You are on page 1of 10

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 275

Artikel Penelitian

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL


(SPM) DI INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RSU MAYJEN
HA THALIB KABUPATEN KERINCI
1 2 3
Arya Vermasari ,Masrul , Husna Yetti

Abstrak
Pencapaian indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) masih belum optimal karena petugas masih tidak
paham dengan indikator SPM, sehingga pelayanan yang diberikan tidak sesuai harapan pelanggan mengakibatkan
keluhan dan ketidakpuasan pasien. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai implementasi SPM
di IGD RSU Mayjen HA Thalib Kabupaten Kerinci. Penelitian ini menggunakan desain studi kebijakan dengan
pendekatan kualitatif. Waktu penelitian dari April sampai November 2018 di IGD RSU Mayjen HA Thalib Kabupaten
Kerinci.Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, FGD dan telaah dokumen. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebijakan SPM dilaksanakan berdasarkan Perpub No 36 Tahun 2012, tenaga sudah mencukupi,
masih ada tenaga yang belum mempunyai sertifikat kegawatdaruratan (TLS/ACLS/BCTLS/PPGD), sarana prasarana
belum memenuhi standar IGD, Monev tidak berjalan dengan baik. Pelaksanaan indikator life saving terlihat perbedaan
kemampuan petugas yang telah pelatihan dan yang belum, Waktu tanggap masih ada yang ≥ 5 menit.
Kata Kunci: standar pelayanan minimal, IGD, kualitatif

Abstract
The achievement of the Minimal Service Standart (MSS) indicator is still not optimal because the officers still do
not understand the MSS indicators, so that the services provided do not match the customer's expectations resulting in
patient complaints and dissatisfaction. The objective of this study was to obtain an overview of the implementation of
MSS in MHAT Hospital in Kerinci District. This study used a qualitative approach, the research was conducted from
April until November 2018 at the MHAT Hospital in Kerinci District. Data collection techniques were carried out through
in-depth interviews, FGDs and document review. The results showed that the MSS policy was implemented based on
Perpub No. 36 of 2012, the staff was sufficient ,who did not yet have an emergency certificate (TLS / ACLS / BCTLS /
PPGD), infrastructure did not meet the Emergency Installation standards, Monitoring and evaluation did not work with
well. The implementation of the life saving indicator shows the difference in the ability of the officers who have been
trained and those who have not. The response time is still ≥ 5 minutes.
Keywords: minimal service standart,emergency instalation, qualitative

Affiliasi penulis: 1. RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci, rumah sakit yang ditetapkan dengan Keputusan
2. Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang
Menteri Kesehatan nomor 129/Menkes/SK/II/2008
(FK Unand), 3. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat FK Unand.
Korespondensi: Masrul, Email: masrulmuchtar@yahoo.com tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
1
(SPM). Menurut Putra et al (2017), indikator SPM

PENDAHULUAN dijadikan sebagai tolak ukur untuk prestasi kuantitatif


dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan
Rumah sakit merupakan sebuah sarana
besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
kesehatan yang berfungsi menyelenggarakan
pencapaian suatu SPM tertentu berupa masukan,
pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
2
proses, hasil dan manfaat pelayanan.
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Jurnal Kesehatan Andalas.2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 276

Rumah Sakit Umum (RSU) Mayjen HA Thalib Menurut dr. Hanevi Djasri dalam (KARS),
Kabupaten Kerinci, merupakan rumah sakit akreditasi dan SPM memang harus sejalan, karena
pemerintah daerah Kabupaten Kerinci yang keduanya adalah sama-sama proses mutu, dimana
menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi ada pengukuran-evaluasi-perbaikan. Sudah terlihat
masyarakat yang merupakan pemenuhan kewajiban benang merah antara SPM rumah sakit dengan
pemerintah daerah kabupaten dalam bidang standar akreditasi KARS yang ditunjukkan dengan
5
kesehatan. RSU Mayjen HA Thalib menyelenggarakan adanya kaitan konten antara keduanya.
pelayanan yang minimal wajib disediakan yang Penelitian tentang Standar Pelayanan Minimal
meliputi pelayanan gawat darurat, rawat jalan, rawat Instalasi Gawat Darurat yang pernah dilakukan oleh
inap, bedah, persalinan dan perinatologi serta Putra et al (2017) didapatkan pelaksanaan SPM di
pelayanan intensif. Terdapat pelayanan penunjang IGD Rumah Sakit Umum GMIM Kalooran Amurang
medik dan non medik yang masing-masing pelayanan masih belum maksimal dikarenakan masih ada
tersebut memiliki indikator dan standar yang wajib beberapa indikator yang belum mencapai standar.
3
dipenuhi oleh rumah sakit. Indikator yang belum sesuai dengan SPM adalah
Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah indikator Pemberi Pelayanan Gawat Darurat yang
sakit, RSU Mayjen HA Thalib Kabupaten Kerinci bersertifikat hanya 40%; Tim penanggulangan
mengacu kepada Kepmenkes No. bencana belum ada; Respon time dokter di IGD 5
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan menit 16 detik; dan kematian pasien ≤ 24 jam sekitar
2
Minimal (SPM) Rumah Sakit yang ditetapkan dengan 4,5/1000 pasien. Penelitian Supriyanto et al (2014)
Peraturan Bupati Kerinci Nomor 36 Tahun 2012. Yang tentang analisis faktor-faktor penyebab tidak lengkap
menjadi indikator di IGD RSU Mayjen H.A Thalib laporan SPM di Rumah Sakit Muhammadiyah Ahmad
adalah kemampuan menangani life saving anak dan Dahlan Kota Kediri, menunjukkan akar masalah yang
dewasa, jam buka pelayanan gawat darurat, pemberi diidentifikasi pergantian Tim Mutu RS yang tidak
pelayanan gawat darurat yang bersertifikat yang masih berjalan dengan baik dan tidak lengkapnya anggota
berlaku TLS/ACLS/BCTLS/PPGD, ketersediaan tim sehingga menyebabkan tidak berjalannya program
6
penanggulangan bencana, wanktu tanggap pelayanan peningkatan mutu berkelanjutan SPM.
dokter di IGD, kepuasan pelanggan, kematian pasien Laporan Tahunan Tahun 2017 RSU Mayjen H.
< 24 jam dan tidak adanya pasien yang diharuskan A Thalib Kabupaten Kerinci mendapatkan bahwa
4
membayar uang muka. kunjungan pasien IGD mengalami peningkatan dari
Dalam perkembangan masyarakat yang tahun ketahun dimana pada tahun 2013 kunjungan
semakin kritis, mutu pelayanan rumah sakit tidak pasien IGD sebanyak 4.423 orang, meningkat secara
hanya disoroti dari aspek klinis medisnya saja namun signifikan ditahun 2014 sebanyak 13.902 orang,
juga dari aspek keselamatan pasien dan aspek ditahun 2015 kunjungan pasien meningkat menjadi
pemberi pelayanannya, karena muara dari pelayanan 14.733 orang dan terus mengalami peningkatan di
rumah sakit adalah pelayanan jasa. Oleh karena itu tahun 2016 menjadi 16.110 orang, dan ditahun 2017
rumah sakit perlu menyusun suatu program untuk jumlah pasien juga tetap mengalami peningkatan
3
memperbaiki proses pelayanan terhadap pasien, agar menjadi 16.914 orang.
kejadian tidak diharapkan dapat dicegah melalui Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
rencana pelayanan yang komprehensif. Dengan gambaran mengenai Implementasi Standar Pelayanan
meningkatnya keselamatan pasien, diharapkan dapat Minimal (SPM) rumah sakit khususnya di Instalasi
mengurangi terjadinya kejadian tidak diharapkan Gawat Darurat (IGD) RSU Mayjen HA Thalib
sehingga kepercayaan masyarakat terhadap mutu Kabupaten Kerinci. Penelitian ini berdasarkan kepada
5
pelayanan rumah sakit kembali meningkat. pendekatan sistem yang meliputi aspek masukan
7
(input), proses dan keluaran (output).

