You are on page 1of 13

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK DAUN SINGKONG GAJAH


(Manihot utilissima Pohl var. gajah) TERHADAP PERTUMBUHAN
BAKTERI Escherichia coli UNTUK PENGAYAAN MATERI
PADA PRAKTIKUM MATA KULIAH MIKROBIOLOGI

OLEH
Dwiyanto
A1C412014

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JAMBI
JULI 2017

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1


Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2
EFFECT OF CONCENTRATION OF ELEPHANT CASSAVA LEAF
EXTRACT (Manihot utilissima Pohl var. gajah) ON GROWTH
Escherichia coli BACTERIA FOR MATERIAL PROCESSING
IN MICROBIOLOGY CULTURAL PRACTICE

By:
Dwiyanto1), Harlis2), Retni S. Budiarti2)
1)
Student of Biology Education Department of PMIPA FKIP Jambi University
2)
Lecturer of Biology Education Department of PMIPA FKIP Jambi University
Email: 1)jaklastak@gmail.com

ABSTRACT
This research is to know the effect of elephant cassava leaf extract (M.
utilissima Pohl var elephant) on E. coli growth and to know the optimal concentration of
cassava elephant leaf extract (M. utilissima Pohl var elephant) in inhibiting E. coli
growth. This research is an experimental research using Completely Randomized
Design (RAL) which consists of 7 treatments of cassava leaf extract concentration:
control (Chloramphenicol), 5%, 10%, 20%, 40%, 80% and 100%. Each treatment was
repeated four times, so that 28 units of experiments were obtained. The parameters
observed were based on the inhibitory zone diameters formed in the first 8 hours
measured using millimeter paper and phytochemical tests based on the color change that
was formed. The results obtained were analyzed statistically), if any effect then
continued with Duncan Multiple Range Test (DMRT) test at 5% real level. The results
showed that the elephant cassava leaf extract at 5% concentration with the average
width of 6 mm inhibition zone was not significantly different with the concentration of
10% and 100%, but significantly different from other treatments. The treatment of 20%
concentration with inhibit zone of 12.75 mm and 80% with inhibit zone of 20.25 mm
did not differ from the concentration of 40% with the average area of the inhibitory
zone of 15 mm, but significantly different from the other treatments. In the control
treatment (Chloramphenicol) was treated with a mean of the highest inhibit zone of 31
mm and significantly different from other treatments. Based on the research results can
be concluded that cassava leaf extract effect on growth of E. coli, optimal concentration
in inhibiting E. coli growth is 80% concentration.

Keywords : elephant cassava, Escherichia coli

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3


PENDAHULUAN yang meneliti manfaat daun singkong untuk
Latar Belakang Masalah obat penyakit diare yang disebabkan oleh
bakteri.
Indonesia memiliki iklim tropis Diare merupakan penyakit dimana
dengan kelembapan udara yang tinggi. Hal ini penderita mengalami rangsangan buang air
menyebabkan tanahnya subur sehingga banyak besar yang terus-menerus dan tinja atau feses
jenis tanaman yang tumbuh. Dari berbagai yang masih memiliki kandungan air
jenis tanaman tersebut beberapa diantaranya berlebihan. Diare adalah penyebab paling
memiliki khasiat obat untuk beberapa penyakit umum kematian pada balita dan juga
(Mursito dan Prihmantoro, 2002:1). Sehingga membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun
penggunaan tanaman berkhasiat obat dapat (Pratama dan Dwiko, 2013:59). Penyebab
menjadi salah satu alternatif. Salah satunya penyakit diare ini dikarenakan terinfeksinya
dari sekian banyak tanaman yang dapat saluran cerna oleh beberapa bakteri, salah
digunakan sebagai obat adalah tanaman satunya Escherichia coli. E. coli merupakan
singkong (Manihot utilissima Pohl.) bakteri gram negatif yang berbentuk batang
Provinsi Jambi merupakan salah satu dan hidupnya bersifat fakultatif aerob. E. coli
pusat produksi singkong terbesar di Indonesia. merupakan penyebab utama pada penyakit-
Hal ini dikarenakan adanya PT. SGI UTAMA penyakit seperti diare, pneumonia,
yang berada di daerah Tangkit Kabupaten endocardisitis (Enjtang, 2003:104).
Muaro Jambi. Luas lahan pembudidayaan Hasil penelitian yang dilakukan oleh
singkong mencapai 50 hektar dan telah Wardhani dan Supartono (2015:49)
berkembang ke kabupaten lainnya. Varietas menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah
singkong yang dibudidayakan yaitu varietas rambutan yang mengandung tanin, saponin,
gajah. Singkong gajah memiliki keunggulan alkaloid dan flavonoid pada konsentrasi 40%
yaitu produktivitasnya yang tinggi dan hasil mampu menghambat pertumbuhan bakteri
produk olahan yang beraneka ragam. Singkong Escherichia coli. Penelitian lain yang
gajah mampu memproduksi umbi basah per dilakukan oleh Dima, dkk. (2016: 288)
batang 30 kg pada umur 10 bulan. Sehingga menggunakan ekstrak daun kelor yang juga
dalam satu hektar bisa dihasilkan mencapai memiliki kandungan sama seperti daun
210 ton (M. Udin, komunikasi pribadi. 6 singkong dapat menghambat pertumbuhan
Oktober 2016). Selain menjadi tanaman E.coli pada konsentrasi 80%.
pangan, tanaman singkong juga dapat Berdasarkan observasi pada PT. SGI
dijadikan obat herbal. Hal ini dikarenakan UTAMA, tanaman singkong yang digunakan
kandungan dan manfaat tanaman singkong hanya umbinya saja, sedangkan daunnya tidak
yang dapat mengobati beraneka ragam dimanfaatkan ataupun dikelola dengan baik
penyakit. Suparni dan Wulandari (2012:313) sehingga dapat menjadi limbah. Selain itu,
menyebutkan bahwa tanaman singkong kurangnya informasi mengenai tanaman
(Manihot utilissima Pohl.) mengandung singkong (Manihot utilissima Pohl.)
vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, menyebabkan masyarakat kurang memahami
hidrat arang, tanin, enzim peroksidase, khasiat dari tanaman ini. Oleh karena itu, perlu
glikosida, dan kalsium oksalat. Disamping itu, dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang
tanaman singkong juga mengandung zat besi, kandungan zat yang memiliki sifat
fosfor, karborhidrat, protein dan thiamin. antimikroba yang terdapat pada daun tanaman
Selain itu menurut Rosiana, dkk. (2013:2) singkong. Berdasarkan uraian di atas, penulis
menyatakan bahwa daun singkong melakukan penelitian tentang “Pengaruh
mengandung flavonoid dan saponin. Konsentrasi Ekstrak Daun Singkong Gajah
Kandungan zat ini dikenal sebagai senyawa (Manihot utilissima Pohl var. gajah)
yang memiliki peran sebagai antibakteri. Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Pada zaman dahulu, daun dari Escherichia coli Untuk Pengayaan Materi
tanaman singkong ini sudah digunakan oleh Pada Praktikum Mata Kuliah
masyarakat untuk mengobati penyakit diare Mikrobiologi”.
yang disebabkan oleh bakteri. Karena efek
yang mujarab inilah banyak masyarakat yang METODE PENELITIAN
menggunakannya tetapi belum ada peneliti Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4


Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan kemudian disaring dengan kertas saring dan
konsentrasi ekstrak daun singkong gajah dievaporasi pada suhu 50oC. Hasil yang
(Manihot utilissima Pohl var. gajah), yaitu: didapatkan adalah ekstrak 100% semi solid.
P1 = kontrol ( diberi Chloramphenicol) Selanjutnya dibuat larutan ekstrak 100% yang
P2 = ekstrak daun singkong gajah 5% diencerkan dengan akuades untuk
P3 = ekstrak daun singkong gajah 10% mendapatkan konsentrasi 5%, 10%, 20%,
P4 = ekstrak daun singkong gajah 20% 40%, 80% (Nisa, dkk., 2013:2).
P5 = ekstrak daun singkong gajah 40%
P6 = ekstrak daun singkong gajah 80% Pembuatan media
P7 = ekstrak daun singkong gajah 100% NA (Nutrient Agar) merupakan suatu
Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali, media yang berbentuk padat yang dibuat dari
sehingga didapatkan unit satuan percobaan campuran ekstrak daging dan peptone dengan
sebanyak 28 unit satuan percobaan. menggunakan agar sebagai pemadat. NA
Alat-alat yang digunakan dalam merupakan perpaduan antara bahan alamiah
penelitian ini adalah: corong kaca, tabung dan senyawa kimia. Media NA dibuat dengan
reaksi, mortar, erlenmeyer, gelas ukur, jarum cara melarutkan 20 g Nutrient Agar kedalam
ose, rak tabung reaksi, bunsen, pinset, kertas 1000 ml akuades dalam erlenmeyer. Larutan
milimeter, rotari evaporator, laminar air flow, ini selanjutnya dipanaskan diatas kompor
magnetic stirrer, botol vial, cawan petri, listrik dan diaduk menggunakan magnetic
neraca analitik, batang pengaduk, kulkas, stirrer sampai larutan mendidih dan terlarut
inkubator, autoklaf, kompor listrik, pisau, sempurna. Larutan dibiarkan sampai dingin
sudip, botol maserasi, gelas beker, gunting, kemudian disterilisasi dalam autoklaf pada
pipet tetes, dan blender, hand sprayer. suhu 121oC selama 15 menit (Dima, dkk.,
Bahan yang digunakan dalam 2016: 284-285).
penelitian ini adalah: pereaksi Mayer, pereaksi
Dragendorff, pereaksi Wagner, amoniak, Pembuatan kurva
kloroform, H2SO4 pekat, akuades, metanol Pembuatan kurva pertumbuhan
96%, serbuk Mg, HCl pekat, NaCl 0,9 %, dilakukan dengan cara inokulasi bakteri
swab steril, cotton bud steril, koran, alkohol, Escheriachia coli yang telah berumur 24 jam
kertas cakram, kertas label, kertas saring, ke dalam media NA. Kemudian media tersebut
kapas steril, plastik wrap, aluminium foil, diinkubasi secara anaerob dalam inkubator
masker, sarung tangan, biakan murni E. coli, selama 24 jam pada suhu 37°C. Selanjutnya
FeCl3 1%, Nutrient Agar (NA), dan ekstrak biakan bakteri dimasukkan ke tabung 1 yang
daun singkong gajah (M. utilissima Pohl var. telah berisi 9 ml NaCl 0,9 % sebanyak 1 ml
gajah). lalu dikocok. Diambil 1 ml dari tabung 1 dan
dimasukkan ke tabung 2 yang telah berisi 9 ml
Prosedur Penelitian NaCl, dan seterusnya sampai tabung ke-7
Sterilisasi alat dan bahan pengenceran dihentikan. Diambil 1 ml
Semua Alat dan bahan yang suspensi bakteri dari tabung ke-7 dan
digunakan disterilkan agar terhindar dari dimasukkan dalam cawan petri dan
kontaminasi mikroorganisme yang tidak disebarkan di atas media NA sampai merata
diinginkan. dengan metode cawan sebar (Spread Plate).
Media NA diinkubasi dalam inkubator pada
Pembuatan ekstrak daun singkong suhu 37°C selama 24 jam. Dilakukan
Pembuatan ekstrak daun singkong pengamatan setiap 30 menit sekali. Dihitung
gajah berasal dari daun singkong gajah tua koloni yang terbentuk sampai tidak ada lagi
yang dipetik langsung kemudian dicuci bersih, penambahan jumlah koloni, dan hasil yang
setelah itu dipotong-potong dan dicacah diperoleh dibuat kurva pertumbuhan. Dari
menjadi sekecil mungkin. Daun yang sudah kurva pertumbuhan dapat ditentukan
dipotong kemudian dibuat menjadi serbuk pertumbuhan yang optimal dari bakteri
kasar dengan cara diblender. Serbuk sebanyak (Cappuccino dan Sherman, 2013:143).
1 kg dimaserasi dengan metanol dan
didiamkan selama 3-4 hari dengan pengadukan
setiap harinya. Larutan yang didapatkan

