You are on page 1of 10

Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No.

2337-
Vol.3. No.4, September 2015. (541) :1557-
Respons Pertumbuhan Bibit Setek Tanaman Buah Naga Merah (Hylocereus
costaricencis (Web) Britton & Ross) Terhadap Pemberian Auksin Alami dengan Berbagai
Tingkat Konsentrasi

Growth respons cuttings seed plant of dragon fruit (Hylocereus costaricencis (Web) Britton & Ross)
to natural auxin with different levels of concentration

Muhammad Rivai Sitorus, T. Irmansyah*, Ferry Ezra T. Sitepu


Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155
*Corresponding author: omanteungoh@gmail.com

ABSTRACT

One way to increase the production of dragon fruit is the provide of quality seeds. Used of coconut
water, cow urine, and goat urine which is contains the hormone auxin that could potentially increase
the growth of seedlings. This research was conducted in Agriculture Faculty University of Sumatra
Utara with a height ± 25 m above sea level, which is held in May until July 2015. The research
used randomized block design with 2 factors, namely, the type comprised a natural auxin of coconut
water, cow urine, goat urine and concentration consisting of 0,25,50,75 and 100% were repeated
three times. continiued analyzed used analysis of variance followed by Duncan's Multiple Range
Test (DMRT) at 5%. The result showed that the type of natural auxin has significantly effect
against age emerged shoots and shoots height 30 DAP. The concentration of natural auxin
significantly effect against emerged shoots, shoot height 30, 45 DAP, and dry weight of shoots.
Interaction between types of natural auxin and concentration has significantly effect against age
emerged shoots, and height shoots 30 DAP.

Key word : type of natural auxin, concentration of natural auxin. cut dragon fruit

ABSTRAK

Salah satu cara meningkatkan produksi buah naga adalah dengan penyediaan bibit yang
berkualitas.Penggunaan air kelapa, urine sapi, dan urine kambing yang mengandung hormon auksin
berpotensi meningkatkan pertumbuhan bibit. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian ±25 m dpl, yang dilaksanakan pada bulan
Mei sampai Juli 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2
faktor yaitu,jenis auksin alami yang terdiri dari, air kelapa, urine sapi urine kambing dan
konsentrasi auksin alami yang terdiri dari 0,25,50,75 dan 100 % yang diulang tiga kali. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Hasil analisis data menunjukkan bahwa jenis auksin alami
berpengaruh nyata terhadap umur muncul tunas dan panjang tunas 30 HST. Konsentrasi Auksin
alami berpengaruh nyata terhadap umur muncul tunas, panjang tunas 30 , 45 HST, dan berat kering
tunas. Interaksi antara jenis auksin alami dengan konsentrasi berpengaruh nyata terhadap umur
muncul tunas dan panjang tunas 30 HST

Kata kunci : jenis auksin alami, konsentrasi auksin alami, setek tanaman buah naga

