You are on page 1of 10

Jurnal Akuakultur

Jurnal Akuakultur Rawa


RawaIndonesia
Indonesia, 9 (2): 109-117 (2021) Zubaidah et al., (2021)
ISSN : 2303-2960

EFEKTIVITAS PENAMBAHAN EKSTRAK DAUN PEPAYA (Carica


papaya L) UNTUK PENCEGAHAN SAPROLEGNIASIS PADA TELUR
IKAN MAS PUNTEN (Cyprinus carpio)

Effectiveness of Pappaya Leaf Extract (Carica papaya L) for Prevention of


Saprolegniasis on Eggs of Common Carp Strain Punten (Cyprinus carpio)

Anis Zubaidah1*, Sri Samsundari1, Muhammad Abdul Qodir Jaelani1

1
Program Studi Akuakultur, Fakultas Pertanian Peternakan,
Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang, 65144
*
Korespondensi email: aniszubaidah@umm.ac.id

ABSTRACT
Pappaya leaf (Carica papaya L) contains antifungal and antibacterial
compounds which can be applied to prevent transmission of Saprolegnia sp
infections that attack carp eggs (Cyprinus carpio). The method in this study used
several treatments, namely treatment A (control), B (papaya leaf extract 0.75
Mg/L), C (papaya leaf extract 1 Mg/L), D (papaya leaf extract 1.25 Mg/L) and
treatment of E (papaya leaf extract 1.5 Mg/L). The results showed that there were
significantly different treatments for the addition of papaya leaf extract to the
hatching rate of carp punten eggs, with treatment C (1 Mg/L) being the best
treatment in increasing the hatching rate of 89.5%. Furthermore, the addition of
papaya leaf extract to the prevalence of Saprolegnia sp fungi showed that treatment
C (1 Mg/L) was the best treatment in suppressing the prevalence of saprolegnia sp
fungi with a prevalence rate of only 10.5%. Then the addition of papaya leaf extract
to the goldfish survival rate showed a significant difference between treatments,
with treatment C (1 Mg/L) being the best treatment in increasing the value of Punten
Carp survival arte with a survival rate of 94.68%. Therefore from this study it can
be conclude that the best dose for prevention saprolegniasis is 1 Mg/L of papaya
leaf extract.

Key words: common carp, fitofarmaka, Saprolegnia sp

ABSTRAK
Daun pepaya mengandung senyawa antijamur dan antibakteri yang dapat
diaplikasikan untuk mencegah penularan infeksi Saprolegnia sp. yang menyerang
telur ikan mas. Metode dalam penelitian ini menggunakan beberapa perlakuan,
yaitu perlakuan A (kontrol), B (ekstrak daun pepaya 0,75 Mg/L), C (ekstrak daun
pepaya 1 Mg/L), D (ekstrak daun papaya 1,25 Mg/L), dan perlakuan E (ekstrak
daun pepaya 1,5 Mg/L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
ekstrak daun pepaya berpengaruh nyata terhadap daya tetas telur ikan mas Punten,
dengan perlakuan C (dosis 1 Mg/L) menghasilkan daya tetas paling tinggi sebesar
89,5%. Hasil pengamatan nilai prevalensi juga menunjukkan bahwa perlakuan C
mampu menekan nilai prevalensi hingga 10,5%. Perlakuan C juga mampu

109
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zubaidah et al., (2021)

meningkatkan nilai kelangsungan hidup ikan mas Punten sebesar 94,68%. Oleh
karena itu, berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan ekstrak
daun papaya dengan dosis 1 Mg/L merupakan dosis terbaik untuk mencegah
saprolegniasis pada ikan mas Punten.

