Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
ABSTRACT
The aim of this study was to evaluate the influence of diabetes mellitus,
hypertension, interaction of diabetes mellitus, hypertension and occupation to
visual acuity. This study is non experimental with cross-sectional method and was
carried out involving 73 respondents as sample from a population of 244 people
aged 40 years, who were taken by simple random sampling in Kopang Primary
Health Care, Central Lombok. Based on Statistical analysis, this study revealed
that the diabetes mellitus was significantly (P <0.05) influenced to visual acuity
was equal to 42.5%. Hypertension was significantly (P <0.05) influenced to visual
acuity was equal to 47.9%. Interaction of diabetes mellitus and hypertension were
significantly (P <0.05) influenced to visual acuity was equal to 35.6%. Occupation
was significantly (P <0.05) influenced to visual acuity was equal to 42.5%, it
mean that outdoor activity at 10:00 to 14:00 without eye protection was found in
42.5% of those with low vision.
Keywords : Diabetes Mellitus, Hypertension, Occupation, Visual Acuity
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
2
wita tanpa pelindung mata, untuk mengetahui signifikasi data di analisis
menggunakan uji Mann – Whitney menggunakan program SPSS versi 16.0
dengan tingkat kepercayaan 95% (α =0.05).
45 42.5
40 35.6
35
30
Persentase
25
20 17.8
15
10
4.1
5
0
Non Diabe tes Diabetes
DIABETES
3
di Turki dengan populasi 96.348 orang. Hasilnya diabetes mellitus menyebabkan
turunnya tajam penglihatan sebesar (42%).
Adanya pengaruh yang erat antara diabetes dengan tajam penglihatan
karena diabetes dapat mempengaruhi kejernihan lensa dan kemampuan/kekuatan
refraksi lensa, serta dapat menyebabkan daya akomodasinya menurun, akibatnya
terjadi low vision (Rosenfeld dan Blecher, 2006d). Dalam penelitian ini responden
yang mengalami diabetes mellitus diperkirakan mengalami penyakit retinopati
diabetes , hal ini berdasarkan dari 34 responden yang menderita diabetes, 55.9%
mengalami diabetes mellitus selama ≥ 5 tahun, dan menyebabkan terjadinya low
vision sebesar 52,9%, dalam penelitian ini juga ditemukan kebanyakan responden
sudah menderita diabetes mellitus selama 6 tahun (26.5%), tetapi tidak melakukan
diagnosa tejadinya diabetik retinopati.
Penelitian Bener et.al., (2006) menemukan, diabetes retinopati
berpengaruh terhadap tajam penglihatan (OR=1.71; CI=1.39-2.10). Lebih lanjut
Khandekar, et.al. (2009) menyatakan, angka kejadian retinopati diabetes
dipengaruhi tipe dan durasi penyakit diabetes melitus (DM). Pada DM tipe I
(insulin dependent atau juvenile DM ), yang disebabkan oleh kerusakan sel beta
pada pankreas, umumnya responden berusia muda (kurang dari 30 tahun),
retinopati diabetes ditemukan pada 13 persen kasus yang sudah menderita DM
selama kurang dari 5 tahun, yang meningkat hingga 90 persen setelah DM diderita
lebih dari 10 tahun. Pada DM tipe 2 (non-insulin dependent DM), yang
disebabkan oleh resistennya berbagai organ tubuh terhadap insulin (biasanya
menimpa usia 30 tahun atau lebih), retinopati diabetes ditemukan pada 24-40
persen responden penderita DM kurang dari 5 tahun, yang meningkat hingga 53-
84 persen setelah menderita DM selama 15-20 tahun. Sebuah penelitian di Iran
pada responden dengan Noninsulin Dependent Diabetes Mellitus (NDDM) dengan
lama menderita diabetes selama 6.9 tahun, ditemukan angka terjadinya DR
sebesar 8.9% (Gunaid, 2004). Analisis dengan regresi logistic menunjukkan
bahwa low vision karena retinopati diabetes disebabkan menderita diabetes selama
≥15 tahun (Idil, et.al., 2004). Lebih lanjut Khandekar (2003) melakukan penelitian
di Oman pada 350 responden yang menderita diabetes mellitus selama ≥15 tahun,
ditemukan sebanyak 101 (29%) responden mengalami retinopati diabetes .
