You are on page 1of 10

Wahana Sekolah Dasar

Vol 28, No 1 , Tahun 2020, Halaman 1-10

Tersedia online di http://journal2.um.ac.id/index.php/wsd/


ISSN 0854-8293 (cetak)
ISSN 2622-5883 (online)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENCERMATI


TOKOH-TOKOH PADA TEKS FIKSI MELALUI
PENERAPAN MODEL SQ4R DENGAN PENGUATAN
KARAKTER TANGGUNG JAWAB

Ikhlashul Amalia N.F.1, Sutansi2, Alif Mudiono3


1
Universitas Negeri Malang
2
Universitas Negeri Malang
3
Universitas Negeri Malang
E-mail: ikhlashul.amalia.1601516@students.um.ac.id

1
2 | Wahana Sekolah Dasar, Mei 2020, Vol 1, No 28, Hal 1-10

Abstract: This study aims to describe the increase in learning outcomes material
looking at the characters contained in fiction texts through the application of the
Survey-Question-Read-Reflect-Recite-Review (SQ4R) learning model by
strengthening the character of responsibility in fourth grade students of SDN
Sumberingin 04 Blitar Regency . This research uses classroom action research
methods. The results showed an average percentage of teacher activity in the first
cycle of 83% and increased in the second cycle to 95% with very good criteria. The
average percentage of student activity in the first cycle was 75% and increased in
the second cycle to 92% with very good criteria. Meanwhile the percentage of
KBK students at the pre-action stage was 39%. The average percentage of CBC
aspects of student knowledge in the first cycle by 75% and increased again in the
second cycle to 88% with good criteria. While the average percentage of KBK
aspects of student skills in the first cycle was 63% and increased in the second
cycle to 88%. Based on these data it can be concluded that the SQ4R learning
model by strengthening the character of responsibility can improve student
learning outcomes in the material looking at the characters contained in fiction
texts.

Keywords: learning outcomes, characters in fictional texts, SQ4R model.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar


materi mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi melalui penerapan model
pembelajaran Survey-Question-Read-Reflect-Recite-Review (SQ4R) dengan penguatan
karakter tanggung jawab pada siswa kelas IV SDN Sumberingin 04 Kabupaten Blitar.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 83% dan
meningkat pada siklus II menjadi 95% dengan kriteria sangat baik. Rata-rata persentase
aktivitas siswa pada siklus I sebesar 75% dan meningkat pada siklus II menjadi 92%
dengan kriteria sangat baik. Sementara itu persentase KBK siswa pada tahap
pratindakan yaitu 39%. Rata-rata persentase KBK aspek pengetahuan siswa pada siklus
I sebesar 75% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 88% dengan kriteria baik.
Sedangkan rata-rata persentase KBK aspek keterampilan siswa pada siklus I sebesar
63% dan meningkat pada siklus II menjadi 88%. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran SQ4R dengan penguatan karakter tanggung
jawab dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi mencermati tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi.

Kata kunci: hasil belajar, tokoh dalam teks fiksi, model SQ4R
Hasil observasi yang dilakukan di kelas IV SDN Sumberingin 04 Kabupaten Blitar hari
Selasa tanggal 12 November 2019 pada muatan Bahasa Indonesia materi mencermati tokoh-tokoh
yang terdapat pada teks fiksi, ditemukan bahwa dalam kegiatan awal pembelajaran guru
mengawali pelajaran dengan mengucap salam, berdoa bersama, dan melakukan presensi. Guru
tidak menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai mencermati tokoh-tokoh yang terdapat dalam
teks fiksi dan tidak melakukan apersepsi, kemudian langsung menerangkan materi tentang teks
fiksi secara singkat. Untuk kegiatan inti guru langsung memberikan instruksi kepada siswa untuk
membaca teks fiksi yang terdapat pada buku paket, setelah selesai membaca siswa mengerjakan
soal tentang mencermati tokoh-tokoh pada teks fiksi. Kemudian hasil pekerjaan siswa
dikumpulkan ke guru untuk dinilai. Pada akhir pembelajaran guru memberikan soal evaluasi untuk
dikerjakan siswa, setelah selesai mengerjakan siswa diminta untuk mengumpulkan hasil
pekerjaannya dan pembelajaran ditutup dengan salam.
NF - Mencermati Tokoh Fiksi| 3

Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi merupakan salah satu materi yang
diajarkan di kelas IV yaitu pada muatan Bahasa Indonesia yang terdapat pada kompetensi dasar
(KD) 3.9 Mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi dan 4.9 Menyampaikan hasil
identifikasi tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara lisan, tulis, dan visual (Permendikbud
No 37 Tahun 2018). Pada pembelajaran teks fiksi pada kurikulum 2013 dapat diajarkan sendiri
maupun diintegrasikan pada tema pembelajaran. Pada pembelajaran mencernati tokoh fiksi
dimulai dengan hal yang paling penting yaitu membaca bacaan teks fiksi terlebih dahulu, menurut
Mudiono (2010:37) membaca adalah kegiatan memahami bahasa tulis yang melibatkan aktivitas
fisik dan mental serta mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat
membaca, kemudian siswa diarahkan untuk menandai atau menggaris bawahi nama-nama tokoh
yang terlibat dalam teks fiksi, dan yang terakhir siswa mendeskripsikan setiap tokoh yang ditandai
oleh siswa.
Hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas IV SDN Sumberingin 04 Kebupaten
Blitar, bahwa siswa kelas IV berjumlah 18 siswa, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 6 siswa
perempuan. Dari 18 siswa terdapat 7 siswa yang mencapai nilai diatas 70 Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) 11 siswa lainnya mendapatkan nilai di bawah KKM, Persentase siswa yang
mempunyai nilai di atas KKM yaitu 39%, sedangkan persentase siswa yang nilainya dibawah
KKM yaitu 61%. Rendahnya hasil belajar materi mencermati tokoh-tokoh pada teks fiksi karena
mayoritas siswa tidak dapat membedakan jenis-jenis tokoh yang terdapat pada teks fiksi
khususnya pada tokoh utama dan tokoh pendukung, kurang memahami bagaimana watak dari
tokoh, serta tidak dapat menjelaskan pelajaran yang dapat dipetik dari teks fiksi yang telah dibaca
yang disebabkan oleh kurangnya pembiasaan literasi siswa. Pada pembelajaran mencermati tokoh-
tokoh yang terdapat pada teks fiksi, cara mengajar guru hanya dengan menyampaikan materi
secara singkat dan langsung penugasan. Gambaran mengajar guru seperti diatas kurang sesuai
dengan teori dalam mengajarkan tentang mencermati tokoh-tokoh yang terdapat dalam teks fiksi
menurut Setiari & Suptiyanto (2016:118) cara menganalisis tokoh dalam cerita dapat dilihat dari
judul cerita dan kemunculan tokoh dalam cerita, watak setiap tokoh dalam cerita, serta
pembelajaran yang dapat dipetik dari cerita fiksi.
Dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi, perlunya diterapkan model
atau metode agar dapat meningkatkan keantusiasan siswa dalam pembelajaran serta menambah
inovasi dan kreativitas guru. Sebagai upaya pemecahan masalah, maka dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia materi mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi di kelas IV SDN
Sumberingin 04 Kabupaten Blitar diterapkannya model SQ4R (Survey, Question, Read, Reflect,
Recite, Review) di mana model tersebut adalah pengembangan dari model SQ3R dengan
menambahkan unsur Reflect. Model pembelajaran SQ4R adalah strategi membaca yang dapat
4 | Wahana Sekolah Dasar, Mei 2020, Vol 1, No 28, Hal 1-10

