You are on page 1of 11

Jurnal PENA Vol.34 No.

2 Edisi September 2020

PENGALAMAN PERAWAT MENGATASI DAMPAK HOSPITALISASI


PADA ANAK

Remilda Armika Vianti


Program Studi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Pekalongan
E-mail: vivi.unikal@gmail.com

ABSTRACT
Hospitalization is a process for a reason or an emergency. This process requires the child to
stay in the hospital. Hospitalization can cause anxiety and fear to all levels of age of children and
parents. Fear and anxiety because of injury to the body, new environment and separation. This
condition will affect children development. Nurse's role in minimizing the stress on the children as
a result of hospitalization is very important, so that nurses need to understand the concept of the
stress of hospitalization and nursing care principles through approach to meet development of
positive effects and to minimize the negative effects of hospitalization. The aim of the study is to
discover experience of nurses in overcoming the impact of hospitalization on children in Dr.
M.Ashari PemalangGeneral Hospital, by taking sample of 6 participants. This study uses
qualitative research with a phenomenological approach, the data obtained with in-depth interview
and recorded using ic recorder with the consent of the respondent. The data obtained and then is
classified by thema This study showed that 1) nurse understand the fear and anxiety, 2) the
reaction of children to hospitalization, 3) nurse’s response to children with hospitalization, 4)
barriers to cope with the child’s hospitalization, 5) difficulty facility, 6) efforts to nurse the
children cope with hospitalization, 7) nurse child support adaptation. Advice nurse increased
efforts implementing adaptation model of nursing care S.C.Roy and caring K.M. Swanson.
Keywords: anxiety and fear, experience, hospitalization

PENDAHULUAN dipengaruhi oleh faktor dari petugas


Hospitalisasi merupakan suatu (perawat, dokter, dan tenaga
proses yang mengharuskan anak kesehatan lainnya), lingkungan baru,
tinggal di rumah sakit untuk maupun keluarga yang menunggu
menjalani terapi dan perawatan yang selama perawatan (Nursalam, 2011).
sampai pemulangannya kembali Anak takut terhadap pengobatan,
kerumah (Supartini, 2004). asing dengan lingkungan baru, dan
Hospitalisasi adalah bentuk stressor takut terhadap petugas kesehatan
individu yang berlangsung selama (Susilaningrum, et al. 2013).
individu tersebut dirawat di rumah Kondisi sakit pada anak sangat
sakit (Wong,2003). Menurut WHO, memungkinkan membutuhkan
hospitalisasi merupakan pengalaman pelayanan kesehatan di rumah sakit
yang mengancam ketika anak (RS). Di Amerika Serikat,
menjalani hospitalisasi karena diperkirakan lebih dari 5 juta anak
stressor yang dihadapi dapat menjalani hospitalisasi dan lebih dari
menimbulkan perasaan tidak aman. 50% dari jumlah tersebut, anak
Hospitalisasi pada pasien anak mengalami kecemasan dan stress
dapat menyebabkan kecemasan dan menurut Kain (2006 dalam
stres pada semua tingkat usia. Apriliawati, A 2011) .Menurut
Penyebab dari kecemasan Sumaryako (2008 dalam Purwandari,

