak ditemukan pada padang rumput pengambilan sampel secara random sampling
dibandingkan di lahan tanaman pangan, dan berdasarkan satuan lahan dengan cara
akan menurun apabila terjadi konversi dari pemboran pada kedalaman 0-20 cm.
padang rumput menjadi lahan tanaman pangan Berdasarkan peta satuan lahan, terdapat 14
(Chan, 2001). satuan lahan. Pengukuran suhu permukaan
Perubahan penggunaan lahan berdampak
tanah dilakukan secara langsung di lapangan
kepada iklim lokal. Hal ini menyebabkan
terjadinya perbedaan suhu permukaan yang menggunakan alat termometer suhu ruang,
berbeda pada setiap penggunaan lahan. dengan cara termometer diletakkan di atas
Penurunan jumlah vegetasi dan adanya permukaan tanah bekas pengambilan sampel
perusakan tutupan lahan alami akan tanah dan ditunggu selama 10 menit.
meningkatkan suhu permukaan tanah pada Pengukuran suhu permukaan tanah dilakukan
berbagai kelas penggunaan lahan. Peningkatan sebanyak 3 kali untuk masing-masing satuan
suhu dapat dikaitkan dengan pola budidaya lahan. Pengukuran dilakukan pada siang hari
yang berbeda (Fathizad et al., 2017). mulai pukul 10.00 - 15.00 WIB.
Nagari Padang Laweh terletak di Parameter yang diamati meliputi suhu
kecamatan Koto nan VII Kabupaten Sijunjung permukaan tanah dan sifat kimia tanah.
Provinsi Sumatera Barat yang memiliki luas Pengukuran suhu permukaan dilakukan
1.569,92 ha. Penggunaan lahan pada daerah ini menggunakan termometer pada tiap satuan
di dominasi sawah, perkebunan rakyat, lahan. Sifat kimia tanah yang diuji terdiri dari
tanaman palawija, dan kebun campuran (BPS C-organik, C-organik partikulat, dan BV.
Kabupaten Sijunjung, 2017). Perbedaan Data hasil penelitian disajikan dalam
penggunaan lahan menyebabkan sumbangan bentuk tabel dan grafik. Perhitungan stok
bahan organik ke dalam tanah berbeda. Selain karbon tanah menggunakan persamaan
menurut Yulnafatmawita dan Yasin (2018)
itu, tidak adanya pengembalian sisa panen ke
yaitu:
lahan sawah menyebabkan rendahnya bahan
organik tanah. Tujuan penelitian ini adalah Ct = BV x Kd x %C-organik
untuk mengetahui pengaruh suhu permukaan
terhadap stok karbon tanah.
Keterangan: kuarsa mengandung mika (pejal dan setempat
Ct = Kandungan karbon tanah mengalami malihan kuarsit). Tanah yang
(Kg/m2) berasal dari batu pasir di daerah beriklim basah,
BV = Berat volume tanah tanah akan mempunyai kejenuhan basa rendah,
(gram/cm3) unsur hara rendah, dan pH tanah rendah
Kd = Kedalaman sampel tanah (Puturuhu, 2015).
(cm)
%C-organik = Nilai persentase kandungan Penggunaan Lahan
karbon organik tanah dari hasil Berdasarkan hasil analisis citra Landsat
pengukuran di laboratorium 7-ETM yang diambil pada tanggal 9 Oktober
Untuk mengetahui pengaruh suhu 2016, daerah penelitian memiliki 4 macam
penggunaan lahan, yaitu pemukiman dengan
permukaan terhadap stok karbon tanah, maka
luas 10,67 ha; kebun campuran dengan luas
data hasil pengukuran suhu permukaan dan
941,45 ha; sawah dengan luas 361,60 ha; dan
perhitungan stok karbon diolah secara statistik kebun karet dengan luas 256,20 ha (Gambar 1).
menggunakan persamaan regresi linear Kebun campuran pada daerah penelitian
berganda. Sehingga persamaan regresinya merupakan lahan yang berada disekitar
yaitu: pemukiman yang ditanami dengan tanaman
karet (Heveabraziliensis) yang
Y = a + b1X1 + b2X2
ditumpangsarikan dengan berbagai macam
Dimana: tanaman tahunan, seperti kakao
(Theobromacacao), kelapa (Cocos nucifera),
Y = Variabel terikat, yaitu suhu permukaan kulit manis (Cinnamomum verum), pinang
a = Nilai konstanta (Areca catechu), dan lansek (Lansium
b = Nilai koefisien regresi domesticum). Pada kebun campuran tidak ada
X1 = Variabel bebas1, yaitu stok karbon tanah pemberian pupuk kimia buatan, sehingga
X2 = Variabel bebas 2, yaitu penggunaan lahan sumber unsur hara tanahnya berasal dari
yang berbeda serasah dan sisa tanaman yang melapuk.
