You are on page 1of 13

Daud, Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar ...

243

Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar


terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota
Palopo

Firdaus Daud
Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup dan
Pendidikan Biologi PPs UNM Makassar
Korespondensi: Jl. Bonto Langkasa Makassar. Email: dausdaud@gmail.com

Abstract: This study aimed to determine: (1) the influence of emotional intelligence on the results of
high school students studying biology Palopo City State, (2) the influence of motivation on learning
outcomes Biology Palopo City Senior High School students, (3) the influence of emotional intelligence
and motivation on learning outcomes Biology student SMA Palopo City. This study is ex post facto
correlational nature, the population in this study were all students of SMA Negeri Palopo City.
Cluster sampling with a random sampling. Data were analyzed with descriptive statistics and inferential
statistical analysis. The results showed the following. (1) Student motivation high schools in Palopo
City are in the "medium to high qualifications". (2) Emotional intelligence SMA students Palopo City,
was in moderate to high qualifications. (3) Result of SMA student studying Biology at Palopo City
are in the "highly qualified". (4) Emotional intelligence and significant positive effect on learning
outcomes Biology. (5) Motivation to learn positive and significant effect on learning outcomes
Biology. (6) Emotional intelligence and motivation have a positive and significant effect on student
learning outcomes Biology Palopo high schools in town.

Keywords: emotional intelligence, motivation on learning, outcomes of learning Biology

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh kecerdasan emosional terhadap
hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri Kota Palopo, (2) pengaruh motivasi belajar terhadap hasil
belajar Biologi siswa SMA Negeri Kota Palopo, (3) pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi
belajar terhadap hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri Kota Palopo. Penelitian ini adalah penelitian
ex post facto yang bersifat korelasional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Ne-
geri Kota Palopo. Pengambilan sampel dengan secara Cluster random sampling. Data dianalisis de-
ngan statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah se-
bagai berikut. (1) Motivasi belajar siswa SMA Negeri di Kota Palopo berada dalam “kualifikasi se-
dang sampai tinggi”. (2) Kecerdasan emosional siswa SMA Negeri di Kota Palopo, berada dalam
kualifikasi sedang sampai tinggi. (3) Hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri di Kota Palopo berada
dalam “kualifikasi tinggi”. (4) Kecerdasan emosional pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
hasil belajar Biologi. (5) Motivasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar
Biologi. (6) Kecerdasan emosional dan motivasi belajar berpengaruh positif dan nyata terhadap hasil
belajar Biologi siswa SMA Negeri di Kota Palopo.

Kata kunci: kecerdasan emosional, motivasi belajar, hasil belajar biologi

Dalam rangka pembangunan nasional, mutu sumber- yang disebut critical mass, yaitu sumberdaya manu-
daya manusia merupakan salah satu modal dasar. sia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai
Belajar dari pengalaman negara-negara industri baru pendukung pembangunaan bangsa. Hal ini mengindi-
(new emerging industrialized countries) di Asia kasikan bahwa eksistensi suatu bangsa akan ditentu-
Timur, pembangunan suatu bangsa memerlukan apa kan oleh peran sektor pendidikan bangsa tersebut.

243
244 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

Namun demikian, pendidikan tetap harus berjalan sei- menggembirakan, namun di pedesaan masih mempri-
rama dan saling menopang dengan sektor-sektor lain- hatinkan. Hal ini sangat perlu diperhatikan sebab ha-
nya. Tepatlah yang dikatakan oleh Tilaar (1992) bah- nya dengan meningkatkan kualitas pendidikan maka
wa untuk kelangsungan hidup suatu bangsa yang di- bangsa kita akan mampu bersaing dengan negara-
warnai dengan kesinambungan pembangunan, sektor negara maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan
pendidikan senantiasa harus berinterdependensi de- teknologi.
ngan keseluruhan sektor-sektor lainnya. Dengan per- Penyebab rendahnya prestasi atau hasil belajar
kataan lain, mutu pendidikan akan memberi kontribusi siswa SMA sekarang ini sudah barang tentu tidak
yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa. terlepas dari faktor umum. Pertama, yaitu faktor dari
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan dalam diri siswa itu sendiri yang lazim disebut sebagai
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia In- faktor internal dengan aneka macam bentuk dan
donesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan jenisnya. Faktor ini banyak didominasi oleh kondisi
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbu- psikologis beserta segenap potensi siswa dalam ben-
di pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keteram- tuk kecerdasan, termasuk intelegensi atau kecerdas-
pilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang an intelektual yang meliputi berbagai kemampuan,
mantap dan mandiri, serta rata tanggung jawab kema- seperti penalaran, kemampuan berpikir abstrak, dan
syarakatan dan berbangsa. kemampuan verbal. Demikian juga faktor-faktor
Pendidikan nasional juga harus mampu menum- psikologis lainnya seperti konsep diri dan motivasi
buhkan dan memperdalam rasa cinta tanah air, mem- berprestasi. Juga faktor kecerdasan emosional yang
pertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiaka- meliputi ketabahan, keterampilan bergaul, empati,
wanan sosial. Sejalan dengan itu dikembangkan iklim kesabaran, kesungguhan, keuletan, ketangguhan, dsb.
belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa per- Kecerdasan emosional bertumpu pada hubungan an-
caya pada din sendiri serta sikap dan perilaku yang tara perasaan, watak, dan naluri moral yang menca-
inovatif dan kreatif. Dengan demikian pendidikan na- kup pengendalian diri, semangat dan ketekunan,
sional akan mampu mewujudkan manusia-manusia kemampuan menyesuaikan diri, kemampuan meme-
pembangunan yang dapat membangun dirinya serta cahkan masalah pribadi, mengendalikan amarah serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangun- kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Terutama
an bangsa. dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembela-
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan jaran terjadi suatu perubahan kemampuan yang dimili-
nasional dimaksud maka kegiatan-kegiatan tersebut ki oleh siswa dalam berbagai bidang, dan kemampuan
di atas harus diikuti dengan pelayanan administrasi itu diperoleh karena adanya usaha belajar. Anak-anak
sekolah yang teratur, terarah dan terencana sehingga yang menguasai emosinya menjadi lebih percaya diri,
menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar optimis, memiliki semangat dan cita-cita, memiliki ke-
agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa seperti mampuan beradaptasi sekaligus mereka akan lebih
yang diharapkan tujuan pendidikan nasional yang baik prestasinya di sekolah yang mampu memahami,
hendak dicapai. Pelayanan administrasi sekolah harus sekaligus menguasai permasalahan-permasalahan
mengacu pada ketentuan dan peraturan yang telah yang ada. Kedua, yaitu faktor yang bersumber dari
dikeluarkan oleh instansi atau unit yang relevan di luar individu siswa, atau sering dikenal sebagai faktor
lingkungan pendidikan nasional. eksternal. Faktor ini pun beraneka ragam, misalnya
Berbagai usaha telah dilakukan untuk mening- faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga, maupun
katkan mutu pendidikan nasional, misalnya pengem- lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam lingkung-
bangan kurikulum nasional dan lokal, peningkatan an sekolah, guru dengan berbagai kompetensinya di-
kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku pandang sebagai salah satu subfaktor yang turut
dan alat peraga, pengadaan dan perbaikan sarana memberikan andil dan kontribusi besar terhadap ke-
dan prasarana pendidikan, dan meningkatan mutu ma- suksesan siswa dalam dunia pendidikan.
najemen sekolah, Namun demikian berbagai indikator Fenomena lain yang kini menggejala di kalangan
mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan sebagian besar siswa di SMA, khususnya di Kabupa-
berarti. Sebagian sekolah, terutama di kota-kota, me- ten Maros adalah rendahnya motivasi belajar mereka
nunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup di sekolah. Misalnya dalam mata pelajaran Biologi,
Daud, Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar ... 245