29
Jurnal PENA Vol.34 No.2 Edisi September 2020

2009), di Indonesia, diperkirakan 35 Pada anak di RSUD Dr M.ashari


per 1000 anak menjalani Pemalang
hospitalisasi. Selama masa anak-anak RSUD Dr. M.Ashari
sekitar 30% anak pernah mengalami merupakan rumah sakit rujukan dari
perawatan di rumah sakit, sementara Pemerintah Daerah dengan tipe B
itu sekitar 5% pernah dirawat yang secara terus menerus berupaya
beberapa kali di rumah sakit menurut meningkatkan mutu pelayanan
Kzemi, Ghazimoghaddam, Besharat, dengan senantiasa meningkatkan
Kashani (2012 dalam Winarsih ketersediaan fasilitas, sarana
2012). prasarana serta sumber daya manusia
Studi Pendahuluan yang yang handal dan profesional
dilakukan dengan 2 perawat di ruang dibidangnya. Jumlah pasien di ruang
anak RSUD Dr.M.Ashari Pemalang. anak RSUD Dr.M.Ashari dalam
Berdasarkan hasil wawancara tahun 2017 berjumlah 877 orang
interpersonal kepada dua orang staf yang dirawat inap. perawat dalam
perawat di ruang anak RSUD melaksanakan asuhan keperawatan
Dr.Ashari Pemalang keduanya pada bulan Agustus 2017 pada
mengalami Baik keberhasilan umumnya anak mengalami ketakutan
maupun kegagalannya namun mereka dan kecemasan yang ditunjukkan
tetap Berupaya untuk melakukan dengan marah, menjerit, menolak,
pendekatan dalam memegang orang tuanya dengan erat
mengataskecemasan dan ketakutan tidak mau dilepas, menendang,
pada anak Akibat hospitalisasi berkata kasar. Berdasarkan informasi
Perawat Mengalami kesulitan dalam dari bidang DIKLAT dan bidang
mengatasi kecemasan dan ketakutan keperawatan bahwa di ruang anak
serta sebagian besar anak masuk belum ada penelitian kualitatif,
rumah sakit mengalami kecemasan belum adanya pelatihan bagi perawat
dan ketakutan. Maka penulis tertarik yang terkait judul tersebut. Perawat
untuk mengeksplorasi dan sudah berupaya melakukan
mendeskripsikan fenomena tersebut pendekatan meski belum maksimal,
dalam bentuk penelitian kualitatif adanya keterbatasan sarana dan
untuk mengetahui lebih dalam lagi. prasarana, serta ruangan yang kurang
Fenomena yang terjadi itu bernuansa
menimbulkan pertanyaan dan Metode yang dilakukan peneliti
masalah-masalah. Penulis adalah melakukan wawancara
menginginkan ada suatu upaya-upaya interpersonal dengan 2 perawat di
pendekatan yang efektif pada anak ruang anak RSUD Dr.M.Ashari
yang dilakukan oleh perawat di Pemalang. Wawancara dilakukan
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. pada tanggal 28 Agustus 2017 di
M.Ashari Pemalang untuk dapat ruang anak RSUD Dr.M.Ashari
mengatasi kecemasan dan ketakutan Pemalang. Adapun hasil wawancara
pada anak akibat hospitalisasi. interpersonal tersebut adalah :
Berdasarkan fenomena tersebut, Partisipan pertama Sdri Y.R. staf
penulis ingin mengetahui lebih jauh perawat di ruang anak RSUD
tentang “Bagaimana Perawat Dalam Dr.M.Ashari Pemalang berusia 37
Mengatasi Dampak Hospitalisasi tahun, berpengalaman kerja selama 7

30
Jurnal PENA Vol.34 No.2 Edisi September 2020

tahun di ruang anak, beliau oleh anak, tetapi saya berusaha untuk
mengatakan : ”Sebagian besar anak sabar dan tetap komunikatif kepada
yang dirawat inap mengalami keluarga dan anak”.
kecemasan dan ketakutan. Saya
melakukan pendekatan mengatasi METODE PENELITIAN
Anak dengan lebih dahulu Desain penelitian yang
memperkenalkan diri kepada digunakan pada penelitian ini adalah
keluarga dan anak, kemudian penelitian kualitatif dengan
memberikan penjelasan tindakan pendekatan fenomenologi. Proses
yang akan dilakukan. Bila mereka penelitian ini melibatkan upaya-
sudah mengerti, maka mereka mau upaya penting, mengumpulkan data
dilakukan tindakan. Memberikan spesifik dari partisipan perawat,
kenyamanan dengan menganjurkan menganalisis data secara induktif
ibu untuk memandikan anaknya mulai dari tema khusus ke tema
setiap hari, meminta mengganti alat umum, dan menafsirkan makna data,
tenun bila telah kotor. Jangan terlalu berfokus terhadap makna individual,
banyak yang menunggu cukup 1 dan menterjemahkan kompleksitas
orang, bila di atas jam 11 pagi dapat suatu persoalan (Creswelll, 2010).
menunggu lebih dari satu orang. Peneliti bermaksud menggali,
Perawat mengalami hambatan yang memahami, menjelaskan,
tidak selalu dengan mudah orang tua mengidentifikasi dan mengeksplorasi
dan anak mau menerima tindakan dengan wawancara mendalam
keperawatan pada saat itu dan (indept interview ) pendekatan
kadang-kadang orang tua meminta perawat ampak hospitalisasi pada
untuk menunda tindakan anak.Penelitian dilakukan di Rumah
keperawatan yang akan dilakukan”. Sakit Umum Daerah Dr.M.Ashari
Perawat kedua ibu A.F. staf Pemalang dan dilakukan pada bulan
perawat di ruang anak RSUD Agustus 2017.
Dr.M.Ashari Pemalang berusia 34 HASIL
tahun, berpengalaman kerja selama 5 Hasil analisa tematik dengan enam
tahun, beliau mengatakan, “ Hampir partisipan diperoleh tujuh tema.
semua anak yang masuk rumah sakit Tema tersebut yaitu :
atau rawat inap mengalami 1) Memahami takut dan cemas,
kecemasan dan ketakutan. Saya 2) Reaksi anak terhadap
melakukan pendekatan kepada orang hospitalisasi,
tua dan anak dengan berbicara yang 3) Respon perawat terhadap anak
lemah lembut, anak dipegang dan di dengan hospitalisasi
elus-elus seperti anaknya sendiri. 4) Hambatan dalam mengatasi anak
Memberi pengarahan kepada ibu dengan hospitalisasi.
untuk ikhlas bila anaknya dilakukan 5) Kesulitan dengan fasilitas.
tindakan karena bila tidak maka 6) Upaya perawat dalam mengatasi
tindakannya menjadi tidak lancar. anak dengan hospitalisasi
Bila ibu cemas maka akan 7) Perawat perlu mendukung
berpengaruh kepada anaknya. Usaha adaptasi anak.
saya tidak selalu berhasil bahkan
pernah saya diludahi dan ditendang