Pada kebun karet tidak dilakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN pemupukan, karena menurut petani tanaman
Karakteristik Lahan karet akan tetap menghasilkan walaupun tidak
Gambaran tentang fisiografi daerah diberi pupuk. Pembersihan gulma sangat jarang
penelitian dapat dilihat berdasarkan peta satuan dilakukan, dan jika gulma sudah tinggi maka
lahan dan tanah lembar Solok (0815) skala akan dilakukan pembersihan gulma
1:25.000 yang dikeluarkan dari Pusat Penelitian menggunakan herbisida seperti roundup,
Tanah dan Agroklimat tahun 1990 yang Gramoxone, Gramakuat, dan lain-lain. Alasan
kemudian dilakukan pencocokan dengan penggunaan herbisida untuk pengendalian
pengamatan di lapangan sehingga diperoleh 3 gulma adalah karena lebih praktis dan
satuan fisiografi yaitu; (a) pelembahan sempit menghemat waktu.
antara dataran tinggi, (b) dataran, (c) Lahan sawah pada daerah penelitian
pegunungan. didominasi oleh sawah tadah hujan dengan
Terdapat 2 jenis tanah pada tingkat Great luas 183 ha, sedangkan sawah irigasi
Group yaitu; (a) Paleudults yang terdapat pada sebanyak 178 ha (BPS, 2018). Pengolahan
fisiografi dataran dan pegunungan dengan luas tanah sawah dilakukan secara mekanis
910,29 ha, dan (b) Dystropepts yang terdapat menggunakan handtractor dan secara
pada fisiografi pelembahan sempit antara manual menggunakan cangkul. Sisa panen
dataran tinggi dengan luas 659,63 ha. berupa jerami dikumpulkan pada satu
Berdasarkan peta geologi lembar Solok tempat di lahan kemudian dibakar sehingga
(0815) skala 1:25.000 yang dipublikasikan oleh menjadi abu. Pada lahan sawah tidak
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dilakukan rotasi tanaman baik itu pada
tahun 1996 terdapat 2 jenis litologi yaitu; (a)
sawah irigasi maupun sawah tadah hujan.
Lempung dan napal abu-abu (dengan sisipan
batupasir, konglomerat dan batupasir tufan
Pada lahan sawah tadah hujan, pada saat
berwarna kehijau-hijauan), dan (b) Batupasir musim kemarau dibiarkan hingga
ditumbuhi rumput. Pemberian pupuk
berbeda-beda setiap petani karena petani pemberian pupuk tahap kedua dilakukan
tidak memiliki pedoman pemberian dosis pada saat padi berumur 25-30 hari
pupuk. Pada umumnya pemberian pupuk menggunakan pupuk Urea 50 kg/ha dan
dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap Phonska 100 kg/ha, dan pemupukan tahap
musim tanam, yaitu tahap pertama pada ketiga dilakukan pada saat padi berumur
saat tanaman padi berumur 2 minggu 40-45 hari menggunakan pupuk Urea
dipupuk Urea 100 kg/ha dan TSP 50 kg/ha, sebanyak 50 kg/ha.

Kebun Karet
16%

Sawah
23% Kebun
Campuran
60%

Pemukiman
1%

Gambar 1. Diagram penggunaan lahan di Nagari Padang Laweh


Suhu Permukaan tanah menyebabkan iklim mikro pada lahan karet
Berdasarkan hasil pengukuran suhu menjadi lebih sejuk.
permukaan di lapangan (Tabel 1), didapatkan Kebun campuran memiliki suhu
bahwa lahan sawah memiliki suhu yang paling permukaan antara 30-32 0C dan sedikit lebih
tinggi yaitu 34 oC pada satuan lahan 7, dan tinggi dibandingkan tanaman karet. Hal ini
kebun karet memiliki suhu paling rendah yaitu disebabkan karena pada kebun campuran
28 oC pada satuan lahan 13. Hal ini disebabkan tutupan vegetasinya tidak serapat pada tanaman
karena pengambilan sampel tanah lahan sawah karet karena pada kebun campuran terdiri dari
dilakukan setelah panen sehingga tidak ada berbagai jenis tanaman dan jarak tanam yang
tanaman penutup tanah yang menyebabkan tidak teratur menyebabkan kanopi tanaman
radiasi matahari akan langsung mencapai tidak terlalu rapat sehingga sebagian radiasi
permukaan tanah. Menurut Qin dan karneili matahari sampai ke permukaan tanah.
