You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/313840396

Pengaruh ekstrak daun kersen terhadap daya tetas dan mortalitas telur itik
hibrida

Article · August 2016


DOI: 10.21776/ub.jiip.2016.026.02.2

CITATION READS

1 669

5 authors, including:

Galuh Dianita Fitri Heli Tistiana


Brawijaya University Brawijaya University
2 PUBLICATIONS   1 CITATION    2 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Galuh Dianita Fitri on 09 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 8 - 13
ISSN: 0852-3681
E-ISSN: 2443-0765
©Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/

Pengaruh ekstrak daun kersen terhadap daya tetas dan mortalitas


telur itik hibrida

Fatikhatul Huda Alkhakim, Muhammad Ngalaul Huda, Galuh Dianita Fitri, Dewi Am-
barwati dan Heli Tistiana

Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang


Jl. Veteran Malang 65145 Jawa Timur
helly_satwa@yahoo.co.id

ABSTRACT: Duck was one of animal protein resources which still has a low
hatchability rate. There were Staphylococcus aureus and Salmonella sp.bacteria on
hatch egg that can influence mortality of embryos. The objective of the research was to
investigate the potential of Muntingia calabura leaf extract as natural antibacteria on
the hatchability and embryos mortality of duck’s egg. The research method was field
experiment by completely randomized design with five treatments and four replica-
tions: P0 (without treatment), A0 (chemical antibacteria), P1(10% of Muntingia cala-
bura leaf extract), P2 (20% of Muntingia calabura leaf extract) and P3 (30% of
Muntingia calabura leaf extract). These research used four hundred eggs and semi
automatical machine for 28 days. Data were analyzed using one–way Anova. The
results showed that Muntingia calabura leaf extract has a very significant effect
(P<0,01) on hatchability and embryos mortality. The best treatment was found on 20%
of Muntingiacalabura leaf extract which increased 12,01% ofhatchability and de-
creased 43,42% of mortality rate.

Keywords: Muntingia calabura, antibacteria, hatchability, embryos mortality

PENDAHULUAN Day Old Duck (DOD) sebagai bibit itik


Ternak itik memiliki peran pen- sering mengalami kelangkaan.
ting sebagai penyedia protein hewani Permasalahan ini membutuhkan
berupa daging dan telur. Seiring ber- solusi untuk menunjang produksi DOD
jalannya waktu kebutuhan masyarakat itik dalam jumlah besar secara massal.
terhadap daging dan telur itik cenderung Penggunaan mesin tetas sebagai media
meningkat, tetapi tidak diimbangi penetasan telur itik sudah banyak dil-
dengan ketersediaan pasokan produk akukan, tetapi seringkali daya tetas telur
yang mencukupi. Menurut Direktorat itik rendah dikarenakan rendahnya hi-
Jendral Peternakan (2010), peran itik gienitas telur tetas itik. Salah satu faktor
sebagai penghasil daging di Indonesia yang harus diperhatikan dalam proses
masih rendah, yaitu hanya dapat penetasan adalah kebersihan kerabang
memenuhi 6,4 ribu ton dari kebutuhan telur yang merupakan bagian terluar
itik sebesar 14,3 ribu ton, sehingga ke- telur yang masih mengandung kotoran
kurangan daging mencapai 7,9 ribu ton. terutama eskreta sehingga berpotensi
Hal ini terjadi dikarenakan ketersediaan sebagai sumber bakteri pathogen yang
mampu mengganggu pertumbuhan em-