155
Jurnal Agroekoteknologi . E- ISSN No. 7- 6597
Vol.3. No.4, September 2015. (541) :1557- 1565
PENDAHULUAN perbanyakan atau pembudidayaan tanaman
(Shofiana,et al., 2013).
Buah naga (Hylocereus sp) merupakan Buah naga dapat diperbanyak secara
salah satu tanaman sejenis kaktus yang vegetatif dan generatif. Sistem perbanyakan
tergolong baru ditengah masyarakat Indonesia secara vegetatif dan generatif mempunyai
dan cukup populer karena rasanya yang manis kelebihan dan kelemahan masing-
dan memiliki beragam manfaat untuk masing.Namun dalam praktiknya, orang lebih
kesehatan. Buah naga memiliki beragam jenis cenderung melakukan perbanyakan secara
diantaranya buah naga berdaging putih, vegetatif (Andrina, 2009).
berdaging merah, dan berdaging kuning. Buah Oleh karena itu untuk memenuhi
naga berdaging merah adalah buah yang kebutuhan bibit buah naga yang besar dalam
paling disukai dibandingkan buah naga waktu yang singkat maka dilakukan usaha
lainnya karena rasanya yang manis dan warna untuk mempercepat pertumbuhan bibit buah
daging buahnya yang menarik (Satria, 2011). naga salah satunya dengan mempercepat
Usaha perkebunan buah naga yang pertumbuhan perakaran, dimana dalam upaya
masih terbatas, menyebabkan produksi buah mempercepat pertumbuhan perakaran dapat
naga masih rendah, dan hanya tersedia di dilakukan dengan penambahan zat pengatur
pasar-pasar tertentu, seperti pasar swalayan. tumbuh (ZPT) secara eksogen. ZPT seringkali
Terbatasnya ketersediaan buah naga dilakukan untuk mengoptimalkan
menyebabkan harga jual buah ini cukup pertumbuhan vegetatif dan reproduktif
tinggi, sehingga tidak semua kalangan dapat tanaman, misalnya auksin yang mampu
menikmati manfaatnya (Andrina, 2009). merangsang pertumbuhan dan perakaran
Melihat dan mengamati perkembangan (Satria, 2011).
produksi dan penjualan di pasar swalayan Zat pengatur tumbuh (ZPT) terbagi dua
yang masih sering terjadi kekosongan, maka yakni ZPT alami dan ZPT sintetis. ZPT yang
dapat disimpulkan bahwa prospek buah naga akan digunakan penulis merupakan ZPT
ini sangat terbuka. Bahkan, Thailand dan alami. Beberapa contoh ZPT alami yang
Vietnam yang merupakanpemasok buah mengandung auksin yaitu air kelapa, urine
terbesar di dunia, hanya mampu memenuhi sapi dan urine kambing. (Ilmu, 2008).
permintaan kurang dari 50 % permintaan Air kelapa muda mengandung zat hara
pasar (Hastuti, 2009). dan zat pengatur tumbuh yang diperlukan
Hingga saat ini pengembangan dan untuk perkembangan dan pertumbuhan
penanaman buah naga di Indonesia masih tanaman. Air kelapa muda mengandung
terpusat dibeberapa daerah seperti pulau Jawa, senyawa organik seperti vitamin C, vitamin
Sumatera, dan Kalimantan. Menurut Kristanto B, hormon auksin, giberelin dan sitokinin 5,8
(2008) mengatakan bahwa pengembangan dan mg/L. Air kelapa muda juga mengandung air,
penanaman buah naga sampai saat ini masih protein, karbohidrat, mineral, vitamin, sedikit
terpusat didaerah Jawa Timur, diantaranya lemak, Ca dan P (Yunita, 2011).
Pasuruan, Jember, Mojokerto, dan Jombang. Urine Sapi merupakan limbah hewan
Kondisi ini menyebabkan tanaman buah naga ternak yang mengandung auksin dan senyawa
belum banyak dikenal oleh masyarakat luas. nitrogen.. Auksin tersebut berasal dari
Dengan bertambahnya permintaan berbagai zat yang terkandung dalam protein
konsumen terhadap buah naga, maka perlu hijauan dari makanannya. Karena auksin tidak
dilakukan penyediaan bibit yang cukup dan terurai dalam tubuh maka auksin dikeluarkan
berkualitas serta tepat guna produksinya dan sebagai filtrat bersama dengan urine yang
pemenuhan kebutuhan akan permintaan buah mengeluarkan zat spesifik yang mendorong
naga dapat terpenuhi dengan baik. Agar bibit perakaran. Hasil penelitian menunjukkan
tetap tersedia, maka perlu dilakukan tindakan bahwa urine sapi konsentrasi 25%
memberikan hasil terbaik dalam merangsang