mereka pada umumnya menempatkan Biologi seba- hui problem serta kondisi baru, kemampuan berpikir
gai suatu mata pelajaran yang sulit dipelajari, sehingga abstrak, kemampuan bekerja, kemampuan mengua-
cenderung kurang memperhatikannya. Hal inilah sai tingkah laku instinktif, serta kemampuan menerima
yang menjadi penyebab utama sehingga mereka tidak hubungan yang kompleks termasuk apa yang disebut
dapat memperoleh hasil belajar yang diharapkan, tan- dengan inteligensi.
pa mengenyampingkan faktor-faktor lain, baik yang Sedangkan menurut Binet (Sukardi, 1988:16),
bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. kecerdasan adalah kemampuan untuk menetapkan
Sebagai akibat yang ditimbulkan dari keadaan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengada-
tersebut di atas prestasi yang dicapai siswa di sekolah kan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu
tidak memuaskan. Fakta ini nampaknya menggejala dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri. Kecer-
secara nasional, Nilai Ujian Akhir Nasional SMA dasan merupakan bakat tunggal yang dipergunakan
Negeri/Swasta tahun 2008/2009, diketahui rerata un- dalam situasi menyelesaikan masalah apa pun.
tuk seluruh mata pelajaran secara nasional relatif ting- Seseorang yang tidak bisa memecahkan masalah
gi yaitu 5,93. Tingkat pencapaian ini dapat ditafsirkan atau persoalan semudah-mudahnya juga memiliki in-
bahwa secara rerata lulusan SMA menguasai 59,30 teligensi hanya tarafnya yang rendah. Oleh karena
persen dari seluruh materi yang seharusnya dikuasai. itu, kecerdasan pada hakikatnya merupakan suatu
termasuk di daerah Kabupaten Palopo. kemampuan dasar yang bersifat umum untuk mem-
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai beri- peroleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai
kut: (1) untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emo- komponen.
sional terhadap hasil belajar Biologi siswa SMA Ne-
geri Kecamatan Kota Palopo, (2) untuk mengetahui
Emosi
pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar Biolo-
gi siswa SMA Negeri Kecamatan Kota Palopo, (3) Dalam makna paling harfiah, Oxford English
untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional Dictionary (Goleman, 2006: 411) mendefinisikan
dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Biologi emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikir-
siswa SMA Negeri Kecamatan Kota Palopo. an, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang he-
bat atau meluap-luap”. Emosi dapat berupa marah,
Kecerdasan takut, sedih, bahagia, cinta, malu, dan sebagainya
yang merupakan titik tolak bagi nuansa kehidupan
Banyak contoh disekitar kita membuktikan bah- emosional kita yang tidak habis-habisnya.
wa orang memiliki kecerdasan otak saja, memiliki Adapun kelompok emosi dapat dilihat pada urai-
gelar tinggi, belum tentu sukses berkiprah di dunia an sebagai berikut. (1). Amarah: beringas, menga-
pekerjaan. Seringkali justru yang berpendidikan for- muk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, tergang-
mal yang lebih rendah , banyak yang ternyata mampu gu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan
lebih berhasil. Kebanyakan program pendidikan barangkali paling hebat, tindak kekerasan dan keben-
hanya berpusat pada kecerdasan akal (IQ), padahal cian patologis. (2). Kesedihan: pedih, sedih, muram,
diperlukan pula bagaimana mengembangkan kecer- melankolis, mengasihi diri, kesepian, ditolak, putus
dasan emosi seperti: ketangguhan, inisiatif, optimisme, asa, dan kalau menjadi patologis, depresi berat. (3).
kemampuan beradaptasi. Saat ini begitu banyak Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas,
orang berpendidikan yang nampak begitu menjanji- perasaan takut sekali, khawatir, waspada, sedih, tidak
kan, mengalami kemandekan dalam kariernya. Lebih tenang, ngeri, takut sekali, kecut; sebagai patologi,
buruk lagi, mereka tersingkir akibat rendahnya fobia dan panik. (4). Kenikmatan: bahagia, gembira,
kecerdasan emosi (Agustian; 2007). Mengungkap- ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga, kenik-
kan kecerdasan (intelligence) adalah kemampuan matan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa
bertindak dengan menetapkan suatu tujuan, untuk terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang sekali, dan
berpikir secara rasional, dan untuk berhubung dengan batas ujungnya, mania. (5). Cinta: penerimaan, persa-
lingkungan di sekitarnya secara memuaskan. habatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bak-
W. Stem (Sukardi, 1988:16) mengatakan bahwa ti, hormat, kasmaran, kasih. (6). Terkejut: terkejut,
kecerdasan merupakan kemampuan untuk mengeta- terkesiap, takjub, terpana. Jengkel : hina, jijik, muak,
246 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

