You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/345082912

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT TANAMAN PADI MENGGUNAKAN


FORWARD CHAINING DAN DEMPSTER SHAFER (Expert System for Diagnosis
Diseases of Rice Plant Using Forward Chaining and Dempste...

Article · January 2020

CITATIONS READS

0 121

2 authors, including:

Arik Aranta
University of Mataram
3 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Utilization of Hexadecimal Numbers In Optimization of Balinese Transliteration String Replacement Method View project

All content following this page was uploaded by Arik Aranta on 31 October 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


JTIKA, Vol. 2, No. 1, Maret 2020 ISSN:2657-0327

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT TANAMAN PADI


MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING DAN DEMPSTER SHAFER
(Expert System for Diagnosis Diseases of Rice Plant Using Forward Chaining and
Dempster Shafer)
Dianmita Ayu Putri*, Arik Aranta
Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62, Mataram, Lombok NTB, INDONESIA
Email: pdianmitaayu@gmail.com, arikaranta@unram.ac.id

Abstract
Rice (Oryza sativa) is one of the main commodities in Indonesia. One of the inhibitors of rice crop production is disease.
Rice plant diseases can be caused by pathogens, host plants or bad environment. The process of diagnosing rice
diseases requires expertise, knowledge and experience. This study aims to build an expert system that can diagnose 13
types of rice plant diseases from 43 symptoms based on the knowledge of 3 experts with forward chaining reasoning
methods and mobile-based dempster shafer calculation methods. The testing technique used is black box testing,
theoretical calculation testing, system accuracy testing and MOS (Mean Opinion Score) testing. The black box test
results state that the expert system has 100% compatibility in terms of functionality based on the test scenario being
carried out. The theoretical calculation test results state that the expert system calculations are in accordance with the
results of manual calculations. System accuracy testing results from 30 test cases get an accuracy of 81.11%. The
results of MOS testing conducted on 30 respondents produced MOS of 4.2 from a scale of 5 categorized into a good
system.
Keywords: Expert system, Rice plant disease, Forward Chaining, Dempster Shafer¸ Mobile
*Penulis Korespondensi

1. PENDAHULUAN tanaman padi [4]. Pengetahuan seorang pakar


dimanfaatkan dalam sistem pakar. Pengetahuan
Tanaman padi selalu menempati urutan pertama tersebut disimpan pada sebuah sistem untuk
dalam hal tingkat produksi tanaman pangan di melakukan pemecahan masalah yang tidak bisa
Indonesia terhitung dari tahun 2000 sampai tahun dipecahkan oleh orang awam[5].
2017 [1][2]. Salah satu penghambat pertumbuhan Sistem pakar menerapkan beberapa metode yang
produksi panen di Indonesia adalah penyakit tanaman dapat digunakan contohnya adalah forward chaining
padi. Apabila penyakit tersebut tidak dapat ditangani dan dempster shafer. Metode forward chaining dipilih
segera, maka kegagalan produksi atau gagal panen karena metode tersebut lebih tepat digunakan jika
akan dialami petani padi. Hal ini diketahui seperti fakta-fakta yang diberikan lebih banyak daripada
yang diketahui dari sekitar 20 Hektar tanaman padi kesimpulan yang akan disimpulkan [6]. Metode
milik petani di satuan pemukiman (SP) delapan Desa dempster shafer dipilih karena metode tersebut dapat
Sumber Makmur mengalami gagal panen akibat memberikan informasi tambahan berupa persentase
terserang penyakit [3]. tingkat keyakinan terhadap penyakit yang diderita
Untuk dapat melakukan diagnosis terhadap oleh suatu objek. Selain itu, kedua metode ini dipilih
penyakit tanaman padi, diperlukan adanya untuk digabungkan karena berdasarkan penelitian [7]
pengetahuan, keahlian dan pengalaman di bidang dan [8] yang menggunakan metode forward chaining
yang sama. Keterbatasan jumlah sumber daya dan dempster shafer didapatkan akurasi yang cukup
manusia yang memiliki pengetahuan, keahlian dan tinggi sebesar 90% dan 88,33%.
pengalaman untuk mendiagnosis penyakit pada Dalam implementasinya, kebanyakan sistem
tanaman padi terkadang menjadi kendala. Karenanya, pakar berbasis web dan mobile. Sistem pakar berbasis
diperlukan sebuah sistem pakar untuk dijadikan mobile dipilih karena memiliki keunggulan dapat
sebagai salah satu pemecah masalah di bidang digunakan secara offline, sehingga user dapat
pertanian, khususnya yang berkaitan dengan penyakit

http://jtika.if.unram.ac.id/index.php/JTIKA/ 248
JTIKA, Vol. 2, No. 1, Maret 2020 ISSN:2657-0327

menggunakannya dimana dan kapan saja tanpa harus Penelitian tentang sistem pakar menggunakan
khawatir dengan keberadaan jaringan internet. forward chaining dan dempster shafer yang telah
Untuk dapat mendiagnosis penyakit tanaman dilakukan sebelumnya [7][8]. Penelitian menggunakan
padi di Indonesia, penulis mengajukan sebuah dengan metode forward chaining dan dempster
penelitian untuk membangun sebuah sistem pakar shafer menghasilkan akurasi sebesar 90% dari 20 data
diagnosis penyakit tanaman padi menggunakan uji [7]. Penelitian menggunakan metode forward
forward chaining dan dempster shafer berbasis chaining dan dempster shafer memiliki akurasi
mobile. sebesar 88.333% dari 60 kasus yang diuji [8].

2. TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.2. Forward Chaining


Forward chaining adalah sebuah metode
2.1. Tinjauan Pustaka
penalaran yang dimulai dari mengumpulkan fakta-
Penelitian tentang sistem pakar menggunakan fakta untuk mendapat kesimpulan. Metode ini disebut
metode forward chaining yang telah dilakukan juga pencarian runut maju [10].
sebelumnya [9][10][11]. Penelitian dengan metode
forward chaining dapat mengidentifikasikan 16
macam penyakit padi beserta 26 gejalanya. Pengujian
fungsional menunjukan aplikasi yang dijalankan sesuai
dengan setiap kasus uji yang diberikan. Pengujian non
fungsional memberikan persentase sebesar 84.75%
[9]. Penelitian dengan metode forward chaining dan
certainty factor menggunakan 4 data hama dan 6 data
penyakit. Hasil diagnosis sistem dibandingkan dengan Gambar 1 Forward chaining
hasil diagnosis ahli dan memberikan akurasi sebesar Pada Gambar 1, Observasi merupakan kegiatan
73.81% [10]. Penelitian dengan metode forward melihat suatu gejala fisik pada sebuah objek yang
chaining dengan 18 data penyakit, 36 data gejala dan dilakukan oleh seorang pakar. Kegiatan ini terus
3 data keluhan pada bayi bawah lima tahun. Hasil menerus dilakukan sampai melakukan pengambilan
akurasi sistem sebesar 82% dengan 50 kasus [11]. kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh
Penelitian tentang sistem pakar menggunakan pakar [7].
metode dempster shafer yang telah dilakukan
sebelumnya [12][13][14]. Penelitian dengan metode 2.3. Dempster Shafer
dempster shafer menggunakan 8 data penyakit Secara teori dempster shafer ditulis dalam
tanaman padi. Hasil dari penelitian ini berupa interval yaitu [Belief, Plausability]. Belief (Bel) adalah
rancangan sistem pakar untuk mendeteksi penyakit tingkat kepastian atau kepercayaan evidence dalam
tanaman padi [12]. Penelitian dengan metode mendukung suatu himpunan proposisi. Nilai 0
demspter shafer menggunakan 9 data penyakit menandakan tidak ada kepastian sedangkan nilai 1
semangka serta 35 gejalanya. Hasil uji sistem sebesar menandakan kepastian. Plausability (Pl) juga memiliki
86% dari 21 kasus yang diuji [13]. Penelitian dengan nilai yang sama, 0 sampai 1. Jika yakin dengan X maka
metode dempster shafer menggunakan 19 data hama Belief(X) = 1 sehingga Pls = 0. Fungsi belief dan
dan 18 data penyakit tebu. Hasil pengujian akurasi plausability dituliskan pada persamaan (1) dan (2).
sebesar 86.67% dari 30 data uji [14]. (1)
𝐵𝑒𝑙(𝑋) = ∑ 𝑚(𝑌)
Penelitian tentang penerapan metode dempster
𝑌⊆𝑋
shafer untuk sistem mendeteksi penyakit tanaman (2)
′)
padi. Data yang digunakan yaitu 8 jenis penyakit 𝑃𝑙(𝑋) = 1 − 𝐵𝑒𝑙(𝑋 = 1 − ∑ 𝑚(𝑋′)
tanaman padi. Hasil dari penelitian berupa rancangan 𝑌⊆𝑋 ′
sistem pakar untuk mendeteksi penyakit tanaman Dimana:
padi. Saran yang untuk penelitian selanjutnya yaitu Bel(X) = Belief(X)
diharapkan menggunakan metode penalaran non- Pls(X) = Plausability(X)
monotonis yang berbeda dan dapat menerapkan m(X) = mass function dari (X)
metode dempster shafer pada sistem pakar berbasis m(Y) = mass function dari (Y)
mobile agar dapat mempermudah pengguna Secara umum, formulasi untuk dempster shafer’s
menjalankan aplikasi secara offline [12]. rule of combination dituliskan pada persamaan (3).

http://jtika.if.unram.ac.id/index.php/JTIKA/ 249
JTIKA, Vol. 2, No. 1, Maret 2020 ISSN:2657-0327

∑ 𝑚𝑙(𝑋)𝑚2(𝑌) (3)
𝑋∩𝑌=𝑍
𝑚1 ⊕ 𝑚2(Z) = LINGKUNGAN KONSULTASI LINGKUNGAN PENGEMBANG
1−𝑘
Dimana, k merupakan jumlah besarnya k dapat
dituliskan pada persamaan (4). Pengguna (petani) Pakar

(4)
𝑘 = ∑ 𝑚𝑙(𝑋)𝑚2(𝑌)
𝑋∩𝑌=𝜃 Antarmuka sistem
Gejala-gejala penyakit
Sehingga apabila persamaan (3) disubsitusikan pakar diagnosis
penyakit tanaman padi
tanaman padi
Pengetahuan pakar

dengan persamaan (4) akan menjadi persamaan (5).