31
Jurnal PENA Vol.34 No.2 Edisi September 2020

PEMBAHASAN ini mungkin terjadi karena anak


Tema 1 : Memahami takut dan tidak memahami mengapa di rawat,
cemas stress dengan adanya perubahan
Hospitalisasi pada pasien anak akan status kesehatan, lingkungan
dapat menyebabkan kecemasan dan dan kebiasaan sehari-hari dan
stres pada semua tingkat usia. keterbatasan mekanisme koping.
Penyebab dari kecemasan Menurut Alimul (2005) Rumah
dipengaruhi oleh faktor dari petugas sakit dapat menjadi suatu tempat
(perawat, dokter, dan tenaga yang menakutkan dilihat dari sudut
kesehatan lainnya), lingkungan baru, pandang anak-anak. Suasana rumah
maupun keluarga yang menunggu sakit yang tidak familiar, wajah-
selama perawatan (Nursalam, 2011). wajah yang asing, berbagai macam
Anak takut terhadap pengobatan, bunyi dari mesin yang digunakan,
asing dengan lingkungan baru, dan dan bau yang khas, dapat
takut terhadap petugas kesehatan menimbulkan kecemasan dan
(Susilaningrum, et al. 2013). ketakutan baik bagi anak ataupun
Dan Seorang perawat adalah orang tua. (Norton-
individu yang bertanggung jawab Westwood,2012).Anak akan rewel
dan berwenang memberikan dan menangis adalah reaksi anak
pelayanan keperawatan,akan tetapi yang diungkapkan selama
tiap individu memiliki persepsi yang mengalami perawatan.
berbeda – beda,dipengaruhi oleh
a. Respon emosi anak : rewel,
sasaran dan situasi ( Siagian ,2004 )
menangis ,menolak dan
Memahami merupakan aspek penting
menyerang
bagi perawat dalam mengatasi Kurangnya kendali akan
dampak hospitalisasi pada anak. mengakibatkan persepsi
Semua partisipan dari perawat ancaman dan dapat
memahami takut dan cemas pada mempengaruhi ketrampilan
anak. Hasil wawancara mendalam koping anak-anak. Kehilangan
dengan keenam partisipan kendali pada anak sangat
menunjukkan bahwa semua beragam dan tergantung usia
partisipan memahami takut dan serta tingkat perkembangannya
cemas. Memahami takut dan cemas seperti:
terbentuk dari empat kategori yaitu
respons psikologis takut diinfus, a) Kehilangan kendali pada
respon psikologis takut baju putih – bayi ; bayi sedang
putih,respon psikologis tidak aman mengembangkan ciri
dan nyaman, respon psikologis takut kepribadian sehat yang paling
perpisahan. penting yaitu rasa percaya
Tema 2 : Reaksi anak terhadap yang dibangun melalui
hospitalisasi. pemberian kasih sayang
Hospitalisasi dapat dianggap secara terus menerus dari
sebagai suatu pengalaman yang orang yang mengasuhnya.
mengancam dan merupakan sebuah Bayi berusaha mengendalikan
stressor, serta dapat menimbulkan lingkungannya dengan
krisis bagi anak dan keluarga. Hal ungkapan emosional seperti