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5


Uji ekstrak daun singkong gajah ditambahkan dengan 5 ml metanol dan
terhadap Escherichia coli dipanaskan selama 5 menit di dalam tabung
Bakteri Escherichia coli dibiakkan reaksi. Kemudian ditambah beberapa tetes
dalam media NA dan diinkubasi secara HCL pekat dan 0,2 g bubuk Mg. Adanya
anaerob. Kemudian suspensi bakteri dari flavonoid ditandai dengan timbulnya warna
media ini diambil dengan swab steril dan merah yang kuat (Wardhani dan Supartono,
digoreskan dengan metode cawan gores 2015:48).
(Streak Plate) di atas media NA sampai
merata. Disiapkan kertas cakram dengan Uji alkaloid
diameter 6 mm yang telah dicelupkan pada Sebanyak 2 g sampel dihaluskan
tube berisi berbagai konsentrasi ekstrak daun dengan menggunakan mortar, kemudian
singkong dan chloramphenicol selama 1 menit. ditambahkan dengan 10 ml kloroform.
Selanjutnya kertas cakram diletakkan di atas Campuran dilarutkan dan ditambahkan 5 ml
permukaan agar dan ditekan secara perlahan amoniak. Larutan disaring ke dalam tabung
dengan menggunakan batang steril untuk reaksi dan filtrat ditambahkan 10- 20 tetes
memastikan kertas cakram tersebut melekat H2SO4 2N. Kemudian dikocok dengan teratur
pada permukaan. Selanjutnya ditutup dengan selama 2-3 menit, dibiarkan beberapa hingga
menggunakan plastik wrap dan koran. membentuk 2 lapisan. Lapisan atas diambil
Inkubasi semua cawan petri dengan posisi dan dimasukkan ke dalam tiga tabung reaksi
terbalik selama 8 jam pada suhu 37°C, masing-masing sebanyak 1 ml. Kemudian
kemudian diukur diameter zona hambat “zona setiap tabung tersebut ditambahkan beberapa
hallow” dengan menggunakan kertas tetes pereaksi Mayer, Wagner dan
milimeter (Pelczar dan Chan, 1988: 502). Dragendorff. Hasil positif ditandai dengan
Besarnya diameter dari aktivitas antibakteri terbentuknya endapan putih terhadap pereaksi
oleh bahan aktif dikelompokkan menjadi 4 Mayer, endapan coklat terhadap pereaksi
kategori, yaitu aktivitas lemah (<5 mm), Wagner, dan endapan jingga merah terhadap
sedang (>5-10 mm), kuat (>10-20 mm), dan pereaksi Dragendorff (Wardhani dan
sangat kuat (>20-30 mm) (Cappuccino dan Supartono, 2015:47).
Sherman, 2013:291).
Uji triterpenoid dan steroid
Uji Fitokimia Sebanyak 50-100 mg sampel
Uji tanin dihaluskan dengan menggunakan mortar,
Sebanyak 20 mg sampel dihaluskan kemudian ditambahkan asam asetat glasial
dengan menggunakan mortar dan ditambah sampai semua sampel terendam. Campuran
metanol hingga sampel terendam. Kemudian dibiarkan selama 15 menit, kemudian 6 tetes
ditambahkan 2-3 tetes larutan FeCl3 1%. Hasil larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
positif adanya tanin ditandai dengan dan ditambahkan 2-3 tetes asam sulfat pekat.
terbentuknya warna hitam (Tanaya, 2015: Adanya terpenoid ditunjukkan oleh terjadinya
782). warna merah atau merah ungu, sedangkan jika
warna yang ditunjukkan adalah hijau dan hijau
Uji saponin biru menandakan adanya steroid (Wardhani
Sebanyak 3 g sampel dihaluskan dan Supartono, 2015:48).
dengan menggunakan mortar dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi. Tambahkan akuades Pengamatan
hingga seluruh sampel terendam, dididihkan Pengamatan didasarkan atas diameter
selama 2-3 menit, dan selanjutnya zona hambat yang terbentuk pada 24 jam
didinginkan, kemudian dikocok selama 1-2 pertama diukur dengan menggunakan kertas
menit. Adanya saponin ditunjukkan dengan milimeter dan uji fitokimia berdasarkan
adanya busa yang tidak hilang selama 5 menit perubahan warna yang terbentuk.
(Wardhani dan Supartono, 2015:48).
Analisis Data
Uji flavonoid Pengaruh setiap perlakuan diameter
Sebanyak 20 mg sampel dihaluskan zona hambat terhadap pertumbuhan
dengan menggunakan mortar, kemudian Escherichia coli diketahui dengan