(1999), pada tanah dengan vegetasi yang Satuan lahan 13 memiliki suhu permukaan
jarang, suhu permukaan ditentukan oleh suhu tanah 28 0C dan kandungan BOT 1,71%. Hal ini
kanopi, tubuh vegetasi, dan permukaan tanah. disebabkan karena terdapat pada lereng curam
Penggunaan lahan karet memiliki suhu sehingga bahan organik akan terbawa oleh
permukaan antara 28-31 0C karena rapatnya aliran permukaan tanah. Pada lahan sawah
vegetasi karet yang dipengaruhi oleh kerapatan dengan suhu 34 0C memiliki kandungan bahan
tanaman karet yang mencapai 500-600 organik 3,31% pada satuan lahan 5 dan 1,75%
pohon/hektar dengan jarak tanam karet 4x5 pada satuan lahan 7. perbedaan kandungan
meter dan 3x6 meter sehingga kanopi karet bahan organik tanah disebabkan oleh
dapat menutupi permukaan tanah dari pancaran manajemen lahan yang dilakukan oleh petani
radiasi matahari secara langsung. Selain itu dengan tidak adanya pengembalian sisa panen
serasah dari tanaman karet yang jatuh akan ke lahan akan menyebabkan rendahnya
menutupi permukaan tanah sehingga kandungan bahan organik tanah.
Tabel 1. Suhu permukaan tanah dan bahan organik tanah (BOT) di Nagari Padang Laweh
Kelas Suhu Ketinggian
No. Ordo BOT
Lereng Penggunaan Lahan Permukaan* Tempat
SL Tanah (%)
(%) (0C) (m/dpl)
1 Inceptisols 0-8 Kebun Campuran 31 1.76 139
2 Inceptisols 8-15 Kebun Campuran 32 3.05 157
3 Ultisols 8-15 Kebun Campuran 30 3.33 194
4 Inceptisols 8-15 Sawah 33 3.39 184
5 Ultisols 8-15 Sawah 34 3.31 163
6 Ultisols 0-8 Sawah 32 2.41 176
7 Inceptisols 0-8 Sawah 34 1.75 170
8 Ultisols 0-8 Kebun Campuran 32 3.73 181
9 Inceptisols 15-25 Kebun Campuran 32 2.77 183
10 Inceptisols 8-15 Kebun Karet 31 4.29 188
11 Inceptisols 15-25 Kebun Karet 30 3.48 196
12 Inceptisols 25-40 Kebun Karet 30 2.11 169
13 Ultisols >40 Kebun Karet 28 1.71 186
14 Inceptisols 15-25 Sawah 33 2.77 175
Sumber: *) = Hasil pengukuran di lapangan

Pada umumnya kandungan bahan 44%, Mg 42%, Na 61% dari total kandungan
organik tanah di lokasi penelitian dipengaruhi unsur hara dalam jerami. Kehilangan hara tanah
oleh penggunaan lahan, kelerengan, dan curah sawah disebabkan oleh scattering, sehingga
hujan. Fluktuasi suhu permukaan dan tingginya partikel-partikel abu dan arang terbawa angin
curah hujan akan menyebabkan laju dan terhanyut oleh air hujan. Selain itu, tidak
dekomposisi bahan organik berlangsung cepat. adanya penambahan bahan organik berupa
Suhu Permukaan tanah dipengaruhi oleh pupuk kandang maupun kompos juga
berbagai parameter seperti radiasi matahari, menyebabkan rendahnya kandungan C-organik
sudut radiasi matahari, sifat permukaan, kadar tanah karena petani lebih cenderung untuk
air, tingkat kerapatan vegetasi, dan ketinggian menggunakan pupuk buatan dalam memacu
tempat (Khandelwal et al., 2018). Suhu akan peningkatan produksi tanaman padi.
mempengaruhi cepat atau lambatnya proses Pengolahan lahan intensif dan penghilangan
pelapukan bahan organik tanah dan keberadaan residu tanaman setelah panen menyebabkan
mikroorganisme tanah. Menurut Hanafiah penyimpanan C tanah yang rendah pada topsoil
(2005) suhu optimum aktivitas biota tanah yang dan subsoil lahan pertanian (Kassa et al., 2010).
menguntungkan terjadi pada temperatur 18-30 Kandungan BOT pada penggunaan lahan
0
C, sedangkan pada suhu di bawah 10 0C kebun campuran cukup tinggi, kecuali pada
aktivitasnya sangat terbatas, dan pada satuan lahan 1. Hal ini disebabkan karena curah
temperatur di atas 40 0C mikroba akan menjadi hujan yang tinggi sehingga menyebabkan
inaktif. proses dekomposisi berlangsung cepat.