mual, benci, tidak suka, mau muntah. (7). Malu: rasa kasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, manaje-
salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati men konflik, pengikat jaringan, serta kerja tim.
hancur lebur. Selanjutnya kecerdasan emosi diadaptasi oleh
Dalam penemuan Paul Ekman dari University Daniel Goleman (Nggermanto, 2001:166) menjadi se-
of California di San fransisco yang menyatakan bah- bagai berikut. (a) Kesadaran diri mengetahui apa
wa bangsa-bangsa di seluruh dunia, termasuk bangsa yang kita rasakan suatu saat dan menggunakannya
buta huruf yang tidak tercemar film dan televisi- untuk mengambil keputusan diri sendiri; memiliki tolok
mengenali empat emosi seperti takut, marah, sedih ukur yang realitas atas kemampuan diri dan keperca-
dan senang dengan ekspresi wajah. yaan diri yang kuat. (b). Pengaturan diri menangani
Di luar dari lingkaran emosi, terdapat suasana emosi kita sedemikian sehingga berdampak positif
hati yang lebih lama berlangsung daripada emosi terhadap pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati
(meskipun tidak selalu berlangsung di puncak amarah dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapai-
sepanjang hari yang dapat mengakibatkan mudah ter- nya suatu sasaran; mampu pulih kembali dari tekanan
singgung, suasana hati yang mudah marah). Di luar emosi. (b). Motivasi menggunakan hasrat kita yang
suasana hati itu terdapat temperamen, dimana kesi- paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita
apan untuk memunculkan emosi tertentu atau suasa- menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif
na hati tertentu yang membuat orang menjadi mu- dan bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan
rung, takut, atau bergembira. Ada juga gangguan e- menghadapi kegagalan dan frustasi. (c). E m p a t i
mosi seperti depresi atau kecemasan yang tak kun- merasakan yang dirasakan orang lain, mampu mema-
jung reda, yaitu ketika seseorang merasa terus-mene- hami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan sa-
rus terjebak dalam keadaan menyedihkan. Emosi ling percaya dan menyelaraskan diri dengan berma-
merupakan suatu kekuatan penggerak dimana nilai- cam-macam orang. (d). Keterampilan sosial mena-
nilai dan watak dasar seseorang dalam hidup ini tidak ngani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan
berakar pada IQ tetapi pada kemampuan emosional. orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan
jaringan sosial; berinteraksi dengan lancar; menggu-
nakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempe-
Kecerdasan Emosi
ngaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menye-
Cooper dan Sawaf (Agustian, 2001:289) men- lesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama dan
definisikan kecerdasan emosional merupakan ke- bekerja dalam tim.
mampuan merasakan, memahami, dan secara efektif Kecerdasan emosional bukan didasarkan pada
menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sum- kepintaran seorang anak melainkan pada suatu yang
ber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang ma- dahulu disebut “karakter” atau “karakteristik pribadi”.
nusiawi. Penelitian-penelitian mutakhir menemukan bahwa
Adapun menurut Goleman (2001:164) kecerdas- keterampilan sosial dan emosional lebih penting bagi
an emosional (emotional intelligence) adalah ke- keberhasilan hidup ketimbang kemampuan intelektual.
mampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan Kecerdasan emosional dan kecerdasan intelek-
perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sen- tual berinteraksi secara dinamis, baik pada keterampil-
diri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik an kognitif, maupun di dunia nyata. Idealnya, seseo-
pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain. rang dapat memiliki keduanya sebagaimana ditunjuk-
Seperti kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, em- kan oleh beberapa negarawan di dunia.
pati, keterampilan sosial. Kecerdasan emosional mencakup kemampuan-
Kesadaran diri terdiri dari: kesadaran emosi kemampuan yang berbeda dan saling melengkapi de-
diri, penilaian pribadi, dan percaya diri. Pengaturan ngan kemampuan kognitif murni yang telah lebih dulu
diri terdiri dari: pengendalian diri, dapat dipercaya, dikenal, yaitu kecerdasan akademik intelektual rasio-
waspada, dan inovatif. Motivasi terdiri dari: dorongan nal (IQ). Meskipun IQ tinggi, tetapi EQ rendah, biasa-
berprestasi, komitmen, inisiatif, dan optimis. Empati nya tidak banyak membantu dalam semua aspek kehi-
terdiri dari: memahami orang lain, pelayanan, me- dupan. IQ dan EQ mengungkapkan aktivitas-aktivitas
ngembangkan orang lain, dan mengatasi keragaman. yang berbeda dalam otak. IQ didasarkan pada kerja
Keterampilan sosial terdiri dari: pengaruh, komuni- neokorteks, yakni suatu lapisan yang dalam evolusi
Daud, Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar ... 247

berkembang paling akhir di bagian atas otak. Adapun an, dorongan dan insentif. Dengan demikian dapat
pusat-pusat emosi berada di bagian otak lebih dalam dikatakan bahwa motif adalah keadaan kejiwaan
yang secara evolusi berkembang lebih duluan. Kerja- yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan
kerja otak pada bagian inilah yang mempengaruhi dan motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan
EQ. Namun demikian aktivitas pusat-pusat emosi ter- perilaku, sikap dan tindak tanduk seseorang yang sela-
sebut tetap selaras dengan aktivitas kerja pusat-pusat lu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan
intelektual. organisasi maupun tujuan pribadi masing-masing ang-
EQ sangat berperan penting dalam keberhasilan gota organisasi yang bersangkutan. Karena itulah da-
hidup. Jika seseorang membuat kesal orang lain pat dikatakan bahwa bagaimanapun motivasi didefini-
dengan perilaku kasar, tidak tahu cara membawa dan sikan, terdapat tiga komponen utamanya, yaitu kebu-
memposisikan diri, atau ambruk hanya karena stres tuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan, yang apabila
sedikit saja, maka orang lain tidak akan betah bersa- ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Dalam
manya walau setinggi apapun IQ-nya. pengertian homoestatik, kebutuhan timbul atau dicip-
EQ biasa disebut “street smart (pintar)”, atau takan apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan
kemampuan khusus yang disebut “akal sehat”. EQ antara apa yang dimiliki dengan apa yang menurut
terkait dengan kemampuan membaca lingkungan persepsi yang bersangkutan seyogyanya dimilikinya,
sosial dan menatanya kembali. Juga terkait dengan baik dalam arti fisiologis maupun psikologis. Misalnya
kemampuan memahami secara spontan apa yang dii- apabila seseorang lapar, akan timbul kebutuhan untuk
nginkan dan dibutuhkan orang lain, demikian juga ke- menghilangkan rasa lapar tersebut. Begitu seseorang
lebihan dan kekurangan kemampuan membaca me- makan, yang berarti situasi ketidakseimbangan telah
reka, kemampuan untuk menjadi orang yang menye- hilang.
nangkan sehingga kehadirannya didambakan orang Pengertian dasar motivasi menurut Gleitman
lain. Oleh karena itu, semakin tinggi EQ seseorang, (dalam Syah, 2003:151) adalah “keadaan internal or-
semakin besar kemungkinan untuk sukses sebagai ganisme baik manusia maupun hewan yang mendo-
pekerja, orang tua, manager, pelajar, dan sebagainya. rongnya untuk berbuat sesuatu”. Dalam pengertian
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ini, motivasi berarti pemasok daya (Energizer) untuk
bahwa kecerdasan emosi (EQ) merupakan karak- bertingkah laku secara terarah. Motivasi belajar me-
teristik seseorang sebagai suatu jenis kecerdasan rupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya
yang amat perlu ditingkatkan. EQ merupakan peng- proses belajar. Motivasi belajar bagi siswa dapat
gerak yang dapat menimbulkan aspek-aspek energi, menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tidak adanya
kekuatan, daya tahan, dan stamina. motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.
Menurut Sardiman (2003), motivasi berasal dari
kata dasar motif, yang diartikan sebagai daya upaya
Motivasi Belajar
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesua-
Motivasi itu merupakan suatu tenaga (dorongan, tu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak
alasan kemauan) dari dalam yang menyebabkan kita dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan akti-
berbuat/bertindak yang mana tindakan itu diarahkan vitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
kepada tujuan tertentu yang hendak dicapai. (Pasari- Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi
bu, 1983). Hilgard (1953) berkata bahwa motivasi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu,
adalah suatu keadaan dalam individu yang menye- maka motivasi dapat diartikan sebagai daya pengge-
babkan seseorang, melakukan kegiatan tertentu un- rak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada
tuk mencapai tujuan yang tertentu. saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
Menurut Siagian (1995), dewasa ini beraneka mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.
ragam definisi diberikan tentang motivasi, suatu hal Menurut pandangan Amstrong (1999), motivasi
yang lumrah dalam ilmu-ilmu pengetahuan yang sifat- merupakan sesuatu yang mampu yang menggerak-
nya tidak eksak. Dari segi taksonomi, motivasi berasal kan seseorang untuk bertindak atau berperilaku me-
dari kata “Movere” dalam bahasa latin, yang artinya nurut cara-cara tertentu. Motivasi dapat dibedakan
bergerak. Berbagai hal yang biasanya terkandung menjadi dua bentuk yakni motivasi hakiki (intrinsic)
dalam berbagai definisi tentang motivasi antara lain dan motivasi buatan (exstrinsic). Motivasi intrinsic
adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasar- adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu
248 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