32
Jurnal PENA Vol.34 No.2 Edisi September 2020

menangis dan tersenyum. anak sangat ketakutan, ia


Asuhan yang tidak konsisten dapat menampilkan perilaku
dan penyimpangan dari agresif, dari menggigit,
rutinitas harian bayi tersebut menendang-nendang, bahkan
dapat menyebabkan rasa tidak berlari keluar ruangan. Selain
percaya dan menurunkan rasa itu ada sebagian anak yang
kendali menganggapnya sebagai
(Wells dkk,1994 dikutip oleh hukuman sehingga timbul
Wong,2003), perasaan malu dan bersalah,
dipisahkan, merasa tidak
b) Kehilangan kendali pada
aman dan kemandiriannya
Toddler; sesuai dengan teori
terhambat (Wong, 2003).
Ericson dalam Price & Gwin
Beberapa di antaranya akan
(2005), bahwa pada fase ini
menolak masuk rumah sakit
anak sedang mengembangkan
dan secara terbuka menangis
kemampuan otonominya.
tidak mau dirawat. Ekspresi
Akibat sakit dan dirawat di
verbal yang ditampilkan
rumah sakit, anak akan
seperti mengucapkan kata-
kehilangan kebebasan dalam
kata marah, tidak mau bekerja
mengembangkan
sama dengan perawat, dan
otonominya. Keterbatasan
ketergantungan pada orang
aktifitas, kurangnya
tua. Biasanya anak akan
kemampuan untuk memilih
bertanya karena bingung dan
dan perubahan rutinitas dan
tidak mengetahui keadaan di
ritual akan menyebabkan
sekelilingnya. Selain itu, anak
anak merasa tidak berdaya.
juga akan menangis, bingung,
Toddler bergantung pada
khususnya bila keluar darah
konsistensi dan familiaritas
atau mengalami nyeri pada
ritual harian guna
anggota tubuhnya. Ditambah
memberikan stabilitas dan
lagi, beberapa prosedur medis
kendali selama masa
dapat membuat anak semakin
pertumbuhan dan
takut, cemas, dan stress.
perkembangan. Area toddler
dalam hal ritual mencakup d) Kehilangan kendali pada
makan, tidur, mandi, toileting anak sekolah; banyak
dan bermain. Jika rutinitas rutinitas di rumah sakit
tersebut terganggu, maka seperti tirah baring yang
dapat terjadi kemunduran dipaksakan, penggunaan
terhadap kemampuan yang pispot, ketidakmampuan
sudah dicapai atau disebut memilih menu, kurangnya
dengan regresi (Wong,2003), privasi, kegiatan mandi di
tempat tidur, penggunaan
c) Kehilangan kendali pada
kursi roda atau brankar dapat
anak prasekolah; anak usia
menyebabkan ancaman dan
prasekolah menerima
kehilangan kendali pada anak
keadaan masuk rumah sakit
dengan rasa ketakutan. Jika sekolah (Wong,2003). Akan
tetapi jika anak-anak tersebut