Meningkatnya suhu dan curah hujan
Bahan Organik Tanah dan Bahan organik menyebabkan dekomposisi BOT lebih tinggi.
Partikulat Peningkatan suhu dan curah hujan terhadap C-
Hasil analisis sampel tanah di laboratorium organik tanah tergantung stabilitas C-organik
(Tabel 2), menunjukkan bahwa kandungan dalam tanah (Guan et al., 2018).
bahan organik tanah (BOT) di nagari Padang Kandungan BOT pada penggunaan lahan
Laweh berkisar antara 1,71-4,29 %. Lahan kebun campuran cukup tinggi, kecuali pada
sawah memiliki kandungan BOT rendah. Hal satuan lahan 1. Hal ini disebabkan karena curah
ini disebabkan karena tidak adanya hujan yang tinggi sehingga menyebabkan
pengembalian sisa panen berupa jerami ke proses dekomposisi berlangsung cepat.
lahan karena jerami sisa panen di tumpuk pada Meningkatnya suhu dan curah hujan
satu tempat kemudian dibakar. Menurut menyebabkan dekomposisi BOT lebih tinggi.
Husnain (2010), pembakaran jerami menjadi Peningkatan suhu dan curah hujan terhadap C-
abu akan mengakibatkan kehilangan unsur hara organik tanah tergantung stabilitas C-organik
C 100%, N 100%, Si 35%, K 47%, P 59%, Ca dalam tanah (Guan et al., 2018).
Tabel 2. Hasil analisis C-organik, BOP, dan BV tanah di Nagari Padang Laweh
Kelas
No. Ordo Penggunaan C-organik BOT BOP BOP/BOT BV
Lereng
SL Tanah Lahan (%) (%) (%) (%) (g/cm3)
(%)
1 Inceptisols 0-8 Kebun Campuran 1.03 r 1.76 0.90 sr 50,99 0.92 s
2 Inceptisols 8-15 Kebun Campuran 1.77 r 3.05 1.16 r 38,00 0.86 s
3 Ultisols 8-15 Kebun Campuran 1.94 r 3.33 1.36 r 40,84 0.92 s
4 Inceptisols 8-15 Sawah 1.97 r 3.39 1.34 r 39,58 0.87 s
5 Ultisols 8-15 Sawah 1.92 r 3.31 1.89 r 57,11 0.90 s
6 Ultisols 0-8 Sawah 1.40 r 2.41 0.76 sr 31,55 0.92 s
7 Inceptisols 0-8 Sawah 1.02 r 1.75 0.56 sr 32,04 0.94 s
8 Ultisols 0-8 Kebun Campuran 2.17 s 3.73 1.64 r 43,94 0.90 s
9 Inceptisols 15-25 Kebun Campuran 1.61 r 2.77 0.99 sr 35,72 0.91 s
10 Inceptisols 8-15 Kebun Karet 2.49 s 4.29 1.75 r 40,83 0.83 s
11 Inceptisols 15-25 Kebun Karet 2.02 s 3.48 1.34 r 38,48 0.89 s
12 Inceptisols 25-40 Kebun Karet 1.23 r 2.11 0.19 sr 9,01 0.91 s
13 Ultisols >40 Kebun Karet 1.00 r 1.71 0.30 sr 17,50 1.05 s
14 Inceptisols 15-25 Sawah 1.61 r 2.77 1.46 r 52,63 0.93 s
Keterangan: sr = sangat rendah, r = rendah, s = sedang (Balai Penelitian Tanah, 2012)

Pada satuan lahan 8, 10, dan 11 memiliki terutama pada tanah dengan kandungan C total
kandungan C-organik sedang. Hal ini rendah. Hal ini disebabkan karena adanya
disebabkan karena adanya penambahan bahan pemecahan fraksi stabil menjadi fraksi labil.
organik yang berasal dari serasah tanaman. Selama proses mineralisasi bahan organik
Selain itu tingginya nisbah C/N menandakan tanah, bentuk yang kurang tahan atau labil
bahwa bahan organik masih berada pada awal dengan cepat diuraikan, diuapkan, atau
pelapukan. Menurut Hanafiah (2005), apabila dilepaskan yang mengakibatkan keberadaannya
nisbah C/N <20 menunjukkan terjadinya menjadi sedikit (Pires et al., 2017).