8
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 8 - 13

brio. Anderson (2012) menyebutkan ningkatkan permeabilitas sel sehingga


bahwa bakteri Staphylococcus aureus terjadi perubahan struktur sel dan fungsi
dan Salmonella sp. banyak ditemukan membran yang menyebabkan denaturasi
pada telur tetas. Kedua bakteri tersebut protein membran dan membran sel
akan dapat menyebabkan kegagalan mengalami lisis dan rusak. Penelitian
penetasan yang disebabkan oleh mat- tentang penggunaan daun kersen sering
inya embrio (Soeripto dan Poeloengan, dilakukan. Salah satunya adalah hasil
1991). Oleh karena itu proses desinfeksi penelitian Prasetyanti, dkk (2016) yang
pada telur itik tetas harus dilakukan. menunjukkan bahwa daun kersen efektif
Proses desinfeksi telur tetas bi- untuk menurunkan jumlah bakteri da-
asanya menggunakan formaldehyde lam susu dan skor CMT. Selain itu,
atau formalin sebagai desinfektan. For- daun kersen dapat digunakan sebagai
malin yang digunakan sebagai desin- alternatif antiseptik untuk teat dipping
fektan dapat berakibat fatal pada mat- sapi perah dan sebagai alternatif untuk
inya embrio dan meningkatkan abnor- pengobatan mastitis sub klinis.
malitas ketika dosis penggunaannya Potensi besar yang dimiliki daun
berlebihan (Nandhra dkk., 2012). Hal kersen (Muntingia calabura) dengan
ini diperkuat oleh Zamzamy dkk.(2015) senyawa antibakteri yang dimiliki
yang menyebutkan bahwa desinfeksi membuka peluang untuk dapat diguna-
dengan bahan kimia pada konsentrasi kan sebagai pengganti formalin dalam
rendah tidak dapat membunuh bakteri proses fumigasi telur tetas. Oleh karena
patogen pada telur, sedangkan pada itu, penelitian ini bertujuan untuk
konsentrasi yang terlalu tinggi dapat mengetahui manfaat ekstrak daun kerses
membunuh embrio telur. Oleh sebab itu, (Muntingia calabura) sebagai desin-
diperlukan bahan herbal yang mampu fektan alami dan pengaruhnya terhadap
menggantikan fungsi formalin sebagai daya tetas telur itik.
desinfektan. Beberapa bahan herbal
yang disinyalir mampu menghambat MATERI DAN METODE
bahkan membunuh bakteri patogen pa- Penetasan telur itik dilaksanakan
da telur yaitu daun kersen. di kandang penetasan Desa Junrejo,
Daun kersen (Muntingia cala- Kabupaten Malang. Ekstraksi daun ker-
bura) memiliki beberapa kandungan sen sebagai antibakteri alami dilaksana-
senyawa aktif yang mampu bekerja se- kan di Laboratorium Materia Medica,
bagai antibakteri. Flavonoid, saponin Batu, Malang. Penelitian ini dilaksana-
dan tanin terkandung dalam daun kersen kan selama 5 bulan. Materi penelitian
bersifat antibakteri (Kurniawan dkk., adalah 400 butir telur itik Hibrida yang
2013). Flavonoid mampu berperan seca- diperoleh dari peternakan rakyat di
ra langsung sebagai antibakteri dengan Desa Junrejo, Kabupaten Malang. Telur
mengganggu fungsi dari bakteri dan ta- tetas yang digunakan telah terseleksi
nin. Selain itu, flavonoid dapat meng- menurut berat telur, bentuk telur, dan
hambat enzim ekstraseluler bakteri dan warna telur. Aquades dan etanol dibeli
mengambil alih substrat yang diguna- dari toko farmasi.
kan dalam pertumbuhan bakteri sehing- Prosedur pembuatan ekstrak
ga mampu menghambat pertumbuhan- daun kersen dimulai dari daun kersen
nya (Nurwantoro dan Resmisari., 2004). yang diambil dari Desa Junrejo, Kota
Yudhistira, dkk. (2012) menyatakan Batu dikeringkan dengan cara diangin-
bahwa senyawa saponin dapat merusak anginkan selama 2 hari. Setelah itu
membran sel mikroba dengan cara me- dilakukan pengovenan pada suhu 40oC

9
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 8 - 13

selama 17 jam. Setelah kering, daun meminimalisir exploding egg.