Jurnal Kesehatan Andalas.2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 277

METODE b. Sumber Daya Manusia (SDM)


Penelitian ini menggunakan desain penelitian Ketersediaan SDM di IGD secara kuantitas
studi kebijakan dengan pendekatan kualitatif yang sudah mencukupi, tingkat pendidikan sudah sesuai
bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan menggali standar, cuma di sertifikat pelatihan TLS/ACLS/
informasi mendalam mengenai Implementasi Standar BCTLS/PPGD yang sebagian besar petugas belum
Pelayanan Minimal (SPM) di IGD RSU Mayjen HA ada baik dokter maupun perawat dan bidannya.
Thalib Kabupaten Kerinci.Penelitian ini dilakukan mulai Kurang perhatian manajemen terhadap mutu SDM
dari bulan April sampai November 2018. dengan memberikan pelatihan, mengakibatkan tidak
Informan dalam penelitian ini adalah direktur, tercapainya standar SPM IGD. Hal ini dikarenakan
kepala bidang pelayanan, kepala bidang keperawatan, alokasi dana Bimtek tidak dibagi merata dan banyak
kepala instalasi gawat darurat, kepala ruangan IGD, digunakan untuk dokter spesialis karena sudah ada
dan pasien IGD. Sedangkan informan untuk Focus komitmen antara manajemen dan dokter spesialis
Group Discussion (FGD) adalah dokter jaga, untuk pengembangan ilmu masing-masing dokter,
perawat/bidan pelaksana di IGD.Alat yang digunakan sementara jumlah dokter spesialis di RS dengan
dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, anggaran bimtek lebih dari separuhnya teralokasi
pedoman FGD, lembar observasi, telaah dokumen, untuk dokter spesialis.
tape recorder dan kamera. Sumber data terdiri dari
data primer dan data sekunder. Sumber data primer c. Sarana dan Prasarana
didapat dari hasil observasi langsung pelaksanaan Ketersediaan sarana dan prasarana yang ada
SPM, hasil wawancara mendalam dengan informan di IGD masih belum memenuhi standar yang ada.
dan hasil Focus Group Discussion (FGD). Data Pada segi fisik perlu perbaikan tata ruangnya dan segi
sekunder didapat dari sumber tertulis berupa dokumen alat kesehatan masih ada yang tidak ada, untuk alat
terkait implementasi SPM di IGD RSU Mayjen HA kesehatan yang sudah ada perlu penambahan jumlah
Thalib Kabupaten Kerinci. alat. Pengajuan permintaan ke direktur melalui bagian
perencanaan. Kendala dalam pengadaan sarana dan

HASIL prasarana dikarenakan pemilihan prioritas pengadaan

Komponen Input yang kurang tepat oleh manajemen karena tim

a. Kebijakan penyusunan program tidak aktif sebab hasil rapat tim

Kebijakan dalam Implementasi SPM di IGD hanya formalitas dan keputusan tetap di direktur dan

berdasarkan Peraturan Bupati Kerinci Nomor 36 bagian perencanaan jadi tim malas untuk aktif lagi.