itu sendiri yang merupakan faktor-faktor dari dalam kan bahwa motivasi adalah suatu proses membangkit-
dan dapat mempengaruhi seseorang untuk berperila- kan, mengarahkan, dan memanfaatkan perilaku ke
ku tertentu. Sementara motivasi exstrinsic adalah arah suatu tujuan.
motivasi yang didapatkan dari orang lain, bukan bera- Menurut Dimyati (2002), motivasi dipandang se-
sal dari dalam diri orang itu sendiri. Hal senada menu- bagai dorongan mental yang menggerakkan dan
rut Sardiman (2003), motivasi terdiri atas motivasi mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan
yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi- yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan,
nya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.
diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melaku- Dari uraian tersebut, motivasi dapat dilihat dari
kan sesuatu sebagai contoh seseorang senang mem- tiga hal yaitu adanya kebutuhan. dorongan, dan ada-
baca, tidak perlu ada yang menyuruh atau mendo- nya tujuan. Kebutuhan, yang merupakan sagi perta-
rongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk diba- ma dari motivasi akan muncul dalam diri sendiri sese-
canya. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang orang apabila merasa ada kekurangan pada dirinya
aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang atau dapat diartikan kebutuhan akan muncul apabila
dari luar, sebagai contoh seseorang itu belajar, karena dirasakan ada rasa ketidakseimbangan antara apa
tahu besok akan ada ujian, dengan harapan menda- yang dimiliki dan yang diharapkan. Dorongan meru-
patkan nilai baik, sehingga mendapatkan pujian dari pakan suatu kekuatan mental untuk melakukan kegi-
orang lain. Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan atan dalam rangka memenuhi harapan atau tujuan.
adanya motivasi “Motivation is an Essential Condi- Dengan kata lain tercapainya tujuan berarti akan me-
tion of Learning”. Makin tepat motivasi yang diberi- ngurangi dorongan pada diri seseorang, sehingga mu-
kan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. tu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena
Menurut Nawawi (1997), fungsi motivasi dibagi itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat
dalam tiga macam, yaitu: (1) motivasi sebagai peng- terus menerus agar siswa memiliki motivasi belajar
gerak bagi manusia sebagaimana bahan bakar pada yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar
kendaraan, (2) motivasi merupakan pengatur dalam yang menggembirakan (Dimyati, 2002).
memilih alternatif di antara dua atau lebih kegiatan Seseorang itu akan berhasil belajar jika pada
dengan memperkuat suatu motivasi atau memperle- dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah
mah motivasi yang lain, sehingga seseorang akan prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidik-
melakukan aktivitas atau meninggalkan aktivitas an dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk
yang lain, dan (3) motivasi merupakan pengatur arah belajar inilah yang disebut dengan motivasi menurut
atau tujuan dalam melakukan aktivitas. Dengan Sardiman (2003). Jadi motivasi dalam hal ini meliputi
perkataan lain seseorang akan memilih dan berusaha dua hal: (1) mengetahui apa yang akan dipelajari,
untuk mencapai tujuan pada sistem yang memberikan dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipela-
motivasi tinggi bukan mewujudkan pada sistem de- jari. Dengan berpijak pada ke dua unsur motivasi
ngan motivasi lemah. inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk bela-
Menurut Gibson (1996), motivasi merupakan jar. Sebab tanpa motivasi (tidak mengerti apa yang
konsep untuk menggambarkan dorongan-dorongan akan dipelajari dan tidak memahami mengapa hal itu
yang timbul pada atau di dalam seseorang individu perlu dipelajari) kegiatan belajar mengajar sulit untuk
yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku. Hal berhasil.
senada menurut Suryabrata (dalam Djaali, 2000), Motivasi sebagai daya penggerak atau pendo-
motivasi adalah suatu keadaan yang terdapat dalam rong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, dapat bera-
diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sal dari dalam diri dan juga dari luar (Dalyono,1996).
aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu
Sementara itu dalam buku yang sama Gates dan dorongan yang datang dari hati sanubari, umumnya
kawan-kawan mengemukakan bahwa motivasi ada- karena kesadaran akan pentingnya sesuatu atau da-
lah suatu kondisi fisiologis dan psikologis yang terda- pat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuai-
pat dalam diri seseorang yang mengatur tindakannya an dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang ber-
dengan cara tertentu. Sedang Greenberg menyebut- asal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang
dari luar diri (lingkungan), misalnya dari orang tua,
Daud, Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar ... 249

guru, teman-teman dan anggota masyarakat. Seseo- pertahankan eksistensi seseorang merupakan kebu-
rang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melak- tuhan yang sangat mendasar, sesuai dengan harkat
sanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh- dan martabat manusia. Kebutuhan akan “Related-
sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, ness” tercermin pada sifat dasar manusia sebagai
belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bah- insan sosial. Sedangkan “Growth” merupakan kebu-
kan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhu- tuhan yang pada dasarnya tercermin pada keinginan
bungan dengan pelajaran. seseorang untuk bertumbuh dan berkembang.
Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut Uraian tentang motivasi telah dikemukakan se-
mempengaruhi keberhasilannya (Dalyono, 1996). Ka- cara rinci, oleh karena itu perlu kiranya diuraikan
rena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama pengertian belajar itu sendiri dalam upaya memahami
yang berasal dari dalam diri dengan cara senantiasa hakikat motivasi belajar. Dalam keseluruhan proses
memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Senantiasa kegiatan yang paling pokok, hal ini menunjukkan
memasang bulat tekad dan selalu optimis bahwa cita- bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidik-
cita dapat dicapai dengan belajar. an banyak bergantung pada bagaimana proses bela-
Teori Maslow (Sardiman, 2003), mengasumsi- jar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Proses
kan bahwa orang mempunyai keinginan untuk ber- belajar itu sendiri merupakan suatu aktivitas yang
kembang dan perkembangan itu diawali dengan kebu- berlangsung dengan cara saling interaksi dalam men-
tuhan yang lebih rendah (pokok fisiologis) mengarah capai tujuan.
kepada perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih ting- Semua prestasi hidup manusia adalah hasil bela-
gi. Jika kebutuhan fisikologis sudah terpenuhi sehingga jar, sebab pada hakikatnya belajar itu marupakan per-
tidak dirasakan lagi sebagai kebutuhan yang mende- ubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
sak, maka timbul kebutuhan lain. terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman.
Setelah aktualisasi diri, orang akan sampai pada Gagne dalam (Dimyati dan Mudjiono, 1999), meng-
tingkat kebutuhan tertinggi yaitu Self Transcenden- ungkapkan bahwa belajar itu sebagai kapabilitas. Ka-
ce. Kebutuhan ini mengindikasikan bahwa seseorang pabilitas yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan,
mempunyai suatu tujuan yang lebih tinggi dari dirinya pengetahuan, sikap dan nilai.
atau living for purpose higher than self. Tujuan Untuk memperoleh kapabilitas sebagai hasil dari
hidup yang lebih tinggi dari dirinya itu berupa ke- belajar maka siswa harus memiliki tujuan atau kebu-
butuhan akan adanya kemampuan di luar dirinya arti- tuhan belajar. Sardiman (2003), kenyatakan bahwa
nya manusia mengakui bahwa ada kekuasaan selain kebutuhan belajar tersebut merupakan daya dorong
dirinya. yang merubah energi siswa untuk melakukan peker-
Namun kelemahan teori Maslow ini terletak pa- jaan yang seharusnya dilakukan yaitu belajar. Dengan
da tingkatan kebutuhan secara hierarki. Padahal da- kata lain siswa itu perlu diberikan rangsangan agar
lam kehidupan nyata, tiap manusia mempunyai tingkat tumbuh motivasi pada dirinya.
kebutuhan yang berbeda dan tidak secara teratur a- Berdasarkan uraian di atas dikatakan bahwa
tau bertahap memenuhi tiap tingkatan kebutuhan mu- motivasi itu merupakan serangkaian usaha untuk me-
lai dari fisikologis sampai aktualisasi diri. Proses kehi- nyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseo-
dupan manusia tidak selalu mengikuti garis lurus yang rang mau dan ingin melakukan sesuatu, bila ia tidak
meningkat, kadang-kadang kebutuhan itu melompat suka maka akan berusaha untuk meniadakan perasa-
dari satu tingkat dengan melampaui tingkat lain atau an tidak suka itu. Dalam kegiatan belajar, motivasi
kemungkinan terbalik, memenuhi kebutuhan aktuali- belajar merupakan keseluruhan daya penggerak di
sasi diri lalu kebutuhan akan rasa aman dan perlin- dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
dungan, kondisi ini bisa terjadi pada para siswa dalam menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
belajar sehingga dapat menjalankan tugas dengan ba- yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehing-
ik dan penuh tanggung jawab. ga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai.
Teori “ERG” (Sondang, 1989), yang dikembang- Sardiman (2003), menyebutkan yang dimaksud
kan oleh Clayton Alderfer, merupakan tiga kata yaitu: keseluruhan daya penggerak adalah beberapa motif
Existence, Relatedness dan Growth. Menurut teori yang secara bersama-sama mengarahkan siswa un-
ini yang didukung oleh kenyataan sehari-hari, mem- tuk belajar, oleh karena itu motivasi belajar meru-
250 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

pakan faktor psikhis yang bersifat non intelektual. kator kualitas dan pengetahuan yang dimiliki oleh sis-
Dalam ruang lingkup belajar, peranan motivasi yang wa”. Hampir sama dengan pengertian tersebut, suatu
khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa pengertian hasil belajar dikemukakan oleh Abdullah
senang dan semangat untuk belajar. Dengan demikian (1988) yakni bahwa “hasil belajar sebagai indikator
siswa yang mempunyai motivasi tinggi biasanya tidak kualitas dari pengetahuan yang dikuasai oleh anak
menentukan tujuan atau sasaran terlalu rendah. Tuju- setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam
an yang ditetapkan cukup sulit tetapi diyakini bisa di- suatu selang waktu tertentu”. Tinggi rendahnya hasil
capai dan semua itu tergantung motivasi berprestasi belajar dapat menjadi indikator tentang sedikit ba-
yang diaplikasikan dalam kegiatan belajar. Dalam nyaknya pengetahuan yang dimiliki atau dikuasai sis-
rangka pencapaian prestasi akademik yang baik wa dalam bidang studi tertentu.
maka prestasi itu dapat diraih dengan membangkitkan Ahmadi (1991) menegaskan bahwa hasil belajar
motivasi belajar antara lain: memahami tuntutan yang yang dicapai murid dalam bidang studi tertentu de-
realistis dan cukup beralasan, banyak belajar dari ke- ngan menggunakan tes standar sebagai pengukuran
salahan, menghindari hal-hal yang monoton, keberhasilan belajar seseorang. Penilaian meliputi se-
memelihara sikap optimis, membangkitkan rasa ingin mua aspek belajar berupa suatu program untuk me-
tahu dan suatu keinginan dengan menjawab pertanya- nentukan arti atau faedah suatu pengalaman. Hamalik
an dan konflik konseptual serta menciptakan keterli- (1995) menyatakan bahwa “belajar adalah pengalam-
batan dalam belajar. an yang diperoleh berkat proses pendidikan”. Penga-
Beberapa cara membangkitkan motivasi belajar laman tersebut tampak pada perubahan tingkah laku
tersebut merupakan manifestasi motivasi yang harus atau pola kepribadian siswa. Jadi pengalaman yang
diaplikasikan dalam kegiatan belajar. Berkaitan de- diperoleh siswa adalah pengalaman sebagai hasil
ngan hal tersebut maka di dalam diri siswa harus belajar siswa di sekolah. Hasil belajar tak dapat dipi-
terjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang sahkan dengan evaluasi atau penilaian.
memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tu- Hasil belajar menurut Hamalik (1995) merupa-
juan yang dikehendaki oleh para siswa dapat tercapai. kan tingkat penguasaan seseorang terhadap bidang
Sardiman (2003) mengemukakan peranan motivasi ilmu setelah menempuh proses belajar mengajar. Se-
belajar yang khas sebenarnya terletak dalam menum- sungguhnya hasil belajar merupakan terminal per-
buhkan gairah, rasa senang dan semangat untuk bela- kembangan kepribadian siswa dalam proses pen-
jar. Oleh karena itu siswa yang termotivasi akan mem- didikan dan pengajaran. Tujuan tersebut dicapai oleh
punyai banyak energi untuk melakukan kegiatan bel- peserta didik dengan kurikulum sekolah yang di
ajar. dalamnya telah terkandung nilai-nilai kehidupan yang
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa meliputi kesadaran dan penguasaan terhadap gejala
motivasi adalah suatu kondisi fisiologis dan psikologis alam (pelajaran), berpikir logis (pelajaran Matemati-
yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong- ka), kehidupan sosial (Pelajaran IPS), serta pengua-
nya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai saan bahasa.
suatu tujuan (kebutuhan), dan motivasi belajar adalah Depdiknas (2003) menjelaskan bahwa “hasil
semua gejala yang terkandung dalam stimulasi tin- belajar siswa yang diharapkan adalah kemampuan
dakan untuk membangkitkan, mempertahankan dan lulusan yang utuh yang mencakup kemampuan
mengontrol dorongan dasar pada siswa dalam men- kognitif, kemampuan psikomotor dan kemampuan
capai tujuan belajar. afektif atau perilaku”, Kemampuan kognitif adalah
kemampuan berpikir secara hirarki yang terdiri dari
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis
Hasil Belajar Biologi
dan evaluasi. Kemampuan psikomotor berkaitan
Setiap orang yang melakukan aktivitas terma- dengan kemampuan gerak dan banyak terdapat
suk kegiatan belajar selalu mengharapkan hasil yang dalam pelajaran praktik. Sedangkan kemampuan
baik. Hasil belajar adalah hal-hal yang dicapai seseo- afektif siswa meliputi perilaku sosial, sikap, minat
rang setelah melalui proses belajar. Sehubungan disiplin dan sejenisnya.
dengan hasil belajar tersebut, maka Nasution (2000) Bagaimanakah kita dapat mengukur hasil bela-
mengemukakan bahwa “hasil belajar merupakan indi- jar? Soedijarto (1993) menyatakan bahwa “mutu hasil
Daud, Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar ... 251