155
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337-
Vol.3. No.4, September 2015. (541) :1557-
pertumbuhan akar setek batang markisa terdiri dari 5 taraf yaitu : K0=konsentrasi 0%
(Yunita, 2011). (direndam dengan air sumur), K1=Konsentrasi
Urine kambing sangat bermanfaat, 25% (25 % auksin alami + 75% air sumur),
karena mengandung N dan K sangat tinggi N: K2=Konsentrasi 50% (50% auksin alami +
1,35% dan K: 2,10%., mudah diserap 50% air sumur), K3= Konsentrasi 75% (75%
tanaman, serta mengandung hormon untuk auksin alami + 25% air sumur),
pertumbuhan tanaman seperti hormon auksin K4=Konsentrasi 100% (100% auksin alami).
dan sitokinin. Strategi penggunaan urine Pelaksanaaan penelitian meliputi
persiapan media tanam, persiapan dan
kambing didasarkan pada kebutuhan praktis
pemotongan bahan setek, persiapan dan
di lapangan. Dari hasil penelitian aplikasi perendaman auksin alami, penanaman dan
urine kambing 100% menghasilkan jumlah pemeliharaan tanaman. Parameter yang
helai daun dan produksi daun paling tinggi diamati persentase setek hidup (%), umur
(Abdullah, et al., 2011). muncul tunas (hari), panjang tunas (cm),
Penelitian setek buah naga dengan jumlah tunas (tunas), dan bobot kering
menggunakan berbagai sumber auksin alami tunas (g).
yakni air kelapa, urine sapi, dan urine Data dianalisis dengan sidik ragam,
kambing masih sangat terbatas. Oleh karena sidik ragam yang nyata dilanjutkan dengan
itu penulis tertarik untuk melakukan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan
penelitian respons pertumbuhan bibit setek
dengan taraf . = 5 %.
buah naga terhadap pemberian auksin alami
dengan berbagai konsentrasi. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAHAN DAN METODE Persentase setek hidup (%)
Penelitian dilaksanakan di lahan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penelitian Fakultas Pertanian Universitas menunjukkan bahwa perlakuan jenis auksin,
Sumatera Utara dengan ketinggian tempat tingkat konsentrasi dan interaksi keduanya
±25 m di atas permukaan laut. Penelitian berpengaruh tidak nyata terhadap persentase
dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan setek hidup.
Juli 2015. Bahan-bahan yang digunakan Persentase setek hidup tanaman buah
antara lain urine kambing, urine sapi, dan air naga pada berbagai jenis auksin alami dan
kelapa dengan berbagai konsentrasi, setek konsentrasinya dapat dilihat pada Tabel 1.
batang tanaman buah naga berdaging merah Tabel 1 menunjukkan bahwa pada
dengan panjang 20 cm (penelitian Purwati, perlakuan berbagai jenis auksin alami,
2013), top soil, pasir, pupuk kandang sapi, persentase setek hidup bibit tanaman buah
ketas label, polibeg ukuran 25 x 35cm. Alat- naga tertinggi pada perlakuan air kelapa dan
alat yang digunakan antara lain pisau, ember urine sapi yaitu 97,33% dan terendah pada
plastik, sendok, gelas ukur 100 ml, gembor, perlakuan urine kambing yaitu 96%.
mistar, cangkul, timbangan analitik, gelas Persentase setek hidup tanaman buah naga
kimia 1000 ml, spidol, kertas label, kamera. pada perlakuan konsentrasi auksin alami
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak tertinggi pada perlakuan konsentrasi 25%
Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor yaitu 100% setek hidup dan terendah pada
perlakuan. Faktor pertama : Sumber Auksin perlakuan konsentrasi 0% yaitu 91,11%
Alami (A) terdiri dari 3 Jenis yaitu : A1= Air persentase setek hidup.
Kelapa, A2= Urine Sapi, A3= Urine Kambing.
Faktor kedua: Konsentrasi Auksin Alami (K)

155
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337-
Vol.3. No.4, September 2015. (541) :1557-
Tabel 1. Persentase setek hidup (%) bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenis auksin
alami dan konsentrasinya
Konsentrasi (%)
Jenis Auksin Alami Rataan
0 25 50 75 100
Air kelapa 86,67 100,00 100,00 100,00 100,00 97,33
Urine sapi 93,33 100,00 100,00 93,33 100,00 97,33
Urine kambing 93,33 100,00 93,33 100,00 93,33 96,00
Rataan 91,11 100,00 97,78 97,78 97,78
Umur muncul tunas (hari)

Tabel 2. Umur muncul tunas (hari) bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenis auksin alami
dan konsentrasinya
Konsentrasi (%)
Jenis Auksin Alami Rataan
0 25 50 75 100
Air Kelapa 24,44ab 24,33ab 25,56a 23,56ab 22,56bc 24,09
Urine Sapi 25,33a 20,89c 24,11ab 24,22ab 24,56ab 23,82
Urine Kambing 24,33ab 20,89c 22,67bc 25,11ab 20,78c 22,76
Rataan 24,70 22,04 24,11 24,30 22,63
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak nyata
PHQXUXW 8ML %HGD 5DWDDQ 'XQFDQ SDGD WDUDI .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan perlakuan urine sapi dan berbeda tidak
perlakuan jenis auksin, tingkat konsentrasi nyata dengan air kelapa.
dan interaksi keduanya berpengaruh nyata Kombinasi perlakuan urine kambing
terhadap umur muncul tunas bibit setek dengan konsentrasi 100% menunjukkan umur
tanaman buah naga. muncul tunas paling cepat yaitu 20,78 hari
Umur muncul tunas bibit setek setelah tanam (HST) yang berbeda nyata
tanaman buah naga pada berbagai jenis auksin dengan kombinasi perlakuan air kelapa
alami dan konsentrasinya dapat dilihat pada dengan konsentrasi 0 ± 75%, kombinasi
Tabel 2. perlakuan urine sapi dengan konsentrasi 0%,
Tabel 2 menunjukkan pada perlakuan 50%, 75% dan 100% dan kombinasi
konsentrasi 0% auksin alami umur muncul perlakuan urine kambing 0% dan 75%. Hal
tunas tercepat diperoleh pada pemberian urine ini dapat disebabkan kandungan hormon
kambing (24,33 hari) yang berbeda tidak auksin di dalam urine kambing lebih tinggi
nyata dengan perlakuan lain. Pada konsentrasi dibandingkan air kelapa dan urine sapi
25% auksin alami umur muncul tunas tercepat sehingga lebih cepat merangsang
diperoleh pada pemberian urine kambing dan pembentukan tunas pada bibit setek tanaman
urine sapi (20,89 hari) yang berbeda nyata buah naga. Hal ini sesuai dengan hasil
dengan perlakuan air kelapa. Pada konsentrasi penelitian Prawoto dan Supriadji (1992) yang
50% auksin alami umur muncul tunas tercepat menunjukkan bahwa air seni ternak pemakan
diperoleh pada perlakuan urine kambing rumput kaya akan hormon auksin. Kadar
(22,67 hari) yang berbeda nyata dengan hormon auksin yang terkandung sebesar 162
perlakuan lain. Pada konsentrasi 75% auksin
± 763 mg/l. Hal ini juga didukung dengan
alami umur muncul tunas tercepat diperoleh
pada perlakuan air kelapa (23,56 hari) yang hasil analisis di Balai Penelitian Sei Putih
berbeda tidak nyata dengan perlakuan lain. diperoleh bahwa kandungan auksin pada urine
Pada konsentrasi 100% auksin alami umur kambing lebih tinggi dibandingkan pada air
muncul tunas tercepat pada perlakuan urine kelapa dan urine sapi yaitu 257,70 ppm/liter.
kambing (20,78 hari) yang berbeda nyata