Tahun 2012 yang mengacu kepada Kepmenkes Anggaran pengadaan sarana prasarana terbatas

Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar karena telah ada persentase untuk belanja

Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Peraturan Bupati operasional dan belanja modal. Rumitnya prosedur

Nomor 36 Tahun 2012 tersebut tidak disosialisasikan pengadaan yang ada juga membuat user malas untuk

secara rutin dan berkala sehingga petugas yang baru mengajukan permintaan.

masuk ke IGD tidak mengetahui adanya kebijakan


tersebut. Hal ini dikarenakan tidak jelasnya pembagian d. Monitoring dan Evaluasi

tugas di bidang pelayanan dimana kabid dan kasi di Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh kepala

pelayanan juga memegang kegiatan belanja di RS ruangan dan kepala instalasi. Pengisian laporan

sehingga waktu lebih tersita oleh belanja dan pelaksanaan SPM dilakukan oleh kepala ruangan,

membuat SPJ, kesibukan dalam proses akreditasi namun pada blanko SPM yang dicantumkan hanya

juga membuat bidang pelayanan lebih fokus kepada jumlah dan tidak menghitung persentase capaian

pokja di akreditasi karena RS harus segera SPM. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan

terakreditasi. Dalam memberikan pelayanan petugas petugas tentang SPM dan capaiannya karena tidak

sesuai dengan tupoksi masing-masing petugas tanpa ada sosialisasi implementasi SPM kepada petugas.

memperhatikan capaian SPM di IGD. Laporan yang diserahkan ke bidang pelayanan

Jurnal Kesehatan Andalas.2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 278

seharusnya dianalisis secara berkala, namun tidak adalah peserta Badan Penyelenggaraan Jaminan
ada dokumen tentang analisis SPM itu sendiri. Hal ini Sosial (BPJS) Kesehatan.
dikarenakan tidak rutinnya bidang terkait
melaksanakan monev karena kurangnya kepatuhan PEMBAHASAN
petugas untuk menganalisis capaian SPM, juga Komponen Input
karena laporan tersebut tidak pernah diminta oleh a. Kebijakan
direktur sehingga pelaporan dibuat apabila diminta Kebijakan tentang SPM di RSU Mayjen H.A
oleh Pemda untuk capaian standar pelayanan publik. Thalib Kabupaten Kerinci ditetapkan dengan
Peraturan Bupati Kerinci nomor 36 Tahun 2012
Komponen Proses tentang Standar Pelayanan Minimal RSU Mayjen H.A
Implementasi SPM di IGD berdasarkan Perbup Thalib Kabupaten Kerinci. Kebijakan tersebut
Nomor 36 Tahun 2012 tentang SPM RSU Mayjen HA semestinya sampai kepada semua pelaksana di
Thalib Kabupaten Kerinci. Pelayanan diberikan sesuai rumah sakit, khususnya untuk IGD sehingga semua
Tupoksi dan SOP. Dalam Implementasi SPM tenaga medis yang memberikan pelayanan harus
penanganan life saving terlihat perbedaan mengetahui apa saja yang menjadi indikator SPM di
kemampuan antara yang telah pernah ikut pelatihan IGD, namun pada kenyataan petugas masih ada yang
dan yang belum. Petugas belum semuanya tidak mengetahui kebijakan tersebut, berarti selama ini
bersertifikat, hal ini dikarenakan petugas belum pihak manajemen rumah sakit kurang melakukan
mendapat pelatihan, dan kurangnya anggaran diklat. sosialisasi kepada petugas dan tenaga medis yang
Tidak rutinnya sosialisasi tentang SPM kepada ada di IGD. Dari hasil wawancara dengan manajemen,
petugas dan tidak ada tindak lanjut dari manajemen menyatakan bahwa kebijakan tentang SPM telah
atas hasil monev SPM, mengakibatkan target SPM disosialisasikan namun sepertinya sosialisasi tersebut
tidak tercapai. Proses implementasi SPM belum tidak berlanjut dan tidak sampai kepada petugas
terlaksana secara optimal, hal ini dikarenakan pemberi pelayanan di IGD, apalagi jika ada petugas
pengetahun yang kurang dari petugas dan yang baru dimutasikan ke IGD secara otomatis
ketidakpatuhan petugas baik dari manajemen maupun mereka tidak mengetahui tentang kebijakan tersebut.
pemberi pelayanan untuk melaksanakan SPM itu Kurangnya pengetahuan petugas terhadap
sendiri. SPM dan capaiannya, seharusnya menjadi perhatian
bidang terkait dalam hal ini bidang pelayanan, karena
Komponen Output tanggung jawab pelaporan capaian SPM, peningkatan
Capaian masing-masing indikator menurut hasil mutu pelayanan, dan pengembangan pelayanan ada
wawancara adalah sebagai berikut: kemampuan di bidang pelayanan. Tidak konsistennya bidang
menangani life saving 100%, jam buka pelayanan IGD pelayanan dalam memberikan sosialisasi tentang SPM
100%, pemberi pelayanan gawat darurat yang ini, dikarenakan adanya tugas tambahan yang lebih
bersertifikat yang masih berlaku TLS/ACLS/BCTLS/ menyita perhatian baik kabid pelayanan, kasi
PPGD capaiannya 35,7%. Tim penanggulangan pelayanan, maupun staf di bidang pelayanan yaitu
bencana SK untuk tahun 2018 tidak ada, waktu terlibatnya mereka dalam kegitan pengadaan belanja
tanggap pelayanan dokter di IGD belum 100%, operasional rumah sakit. Selain itu proses akreditasi
berdasarkan observasi didapatkan persentase waktu juga menyita perhatian dan waktu bidang pelayanan,
tanggap dokter sebesar 70,3%. Kepuasan pelanggan hal ini dilihat dari seringnya diadakan rapat-rapat
70%, kematian pasien < 24 jam sebanyak 4 sampai 7 proses akreditasi, dan juga sibuknya bidang
orang perbulannya dari rata-rata pasien perbulannya pelayanan dalam pembuatan SPJ kegiatan.
sekitar 1.500 orang, dan tidak ada pasien yang Menurut Kuzairi et al (2017) menyatakan
membayar uang muka 100% dikarenakan sebagian bahwa kebijakan harus disosialisasikan kepada
besar atau hampir mencapai 90% pasien yang datang seluruh karyawan agar karyawan mengetahui dan

