You are on page 1of 8

ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 2018:2(1):25 –32 ISSN 2252-8075

AKTIVITAS FRAKSI ETANOL DARI EKSTRAK DAUN


Peronema canescens TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN
Plasmodium berghei
Dhea Prasiwi1, Agus Sundaryono2, Dewi Handayani3
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Universitas Bengkulu
e-mail : dheaprasiwi@gmail.com

Abstract
[THE ACTIVITY OF THE Peronema canescens LEAVES ETHANOL EXTRACTS FRACTION AGAINST Plasmodium
berghei GROWTH RATE ] The purpose of this research was to identify the secondary metabolites of compounds contained in
the fraction of ethanol from leaves of Peronema canescens (Sungkai) as well as to measure the level of activity of ethanol fraction
antiplasmodium leaf P.canescens against the male mice (Mus musculus) infected with Plasmodium berghei which is parasitic
hemaprotozoa that can cause malaria in rodents such as rats and mice as well as molecular similarity with the parasite
Plasmodium. falciparum that causes malaria in humans. The methods used in this study i.e. in maceration extraction methods to
attract secondary metabolite compounds from the leaves of P.canescens followed by oil bath method to get a fraction of ethano l
with the purpose of separating polar compounds from a mixture of secondary metabolite compounds contained in the sample leaf
P.canescens. Assay activity against antiplasmodium males mice infected with P. berghei is done by dividing into the 5 mice group
treatment i.e. Group K (-) that are quads, group K (+) given kloroquin anti malarial drug, and P1, P2, P3, which each group was
given a dose of ethanol fraction from leaves of P. canescens with each dose of 0.028 (P1); 0.056 (P2), and 0.0084 g/kgBB (P3).The
results of research conducted showed that administering ethanol fraction from leaves of P. canescens antimalarial activity can
increase with very real on the best dose of kg BB 0084 g i.e. with the percentage inhibition of 54.06%.

Keywords : Peronema canescens; Plasmodium berghei; Mus musculus.

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi golongandarisenyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam fraksi etanol
daridaun Peronema canescens(Sungkai) sertauntuk mengukurtingkat aktivitas antiplasmodium dari fraksi etanol daun P.canescens
terhadap mencit jantan ( Mus musculus) yang terinfeksi Plasmodium berghei yang merupakan parasit hemaprotozoa yang dapat
menyebabkan penyakit malaria pada hewan pengerat seperti tikus dan mencit serta memiliki kesamaan molekular dengan parasit
Plasmodium .falciparum penyebab malaria pada manusia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode ekstraksi
secara maserasi untuk menarik senyawa metabolit sekunder dari daun P.canescens yang dilanjutkan dengan metode fraksinasi
untuk mendapatkan fraksi etanol dengan tujuan memisahkan senyawa-senyawa polar dari campuran senyawa metabolit sekunder
yang terkandung pada sampel daun P.canescens. Uji aktivitas antiplasmodium terhadap mencit jantan yang terinfeksi P.berghei
dilakukan dengan membagi menjadi mencit 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok K(-) yang diberi aquades, kelompok K(+)
diberi obat antimalaria kloroquin, dan kelompok P1, P2, P3, yang masing-masing kelompok diberi dosis fraksi etanol dari daun
P.canescensdengan dosis masing-masing sebesar 0,028 (P1), 0,056 (P2), dan 0,0084 g/kgBB (P3). Hasil dari penelitian yang
dilakukan menunjukkan bahwa pemberian fraksi etanol dari daun P.canescens mampu meningkatkan aktivitas anti malaria dengan
sangat nyata pada dosis terbaik sebesar 0.084 g/kgBB yaitu dengan persentase penghambatan sebesar 54,06% .

Kata kunci : Peronema canescens; Plasmodium berghei; Mus musculus.

Di dalam metabolit sekunder antara lain adalah


PENDAHULUAN berupa senyawa-senyawa flavonoid, alkalod, ter-
penoid, steroid dan sebagainya [3], baik yang ter-
Berbagai tanaman sejak waktu yang lama
kandung di dalam sel tanaman ataupun mikro-
telah diketahui memiliki khasiat sebagai tanaman
organisme endofit pada tanaman tersebut [4]. Ke-
obat tradisional karena kandungan berbagai se-
beradaan dari berbagai senyawa inilah yang
nyawa kimia yang dikenal sebagai metabolit
menyebabkan adanya aktivitas anti oksidan dan
sekunder [1]. Metabolit sekunder dalam suatu ta-
anti bakteri dari suatu metabolit sekunder [5] se-
naman memiliki berbagai mekanisme yang mam-
hingga memiliki effek sebagai bahan obat-obatan
pu mengobati berbagai gejala penyakit pada ma-
[6] dan bahan anti mikroba [7]. Salah satu tanam-
nusia [2]. Berbagai kandungan senyawa kimia