155
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337-
Vol.3. No.4, September 2015. (541) :1557-
Panjang tunas (cm) dapat juga menyebabkan keracunan pada
tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kusuma (2003) yang menyatakan bahwa
perlakuan jenis auksin berpengaruh nyata dalam mengaplikasikan hormon perlu
terhadap panjang tunas 30 HST, tingkat diperhatikan ketepatan dosis, karena jika
konsentrasi berpengaruh nyata terhadap dosis terlampau tinggi bukannya memacu
panjang tunas 30 dan 45 HST dan interaksi pertumbuhan tanaman tetapi malah
keduanya berpengaruh nyata terhadap panjang menghambat pertumbuhan tanaman dan
tunas bibit setek tanaman buah naga pada 30 menyebabkan keracunan pada seluruh
HST. jaringan tanaman.
Panjang tunas setek tanaman buah naga Tabel 3 menunjukan bahwa pada
pada jenis auksin alami dan konsentrasinya perlakuan berbagai jenis auksin alami pada 45
dapat dilihat pada Tabel 3. HST tertinggi terdapat pada perlakuan urine
Tabel 3 menunjukkan pada perlakuan kambing (16,82 cm) dan terpendek pada
konsentrasi 0% auksin alami pada 30 HST perlakuan urine sapi (15,71 cm) Panjang tunas
panjang tunas tertinggi diperoleh pada 45 HST terpanjang pada perlakuan
pemberian air kelapa (2,07 cm) yang berbeda konsentrasi 25% yaitu 17,76 cm yang berbeda
tidak nyata dengan perlakuan lain. Pada nyata dengan perlakuan konsentrasi 0% dan
konsentrasi 25% auksin alami panjang tunas 75% serta berbeda tidak nyata dengan
tertinggi diperoleh pada pemberian urine perlakuan lain. Selain itu pada parameter
kambing (5,37cm) tetapi tidak berbeda nya bobot segar tunas diperoleh bahwa bobot
pada pemberian urine sapi (4,59 cm) yang segar tunas terberat juga pada perlakuan
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada auksin alami dengan konsentrasi 25% yaitu
konsentrasi 50% auksin alami panjang tunas 109,31 g yang berbeda nyata dengan
tertinggi diperoleh pada perlakuan urine perlakuan konsentrasi 0% dan berbeda tidak
kambing (3,47 cm) yang berbeda nyata nyata dengan perlakuan lain. Hal ini
dengan perlakuan lain. Pada konsentrasi 75% menunjukkan semakin tinggi konsentrasi
auksin alami panjang tunas tertinggi diperoleh auksin alami yang diaplikasikan pada bibit
pada perlakuan air kelapa (2,76 cm) yang setek tanaman buah naga tidak meningkatkan
berbeda tidak nyata dengan perlakuan lain. pertumbuhan bibit setek tersebut. Bibit setek
Pada konsentrasi 100% auksin alami panjang tanaman buah naga tidak membutuhkan
tunas tertinggi pada perlakuan urine kambing konsentrasi yang terlalu tinggi untuk mampu
(4,81 cm) yang berbeda nyata dengan merangsang pertumbuhan akar dan tunasnya.
perlakuan lain. Urine kambing memiliki Selain merangsang pertumbuhan akar, auksin
kandungan auksin dengan konsentrasi yang juga mampu merangsang pertumbuhan tunas.
lebih tinggi dibandingkan auksin alami Hal ini sesuai dengan pernyataan Huik (2004)
lainnya. Pemberian urine sapi dengan yang menyatakan bahwa hubungan antara
konsentrasi 25% sudah mampu merangsang pertumbuhan dan kadar auksin adalah sama
pertumbuhan bibit setek buah naga dengan pada akar, batang dan tunas yaitu auksin
baik. Pemberian hormon dengan konsentrasi merangsang pertumbuhan pada kadar rendah,
yang lebih tinggi belum tentu mampu sebaliknya menghambat pertumbuhan pada
meningkatkan pertumbuhan tanaman tetapi kadar tinggi.