mengembangkan metakognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan
belajar sacara bersama-sama (Rahayu dkk., 2014:3). Kelebihan dari model SQ4R adalah (1)
membangkitkan rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari sehingga dapat
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, (2) mendorong siswa berpikir kritis, aktif dalam
belajar dan pembelajaran yang bermakna, (3) materi yang dipelajari siswa melekat untuk periode
yang lama (Shoimin, 2016:194).
Sebagai pelaksana pembelajaran guru harus menguasai langkah-langkah model
pembelajaran SQ4R agar hasil belajar materi mencemati tokoh pada teks fiksi siswa kelas IV
meningkat. Adapun langkah-langkah menerapkan model pembelajaran SQ4R menurut Shoimin
(2016), yaitu: (1) Survey dengan mencermati teks bacaan dan mencatat-menandai kata kunci; (2)
Question dengan membuat pertanyaan tentang bahan ajar; (3) Read dengan membaca teks dan cari
jawabannya; (4) Reflect, yaitu aktivitas memberikan contoh dari bahan bacaan dan
membayangkan konteks aktual yang relevan; (5) Recite dengan mempertimbangkan jawaban yang
diberikan; (6) Review dengan cara meninjau ulang menyeluruh.
Model pembelajaran SQ4R dalam penerapannya dilakukan dengan cara berkelompok,
maka diperlukannya sikap tanggung jawab pada siswa. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
materi mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi, tanggung jawab dapat diterapkan
melalui pemberian tugas oleh guru sehingga siswa dapat bertanggung jawab menyelesaikan tugas
dengan teliti dan tepat waktu.
Peningkatan hasil belajar ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Atmaja (2019) yang menunjukkan hasil penelitian pada siklus I sebesar 75% dengan persentase
KBK 55% pada siklus II meningkat menjadi 85% dengan persentase KBK 90%. Pada siklus I
persentase rata-rata nilai keterampilan 58% dan siklus II menjadi 83%.
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka diperlukan tindakan secara tepat sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi mencermati tokoh pada teks fiksi. Penelitian ini
bertujuan untuk: mendeskripsikan penerapan model SQ4R dengan penguatan karakter tanggung
jawab pada pembelajaran mencermati tokoh-tokoh pada teks fiksi, dan mendeskripsikan
peningkatan hasil belajar mencermati tokoh-tokoh pada teks fiksi menggunakan model SQ4R
dengan penguatan karakter tanggung jawab pada siswa kelas IV SDN Sumberingin 04 Kabupaten
Blitar.

METODE
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digu-nakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Model penelitian yang digunakan menggu-nakan model spiral yang dikemukakan oleh
NF - Mencermati Tokoh Fiksi| 5

Kemmis & M.C Taggart (dalam Arikunto, 2013: 137). Dalam penelitian tindakan kelas terdiri
2 siklus setiap siklus terdiri dari 2 per-temuan. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Sumberingin 04 Kabupaten Blitar. Data yang
dikumpulkan pada saat penelitian adalah data mengenai penerapan model SQ4R yang ditunjukkan
dari aktivitas guru dan aktivitas siswa, serta data hasil belajar yang diperoleh dari penilaian aspek
pengetahuan dan keterampilan pada masing-masing siklus selama pembelajaran mencermati
tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi menggunakan metode SQ4R. Data hasil belajar
pengetahuan diperoleh dari LKK dan tes evaluasi, data hasil belajar keterampilan diperoleh dari
hasil mendeskripsikan tokoh fiksi. Sumber data disini adalah guru dan siswa kelas IV SDN
Sumberingin 04 Kabupaten Blitar tahun ajaran 2019/2020 dengan jumlah 18 siswa terdiri dari 12
siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan terdiri dari lima
cara yaitu observasi, tes, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi.
Data yang sudah terkumpul dari seluruh responden atau sumber lainnya selanjutnya
dilakukan analisis data. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013:401) menyatakan bahwa
proses analisis data pada penelitian kualitatif mencakup tiga tahapan yaitu: reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.