Prasiwi D., Agus Sundaryono, Dewi Handayani 25


ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 2018:2(1):25 –32 ISSN 2252-8075

an obat yang telah biasa dimanfaatkan masyarakat digunakan hewan uji Mus musculus (mencit)
adalah tanaman Peronema canescens (sungkai) jantan yang terinfeksi P.berghei yang merupakan
[8]. Pemanfaatan tanaman ini antara lain yang se- parasit hemaprotozoa yang dapat menyebabkan
ring digunakan sebagai obat adalah bagian kulit penyakit malaria pada hewan pengerat terutama
batang dan daun [9]. Kandungan metabolit sekun- hewan pengerat kecilseperti tikus dan mencit [25].
der pada P. Canescens telah terbukti memiliki po- Hasil analisa molekuler, terdapat persamaan an-
tensi untuk digunakan sebagai bahan obat pada tara parasit malaria pada manusia (P.falciparum)
beberapa macam penyakit [10]. Selain itu perkem- dengan P. berghei pada tikus yang merupakan pa-
bangan pengobatan herbal sebagai upaya peng- rasit malaria Afrika. [26]. Kesamaan das-ar
obatan alternatif yang lebih murah dan mudah di- biologi P. berghei yang menyerang hewan pe-
dapatkan, serta memiliki khasiat yang sama dan ngerat mirip dengan P.falciparumyang menyerang
terbukti mampu untuk mengobati berbagai penya- manusia pada siklus hidup maupun morfologinya,
kit endemis seperti malaria.[11]. Penyakit malaria genetik dan pengaturan genomnya, fungsi dan
merupakan jenis penyakit endemis menular di struktur pada kandidat vaksin antigen target yang
daerah tropis di seluruh dunia yang disebabkan sama [27], sehingga P. berghei dapat digunakan
oleh protozoa Plasmodium falci-farum [12], yang pada hewan uji pada pe-nelitian malaria [28].
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles be- Penularan dari P.berghei mirip seperti parasit
tina [13]. Di dalam tubuh manusia, protozoa malaria pada manusia karena ditularkan oleh
P.falcifarum akan hidup danberkembang biak da- nyamuk Anopheles betina dan dapat menginfeksi
lam sel darah merah manusia [14], yang didalam hati setelah masuk ke pembuluh darah akibat
fase perkembangbiakannya akan mengakibatkan gigitan nyamuk tersebut [29]. Setelah mengalami
demam, menggigil, berkeringat, sakit kepala, mual perkembangan beberapa hari, parasit akan
atau muntah [15]. Sebaran kasus malaria di meninggalkan hati dan menyerang sel darah merah
Indonesia cukup tinggi di berbagai derah seperti sehingga menyebabkan anemia dan merusak
Provinsi Papua, Papua Barat, NTT, Maluku, organ-organ penting dalam tubuh seperti paru-paru
Maluku Utara, Bengkulu, Bangka Belitung, dan hati [30]. Selama infeksi alami, tahapan darah
Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo dari parasit meng-alami perkembangan yang tidak
[16]. Hingga saat ini pengobatan penyakit malaria sinkron dengan siklus haploid dari 22 jam [31].
selalu menggunakan obat anti malaria kloroquin Pada siklus aseksual P. berghei, parasit berkem-
(4-aminoquinoline) [17]. Saat ini telah mulai ter- bang menjadi gametosit dalam waktu 24 jam [32],
jadi gejala resistensi P.falcifarum terhadap yang sama dengan siklus hidup P.falcifarum pada
kloroquin yang diberikan [18]. Karena itu sangat umumnya. Setelah darah mencit terinfeksi P.
dibutuhkan penggunaan obat alternatif yang lebih berghei, parasit akan memasuki sel-sel parenkim
aman dan tidak menimbulkan efek sam-ping.[19]. hati dan dimulai stadium eksoeritrositikyang ter-
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa jadi sebelum memasuki eritrosit (eritrositik) dari
kandungan metabolit sekunder pada P.canescens daur hidupnya [33]. Di dalam sel hati parasit
mengandung senyawa-senyawa kimia yang me- tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi
rupakan bahan yang memiliki kemampuan anti merozoit [34].Sel hati yang mengandung parasit
mikroba [20], karena itu juga akan berpotensi akan menjadi rusak dan merozoit keluar dengan
sebagai bahan antiprotozoa [21]. Karena adanya bebas, sebagian akan berada di fagosit hati [35].
potensi dari tanaman P.canescens untuk meng- Siklus eritrositik dimulai saat merozit memasuki
obati penyakit malaria, maka perlu dilakukakan sel-sel darah merah [36], dimana parasit akan
pengujian terhadap aktivitas antiplas-modium dari tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh
kandungan metabolit sekunder yang terkandung sitoplasma yang membesar, bentuk tidak teratur
dalam daun P.canescens [22]. Metabolit sekunder dan mulai membentuk tropozoit [37]. Selanjutnya
dari P. canescens dapat larut dalam pelarut polar tropozoit berkembang menjadi skizon muda,
seperti etanol [23], karena itu fraksi etanol yang kemudian berkembang menjadi skizon matang dan
mengandung senyawa polar dari ekstrak daun membelah banyak menjadi merozoit [38]. Dengan
P.canescens diduga juga akan berpotensi sebagai selesainya pembelahan tersebut sel darah merah
anti-plasmodium pada mencit yang terinfeksi akan pecah dan rusak, merozoit, pigmen, dan sisa
Plasmodium berghei [24]. Pada penelitian ini sel akan keluar dan memasuki plasma darah [39].