∑ 𝑚𝑙(𝑋)𝑚2(𝑌) (5)
𝑋∩𝑌=𝑍
𝑚1 ⊕ 𝑚2(𝑍) = Fasilitas penjelas Hasil diagnosis Mesin inferensi Basis pengetahuan
1 − ∑𝑋∩𝑌=𝜃 𝑚𝑙(𝑋)𝑚2(𝑌)

Dimana:
Gambar 2 Desain arsitektur sistem pakar diagnosis
m1⊕m2(Z) = mass function dari evidence (Z)
penyakit tanaman padi[15]
m1(X) = mass function dari evidence (X)
Berikut merupakan penjelasan dari desain
m2(Y) = mass function dari evidence (Y)
arsitektur pada Gambar 1.
3. METODE PENELITIAN a. Pengguna (petani) merupakan para petani
yang nantinya akan melakukan diagnosis
3.1. Proses Penelitian
langsung terhadap tanaman padinya.
Proses penelitian sistem pakar ini dimulai dengan
b. Pakar, pada sistem ini digunakan sebanyak
melakukan studi literatur, pengumpulan data,
perancangan sistem, implementasi, pengujian sistem, tiga orang pakar yang mana dua orang berasal
dan penarikan kesimpulan [15]. dari UPTD BPT Pertanian Provinsi NTB yaitu
Irwan Hidayat, SP., dan Ir. INg Mandra, MSi.,
3.1.1. Studi literatur serta satu orang berasal dari UPTD Pertanian
Studi literatur, dilakukan dengan mengumpulkan, Kecamatan Labuapi yaitu Jaswandi, S.P.
membaca serta menganalisis berbagai jurnal yang c. Antarmuka, merupakan sarana komunikasi
berkaitan dengan sistem pakar, penyakit tanaman
antara pengguna dan sistem.
padi, metode penelitian forward chaining dan
d. Gejala-gejala penyakit, akan dimanfaatkan
dempster shafer. Hal tersebut dilakukan untuk
menambah wawasan serta mengetahui kelebihan dan untuk melakukan diagnosis penyakit tanaman
kelemahan dari penelitian sebelumnya. padi..
e. Pengetahuan pakar, digunakan untuk
3.1.2. Pengumpulan Data menentukan aturan-aturan untuk
Pada tahap ini, diawali dengan melakukan mendiagnosis penyakit tanaman padi.
wawancara dengan pakar terkait. Pertama, f. Fasilitas penjelas, merupakan penjelasan
wawancara dengan pakar di UPTD BPT Pertanian
mengenai bagaimana tindakan yang akan
Provinsi NTB yaitu Irwan Hidayat, S.P., untuk
mendapatkan data penyakit tanaman padi beserta dilakukan dalam menangani penyakit
gejala dan cara penanggulangannya. Kedua, tanaman padi hasil diagnosis yang dilakukan.
wawancara dilakukan untuk mendapatkan bobot g. Hasil diagnosis, merupakan menyajikan
kepercayaan dari gejala-gejala yang terdapat pada kesimpulan penyakit yang diderita oleh
setiap penyakit kepada pakar di UPTD BPT Pertanian tanaman yang telah didiagnosis.
Provinsi NTB yaitu Irwan Hidayat, SP., dan Ir. INg h. Mesin inferensi, digunakan mesin inferensi
Mandra, MSi., serta pakar di UPTD Pertanian
forward chaining sebagai penalaran dengan
Kecamatan Labuapi yaitu Jaswandi, S.P.
masukan beberapa gejala penyakit tanaman
3.1.3. Perancangan Sistem padi untuk mendapatkan kesimpulan. Selain
Desain arsitektur untuk sistem pakar diagnosis itu, diguanakan juga metode dempster shafer
penyakit tanaman padi dapat dilihat pada Gambar 2. dalam proses perhitungannya.

http://jtika.if.unram.ac.id/index.php/JTIKA/ 250
JTIKA, Vol. 2, No. 1, Maret 2020 ISSN:2657-0327

i. Basis pengetahuan, berisi kumpulan


pengetahuan pakar.

3.1.4. Implementasi
Implementasi sistem pakar menggunakan Flutter
sehingga dapat berjalan pada dua sistem operasi yaitu
Android dan IOS. Implementasi sistem pakar untuk
menu diagnosis penyakit terdapat pada Gambar 3
untuk tempat pemilihan gejala penyakit tanaman padi
yang diobservasi dan Gambar 4 merupakan hasil yang
ditampilkan berdasarkan proses diagnosis sistem
pakar, menu pupuk padi terdapat pada Gambar 5,
deskripsi penyakit terdapat pada Gambar 6 yang
merupakan halaman pilih penyakit yang akan dilihat
deskripsinya dan Gambar 7 merupakan detail
Gambar 7 Antarmuka Gambar 8 Antarmuka
deskkripsi penyakit yang dipilih sebelumnya, serta
detail penyakit panduan pengguna
untuk menu panduan pengguna terdapat pada
Gambar 8. 3.1.5. Pengujian Sistem
Pengujian sitem dilakukan untuk menguji
kelayakan sistem. Pengujian ini meliputi pengujian
menggunakan black box, “perhitungan teoritis”,
akurasi sistem dan MOS. Apabila dalam pengujian
sistem tidak bekerja sesuai dengan fungsinya dan
tidak dapat mendiagnosis lebih dari 50% kasus
penyakit tanaman padi, maka akan dilakukan analisa
kembali mulai ke tahap perancangan sistem

3.1.6. Penarikan Kesimpulan


Penarikan kesimpulan, dilakukan setelah
melakukan tahap pengujian sistem yang bertujuan
untuk memberikan informasi kesesuaian antara hasil
penelitian yang dilakukan dengan tujuan dilakukannya
Gambar 3 Antarmuka Gambar 4 Antarmuka penelitian yang telah dipaparkan.
pilih gejala hasil diagnosis
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengujian Black Box
Pengujian black box dilakukan dengan mengamati
dan memeriksa fungsionalitas dari sistem yang
dibangun [16]. Pengujian ini dilakukan pada 5 orang
mahasiswa Teknik Informatika dan dilakukan di
kediaman responden dan fakultas FKIP Universitas
Mataram. Hasil dari pengujian black box dapat dilihat
di Tabel I.

