Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
In order to improve the quality of hospital services in Indonesia, one of the
government's efforts is to engage a system for the Public Service Board (PSB).
RSUD Semarang that has changed its status to become Regional Public Service
Board (RPSB) in 2007 have an obligation to implement the Minimum Service
Standards (MSS) in their service but until now RSUD Semarang have never
assessing SPM on the outpatient Installation so it is necessary to investigate the
SPM monitoring and compliance efforts at the outpatient installation in RSUD
Semarang. The method used is qualitative method with cross sectional approach,
analysis of data using content analysis. From the survey results revealed that the
monitoring in fulfillment of MSS at outpatient installation in RSUD Semarang has
not gone well and also the SPM evaluation and assessment has not been carried
out. For the indicator at a specialist clinic providers already met supported by the
specialist in accordance with the specialty. Indicator of the availability of the
service has been fulfilled which medical personnel, administrative personnel and
other health facilities are already available. Indicator of the opening hours of
service have not been met due to delays in the arrival of the doctor because of
their visit schedule is at the same time with the opening hours of outpatient, so
doctors come late to outpatient polyclinic. Indicators of service waiting time is
unmet because the doctor came in late for reason above, the shortage of specialist
doctor where the number of specialist doctor in some clinic only one person so
that when that doctor performed emergency measures then the outpatient patient
cannot be serviced. The delay of medical record file delivery due to the
narrowness of the patient's medical record file storage area and the lack of human
resources in outpatient registers lead the search process of old patient files
become slowly. Indicator of customer satisfaction is unmet because of the long
waiting time and inhospitable nurses, but it is also due to the lounge facilities are
less comfortable and less clean toilets. Indicator of TB diagnosis enforcement
through microscopic examination and recording, reporting of TB cases are met
with the facilities and capabilities of the laboratory personnel, in addition, also
because of the availability of a complete TB form and laptops provided by the
Department of Health to assist the process of TB recording and reporting.
Suggestions that need to be done to evaluate MSS periodically, adding space and
patients file storage rack, improve hospitality personnel, increasing the number of
specialists, make regulations in doing visit hours and practice hours of polyclinic
doctor.
103
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
tersebut sesuai dengan hasil penelitian, 08.00-13.00 setiap hari kerja kecuali
dari hasil wawancara dengan informan hari jumat yaitu pukul 08.00-11.00
inti dan triangulasi serta observasi yang masih mengalami keterlambatan
dilakukan penulis, ketersediaan dimana sebagaian pelayanan baru
pelayanan medik dasar (pelayanan dimulai setelah diatas jam delapan, hal
klinik anak, penyakit dalam, kebidanan itu disebabkan keterlambatan
dan klinik bedah) sudah tersedia di kedatangan dokter ke poli rawat jalan
RSUD Kota Semarang yang melakukan dikarenakan dokter harus melakukan
pelayanan setiap hari kerja mulai pukul visite terlebih dahulu.
08.00 sampai selesai. Parasuraman, dkk menyatakan
Faktor yang mendukung bahwa pelayanan yang diberikan dapat
pemenuhan indikator ketersediaan diandalkan apabila sesuai dengan
pelayanan adalah adanya petugas keinginan konsumen berkaitan dengan
kesehatan seperti dokter dan perawat, kecepatan waktu pelayanan serta
petugas administrasi, sebagai petugas keakuratan dalam memberikan
yang melayani pasien di rawat jalan, pelayanan yang akhirnya akan
kemudian tersedianya fasilitas berdampak pada tercapainya kepuasan
12
kesehatan seperti gedung dan ruangan konsumen.
pelayanan, alat-alat kesehatan yang Namun berdasarkan kebijakan
membantu proses pelayanan kesehatan RSUD Kota Semarang waktu tutup
kepada pasien. Dengan tersedianya pelayanan rawat jalan bisa menjadi
pelayanan di rumah sakit diharapkan lebih lama dari SPM, dimana
meningkatkan kepercayaan pasien, pelayanan akan tutup jika pasien telah
Sebagaimana Sarafino menjelaskan habis sehingga untuk poli dengan
bahwa kepercayaan adalah faktor jumlah pasien yang banyak biasanya
penting yang mempengaruhi pasien baru ditutup setelah jam 13.00 bahkan
11
dalam memilih pelayanan medis. bisa sampai jam 14.00. dalam hal ini
RSUD Kota Semarang yang dibatsi adalah waktu pendaftaran
merupakan rumah sakit dengan pasien yaitu maksimal pasien
klaisifikasi kelas B, setelah dilakukan mendaftar jam 12.00 kecuali hari jumat
pengamatan dan obeservasi yaitu pukul 11.00.
katersediaan pelayanan di RSUD Kota
Semarang sesuai dengan standar Indikator Waktu Tunggu Pelayanan
menurut Permenkes No. Indikator waktu tunggu di rawat jalan
340/MENKES/PER/III/2010 tentang berdasarkan penilaian SPM oleh
Klasifikasi RS tipe B. BPKP menunjukkan pencapaian yang
belum sesuai SPM, hal tersebut
Indikator Jam Buka Pelayanan diperkuat dengan hasil wawancara
Indikator jam buka pelayanan mendalam dengan informan inti dan
menurut penilaian SPM oleh BPKP triangulasi yang memberikan
menunjukkan pencapaian 100%, namun pernyataan bahwa secara umum waktu
berdasarkan observasi peneliti dan hasil tunggu di rawat jalan belum sesuai
wawancara dengan informan SPM dimana masih ada sebagian poli
inti dan triangulasi didapatkan waktu tunggu pelayanannya lebih dari
informasi bahwa jam buka pelayanan enam puluh menit. Hal itu disebabkan
yang minimal dilaksanakan pukul karena keterlambatan kedatangan
107
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 3, Nomor 1, Januari 2015 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm