You are on page 1of 11

Artikel Ilmiah

PENGARUH DIABETES MELLITUS, HIPERTENSI,


DAN PEKERJAAN TERHADAP TAJAM PENGLIHATAN

ABSTRAK

Sudirman1), Dwi Soelistya DJ2)., Yayuk Andayani2)


1)Mahasiswa Magister Pendidikan IPA, UNRAM,
2)Dosen Pascasarjana Program Magister Pendidikan IPA, UNRAM,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh diabetes mellitus,


hipertensi, interaksi diabetes mellitus dan hipertensi serta pekerjaan terhadap
tajam penglihatan. Penelitian ini merupakan penelitian noneksperimental
dengan metode cross-sectional, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 73
responden dari 244 orang populasi yang berumur 40 tahun keatas yang
diambil secara simple random sampling di Puskesmas Kopang, Lombok
Tengah. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan Kruskall Wallis dengan
taraf signifikasi p<0.05 diperoleh, diabetes mellitus berpengaruh secara
signifikan terhadap tajam penglihatan yaitu sebesar 42.5%, hipertensi
berpengaruh secara signifikan terhadap tajam penglihatan yakni sebesar 47.9%,
interaksi diabetes mellitus dan hipertensi berpengaruh secara signifikan terhadap
tajam penglihatan yaitu sebesar 35.6% serta pekerjaan berpengaruh secara
signifikan terhadap tajam penglihatan sebesar yaitu 42.5%.
Kata Kunci : Diabetes Mellitus, Hipertensi, Pekerjaan, Tajam Penglihatan

Influences of Diabetes Mellitus, Hypertension and Occupation


on Visual Acuity

ABSTRACT

Sudirman1), Dwi Soelistya DJ2)., Yayuk Andayani2)


1)
Student of Magister Program of Science Education, Post Graduate, UNRAM
2)
Lectures of Magister Program of Science Education, Post Graduate, UNRAM

The aim of this study was to evaluate the influence of diabetes mellitus,
hypertension, interaction of diabetes mellitus, hypertension and occupation to
visual acuity. This study is non experimental with cross-sectional method and was
carried out involving 73 respondents as sample from a population of 244 people
aged 40 years, who were taken by simple random sampling in Kopang Primary
Health Care, Central Lombok. Based on Statistical analysis, this study revealed
that the diabetes mellitus was significantly (P <0.05) influenced to visual acuity
was equal to 42.5%. Hypertension was significantly (P <0.05) influenced to visual
acuity was equal to 47.9%. Interaction of diabetes mellitus and hypertension were
significantly (P <0.05) influenced to visual acuity was equal to 35.6%. Occupation
was significantly (P <0.05) influenced to visual acuity was equal to 42.5%, it
mean that outdoor activity at 10:00 to 14:00 without eye protection was found in
42.5% of those with low vision.
Keywords : Diabetes Mellitus, Hypertension, Occupation, Visual Acuity
PENDAHULUAN

Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab


kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Untuk
mengetahui tajam penglihatan dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan
kartu Snellen (Snellen Chart) atau tumbling E (Fitriani, 2009). Penyebab tersering
turunnya tajam penglihatan adalah katarak dan penyakit yang mempengaruhi
retina (Guyton, 1996) diantaranya diabetes (Guyton, 1996) dan hipertensi
(Ocampo, 2009) sehingga diduga diabetes dan hipertensi berkaitan dengan tajam
penglihatan. Pekerjaan yang banyak terpapar sinar matahari akan mengakibatkan
terkena sinar ultraviolet (Ziahulhak, 2007), sinar ultraviolet diperkirakan
mempengaruhi tajam penglihatan.
Penduduk di Puskesmas Kopang mayoritas pekerjaannya sebagai petani
(42.79%), persentase penduduk miskin (pra sejahtera) sebesar 37.41% dan
41.83% penduduknya belum pernah sekolah atau tidak tamat Sekolah Dasar (SD)
(BPS Kecamatan Kopang Dalam Angka, 2008) dan prevalensi katarak di Lombok
sebesar 11.6% (Agustiawan, 2006). Data diatas menggambarkan bahwa penduduk
disekitar Puskesmas Kopang memiliki keadaan sosial ekonomi dan tingkat
pendidikan yang masih rendah, hal inilah yang menyebabkan kurangnya akses
informasi dan pengetahuan kesehatan pada masyarakat, sehingga akan
menimbulkan ketidakberdayaan dan ketidaktahuan masyarakat tentang kesehatan
mata.
Puskesmas Kopang merupakan salah satu dari 2 (dua) puskesmas yang
ditunjuk oleh pemerintah pusat dan daerah melalui Dinas Kesehatan NTB yang
bekerjasama dengan Helen Keller Internasional untuk dijadikan proyek
percontohan diselenggarakannya kegiatan operasi mata sejak tahun 2005. Pada
tahun 2008 dari 1739 pasien yang memeriksakan diri di Puskesmas Kopang, 1464
orang dinyatakan positif menderita katarak, sebanyak 35.60% ditunda operasinya
karena menderita diabetes dan 31.81% karena hipertensi. Hal ini berarti, tingginya
angka kejadian katarak diatas diduga disebabkan oleh penyakit diabetes mellitus
dan hipertensi.
Tujuan dari penenilitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh diabetes
mellitus, hipertensi, interaksi diabetes mellitus dan hipertensi serta mengetahui
pengaruh pekerjaan terhadap tajam penglihatan di Puskesmas Kopang. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan, sehingga
dapat dimanfaatkan dalam upaya pencegahan tajam penglihatan yang menurun
(low vision) sedini mungkin di masyarakat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kopang, Lombok Tengah mulai April


sampai Mei 2010. Rancangan penelitian adalah cross sectional dengan jumlah
sampel 73 responden yang berumur 40 tahun keatas yang diambil secara simple
random sampling. Pengukuran tajam penglihatan menggunakan Tumbling E,
untuk menentukan diabetes dilakukan pengukuran glukosa darah sewaktu (≥ 200
mg/dl) dengan Accu Check Active dan pengukuran hipertensi (≥140/90 mmHg)
ditentukan dengan Automatic Blood Pressure, serta data pekerjaan diambil dengan
wawancara langsung mengenai aktivitas responden dari jam 10.00 sampai 14.00

2
wita tanpa pelindung mata, untuk mengetahui signifikasi data di analisis
menggunakan uji Mann – Whitney menggunakan program SPSS versi 16.0
dengan tingkat kepercayaan 95% (α =0.05).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Pengaruh Diabetes Mellitus Terhadap Tajam penglihatan


Uji statistik mengenai diabetes mellitus dengan tajam penglihatan ternyata
berpengaruh secara signifikan (p<0.05) dengan Odd Ratio (OR ) = 20.667 dan
Confidence Interval (CI) = 5.308-80.464, artinya responden yang menderita
diabetes besar kemungkinannya mengalami resiko low vision, dalam penelitian ini
ditemukan responden yang mengalami diabetes mellitus mengalami low vision
sebesar 42.5% (Gambar 2).
Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Bener, et.al., (2006) yang
dilakukan di Doha Qatar pada umur 50 tahun keatas dengan sampel 96.348 orang,
ditemukan diabetes tipe 2 beresiko mengalami low vision (resiko relatif =1.32
dengan interval kepercayaan (CI) 95% =1.13-1.54). Hampir setengah dari
responden yang mengalami low vision menderita diabetes mellitus (44.7%),
sehingga menyimpulkan diabetes mellitus tipe 2 secara signifikan berpengaruh
terhadap low vision.

45 42.5

40 35.6
35

30
Persentase

25

20 17.8

15

10
4.1
5

0
Non Diabe tes Diabetes

DIABETES

Normal Low Vision

Gambar 2. Grafik Diabetes Dengan Tajam Penglihatan

Lebih lanjut penelitian Khandekar (2009) pada 350 responden di Oman,


ditemukan prevalensi terjadinya diabetes mellitus sebesar 55% dan berhubungan
secara signifikan terhadap katarak, katarak merupakan salah satu penyebab
turunnya tajam penglihatan (CI 95%=49.6–60.1). Rata – rata umur pada diagnosa
pertama menderita diabetes mellitus pada umur 44 tahun (SD = 12.6 tahun), 184
responden (52%) menderita diabetes lebih dari 10 tahun. Penelitian Idil, et.al.
(2004), menilai prevalensi yang berhubungan dengan low vision akibat diabetes
mellitus telah diperiksa responden yang berumur 30 tahun keatas yang dilakukan

3
di Turki dengan populasi 96.348 orang. Hasilnya diabetes mellitus menyebabkan
turunnya tajam penglihatan sebesar (42%).
Adanya pengaruh yang erat antara diabetes dengan tajam penglihatan
karena diabetes dapat mempengaruhi kejernihan lensa dan kemampuan/kekuatan
refraksi lensa, serta dapat menyebabkan daya akomodasinya menurun, akibatnya
terjadi low vision (Rosenfeld dan Blecher, 2006d). Dalam penelitian ini responden
yang mengalami diabetes mellitus diperkirakan mengalami penyakit retinopati
diabetes , hal ini berdasarkan dari 34 responden yang menderita diabetes, 55.9%
mengalami diabetes mellitus selama ≥ 5 tahun, dan menyebabkan terjadinya low
vision sebesar 52,9%, dalam penelitian ini juga ditemukan kebanyakan responden
sudah menderita diabetes mellitus selama 6 tahun (26.5%), tetapi tidak melakukan
diagnosa tejadinya diabetik retinopati.
Penelitian Bener et.al., (2006) menemukan, diabetes retinopati
berpengaruh terhadap tajam penglihatan (OR=1.71; CI=1.39-2.10). Lebih lanjut
Khandekar, et.al. (2009) menyatakan, angka kejadian retinopati diabetes
dipengaruhi tipe dan durasi penyakit diabetes melitus (DM). Pada DM tipe I
(insulin dependent atau juvenile DM ), yang disebabkan oleh kerusakan sel beta
pada pankreas, umumnya responden berusia muda (kurang dari 30 tahun),
retinopati diabetes ditemukan pada 13 persen kasus yang sudah menderita DM
selama kurang dari 5 tahun, yang meningkat hingga 90 persen setelah DM diderita
lebih dari 10 tahun. Pada DM tipe 2 (non-insulin dependent DM), yang
disebabkan oleh resistennya berbagai organ tubuh terhadap insulin (biasanya
menimpa usia 30 tahun atau lebih), retinopati diabetes ditemukan pada 24-40
persen responden penderita DM kurang dari 5 tahun, yang meningkat hingga 53-
84 persen setelah menderita DM selama 15-20 tahun. Sebuah penelitian di Iran
pada responden dengan Noninsulin Dependent Diabetes Mellitus (NDDM) dengan
lama menderita diabetes selama 6.9 tahun, ditemukan angka terjadinya DR
sebesar 8.9% (Gunaid, 2004). Analisis dengan regresi logistic menunjukkan
bahwa low vision karena retinopati diabetes disebabkan menderita diabetes selama
≥15 tahun (Idil, et.al., 2004). Lebih lanjut Khandekar (2003) melakukan penelitian
di Oman pada 350 responden yang menderita diabetes mellitus selama ≥15 tahun,
ditemukan sebanyak 101 (29%) responden mengalami retinopati diabetes .
Papente (2009) menyatakan, komplikasi diabetes mellitus pada mata
dapat terjadi berupa retinopati diabetes. Retinopati diabetes merupakan
komplikasi yang sering dijumpai pada penderita diabetes mellitus menahun.
Retinopati diabetes dapat menyebabkan gangguan penglihatan dari yang ringan
sampai kebutaan (Papente, 2009b).
Hasil penelitian ini diperkirakan merupakan jenis diabetika renitopati
nonproliferatif karena hasil penelitian menunjukkan kebanyakan telah terjadi
diabetes selama 6 tahun, hal ini sesuai dengan pernyataan Papente (2009 a) bahwa,
diabetika nonproliferatif didasarkan atas adanya riwayat sakit diabetes pada
penderita yang sudah berlangsung sejak 6 tahun yang lalu, dengan gula darah
yang tidak terkontrol, lebih lanjut Papente (2009b) menambahkan, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya retinopati diabetes yaitu lamanya
diabetes mellitus, semakin lama diabetes diderita, lebih besar kemungkinan
timbulnya retinopati diabetes. Dikatakan setelah 7 tahun menderita diabetes, maka
50% penderita akan mengalami retinopati diabetes.

4
         Faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadi retinopati diabetes ini adalah
kontrol terhadap diabetes mellitusnya. Pengawasan yang baik mengurangi
frekuensi atau memperlambat timbulnya retinopati diabetes. Terutama bila
pengawasan yang baik ini dilaksanakan pada tahun-tahun pertama membawa
pengaruh baik yang lebih besar. Dari hasil penelitian ternyata bahwa frekuensi
retinopati pada penderita diabetes dengan pengawasan yang baik yaitu 36 – 38%,
sedangkan penderita yang tidak mendapat pengawasan yang baik mencapai 50-
60% (Papente, 2009b).

2. Pengaruh Tekanan Darah Terhadap Tajam penglihatan


Pengaruh antara hipertensi dengan tajam penglihatan berdasarkan hasil
analisis statistik ternyata berpengaruh secara signifikan (p < 0.05), dengan Odd
Ratio (OR ) = 6.364 dan Confidence Interval (CI) = 2.230-18.157, artinya
responden yang mengalami hipertensi kemungkinan besar akan mengalami resiko
terjadinya low vision. Dalam penelitian ini ditemukan, responden yang menderita
hipertensi besar kemungkinannya mengalami low vision sebesar 47.9% (Gambar
3).
Penelitian dilakukan oleh Bener, et.al., (2006) pada umur 50 tahun keatas
di Doha Qatar dengan 96.348 responden ditemukan bahwa hipertensi beresiko
mengalami low vision (OR=1.30;CI=1.11-1.52). Hipertensi secara signifikan
berpengaruh terhadap low vision. Analisis lanjut dengan regresi logistic
menunjukkan bahwa low vision disebabkan menderita hipertensi (Idil, et.al.,
2004).

47.9
50
45
40
35
Persentase

30 24.7
25
20 15.1
12.3
15
10
5
0
Non Hipertensi Hipertensi
HIPERTENSI

Normal Low Vision

Gambar 3. Grafik Hipertensi Dengan Tajam Penglihatan

Hipertensi bisa menyebabkan low vision, hal ini terjadi karena dengan
tekanan darah tinggi akan menyebabkan tekanan bola mata akan meningkat,
didalam bola mata terdapat lapisan sel yang memproduksi cairan yang disebut
akuos humor. Cairan ini akan mengalir ke dalam bola mata kemudian keluar dari
bola mata melalui saluran kecil menuju pembuluh darah. Jika saluran ini

5
terhambat atau mengecil maka produksi cairan akan meningkat, akibatnya tekanan
didalam bola mata akan meninggi dan  merusak serabut saraf mata. Apabila tidak
segera ditangani kerusakan yang terjadi  pada saraf mata ini akan dapat
menimbulkan kebutaan yang bersifat permanen atau tidak dapat disembuhkan
lagi. Jadi low vision karena retinopati hipertensif biasanya disebabkan oleh
makulopati edema, dan bisa disebabkan karena regangan yang cukup hebat dari
serabut-serabut saraf nervus optikus (Papente, 2009a).

3. Pengaruh Diabetes dan Hipertensi Terhadap Tajam Penglihatan


Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan
interaksi diabetes dan hipertensi dengan tajam penglihatan (p<0.05) dengan Odd
Ratio (OR ) = 12.519 dan Confidence Interval (CI) = 3.286-47.698. Hal ini berarti
responden yang menderita diabetes cenderung juga mengalami hipertensi, serta
diabetes dan hipertensi bisa menyebabkan resiko penuruan tajam penglihatan.
Gambar 4. memperlihatkan bahwa responden yang mengalami penyakit diabetes
dan hipertensi menunjukkan low vision sebesar 35.6%.
Menurut Leske, et.al., (1999) pada penelitian Barbados eye study
menunjukkan bahwa dibetes dan hipertensi berpengaruh secara signifikan
terhadap penyakit katarak senilis, hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian
Shakil, et.al., (2008) yang dilakukan di Karachi, Pakistan pada 160 responden
yang berumur 40 tahun keatas dengan 12 jam puasa menemukan bahwa tekanan
darah (hipertensi) dan diabetes mellitus berpengaruh terhadap katarak senilis
(p < 0.001).

40
35.6
35

30
24.7
25
Persentase

20

15 12.7
11
10
6.8
5.5
4.1
5
0
0
Non Diabete s- Non Diabe tes - Diabetes-Non Diabetes-
Non Hipertens i Hipertensi Hipetens i Hipe rtensi

Interaksi Diabetes dan Hipertensi

Normal Low Vision

Gambar 4. Grafik Interaksi Diabetes dan Hipertensi Dengan TajamPenglihatan

Menurut Arauz-Pacheco, et.al., (2002) Hipertensi (tekanan darah ≥140/90 mmHg)


bisa mengakibatkan terjadinya diabetes 20 – 60% dan pada diabetes tipe 2 sering
ditemukan juga mengalami hipertensi.
Responden yang mengalami penyakit diabetes dan hipertensi disebut
diabetik hipertensif juga meningkatkan resiko terjadinya komplikasi dari diabetes

6
yaitu diabetik retinopati. Di Inggris berdasarkan hasil penelitian Prospectiv
diabetes study setiap penurunan 10 mmHg tekanan darah sistole mengakibatkakan
penurunan 12% resiko terjadinya komplikasi dibetes mellitus, mengurangi 15%
kematian akibat penyakit diabetes.(Arauz-Pacheco, et.al., 2002).
Berdasarkan hasil penelitian diatas dan diperkuat dengan literatur yang
ada, jika mengalami diabetes terutama diabetik retinopati dapat menyebabkan
komplikasi terjadinya hipertensi yang disebut diabetik hipertensif, dan diabetik
hipertensif ini dapat menyebabkan terjadinya low vision. Hal ini bisa terjadi
karena penyakit diabetes dan hipertensi dapat mempengaruhi saraf pada retina,
bagian retina yang paling sensitif adalah makula yang memiliki ratusan ujung
saraf untuk memfokuskan sinar melalui saraf optik (nervous ofticus). Hal ini
sesuai dengan pernyataan Antonetti, et.al., (2006) bahwa gangguan penglihatan
pada retina paling sering dihubungkan dengan edema makular, perdarahan
vitreous yang mengaburkan media ocular. Kebocoran kapiler retina akan
menyebabkan edema makular dan diketahui secara klinis kebocoran ini
menyebabkan gangguan penglihatan.