Papente (2009) menyatakan, komplikasi diabetes mellitus pada mata
dapat terjadi berupa retinopati diabetes. Retinopati diabetes merupakan
komplikasi yang sering dijumpai pada penderita diabetes mellitus menahun.
Retinopati diabetes dapat menyebabkan gangguan penglihatan dari yang ringan
sampai kebutaan (Papente, 2009b).
Hasil penelitian ini diperkirakan merupakan jenis diabetika renitopati
nonproliferatif karena hasil penelitian menunjukkan kebanyakan telah terjadi
diabetes selama 6 tahun, hal ini sesuai dengan pernyataan Papente (2009 a) bahwa,
diabetika nonproliferatif didasarkan atas adanya riwayat sakit diabetes pada
penderita yang sudah berlangsung sejak 6 tahun yang lalu, dengan gula darah
yang tidak terkontrol, lebih lanjut Papente (2009b) menambahkan, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya retinopati diabetes yaitu lamanya
diabetes mellitus, semakin lama diabetes diderita, lebih besar kemungkinan
timbulnya retinopati diabetes. Dikatakan setelah 7 tahun menderita diabetes, maka
50% penderita akan mengalami retinopati diabetes.
4
Faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadi retinopati diabetes ini adalah
kontrol terhadap diabetes mellitusnya. Pengawasan yang baik mengurangi
frekuensi atau memperlambat timbulnya retinopati diabetes. Terutama bila
pengawasan yang baik ini dilaksanakan pada tahun-tahun pertama membawa
pengaruh baik yang lebih besar. Dari hasil penelitian ternyata bahwa frekuensi
retinopati pada penderita diabetes dengan pengawasan yang baik yaitu 36 – 38%,
sedangkan penderita yang tidak mendapat pengawasan yang baik mencapai 50-
60% (Papente, 2009b).
47.9
50
45
40
35
Persentase
30 24.7
25
20 15.1
12.3
15
10
5
0
Non Hipertensi Hipertensi
HIPERTENSI
Hipertensi bisa menyebabkan low vision, hal ini terjadi karena dengan
tekanan darah tinggi akan menyebabkan tekanan bola mata akan meningkat,
didalam bola mata terdapat lapisan sel yang memproduksi cairan yang disebut
akuos humor. Cairan ini akan mengalir ke dalam bola mata kemudian keluar dari
bola mata melalui saluran kecil menuju pembuluh darah. Jika saluran ini
5
terhambat atau mengecil maka produksi cairan akan meningkat, akibatnya tekanan
didalam bola mata akan meninggi dan merusak serabut saraf mata. Apabila tidak
segera ditangani kerusakan yang terjadi pada saraf mata ini akan dapat
menimbulkan kebutaan yang bersifat permanen atau tidak dapat disembuhkan
lagi. Jadi low vision karena retinopati hipertensif biasanya disebabkan oleh
makulopati edema, dan bisa disebabkan karena regangan yang cukup hebat dari
serabut-serabut saraf nervus optikus (Papente, 2009a).
40
35.6
35
30
24.7
25
Persentase
20
15 12.7
11
10
6.8
5.5
4.1
5
0
0
Non Diabete s- Non Diabe tes - Diabetes-Non Diabetes-
Non Hipertens i Hipertensi Hipetens i Hipe rtensi
6
yaitu diabetik retinopati. Di Inggris berdasarkan hasil penelitian Prospectiv
diabetes study setiap penurunan 10 mmHg tekanan darah sistole mengakibatkakan
penurunan 12% resiko terjadinya komplikasi dibetes mellitus, mengurangi 15%
kematian akibat penyakit diabetes.(Arauz-Pacheco, et.al., 2002).