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6


menganalisis secara statistik menggunakan dan 80%, tetapi berbeda dengan perlakuan
sidik ragam (ANOVA), apabila berbeda nyata lainnya. Konsentrasi ekstrak 80% dengan rata-
dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range rata diameter zona hambat 20,25 mm juga
Test (DMRT) pada taraf nyata 5 % berbeda nyata dengan semua perlakuan kecuali
(Sastrosupadi, 2000:57). konsentrasi 40%. Diameter zona hambat yang
terbentuk dari perlakuan kontrol sampai
HASIL PENELITIAN konsentrasi ekstrak daun singkong gajah 100%
Diameter Zona Hambat dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut:
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
(lampiran 6) konsentrasi ekstrak daun
singkong gajah (M. utilissima Pohl var. gajah)
c a b
berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri E. b c
a d
coli. Hal ini ditunjukkan dari F hitung > F d c a b
tabel pada α = 5%, dengan demikian hipotesis d
penelitian diterima. Rata-rata diameter zona a b c
hambat yang terbentuk dari ekstrak daun
singkong gajah setelah uji lanjut DMRT dapat
c
dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini: ab
d
c ba
Tabel 4.1 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun d ab c
d
singkong gajah (M. utilissima Pohl var.
gajah) terhadap pertumbuhan bakteri d e f
Escherichia coli

Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama a b c


No Konsentrasi (%) Rata- rata diameter d
zona hambat (mm)
1 5 6a
2 10 6a
3 20 12,75b g
4 40 15bc
Gambar 4.1 Diameter zona hambat yang terbentuk dari
5 80 20,25c
perlakuan konsentrasi ekstrak daun
6 100 6,25a singkong gajah (Manihot utilissima Pohl
7 Kontrol 31d var. gajah) (a) kontrol (b) 5% (c) 10% (d)
menunjukkan perlakuan tidak berbeda 20% (e) 40% (f) 80% (g) 100%
nyata pada taraf 5% menurut uji DMRT.
Keterangan gambar :
Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa a. Kertas cakram berdiameter 6 mm
pengaruh konsentrasi daun singkong gajah b. Zona hambat pertumbuhan bakteri E. coli
terhadap pertumbuhan bakteri E. coli setelah c. Media NA yang ditumbuhi oleh bakteri E.coli
dilakukan uji DMRT pada taraf nyata 5% d. Kertas milimeter
didapatkan hasil pada perlakuan kontrol
(diberi Chloramphenicol) merupakan zona Uji Fitokimia
hambat terbesar yakni 31 mm. Hal ini Berdasarkan hasil uji kimia yang telah
menggambarkan bahwa pada perlakuan dilakukan, golongan senyawa yang terkandung
kontrol berbeda nyata dengan perlakuan dalam daun singkong gajah (M. utilissima Pohl
lainnya. Pada perlakuan konsentrasi ekstrak var. gajah) berdasarkan terbentuknya
5% dengan diameter zona hambat sebesar 6 perubahan warna dapat dilihat pada Tabel 4.2
mm tidak berbeda nyata dengan perlakuan berikut:
10% dan 100%. Konsentrasi ekstrak 20%
dengan rata-rata diameter zona hambat sebesar
12,75 mm tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi ekstrak 40% tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan konsentrasi ekstrak lainnya
dan kontrol. Konsentrasi ekstrak 40% dengan
rata-rata diameter zona hambat sebesar 15 mm
tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 20 %