33
Jurnal PENA Vol.34 No.2 Edisi September 2020

diizinkan memegang kendali anak ketakutan nangis dipegangi saja


dengan cara melibatkannya anak langsung nangis biasanya” (P3).
dalam setiap prosedur yang “Anak 1-3 tahun mulai menyerang ,
memungkinkan, mereka akan nendang. Usia lebih 6 tahun menolak
berespon dengan sangat baik dan menyerang (P4). “jerit-jerit, terus
terhadap prosedur apa pun. bisa mukul-mukul Ibunya juga
Hal ini biasanya terjadi akibat suster” (P5). “Anak rewel tergantung
perasaan berguna dan usianya kalau dari 1 tahun sampai lima
produktif untuk anak-anak tahun. Menangis ditinggal ibunya
yang sedang belajar “(P6).
"bertindak dewasa", Tema 3 : Respon Perawat
e) Kehilangan kendali pada terhadap anak dengan
remaja; segala sesuatu yang hospitalisasi
mempengaruhi kemandirian, Respon perawat terhadap
pengakuan diri, dan anak dengan hospitalisasi merasa
kebebasan dalam pencarian kesal adalah perasaan yang muncul
identitas diri pada remaja saat perawat melakukan tindakan
akan menimbulkan ancaman untuk mengatasi dampak
dan kehilangan kendali. hospitalisasi takut dan cemas pada
Penyakit yang membatasi anak apabila anak dan orang tua
kemampuan fisik seseorang tidak kooperatif tetapi ada juga yang
dan hospitalisasi yang merasa kasihan karena anak
memisahkan seseorang dari mengalami nyeri, juga mengingat
sistem pendukungnya seperti anak sendiri. Berikut
merupakan krisis situasional pernyataan dari empat partisipan
yang utama. Remaja dapat perawat yang mengungkapkan rasa
bereaksi terhadap kesal :
ketergantungan dengan a. Merasa kesal
penolakan, tidak mau Perawat merasa kesal
bekerjasama atau menarik ketika mengatasi dampak
diri. Mereka dapat berespon hospitalisasi karena anak rewel,
terhadap depersonalisasi cengeng dan ibunya tidak peka
dengan pengkuan diri, marah terhadap anaknya, mendiamkan
atau frustasi sehingga staf dan tidak berperan. Orang tua
rumah sakit sering mengatakan anaknya tidak
menganggap remaja sebagai dilakukan apa-apa, maka tidak
pasien yang sulit dan tidak ada perubahan kesehatan
dapat diatur. anaknya.
Berikut ungkapan perawat : Perasaan-perasaan empat
“gelisah karena ada tindakan yang dari enam perawat dalam
akan dilakukan dalam rumah sakit mengatasi dampak hospitalisasi
(P1). Anaknya nangis, anaknya gak menunjukkan kesal, jengkel.
mau” (P2) “suasana yang tidak “Perasaan kita pertama yah,
menyenangkan yang mengharuskan kalau kita melihat anak yang
mereka dirawat di rumah sakit” (P2). nangis, rewel ya kasian , terus
“kita dekati kita melakukan tindakan sudah dikasih mainan tetap

34
Jurnal PENA Vol.34 No.2 Edisi September 2020

rewel , ruangan yang penuh, tua dengan latar belakang yang


tugas yang lain sudah berbeda beda dan dua partisipan
menunggu, jadinya kesel gitu” kurangnya pengetahuan dan
(P1). Jengkel. Keluarga pengalaman dalam menghadapi
ngomong seenaknya gak ada anak dengan hospitalisasi.
perubahan di sini, terus gak Partisipan juga kurangnya ide
diapa-apain. Kesel (P3). Perawat ide untuk menarik perhatian
kadang ikut perasaan kesel anak.
karena anaknya nangis a. Orang tua tidak kooperatif
keluarganya tidak kooperatif Orang tua tidak
dengan petugas sehingga tidak kooperatif adalah hambatan
mau dilakukan prosedur yang dihadapi perawat dalam
tindakan (P5). mengatasi dampak
b. Merasa kasihan hospitalisasi takut dan cemas
Dua partisipan merasa pada anak ketika dilakukan
kasihan, tidak tega ketika tindakan keperawatan.
melakukan tindakan karena Berikut pernyataan tiga
merasakan seperti anak sendiri partisipan : “Orang tua tidak
dan anak tersebut juga sedang bisa kerjasama, apatis tetep
merasakan nyeri dan takut. anaknya yang dilindungi terus
“ada rasa kasihan dengan rasa menghambat ke kita dalam
sakit rewel cengeng ada yang proses pengobatan (P2).
dirasakan si anak merasakan Kalau orang tua tidak
nyeri kasihan” (P1). “Perasaan koopreraktif susah (P4)
tadi kan ada anak yang nendang b. Orang tua kurang
dan sebagainya saya berusaha pengetahuan
tenang aja yang pertama” (P4). berhubungan dengan
“suka kasihan juga perasaan kita tingkat pendidikan dan
kalau ditusuk-tusuk suka gak pengalaman sering tidaknya
tega seperti ngeliat anak sendiri. anak di rawat inap. Perawat
Kalau tusuk dua kali gak sudah memberi informasi
berhasil suka manggil temen- tetapi masih sulit untuk
temen” (P6) diterima bahkan ada orang
Tema 4 : tua yang menolak untuk
1. Hambatan dalam mengatasi dilakukan tindakan. Berikut
anak dengan hospitalisasi ungkapan partisipan : Orang
Perawat mengalami tua kurang pengetahuan gitu
kesulitan saat orang tua tidak jadi ketakutan (P4) SMA ke
kooperatif ketika akan dilakukan bawah agak sulit
tindakan keperawatan. Kesulitan menjelaskannya... jadi susah
bekerjasama merupakan dan ngajak ngomongnya (P5).
orang tua kurang pengetahuan. 2. Perawat mengalami kesulitan
Tiga partisipan tidak dapat dengan fasilitas
kooperatif dengan orang tua Perawat mengalami
karena komunikasi dengan orang kesulitan dengan fasilitas adalah