Kata kunci: fitofarmaka, ikan cyprinid, Saprolegnia sp

PENDAHULUAN telur (hatching rate) pada ikan mas


(Susanto, 2014).
Ikan mas (Cyprinus carpio) Tanaman pepaya (Carica
strain Punten pertama kali papaya L) merupakan tanaman buah
dikembangkan pada tahun 1919 di yang banyak dikenal di kalangan
Desa Punten, Batu, Jawa Timur. Ikan masyarakat dan tidak hanya buahnya
Mas juga banyak diminati konsumen saja, daun pepaya muda juga dapat
karena rasa dagingnya yang enak dan dibuat sebagai bahan berbagai ragam
gurih serta memiliki kandungan jenis sayuran. Daun pepaya (Carica
protein yaitu 16,0 g (Santoso et al., papaya L) mengandung senyawa
1999). Permintaan konsumsi ikan mas alami alkaloid, triterpenoid, steroid,
dari tahun ke tahun cenderung flavonoid, saponin, dan tannin (A’yun
meningkat terutama di kota-kota besar dan Laily, 2015) yang bersifat anti
seperti Jakarta, Surabaya, Bandung. jamur yang bisa diterapkan untuk
Hal ini membuat pembudidaya mulai mencegah penularan infeksi jamur
banyak yang berminat untuk Saprolegnia sp yang menyerang telur
melakukan usaha budidaya ikan mas ikan mas punten.
strain Punten. Penelitian ini sangat penting
Permasalahan dalam kegiatan untuk mengetahui potensi anti jamur
produksi yang sering dihadapi oleh pada ekstrak daun pepaya (Carica
pembudidaya khususnya dalam papaya L) menggunakan pelarut
kegiatan pembenihan yaitu serangan etanol 96% melalui perendaman
oleh fungi (jamur), jenis Saprolegnia sebagai langkah awal untuk
sp., Acromyces, Branchiomyces, dan penanggulangan atau mencegah
Achlya terutama pada telurnya. penyakit jamur Saprolegnia sp yang
Sehingga dapat menurunkan daya tetas menyerang telur ikan mas punten.

110
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zubaidah et al., (2021)

METODE PENELITIAN butir telur ikan mas Punten yang


terbuahi per wadah perendaman.
Penelitian ini dilaksanakan di Pemberian ekstrak daun pepaya
Laboratorium, Fakultas Pertanian menggunakan pipet sesuai
Peternakan Universitas konsentrasi perlakuan yang telah
Muhammadiyah Malang pada bulan ditentukan pada masing-masing
Desember. Penelitian ini wadah. Perendaman telur ikan mas
menggunakan daun pepaya yang Punten dilakukan selama 20 menit,
digunakan masih muda dan tidak hal ini mengacu pada penelitian
berlubang. Daun pepaya diperoleh dari Almufrodi (2012), tentang efektifitas
UPT Materia Medica Batu di lama perendaman telur lele
Kabupaten Malang dan diekstraksi sangkuriang dalam ekstrak daun
dengan menggunakan etanol (A’yun jambu biji terhadap serangan jamur
dan Laily, 2015). Telur ikan mas yang Saprolegnia sp bahwa yang paling
digunakan dalam penelitian efektif adalah selama 20 menit.
didapatkan dari BBI Punten sebanyak Akuarium yang digunakan adalah
1000 butir dari kakaban yang berada akuarium dengan ukuran 15 x 15 x 20
dikolam. Ciri-ciri telur yang sehat cm sebanyak 20 buah lalu diisi air
yaitu berbentuk bulat, berwarna sebanyak 1 liter. Kemudian
bening. Kemudian telur yang menyusun aerasi pada tiap-tiap
terinfeksi jamur Saprolegnia sp (tidak akuarium penelitian.
sehat) ditempatkan pada baskom Metode yang digunakan
plastik, kemudian diisi air kolam dalam penelitian ini adalah metode
sebanyak 2 liter. Adapun ciri-ciri telur eksperimen. Rancangan Acak
yang terinfeksi jamur Saprolegnia sp Lengkap (RAL), hal ini dikarenakan
yaitu menampakkan koloni jamur media percobaan dianggap bersifat
yang memiliki bentuk seperti kapas homogen sehingga yang
berwarna putih atau abu-abu. mempengaruhi hasil penelitian adalah
Wadah perendaman perlakuan dan faktor kebetulan saja.
menggunakan baskom plastik Penelitian ini dilakukan dengan
sebanyak 20 untuk 5 perlakuan dan 4 penambahan larutan ekstrak daun
ulangan. Kemudian meletakkan 100 pepaya pada perendaman telur Ikan

111
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zubaidah et al., (2021)