Berdasarkan hasil penelitian diatas dan diperkuat dengan literatur yang
ada, jika mengalami diabetes terutama diabetik retinopati dapat menyebabkan
komplikasi terjadinya hipertensi yang disebut diabetik hipertensif, dan diabetik
hipertensif ini dapat menyebabkan terjadinya low vision. Hal ini bisa terjadi
karena penyakit diabetes dan hipertensi dapat mempengaruhi saraf pada retina,
bagian retina yang paling sensitif adalah makula yang memiliki ratusan ujung
saraf untuk memfokuskan sinar melalui saraf optik (nervous ofticus). Hal ini
sesuai dengan pernyataan Antonetti, et.al., (2006) bahwa gangguan penglihatan
pada retina paling sering dihubungkan dengan edema makular, perdarahan
vitreous yang mengaburkan media ocular. Kebocoran kapiler retina akan
menyebabkan edema makular dan diketahui secara klinis kebocoran ini
menyebabkan gangguan penglihatan.
7
45 42.5
40
35
30.1
30
Persentase
25
17.8
20
15
9.6
10
0
Dalam Ruangan Luar Ruangan
Pekerjaan
8
crystallin akan menyerap sinar UVA kemudian menimbulkan reaksi oksidatif
lebih lanjut di nukleus lensa (Chen, et.al., 1997). Modifikasi protein lensa di
nukleus akan tampak berupa perubahan warna nukleus menjadi kuning kecoklatan
atau kehitaman (brunescent) (Truscott, et.al., 2002; Truscott, 2005; Chen, et.al.,
1997) sehingga berpengaruh terhadap tajam penglihatan dan kalau tidak ditangani
bisa menyebabkan terjadinya kebutaan.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Antonetti1 DA, Alistair JB, Sarah KB, Willard MF, Thomas WG, Leonard SJ,
Mark K, Scot RK, Kyle K, Kathryn FL, Christopher CN, Patrick GQ,
Lakshman S, Ian AS., 2006. Retinopaty Diabetic. (Online)
(http://kireihimee.blogspot.com/retinopati-diabetes-jurnal.html).
Diakses: 25 Januari 2010.
Arauz-Pacheco C, Parrott MA, Raskin P., 2002. The treatment of
hypertension in adult patients with diabetes (Technical Review). (Online)
www.care.diabetesjournals.org. Diakses (25 Januari 2010) Diabetes Care
25:134–147, 2002.
Azzam N, Levanon D, Dovrat A., 2004. Effects of UV-A radiation on lens
morphology and optics. Exp Gerontol, 39: 139.
Bener, A., Huda S. A., Fareed A. W., Sara M. D., 2006. Risk Factors for Low
Vision in Elderly People in a Rapidly Developed Society. Asian J
Ophthalmol. 10:126-129., (Online) (www.seagig.org). Accessed, 22
January 2010
BPS, 2008. Badan Pusat Statistik Kecamatan Dalam Angka Dalam Angka.
Mataram.
Chen, TT., Hockwin, O., Dobbs, R., 1988. Cataract and Health Status: a case –
control study. Ophthal Res 20: 1 – 9.
9
Chen YC, Reid GE, Simpson RJ, Truscott RJW. 1997. Molecular evidence for
involvement of alpha crystalline in the colouration/crosslinking of
crystalline in age related nuclear cataract. Exp Eye Res; 65: 835-40.
Clyton, R.M., Cuthbert, J., Philips, C.I., 1980. Analysisi of Individual Cataract
Patient and their Lenses a progress report. Exp Eye Res; 31:553.
Fitriani, D.G., 2009. Tingkat Kepuasan Pasien Setelah Operasi Katarak Dengan
Metode SICS di Lombok. Tesis. Program Studi Ilmu Penyakit Mata, Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia. Jakarta.
Giblin FJ, Leverenz VR, Padgaonkar VA, Unakar NJ, Dang L, Lin RL., 2002.
UVA light in vivo reaches the nucleus of the guinea pigs and produces
deleterious oxidative effects. Exp Eye Res, 75: 445.
Gunaid AA., Hummad NA., Tamim KA., 2004. Consanguineous marriage in the
capital city Sana'a, Yemen. J Biosoc Sci. 36:111–21.