35
Jurnal PENA Vol.34 No.2 Edisi September 2020

perawat mengalami kekurangan Gambar-gambarnya pun gak


tersedianya perlengkapan untuk ada.. (P6).
melakukan tindakan
Tema 5 : Upaya perawat dalam
keperawatan maupun medis
mengatasi anak dengan
dalam pemeriksaan serta fasilitas
hospitalisasi
bermain untuk anak. Upaya perawat dalam
Keterbatasan fasilitas merupakan mengatasi anak dengan hospitalisasi
hambatan dalam proses yakni perawat memberikan
penyembuhan. Berikut penjelasan, merupakan salah satu
pernyataan dari para partisipan cara yang dapat digunakan untuk
a. Fasilitas medis kurang mengatasi masalah ketakutan dan
tersedia saat dibutuhkan kecemasan pada anak akibat
Fasilitas medis yang hospitalisasi. Hasil wawancara
kurang tersedia saat mendalam menunjukkan bahwa
dibutuhkan sehingga terjadi keenam partisipan memberikan
keterlambatan dalam proses asuhan keperawatan dengan
perawatan selanjutnya. Saat melakukan pendekatan kepada orang
melakukan infuse penerangan tua dan anak dengan menjelaskan
kurang tidak ada lampu sebelum memberikan tindakan
mobile/batere (P1). obat- keperawatan.Perawat mempunyai ide
obatan kadang sedang ide kreatiaf untuk menarik perhatian
tidak tersedia terus kita juga anak saat akan mendekati anak
pemeriksaan - pemeriksaan dalam member pelayanan.
banyak yang tidak tersedia
a. Pendekatan kepada orang tua
(P3).
dan anak
b. Fasilitas bermain tidak Pendekatan perawat
tersedia kepada orang tua dan anak
Fasilitas bermain tidak adalah pendekatan perawat untuk
tersedia dan tidak ada memberikan penjelasan,
gambar-gambar yang lucu berkomunikasi, memotivasi
baik dalam ruangan maupun kepada orang tua dan anak untuk
di luar ruangan yang dapat mengatasi ketakutan dan
menghambat perawat dalam kecemasan pada anak. Berikut
mengatasi dampak pernyataan dari partisipan :
hospitalisasi takut dan cemas. Menghilangkan rasa cemas
Hambatannya ada tempat pada anak diantaranya selalu
bermain tetapi tempatnya menjelaskan tindakan apapun
lumayan jauh dari kamar pada orang tua dan anak (P1).
pasien gak ada gambar- Memberi motivasi pada orang
gambar dalam kamar tua tentang penyakit yang awam
harusnya minimal ada gambar dan tidak tau menjadi tau (P2).
yang lucu (P4). Mainan Kita gak bisa memaksa kaya
mendukung sih mengurangi anak mau diinfus (P2). Kita
dampak hospitalisasi kalau ia ngobrol dengan orang tua dan
ngerasa sakit ia nangis lagi. anak saat tidak melakukan suatu
Itu tadi mainannya tidak ada