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7


konsentrasi tinggi akan bersifat membunuh
Senyawa Metode Uji Warna Hasil
mikroorganisme atau bakterisidal. Kecilnya
Alkaloid a. Mayer Endapan -
zona hambat pada perlakuan konsentrasi
hijau pucat
b. Wagner Endapan + ekstrak daun singkong 100% disebabkan oleh
cokelat kepekatan dan kemampuan difusi bahan.
Triterpenoid Uji Hijau tua - Menurut Fitriani (2014: 10) kemampuan difusi
Liebermann yang rendah disebabkan ekstrak yang terlalu
-Bucchard
pekat karena konsentrasi yang terlalu tinggi.
Steroid Uji Hijau tua +
Liebermann Hal ini menyebabkan ekstrak sulit berdifusi
-Bucchard maksimal ke dalam medium yang
Tanin FeCl3 Hitam + mengandung inokulum. Pada konsentrasi yang
Flavonoid Metanol + Merah tua + lebih tinggi dapat terjadi kejenuhan sehingga
HCl pekat + pekat menyebabkan senyawa-senyawa aktif yang
Mg
Saponin Aquades Busa stabil + terkandung di dalam ekstrak tidak terlarut
(5 menit) sempurna. Hal ini dikarenakan pada
Keterangan: + = terjadi perubahan warna konsentrasi yang tinggi terjadi saling ikat antar
- = tidak terjadi perubahan warna molekul yang terkandung dalam ekstrak
sehingga terbentuk molekul yang berukuran
PEMBAHASAN lebih besar. Semakin tinggi konsentrasi maka
Diameter zona hambat pembentukan senyawa berukuran lebih besar
Pemberian ekstrak daun singkong menjadi lebih banyak sehingga menyebabkan
gajah (Manihot utilissima Pohl var. gajah) senyawa-senyawa aktif yang terkandung
dengan berbagai konsentrasi berpengaruh dalam ekstrak berukuran lebih besar dari
terhadap besar diameter zona hambat pada sebelumnya. Molekul berukuran besar ini tidak
pertumbuhan bakteri Escherichia coli. mampu menembus pori-pori medium agar dan
Besarnya diameter zona hambat yang di menyebabkan tidak terjadi kontak langsung
hasilkan pada setiap perlakuan diperoleh dari antara senyawa aktif dengan bakteri uji.
pengukuran menggunakan kertas milimeter, Aktivitas antibakteri dalam kategori
dimana besar rata-rata diameter zona hambat kuat terdapat pada konsentrasi 20% dan 40%
berkisar antara 6 mm hingga 31 mm. Menurut dengan rata-rata diameter zona hambat
(Cappucino dan Sherman, 2013: 291) besarnya berkisar antara 12,75 mm sampai 15 mm.
diameter dari aktivitas antibakteri oleh bahan Senyawa aktif yang terkandung di daun
aktif dikelompokkan menjadi 4 kategori, yakni singkong gajah pada konsentrasi 20% dan
kategori lemah (<5 mm), sedang (>5-10 mm), 40% berpengaruh terhadap struktur dinding sel
kuat (>10-20 mm), dan sangat kuat (>20-30 bakteri sehingga dapat membentuk zona
mm). Hasil yang didapat pada setiap perlakuan hambat. Aktivitas antibakteri pada konsentrasi
dengan melihat rata-rata diameter zona hambat 20% dan 40% dapat dikatakan bersifat
dari aktivitas antibakteri dapat dikategorikan bakteriostatik atau menghambat namun tidak
sedang, kuat dan sangat kuat. membunuh secara optimal.
Perlakuan ekstrak daun singkong yang Perlakuan yang memiliki aktivitas
memiliki aktivitas antibakteri dalam kategori antibakteri yang sangat kuat terdapat pada
sedang yakni pada konsentrasi 5%, 10%, dan perlakuan pemberian ekstrak daun singkong
konsentrasi 100% dengan diameter zona konsentrasi 80% dan perlakuan kontrol (diberi
hambat sebesar 6 mm sampai 6,25 mm. Hal ini Chloramphenicol), dimana rata-rata diameter
disebabkan karena pada konsentrasi 5% dan zona hambat yang dihasilkan antara 20,25 mm
10% senyawa metabolit sekunder pada ekstrak sampai 31 mm. Konsentrasi 80% merupakan
daun singkong sebenarnya sudah berpengaruh konsentrasi optimal dari ekstrak daun
terhadap dinding sel bakteri, tetapi pada singkong gajah (M. utilissima Pohl var. gajah)
konsentrasi kecil hanya bersifat menghambat dalam menghambat pertumbuhan bakteri E.
dan kurang efektif dalam membunuh bakteri. coli. Diameter zona hambat pada konsentrasi
Pernyataan ini sesuai dengan pendapat 80% merupakan diameter zona hambat yang
Miranti, dkk (2013:16) yang menyatakan paling luas dan berbeda nyata dibandingkan
bahwa antibakteri apabila digunakan pada konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40%, dan 100%.
konsentrasi kecil hanya bersifat menghambat Terbentuknya zona hambat yang luas
(bakteriostatik), tetapi apabila digunakan pada dikarenakan tidak terjadinya saling ikat antar

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8


molekul sehingga molekul dapat kontak bakteriostatis terhadap sejumlah bakteri gram
langsung dengan bakteri E. coli dan positif maupun bakteri gram negatif.
menghambatnya. Selain itu, senyawa aktif Mekanisme kerja antibiotik ini berdasarkan
yang terkandung dalam daun singkong penghalangan sintesa polipeptida bakteri.
berpengaruh terhadap struktur dinding sel Sedangkan menurut Pratiwi (2008:158)
bakteri yang memiliki lipopolisakarida (LPS) Chloramphenicol memberikan efek dengan
sebagai materi endotoksin dari bakteri E. coli. cara bereaksi pada sub unit 50S ribosom dan
Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Dima, menghalangi aktivitas enzim peptidil
dkk (2016:288) dimana pada konsentrasi transeferase. Enzim ini berfungsi untuk
ekstrak daun kelor 80% efektif dalam membentuk ikatan peptida antara asam amino
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli baru yang masih melekat pada tRNA dengan
dengan rata-rata diameter zona hambat sebesar asam amino terakhir yang sedang berkembang.
22,66 mm. Hal ini disebabkan senyawa Akibatnya sintesis bakteri akan terhenti
metabolit sekunder pada daun kelor sama seketika dan bakteri yang terkena
dengan senyawa metabolit sekunder yang Chloramphenicol akan terhambat.
terdapat pada daun singkong, seperti alkaloid, Terhambatnya bakteri ini ditandai adanya zona
flavonoid dan saponin. bening di sekitar kertas cakram.
Pada perlakuan kontrol (diberi Zona hambat yang terbentuk pada
Chloramphenicol) merupakan perlakuan yang setiap perlakuan dipengaruhi oleh struktur
menghasilkan rata-rata diameter zona hambat kimia dinding sel bakteri. Pada dinding sel
paling besar, yakni sebesar 31 mm. Soemarno bakteri E. coli tersusun atas membran luar,
(2012:120) menyebutkan bahwa luas ruang periplasmik, dan membran dalam.
penghambatan Chloramphenicol pada zona Membran luar terdiri dari fosfolipid,
hambat dibagi menjadi tiga, yaitu: zona lipopolisakarida (LPS), porin, dan lipoprotein
hambat berdiameter <13 mm dikategorikan murein. Ruang perplasmik terdiri atas protein
resistent, zona hambat berdiameter 13-17 mm periplasmik dan peptidoglikan. Sedangkan
di kategorikan intermediate, dan zona hambat pada membran dalam terdapat dwilapis
berdiameter >17 mm dikategorikan sensitif. fosfolipid dan protein (Purwoko, 2007:21).
Oleh karena itu zona hambat yang dihasilkan Nuraini (2007:61) menyatakan bahwa pada
pada perlakuan kontrol (diberi bakteri gram negatif, lapisan dinding selnya
Chloramphenicol) dapat dikategorikan sensitif mengandung 5-10% peptidoglikan, selebihnya
karena diameter zona hambat lebih dari 17 terdiri dari protein, lipopolisakarida dan
mm. lipoprotein. Terbentuknya zona hambat diduga
Berdasarkan rata-rata diameter zona karena antimikroba yang digunakan merusak
hambat pada setiap perlakuan, maka perlakuan bagian lipopolisakarida bakteri, dimana
kontrol memiliki rata-rata dimeter zona lipopolisakarida ini berfungsi mencegah
hambat yang paling luas dan memiliki kerusakan sel. Selain itu adanya selaput
aktivitas antibakteri yang sangat kuat. Tetapi khusus berupa porin pada bakteri
pada perlakuan ekstrak daun singkong 80% memudahkan difusi pasif senyawa hidrofilik
juga memiliki aktivitas yang sangat kuat dengan molekul yang lebih rendah.
meskipun luas zona hambat yang dihasilkan
tidak sebesar perlakuan kontrol. Pada Uji Fitokimia
perlakuan kontrol dan ekstrak daun singkong Hasil uji fitokimia dari daun singkong
80% memiliki sifat bakteriostatis atau gajah dengan menggunakan beberapa metode
menghambat pertumbuhan, hal ini dapat uji menunjukkan bahwa di dalam daun
diketahui dari tidak terdapatnya bakteri E. coli singkong gajah terkandung beberapa senyawa
di sekitar kertas cakram. Sedangkan pada aktif yang dapat menghambat pertumbuhan
perlakuan ekstrak daun singkong yang lain bakteri Escherichia coli. Hasil uji fitokimia
yakni 5%, 10%, 20%, 40%, dan 100% juga dapat dilihat pada Tabel 4.2 yang
dapat dikatakan bakteriostatis, tetapi dalam menunjukkan terdapat lima senyawa aktif
kadar yang sedikit atau terlalu pekat yaitu: alkaloid, saponin, tanin, flavonoid dan
menyebabkan tidak optimalnya dalam steroid. Indikator terdapatnya senyawa aktif
menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut yang terkandung dalam daun singkong varietas
Tjay dan Rahardja (2007:85) Chlorampenicol gajah yakni terjadinya perubahan warna pada
merupakan antibiotik yang bersifat setiap senyawa.