Mas Punten. Parameter uji pada menunjukkan bahwa rerata hatching


penelitian ini ada terdapat dua rate tertinggi terdapat pada perlakuan
parameter yaitu parameter utama dan C (1 Mg/L) dengan rerata hatching
parameter penunjang. Parameter rate sebesar 89,5 %, sedangkan rerata
utama terdiri dari Hatching Rate hatching rate ikan mas terendah
(HR), dan Prevalensi. Selanjutnya terdapat pada perlakuan A (Kontrol)
parameter penunjang terdiri dari dengan rerata hatching rate sebesar
kualitas air berupa suhu, DO dan pH. 61,0 %. Penyebab rendahnya hatching
rate pada perlakuan E (1.5 Mg/L)
HASIL DAN PEMBAHASAN adalah dikarenakan ekstrak daun
pepaya yang berlebihan sehingga
Gejala Klinis mengakibatkan telur tidak menetas.
Telur yang terserang jamur Hal ini diduga karena adanya
berupa telur tidak terbuahi yaitu telur kandungan tanin yang berlebih akan
yang kehilangan transparansinya atau menyebabkan pengikisan dan
keruh akibat kuning telur yang pecah pengkerutan pada korion telur yang
dan menutupi ruang periviteline. Telur berakibat pada penipisan korion
yang telah terinfeksi jamur sehingga cenderung tidak menetas.
Saprolegnia sp akan mengalami Hal ini sesuai denga pendapat Akujobi
perubahan morfologi atau tumbuhnya et al. (2010) bahwa senyawa tanin
jamur pada telur, ditandai dengan memiliki efek spasmolitik yang
tumbuhnya benang-benang halus mengkerutkan dinding sel atau
menyerupai kapas pada permukaan membran sel sehingga mengganggu
telur berupa serabut putih atau biasa permeabilitas sel, akibatnya sel tidak
disebut dengan hifa. dapat melakukan aktivitas hidup
Hatching rate sehingga pertumbuhannya terhambat
Hatching rate merupakan bahkan mati.
tingkat penetasan telur ikan. Hasil Hasil rerata hatching rate
penelitian mengenai hatching rate dengan adanya pemberian ekstrak
pada setiap perlakuan dapat dilihat daun pepaya berkisar antara 63,25%
pada Gambar 1. Berdasarkan data hingga 89,50%. Nilai ini lebih tinggi
rerata hatching rate ikan mas jika dibandingkan dengan kontrol.

112
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zubaidah et al., (2021)

Taufik dalam Mustamin et al., (2018) tergolong tinggi, sedangkan 30-50%


menyatakan bahwa persentase tergolong sedang dan dibawah 30%
penetasan telur ikan mas di atas 50% tergolong rendah.

100 89,5±4,36b 87,25±2,63b


Hatching rate (%)

80 61,00±13,11a
63,25±2,36a 64,25±2,99a
60
40
20
0
A (Kontrol) B (0,75 Mg/L) C (1 Mg/L) D (1,25 Mg/L) E (1,5 Mg/L)
Perlakuan

Gambar 1. Rerata hatching rate setiap perlakuan

Penggunaan dosis ekstrak memiliki flavonoit yang bersifat


daun pepaya sebesar 1 Mg/L racun.
merupakan perlakuan dengan dosis Prevalensi
terbaik dalam meningkatkan hatching Prevalensi merupakan
rate pada ikan mas punten, dan masih persentase jumlah telur yang
dalam batas aman. Hal ini sesuai terserang jamur Saprolegnia sp
dengan yang disampaikan oleh sehingga telur tersebut tidak menetas,
Baskaran et al. (2012) bahwa daun semakin tinggi nilai hatching rate
pepaya mengandung senyawa alami maka nilai prevalensi semakin
berupa kandungan enzim papain yang rendah. Rerata prevalensi jamur
memiliki aktifitas proteolitik dan Saprolegnia sp terhadap telur ikan
antimikroba. Namun penggunaan Mas Punten dalam penelitian dapat
yang berlebihan juga harus dilihat pada gambar berikut.
dihindarkan karena daun pepaya juga
100
Prevalensi (%)

80
60 39,00±12,11a
36,75±2,32a 35,75±3,01a
40
10,5±4,31b 12,75±2,59b
20
0
A (Kontrol) B (0,75 Mg/L) C (1 Mg/L) D (1,25 Mg/L) E (1,5 Mg/L)
Perlakuan

Gambar 2. Rerata prevalensi setiap perlakuan

113
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zubaidah et al., (2021)