mineralisasi N, jika >30% berarti terjadi Nisbah BOP/BOT menunjukkan besar
immobilisasi (awal dekomposisi), sedangkan kecilnya fraksi bahan organik labil yang
jika di antara 20-30 berarti mineralisasi dan terlindungi dalam agregat tanah. Tingginya
immobilisasi berjalan seimbang. Kandungan C nilai BOP dan nisbah BOP/BOT menunjukkan
mengalami penurunan seiring dengan proses bahwa fraksi bahan organik labil masih cukup
dekomposisi pada serasah daun karet (Iskandar, banyak yang terlindungi dalam agregat tanah
2014).
dan proporsinya terhadap C-organik total masih
Pada lahan sawah kandungan BOP berada
pada kriteria sangat rendah hingga rendah. Hal cukup banyak (Nurida et al., 2007). Pada satuan
ini disebabkan karena pada lahan sawah lahan 12 dan 13 memiliki nisbah BOP/BOT
dilakukan pengolahan tanah intensif yang akan yang rendah. Hal ini disebabkan karena
memecahkan agregat tanah, sehingga BOP kandungan BOP berada pada kriteria rendah,
akan keluar dan menjadi mudah terdekomposisi sehingga fraksi bahan organik labil yang
oleh mikroorganisme. Selain itu kandungan terlindungi dalam agregat tanah hanya sedikit.
BOT yang rendah karena tidak adanya Selain itu, faktor lereng yang curam dan curah
penambahan bahan organik dan pengangkutan hujan yang tinggi mempengaruhi kandungan
sisa panen juga menjadi penyebab rendahnya bahan organik tanah, karena setelah bahan
kandungan BOP. organik melapuk menjadi fraksi labil akan
Pada penggunaan lahan kebun campuran terbawa oleh aliran permukaan sebelum bisa
dan kebun karet, kandungan BOP juga berada terlindungi oleh agregat tanah. Kehilangan C
pada kriteria sangat rendah hingga rendah. Hal
akibat pencucian dan erosi dapat
ini disebabkan karena rendahnya kandungan
bahan organik tanah yang disebabkan karena mempengaruhi kandungan fraksi C-organik
curah hujan dan suhu yang tinggi yang akan labil pada berbagai penggunaan lahan. Karena
mempercepat proses pelapukan pada bahan pada umumnya bentuk C-organik labil
organik tanah. Peningkatan aktivitas biologis memiliki tingkat kelarutan yang tinggi (Behtari
dan suhu menyebabkan peningkatan oksidasi et al., 2019).
fraksi C stabil dibandingkan fraksi labil,
Berat Volume Tanah hancur menjadi lumpur. Setelah proses
Berat volume tanah (BV) pada tiap satuan pelumpuran selesai, air genangan yang tenang
lahan diamati pada kedalaman 0-20 cm. akan mengendapkan partikel tanah. Partikel
Berdasarkan Tabel 2, berat volume berkisar tanah yang mengendap akan mengalami
antara 0,83-1,05 g/cm3 yang berada pada stratifikasi yang akan menyebabkan daya
kriteria sedang. Hal ini disebabkan karena kohesi antar partikel semakin kuat sehingga
kandungan bahan organik yang rendah serta tanah menjadi lebih padat (Hardjowigeno dan
tekstur tanahnya yang didominasi oleh fraksi Rayes, 2005).
halus.
Kebun karet memiliki BV berkisar antara Stok Karbon Tanah
0,83-1,03 g/cm3 yang berada pada kriteria Berdasarkan perhitungan stok karbon
sedang. Nilai BV meningkat seiring dengan tanah pada daerah penelitian berkisar 0,19-0,41
bertambahnya kelerengan lahan. Hal ini kg/m2 (Tabel 3). Hal ini dipengaruhi oleh
disebabkan karena rendahnya bahan organik penggunaan lahan yang mempengaruhi
tanah yang juga mengalami penurunan seiring kandungan C-organik tanah, di mana pada
bertambahnya kelerengan lahan. Kandungan wilayah dengan tutupan vegetasi yang rapat
bahan organik tanah akan mempengaruhi BV memiliki kandungan C-organik yang tinggi.
tanah. Pemberian bahan organik ke dalam tanah Stok karbon pada berbagai tipe penggunaan
dapat meningkatkan jumlah ruang pori tanah lahan selain dipengaruhi oleh faktor alami yaitu
dan membentuk struktur tanah yang remah curah hujan, topografi, kondisi vegetasi juga
sehingga akan menurunkan berat volume tanah dipengaruhi oleh intensitas pengolahan tanah
(Saputra et al., 2018). dan pemupukan yang secara langsung maupun
Lahan sawah memiliki nilai BV tanah tidak langsung akan mempengaruhi sifat tanah
yang bervariasi tetapi masih dalam kriteria termasuk kandungan C-organik dan kerapatan
sedang, yaitu 0,87-0,94 g/cm3. Perbedaan nilai lindak (Edwin, 2016).