HASIL
Hasil belajar siswa pada saat pratindakan memperoleh rata-rata sebesar 71,8 dengan
Persentase KBK sebesar 39% dengan predikat keberhasilan perlu bimbingan karena masih banyak
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM yang ditentukan yaitu 70. Dari siswa kelas IV yang
berjumlah 18 siswa, hanya ada 7 siswa yang dapat nilai mencapai KKM, sedangkan 11 siswa
mendapat nilai di bawah KKM.
Data hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 diperoleh ketuntasan
hasil belajar siswa meliputi aspek pengetahuan yang diambil dari rata-rata nilai LKK dan nilai tes
evaluasi siswa dan aspek keterampilan yang diperoleh dari hasil mencermati tokoh fiksi dengan
cara mendeskripsikan tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi secara tulis. Persentase KBK
aspek pengetahuan siklus I pertemuan 1 sebesar 71% dengan kriteria keberhasilan cukup. Pada
pertemuan 2 persentase KBK aspek pengetahuan mengalami peningkatan menjadi 78% dengan
kriteria keberhasilan cukup. Rata-rata persentase KBK aspek pengetahuan siklus I sebanyak 75%
dengan kriteria keberhasilan cukup. Sedangkan, persentase KBK aspek keterampilan siklus I
pertemuan 1 sebesar 53% dengan kriteria keberhasilan perlu bimbingan. Pada pertemuan 2
persentase KBK aspek keterampilan mengalami peningkatan menjadi 72% dengan kriteria
keberhasilan cukup. Rata-rata persentase KBK aspek keterampilan siklus I sebanyak 63% dengan
6 | Wahana Sekolah Dasar, Mei 2020, Vol 1, No 28, Hal 1-10

kriteria keberhasilan kurang. Pada siklus I masih terdapat kekurangan-kekurangan yang muncul
selama pelaksanaan pembelajaran. Hasil refleksi dari siklus I, antara lain: (1) hendaknya guru
memberikan penguatan mengenai mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi setelah
membahas hasil diskusi, (2) hendaknya guru memberi peringatan atau perjanjian kepada siswa
agar tidak mencontek, (3) hendaknya guru memberikan motivasi kepada siswa agar mengerjakan
LKS secara mandiri, (4) hendaknya guru memberikan penguatan kepada siswa yang kurang
percaya diri, dan (5) hendaknya guru meningkatkan pengelolaan kelas. Rata-rata persentase
aktivitas guru pada siklus I sebesar 83% dengan kriteria baik.
Pelaksanaan siklus II berdasarkan dari refleksi siklus I. Hasil belajar siswa pada siklus II
sudah mengalami peningkatan. Persentase KBK aspek pengetahuan siklus II pertemuan 1 sebesar
82% dengan kriteria keberhasilan baik. Pada pertemuan 2 persentase KBK aspek pengetahuan
mengalami peningkatan menjadi 94% dengan kriteria keberhasilan sangat baik. Rata-rata
persentase KBK aspek pengetahuan siklus II sebanyak 88% dengan kriteria keberhasilan baik.
Sedangkan persentase KBK aspek keterampilan siklus II pertemuan 1 sebesar 82% dengan kriteria
keberhasilan baik. Pada pertemuan 2 persentase KBK aspek keterampilan mengalami peningkatan
menjadi 94% dengan kriteria keberhasilan sangat baik. Setelah dirata-rata persentase KBK aspek
keterampilan siklus II sebanyak 88% dengan kriteria keberhasilan baik. Pada siklus II ini guru
telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tahap-tahap model SQ4R seperti yang terdapat
pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan, kekurangan-kekurangan
pada siklus I sudah diperbaiki pada siklus II, namun hendaknya guru tetap memperhatikan
manajemen waktu dalam pembelajaran. Pada siklus II siswa juga sudah aktif mengikuti kegiatan
pembelajaran, tepat dalam penggunaan kalimat tanya, percaya diri dalam berpendapat dan
menyampaikan hasil diskusi, bekerja sama dengan baik bersama kelompoknya, dan bertanggung
jawab dengan tugas yang diberikan. Hasil belajar siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan
dari siklus I, persentase ketuntasan belajar klasikal siswa sudah sesuai dengan yang diharapkan.
Oleh karena itu, tidak perlu diadakan siklus III.