Berdasarkan data rerata prevalensi perlakuan yang memberikan nilai


ikan mas menunjukkan bahwa rerata prevalensi telur yang paling tinggi
prevalensi tertinggi terdapat pada (61,0%) dan berbeda nyata dengan
perlakuan A (Kontrol) dengan rerata perlakuan D (1,25 Mg/L) dan C (1
prevalensi sebesar 39,0 %, sedangkan Mg/L), namun tidak berbeda signifikan
rerata prevalensi ikan mas terendah dengan perlakuan B (0,75 Mg/L) dan
terdapat pada perlakuan C (1 Mg/L) perlakuan E (1,5 Mg/L).
dengan rerata panjang sebesar 10,5 %. Berdasarkan hasil diatas, maka
Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi diketahui bahwa prevelansi jamur
tertinggi jamur Saprolegnia sp adalah Saprolegnia sp terhadap ikan mas
menyerang pada perlakuan yang tidak Punten mampu ditekan oleh
diberikan ekstrak daun pepaya. penambahan ekstrak daun pepaya
Sedangkan pada perlakuan yang dengan dosis 1 Mg/L. Hal ini
diberikan ekstrak daun pepaya sebanyak dikarenakan daun pepaya memiliki
1 Mg/L memiliki kemampuan untuk senyawa Fenol, sebagaimana yang
menekan prevalensi jamur Saprolegnia disampaikan oleh Septiani et al., (2011)
sp terhadap telur ikan mas Punten. Hal bahwa fenol dapat merusak membran
ini dikarenakan kandungan fenol yang sel dan mendenaturasi protein sel dan
terdapat pada daun pepaya. mengerutkan dinding sel sehingga dapat
Sebagaimana disampiakan oleh Kharde melisiskan dinding sel jamur. Selain itu
et al., (2010) bahwa fenol merupakan senyawa fenol dapat berdifusi pada
senyawa anti jamur yang dapat merusak membran sel jamur dan mengganggu
membran sel sehingga terjadi perubahan jalur metabolik sehingga menyebabkan
permeabilitas sel yang dapat kematian sel jamur.
mengakibatkan terhambatnya Survival Rate
pertumbuhan sel atau matinya sel jamur. Survival rate atau sintasan
Perlakuan C yaitu dosis ekstrak daun merupakan jumlah individu yang hidup
pepaya sebesar 1 Mg/L memberikan pada akhir percobaan dengan jumlah
nilai prevalensi telur yang paling rendah individu pada awal percobaan. Sintasan
(10,5%) dan berbeda nyata dengan atau Survival rate dalam penelitian ini
perlakuan A, B, dan E. Kemudian dilakukan dengan membandingkan telur
perlakuan A (kontrol) merupakan yang menetas dengan jumlah benih ikan

114
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zubaidah et al., (2021)

Mas Punten yang hidup hingga 1 masing-masing perlakuan dapat dilihat


minggu (7 hari) pemeliharaan. Nilai pada gambar berikut.
survival rate pada penelitian ini untuk
100 94,68±1,12b 90,28±1,24b
74,37±5,56b
Survival rate (%)
80 71,5±3,60a 66,65±3,88c
60
40
20
0
A (Kontrol) B (0,75 Mg/L) C (1 Mg/L) D (1,25 Mg/L) E (1,5 Mg/L)
Perlakuan

Gambar 3. Rerata survival rate setiap perlakuan

Gambar 3 menunjukkan bahwa ambang batas aman bagi ikan Mas


data rerata survival rate ikan mas Punten. Faktor selanjutnya adalah
Punten tertinggi terdapat pada dikarenakan ekstrak daun pepaya
perlakuan C (1 Mg/L) dengan rerata memiliki kandungan flovonoid yang
Survival rate sebesar 94,7%, bersifat racun, hal ini berhubungan
sedangkan rerata Survival rate ikan dengan yang disampaikan oleh
mas terendah terdapat pada perlakuan Kusdarwati et al., (2013) bahwa
E (1,5 Mg/L) dengan rerata sebesar flavonoid adalah salah satu senyawa
66,7%. Hal ini kembali menunjukkan yang sifatnya racun yang memiliki
bahwa perlakuan C dengan dosis bau yang sangat tajam, rasanya yang
ekstrak daun pepaya sebanyak 1 pahit, dapat larut dalam air dan
Mg/L merupakan perlakuan terbaik pelarut organik, dan juga mudah
dan mampu meningkatkan survival terurai pada temperatur tinggi.
rate pada benih ikan mas yang Perlakuan C yaitu dosis ekstrak daun
dipelihara selama 1 minggu. pepaya sebesar 1 Mg/L memberikan
Sedangkan perlakuan E dengan dosis nilai survival rate telur yang paling
ekstrak daun pepaya sebanyak 1,5 tinggi (94,7%) dan berbeda nyata
Mg/L merupakan perlakuan yang dengan semua perlakuan, kecuali
terendah pada nilai survival rate ikan dengan perlakuan D (1,25 Mg/L).
Mas Punten. Hal ini dikarenakan Kemudian perlakuan E (1,5 Mg/L)
dosis tersebut sudah lebih dari merupakan perlakuan yang