Guyton AC, Hall JE., 1996. Mata I. Sifat Optik Mata. Dalam: Guyton AC,
penyunting. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Jakarta; Penerbit buku
Kedokteran EGC; 779.
Idil, A., Caliskan, D., Ocaktan, E., 2004. The prevalence of blindness and low
vision in older onset diabetes mellitus and associated faktors: A community-
based study. European Journal of Ophthalmology. Vol. 14, pp. 298.
(Online). (http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=16212162).
Accessed : 20 Januari 2010
Kahn, HA., Leibowitz, HM., Ganley, JP., 1977. The Framingham Eye Study.
Association of Ophtalmic Pathology with sigle variable previously
measured in the Framingham Heart Study. Am J Epidemiol , 106:33-41.
Khandekar, R.B., Mahfouth A. B., Abdallah A. G., 2009. Diabetic retinopathy,
visual impairment and ocular status among patients with diabetes mellitus
in Yemen: A hospital-based study. indian J Ophthalmol. Jul–Aug; 57(4):
293–298.
Khandekar R, Al Lawatii J, Mohammed AJ, Al Raisi A. 2003. Diabetic
retinopathy in Oman: A hospital based study. Br J Ophthalmol. 87:1061–4.
Leske, M.C., Wu, S.Y., Hennis, A., Connell, A.M., Hyman, L., 1999. Diabetes,
Hypertention, and Central Obesity as Cataract Risk Factors in a Black
Population. The Barbados Eye Study. Ophthalmos; 106:35-41.
Linetsky M, Chemoganskiy VG, Hu F, Ortwerth BJ., 2003. Effect of UVA light on
the activity of several aged human lens enzymes. Invest Ophthalmol.Vis Sci.
44: 264.
Linetsky M, Hill JMW, Chemoganskiy VG, Hu F, Ortwerth BJ., 2003. Studies on
mechanism of UVA light dependent loss of glutathione reductase activity in
human lenses. Invest Ophthalmol. Vis Sci, 44: 3920.
Meyer LM, Soderberg PG, Dong X, Wegener A., 2005. UVR-B induced cataract
development in C57 mice. Exp Eye Res, 81: 389.
Ocampo V, 2008. Cataract, Senile. (Online) Available on:
http://www.emedicine.com/oph/. [Accessed: 2009 December 25].
Papente, D., 2009b. Retinopati Diabetika. Online
(http://dianpapente.blogspot.com). Accessed : 20 Januari 2010.
Papente, D., 2009a. Retinopati Hipertensif. (Online)
(http://dianpapente.blogspot.com). Accessed : 20 Januari 2010
10
Rosenfeld S, and Blecher MH. 2006b. Biochemistry; Carbohydrate Metabolism.
In: Rosenfeld S, editors. Lens & Cataract. 2006-2007. San Fransisco;
American Assosciation of Ophtalmology; 2006.
Shakil, M., Ahmed, S.T., Samiullah, S., Perveen, K., 2008. Influence of
Hypertention and Diabetes Mellitus on Senile Cataract. Karachi, Pakistan.
Pak J Physiol : 4 (2)
Sitompul, R., 2009. Mata. (Online) (http://rohmatul-umah.blog.friendster.com).
Diakses : 25 Januari 2010.
Taylor LM, Aquilina A, Jamie JF, Truscott RJW., 2002. UV filter instability:
consequences for the human lens. Exp Eye Res. 75: 165-75.
Truscott RJW, McNulty R, Taylor L, Hood B, Aquilina JA, Takikawa O. 2002.
Tryptophan metabolism, aging and cataract. International Congress Series
1233.185-90.
Truscott RJW., 2005. Age related nuclear cataract, oxidation is the key. Exp Eye
Res; 80: 709-25.
Weinreb O, Dovrat A, Dunia I, Benedetti EL, Bloemendal H., 2001. UV-A related
alterations of young and adult lens water insoluble α crystalline, plasma
membranous and cytoskeletal proteins. Eur J Biochem 2001; 268: 536.
Ziahulhak, S.R., 2007. Asosiasi katarak dan Pterygium di Kalimantan Timur.
Tesis. Program Studi Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia. Jakarta.
11