Jurnal Kesehatan Andalas.2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 279

memahami kebijakan tersebut sehingga dapat SDM yang terlatih, yang disebabkan oleh kurangnya
8
mengimplementasikan kebijakan tersebut. Petugas anggaran dana untuk pelatihan dan terbatasnya kuota
8
pelaksana di IGD juga tidak terlalu menjadikan SPM peserta pelatihan oleh penyelenggara pelatihan.
sebagai suatu yang harus dicapai, hal ini ditunjukkan Mekanisme implementasi SPM di rumah sakit
dengan adanya petugas yang telah mengetahui bertujuan untuk memberikan pemaknaan terhadap
tentang SPM yang pernah disosialisasikan standarisasi kualitas/mutu pelayanan kesehatan yang
manajemen tapi sudah tidak ingat lagi baik mengenai lebih baik, pada aspek lainnya juga diharapkan dapat
kebijakan untuk rumah sakit maupun indikator yang membentuk tenaga medis, perawat, bidan, tenaga
harus dicapai. Hal ini dikarenakan, pelaksanaan profesi lainnya ataupun tenaga administrasi yang
pelayanan berdasarkan tupoksi dan kebiasaan dalam memiliki kepribadian, keterampilan, dan keahlian serta
melayani. Kebijakan yang telah ditetapkan seharusnya bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
11
juga perlu dilakukan evaluasi, yang bertujuan untuk dengan tujuan kesehatan nasional.
menilai keberhasilan atau kegagalan kebijakan Menurut studi Aditama (2003), kegiatan
berdasarkan indikator yang telah ditentukan. pengembangan secara umum dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu dengan pengalaman kerja dan dengan
b. Sumber Daya Manusia (SDM) memberikan pelatihan dan pendidikan tambahan.
Tenaga kesehatan/ medis merupakan kunci Pelatihan diberikan bertujuan untuk memperbaiki
utama dalam keberhasilan pencapaian tujuan kemampuan secara individual, kelompok dan/ atau
pembangunan kesehatan. Menurut Undang-undang berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi/
Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang perusahaan, serta untuk melengkapai pekerja dengan
kesehatan, disebutkan pada pasal 1 bahwa tenaga keterampilan khusus atau kegiatan membantu para
kesehatan/ medis adalah setiap orang yang pekerja dalam memperbaiki pelaksanaan pekerjaan
12
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta yang efektif dan efisien.
memiliki pengetahuan dan/ atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis c. Sarana dan Prasarana
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan Sarana dan prasarana yang ada di IGD RSU
9
upaya kesehatan. Mayjen H.A Thalib Kerinci saat ini masih belum
RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci di IGD telah memenuhi standar IGD yang ada. Hal ini terjadi
memiliki tenaga yang mencukupi secara kuantitas, karena keterbatasan anggaran yang tersedia karena
berdasarkan kepmenkes nomor 856 tahun 2009 belanja operasional rumah sakit semuanya bertumpu
10
tentang standar IGD untuk IGD level II, SDM yang pada anggaran pendapatan fungsional rumah sakit,
ada di RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci dimana kondisi saat ini yang sebagian besar adalah
sudah terpenuhi yaitu dokter spesialis 4 dasar ada, pasien peserta BPJS dan klaim ke BPJS sekarang ini
dokter umum, perawat dengan pendidikan S1 dan DIII tidak lancar sehingga mempengaruhi kondisi
dan SDM non medis seperti penunjang, admistrasi keuangan rumah sakit. Kurang tepatnya pemilihan
dan keuangan juga memenuhi. Namun pengakuan prioritas pengadaan oleh manajemen, dan rumitnya
keahlian bersertifikat masih ada tenaga kesehatan prosedur yang harus dilalui dalam pengajuan
yang belum memiliki sertifikat pelatihan sesuai standar permintaan barang juga menjadi faktor tidak
profesinya, hal ini disebabkan tidak meratanya terpenuhinya sarana dan prasarana sesuai standar.
anggaran rumah sakit yang dialokasikan untuk Sistem dalam pengadaan sarana dan prasarana ini
pelatihan tenaga medis dan paramedis, sehingga diajukan oleh user ke direktur melalui bagian
masih terdapat pemberi pelayanan di IGD yang belum perencanaan, jika anggaran tersedia maka akan
memiliki sertifikat keahlian. diproses oleh PPTK.
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Persyaratan bangunan IGD hampir sudah
yang dilakukan oleh Kuzairi et al (2017) di RSU dr.H. memenuhi standar, namun ada beberapa yang belum
Koesnadi Bondowoso, bahwa terdapat kekurangan sesuai standar yaitu belum adanya ruang triase, ruang