TABEL I. HASIL PENGUJIAN BLACK BOX


Fungsi Hasil
Fungsi menu diagnosis penyakit Valid
Fungsi menu pupuk padi Valid
Gambar 5 Antarmuka Gambar 6 Antarmuka Fungsi menu deskripsi penyakit Valid
pupuk padi daftar penyakit Fungsi menu panduan pengguna Valid

http://jtika.if.unram.ac.id/index.php/JTIKA/ 251
JTIKA, Vol. 2, No. 1, Maret 2020 ISSN:2657-0327

Berdasarkan Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa 0.085


m3{P05} = 1−.0.415 = 0.14225299
sistem pakar yang dibangun telah berjalan sesuai 0.415
dengan fungsinya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan m3{P04} = 1−.0.415 = 0.7094017
bahwa sistem pakar ini memiliki kesesuaian sebesar 0.085
m3{ϴ} = = 0.14225299
100% dari segi fungsionalitasnya berdasarkan 1−.0.415

skenario uji yang dilakukan. c. Gejala 3: Tanaman kerdil


Dilakukan observasi tanaman kerdil sebagai
4.2. Pengujian “Perhitungan Teoritis”
gejala yang terlihat pada tanaman padi.
Pada pengujian ini dilakukan pada 1 contoh kasus m4{P07,P08,P09,P10,P11,P12,P13}
untuk mengetahui kesesuaian perhitungan manual 0.83+1+0.83+1+0.83+0.5+0.7
dan perhitungan sistem pakar. Perhitungan ini = 7
= 0.83
dimisalkan pengguna memasukkan gejala seperti pada m4{ϴ} = 1-0.83 = 0.17
Tabel II.
TABEL IV. ATURAN KOMBINASI M5
TABEL II. CONTOH KASUS
m3 m4
Gejala Nama Penyakit Belief m4{P07,P08,P m4{ϴ} =
Bercak kehitaman (P04) Busuk batang 0.83 09,P10,P11,P 0.19
pada sisi luar 12,P13}=0.81
pelepah daun m3{P05}= {ϴ} = 0.81 x {P05} = 0.19
Malai mengerut (P05) Pelepah daun 0.5 0.14225299 0.14225299 = x
bendera 0.117692271 0.14225299
Tanaman kerdil (P07) Tungro 0.83 =0.0276068
(P08) Kerdil rumput 1
(P09) Kerdil hampa 0.83 m3{P04} = {ϴ} = 0.81 x {P04} =
(P10) Kahat nitrogen 1 0.7094017 0.7094017 = 0.19x
(P11) Kahat fosfor 0.83 0.574615377 0.7094017=
(P12) Kahat kalium 0.5 0.13478923
(P13)Kahat belerang 0.7 m3{ϴ} = {P07,P08,P09, {ϴ} = 0.19 x
Daun pendek (P08) Kerdil rumput 1 0.14225299 P10,P11,P12, 0.14225299
(P10) Kahat nitrogen 1 P13} = 0.81 x =0.0276068
a. Gejala 1: Bercak kehitaman 0.14225299 =
Dilakukan observasi bercak kehitaman sebagai 0.117692271
gejala yang terlihat pada tanaman padi. Sehingga, untuk m5 dapat dihitung sebagai
m1{P04} = 0.83 berikut:
0.0276068
m1{ϴ} = 1-0.83 = 0.17 m5{P05} = 1−0.117692271 = 0.089722
b. Gejala 2: Malai mengerut 0.13478923
m5{P04} = 1−0.117692271 = 0.4380654
Dilakukan observasi malai mengerut sebagai
m5{P07,P08,P09,P10,P11,P12,P13}
gejala yang terlihat pada tanaman padi. 0.117692271
m2{P05} = 0.5 = 1−0.117692271 = 0.3825
0.0276068
m2{ϴ} = 1-0.5 = 0.5 m5{ϴ} = 1−0.117692271 = 0.089722
d. Gejala 4: Daun kaku
TABEL III. ATURAN KOMBINASI M3
Dilakukan observasi daun kaku sebagai gejala
m1 m2 yang terlihat pada tanaman padi.
m2{P05} =0.5 m2{ϴ} =0.5 1+1
m6{P08,P10} = =1
m1{P04} {ϴ}= 0.5 x 0.83 {P04} = 0.5 x 2
=0.83 = 0.415 0.83= 0.415 m6{ϴ} = 1-1 = 0
m1{ϴ}= {P05}= 0.5 x {ϴ} = 0.5 x
0.17 0.17= 0.085 0.170.085

Sehingga, dapat dihitung sebagai berikut:

http://jtika.if.unram.ac.id/index.php/JTIKA/ 252
JTIKA, Vol. 2, No. 1, Maret 2020 ISSN:2657-0327