36
Jurnal PENA Vol.34 No.2 Edisi September 2020

tindakan (P3). sebagai tenaga walaupun ada di rumah sakit


kesehatan mengerjakannya juga (P2). Lingkungan harus nyaman
dengan baik (P3) pendekatan ke anaknya tidak terlalu banyak
kepada orang tua dan pasien pengunjungnya karena anak
dengan cara ketika akan perlu istirahat (P6).
melakukan tindakan sebelumnya c. Menyediakan mainan
perawat memberitahu akan Menyediakan mainan
dilakukan tindakn apa,untuk apa adalah mainan yang dibeli oleh
dan kalau ada reaksinya keluarga dan rumah sakit tidak
/akibatnya dijelaskan pada orang menyediakan mainan untuk
tua/keluarga (P4) anaknya rewel anak. Perawat kreatif membuat
kita harus memberikan mainan dari bahan yang ada di
penjelasan kepada anak kalau itu rumah sakit. Mainan dapat
tuh biasa anak rewel karena sakit membantu anak mengalihkan
ada yang dikeluhkan (P5). perhatiannya ketika dilakukan
Melibatkan keluarga supaya tindakan sehingga dapat
anak tidak terlalu menimbulkan meminimalkan takut dan cemas.
dampak hospitalisasi, dapat Mendekati pelan-pelan dengan
mengendalikan anaknya (P6). senyuman seperti itu kalau ada
b. Memberi lingkungan aman mainan kalau anak kecil diberi
dan nyaman mainan (P4). di ruangan tidak
Memberi lingkungan yang ada mainan maka perawat
aman adalah lingkungan yang membuat mainan dari kertas
terhindar dari bahaya misalnya warna warni (P6).
jatuh dari tempat tidur. Keluarga
KESIMPULAN
selalu ada didekatnya Keluarga 1. Partisipan hampir semua
selalu ada didekatnya dan memahami takut dan cemas
menitipkan kepada keluarga pada anak. Memahami takut dan
pasien yang lain bila akan cemas karena tindakan yang
meninggalkan anaknya untuk mencederai anak, lingkungan
sementara. Selain rasa aman baru, tidak aman dan nyaman
juga menciptakan rasa nyaman serta perpisahan.
dengan membatasi jumlah 2. Reaksi anak rewel dan
keluarga yang menunggu. menangis pada semua partisipan
nyaman dengan membatasi karena takut dan cemas terhadap
jumlah keluarga yang tindakan keperawatan,
menunggu. lingkungan baru dan perpisahan.
Asuhan keperawatan 3. Respon perawat terhadap anak
biasanya buat suasana dengan hospitalisasi merasa
lingkungan yang lebih aman kesal dan kasihan dalam
nyaman bagi anak biasanya melakukan tindakan
kolaborasi dengan orang tua. keperawatan kepada anak.
Pada anak kecil memberikan Merasa kesal karena tindakan
rasa aman agar tidak jatuh. keperawatan tidak dihargai oleh
Memberi rasa nyaman tempat orang tua dan juga respon anak
tidur agar bersih jangan jorok