BV dipengaruhi oleh kandungan bahan organik Kebun campuran memiliki stok karbon
tanah. Semakin tinggi kandungan bahan tanah bervariasi yang berkisar 0,19-2,17 kg/m2.
organik tanah maka nilai BV akan semakin Hal ini disebabkan oleh kandungan C-organik
rendah. Nilai BV pada lahan sawah juga tanah, semakin rendah kandungan C-organik
dipengaruhi oleh pengolahan tanah. Proses tanah akan menyebabkan stok karbon tanah
pelumpuran menyebabkan agregat tanah juga rendah.

Tabel 3. Jumlah stok karbon tanah di Nagari Padang Laweh


Kelas Stok
No. Ordo Penggunaan Kedalaman C-organik BV
Lereng karbon
SL Tanah Lahan (cm) (%) (g/cm3)
(%) (kg/m2)
1 Inceptisols 0-8 Kebun Campuran 0-20 1.03 0.92 0.19
2 Inceptisols 8-15 Kebun Campuran 0-20 1.77 0.86 0.30
3 Ultisols 8-15 Kebun Campuran 0-20 1.94 0.92 0.36
4 Inceptisols 8-15 Sawah 0-20 1.97 0.87 0.34
5 Ultisols 8-15 Sawah 0-20 1.92 0.90 0.35
6 Ultisols 0-8 Sawah 0-20 1.40 0.92 0.26
7 Inceptisols 0-8 Sawah 0-20 1.02 0.94 0.19
8 Ultisols 0-8 Kebun Campuran 0-20 2.17 0.90 0.39
9 Inceptisols 15-25 Kebun Campuran 0-20 1.61 0.91 0.29
10 Inceptisols 8-15 Kebun Karet 0-20 2.49 0.83 0.41
11 Inceptisols 15-25 Kebun Karet 0-20 2.02 0.89 0.36
12 Inceptisols 25-40 Kebun Karet 0-20 1.23 0.91 0.22
13 Ultisols >40 Kebun Karet 0-20 1.00 1.05 0.21
14 Inceptisols 15-25 Sawah 0-20 1.61 0.93 0.30

Lahan sawah memiliki stok karbon nilai BV tanah rendah akan memiliki stok
berkisar 0,19-0,34 kg/m2. Perbedaan stok karbon lebih tinggi. Tanah dengan BV rendah
karbon ini disebabkan karena perbedaan nilai biasanya memiliki kandungan bahan organik
BV tanah, di mana lahan sawah yang memiliki tanah tinggi, karena bahan organik akan
meningkatkan ruang pori tanah dan membentuk intensitas pengolahan tanah yang relatif rendah
struktur tanah yang remah sehingga (Edwin, 2016).
menurunkan BV tanah. Perbedaan stok karbon
pada lahan sawah juga disebabkan oleh Hubungan Stok karbon dan Suhu
manajemen lahan yang dilakukan oleh petani, permukaan Tanah
pada lahan sawah tidak ada pengembalian Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat
bahan organik ke lahan, karena jerami sisa bahwa suhu permukaan tanah tidak
panen dikumpulkan di satu tempat kemudian memberikan pengaruh yang besar terhadap stok
dibakar hingga menjadi abu. Hal ini juga yang karbon tanah. Hal ini terjadi karena nilai R2
menyebabkan kandungan C-organik tanah hanya 0,0001 (0,1%), yang berarti sumbangan
sawah rendah yang selanjutnya menyebabkan pengaruh suhu permukaan terhadap stok karbon
stok karbon tanahnya juga rendah. tanah hanya sebesar 0,1%, sedangkan sisanya
Penggunaan lahan kebun karet sebesar 99% dipengaruhi oleh faktor lain yang
memiliki stok karbon berkisar 0,21-0,41 kg/m2. tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
Kandungan stok karbon menurun dengan Faktor iklim termasuk suhu permukaan tanah
meningkatnya kelerengan lahan. Hal ini terjadi memang menjadi salah satu faktor yang
karena curah hujan pada daerah penelitian yang menentukan stok karbon tanah, akan tetapi
tinggi dan fluktuasi iklim tropis menyebabkan faktor lain yang mempengaruhi stok karbon
pelapukan bahan organik tanah berlangsung tanah adalah curah hujan, kerapatan vegetasi,
cepat yang berdampak terhadap stok karbon topografi, praktik manajemen lahan, dan
tanah. Kandungan C-organik tanah pada kebun pemberian bahan organik.