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9


Hasil uji fitokimia yang diperoleh bahwa daun singkong gajah positif
dalam penelitian berbeda dengan pendapat mengandung steroid. Perubahan warna
Nisa, dkk (2013:2) yang menyatakan pada tersebut diduga karena adanya reaksi senyawa
daun singkong hanya terdapat tiga senyawa steroid dengan H2SO4 dan asam asetat
aktif yakni saponin, flavonoid, dan anhidrida. Senyawa steroid akan lebih bereaksi
triterpenoid. Sedangkan hasil yang didapatkan dengan asam asetat anhidrida daripada dengan
terdapat senyawa lain seperti tanin, alkaloid H2SO4 sehingga terbentuklah warna hijau.
dan steroid. Hal ini diduga karena penggunaan Steroid banyak terdapat di alam
pelarut metanol pada saat memaserasi daun sebagai senyawa lipid dari tanaman ataupun
singkong. Kerja dari metanol itu sendiri yakni hewan. Zat ini penting sebagai pengatur
menarik semua senyawa aktif yang terdapat aktiitas biologis dalam organisme hidup.
pada suatu sampel, baik itu senyawa polar, Steroid dibentuk oleh bahan alam yang disebut
semi polar ataupun nonpolar sterol. Sterol merupakan senyawa yang
Uji fitokimia ini dimulai dengan uji terdapat pada lapisan malam (lilin) daun dan
alkaloid. Pada uji alkaloid pereaksi yang buah yang berfungsi sebagai pelindung untuk
digunakan adalah pereaksi Wagner dan menolak serangga dan serangan mikroba.
pereaksi Mayer. Hasil uji alkaloid dengan Pada uji tanin, cara kerjanya yakni
menggunakan pereaksi Mayer dan Wagner dengan menambahkan beberapa tetes FeCl3
diperoleh larutan berwarna merah kecoklatan 1% pada serbuk daun singkong varietas gajah.
dengan endapan cokelat pada pereaksi Hasil uji tanin ini adalah terbentuknya warna
Wagner. Uji alkaloid menggunakan pereaksi hitam pada larutan. Warna hitam ini
Mayer didapatkan larutan berwarna hijau menunjukkan bahwa daun singkong gajah
bening dengan endapan berwarna hijau pucat. positif mengandung tanin. Menurut Tanaya
Pada pereaksi Wagner diperoleh adanya (2015:782) perubahan warna tersebut
endapan cokelat di larutan yang menandakan disebabkan adanya ikatan kovalen antara ion
bahwa pada daun singkong varietas gajah Fe3+ dengan atom O-2 dari gugus fungsi OH-
positif mengandung alkaloid. Sedangkan pada senyawa tanin yang melepaskan atom H+ dan
pereaksi Mayer di dapatkan larutan dengan menghasilkan senyawa komplek yang
warna hijau bening dan adanya endapan hijau berwarna hijau kehitaman, ungu, biru, atau
pucat yang menandakan daun singkong gajah hitam. Menurut Karlina (2013:92) senyawa
negatif mengandung alkaloid. Perbedaan hasil tanin mampu menghambat pertumbuhan
ini dapat disimpulkan bahwa pada daun bakteri dengan cara mengkoagulasi
singkong varietas gajah terdapat alkaloid protoplasma bakteri. Mekanisme
dalam kadar yang sedikit. penghambatan tanin yaitu dengan cara dinding
Menurut Retnowati, dkk. (2011:8) bakteri yang telah lisis akibat saponin dan
Alkaloid memiliki kemampuan sebagai flavonoid menyebabkan senyawa tanin dapat
antibakteri. Cara kerja alkaloid sebagai dengan mudah masukk ke dalam sel bakteri
antibakteri yakni dengan cara menggangu dan mengkoagulasi protoplasma sel bakteri.
komponen penyusun peptidoglikan pada sel Uji fitokimia selanjutnya adalah uji
bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak senyawa flavonoid dengan menggunakan
terbentuk secara utuh. Terganggunya serbuk Mg dan HCl pekat. Pada hasil uji
kompenen penyusun petidoglikan flavonoid diperoleh warna merah tua pekat.
mengakibatkan pembentukan sel tidak warna merah ini menunjukkan bahwa pada
sempurna karena tidak mengandung daun singkong varietas gajah positif terdapat
peptidoglikan dan dinding selnya hanya senyawa flavonoid. Perubahan warna tersebut
meliputi membran sel. Keadaan ini disebabkan oleh terjadinya hidrolisis flavonoid
menyebabkan sel bakteri mudah mengalami glikosida menjadi aglikon flavonoid dengan
lisis, baik berupa fisik maupun osmotik dan penambahan asam kuat yang selanjutnya akan
menyebabkan kematian sel. membentuk senyawa kompleks dengan serbuk
Uji fitokimia yang selanjutnya adalah magnesium dan menghasilkan perubahan
Uji steroid atau uji triterpenoid. Uji steroid warna menjadi merah (Tanaya, 2015:782).
atau triterpenoid ini menggunakan pereaksi Menurut Retnowati (2011:7)
Lieberman Burchard. Hasil uji steroid atau mekanisme kerja flavonoid yakni dengan cara
triterpenoid yang diperoleh yakni larutan mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak
berwarna hijau tua. Hal ini menunjukkan membran sitoplasma. Rusaknya membran