Jurnal Kesehatan Andalas.2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 280

resusitasi dan susunan tata ruang yang masih harus Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan oleh
diperhatikan sehingga arus pasien dapat lancar dan pihak manajemen RSU Mayjen HA Thalib sudah
tidak ada cross infection. Selain itu, sarana yang perlu dijalankan namun harus dilakukan analisis secara
diperbaiki oleh RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten berkala untuk peningkatan mutu pelayanan,
Kerinci adalah toilet sebagaimana yang disampaikan diharapkan monitoring dan evaluasi yang dilakukan
oleh informan dari pasien, bahwa toilet yang ada saat dapat ditindaklanjuti untuk meningkatkan kualitas
ini sudah rusak dan tidak bisa digunakan lagi. pelayanan di IGD dan target indikator SPM dapat
Persayaratan sarana yang mesti dipenuhi oleh tercapai. Standar pelayanan minimal (SPM) juga
RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci sesuai dari hasil merupakan indikator penilaian kinerja minimal yang
wawancara dan pengamatan yang dilakukan terhadap harus dicapai, dapat digunakan sebagai alat untuk
informan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan melakukan penilaian kinerja baik pada unit kerja
14
untuk pelaksanaan penyelenggaraan IGD RSU maupun pada organisasi secara keseluruhan.
Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci masih belum
memenuhi standar pelayanan, seperti belum adanya Komponen Proses
ruang resusitasi, ruang khusus, sedangkan prasarana Pelayanan IGD adalah salah satu ujung tombak
meliputi kelengkapan-kelengkapan peralatan medis pelayanan kesehatan di sebuah rumah sakit. Setiap
sebagai penunjang pelayanan di IGD juga harus rumah sakit pasti memiliki layanan IGD yang melayani
dipenuhi rumah sakit, sebagaimana sesuai dengan pelayanan medis 24 jam. IGD adalah salah satu
hasil checklist standar sarana dan prasarana bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan
berdasarkan Kepmenkes nomor 856 tahun 2009. awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera,
Astuti et al (2017) menyatakan beberapa yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya.IGD
masalah yang datang dalam pelaksanaan SPM di IGD RSU Mayjen HA Thalib Kabupaten Kerinci
adalah kurangnya sarana dan prasarana karena memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan
pengajuan perbaikan atau permintaan sarana dan fungsi IGD dan berusaha memberikan pelayanan
prasarana terkendala oleh birokrasi yang rumit, serta sesuai standar.
pasifnya feedback yang diberikan oleh direktur dan Dalam proses implementasi SPM di IGD RSU
manajemen dalam menanggapi evaluasi dari unit Mayjen HA Thalib Kerinci dalam melaksanakan
13
pelayanan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh indikator-indikator SPM IGD yang telah ditetapkan
Supriyanto et al (2014) di rumah sakit Muhammadyah melalui Peraturan Bupati Kerinci nomor 36 tahun
Ahmad Dahlan Kota Kediri menyatakan bahwa 2012, yaitu penangana life saving, jam buka
6
infrastruktur yang tersedia belum maksimal. pelayanan gawat darurat, pemberi pelayanan
bersertifikat masih berlaku, tim penanggulangan
d. Monitoring dan Evaluasi bencana, waktu tanggap pelayanan dokter, kepuasan
Menurut Kuntjoro dan Djasri (2007), SPM pasien, kematian pasien ≤ 24 jam, dan tidak adanya
4
merupakan indikator penilaian kinerja minimal yang pasien yang membayar uang muka.
harus dicapai, dan harus mempunyai tujuan yang jelas Berdasarkan hasil wawancara dan FGD
dan menggantikan intuisi dalam penilaian kinerja didapatkan informasi bahwa pemberi pelayanan di
dengan fakta dan menunjukkan akuntabilitas IGD sudah mampu memberikan penanganan life
14
pelayanan. saving, meskipun diantara petugas masih ada yang
Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan SPM di tidak mempunyai sertifikat kegawatdaruratan namun
IGD RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci karena telah terbiasa menghadapi kasus gawat
dilakukan secara rutin setiap bulannya oleh kepala darurat petugas menjadi terlatih. Jika dilihat melalui
ruangan dan kepala instalasi yaitu dengan membuat observasi yang dilakukan, didapatkan bahwa terlihat
laporan pelaksanaan SPM yang kemudian diserahkan perbedaan penanganan yang diberikan antara
ke bidang pelayanan untuk ditindaklajuti seterusnya. petugas yang telah ikut pelatihan dan yang belum.

Jurnal Kesehatan Andalas.2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 281