belajar yang berkaitan dengan kemampuan kognitif, psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kete-
lazimnya diukur melalui tes hasil belajar”. Hasil belajar rampilan atau kemampuan bertindak setelah seseo-
itu sangat dipengaruhi oleh kualitas proses belajar rang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil
yang dialami siswa dan faktor-faktor lain yang berada belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil
di luar proses belajar itu sendiri, seperti perbedaan belajar kognitif dan hasil belajar afektif.
latar belakang sosial budaya antara guru dan siswa. Berdasarkan beberapa pandangan tentang hasil
Hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar meru-
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman pakan tingkat penguasaan yang diperoleh siswa sete-
dan proses belajar murid. Namun demikian, ungkapan lah mengikuti proses belajar dalam setiap mata pela-
perubahan tingkah laku seluruh ranah itu khususnya jaran dalam selang waktu tertentu. Juga dapat diarti-
ranah psikomotor sangat sulit (Sopah, 2000). Oleh kan sebagai suatu tingkat keberhasilan yang dicapai
karena itu, hal yang dapat dilakukan untuk mengeta- pada akhir suatu kegiatan pada setiap mata pelajaran.
hui perubahan tingkah laku yang menunjukkan presta- Tidak jarang pula terjadi bahwa dalam belajar,
si adalah evaluasi. perubahan tingkah laku yang diharapkan tidak
Selanjutnya Soedijarto (1993) menyatakan bah- sepenuhnya tercapai, atau bahkan kemungkinan
wa “hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang sama sekali tidak terjadi perubahan atau dengan kata
dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar- lain hasil belajar tidak tercapai. Hal ini disebabkan
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang adanya faktor-faktor yang kurang mendukung atau
ditetapkan”. Hasil belajar yang dimaksud meliputi bahkan sama sekali tidak mendukung proses belajar
kawasan kognitif, afektif dan psikomotor. Sejalan de- tersebut. Makin banyak faktor yang tidak mendukung
ngan itu Bloom (Sudjiono, 1995) bahwa dalam kon- kegiatan belajar tersebut makin kecil pula kemungkin-
teks evaluasi hasil belajar ada tiga domain atau arah an terjadinya proses perubahan tingkah laku yang
sasaran yang perlu dalam setiap kegiatan evaluasi diharapkan.
hasil belajar. Ketiga ranah atau domain tersebut da- Menurut Slameto (1995), ada dua faktor yang
lam Kurikulum KBK atau Kurikulum 2004 (Depdik- mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu: faktor yang
nas, 2003) diistilahkan dengan kompetensi afektif, berasal dari dalam diri siswa atau internal dan faktor
kompetensi kognitif, dan kompetensi psikomotor. dari luar atau eksternal. Faktor internal meliputi: (1)
Ketiga ranah atau kompetensi itu adalah sebagai be- faktor fisik, yakni faktor yang bersumber dari kondisi
rikut. (1). Ranah kognitif adalah ranah yang menca- fisik anak meliputi : kesehatan jasmani anak, susunan
kup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom bahwa syaraf yang baik, pendengaran yang baik dan seba-
segala upaya yang menyangkut otak adalah termasuk gainya. (2) faktor psikis yaitu faktor yang bersumber
dalam ranah kognitif, terdapat enam jenjang berpikir, dari kondisi kejiwaan anak, meliputi inteligen-
mulai dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi, si,perhatian, minat, bakat, konsentrasi, motivasi, dan
yaitu: (a) pengetahuan (knowledge), (b) pemahaman sebagainya. Faktor yang berasal dari luar diri siswa
(comprehension), (c) penerapan atau aplikasi atau eksternal, yaitu: (1) fasilitas belajar mencukupi
(application), (d) analisis (analysis), (e) sintesis seperti buku-buku pelajaran, alat tulis menulis dan
(synthesis), dan (f) evaluasi (evaluation). (2). Ra- sarana lain yang mendukung proses belajar mengajar,
nah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap (2) waktu belajar, yakni keteraturan dan kedisiplinan
dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap dalam belajar.
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila sese- Hasil belajar yang akan diselidiki dalam penelitian
orang telah memiliki penguasaaan kognitif tingkat ini hanyalah yang termasuk dalam ranah kognitif. Hal
tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada ini disebabkan karena penulis sulit mengadakan peng-
peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah a- ukuran hasil belajar tentang ranah afektif dan psiko-
fektif oleh Krathwoh (Sudjiono, 1995) merinci ke da- motor. Demikian juga karena pengembangan instru-
lam beberapa jenjang, yaitu: (a) receiving (meneri- men untuk kedua ranah tersebut masih dirasa sangat
ma), (b) responding (menanggapi), (c) valuing (me- sulit dalam waktu yang relatif singkat.
nilai), (d) organization (mengatur), (e) characteri- Lebih lanjut Slameto, mengemukakan bahwa
zation by a value or value complex (karakterisasi hasil belajar biologi adalah keberhasilan seseorang
dengan suatu nilai atau kelompok nilai). (3). Ranah mempelajari biologi, yang tidak hanya dipengaruhi
252 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

oleh minat, kesadaran, kemampuan, tetapi juga ter- Populasi dan Sampel
gantung pada kemampuannya terhadap biologi serta
diperlukan keterampilan intelektual, misalnya kete- Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
rampilan berhitung. siswa SMA Negeri 3 Kota Palopo, tahun pelajaran
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disim- 2008/2009 yang berjumlah sekitar 380 (8 kelas).
pulkan bahwa hasil belajar merupakan kecakapan Sampel penelitian dipilih secara Cluster random
nyata, yang dapat diukur langsung dengan mengguna- sampling dengan langkah-langkah sebagai berikut:
kan tes prestasi belajar dan setiap kegiatan belajar (a) membuat kerangka sampling dan keseluruhan sis-
manusia selalu ada prestasi belajar dan biasanya inilah wa SMA Negeri 3 Kota Palopo yang terdiri 8 kelas,
yang menjadi sasaran akhir dari proses belajar seseo- dimana kelas (cluster) sebagai unit sampel, (b) me-
rang, terutama kepada siswa dan mahasiswa. milih secara acak 2 kelas dari kelas-kelas yang ada
Hipotesis penelitian adalah : (1) motivasi belajar pada SMA Negeri 3 Kota Palopo, (c) semua siswa
dan kecerdasan emosional berpengaruh terhadap ha- yang berada pada kelas yang terpilih dijadikan res-
sil belajar biologi siswa SMA Negeri 3 di Kota Palopo, ponden penelitian dimana jumlah siswanya 72 orang.
(2) motivasi belajar berpengaruh positif terhadap hasil
belajar siswa SMA Negeri di Kota Palopo, (3) kecer- Instrumen Penelitian
dasan emosional berpengaruh positif terhadap hasil
belajar biologi siswa SMA Negeri di Kota Palopo. Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini ada 3 buah adalah sebagai berikut. (a)
Tes hasil belajar pada pokok bahasan yang menjadi
METODE pokok bahasan pada semester yang berjalan. Tes
yang digunakan adalah tes pilihan ganda dengan 4
Variabel Penelitian
alternatif jawaban dan tes esay yang dibuat sendiri
Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu vari- oleh penulis dengan memperhatikan taraf kesahihan-
abel bebas adalah motivasi belajar (X1) kecerdasan nya. Tes hasil belajar ini mengukur 3 aspek kognitif
emosional yang diberi simbol (X2) dan variabel terikat yaitu: kemampuan ingatan, pemahaman, penerapan.
adalah hasil belajar biologi yang diberi simbol Y. (b) Angket motivasi belajar biologi, untuk menjaring
data tentang motivasi belajar siswa dalam belajar
biologi. (c) Angket kecerdasan emosional terhadap
Disain Penelitian biologi, untuk menjaring data tentang kecerdasan
Penelitian ini adalah penelitian ex post facto emosional siswa dalam belajar biologi.
yang bersifat korelasional, yang bertujuan untuk me-
ngetahui pengaruh Motivasi Belajar dan Kecerdasan Teknik Analisis Data
Emosional terhadap hasil belajar biologi siswa SMA
Negeri Kota Palopo. Data yang dikumpulkan dari penelitian ini diolah
Desain hubungan antara variabel-variabel pene- dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis
litian dapat digambarkan sebagai berikut : statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskrip-
X1 sikan karakteristik skor responden untuk masing-ma-
sing variabel. Untuk keperluan tersebut digunakan
Y tabel distribusi frekuensi, standar deviasi, mean (skor
rata-rata), nilai maksimum, nilai minimum, range
X2 (rentang skor), koefisien varians.
Statistik inferensial digunakan untuk menguji hi-
Gambar 1. Hubungan antar variabel potesis penelitian. Untuk keperluan tersebut diguna-
kan analisis regresi linier dan korelasi sederhana dan
Keterangan:
ganda.
X1 : Kecerdasan Emosional
X2 : Motivasi Belajar
Y : Hasil Belajar Biologi
Daud, Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar ... 253