TABEL V. ATURAN KOMBINASI M7 4.3. Pengujian Akurasi Sistem


m5 m6 Pengujian akurasi sistem dilakukan oleh tiga pakar
m6{P08,P10} m6{ϴ} = 0 penyakit tanaman padi. Pengujian ini bertujuan untuk
=1 mengetahui kesesuaian hasil diagnosis pakar dengan
m5{P05} = {ϴ}=0.089722 {P05} = hasil diagnosis yang dilakukan oleh sistem pakar.
0.089722 x1= 0.089772 0.089722x0 Pengujian ini menggunakan 30 kasus uji yang
=0 dilakukan oleh pakar 1 yaitu Irwan Hidayat, S.P.,
m5{P04} = {ϴ}= {P04} = 0 pakar 2 yaitu Jaswandi, S.P., dan pakar 3 yaitu Ir. INg
0.4380654 0.4380654x1 Mandra M.Si. Data kasus uji ini diberikan oleh pakar 2.
= 0.4380654 Perbandingan diagnosis pengujian pakar dengan
m5{P07,P08 {P08,P10}=0.3 {P07,P08,P0 diagnosis sistem pakar yang memiliki nilai belief rata-
,P09,P10,P1 825 x 1 = 9,P10,P11,P rata ketiga orang pakar dapat dilihat pada Tabel VI.
1,P12,P13} 0.3825 12,P13}
= 0.3825 =0.3825 x 0 TABEL VI. HASIL PENGUJIAN AKURASI SISTEM
=0 Hasil Hasil Hasil Hasil
{ϴ} = {P08,P10} = {ϴ} = 0 Diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnosis
0.089722 0.089722 Sistem Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3
Sehingga, dapat dihitung sebagai berikut: Blas, 100% Blas Blas Blas
0.3825+0.089722 Tidak Blas, Hawar Hawar
m7{P08,P10} = 1−(0.089772+0.4380654) = 1
Diketahui Busuk Daun, Pelepah
m7{P05} = 0 Batang Bakteri Daun
m7{P04} = 0 Busuk
m7{P07,P08,P09,P10,P11,P12,P13} = 0 Batang
m7{ϴ} = 0 Busuk Batang, Busuk Busuk Busuk
Dari hasil perhitungan tersebut, nilai densitas 58.12% Batang Batang Batang
Kahat Kahat Kahat Kahat
tertinggi ada pada penyakit P08 dan P09 yaitu kerdil
Belerang, Belerang Belerang Belerang
rumput dan kahat nitrogen dengan persentase
58.51%
sebesar 100%. Setelah itu, dilakukan pemasukkan Kahat Kahat Kahat Kahat
gejala seperti pada Tabel II ke dalam 115ystem pakar. Nitrogen,100% Nitrogen Nitrogen Nitrogen
Sistem memberikan hasil diagnosis kerdil kerdil Kahat Kalium, Kahat Kahat Kahat
rumput dan kahat nitrogen dengan persentase 42.59% Kalium Kalium Kalium
sebesar 100.00% pada Gambar 9, sehingga Kahat Tungro Kahat Kahat
disimpulkan bahwa hasil perhitungan sistem telah Nitrogen, Nitrogen Nitrogen
Kahat Fosfor,
sesuai dengan hasil perhitungan manual.
68.07%
Tungro Tungro Tungro Tungro,
,40.04% Fosfor
Busuk Batang, Busuk Busuk Busuk
50.87% Batang Batang Batang
Blas, 100% Blas Blas Blas
Hawar Daun Hawar Hawar Hawar
Bakteri, 100% Daun Daun Daun
Bakteri Bakteri Bakteri
Kerdil Kerdil Kerdil Kerdil
Rumput, 100% Rumput Rumput Rumput
Blas, 100% Blas Blas Blas
Kahat Kalium, Kahat Kahat Kahat
58.61% Kalium Kalium Kalium
Kerdil Hampa, Kerdil Kerdil Kerdil
Gambar 9 Hasil diagnosis sistem pakar 100% Hampa Hampa Hampa

http://jtika.if.unram.ac.id/index.php/JTIKA/ 253
JTIKA, Vol. 2, No. 1, Maret 2020 ISSN:2657-0327