karet dipengaruhi oleh faktor kelerengan dan
35
34
Suhu Permukaan (⁰C)

33
32
31
30
29
28 y = 0.2386x + 31.5
27 R² = 0.0001
26
0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45
Stok Karbon (kg/m²)

Gambar 2. Hubungan stok karbon tanah dan suhu permukaan tanah

Secara umum, perubahan suhu secara yang mendukung kontak antara mikroba tanah
signifikan akan mengubah aktivitas enzim dengan residu tanaman, dan juga meningkatkan
tanah yang akan menyebabkan meningkatnya aerasi profil tanah (Martin et al., 2019).
laju dekomposisi bahan organik tanah dan
KESIMPULAN
fraksi labil C-organik tanah (Qi et al., 2016).
Berdasarkan penelitian yang telah
Akan tetapi, pemanasan iklim jangka pendek
dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa:
tidak akan mempengaruhi stok C-organik tanah
1. Stok karbon tanah tertinggi terdapat pada
(Guan et al., 2018).
penggunaan lahan kebun karet dan
Pengolahan tanah menjadi faktor yang
menurun dengan bertambahnya
sangat penting terhadap stok karbon tanah.
kelerengan lahan. Stok karbon pada lahan
persiapan lahan yang intensif akan memecah
sawah dipengaruhi oleh tidak adanya
agregat tanah yang membuat C yang tersimpan
pengembalian sisa panen dan tidak adanya
di dalam agregat tanah menjadi terlepas.
pemberian pupuk organik.
Pengolahan tanah menciptakan kondisi tanah
2. Suhu permukaan tidak memberikan
yang lebih baik untuk aktivitas mikroba tanah,
pengaruh yang signifikan terhadap stok
karbon tanah, karena stok karbon tanah http://dx.doi.org/10.1016/j.soilbio.2017.
tidak terpengaruh terhadap kenaikan suhu 10.011
permukaan tanah.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta. Raja Grafindo Persada. 360
BPS Sijunjung. 2018. Kecamatan Koto VII halaman.
dalam Angka 2018. Muaro Sijunjung.
Hardjowigeno, S. dan L. Rayes. 2005. Tanah
125 halaman.
Sawah, Karakteristik, Kondisi, dan
Behtari, B., Jafarian, Z., Alikhani, H. 2019. Permasalahan Tanah Sawah di
Temperature Sensitivity of Soil Organic Indonesia. Bayumedia. Malang. 205
Matter Decomposition in Response to halaman.
Land Management in Semi-arid
Husnain. 2010. Kehilangan Unsur Hara Akibat
Rangeland of Iran. Catena 179 (2019)
Pembakaran Jerami Padi dan Potensi
210-219. DOI:
Pencemaran Lingkungan. Prosiding
http://dx.doi.org/10.1016/j.catena.2019.0
seminar nasional sumber daya lahan
3.043
pertanian. Balai Penelitian Tanah.
Chan, K.Y. 2001. Soil Particulate Organic
Iskandar, B. 2014. Dinamika Litterfall dan
Carbon Under Different Land Use and
Kecepatan Dekomposisi Serasah pada
Management. Soil Use and Management
Agroekosistem Perkebunan Karet di
217-221. DOI:
Kabupaten Dharmasraya. Skripsi.
http://dx.doi.org/10.1079/SUM200180
Universitas Andalas. Padang. 54
Edwin, M. 2016. Penilaian Stok Karbon Tanah halaman.
Organik pada Beberapa Tipe
Kassa, H., Dondeyne, S., Poesen, J., Frankl, A.,
Penggunaan Lahan di Kutai Timur,
Nyssen, J. 2017. Impact of Deforestation
Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR
on Soil Fertility, Soil Carbon and
Vol. XV No. 2 (2016)
Nitogen Stock: the Case of the Gacheb
Ermadani, Hermansyah, Yulnafatmawita, Catchment in the White Nile Basin,
Syarif, A. 2018. Dynamic of Soil Organic Ethiopia. Agriculture, Ecosystem and
Carbon Fraction Under Different Land Environmental 247 (2017) 273-282.
Management in Wet Tropical Areas. http://dx.doi.org/10.1016/j.agee.2017.06
Jurnal Solum Vol. 15 No. 1 (2018). .034
http://dx.doi.org/10.25077/j.solum.15.1.