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 10


sitoplasma ini mengakibatkan bocornya bakteri E. coli yaitu konsentrasi 80% dan
metabolit penting dan menginaktifkan sistem bersifat bakteriostatik.
enzim bakteri. Kerusakan ini memungkinkan 5.2 Saran
nukleotida dan asam amino merembes keluar Berdasarkan penelitian yang telah
dan mencegah masuknya bahan-bahan aktif ke dilakukan disarankan:
dalam sel, keadaan ini dapat mengakibatkan 1. Ekstrak daun singkong gajah (M.
kematian sel. utilissima Pohl var. gajah) digunakan
Uji terakhir yang dilakukan yakni uji sebagai pengobatan secara tradisional
saponin. Hasil yang diperoleh pada uji ini sebagai antimikroba.
yakni adanya busa yang bertahan selama lima 2. Perlu dilakukannya isolasi terhadap
menit pada larutan uji. Adanya busa ini senyawa metabolit sekunder secara
menandakan bahwa daun singkong gajah spesifik yang terkandung pada daun
positif mengandung senyawa saponin. singkong gajah (M. utilissima Pohl var.
Menurut Karlina (2013:92) Saponin gajah) sehingga aktivitas antimikrobanya
merupakan senyawa metabolit sekunder yang dalam menghambat pertumbuhan mikroba
bersifat antimikroba. Dalam menekan semakin besar.
pertumbuhan bakteri, saponin dapat
menurunkan tegangan permukaan dinding sel DAFTAR RUJUKAN
bakteri. Pada saat tegangan permukaan Anonim. 2016. Agriculture Singkong Gajah.
terganggu zat antibakteri akan dengan mudah Jambi: PT. Singkong Gajah Indonesia
masuk kedalam sel dan akan menggangu Utama.
metabolisme hingga akhirnya terjadilah
kematian bakteri. Sedangkan menurut . 2017. Escherichia coli. Diakses
Retnowati (2011:7-8) cara kerja saponin yakni tanggal 15 April 2017.
dengan cara merusak membran sitoplasma. https://www.cdc.gov/ecoli/
Rusaknya membran sitoplasma mengakibatkan
Cappuccino, J. G., dan Sherman, N., 2013.
sifat permeabilitas membran sel berkurang
Microbiology: A Laboratory Manual.
sehingga transport zat ke dalam sel dan ke luar
New York: Benjamin/ cummings
menjadi tidak terkontrol. Zat berada di dalam
publishing company.
sel seperti ion organik, enzim, asam amino,
dan nutrisi dapat keluar dari sel. Apabila Dima, L.L.R.H., Fatimawali, Lolo, W.A.,
enzim-enzim keluar dari sel bersama dengan 2016. Uji Aktivitas Ekstrak Daun
zat-zat seperti air dan nutrisi dapat Kelor (Moringa oleifera L.) Terhadap
menyebabkan metabolisme terhambat Bakteri Escherichia coli dan
sehingga terjadi penurunan ATP yang Staphylooccus aureus. Jurnal ilmiah
diperlukan untuk pertumbuhan dan Farmasi. 5 (2): 282-289.
perkembangbiakan sel, selanjutnya
pertumbuhan sel bakteri menjadi terhambat Ditjen P2PL, 2011. Lima Langkah Tuntaskan
dan menyebabkan kematian sel. Diare. Jakarta: DepKes RI.