Upaya penyelamatan pasien tetap diberikan hubungan antara keterampilan yang dimiliki seorang
semampunya. Hasil rekam medis untuk data kematian perawat dengan kegawatan pasien, SDM yang
pasien di IGD juga masih diatas standar SPM, hal ini memiliki keterampilan lebih unggul dalam memberikan
mematahkan asumsi dari informan tentang pelayanan dibandingkan dengan perawat yang tidak
15
kemampuan penanganan life saving di IGD. memiliki keterampilan.
Pengukuran kemampuan menangani life saving Indikator lainnya yang harus dipenuhi oleh
tidak dapat terukur dengan pasti, hal ini sesuai dengan IGD adalah ketersediaan tim penanggulangan
penelitian yang dilakukan oleh Astuti et al (2017) di bencana. RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci
RSUD dr.R.Soetijono Blora yang menyatakan bahwa telah memiliki tim penanggulangan bencana ini,
belum ada tools-tools yang digunakan untuk mengukur namun Surat Keputusan (SK) penunjukkan tim tidak
kemampuan life saving di IGD. Catatan yang tersedia diperbaharui sejak tahun 2016 karena keputusan
hanya jumlah kunjungan perbulan di IGD, menurut dibuat berdasarkan tahun anggaran. Menurut
persepsi informan indikator kemampuan life saving informan, tidak diperbaharuinya keputusan direktur
sudah terpenuhi 100% karena secara logika dokter tentang tim penanggulangan bencana ini dikarenakan
13
dan perawat yang bekerja di IGD sudah bersertifikat. tidak pernah terjadi bencana yang memerlukan
Jam buka pelayanan gawat darurat di RSU Mayjen HA penanggulangan serius dari tim medis sehingga
Thalib sudah mencapai target SPM karena IGD sudah mengakibatkan terlupanya memperbaharui SK untuk
buka selama 24 jam dalam 7 hari, dalam memberikan tim penanggulangan bencana ini. Direktur juga telah
pelayanan, petugas jaga IGD dibagi kedalam 3 shift, berkomitmen, seandainya terjadi bencana merupakan
shift pertama dimulai dari jam 08.00 sampai dengan tanggung jawab dokter jaga yang sedang bertugas
jam 14.00, shift kedua jam 14.00 sampai dengan jam saat itu sampai direktur dan pejabat terkait sampai di
20.00, dan shift ketiga dimulai jam 20.00 sampai rumah sakit.
dengan jam 08.00 keesokan harinya. Penelitian Putra Waktu tanggap pelayanan dokter di gawat
et al (2017) juga mendapatkan hasil jika pelayanan darurat sebagai salah satu indikator SPM IGD
IGD untuk indikator jam buka pelayanan 24 jam juga merupakan ketepatan waktu dihitung sejak pasien
2
telah mencapai target 100%. datang sampai bertemu/memdapat pelayanan
Untuk mendukung pelayanan IGD yang dokter.Waktu tanggap pelayanan dokter IGD RSU
berkualitas juga harus didukung oleh tenaga Mayjen H.A Thalib sudah kurang dari 5 menit, namun
kesehatan yang memiliki kompetensi dan terampil, ada beberapa kasus yang waktu tanggapnya lebih dari
pemberi pelayanan IGD yang bersertifikat ini juga 5 menit. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
menjadi indikator IGD yang harus dicapai oleh RSU lambatnya waktu tanggap perawat atau dokter di IGD
Mayjen HA Thalib Kabupaten Kerinci, namun diantaranya banyaknya pasien yang datang pada saat
kenyataannya indikator ini tidak tercapai karena masih yang bersamaan dan banyaknya pasien yang bukan
ada perawat yang tidak memiliki sertifikat pelatihan gawat darurat yang datang ke IGD juga
karena tidak meratanya kesempatan yang diberikan mengakibatkan waktu tanggap dokter menjadi agak
oleh rumah sakit, yang lebih memprioritaskan lama.
pelatihan kepada dokter spesialis. Waktu tanggap pelayanan dokter biasanya
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan berdampak terhadap kepuasan pasien, namun
oleh Putra et al (2017) dari hasil wawancara masih menurut Bleustein et al (2014) tidak mempunyai
banyak para petugas yang belum memiliki sertifikat pengaruh terhadap kepuasan pasien, kepercayaan
kegawatdaruratan dikarenakan kendala dari RS untuk pasien terhadap suatu pelayanan didasarkan pada
mengirimkan semua petugasnya mengikuti pelatihan penyedia perawatan dan kualitas perawatan yang
sendiri dikarenakan biaya yang mahal, waktu dan mereka terima, waktu tunggu berkorelasi negatif
2 16
faktor kemalasan. terhadap kepuasan pasien. Hal ini bertolak belakang
Penelitian yang dilakukan Hardiyanti dan dengan penelitian yang dilakukan oleh Preyde et al
Chalidyanto (2014) didapatkan hasil jika ada (2012) yang menunjukkan hasil adanya peningkatan

Jurnal Kesehatan Andalas.2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 282

kepuasan pasien diakibatkan oleh waktu tanggap penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa indikator
dokter yang cepat dalam menangani pasien yang tersebut capaiannya sebesar 35,7%. Perbedaan
17
datang ke IGD. capaian tersebut, menunjukkan bahwa penempatan
Hal lain yang juga harus diperhatikan dari petugas di IGD tidak memperhatikan kompetensi dari
capaian indikator SPM IGD adalah kepuasan petugas itu sendiri, karena terjadi penurunan
pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan persentase petugas yang bersertifikat di IGD.
pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap Seharusnya manajemen menempatkan petugas yang
pelayanan yang diberikan baik oleh pasien maupun sesuai dengan kompetensinya sebagai petugas
keluarga. Faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan dengan keahlian kegawatdaruratan.
pasien adalah bukti fisik (tangibles), kehandalan Hasil wawancara yang dilakukan hampir semua
(reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan informan mengatakan bahwa belum semua petugas di
18
(assurance) dan perhatian (empathy). IGD memiliki sertifikat kegawatdaruratan yang masih
Berdasarkan hasil survei kepuasan pelanggan berlaku.Padahal menurut Kepmenkes nomor 129
yang dilakukan oleh pihak RSU Mayjen HA Thalib tahun 2008 mensyaratkan bahwa semua pemberi
Kabupaten Kerinci, didapat hasil sebesar 70% untuk pelayanan kegawatdaruratan harus memiliki sertifikat
pelayanan di IGD.Menurut hasil wawancara dengan 7 kegawatdaruratan yang masih berlaku. Penelitian
orang pasien IGD 4 orang diantaranya menyatakan Astuti et al (2017) di IGD RSUD dr. R. Soetijono Blora
bahwa tidak puas dengan pelayanan yang didapat di capaian SPM untuk pemberi pelayanan bersertifikat
13
IGD. Hal ini seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi yang masih berlaku baru mencapai 75%. Sedangkan
pihak rumah sakit, karena kepuasan pasien penelitian Putra et al (2017) petugas yang telah
2
merupakan ukuran kualitas pelayanan. memiliki sertifikat kegawatdaruratan hanya 40%.
Penelitian yang dilakukan oleh Kaban et al Hasil laporan SPM tahun 2017, didapatkan
(2015) di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, kesenjangan capaian dengan hasil penelitian yang
didapatkan hasil analisis multivariate menunjukkan dilakukan, yaitu pada indikator kemampuan
bahwa kehandalan adalah faktor paling dominan menangani life saving 100%, ketersediaan tim
19
terhadap kepuasan pasien. penanggulangan bencana, waktu tanggap pelayanan
Standar Pelayanan Minimal ditetapkan agar dokter dan kematian pasien ≤ 24 jam. Kemampuan
rumah sakit mempunyai standar yang bisa dijadikan menangani life saving berdasarkan hasil wawancara
acuan dan mempunyai target yang harus dicapai demi mendalam dengan informan capaiannya memang
terlaksananya pelayanan di instalasi gawat darurat telah 100%, namun berdasarkan observasi masih
yang berkualitas dan memberikan kepuasan kepada terdapat perbedaan kemampuan antara petugas yang
pasien yang memanfaatkan layanan tersebut. Untuk telah mendapat pelatihan dan yang belum, dimana
indikator- indikator yang belum terpenuhi mestinya artinya bahwa tidak semua petugas mampu
pihak manajemen segera melakukan evaluasi dan memberikan penangan life saving di IGD RSU Mayjen
menindak lanjuti agar indikator-indikator yang tidak H.A Thalib Kabupaten Kerinci.
terpenuhi tersebut tidak akan menjadi akar Tim penanggulangan bencana di RSU Mayjen
permasalahan kedepan nantinya. H.A Thalib Kabupaten Kerinci, penetapannya sudah
tidak berlaku sejak tahun 2016 namun dalam laporan
Komponen Output capaian SPM adalah 1 tim. Hal ini seharusnya menjadi
Berdasarkan laporan hasil capaian indikator perhatian bidang pelayanan sebagai bidang yang
SPM IGD di RSU Mayjen HA Thalib Kabupaten kerinci bertanggungjawab dalam pelaksanaan SPM, ini juga
tahun 2017, dari 8 indikator pelayanan minimal di IGD menujukkan bahwa kurang tertibnya dokumen tentang
RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten kerinci diketahui pelaksanaan SPM di IGD karena bidang terkait tidak
bahwa hanya indikator pemberi pelayanan mengetahui bahwa sejak tahun 2016 tidak ada
kegawatdaruratan yang bersertifikat masih berlaku penetapan untuk tim penanggulangan bencana.
yaitu sebesar 50%. Sementara berdasarkan hasil