kersen digiling (grinding) untuk
membentuk serbuk simplisia. Rancangan penelitian
Selanjutnya, serbuk simplisia daun Penelitian ini menggunakan
kersen mulai diekstraksi. Daun kersen rancangan acak lengkap dengan 5 kali
dimaserasi dengan etanol 70% selama perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan
48 hari. Hasil maserasi disaring dengan yang diberikan adalah:
kertas saring hingga dihasilkan maserat. P0 : Konsentrasi 0% = Tanpa pen-
Selanjutnya maserat diuapkan agar celupan (Kontrol negatif)
kadar etanol 70% menghilang. Setelah A0 : Antibakteri kimia 2,5 ml + 100 ml
itu, maserat kembali dioven dengan aquadest (Kontrol positif)
suhu 40oC selama 12 jam. Setelah P1 : Konsentrasi 10% = 10 ml ekstrak
ekstrak sudah siap untuk digunakan, daun kersen + 90 ml aquadest
kemudian ditakar sesuai perlakuan dan P2 : Konsentrasi 20% = 20 ml ekstrak
diencerkan dengan aquades. daun kersen + 80 ml aquadest
Penelitian ini menggunakan 4 P3 : Konsentrasi 30% = 30 ml ekstrak
mesin tetas semi otomatis berkapasitas daun kersen + 70 ml aquadest
100 butir. Setiap mesin tetas dilengkapi Variabel yang diamati adalah
4 lampu 10 watt sebagai pemanas dan persentase daya tetas dan mortalitas
termostat pengatur suhu. Mesin tetas embrio. Data penelitian dianalisis
tersebut juga dilengkapi termometer menggunakan one-way Anova dengan
indikator suhu dan higrometer indikator bantuan MS Excel 2013. Apabila ter-
kelembaban. Sebelumnya, suhu mesin dapat perbedaan pengaruh diantara per-
tetas diatur 38,5oC dan dibersihkan dari lakuan dilanjutkan uji beda nyata
kotoran sisa penetasan sebelumnya. terkecil (BNT).
Telur itik pada mesin tetas
dibalik secara manual 3 kali sehari HASIL DAN PEMBAHASAN
mulai hari ke-4 dan pembalikan
dihentikan pada hari ke-25. Daya tetas
Peneropongan telur dilakukan pada hari Hasil penelitian daya telur tetas
ke-4, 14 dan 21 untuk mengetahui itik dengan ekstrak daun kersen pada
perkembangan dan mortalitas embrio. beberapa proporsi berbeda terhadap
Embrio yang mati saat peneropongan daya tetas disajikan pada Gambar 1.
langsung dikeluarkan dari mesin untuk

Gambar 1. Grafik daya tetas setelah diberi perlakuan

10
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 8 - 13

Pengaruh pemberian ekstrak menghambat enzim ektraseluler


daun kersen dalam proses pencelupan mikroba, mengambil alih substrat yang
telur tetas yang optimal adalah pada dibutuhkan pada pertumbuhan mikroba,
konsentrasi 20% karena mampu atau bekerja langsung pada metabolisme
meningkatkan daya tetas sebesar dengan cara menghambat proses
12,01%. Hasil ini menunjukkan oksidasi, sehingga keluarnya air dan
perbedaan yang sangat nyata (P<0,01). gas-gas dalam telur dapat dicegah
Konsentrasi tertinggi (30%) (Nurwantoro dan Resmisari, 2004).
memberikan hasil terendah terhadap Adanya bahan-bahan aktif
daya tetas. Hal ini terjadi karena ekstrak berupa tanin, saponin dan flavonoid
yang digunakan untuk pencelupan yang terkandung sebagai antibakteri
memiliki konsentrasi yang terlalu pekat pada daun kersen (Muntingia calabura
sehingga akan menutup pori-pori telur L.) dengan pelarut etanol berperan
yang menyebabkan kebutuhan oksigen utama dalam menghambat pertumbuhan
embrio tidak tercukupi. Peningkatan maupun membunuh bakteri
persentase daya tetas telur disebabkan Streptococcus agalactiae. Sasaran
karena zat aktif dalam ekstrak daun utama kandungan antibakteri dalam ek-
kersen mampu menghambat strak etanol daun kersen adalah dinding
pertumbuhan bakteri merugikan pada sel.
telur tetas. Zat antibakteri seperti tannin
dan flavonoid berperan dalam Mortalitas embrio
peningkatan daya tetas telur. Data hasil penelitian dengan ek-
Tannin merupakan polifenol strak daun kersen pada beberapa propor-
yang larut dalam air dan banyak si berbeda terhadap mortalitas embrio
dimanfaatkan terutama untuk proses ditampilkan dalam bentuk diagram
penyamakan kulit. Mekanisme batang pada Gambar 2.
antibakteri tannin antara lain