HASIL DAN PEMBAHASAN terhadap motivasi belajar dengan skor dalam interval
tersebut tidak dominan, yaitu sebanyak 37 (51,3%)
Sesuai dengan landasan teori dan hasil-hasil pe-
dan ada 25 (34,72%) siswa SMA Negeri 3 motivasi
nelitian yang telah diperoleh serta fenomena di la-
belajar berada pada kategori “sedang”, serta 2 (2,7%)
pangan maka pembahasan hasil-hasil penelitian seba-
siswa SMA Negeri motivasi belajar berada pada
gai berikut. (1). Kecerdasan emosional pada umum-
kategori “sangat tinggi”. Jadi dapat disimpulkan bah-
nya termasuk dalam kategori tinggi. Skor rata-rata
wa motivasi belajar siswa SMA Negeri di kota Palo-
tersebut berada pada interval 152-174 dengan kualifi-
po berada dalam “kualifikasi sedang sampai ting-
kasi “kecerdasan emosional tinggi.”. Hal ini juga
gi”. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar ter-
sejalan dengan banyaknya siswa dengan skor dalam
lihat dalam bentuk: kebutuhan kinerja, penghargaan,
interval tersebut, yaitu sebanyak 33 (45, 83%) dan
tantangan, tanggungjawab, keterlibatan dan kesem-
ada 5 orang siswa yang kecerdasan emosionalnya
patan. (3). Hasil belajar Bilogi siswa SMA Negeri 3
berada pada kategori “tinggi”, serta 31 orang siswa
di kota Palopo, pada umumnya berada pada kategori
yang kecerdasan emosionalnya berada pada kategori
tinggi. Hal ini dapat pula berarti bahwa terdapat 55
“sedang” dan 3 orang siswa yang kecerdasan emosi-
responden atau 76,39 persen yang menunjukkan hasil
onalnya berada pada kategori “rendah”. Jadi dapat
belajar Biologi siswa SMA Negeri 3 di kota Palopo
disimpulkan bahwa kecerdasan emosional siswa
berada dalam kategori tinggi, ada 11 responden atau
SMA 3 di Palopo berada dalam “kualifikasi sedang
15,28% yang menunjukkan hasil belajar Bilogi siswa
sampai tinggi”. Hal ini menunjukkan bahwa
SMA Negeri di kota Palopo berada dalam kategori
kecerdasan emosional dalam bentuk: (a) kesadaran
sedang, dan ada 11 responden atau 8,33 persen yang
diri, mengetahui apa yang kita rasakan suatu saat
menunjukkan hasil belajar Bilogi siswa SMA Negeri
dan menggunakannya untuk mengambil keputusan
di kota Palopo berada dalam kategori tinggi. Tinggi
diri sendiri; memiliki tolok ukur yang realitas atas
rendahnya hasil belajar siswa SMA Negeri tergantung
kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat (b)
kepada berdasarkan materi yang telah dipelajari
pengaturan diri menangani emosi kita sedemikian
siswa. (4). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap
sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan
hasil belajar biologi siswa SMA Negeri di kota Palopo.
tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda
Dari hasil analisis diperoleh nilai F = 63,095 signifikasi
kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran;
pada taraf 5 persen, karena nilai P = 0,000 < 0,05,
mampu pulih kembali dari tekanan emosi, (c)
R = 0,689 dan t = 7,943. Hal ini berarti ada pengaruh
motivasi menggunakan hasrat yang paling dalam
yang positif dan signifikan kecerdasan emosional ter-
untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju
hadap hasil belajar biologi siswa SMA Negeri di kota
sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan
Palopo. Nilai koefisien determinasinya 0,474 yang
bertindak sangat efektif, dan untuk bertahan mengha-
berarti bahwa 47,4 persen hasil belajar Biologi siswa
dapi kegagalan dan frustasi, (e) empati merasakan
SMA Negeri di kota Palopo dapat dijelaskan oleh
yang dirasakan orang lain, mampu memahami pers-
kecerdasan emosional dan 52,6 persen ditentukan
pektif mereka, menumbuhkan hubungan saling perca-
oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian
ya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-ma-
ini, hal ini berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan
cam orang, (f) keterampilan sosial menangani
emosional maka akan semakin baik pula hasil belajar
emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang
biologi siswa SMA Negeri di kota Palopo. (5).
lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan
Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa
sosial; berinteraksi dengan lancar; menggunakan ke-
SMA Negeri di kota Palopo. Dari hasil analisis dipero-
terampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan
leh nilai F = 63,095, signifikasi pada taraf 5 persen,
memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan per-
karena nilai P = 0,000 < 0,05, R = 0,584 dan t =
selisihan, dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam
6,020. Hal ini berarti ada pengaruh yang positif dan
tim. (2). Motivasi belajar siswa SMA Negeri 3 di
signifikan motivasi belajar terhadap hasil belajar Bio-
kota Palopo, pada umumnya berada pada kategori
logi siswa SMA Negeri di kota Palopo. Nilai koefisien
tinggi. Skor rata-rata tersebut berada pada interval
determinasinya 0,341 yang berarti bahwa 34,1 persen
81-92 dengan kualifikasi “motivasi belajar tinggi”.
hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri di kota Palopo
Hal ini juga sejalan dengan pendapat responden
dapat dijelaskan oleh motivasi belajar dan 65,9 persen
254 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 19, NOMOR 2, OKTOBER 2012