37
Jurnal PENA Vol.34 No.2 Edisi September 2020

yang tak terkendali. Rasa baru, meminimalkan nyeri,


kasihan mengingat anak sedang menyediakan tempat dan alat
mengalami kesakitan. bermain serta menciptakan
4. Hambatan dalam mengatasi lingkungan yang cukup aman
anak dengan hospitalisasi dan nyaman serta selalu
mengalami kesulitan memotivasi orang tua untuk
bekerjasama dengan orang tua bersama anaknya.
ketika sedan melakukan
2. Penelitian
tindakan keperawatan karena
Keperawatan
kurangnya pengetahuan orang Peneliti menyarankan untuk
tua. Perawat juga mengalami
melakukan penelitian
kesulitan karena keterbatasan lebih lanjut tentang pengalaman
tersedianya fasilitas medis dan perawat mengatasi dampak
fasilitas bermain bagi anak-anak. hospitalisasi dengan
5. Upaya perawat mengatasi anak mempertimbangkan faktor -
dengan hospitalisasi melakukan faktor yang melatar belakangi
pendekatan kepada orang tua respon perawat terhadap anak
dan anak sehingga orang tua ataupun perasaan lainnya dan
dapat terlibat dan dapat lebih dapat menggambarkan
mengendalikan anaknya. karakteristik cemas dan takut
6. Perawat perlu mendukung pada anak selama hospitalisasi
adaptasi anak dengan model dengan model adaptasi S.C. Roy
S.C. Roy dan caring K.M. dan Caring K.M. Swanson.
Swanson untuk dapat
menyesuaikan diri dengan orang 3. Pendidikan Keperawatan
asing, lingkungan asing, Hasil penelitian ini dapat
bermain, perawat dan orang tua. digunakan menjadi bagian
Bermain merupakan cara yang tambahan dalam sub pokok
dapat meminimalkan takut dan bahasan keperawatan anak
cemas serta membantu dalam tentang pengalaman perawat
pertumbuhan dan perkembangan mengatasi dampak hospitalisasi
nya. pada anak. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan diskusi
SARAN dalam pendidikan dan dapat
1. Pelayanan Keperawatan diaplikasikan dalam proses
Perawat dapat menerapkan belajar lapangan dengan
pengalaman mengatasi dampak menggunakan model adaptasi
hospitalisasi pada anak dengan S.C.Roy dan caring K.M.
lebih caring dan melibatkan Swanson.
keluarga. Perawat meningkatkan
upaya-upaya menerapkan asuhan DAFTAR PUSTAKA
keperawatan model adaptasi S.C. Apriliawati, A. (2011). Pengaruh
Roy dan caring K.M. Swanson. biblioterapi terhadap tingkat
Meminimalkan takut dan cemas kecemasan anak usia sekolah
pada anak dengan membuat dan yang menjalani hospitalisasi di
menerapkan Standar Prosedur rs islam Jakarta. Tesis, Depok
Operasioanl penerimaan pasien :FKUI

38
Jurnal PENA Vol.34 No.2 Edisi September 2020

Galema, Fadila Et Al. 2015. Setianingsih, Dince. 2012. Pengaruh


Pengaruh Terapi Bermain Senam Otak Terhadap
Susun Balok Terhadap Kemampuan Memori Jangka
Tumbuh Kembang Anak Di Pendek Pada Anak Tuna
Paud Cendan Di Kec. Grahita Ringan Di Sdlb Negeri
Mootilango Kab. Gorontalo. Patrang Kabupaten Jember.
Gorontalo : Universitas Negeri Jember : Universitas Jember.
Madyastuti, R, Lina & Fatiyah. 2016. Supartini. Y. 2012. Buku Ajar
Pengaruh Terapi Bermain Konsep Dasar Keperawatn
Puzzle Terhadap Anak. Jakarta: EGC
Perkembangan Motorik Halus Susilaningrum,R,Nursalam, tami,S.
Dan Kognitif Anak Usia (2013). Asuhan keperawtan
Prasekolah (4-5 Tahun). bayi dan anak. Edisi 2. Jakarta:
Journals of nurse community Salemba Medika.
Vol 07, No 02, November
2016, hal 136-148. Utami, Rahayu Budi. 2015. Pengaruh
Stimulasi Motorik Halus
Nursalam.(2011). Konsep dan Terhadap Perkembangan
penerapan metodologi Motorik Halus Anak Usia 4-5
penelitian ilmu keperawatan. Tahun Di Taman Kanak-Kanak
Edisi 2. Jakarta : EGC Pertiwi Tiripan Berbek
Priyanto, Aris. 2014. Pengembangan Nganjuk. Nganjuk: Stikes
Kreativitas Pada Anak Usia Satria Bhakti.
Dini Melalui Aktivitas Winarsih, B.D. (2012). Hubungan
Bermain. Jurnal Ilmiah Guru peran serta orang tua dengan
“Cope”, No. 02/Tahun xviii/ dampak hospitalisasi pada anak
November 2014. usia prasekolah di RSUD RA
Rahim, Nurlestari Puspita Et Al. Kartini Jepara. Tesis, Depok
2015. Pengaruh Bermain :FKUI
Origami Terhadap
Perkembangan Motorik Halus
Anak Usia Dini Di Tk K.H
Dewantara Kalurahan Libuo,
Kecamatan Dungingi, Kota
Gorontalo. Gorontalo :
Universitas Negeri Gorontalo.
Rochman, Susilo Nur. 2015.
Pengaruh Latihan Senam Otak
(Brain Gym) Terhadap
Peningkatan Kemampuan
Memori Jangka Pendek Pada
Anak Tuna Grahita Ringan Di
SDLB ABC Swadaya Kendal.
Semarang : Universitas Negeri
Semarang.

39

You might also like