Khandelwal, S., Goyal, R., Kaul, N., Mathew,
26-39.2018
A. 2018. Assessment of Land Surface
Fathizad, H., Tazeh, M., Kalantari, S., Shojaei, Temperature Variation due to Change in
S. 2017. the Investigation of Elevation of Area Surrounding Jaipur
spatiotmporal Variations of Land Surface India. The Egyptian Journal of Remote
Temperature Based on Land Use Change Sensing and Space Science 21 (2018) 87-
Using NDVI in Southwest of Iran. 94.
Journal of Africa Earth Science 134 http://dx.doi.org/10.1016/j.ejrs.2017.01.
(2017) 249-256. 005
http://dx.doi.org/10.1016/j.jafrearsci.201
Krauss, M., Ruser, R., Muller, T., Hansen, S.,
7.06.007
Mader, P., Gattinger, A. 2017. Impact of
Guan, S., An, N., Zong, N., He, Y., Shi, P., Reduced Tillage on Greenhouse Gass
Zhang, J., He, N. 2018. Climate Warming Emissions and Soil Carbon Stock in an
Impact on Soil Organic Carbon Fractions Organic Grass-clover Ley - Winter
and Aggregate Stability in a Tibetan Wheat Cropping Sequence. Agriculture,
Alpine Meadow. Soil Biology and Ecosystem and Environment 239 (2017)
Biochemistry 116 (2018) 224-236. 324-333.
http://dx.doi.org/10.1016/j.agee.2017.01 Effects on Soil Organic Carbon, Soil
.029 Labile Carbon Fraction, and Soil Enzyme
Activities Under Long-term Fertilization
Martin, J.A.R., Alvaro-Fuentes, J., Gabriel,
Regimes. Applied Soil Ecology 102
J.L., Gutierrez, C., Nanos, N., Escuer,
(2016) 36-45.
M., Ramos-Miras, J.J., Gil, C., Martin-
http://dx.doi.org/10.1016/j.apsoil.2016.0
Lammerding, D., Boluda, R. 2019. Soil
2.004
Organic Carbon Stock on the Majorca
Island: Temporal Change in Agricultural Qin, Z. and Karnieli, A. 1999. Progress in the
Soil Over the Last 10 Years. Catena 181 Remote Sensing of Land Surface
(2019) 104087. DOI: Temperature and Ground Emissivity
http://dx.doi.org/10.1016/j.catena.2019.1 Using NOAA-AVHRR data. Int. J.
04087 Remote Sensing vol. 12, 2367-2393.
DOI: 10.1080/014311699212074
Nurida, N.L., Haridjaja, O., Arsyad, S.,
Sudarsono, Kurnia, U., Djajakirana, G. Saputra, D.D., Putrantyo, A.R., Kusuma, Z.
2007. Perubahan Fraksi Bahan Organik 2018. Hubungan Karbon Organik Tanah
Tanah Akibat Perbedaan Cara Pemberian dengan Berat Isi, Porositas dan Laju
dan Sumber Bahan Organik pada Ultisol Infiltrasi pada Perkebunan Salak di
Jasinga. Jurnal Tanah dan Iklim No. 26 Kecamatan Purwosari, Kabupaten
(2007). Pasuruan. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan Vol. 5 No. 1 : 647-654, 2018
Pires, C.V., Schaefer, C.E.R.G., Hashigushi,
A.K., Thomazini, A., Filho, E.I.F., Smith, P., Fang, C., Dawson, J.J.C., Moncrieff,
Mendonca, E.S. 2017. Soil Organic J.B. 2008. Impact of Global Warming on
Carbon and Nitrogen Polls Drive Soil C- Soil Organic Carbon. Advance in
CO2 Emissions from Selected Soil in Agronomy volume 97. DOI:
Maritime Antartica. Science of the Total http://dx.doi.org/10.1016/S0065-
Environment 596-597 (2017) 124-135. 2113(07)00001-6
http://dx.doi.org/10.1016/j.scitotenv.201
Strosser, E. 2010. Methods for Determination
7.03.144
of Labile Soil Organic Matter: An
Puturuhu, F. 2015. Geologi Ilmu Tanah dan Overview. Journal of Agrobiology 27(2):
Sumber Daya Lahan. Yogyakarta. 49-60. DOI:
Penerbit Ombak. 102 halaman. http://dx.doi.org/10.2478/s10146-009-
0008-x
Qi, R., Li, J., Lin, Z., Li, Z., Li, Y., Yang, X.,
Zhang, J., Zhao, B. 2016. Temperature

You might also like