Jurnal Kesehatan Andalas.2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 283

Kematian pasien ≤ 24 jam di RSU Mayjen H.A dua tahun berturut-turut, sehingga dapat mengambil
Thalib Kabupaten Kerinci berdasarkan data yang ada kebijakan untuk peningkatan kualitas pelayanan yang
masih cukup tinggi. Dari hasil telaah dokumen direkam diberikan kepada masyarakat dan meningkatkan
medik didapatkan kematian pasien ≤ 24 jam perseribu indeks kepuasan pelanggan di IGD.
pasien berkisar 5,5 kematian perseribu pasien. Hal ini Pencapaian SPM secara keseluruhan di
masih jauh diatas standar pelayanan minimal IGD Instalasi Gawat Darurat RSU Mayjen HA Thalib masih
yaitu 2 perseribu pasien.Dari hasil wawancara dengan belum optimal, sehingga perlu segera dilakukan upaya
semua informan didapati bahwa para petugas sudah untuk mengatasi kendala ataupun permasalahan
melakukan berbagai upaya untuk mencegah kematian terhadap pencapaian indikator SPM tersebut, misalnya
pasien. Cara-cara yang dilakukan antar lain untuk pelatihan kepada tenaga medis, agar
memperkuat kolaborasi antar tenga medis yang ada diupayakan dilakukan pemerataan pemberian
melaksanakan penatalaksanaan yang menyeluruh. kesempatan pelatihan kepada tenaga perawat yang
Penelitian Putra et al (2017) di RS Kalooran ada di IGD, begitu juga dengan tenaga dokter yang
pasien yang meninggal ≤ 24 jam berkisar 4,5 belum memiliki sertifikat, manajemen diharapkan juga
perseribu pasien. Faktor-faktor yang mempengaruhi bisa mengalokasikan anggaran dalam perencanaan
tingginya angka kematian di IGD rumah sakit adalah keuangan rumah sakit untuk biaya pelatihan tenaga
faktor prehospital, sumber daya manusia, kinerja medis. Untuk SK tim penanggulangan bencana agar
monitoring komite mutu dan belum optimalnya SOP segeradiperbaharui.
pengelolaan emergency sebagai determinan
keterlambatan penanganan yang dapat meningkatkan SIMPULAN
2
resiko kematian. SPM IGD belum terlaksana secara optimal,
Indikator kepuasan pasien merupakan salah karena belum tersosialisasi kepada petugas pelaksana
satu indikator dalam menilai mutu pelayanan yang SPM di IGD. Ketersediaan Sumber Daya Manusia IGD
diberikan suatu rumah sakit. Penilaian kepuasan sudah sesuai dengan standar, tetapi masih terdapat
pasien dilakukan oleh instalasi teknologi informasi petugas IGD yang belum memiliki sertifikat pelatihan
kesehatan dan penanganan keluhan konsumen RSU TLS/ACLS/ BCTLS/PPGD. Hal ini dikarenakan alokasi
Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci, yang secara dana bimtek tidak merata dan banyak digunakan untuk
strategis dipertanggungjawabkan ke kepala bidang dokter spesialis.Ketersediaan sarana dan prasarana
pelayanan.Survei kepuasan pelanggan yang dilakukan masih belum memenuhi standar, hal ini dikarenakan
dengan menyebarkan kuesioner yang telah ditetapkan pemilihan prioritas pengadaan yang kurang tepat,
oleh Direktur. Pelaksanaan dari survei kepuasan anggaran yang terbatas, dan rumitnya prosedur dalam
pelanggan di IGD tidak dilaksanakan secara pengadaan. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi
rutin.Dilaksanakan jika sedang membutuhkan data belum berjalan optimal, karena kurangnya
dan jika ada mahasiswa yang sedang melaksanakan pengetahuan pihak terkait dalam pelaksanaan monev
penelitian. dengan baik.Analisis hasil evaluasi juga tidak
Hasil survei kepuasan pasien yang dilakukan dilakukan karena kemampuan pejabat terkait dalam
didapatkan hasil survei tahun ini untuk periode bulan menganalisis sehingga tidak ada tindak lanjut dalam
Januari sampai dengan bulan Juni adalah 70%. Hasil koreksi capaian SPM.
kepuasan pasien tersebut sama dengan hasil survei
pada tahun 2017, dimana ditahun 2015 dan 2016 SARAN
kepuasan pelanggan di IGD yaitu masing-masing Agar melakukan sosialisasi indikator SPM di
sebesar 80% dan 85%. Hal ini seharusnya menjadi IGD kepada semua petugas yang ada di RSU Mayjen
evaluasi bagi manajemen kenapa terjadi penurunan H.A Thalib Kerinci seperti dalam bentuk banner yang
indeks kepuasan pelanggan di IGD dalam kurun waktu diletakkan di IGD, agar pemahaman petugas terhadap
capaian SPM sama dan dapat dicapai. Membuat
perencanaan alokasi dana pelatihan dan memberikan