Gambar 2. Mortalitas telur itik dengan pemberian ekstrak daun kersen

Pengaruh pemberian ekstrak perbedaan yang sangat nyata (P<0,01).


daun kersen dalam proses pencelupan Tingkat kematian embrio terbesar
telur tetas yang optimal adalah pada dihasilkan dari perlakuan tanpa
konsentrasi 20% yaitu mampu penambahan ekstrak daun kersen
menurunkan mortalitas embrio sebesar (21,67%).
43,42%. Hasil ini menunjukkan

11
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 8 - 13

Telur yang tidak mendapatkan menjelaskan bahwa fungsi kerabang


perlakuan sanitasi pencelupan telur selain untuk mempertahankan
menggunakan infusa daun kersen tidak bentuk telur dan melindungi telur dari
memiliki zat antimikroba yang dapat pengaruh lingkungan luar juga
menghambat mikroorganisme. Oleh digunakan untuk pertukaran oksigen
karena itu mikroorganisme didalam dan karbondioksida.
telur lebih mudah berkembang hingga Oksigen diperlukan embrio
menyebabkan kematian embrio. selama penetasan, sedangkan karbondi-
Telur itik yang ditetaskan harus oksida dikeluarkan sebagai hasil proses
bersih dari berbagai kotoran yang pernafasan embrio. Apabila ekstrak
melekat pada kerabang telur agar tidak daun sirih yang digunakan sebagai ba-
mudah terkontaminasi oleh bakteri yang han desinfeksi telur tetas memiliki kon-
masuk melalui pori-pori pada kerabang sentrasi 30%, maka akan mengakibat-
telur yang bisa menyebabkan kematian kan tingkat mortalitas embrio menjadi
embrio. Kerusakan telur tetas umumnya lebih tinggi, terutama pada saat umur
terjadi beberapa jam setelah ditelurkan, telur memasuki hari ke-21 sampai hari
karena perubahan suhu telur dari suhu ke-26 atau pada 7 sampai 2 hari men-
tubuh (37°C) ke suhu kamar yang lebih jelang telur menetas, karena hari-hari
rendah sehingga terjadi penyusutan isi tersebut merupakan masa-masa kritis
telur. untuk embrio.
Bakteri dengan mudah dapat
masuk melalui pori-pori telur dan ketika KESIMPULAN
sudah berada didalam telur sulit sekali Perlakuan terbaik yaitu dengan
untuk dibunuh tanpa membunuh penambahan 20% ekstrak daun kersen
embrio. Bakteri yang diinkubasi yang mampu meningkatkan daya tetas
bersama-sama dengan telur dapat telur sebesar 12,01% dan mampu
membunuh embrio itik apabila menurunkan mortalitas embrio sebesar
mencapai konsentrasi yang tinggi 43,42%.
(Setioko, 1998).
Perkembangan embrio selama UCAPAN TERIMAKASIH
penetasan juga dipengaruhi oleh Penulis mengucapkan terima
beberapa faktor salah satunya adalah kasih yang sebesar-besarnya kepada
kejadian meledak (explode). Kejadian RISTEKDIKTI yang telah mendanai
explode pada penelitian ini terjadi secara penuh penelitian ini dan Bapak
sebanyak 10 kali. Telur yang Arifin yang telah membantu
mengalami explode pada perlakuan meminjamkan mesin tetas dan kandang
kontrol sebanyak 1 butir dan 10 butir untuk penelitian.
pada konsentrasi 30%. Hal ini terjadi
dikarenakan ekstrak daun kersen yang DAFTAR PUSTAKA
terlalu pekat menutupi pori-pori telur Anderson, S. 2012. Effect of storage
sehingga embrio banyak yang mati temperature on antimicrobial
(dead embrio). properties of chicken egg white
Kerabang telur merupakan salah against Salmonella typhimurium
satu struktur telur. Pada kerabang telur and Staphylococcus aureus at
terdapat pori-pori yang berfungsi untuk various storage condition of liq-
pertukaran gas O2 dan CO2 atau uid egg. 10th Annual TAMUS
digunakan sebagai jalan embrio untuk Pathways Student Research.
bernafas. Dewanti, dkk (2009)