TABEL VI. LANJUTAN sebesar 81.11%. Adanya perbedaan pengetahuan dan


pengalaman menyebabkan perbedaan hasil diagnosis
Hasil Hasil Hasil Hasil
Diagnosis Diagnosis Diagnosis Diagnosis masing-masing pakar.
Sistem Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Selain itu juga, dihitung nilai akurasi sistem
dengan nilai belief masing-masing pakar. Akurasi
Hawar Daun Tungro Hawar Kerdil
sistem antara hasil diagnosis dengan pakar 1 dan
Jingga, 69.65% Daun Rumput,
sistem pakar menggunakan nilai belief pakar 1 adalah
Jingga Kahat
sebesar 63.33%. Akurasi sistem antara hasil diagnosis
Fosfor
dengan pakar 2 dan sistem pakar menggunakan nilai
Kerdil Hampa, Kerdil Kerdil Kerdil
belief pakar 2 adalah sebesar 76.67%. Akurasi sistem
100% Hampa Hampa Hampa
antara hasil diagnosis dengan pakar 3 dan sistem
Tungro, Tungro Tungro Tungro
pakar menggunakan nilai belief pakar 3 adalah
26.57%
sebesar 63.33%.
Kerdil Rumput, Kerdil Kerdil Kerdil
100% Rumput Rumput Rumput 4.4. Pengujian MOS (Mean Opinion Score)
Hawar Daun Hawar Hawar Hawar Pengujian MOS dilakukan untuk mengetahui
Bakteri, 100% Daun Daun Daun kelayakan sistem pakar yang dibangun berdasarkan
Bakteri Bakteri Bakteri pada tampilan yang diberikan, informasi yang
Busuk Busuk Busuk Busuk ditampilkan dan penggunaan sistem. Pengujian MOS
Batang,61.47% Batang Batang Batang dilakukan dengan pemberian bobot atas pertanyaan-
Hawar Hawar Hawar Hawar pertanyaan yang diberikan. Tabel VII merupakan
Pelepah Daun, Pelepah Pelepah Pelepah pembobotan pengujian MOS.
Pelepah Daun Daun, Daun Daun
Bendera, Pelepah TABEL VII. BOBOT NILAI PENGUJIAN MOS[15]
79.70% Daun MOS Keterangan Bobot Kelompok
Bendera SS Sangat setuju 5 Good
Kahat Kahat Kahat Tungro, S Setuju 4 Good
Belerang, Belerang Belerang Kahat
TT Tidak Tahu 3 Neutral
39,59% Nitrogen
TS Tidak setuju 2 Bad
Hawar Daun Hawar Hawar Hawar
STS Sangat Tidak setuju 1 Bad
Bakteri, 100% Daun Daun Daun
Setelah reponden menjawab setiap pertanyaan-
Bakteri Bakteri Bakteri
pertanyaan yang diberikan, kemudian dihitung
Hawar Daun Hawar Hawar Hawar
dengan rumus pada persamaan (1) [17].
Bakteri, 100% Daun Daun Daun ∑ 𝑆𝑖. 𝐵𝑖 (1)
Bakteri Bakteri Bakteri 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑝𝑖 =
𝑁
Hawar Daun Hawar Hawar Hawar Dimana:
Jingga, 42.36% Daun Pelepah Daun 𝑚𝑒𝑎𝑛 𝑝𝑖 : rata-rata skor setiap atribut
Jingga Daun Jingga pertanyaan
Kahat Fosfor, Tungro Kahat Kahat 𝑆𝑖 : jumlah responden yang memilih
50% Fosfor Fosfor setiap atribut jawaban
Kerdil Hampa, Kahat Pelepah Kahat 𝐵𝑖 : bobot setiap atribut pertanyaan
41.5% Nitrogen Daun Nitrogen 𝑁 : jumlah responden
Bendera Untuk mencari nilai MOS atau skor rata-rata
Kahat Kahat Kahat Kahat diberikan oleh responden pada seluruh atribut
Nitrogen, Nitrogen Nitrogen Nitrogen pertanyaan, digunakan persamaan (2) dalam
100% perhitungannya.
Pelepah Daun Pelepah Pelepah Pelepah ∑𝑛𝑖=0 𝑥(𝑖). 𝑘 (2)
Bendera, Daun Daun Daun 𝑀𝑂𝑆 =
𝑁
78.62% Bendera Bendera Bendera Dimana:
𝑥(𝑖) : Nilai sampel ke-i
Setelah dilakukan perhitungan nilai akurasi sistem 𝑘 : Jumlah bobot
untuk pakar 1, 2 dan 3. Hasil pengujian akurasi sistem 𝑁 : jumlah responden

http://jtika.if.unram.ac.id/index.php/JTIKA/ 254
JTIKA, Vol. 2, No. 1, Maret 2020 ISSN:2657-0327