PEMBAHASAN
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia materi mencermati tokoh-tokoh yang terdapat
pada teks fiksi dengan penerapan model SQ4R dengan penguatan karakter tangung jawab
dilakukan sebanyak dua siklus dengan masing-masing siklus 2 kali pertemuan. Pada siklus I
pertemuan 1 aktivitas guru dalam menerapkan model SQ4R pada siklus mencapai 80% dengan
kriteria baik, karena di awal pembelajaran guru tidak menumbuhkan sikap semangat untuk
siswa. Hal ini terjadi karena guru tergesa-gesa dalam menyampaikan pembelajaran karena takut
tahap selanjutnya dalam SQ4R tidak dapat tersampaikan, sehingga siswa tidak semangat dan
NF - Mencermati Tokoh Fiksi| 7

antusias pada pembelajaran yang disampaikan oleh guru . Guru kurang dalam memberikan
bimbingan pada setiap kelompok dalam mengerjakan LKK, karena di dalam kelas terdapat 4
kelompok belajar sehingga guru hanya fokus pada satu kelompok, karena penguasaan kelas guru
yang kurang, mengakibatkan kurangnya bimbingan pada kelompok lain. Pada tahap Reflect, guru
melewatkan kegiatan dalam memberikan arahan siswa untuk menghubungkan peristiwa pada teks
bacaan dengan kehidupan sehari-hari untuk menemukan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita
fiksi yang telah dibaca, dikarenakan guru lupa dan takut waktu yang digunakan dalam
pembelajaran melebihi waktu istirahat, akibatnya siswa hanya sekedar membaca tanpa mengetahui
isi dan amanat yang terkandung dalam teks bacaan dan tidak mengetahui hal positif yang
terkandung dalam bacaan. Pada tahap Review, guru tidak memberikan arahan siswa untuk
memeriksa kembali struktur teks fiksi dan pertanyaan-pertanyaan yang telah dijawab, dikarenakan
guru berfikir semua siswa pasti sudah mengikuti kegiatan yang diajarkan oleh guru.
Mengakibatkan siswa tidak memeriksa kembali langkah-langkah kegiatan yang telah dilakukan
sebelumnya sehingga tidak mengetahui kegiatan yang terlewatkan. Guru juga tidak memberikan
penguatan mengenai mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi, akibatnya
pembelajaran mencermati tokoh-tokoh dalam teks fiksi pada pertemuan pertama kurang
tersampaikan dengan baik, sehingga materi yang disampaikan guru akan mudah dilupakan oleh
siswa. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Shoimin (2016:194) kelebihan SQ4R yaitu “materi
yang dipelajari siswa melekat untuk periode waktu yang lama”.
Pada siklus I pertemuan 2 aktivitas guru meningkat menjadi 85% dengan kriteria baik.
Guru sudah memperbaiki beberapa kegiatan yang belum terlaksana pada pertemuan 1, yaitu pada
awal pembelajaran guru sudah menumbuhkan sikap semangat agar siswa menjadi antusias saat
pembelajaran yaitu dengan mengadakan tepuk semangat, guru sudah memberikan arahan siswa
untuk memeriksa kembali pertanyaan-pertanyaan yang telah dijawab, guru sudah berkeliling dan
memberikan bimbingan pada setiap kelompok. Namun guru belum memberikan motivasi kepada
siswa agar mengerjakan LKS secara mandiri, memberikan penguatan kepada siswa yang kurang
percaya diri, kurangnya pengelolaan kelas dan manajemen waktu pembelajaran, sehingga guru
harus melaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.
Siklus II pertemuan 1 aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 90% dengan kriteria
sangat baik. Karena guru telah memperbaiki pembelajaran berdasarkan refleksi pada siklus I, pada
siklus II pertemuan 1 terdapat dua langkah kegiatan terlewatkan oleh guru yaitu tahap Reflect yaitu
memberikan arahan siswa untuk menghubungkan peristiwa pada teks bacaan dengan kehidupan
sehari-hari untuk menemukan pelajaran yang dapat dipetik dari cerita fiksi yang telah dibaca, dan
pada tahap Review yaitu memberikan arahan siswa untuk memeriksa kembali teks fiksi,
dikarenakan waktu pembelajaran hampir habis dan sudah mendekati waktu istirahat. Pada siklus II
8 | Wahana Sekolah Dasar, Mei 2020, Vol 1, No 28, Hal 1-10