Prasiwi D., Agus Sundaryono, Dewi Handayani 26


ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 2018:2(1):25 –32 ISSN 2252-8075

Parasit selanjutnya akan mulai memasuki sel darah untuk mengurangi kadar air yang terkandung
merah lainnya untuk mengulangi siklus skizogoni dalam daun dan agar senyawa yang terkandung di
[40].Tiap bahan atau obat antimalaria mempunyai daun tidak mengalami kerusakan. Setelah kering,
mekanisme penghambatan yang spesifik, begitu daun P. canescens dihaluskan dengan menggu-
pula senyawa-senyawa yang berasal dari tumbuh- nakan blender. Ekstraksi dengan metode maserasi
an [41]. Alkaloid, terpenoid, dan flavonoid yang bertujuan untuk mengisolasi senyawa yang
terdapat dari banyak tanaman yang memiliki akti- terkandung di dalam daun P. canescens. Hasil
vitas sebagai antiplas-modial, umumnya terjadi maserasi dipisahkan dengan meng-gunakan kertas
melalui peningkatan oksidasi sel darah merah dan saring dan filtrat yang diperoleh dikumpulkan.
menghambat sintesis protein plasmodium [42]. Filtrat yang diperoleh digabungkan men-jadi satu
Mekanismenya adalah setelah obat masuk secara dan selanjutnya filtrat dipekatkan meng-gunakan
oral ke dalam lambung, kemudian masuk ke usus rotary evaporator pada suhu 40 0C sampai
halus, maka akan terjadi absorbsi obat oleh sel diperoleh ekstrak etanol kental. Etanol (C2H5OH)
epitel, selanjutnya akan masuk ke pembuluh darah diketahui sebagai senyawa polar, sejumlah se-
dan sel target yaitu hati [43]. Hati merupakan nyawa yang mempunyai struktur kimia seperti
jaringan target obat karena akan bertindak sebagai alkaloid, flavonoid, dan fenolik megandung zat
reseptor kemudian mengalami metabolisme [44]. aktif antipro-tozoa yang umumnya senyawa ini
Di dalam hati terdapat enzim khusus yaitu sito- diisolasi dari tum-buhan tinggi. Senyawa me-
krom P450 yang dapat mengubah obat menjadi tabolit sekunder tersebut umumnya terdapat dalam
bentuk metabolitnya [45]. Obat tersebut yang fraksi etanol daun P.canescens kecuali terpenoid
awalnya bersifat tidak aktif, namun setelah di- (non polar). Di dalam fraksi etanol daun
metabolisis oleh P450, akan menjadi aktif meng- P.canescensini sendiri terkandung senyawa seperti
hasilkan senyawa metabolit yang bersifat toksik flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan fenolik
(biotoksifikasi) [46]. Hemoglobin di dalam sel yang dapat menurunkan pertumbuhan Plas-
darah merah akan menghasilkan asam amino yang modium.
merupakan nutrient bagi parasit tetapi juga se- Ekstrak etanol yang diperoleh difraksinasi
kaligus akan menghasilkan zat toksik berupa cair-cair terlebih dahulu dengan menggunakan
senyawa ferry protoporphyrin [47]. Hasil proses pelarut yang memiliki kepolaran bertingkat yaitu
metabolit obat aktif yang bersifat toksik dan pelarut n-heksana, etil aseta. Ekstrak etanol dile-
keberadaan zat toksik ferryprotoporphyrin kedua- takkan ke dalam corong pisah, kemudian ditam-
nya akan bereaksi membentuk suatu senyawa bahkan pelarut n-heksana dengan perbandingan
kompleks yang dapat meracuni vakuola sebagai 1:2, lalu dikocok secara perlahan hingga tercampur
nutrient (sumber nutrisi) bagi P.berghei sehingga dan didiamkan hingga tepat memisah menja-
parasit tersebut menjadi kelaparan dan kemudian di dua fase. Fraksinasi dengan n-heksana dila-
mati [48]. kukan berulang kali hingga fraksi n-heksana
berwarna bening. Dari hasil fraksinasi ini diperoleh
METODE PENELITIAN dua lapisan yaitu fraksi n-heksana dan residunya.
Fraksi n-heksana kemudian dipisahkan dari corong
Penelitian ini merupakan penelitian ekspe- pisah dan residu difraksinasi kembali dengan
rimen yang bertujuan untuk mengetahui potensi pelarut etil asetat dengan perbandingan 1:2, lalu
antiplas-modium daun Peronema canescens me- dikocok perlahan hingga tercampur dan didiamkan
lalui uji aktivitas antiplasmodium fraksi etanol hingga tepat memisah men-jadi dua fase. Frak-
daun P.canescens. Uji fitokimia dilakukan untuk sinasi dengan etil asetat dilakukan berulang kali
mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder hingga fraksi etil asetat berwarna bening. Dari
yang terdapat dalam daun P.canescens. adapun hasil fraksinasi pada tahap ini deperoleh dua fraksi
senyawa metabolit sekunder yang diuji yaitu uji yaitu etil asetat dan etanol. Fraksi etanol yang
flavonoid, alkaloid dengan menggunakan pereaksi didapat digunakan untuk uji aktivitas antiplas-
Mayer dan Wagner, uji tanin, uji saponin, uji modium terhadap mencit yang terinfeksi P.
steroid-terpenoid, dan uji fenolik. berghei. Jumlah mencit jantan yang digunakan
Sampel daun P.canescens yang diambil di- pada penelitian ini sebanyak 40 ekor mencit sehat
cuci bersih, kemudian dikeringkan dengan cara yang diadaptasikan terlebih dahulu selama satu
diangin-anginkan tanpa cahaya matahari langsung minggu, adapun umur mencit percobaan yang
Prasiwi D., Agus Sundaryono, Dewi Handayani 27
ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 2018:2(1):25 –32 ISSN 2252-8075