4. Pengaruh Pekerjaan Terhadap Tajam Penglihatan


Berdasarkan Gambar 5 dapat diartikan bahwa responden yang bekerja
diluar ruangan dari jam 10.00 sampai 14.00 Wita tanpa menggunakan pelindung
sinar matahari mengalami low vision sebesar 42.5%. Pengaruh antara pekerjaan
dengan tajam penglihatan berdasarkan hasil analisis statistik ternyata berpengaruh
secara signifikan (p<0.05), dengan Odd Ratio (OR ) = 6.735 dan Cinfidence
Interval (CI) = 2.331-19.459, artinya ada hubungan yang erat antara pekerjaan
terhadap tajam penglihatan, pekerjaan luar ruangan yang dilakukan pada jam
10.00 sampai 14.00 tanpa pelindung sinar matahari besar kemungkinannya
mengalamai resiko low vision sebesar 42.5%.
Hasil penelitian Ziahulhak (2007) di Kalimatan Timur menunjukkan
bahwa, pekerjaan dan aktifitas memiliki hubungan yang secara statistik bermakna
dengan katarak. Berdasarkan jumlah responden 753 orang, ditemukan terjadinya
katarak lebih banyak pada aktifitas luar ruangan saat siang hari (≥5 jam/hari
34.1%) dibandingkan dengan aktivitas dalam ruangan (<5 jam/hari 26.4%).
Menurut Sirlan (2000) salah satu faktor yang diperkirakan mempengaruhi kondisi
ini adalah faktor lingkungan berupa paparan sinar ultraviolet (UV) yang tinggi,
suatu kondisi yang umum ditemukan di negara-negara berkembang. Sitompul
(2009) menambahkan, gangguan penglihatan bisa mengancam orang-orang yang
kesehariannya bekerja banyak terpapar sinar matahari karena sinar ultraviolet dari
matahari bisa menyebabkan low vision. Lebih lanjut dia mengatakan, pekerjaan
seseorang yang banyak terpapar sinar matahari, seperti petani, nelayan dan buruh,
bahkan bagi mereka yang sering sekali menyetir mobil tanpa menggunakan
pelindung sinar matahari besar resikonya terkena low vision.

7
45 42.5

40

35
30.1
30

Persentase
25
17.8
20

15
9.6
10

0
Dalam Ruangan Luar Ruangan

Pekerjaan

Norm al Low Vis ion

Gambar 5. Grafik Pekerjaan Dengan Tajam Penglihatan

Penelitian epidemiologi menemukan bahwa gangguan penglihatan lebih


tinggi ditemukan pada negara-negara tropis yang memiliki karakteristik sebagai
daerah dengan paparan sinar matahari tinggi (Ziahulhak, 2007). Penelitian
eksperimental di laboratorium menunjukkan bahwa paparan sinar UVA dan UVB
pada lensa mata dapat menimbulkan gangguan penglihatan (Azzam, et.al., 2004;
Meyer, et.al., 2005). Sinar UVA diketahui dapat menembus lensa hingga ke
bagian nukleus sedangkan sinar UVB hanya dapat menembus hingga bagian
anterior korteks lensa. Davies dan Truscott (2001) menemukan bahwa metabolit
triptofan di dalam lensa yang berperan sebagai UV filter, memiliki kemampuan
absorpsi maksimal pada panjang gelombang 365 nm yang termasuk dalam
spektrum panjang gelombang sinar UVA. Paparan sinar UVA terhadap lensa
dapat menimbulkan gangguan pada struktur protein dan plasma membran sel
(Weinreb, et.al., 2001), inaktivasi enzim glutation reduktase (Linetsky, et.al.,
2003) dan menurunkan aktivitas enzim katalase (Giblin, et.al., 2002), yang akan
diikuti oleh pembentukan agregasi protein dan bisa menyebabkan terjadinya
kekeruhan pada lensa.
Efek sinar UVA terutama terjadi pada nukleus lensa timbul pada usia di
atas 40 tahun (Truscott, et.al., 2002, Truscott, 2005). UV filter terutama 3OHKyn
(3-hydroxykynurenine) yang merupakan metabolit triptopan bersifat tidak stabil
sehingga mudah terurai menjadi α,β-ketoalkenes kemudian berikatan dengan
crystallin (Taylor, et.al., 2002). Kemampuan α,β-ketoalkenes sebagai produk
deaminasi 3OHKyn untuk berikatan dengan crystallin dapat dihambat oleh
glutation dan NADPH (Taylor, et.al., 2002). Saat usia mencapai 40 tahun, kadar
glutation di nukleus lensa akan menurun hingga berada di bawah 1 mM. Kadar
glutation ini berkurang akibat terbentuknya penghalang yang memisahkan korteks
(lokasi produksi glutation) dengan nukleus sehingga sirkulasi glutation ke arah
nukleus menjadi terhambat (Truscott, et.al., 2002, Truscott, 2005). Akibatnya,
ikatan antara α,β-ketoalkenes dan crystallin akan meningkat, menyebabkan
agregasi protein lebih lanjut di nukleus lensa. Ikatan α,β-ketoalkenes dan