pertemuan 2 aktivitas guru meningkat menjadi 100% dengan kriteria sangat baik, jadi guru telah
melakukan semua kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah model SQ4R. Meskipun
begitu guru tetap harus meningkatkan kemampuan dalam manajemen waktu pembelajaran.
Aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 sebesar 70% dengan kriteria cukup. Aktivitas siswa
pada pertemuan satu masih ada yang perlu diperbaiki, antara lain: ada siswa yang tidak mau diajak
untuk berkelompok, siswa kurang aktif dalam diskusi kelompok dan saat pembelajaran
berlangsung, siswa kurang percaya diri dalam menyampaikan hasil diskusi, siswa masih banyak
yang mencontek saat diberi tugas individu, siswa tidak menjalankan instruksi dari guru, siswa
bermain sendiri saat teman menyampaikan hasil diskusi. Pada siklus I pertemuan 2 aktivitas siswa
meningkat menjadi 79% dengan kriteria cukup. Beberapa siswa mengalami peningkatan sikap
percaya diri dalam menyampaikan hasil diskusi dan bertanya kepada guru. Namun, siswa masih
belum mengalami peningkatan untuk kegiatan lainnya dan juga beberapa siswa masih ada yang
pasif dalam kegiatan berkelompok. Akibatnya kelas menjadi tidak kondusif, dan belajar siswa
menjadi tidak maksimal. Seharusnya pada model SQ4R ini diharapkan meningkatnya kemampuan
kognitif siswa salah satunya melalui membaca dengan berkelompok, sesuai dengan menurut
Rahayu., dkk (2014:3) model pembelajaran SQ4R adalah strategi membaca yang dapat
mengembangkan metakognitif siswa, yaitu dengan menugaskan siswa untuk membaca bahan
belajar sacara bersama-sama.
Aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1 sebesar 86% dengan kriteria baik. Kesalahan
pada siklus I ada beberapa yang sudah diperbaiki di siklus II, siswa sudah mengerti mengenai
mencermati tokoh pada teks fiksi sehingga beberapa siswa cepat selesai dalam mengerjakan tugas
dari guru, namun siswa yang telah mengerjakan tugas bermain-main dan membuat kondisi kelas
menjadi kurang kondusif, mengakibatkan siswa yang lain tidak fokus dalam mengerjakan tugas.
Pada akhir pembelajaran, saat mengerjakan tes evaluasi terdapat siswa yang belum selesai tepat
waktu, sehingga memerlukan waktu tambahan. Pada siklus II pertemuan 2 aktivitas siswa
meningkat menjadi 97% dengan kriteria sangat baik. Pada pertemuan kedua ini siswa sudah
percaya diri dalam berpendapat dan mengkomunikasikan hasil jawaban, siswa telah memahami
jenis-jenis tokoh dalam teks fiksi, siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik, siswa
bekerjasama dengan baik bersama kelompoknya namun saat mengerjakan tes evaluasi terdapat
satu siswa yang belum selesai tepat waktu, sehingga memerlukan waktu tambahan.
Model pembelajaran SQ4R dengan penguatan karakter tanggung jawab yang digunakan
dalam pembelajaran mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi di kelas IV SDN
Sumberingin 04 Kabupaten Blitar dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi
tokoh-tokoh pada teks fiksi. Adanya peningkatan hasil belajar tersebut sesuai dengan menurut
Suyono & Harianto (2014:9) Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
NF - Mencermati Tokoh Fiksi| 9