digunakan yaitu 2-4 bulan. Mencit dibagi menjadi Data analisis yang diperoleh dari hasil uji kuan-
5 kelompok perlakuan yang terdiri dari 5 ekor tiap titatif pada penelitian kemudian dianalisis dengan One
kelompok yaitu kelompok kontrol negatif /(K(-) Way Anova.
berupa mencit yang diinfeksi P.berghei diberi
aquades, kelompok kontrol positif /K(+) berupa HASIL DAN PEMBAHASAN
mencit yang diinfeksi P.berghei diberi obat
Kloroquin dengan dosis 0,012 mg/g bb serta 3 Sampel tanaman Peronema canescens di-
kelompok perlakuan P1, P2, dan P3 merupakan ambil di desa Seguring, Kecamatan Curup Utara,
mencit yang diinfeksi P.berghei diberi fraksi Kabupaten Rejang Lebong. Daun Peronema
etanol daun sungkai dengan dosis P1 = 0,028 canescens yang digunakan sebanyak 7,5 kg.
g/Kgbb, P2 = 0,056 g/Kgbb dan P3 = 0,084 Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari-
g/Kgbb. Setiap kelompok perlakuan terhadap April 2017 yang bertempatkan di Laboratorium
mencit dilakukan pengulangan sebanyak 5 kali. FKIP Kimia Unib dan Laboratorium SBIH Ruyani.
Pemeliharaan kelangsungan hidup P. berghei di- Hasil uji profil fitokimia pada daun P. canescens
lakukan dengan cara mentransfer darah mencit memperlihatkan adanya kandungan dari senyawa
yang telah terinfeksi ke mencit yang masih sehat, flavonoid, saponin, tanin, steroid, terpenoid, alka-
dengan mengambil darah mencit dari jantung loid, dan fenol. Pada proses maserasi dari serbuk
menggunakan spuit injeksi 1 mL yang sebelumnya kering daun seberat 3,254 kg direndam selama 7
telah diisi dengan antikoagulan larutan EDTA 2% hari dengan etanol 96% pada suhu kamar, kemu-
sebanyak 1 mL dan diinjeksikan ke mencit sehat dian disaring sehingga mendapatkan filtrat dan
dengan volume 0,2 mL secara intraperitonal. Pe- residu, yang selanjutnya dipekatkan menggunakan
meriksaan derajat parasitemia dilakukan bila in- rotary evaporator untuk memperoleh ekstrak
feksi telah mencapai sekitar 20-30%, dimana men- kasar etanol dari daun P. canescens seberat 248 g.
cit tersebut digunakan sebagai sumber pembuatan Ekstrak etanol kasar selanjutnya difraksinasi
inokulum dalam menginfeksi hewan coba. dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan
Jumlah P. berghei dalam darah mencit yang pelarut dengan kepolaran yang berbeda-beda
terinfeksi diamati menggunakan mikroskop cahaya menggunakan 2 pelarut yang tidak saling ber-
dengan perbesaran lensa okuler 10x dan lensa campur. Proses fraksinasi dilakukan terlebih dahu-
obyektif 100x. Untuk pengamatan dibuat preparat lu dengan mengencerkan ekstrak kasar dengan air
hapusan darah, setelah kering, difiksasi dengan al- pada perbandingan 1:1, dilanjutkan fraksinasi
kohol 96% selama 3 menit, kemudian dicuci de- pertama menggunakan pelarut n-heksana dengan
ngan air mengalir dan dikeringkan pada suhu ka- perbandingan n-heksana : ekstrak yaitu 2:1 se-
mar, selanjutnya preparat tersebut dicat dengan hingga terbentuk dua lapisan dimana lapisan atas
larutan giemsa 10% (1 tetes giemsa + 10 tetes merupakan fraksi n-heksanaberwarna hijau pekat
aquades) selama 45 menit, kemudian dicuci de- seberat 14,39 g. Fraksi etanol yang tersisa difrak-
ngan dengan air mengalir dan dikeringkan pada sinasi kembali dengan pelarut etil asetat dengan
suhu kamar. Perhitungan jumlah parasit P. berghei perbandingan 1:2 berberapa kali, sampai diperoleh
adalah : fraksi etil asetat yang berwarna bening. Dari proses
𝑃 (𝑑2−𝑑1)+𝑃(𝑑3−𝑑2)+⋯+𝑃(𝑑7−𝑑6)
fraksinasi ini diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi
% pertumbuhan= etanol masing-masing fraksi dengan berat 8,54 g
6
P[dx-(dx-1)]= % parasetemia hari ke-x - % parasetemia dan 7,03 g. Selanjutnya fraksi etanol yang dipe-
hari sebelumnya roleh sebagian digunakan untuk uji fitokimia dan
% Parasetemia adalahpresentase sel darah merah yang uji aktivitas antiplasmodium pada mencit terinfeksi
terinfeksi malaria yang dicari dengan persamaan : P. berghei. Hasil uji fitokimia fraksi etanol daun
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑖𝑛𝑓𝑒𝑘𝑠𝑖 P.canescens terbukti mengandung senyawa
% parasetemia= x 100% flavonoid, alkaloid, tanin, saponin, dan feno-
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑒𝑟𝑖𝑡𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡
𝑋𝑒
% penghambatan= 100% - [ x 100% ] dimana lik.Hasil pengamatan terhadap sel darah merah
𝑋𝑘
Xe=% pertumbuhan rata-rata parasit pada tiap Mus muculus yang terinfeksi oleh P.berghei dapat
kelompok uji dilihat pada Gambar 1.
Xk =% pertumbuhan rata-rata parasit pada tiap Dari Gambar 1 terlihat adanya perbedaan
kelompok kontrol negatif. karak-teristik dari eritrosit normal dan yang
terinfeksi, dimana eritrosit normal berwarna
Prasiwi D., Agus Sundaryono, Dewi Handayani 28
ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 2018:2(1):25 –32 ISSN 2252-8075