12
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 26 (2): 8 - 13

Dewanti, R., Yuhan, dan Sudiyono. Prasetyanti, D. R., Budiarti, C dan Har-
2009. Pengaruh bobot dan janti, D. W. 2016. Efektifitas
frekuensi pemutaran telur ter- daun kersen (Muntinga calabura
hadap fertilitas, daya tetas, dan L.) dalam menurunkan jumlah
bobot tetas itik lokal. Buletin Pe- bakteri dalam susu dan pera-
ternakan. 38 (1): 16-20. dangan pada ambing sapi perah.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.
Statistik peternakan dan kese- Vol 19(1): 1-16.
hatan hewan. Direktorat Setioko, A. R. 1998. Penetasan telur itik
Jendral Bina Produksi Peter- di Indonesia. Wartazoa.7 (2) :
nakan, CV. Karya Cemerlang, 40- 46.
Departemen Pertanian RI. Jakar- Soeripto dan Poeloengan, M. 1991. Iso-
ta. lasi bakteri dari embrio ayam
Kurniawan, I., Sarwiyono., Surjo- broiler yang tidak menetas dan
wardojo, P. 2013. Pengaruh sensitivitasnya terhadap bebera-
Teat dipping menggunakan de- pa antibiotik. Balai Penelitian
kok daun kersen (Muntingia ca- Veteriner. Bogor.
labura l.) terhadap tingkat keja- Yudhistira, F. A., Murwani, S.,
dian mastitis. Jurnal Ilmu-Ilmu Trisunuwati, P. 2012. Potensi
Peternakan. 23(3): 27-31. antimikroba ekstrak air daun
Nandhra, I. P., Sudjarwo, E., dan kelor (Moringa oleifera) ter-
Hamiyanti, A. A. 2012. Pen- hadap Salmonella enteritidis
garuh penggunaan ekstrak daun (sp-1-pkh) secara in vitro. Pro-
sirih (Piper betle linn.) pada gram Kedokteran Hewan. Uni-
pencelupan telur tetas itik mo- versitas Brawijaya, Malang.
josari terhadap daya tetas dan Zamzamy, S. P., Sudjarwo, E., Hami-
mortalitas embrio. JIIP. Vol 25 yanti, A. A. 2015. Pengaruh
(1): 16-23. penggunaan ekstrak daun be-
Nurwantoro, Y. dan B., Resmisari. luntas (Pluchea indica less.)
2004. Pengaruh perendaman jus pada pencelupan telur tetas itik
daun sirih (Piper Betle LINN) Mojosari terhadap daya tetas
terhadap jumlah bakteri pada dan mortalitas embrio.
telur itik. Journal Indonesia Fakultas Peternakan. Universitas
Tropic Animal Agriculture. Vol Brawijaya, Malang.
3: 156-160.

13

View publication stats

You might also like