PENUTUP Enjtang, I., 2003. Mikrobiologi dan


Parasitologi. Bandung: PT Citra
Simpulan
Aditya Bakti.
Berdasarkan hasil penelitian tentang
pengaruh konsentrasi ekstrak daun singkong Fitoni, C.N., Asri, M.T., dan Hidayat, T.,
gajah (M. utilissima Pohl var. gajah) terhadap 2013. Pengaruh Pemanasan Filtrat
pertumbuhan bakteri E. coli, dapat Rimpang Kunyit (Curcuma llonga)
disimpulkan bahwa: terhadap Pertumbuhan Koloni Bakteri
1. Ekstrak daun singkong gajah (M. Coliform Secara In Vitro. Lentera Bio.
utilissima Pohl var. gajah) berpengaruh 2 (3): 217-221.
terhadap pertumbuhan bakteri E. coli.
2. Konsentrasi ekstrak daun singkong gajah Fitriani, A., 2014. Aktivitas Alkaloid
(M. utilissima Pohl var. gajah) yang Ageratum conyzoides L. Terhadap
optimal dalam menghambat pertumbuhan Pertumbuhan Bakteri Stapylococcus
aureus secara In Vitro. Jurusan

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 11


Pendidikan Biologi, FPMIPA, Putri, D.D., Nurmagustina, D.E., dan Chandra,
Universitas Pendidikan Indonesia. A.A., 2014, Kandungan Total Fenol
dan Aktivitas Antibakteri Kelopak
Harborne, J.B., 1996. Metode Fitokimia: Buah Rosela Merah dan Ungu Sebagai
Penuntun Cara Modern Menganalisa Kandidat Feed Additive Alami Pada
Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB. Broiler. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan. 14 (3): 174-180.
Karlina, C.Y., Ibrahim, M., Trimulyono, G.,
2013. Aktivitas antibakteri ekstrak Retnowati, Y., Bialangi, N., dan Posangi,
herba krokot (Portulaca oleracea L.) N.W., 2011. Pertumbuhan bakteri
terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus aureus pada Media
Escherichia coli. Lentera bio. 2(1):87- yang Diekspos dengan Infus Daun
93. Sambiloto (Andrographis paniculata).
Saintek. 6 (2):1-9.
Miranti, M., Prasetyorini dan Suwary, C.,
2013. Perbandingan Aktivitas Ristono, Rastana, G., Rastana, E., 2014.
Antibakteri Ekstrak Etanol 30% dan Singkong Gajah to the World.
96% Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Surakarta: UNS Press.
sabdariffa L.) Terhadap Bakteri
Staphylococcus aureus. Ekologia. Robinson, T., 1995. Kandungan Organik
13(1):35-41. Tumbuhan Tinggi. Jakarta: Penerbit
ITB.
Mursito, B. dan Prihmantoro, H., 2002.
Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Rosiana, D.N., Eliana, I., dan Sulistiyani, E.,
Jakarta: Penebar Swadaya. 2013. Efek Ekstrak daun Singkong
(Manihot Esculenta) Terhadap
Muslimin, L.W., 1996. Mikrobiologi Ketebalan Regenerasi Eptel Lesi
Lingkungan. Jakarta: Kantor PPLH. Traumatik pada Mencit BALB/C
Jantan. Artikel Ilmiah Hasil
Nisa, V.M., Meilawaty, Z., dan Astuti, P., Mahasiswa. Fakultas Kedokteran Gigi,
2013. Efek Pemberian Ekstrak Daun Universitas Jember (UNEJ): 1-5.
Singkong (Manihot esculenta)
Terhadap Proses Penyembuhan Luka Sastrosupadi, A., 2000. Rancangan Percobaan
Gingiva Tikus (Rattus norvegicus). Praktis Bidang Pertanian Edisi Revisi.
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Yogyakarta: Kanisius.
Mahasiswa. Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Jember (UNEJ): 1-7. Soemarno. 2013. Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Klinik. Yogyakarta: AAK.
Nuraini, A.D., 2007. Ekstraksi Komponen
Antibakteri dan Antioksidan dari Biji Suhaemi, Z., 2011. Rancangan Penelitian dan
Teratai (Nymphaea pubescens Willd). Rancangan Percobaan. Padang:
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian Universitas
Bogor. Tamansiswa.

Pelczar, M.J., dan Chan, E.C.S., 1988. Dasar- Suparni dan Wulandari, 2012. Herbal
dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI Nusantara. Yogyakarta: Rapha
Press. Publishing.

Pratama, A.B. dan Dwiko, F., 2013. Therapy Syah, A., 2011. Obat Herbal Luar Biasa.
Herbal Back to Nature. Jakarta: Jakarta: CV Pustaka Agung Harapan.
Pustaka Media.
Tanaya, V., Retnowati, R., dan Suratmo, 2015.
Pratiwi, S., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Fraksi Semi Polar dari Daun Mangga
Jakarta: Erlangga. Kasturi (Mangifera casturi Kosterm),
Kimia Student Journal. 1(1):778-784.
Purwoko, T., 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta:
PT Bumi Aksara.

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 12


Tjay, T.H dan Rahardja, K., 2007. Obat-obat
Penting, Kasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.

Tjitrosoepomo, G., 1994. Taksonomi


Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Udin, Muhammad. 2016. “Singkong Gajah”.


Kecamatan Tangkit, Muaro Jambi.

Waluyo, L., 2004. Mikrobiologi Umum.


Malang: UMM Press.

Wardhani, R.A.P., dan Supartono., 2015. Uji


Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
Buah Rambutan (Nephelium
lappaceum L.) pada bakteri.
Indonesian Journal of Chemical
Science. 4 (1): 47-48.

Dwiyanto (A1C412014) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 13

You might also like