kekuningan dan tidak berinti, sedangkan eritrosit sehingga pertumbuhan P.berghei semakin mening-
yang terinfeksi P.bergheiterlihat lebih pucat, kat setiap harinya. Berdasarkan tabel di atas, per-
bertitik-titik dan lebih besar dibandingkan eritrosit sentase pertumbuhan P.berghei kelompok perla-
normal. Hasil uji perlakuan terhadap M. musculus kuan K(+), P1, P2, dan P3 paling kecil adalah
untuk setiap kelompok dapat dilihat pada Tabel 1. kelompok perlakuan P3 yaitu sebesar 0,70%. Data
Dari tabel terlihat persen penghambatan pada K(-) persentase penghambatan un-tuk setiap kelompok
memiliki persentase pengambatan 0,00% yang ar- perlakuan, nilai yang paling besar ditunjukkan oleh
tinya tidak ada apapun yang menghambat kelompok perlakuan P3 yaitu 54,06% dan nilai
P.berghei tersebut sehingga data rata-rata persen- yang paling kecil yaitu kelompok perlakuan K(+)
tase parasitemia dari hari pertama sampai ketujuh sebesar 31,42%. Dari data yang diperoleh dapat
pengamatan secara umum meningkat. dilihat bahwa dosis efektif untuk mengobati penya-
kit malaria yaitu sebesar 0,084 g/KgBB. Suatu
Eritrosit ekstrak dapat dikatakan memiliki sifat antiplasmo-
terinfeksi dial apabila dapat menurunkan tingkat parasitemia
lebih dari 30% [49]. Nilai pertumbuhan setiap
kelompok perlakuan selama tujuh hari pengamatan
Eritrosit dapat dilihat pada Gambar 2.
normal

Gambar 1 Pengamatan mikroskopik sel darah merah


pada mencit terinfeksi Plasmodium berghei.

Dari gambar terlihat adanya perbedaan ka-


rakteristik dari eritrosit normal dan yang
terinfeksi, dimana eritrosit normal berwarna keku-
ningan dan tidak berinti, sedangkan eritrosit yang
terinfeksi P. berghei terlihat lebih pucat, bertitik-
titik dan lebih besar dibandingkan eritrosit normal.
Gambar 2. Persentase parasitemia dari
Hasil uji perlakuan terhadap M.musculus untuk
berbagai kelompok perlakuan
setiap kelompok dapat dilihat pada Tabel 1. Dari
tabel terlihat persen penghambatan pada K(-)
Dari Gambar 2 tersebut dapat dilihat bahwa
memiliki persentase pengambatan 0,00% yang
kelompok perlakuan P3 merupakan kelompok yang
artinya tidak ada apapun yang menghambat
paling rendah persentase pertumbuhan parasi-
P.berghei tersebut sehingga data rata-rata per-
temianya diban-ding dengan kelompok perlakuan
sentase parasitemia dari hari pertama sampai
lainnya. P3 memiliki nilai hambatan P.berghei
ketujuh pengamatan secara umum meningkat.
yang paling besar. Sehingga dengan demikian
fraksi etanol daun P.canescensdosis maksimum
Tabel 1 Persentase pertumbuhan dan penghambatan
P.berghei untuk setiap kelompok perlakuan
yaitu 0,084 g/Kg BB mampu menghambat
penyakit malaria. Dapat dilihat dengan adanya pe-
nambahan dosis fraksi etanol daun P.canescens
Kelompok % %
senyawa yang terkandung didalamnya semakin
Perlakuan Pertumbuhan Penghambatan
K(-) 5,16 0,00
banyak sehingga mampu menghambat pertum-
K(+) 4,90 31,42
buhan parasitemia secara efektif. Hal ini diduga
P1 2,29 43,90
merupakan cara kerja obat antimalaria dalam
P2 1,50 50,05
menghambat pertumbuhan parasit pada darah
P3 0,70 54,06 mencit sehingga dapat menurunkan persentase
parasitemia selama tujuh hari pengamatan. Pada
penelitian ini terbukti bahwa fraksi etanol daun
Selain itu, nilai persentase pertumbuhan P. P.canescens memiliki kemampuan dalam men-
berghei kelompok K(-) adalah yang paling besar ghambat pertumbuhan parasit P.berghei dalam
Prasiwi D., Agus Sundaryono, Dewi Handayani 29
ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 2018:2(1):25 –32 ISSN 2252-8075