Responden dalam pengujian ini yaitu 30 orang TABEL IX. HASIL PENGUJIAN MOS OLEH MAHASISWA
(terdiri dari 10 mahasiswa teknik informatika, 10 PERTANIAN
mahasiswa pertanian dan 10 orang petani padi). N Pertanyaan SS S TT TS STS Tot Mean
o (5) (4) (3) (2) (1) al pi
Setiap kelompok responden diberikan pertanyaan 1 Pertanyaan 1 - 7 2 1 - 10 3.6
yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat 2 Pertanyaan 2 4 5 1 - - 10 4.3
pemahamannya. Responden mahasiswa teknik 3 Pertanyaan 3 - 6 4 - - 10 3.6
4 Pertanyaan 4 2 7 - 1 - 10 4
informatika memahami tentang sistem, responden 5 Pertanyaan 5 1 4 5 - - 10 4.8
mahasiswa pertanian memahami tentang informasi Sub Total 7 29 12 2 - 50 20.3
MOS (Mean Opinion Score) 4.06
yang disajikan pada sistem yang dibangun serta
responden petani padi merupakan pengguna sistem Berikut isi kuisioner untuk responden mahasiswa
pakar biasa. Pengujian MOS dilakukan di kediaman Pertanian:
mahasiswa teknik informatika, fakultas pertanian dan a. Informasi yang ditampilkan (berupa gejala,
kediaman petani padi. penyakit dan solusi) sesuai/tidak
Pertama adalah pengujian MOS oleh 10 bertentangan dengan apa yang dipelajari di
mahasiswa teknik informatika, hasilnya dapat bangku perkuliahan.
diketahui pada Tabel VIII. b. Dengan adanya aplikasi ini dapat memberikan
informasi penanganan penyakit tanaman padi
TABEL VIII. HASIL PENGUJIAN MOS OLEH MAHASISWA
TEKNIK INFORMATIKA yang akurat.
No Pertanyaan SS S TT TS STS Tot Mean
c. Informasi yang ditampilkan aplikasi lengkap.
(5) (4) (3) (2) (1) al pi d. Pemilihan gambar pendukung sesuai dengan
1 Pertanyaan 1 4 4 2 - - 10 4.2
2 Pertanyaan 2 7 3 - - - 10 4.7 informasi yang ditampilkan.
3 Pertanyaan 3 6 2 2 - - 10 4.4
4 Pertanyaan 4 6 2 2 - - 10 4.4
e. Aplikasi akan tetap digunakan untuk
5 Pertanyaan 5 7 3 - - - 10 4.7 melakukan diagnosis penyakit tanaman padi.
Sub Total 30 14 6 - - 50 22.4
MOS (Mean Opinion Score) 4.48
Berikut isi kuisioner untuk responden mahasiswa Berdasarkan hasil pengujian MOS oleh mahasiswa
Teknik Informatika: pertanian pada Tabel IX diperoleh kesimpulan hasil
a. Penggunaan sistem pakar tidak membutuhkan perhitungan MOS sebesar 4.06. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa informasi yang ditampilkan
jeda waktu yang lama.
sistem pakar yang dibangun sudah baik.
b. Pemilihan dan penempatan icon-icon/gambar- Terakhir adalah pengujian MOS oleh 10 petani
gambar pada sistem pakar sudah sesuai padi, hasilnya dapat diketahui Tabel X.
dengan tema diagnosis penyakit tanaman
padi. TABEL X. HASIL PENGUJIAN MOS OLEH PETANI PADI
c. Penggunaan warna tampilan dan jenis huruf N Pertanyaan SS S TT TS STS Tot Mean
o (5) (4) (3) (2) (1) al pi
pada sistem pakar ini sudah sesuai dan serasi 1 Pertanyaan 1 - 4 5 1 - 10 3.3
2 Pertanyaan 2 2 5 3 - - 10 3.9
dengan tema diagnosis penyakit tanaman 3 Pertanyaan 3 2 7 1 - - 10 4.1
padi. 4 Pertanyaan 4 5 5 - - - 10 5
5 Pertanyaan 5 3 4 3 - - 10 4
d. Sudah baik dalam penempatan berbagai fitur Sub Total 12 25 12 1 - 50 20.3
MOS (Mean Opinion Score) 4.06
(seperti menu, button dll).
Berikut isi kuisioner untuk responden petani padi:
e. Tampilan yang diberikan menarik.
a. Aplikasi mudah dipahami dan digunakan.
Berdasarkan hasil pengujian MOS oleh mahasiswa b. Aplikasi ini dapat memudahkan petani dalam
teknik informatika pada Tabel VIII diperoleh untuk mengetahui penyakit tanaman padinya.
kesimpulan hasil perhitungan MOS sebesar 4.48. Nilai c. Aplikasi ini dibutuhkan oleh petani padi untuk
tersebut menunjukkan bahwa kualitas sistem pakar mengecek penyakit tanaman padinya sendiri.
yang dibangun sudah baik. d. Aplikasi ini dapat menambah pengetahuan
Kedua adalah pengujian MOS oleh 10 mahasiswa
petani mengenai informasi gejala dan
pertanian, hasilnya dapat diketahui pada Tabel IX.
penyakit tanaman padi beserta solusinya.

http://jtika.if.unram.ac.id/index.php/JTIKA/ 255
JTIKA, Vol. 2, No. 1, Maret 2020 ISSN:2657-0327