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan


kepribadian. Hal ini dibuktikan dari hasil belajar yang diperoleh siswa mengalami peningkatan
dari siklus I ke siklus II.
Rata-rata KBK aspek pengetahuan siswa pada siklus I sebesar 75% dengan kriteria
keberhasilan cukup. Hal tersebut disebabkan karena beberapa siswa belum mengerti dan masih
bingung dalam penggunaan kalimat tanya 5W+1H. Rata-rata persentase KBK aspek keterampilan
pada siklus I sebesar 63% dengan kriteria ketuntasan kurang. Penyebab dari hal tersebut yaitu,
siswa masih kesulitan dalam menulis deskripsi tokoh fiksi secara lengkap yang mencakup kondisi
fisik, karakteristik dan peranan tokoh dengan benar. Sehingga persentase ketuntasan belajar
klasikal hanya aspek pengetahuan saja yang mencapai tuntas dan pada aspek keterampilan belum
tuntas. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2010:8) menyatakan bahwa, suatu kelas dikatakan
telah mencapai ketuntasan secara klasikal jika siswa menguasai atau mencapai 75-80% dari tujuan
atau nilai yang seharusnya dicapai.
Pada siklus II penerapan model SQ4R yang sudah dilakukan dengan baik. Siswa sudah
mengerti penggunaan kalimat tanya 5W+1H. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata hasil belajar
siswa pada aspek pengetahuan di siklus II sebesar 88% dengan kriteria keberhasilan baik dan
aspek keterampilan sebesar 88% dengan keberhasilan baik. Hal ini disebabkan siswa sudah
memahami dalam menulis deskripsi tokoh fiksi secara lengkap yang mencakup kondisi fisik,
karakteristik dan peranan tokoh dengan benar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model SQ4R
dengan penguatan karakter tanggung jawab pada materi mencermati tokoh-tokoh yang terdapat
pada teks fiksi meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Sumberingin 04 Kabupaten Blitar.
Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang
mengalami peningkatan tiap siklusnya. Peningkatan hasil belajar ini sesuai dengan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Atmaja (2019) yang menunjukkan hasil penelitian pada siklus I
sebesar 75% dengan persentase KBK 55% pada siklus II meningkat menjadi 85% dengan
persentase KBK 90%. Pada siklus I persentase rata-rata nilai keterampilan 58% dan siklus II
menjadi 83%.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian penerapan model SQ4R dengan penguatan karakter tanggung
jawab pada pembelajaran mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi dapat
dilaksanakan oleh guru dan diikuti siswa kelas IV SDN Sumberingin 04 Kabupaten Blitar berjalan
dengan baik. Guru telah menerapkan langkah-langkah model SQ4R dengan sangat baik sehingga
berdampak pada peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa serta siswa antusias dalam
10 | Wahana Sekolah Dasar, Mei 2020, Vol 1, No 28, Hal 1-10

mengikuti pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa
pada siklus I hingga siklus II. Peningkatan aktivitas guru dari siklus I hingga siklus II sebesar 12%.
Sedangkan peningkatan aktivitas siswa dari siklus I hingga siklus II sebesar 17%.
Penerapan model SQ4R dengan penguatan karakter tanggung jawab dapat meningkatkan
hasil belajar mencermati tokoh-tokoh yang terdapat pada teks fiksi pada siswa kelas IV SDN
Sumberingin 04 Kabupaten Blitar. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa saat
penerapan model SQ4R dengan penguatan karakter tanggung jawab dalam pembelajaran. Pada
aspek pengetahuan peningkatan hasil belajar siklus I hingga siklus II sebesar 13% dibuktikan
dengan siswa mengalami peningkatan hasil belajar dalam penggunaan kalimat tanya 5W+1H. Pada
aspek keterampilan mengalami peningkatan pada siklus I ke siklus II sebesar 25% dibuktikan
dengan siswa dapat menulis deskripsi tokoh fiksi secara lengkap yang mencakup kondisi fisik,
karakteristik dan peranan tokoh dengan benar.

DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Atmaja, A. T. (2019). Peningkatan Hasil Belajar Memahami Isi dan Amanat Puisi menggunakan
model Survey-Question-Read-Reflect-Recited-Review(SQ4R) Pada Siswa Kelas IV SDN
Pojok 02 Kabupaten Blitar. Skripsi. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FIP Universitas
Negeri Malang.
Kemendikbud. (2018). Peraturan Materi Pendidikan Nasional No. 37 Tahun 2018 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Mudiono, A. (2010). Pengembangan Bahan Pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar.
Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
Rahayu, P. I. W., Zulaikha, S., Negara, I. G. A. O., & Ke, S. P. M. (2014). Model Pembelajaran
Kooperatif tipe SQ4R Berbasis Keterampilan Proses Berpengaruh Terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus Letkol Wisnu. MIMBAR PGSD Undiksha, 2(1).
Setiari, A. D., & Supriyanto, T. (2016). Struktur Kepribadian dan Emosi Tokoh Utama pada Novel
Serial Anak-anak Mamak. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia,
5(2), 115-123.
Shoimin, A. (2016). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-
Ruzz Media.
Sudjana, N. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Bandung: Alfabeta.
Suyono & Harianto. (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

You might also like