darah M.musculus (mencit) yang lebih baik 5. Oktarina,D.,Sumpono, Rina Elvia, Uji
dibandingkan dengan obat sintesis kloroquin. Effektivitas Asap Cair Cangkah Buah He-
vea brazilensis Terhadap Aktivitas
KESIMPULAN Bakteria Escherichia coli, Alotrop,
2017:1(1):1-5.
Fraksi etanol daun Peronema canescens 6. Musa ,N. S, Nadia Madiha Ramli, Jaznizat
terbukti dapat menghambat pertumbuhan para- Saidin,Yosie Andriani, Antioxidant and
sit Plasmodium berghei dalam sel darah merah Cytotoxicity Propertise Of Ethyl Acetate
Mus musculus jantan , dimana pada dosis 0,084 Fractions of Pandanus tectorius Fruit
g/kgBB memiliki persentase penghambatan yang Against HELA Cell Line, Alotrop, 2017:
paling besar dibandingkan dengan kelompok 1(2): 106-112.
perlakuan lainnya yaitu mencapai 54,06%. Dapat 7 Agustina, W., Sumpono, Rina Elvia,
disimpulkan bahwa fraksi etanol daun Peronema Aktivitas Asap Cair Cangkang Buah
canescens dengan dosis 0,084 g/kgBB adalah me- Hevea Brazilensis sebagai Anti Bakteri
rupakan dosis yang paling efektif dan dapat Staphylococcus aureus, Alotrop, 2017:
berpotensi sebagai antimalaria. Hasil penelitian 1(1):6-9.
menunjukkan bahwa fraksi etanol daun P. 8. Andriani, F, Agus Sundaryono, Nurhami-
canescens memiliki kemampuan dalam meng- dah, Uji Aktivitas Antiplasmodium Fraksi
hambat pertumbuhan parasit P.berghei dalam da- N Heksan Daun Peronema Canescens
rah M.musculus (mencit) yang lebih baik diban- Terhadap Mus Musculus, Alotrop, 2017:
dingkan dengan obat sintesis kloroquin. 1(1) 33-38.
Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk 9. Wati, I.L., , Hardiansyah, Sri Amintarti,
melakukan pemurnian terlebih dahulu terhadap Struktur Populasi Tumbuhan Sungkai
senyawa-senyawa pada fraksi etanol daun Perone- (Peronema canescens Jack.) di Desa
ma canescens sungkai untuk mengetahui struktur Belangian Kecamatan Aranio Kabupaten
dari senyawa yang berpotensi sebagai antimalaria. Banjar Kalimantan Selatan, Jurnal
Wahana-Bio, 2010:3: 60-71.
DAFTAR PUSTAKA 10. Ibrahim, A., Hadi Kuncoro , Identifikasi
1. Amir, H, Bambang Gonggo Murcitro, Uji Metabolit Sekunder dan Aktivitas Anti
Microtetrazolium (MTT) Ekstrak Metanol Bakteri Ekstrak Daun Sungkai(Peronema
Daun Phaleriamacrocarpa (Scheff.) Boerl canescens Jack.) Terhadap Beberapa
Terhadap Sel Kanker Payudara MCF7 , Bakteri Patogen, J. Trop. Pharm. Chem.
Alotrop, 2017:1(1):27-32. 2012:2(1): 8-18.
2. Andriani, Y., Habsah Mohamad, Kesaven 11. Simanjuntak, P. Tumbuhan Sebagai
Bhubalan, M.Iqmal Abdullah, Hermansyah Sumber Zat Aktif Antimalaria, .Jurnal
Amir., Phytochemical Analyses, Anti Penelitian Kesehatan, 1995:23(2) :1-11.
Bacterial And Anti-Biofilm Activities Of 12. Putra,T.R.I.,Malaria dan Permasalahan-
Mangrove-Associated Hibiscus tiliaceus nya, Jurnal Kedokteran Syiah Kuala,
Extracts and Fractions Againts Pseudomo- 2011:11(2):103-114.
nas aeruginosa, Journal of Sustainability 13. Hakim, L., Malaria: Epidemiologi dan
Science and Management (JSSM), Diagnosis, Aspirator, 2011:3(2):107-116.
2017:12(2): 45-51. 14 Mading,M., Rais Yunarko, Respon Imun
3. Pangestu, N.S, Nurhamidah, Elvinawati, terhadap Infeksi Parasit Malaria, Jurnal
Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri Vektor Penyakit, 2014:8(2):45–52.
Ekstrak Daun Jatropha gossypifolia L, 15 Sumolang, P.P.F., , Junus Widjaja, Hayani
Alotrop, 2017:1(1):15-19. Anastasia, Leonardo Taruk Lobo,
4. Kuntari, Z, Sumpono, Nurhamidah, Pemeriksaan Klinis dan Parasitologis
Aktivitas Antioksidan Metabolit Sekunder Penderita Malaria P. falciparum di
Bakteri Endofit Akar Tanaman Moringa Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara
oleifera L (Kelor), .Alotrop, 2017:1(2): 80- Tahun 2012, Jurnal Vektor Penyakit, 2013
84. : 7 (2): 9–14.