Jurnal Kesehatan Andalas.2019; 8(2)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 284

kesempatan yang merata kepada karyawannya untuk 10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
mengikuti pelatihan kepada petugas yang belum Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
memiliki sertifikat. Mengalokasikan dana untuk Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang standar
melengkapi sarana dan prasarana yang masih kurang instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit. Jakarta.
di RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci. Kemenkes.
Melakukan monitoring dan evaluasi secara rutin 11. Ridwan B. Implementasi kebijakan standar
sesuai dengan kamus indikator yang ada dan pelayanan minimal di RSUD Undata Provinsi
menganalisis hasil evaluasi SPM. Sulawesi Tengah. E-Jurnal Katalogis. 2017;5
(12):108-17. [diakses 16 Juli 2018]. Tersedia dari:
DAFTAR PUSTAKA http://jurnal.untad.ac.id
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 12. Aditama TY. Manajemen administrasi rumah sakit
Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia Edisi ke-2. Jakarta. UI-Press. 2003.hlm.14-5.
nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar 13. Astuti SW, Arso SP, Fatmasari EY. Analisis proses
pelayanan minimal rumah sakit. Jakarta. perencanaan dan evaluasi pelaksnaan standar
Kemenkes. pelayanan minimal instalasi gawat darurat di
2. Putra IWAP, Rattu AJM, Pongoh J. Analisis RSUD DR.R Soetijono Blora. Jurnal Kesehatan
pelaksanaan standar pelayanan minimal di Masyarakat. 2017;5(4):137-44.
instalasi gawat darurat rumah sakit GMIM 14. Kuntjoro T, Djasri H. Standar pelayanan minimal
Kaloorang Amurang. Jurnal IKMAS. 2017; 2 (4): rumah sakit sebagai persyaratan badan layanan
77-85. umum dan sarana peningkatan kinerja.Jurnal
3. RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci. Manajemen Pelayanan Kesehatan. 2007;10(01):
Laporan tahunan RSU Mayjen H.A Thalib 03-10.
Kabupaten Kerinci Tahun 2017. Kerinci. 15. Hardyanti HR, Chalidyanto D. Hubungan status
4. Peraturan Bupati Kerinci Nomor 36 Tahun 2012 kegawatdaruratan dengan penilaian terhadap
tentang standar pelayanan minimal RSU Mayjen pelayanan IGD di RSUD Ibnu Sina Kabupaten
H.A Thalib Kabupaten Kerinci. Gresik. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia.
5. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan & 2014;3(1):80-8.
Komisi Akreditasi Rumah sakit (KARS). Standar 16. Bleustein C, Rothschild DB, Valen B, Valatis E,
akreditasi rumah sakit versi 2012. Jakarta. Laura S, Jones R. Wait Times, Patient satisfaction
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. scores, and the perceptions of care. The American
6. Supriyanto E, Hariyanti T, Widayanti E. Analisa Journal Of Managed Care. 2014;20(5):203-400.
faktor-faktor penyebab tidak lengkapnya standar 17. Preyde M, Crawford K, Mullins L. Patient
pelayanan minimal rumah sakit Muhammadyah satisfaction and wait times at guelph general
Ahmad Dahlan Kota Kediri. 2014. Jurnal hospital emergency departement before and after
Kedokteran Brawijaya. 2014;28: Suppl1: 36-40. implementation of a process improvement project.
7. Azwar A. Pengantar Administrasi kesehatan edisi CJEM. 2012;14(3):157-68.
ketiga. Jakarta. Binarupa Aksara. 2010.hlm.25-7. 18. Hatibie TWB, Rattu AJM, Pasiak T. Analisis faktor-
8. Kuzairi U, Yuswadi H, Budihardjo A, Patriadi HB. faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien
Implementasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) di instalasi rawat jalan bedah RSUP Prof. Dr. RD
pada pelayanan publik bidang pelayanan Kandou Manado. JIKMU. 2015;5(2a):302-10.
kesehatan (studi kasus pada rumah sakit umum dr. 19. Kaban WI, Kandou GD, Lapian LAVJ. Kepuasan
H. Koesnadi Bondowoso). Politico. 2017;17[2]:1-21 Pasien di Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. Dr.
9. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang RD Kandou Manado. Jurnal Tumou Tou.
Kesehatan. 2015;1(2):37-47.

Jurnal Kesehatan Andalas.2019; 8(2)

You might also like