115
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zubaidah et al., (2021)

memberikan nilai survival rate telur Kualitas Air


yang paling rendah (66,7%) dan Hasil pengukuran rata-rata
berbeda nyata dengan semua suhu pada setiap perlakuan selama
perlakuan, kecuali dengan perlakuan dilakukan penelitian dapat dilihat
A (Kontrol). pada tabel berikut. Tabel di atas
Berdasarkan hasil diatas, maka menginformasikan bahwa data rerata
diketahui bahwa prevelansi jamur Suhu (°C) suhu tertinggi terdapat
Saprolegnia sp terhadap ikan Mas pada perlakuan E (1,5 Mg/L) dengan
Punten mampu ditekan oleh rerata suhu sebesar 26,3⁰C,
penambahan ekstrak daun pepaya sedangkan rerata suhu ikan mas
dengan dosis 1 Mg/L. Hal ini terendah terdapat pada perlakuan C (1
dikarenakan daun pepaya memiliki Mg/L) dengan rerata panjang sebesar
senyawa Fenol, sebagaimana yang 25,7⁰C. Adapun rata-rata suhu pada
disampaikan oleh Septiani et al., penelitian ini adalah sebesar 26⁰C.
(2011) bahwa fenol dapat merusak Rentang suhu antara 25,7⁰C hingga
membran sel dan mendenaturasi 26,3⁰C pada penelitian ini merupakan
(penghilangan kandungan nilai optimal bagi pemeliharaan telur
mikroorganisme akibat senyawa) ikan Mas Punten. Hal ini sesuai
protein sel dan mengerutkan dinding dengan yang disampaikan oleh Riadhi
sel sehingga dapat melisiskan dinding et al., (2017) bahwa suhu yang
sel jamur. Selain itu senyawa fenol optimal berkisar antara 15 – 30⁰C.
dapat berdifusi pada membran sel Hasil pengukuran rata-rata oksigen
jamur dan mengganggu jalur terlarut pada setiap perlakuan selama
metabolik sehingga menyebabkan dilakukan penelitian dapat dilihat
kematian sel jamur. pada tabel berikut.
Tabel 4. Hasil pengamatan kualitas air
Perlakuan
Parameter Optimum
A B C D E
Suhu (°C) 26,1 25,8 25,7 25,9 26,3 15 – 30 (Riadhi et al., 2017)
DO (ppm) 7,1 8,2 7,1 6,8 6,9 >5 ppm (Salmin, 2005)

116
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zubaidah et al., (2021)