Prasiwi D., Agus Sundaryono, Dewi Handayani 30


ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 2018:2(1):25 –32 ISSN 2252-8075

16 Hasyim, H, Camelia, N, Fajar, N.A, genity In Mice (Mus muculus), Inter-


Determinan Kejadian Malaria di Wilayah national Journal of Science and
Endemis, Jurnal Kesehatan Masyarakat Engineering, 2014: 7(1):30-34.
Nasional , 2014:8(7): 291-294. 25. Wijayanti, M. A., Soeripto, N., Supar-
17 Muti’ah, R.., Penyakit Malaria dan giyono, Firi, L. E. ,Pengaruh Imunisasi
Mekanisme Kerja Obat-Obat Antima- Mencit dengan Parasit Stadium Eritrositik
laria. Jurnal Fakultas Sains dan Tekno- terhadap Infeksi Terhadap Parasitemia
logi UIN Malang, 2012: 2(1):80-91. Plasmodium berghei, .Berkala Ilmu
18 Nurhayati, Metode Penentuan Kedokteran,1997:29(2):53-59.
26. Darlina, Parasit Malaria Rodensia Sebagai
Resistensi Plasmodium vivax Terhadap
Model Penelitian Vaksin Dengan Teknik
Klorokuin, Majalah Kedokteran Nuklir, Buletin Alara, 2011:3(1):53-60.
Andalas, 2008: 32(2):117-126, 27. Harapini, P.M., Chairul, Uji Aktivitas
19 Syamsudin. Mekanisme Kerja Obat Antimalaria Secara In-Vivo Ekstrak Ki
Antimalaria. Jurnal Ilmu Indonesia. Pahit (Picrasma javanica) Pada Mencit
2005:3(1):37-40. yang Diinfeksi Plasmodium berghei
19 Widyawaruyanti, A, Zaini, N.C, Biodiversitas, 2007:8(2):111-113.
Syafrudin, Mekanisme dan Aktivitas 28. Asmilia, N., Sugito, Erdiansyah Rahmi,
Antimalaria dari Senyawa Flavonoid yang Niko Febrianto., PengaruhE kstrak Etanol
Diisolasi dari Cempedak (Artocarpus Daun Jaloh (Salix Tetrasperma Roxb)
Champeden) JBP , 2011:13(2):67-77. Terhadap Persentase Parasitemia Pada
20. Ningsih, A., Ibrahim A. Aktifitas Mencit (Mus musculus) yang Diinfeksi
Antimikroba Ekstrak Fraksi n-Heksan Plasmodium berghei, Jurnal Kedokteran
Daun Sungkai (Peronema canescens. Jack) Hewan, 2010 :4(1):39-43.
terhadap beberapa Bakteri dengan Metode 29. Hutomo,R., Sutarno,Wien Winarno, Kus-
mardi, Uji Antimalaria Ekstrak Buah
KLT-Bioautografi, J. Trop. Pharm.
Morinda citrifolia dan Aktivitas Makrofag
Chem. 2013: 2(2):76-82. pada Mencit (Mus musculus) Setelah Di-
21 Kusriani, R.H., As’ari Nawawi, Taufik infeksi Plasmodium berghei, Biofarmasi,
Turahman, Uji Aktivitas Antibakteri 2005:3(2):61-69.
Ekstrak dan Fraksi Kulit Batang Dan Daun 30. Natalia, D., Peranan Trombosit Dalam
Sungkai (Peronema Canescens Jack) Patogenesis Malaria, MKA, 2014:37(3):
Terhadap Staphylococcus Aureus Atcc 219-225.
25923 dan Escherichia Coli ATCC 31. I Gede Wempi D.S.P Analisis Pemeriksaan
25922 Jurnal Farmasi Galenika, Laboratorium Pada Penderita Malaria,
2016:2(1):8-14. Balaba, 2012 :8(2):58-59.
22. Ramadenti. F, Agus Sundaryono. ,Dewi 32. Intan, P.R., Tri Wahyuni Lestari, Yulvian
Handayani, Uji Fraksi Etil Asetat Daun Sani, Studi Histopatologi Pasca Pemberian
Sungkai Terhadap Plasmodium Berghei Ekstrak Campuran Kulit Batang Pulai
Pada Mus Musculus. Alotrop, 2017:l(2): (Alstonia scholaris L.R.Br.) dan Meniran
94-97. (Phyllanthus niruri L.) pada mencit ter-
23. Ahmad, I., Arsyik Ibrahim, Bioaktivitas infeksi Plasmodium berghei, Jurnal
Ekstrak Metanol dan Fraksi N-Heksana Kedokteran Yarsi, 2017:25(1):10-22.
Daun Sungkai (Peronema canescens Jack) 33. Titiek Hidayati, Akrom, Respon Imum
Terhadap Larva Udang (Artemia salina Pada Infeksi Malaria, Mutiara Medika,
Leach), Jurnal Sains dan Kesehatan, 2015 2003:3(2):91-101.
:1(3):114-119. 34. Maryanti, E., Epidemiologi Kriptospori-
24. Yani, A.P., Agus M.H. Putranto, Examina- diosis, Jurnal Ilmu Kedokteran, 2011:
tion of The Sungkai,s Young Leaf Extract 5(1):1-6.
(Peronema canescens) As An Antipiretic, 35. Rahmah,Z., Malaria Pada Kehamilan dan
Immunity, Anti plasmodium and Terato- Konsekuensinya Pada Ibu dan Janin,