ditentukan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam maka akan semakin baik pula hasil belajar Biologi
penelitian ini, hal ini berarti bahwa semakin tinggi siswa SMA Negeri di kota Palopo. (6) Kecerdasan
motivasi belajar maka akan semakin baik pula hasil emosional dan motivasi belajar berpengaruh positif
belajar biologi siswa SMA Negeri di kota Palopo. dan nyata terhadap hasil belajar Biologi siswa SMA
(6). Pengaruh kecerdasan emosional dan motivasi Negeri di kota Palopo, hal ini berarti bahwa semakin
belajar secara simultan terhadap hasil belajar Biologi positif kecerdasan emosional dan semakin tinggi moti-
siswa SMA Negeri 3 di Kota Palopo. Nilai F = 50,391 vasi belajar maka akan semakin tinggi pula hasil bela-
signifikasi pada taraf 5 persen, ni1ai P= 0,000, jar siswa SMA Negeri Kota Palopo.
R=0,770 dan nilai t untuk regresi ganda yaitu 6,547
untuk kecerdasan emosional dan 4,505 untuk motivasi
Saran
belajar. Hal ini berarti bahwa kecerdasan emosional
dan motivasi belajar berpengaruh positif dan nyata Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan
terhadap hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri di yang telah diuraikan di atas, maka diajukan beberapa
kota Palopo, nilai koefisien determinasi 0,594 yang saran yang diharapkan dapat menjadi pertimbangan
berarti bahwa 59,4 persen hasil belajar Biologi siswa dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa SMA
SMA Negeri 3 di Kota Palopo, ditentukan oleh kecer- negeri di kota Palopo. (1) Kepada pihak Dikdasmen
dasan emosional dan motivasi belajar, dan 40,6 persen Depdikbud, diharapkan memprogramkan penataran/
ditentukan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam pelatihan bagi para kepala sekolah, guru terutama
penelitian ini, hal ini berarti bahwa semakin positif yang berkaitan dengan peningkatan kecerdasan emo-
kecerdasan emosional dan semakin tinggi motivasi sional dalam interaksi sosial. (2) Kepada pihak pim-
belajar maka akan semakin tinggi pula hasil belajar pinan Dikpora diharapkan memprogramkan pelatihan
siswa SMA Negeri Kota Palopo. terutama yang berkaitan dengan peningkatkan pening-
katan motivasi belajar siswa. (3) Kepada kepala se-
kolah diharapkan memprogramkan pelatihan teruta-
KESIMPULAN DAN SARAN
ma yang berkaitan dengan peningkatkan peningkatan
Kesimpulan hasil belajar Biologi. (4) Hasil penelitian ini menunjuk-
kan bahwa variabel kecerdasan emosional dan moti-
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian vasi belajar, baik secara sendiri-sendiri maupun secara
ini adalah sebagai berikut. (1) Kecerdasan emosional bersama-sama memberikan pengaruh sebesar
siswa SMA Negeri 3 di kota Palopo, berada dalam (59,40%) terhadap hasil belajar Biologi, maka disaran-
kualifikasi sedang sampai tinggi. (2) Motivasi belajar kan agar variabel-variabel tersebut mendapat perhati-
siswa SMA Negeri di kota Palopo berada dalam an serius dari guru bahasa Biologi SMA Negeri di
“kualifikasi sedang sampai tinggi”. Motivasi bela- Kota Palopo dalam rangka meningkatkan hasil bela-
jar ini didasarkan oleh keinginan untuk kebutuhan jar Biologi siswa pada khususnya dan mutu pendidik-
kinerja, penghargaan, tantangan, tanggungjawab, an pada umumnya. (5) Guru SMA Negeri di Kota
keterlibatan dan kesempatan. (3) Hasil belajar biologi Palopo hendaknya terus berupaya secara kreatif
siswa SMA Negeri di kota Palopo berada dalam mencari terobosan-terobosan baru untuk meningkat-
“kualifikasi tinggi”. Tinggi rendahnya hasil belajar sis- kan motivasi siswa dalam belajar Biologi, dan mem-
wa SMA Negeri tergantung kepada berdasarkan ma- perbaiki, karena hasil penelitian ini menunjukkan
teri yang telah dipelajari siswa. (4) Kecerdasan emo- bahwa kualifikasi siswa SMA Negeri di Kota Palopo
sional pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pada ketiga variabel tersebut masih belum optimal.
hasil belajar Biologi siswa SMA Negeri di kota Palopo, (6) Kepada siswa disarankan agar mau mawas diri
hal ini berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan emo- dan melakukan refleksi untuk menilai apakah sudah
sional maka akan semakin baik pula hasil belajar Bio- memiliki kecerdasan emosional dalam interkasi sosial
logi siswa SMA Negeri di kota Palopo. (5) Motivasi dan motivasi yang tinggi dalam belajar Biologi, atau
belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap sudah dalam belajar, sehingga kecerdasan emosional-
hasil belajar biologi siswa SMA Negeri di kota Palopo, nya semakin baik dan muncul motivasi instrinsik untuk
hal ini berarti bahwa semakin tinggi motivasi belajar segera memperbaikinya.
Daud, Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar ... 255

DAFTAR RUJUKAN Sukardi, Dewa Ketut. 1988. Analisis Tes Psikologis.


Denpasar: Rineka Cipta.
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Memba- Suryabrata, S. 1982. Psikologi Pendidikan: Materi Pendi-
ngun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, ESQ: dikan Program Bimbingan Konseling di Pergu-
Emotional Spiritual Quotient berdasarkan 6 Ru- ruan Tinggi. Y ogyakarta: Depdikbud.
kun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Gagne, Robert M; 1983, The Conditional of Learning,
Persada. Third Edition, Holt Saunders International Editions,
Agung, I Gusti Ngurah. 1998. Analisis Regresi Ganda Japan.
untuk Data Kependudukan (Bagian I), Pusat Hudoyo, Herman. 1979. Pengembangan Kurikulum
Penelitian Kependudukan UGM, Yogyakarta. Ekonomi dan Pelaksanaannya di Depan Kelas,
Cameran, N. 1963. Personality Development and Psycho- Usaha Nasional, Surabaya.
pathology, Hougthtin Company. ………., 1990, Strategi Mengajar Belajar Ekonomi,
Depdikbud. 1991. Ringkasan Hasil Penelitian, Dirjen Penerbit IKIP Malang, Malang.
Dikti Depdikbud, Jakarta. Nurkancana, Wayan., Sumartana, PPN. 1986. Evaluasi
Djaali. 1991. Konsep dan Strategi Pengajaran Ekonomi di Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional.
SD dalam Rangka Peningkatan Kualitas Sumber Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang
Daya Manusia Indonesia. Jurnal Alumni. Vol. 1 Mempengaruhinya. Edisi Revisi, Rineka Cipta,
No. 1 tahun 1991, IKA IKIP Ujungpandang. Jakarta.
Gardner, Howard. 2003. Multiple Intelligence, Kecerdas- Suhastono, Agus. 1990. Hubungan Antar Kecemasan dan
an Majemuk Teori dalam Praktek. Batam: Inter- Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas I Semester II
aksara. SMA Negeri di Kodya Surabaya. Tesis tidak diter-
Goleman, Daniel. 2006. Emotional Intelligence, Kecer- bitkan. Malang: PPS IKIP Malang.
dasan Emosional Mengapa EI Lebih Penting Surakhman, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Belajar
daripada IQ. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Mengajar. Bandung: Tarsito.
Hudojo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Mate- Soedjadi, R. 1985. Mencari Strategi Pengelolaan Pendi-
matika. Malang : IKIP Malang. dikan Ekonomi Menyongsong Era Tinggal Lan-
Nggermanto, Agus. 2001. Quantum Quotient: Kecerdasan das Pembangunan Indonesia. Makalah disampai-
Quantum, Cara Praktis Melejitkan IQ, EQ, dan kan dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar, IKIP
SQ yang Harmonis. Bandung: Nuansa. Surabaya.
Purwanto, M. N. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Thoha, Miftah. 1993. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT.
Remaja Rosdakarya. Raja Grafindo.
Sujana, N. 1994. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Pener-
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Bandung. bit PT Grasindo.

You might also like