Tabel di atas menginformasikan Salmin (2005) bahwa oksigen terlarut


bahwa data rerata oksigen terlarut minimal untuk ikan mas 5 ppm.
(ppm) pada perlakuan A (Kontrol)
yaitu tanpa penambahan ekstrak daun KESIMPULAN
pepaya, memiliki rata-rata oksigen
terlarut sebesar 7,1 ppm. Selanjutnya Kesimpulan pada penelitian ini
pada perlakuan B, memiliki rata-rata adalah Penambahan ekstrak daun
oksigen terlarut sebesar 8,2 ppm. papaya mampu berpengaruh terhadap
Berikutnya perlakuan C, memiliki peningkatan hatcing rate telur ikan
rata-rata oksigen terlarut sebesar 7,1 mas Punten, hal ini terbukti pada
ppm. Perlakuan D memiliki rata-rata perlakuan C merupakan perlakuan
oksigen terlarut sebesar 6,8 ppm, terbaik dalam meningkatkan hatcing
sedangkan perlakuan E memiliki rata- rate (89,5%). Perlakuan C juga
rata oksigen terlarut sebesar 6,9 ppm. mampu menekan prevalesi jamur
Selanjutnya data rerata oksigen Saprolegnia sp dengan tingkat
terlarut ikan mas menunjukkan bahwa prevalensi hanya sebesar 10,5% serta
rerata oksigen terlarut tertinggi dalam meningkatkan nilai survival
terdapat pada perlakuan B (0,75 rate ikan Mas Punten dengan tingkat
Mg/L) dengan rerata oksigen terlarut sintasan mencapai 94,68%.
sebesar 8,2 ppm, sedangkan rerata
oksigen terlarut ikan mas terendah UCAPAN TERIMA KASIH
terdapat pada perlakuan D (1,25
Mg/L) dengan rerata panjang sebesar Ucapan terima kasih
6,8 ppm. Adapun rata-rata oksigen disampaikan kepada seluruh pihak
terlarut pada penelitian ini adalah yang telah mendukung atas
sebesar 7,2 ppm. Rentang oksigen terselesaikannya penelitian ini.
terlarut antara 6,8 ppm hingga 8,2
ppm pada penelitian ini merupakan DAFTAR PUSTAKA
nilai yang baik bagi pemeliharaan
telur ikan mas Punten. Hal ini sesuai A’yun, Q., Laily, A.N. 2015. Analisis
Fitokimia Daun Pepaya
dengan yang disampaikan oleh
(Carica papaya L) di Balai
Penelitian Tanaman Aneka
Kacang dan Umbi,

116
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Zubaidah et al., (2021)

Kendalpayak, Malang. Jurnal Riadhi, L., Rivai, M., Budiman, F.


Biologi El-Hayah. ISSN: 2017. Pengaturan Oksigen
2086-0064 terlarut menggunakan metode
logika fuzzy berbasis
Akujobi, CN., Ofodeme, CN.,
mikrokontoler teensy board.
Enwani, CA. 2010.
Jurnal Teknik ITS, Vol 6 (2):
Determination of
330-334
Antibacterial Activity of
Carica papaya (Pawpaw) Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO)
Extract. Nigerian Journal of dan kebutuhan oksigen
Clinical Practice. biologi (BOD) sebagai salah
Vol.13(1):55-57. satu indicator untuk
menentukan kualitas perairan.
Baskaran, C., Ratha, B. V., Velu, S.,
Oseana, Vol 30 (3): 21 - 26
Kumaran, K. 2012. The
Efficacy Of Carica papaya Santoso J, Nurjanah, Sukarno,
Leaf Extract On Some Sinaga, S. R. 1999.
Bacterial And A Fungal Strain Kemunduran mutu ikan nila
By Well Diffusion Method. merah (Oreochromis sp.)
Asian Pacific Journal of selama penyimpanan pada
Tropical Disease. S658-S662 suhu Chilling. Buletin THP. 6
(1): 1-4
Kharde, M. N., Wabale, A. S., Adhav,
R. M., Jadhav, B. D., Wabale, Septiani, G., Hardi.H.E., Pebrianto,
A. M., dan Pandey, M. 2010. A.C., Agustina. 2011. Ekstrak
Effect of Plant Extracts on the Daun Pepaya dan Kangkung
Fungal Pathogen Causing untuk Meningkatkan Daya
Leaf Blight of Tomato in in. Tetas Telur dan Kelangsungan
Hidup Larva Lele. Jurnal
Kusdarwati, R., Murtinintias, P.,
Universitas Mulawarman
Meles, D.K. 2013. Uji
Kalimantan Timur. Volume.
Aktivitas Antifungi Ekstrak
17 No. 2 Tahun 2016.
Daun Sirih (Piper Bbettle L)
Terhadap Saprolegnia sp Susanto, E. 2014. Penggunaan
Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Ekstrak Rimpang Lengkuas
Perikanan dan Kelautan. (Alpinia galanga) Untuk
Volume. 5 No. 1 Pengobatan Ikan Gurame
(Osphronemus gouramy
Mustamin, M., Wahidah, Dahlia.
Lac.). Yang Diinfeksi Jamur
2018. Teknik pemijahan ikan
Saprolegnia. Skripsi.
mas di Balai Benih Ikan Mas
Universitas Muhammadyah
(BBI) Pangkajene Kabupaten
Pontianak. Pontianak
Sidenreng Rappang Sulawesi.
Seminar Nasional Sinergitas
Multidisiplin Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
(SMIPT). Prosiding. Volume
1; hal 131-136

117

You might also like