Prasiwi D., Agus Sundaryono, Dewi Handayani 31


ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Kimia, 2018:2(1):25 –32 ISSN 2252-8075

Journal of Islamic Medicine, 2017: 1(1) : 44. Gitawati, R., Interaksi Obat Dan Beberapa
30-43. Implikasinya, Media Litbang Kesehatan,
36. Parera, M., Tiala, M.E. Potensi Vaksin 2008:18(4):175-184.
Plasmodium Falciparum Fase Praeritro- 45. Kadri, H., Hemoprotein dalam Tubuh
siter RTS,S Sebagai Imunoprofilaksis Pada Manusia, Jurnal Kesehatan Andalas, 2012:
Pelancong, Intisari Sains Medis, 2012: 1(1):22-30.
1(1):29-35. 46. Murray, RK., Metabolism of xenobiotics.
37. Wangi, Y.S., I Wayan Sumardika, Doxy- In : Murray RK, Granner DK , Rodwell
cycline sebagai Kemoprofilaksis Malaria VW, editors. Harper’s Illustrated Bio-
untuk Wisatawan, CDK-229, 2015: 42(6): chemistry. 27 th ed . United States : The
462-465. Mc Graw–Hill Companies, 2006:633-640.
38. Desrinawati, Rapid Manual Test sebagai 47. Simamora, D., Loeki Enggar Fitri., Resis-
Alat Diagnostik Malaria sebagai Alat Di- tensi Obat Malaria: Mekanisme dan Peran
agnostik Malaria falciparum, Sari Pediatri, Obat Kombinasi Obat Antimalaria Untuk
2002: 4(3):147–151. Mencegah, Jurnal Kedokteran Brawijaya,
39. Murtihapsari., E.C., Potensi Penemuan 2007:23(2):82-91.
Obat Antimalaria Baru Dari Laut Indo- 48. Rosenthal P.J., Antimalarial Drug
nesia, Squalen, 2010:5(3):86-91. Discovery: Old and New Aproach. The J.of
40. Wijayanti, T., Malaria Sebagai Penyakit Exp.Biol, 2003: 206:3735-3744.
Zoonosis, Balaba, 2012:8(2):46-50. 49. Praptiwi., Chairul., Pengaruh Pemberian
41. Kakisinaa,P., Abdul Mahid Ukratalob, Ekstrak Pauh Kijang (Irvingia malayana
Efek Ekstrak Metanol Kulit Batang Pohon Olivex.A.Benn) terhadap Tingkat Penuru-
Pule (Alstonia scholaris L.R. Br) Terha- nan Parasitemia pada Mencit yang Diin-
dap Penurunan Parasitemia Mencit (Mus feksi Plasmodium berghei, Biodiversitas
musculus) Terinfeksi Plasmodium berghei 2008 : 9(2):96-98.
Anka Secara In Vivo, Molucca Medica,
2011:4(1):49-60. Penulisan Sitasi artikel ini ialah
42. Muti’ah, R., Penyakit Malaria dan Meka- Prasiwi, D., Agus Sundaryono, Dewi Handayani
nisme Kerja Obat-obat Antimalaria,, Aktivitas Fraksi Etanol Dari Ekstrak Daun
Alchemy, 2012:2(1):80-91. Peronema canescens Terhadap Tingkat Pertum-
43. Al Farisi, S., Al Munawir, Zahrah Febi- buhan Plasmodium berghei., Alotrop, 2018: 2(1):
anti, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Buah 25-31.
Bruguiera gymnorrhiza pada Tikus (Rattus
norvegicus), e-Jurnal Pustaka Kesehatan,
2015:3(2):230-234.

Prasiwi D., Agus Sundaryono, Dewi Handayani 32

You might also like