e. Aplikasi ini akan tetap digunakan untuk b. Sistem pakar ini diharapkan diberikan
melakukan proses mencaritahu penyakit penambahan fitur update basis pengetahuan.
tanaman padi milik petani.
UCAPAN TERIMA KASIH
Berdasarkan hasil pengujian MOS oleh petani padi Terimakasih diucapkan untuk semua yang terlibat
pada Tabel X diperoleh kesimpulan hasil perhitungan dalam penelitian ini, kepada para pakar yang sudah
MOS sebesar 4.06. Nilai tersebut menunjukkan bahwa menyempatkan waktu dan tenaga untuk membantu
sistem pakar yang dibangun mudah digunakan. penelitian ini tetap berjalan.
Setelah dilakukan perhitungan MOS terhadap 10
mahasiswa teknik informatika, 10 mahasiswa DAFTAR PUSTAKA
pertanian dan 10 petani, didapatkan MOS rata- [1] Kementrian Pertanian Republik Indonesia,
ratanya sebesar 4.2. Pertanyaan hasil kualitas sistem “Pencarian data dengan keluaran berdasarkan
ini berdasarkan pada Tabel VII dimana pada tabel Komoditas.” [Online]. Available:
tersebut diketahui bahwa sistem pakar berada pada https://aplikasi2.pertanian.go.id/bdsp/id/komod
rentang nilai MOS 4 sampai 5 yang dikelompokkan itas. [Accessed: 15-Sep-2019].
dalam kategori sistem good (baik). [2] Y. Mahmud and S. S. Purnomo, “Keragaman
Agronomis Beberapa Varietas Unggul Baru
5. KESIMPULAN DAN SARAN Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Pada Model
5.1. Kesimpulan Pengelolaan Tanaman Terpadu,” Ilm. Solusi, vol.
1, no. 1, pp. 1–10, 2014.
Berdasarkan pengujian dan analisis yang [3] Databoks, “Inilah Proyeksi Produksi Beras
dilakukan pada sistem pakar yang dibangun, diperoleh Nasional.” [Online]. Available:
kesimpulan sebagai berikut. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/201
a. Sistem pakar yang dibangun mampu 8/01/12/inilah-proyeksi-produksi-beras-nasional.
melakukan diagnosis terhadap 13 penyakit [Accessed: 15-Sep-2019].
tanaman padi berdasarkan pengetahuan tiga [4] T. Tumanggor, “Padi Terserang Cekek Leher,
orang pakar dan mampu memberikan hasil Petani Aekbolon Balige Terancam Gagal Panen,”
Medan Bisnis Daily, Toba Samosir, 11-Feb-2019.
yang sesuai dengan perhitungan manual. [5] Y. Nur, “Perancangan Sistem Pakar Penyuluh
b. Sistem pakar yang dibangun memiliki nilai Diagnosa Hama Padi dengan Metode Forward
akurasi sebesar 81.11% berdasarkan Chaining,” J. Tek. Elektro, vol. 7, no. 1, pp. 30–36,
pengujian akurasi kepada tiga orang pakar 2015.
[6] I. Akil, “Analisa Efektifitas Metode Forward
dengan menggunakan 30 kasus yang berbeda.
Chaining Dan Backward Chaining Pada Sistem
c. Sistem pakar yang dibangun memiliki nilai Pakar,” J. Pilar Nusa Mandiri, vol. 13, no. 1, pp.
MOS (Mean Opinion Score) sebesar 4.48 35–42, 2017.
untuk responden mahasiswa teknik [7] E. H. Wijaya and N. Hidayat, “Diagnosis Penyakit
informatika, 4.06 untuk responden mahasiswa Cabai Dengan Menggunakan Metode Forward
Chaining – Dempster-Shafer,” J. Pengemb.
pertanian dan 4.06 untuk responden petani
Teknol. Inf. dan ilmu Komput., vol. 2, no. 12, pp.
padi serta 4.2 untuk nilai rata-ratanya yang 7202–7208, 2018.
menunjukkan bahwa sistem layak digunakan [8] A. I. Friska, T. Rismawan, S. Bahri, and J. S.
dan dikategorikan ke dalam sistem yang baik. Komputer, “Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit pada Anak dengan Inference Forward
5.2. Saran Menerapkan Metode Dempster Shafer Berbasis
Saran dalam pengembangan sistem pakar ini agar Web,” Coding J. Komput. dan Apl. Untan, vol. 06,
no. 02, pp. 25–35, 2018.
menjadi lebih baik adalah sebagai berikut.
[9] J. L. A. Matheus, “Aplikasi Sistem Pakar
a. Sistem pakar ini diharapkan mampu
Identifikasi Penyakit Tanaman Padi Dengan
diterapkan dengan metode perhitungan yang Metode Forward Chaining Berbasis Android,”
berbeda lainnya untuk mendapatkan hasil Universitas Lampung, 2017.
diagnosis yang terbaik. [10] E. Agustina, “Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa
Hama Penyakit Tanaman Padi Menggunakan
Metode Forward Chaining Dan Certainty Factor,”

http://jtika.if.unram.ac.id/index.php/JTIKA/ 256
JTIKA, Vol. 2, No. 1, Maret 2020 ISSN:2657-0327

Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2017. Hama Penyakit Tanaman Tebu dengan Metode
[11] B. F. Yanto, I. Werdiningsih, and E. Purwanti, Dempster-Shafer,” J. Pengemb. Teknol. Inf. dan
“Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Ilmu Komput. Univ. Brawijaya, vol. 2, no. 3, pp.
Anak Bawah Lima Tahun Menggunakan Metode 1187–1193, 2018.
Forward Chaining,” J. Inf. Syst. Eng. Bus. Intell., [15] D. Hastari and F. Bimantoro, “Sistem Pakar untuk
vol. 3, no. 1, p. 61, 2017. Mendiagnosis Gangguan Mental Anak
[12] M. Ihsan, F. Agus, and D. M. Khairina, Menggunakan Metode Dempster Shafer,” J-
“Penerapan Metode Dempster Shafer Untuk Cosine, vol. 2, no. 2, pp. 71–79, 2018.
Sistem Deteksi Penyakit Tanaman Padi,” Pros. [16] A. Rosana, “Sistem pakar diagnosa penyakit kulit
Semin. Ilmu Komput. dan Teknol. Inf., vol. 2, no. pada manusia dengan metode dempster shafer,”
1, pp. 128–135, 2017. Universitas Mataram, 2019.
[13] E. R. Rusmin Saragih, Denny Jean Cross [17] K. A. Adinata and K. Hastuti, “Monitoring
Sihombing, “Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pengendalian Kualitas Rokok dengan
Kelapa Sawit Menggunakan Metode Dempster Menggunakan Algoritma Linear Regression,” E-
Shafer Berbasis Web,” J. Inf. Technol. Account., JURNAL JUSITI J. Sist. Inf. dan Teknol. Inf., vol. 6,
vol. 1, no. 1, p. 8, 2018. no. 2, pp. 52–60, 2018.
[14] Y. Nurcahyo, N. Hidayat, and R. S. Perdana,
“Pemodelan Sistem Pakar untuk Identifikasi

http://jtika.if.unram.ac.id/index.php/JTIKA/ 257

View publication stats

You might also like