8
crystallin akan menyerap sinar UVA kemudian menimbulkan reaksi oksidatif
lebih lanjut di nukleus lensa (Chen, et.al., 1997). Modifikasi protein lensa di
nukleus akan tampak berupa perubahan warna nukleus menjadi kuning kecoklatan
atau kehitaman (brunescent) (Truscott, et.al., 2002; Truscott, 2005; Chen, et.al.,
1997) sehingga berpengaruh terhadap tajam penglihatan dan kalau tidak ditangani
bisa menyebabkan terjadinya kebutaan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa diabetes


mellitus, hipertensi, interaksi diabetes mellitus dan hipertensi serta pekerjaan
berpengaruh secara signifikan terhadap tajam penglihatan. Masing – masing
mengalami low vision sebesar 42.5% pada diabetes mellitus, hipertensi sebesar
47.9%, diabetes mellitus dan hipertensi sebesar 35.6% serta pekerjaan diluar
ruangan dari jam 10.00 sampai 14.00 Wita tanpa pelindung sebesar 42.5%. .

DAFTAR PUSTAKA

Antonetti1 DA, Alistair JB, Sarah KB, Willard MF, Thomas WG, Leonard SJ,
Mark K, Scot RK, Kyle K, Kathryn FL, Christopher CN, Patrick GQ,
Lakshman S, Ian AS., 2006. Retinopaty Diabetic. (Online)
(http://kireihimee.blogspot.com/retinopati-diabetes-jurnal.html).
Diakses: 25 Januari 2010.
Arauz-Pacheco C, Parrott MA, Raskin P., 2002. The treatment of
hypertension in adult patients with diabetes (Technical Review). (Online)
www.care.diabetesjournals.org. Diakses (25 Januari 2010) Diabetes Care
25:134–147, 2002.
Azzam N, Levanon D, Dovrat A., 2004. Effects of UV-A radiation on lens
morphology and optics. Exp Gerontol, 39: 139.
Bener, A., Huda S. A., Fareed A. W., Sara M. D., 2006. Risk Factors for Low
Vision in Elderly People in a Rapidly Developed Society. Asian J
Ophthalmol. 10:126-129., (Online) (www.seagig.org). Accessed, 22
January 2010
BPS, 2008. Badan Pusat Statistik Kecamatan Dalam Angka Dalam Angka.
Mataram.
Chen, TT., Hockwin, O., Dobbs, R., 1988. Cataract and Health Status: a case –
control study. Ophthal Res 20: 1 – 9.

9
Chen YC, Reid GE, Simpson RJ, Truscott RJW. 1997. Molecular evidence for
involvement of alpha crystalline in the colouration/crosslinking of
crystalline in age related nuclear cataract. Exp Eye Res; 65: 835-40.
Clyton, R.M., Cuthbert, J., Philips, C.I., 1980. Analysisi of Individual Cataract
Patient and their Lenses a progress report. Exp Eye Res; 31:553.
Fitriani, D.G., 2009. Tingkat Kepuasan Pasien Setelah Operasi Katarak Dengan
Metode SICS di Lombok. Tesis. Program Studi Ilmu Penyakit Mata, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia. Jakarta.
Giblin FJ, Leverenz VR, Padgaonkar VA, Unakar NJ, Dang L, Lin RL., 2002.
UVA light in vivo reaches the nucleus of the guinea pigs and produces
deleterious oxidative effects. Exp Eye Res, 75: 445.
Gunaid AA., Hummad NA., Tamim KA., 2004. Consanguineous marriage in the
capital city Sana'a, Yemen. J Biosoc Sci. 36:111–21.
Guyton AC, Hall JE., 1996. Mata I. Sifat Optik Mata. Dalam: Guyton AC,
penyunting. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta; Penerbit buku
Kedokteran EGC; 779.
Idil, A., Caliskan, D., Ocaktan, E., 2004. The prevalence of blindness and low
vision in older onset diabetes mellitus and associated faktors: A community-
based study. European Journal of Ophthalmology. Vol. 14, pp. 298.
(Online). (http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=16212162).
Accessed : 20 Januari 2010
Kahn, HA., Leibowitz, HM., Ganley, JP., 1977. The Framingham Eye Study.
Association of Ophtalmic Pathology with sigle variable previously
measured in the Framingham Heart Study. Am J Epidemiol , 106:33-41.
Khandekar, R.B., Mahfouth A. B., Abdallah A. G., 2009. Diabetic retinopathy,
visual impairment and ocular status among patients with diabetes mellitus
in Yemen: A hospital-based study. indian J Ophthalmol. Jul–Aug; 57(4):
293–298.
Khandekar R, Al Lawatii J, Mohammed AJ, Al Raisi A. 2003. Diabetic
retinopathy in Oman: A hospital based study. Br J Ophthalmol. 87:1061–4.
Leske, M.C., Wu, S.Y., Hennis, A., Connell, A.M., Hyman, L., 1999. Diabetes,
Hypertention, and Central Obesity as Cataract Risk Factors in a Black
Population. The Barbados Eye Study. Ophthalmos; 106:35-41.
Linetsky M, Chemoganskiy VG, Hu F, Ortwerth BJ., 2003. Effect of UVA light on
the activity of several aged human lens enzymes. Invest Ophthalmol.Vis Sci.
44: 264.
Linetsky M, Hill JMW, Chemoganskiy VG, Hu F, Ortwerth BJ., 2003. Studies on
mechanism of UVA light dependent loss of glutathione reductase activity in
human lenses. Invest Ophthalmol. Vis Sci, 44: 3920.
Meyer LM, Soderberg PG, Dong X, Wegener A., 2005. UVR-B induced cataract
development in C57 mice. Exp Eye Res, 81: 389.
Ocampo V, 2008. Cataract, Senile. (Online) Available on:
http://www.emedicine.com/oph/. [Accessed: 2009 December 25].
Papente, D., 2009b. Retinopati Diabetika. Online
(http://dianpapente.blogspot.com). Accessed : 20 Januari 2010.
Papente, D., 2009a. Retinopati Hipertensif. (Online)
(http://dianpapente.blogspot.com). Accessed : 20 Januari 2010 

10
Rosenfeld S, and Blecher MH. 2006b. Biochemistry; Carbohydrate Metabolism.
In: Rosenfeld S, editors. Lens & Cataract. 2006-2007. San Fransisco;
American Assosciation of Ophtalmology; 2006.
Shakil, M., Ahmed, S.T., Samiullah, S., Perveen, K., 2008. Influence of
Hypertention and Diabetes Mellitus on Senile Cataract. Karachi, Pakistan.
Pak J Physiol : 4 (2)
Sitompul, R., 2009. Mata. (Online) (http://rohmatul-umah.blog.friendster.com).
Diakses : 25 Januari 2010.
Taylor LM, Aquilina A, Jamie JF, Truscott RJW., 2002. UV filter instability:
consequences for the human lens. Exp Eye Res. 75: 165-75.
Truscott RJW, McNulty R, Taylor L, Hood B, Aquilina JA, Takikawa O. 2002.
Tryptophan metabolism, aging and cataract. International Congress Series
1233.185-90.
Truscott RJW., 2005. Age related nuclear cataract, oxidation is the key. Exp Eye
Res; 80: 709-25.
Weinreb O, Dovrat A, Dunia I, Benedetti EL, Bloemendal H., 2001. UV-A related
alterations of young and adult lens water insoluble α crystalline, plasma
membranous and cytoskeletal proteins. Eur J Biochem 2001; 268: 536.
Ziahulhak, S.R., 2007. Asosiasi katarak dan Pterygium di Kalimantan Timur.
Tesis. Program Studi Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia. Jakarta.

11

You might also like