156
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337-
Vol.3. No.4, September 2015. (541) :1557-
Tabel 3. Panjang Tunas (cm) bibit setek buah naga pada berbagai jenis dan konsentrasi auksin
alami pada 30,45 dan 60 HST
Jenis Auksin Konsentrasi (%)
HST Alami Rataan
0 25 50 75 100
Air kelapa 2,07d 2,56d 1,53d 2,76cd 3,37bcd 2,46
30 Urine sapi 1,88d 4,59abc 2,56d 2,21d 2,06d 2,66
Urine kambing 1,98d 5,37a 3,47abcd 1,80d 4,81ab 3,48
Rataan 1,97 4,17 2,52 2,26 3,41
Air Kelapa 16,08 15,26 14,84 15,48 17,30 15,79
45 Urin Sapi 14,59 18,04 15,30 13,72 16,89 15,71
Urine kambing 15,14 19,98 17,00 14,30 17,66 16,82
Rataan 15,27bc 17,76a 15,71abc 14,50c 17,28ab
Air Kelapa 27,72 25,92 27,92 26,60 27,06 27,04
Urin Sapi 24,83 27,49 24,83 24,07 30,18 26,28
60
Urine kambing 23,81 32,47 24,53 24,81 27,83 26,69
Rataan 25,46 28,63 25,76 25,16 28,36
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom atau baris yang sama pada minggu pengamatan
\DQJ VDPD PHQXQMXNNDQ EHUEHGD WLGDN Q\DWD PHQXUXW 8ML %HGD 5DWDDQ 'XQFDQ SDGD WDUDI .
Perlakuan berbagai tingkat konsentrasi tidak nyata dengan konsentrasi 50, dan 100%
auksin alami panjang tunas terpanjang pada auksin alami.
perlakuan konsentrasi 25% auksin alami Hubungan panjang tunas bibit setek
(17,76 cm) yang berbeda nyata dengan tanaman buah naga 45 HST dengan
konsentrasi 0, 75 % auksin alami dan berbeda konsentrasi auksin alami dapat dilhat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Grafik hubungan panjang tunas bibit setek tanaman buah naga 45 HST dengan
konsentrasi auksin alami
Gambar 1 menunjukan bahwa konsentrasi auksin alami 25% kemudian
hubungan panjang tunas 45 HST dengan menurun kembali hingga konsentrasi 75% dan
konsentrasi auksin alami berbentuk kubik kembali meningkat pada konsentrasi 100%.
yakni panjang tunas meningkat hingga

156
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337-
Vol.3. No.4, September 2015. (541) :1557-
Tabel 3 Menunjukan bahwa bibit setek (26,28 cm). Pada perlakuan konsentrasi
tanaman buah naga umur 60 HST pada auksin alami bibit setek tanaman buah naga
perlakuan jenis auksin alami yang terpanjang umur 60 HST terpanjang pada perlakuan
yakni pada perlakuan air kelapa (27,04 cm) konsentrasi 25% (28,63 cm) dan terendah
dan terpendek pada perlakuan urine sapi pada perlakuan konsentrasi 75% (25,16 cm).

Jumlah tunas (tunas)


Hasil penelitian menunjukkan bahwa HSTJumlah tunas bibit setek tanaman buah
perlakuan jenis auksin, tingkat konsentrasi naga pada jenis auksin alami dan
dan interaksi keduanya berpengaruh tidak konsentrasinya pada umur 30, 45 dan 60 HST
nyata terhadap jumlah tunas bibit setek dapat dilihat pada Tabel 4.
tanaman buah naga pada 30,45 dan 60

Tabel 4. Jumlah tunas (tunas) bibit setek tanaman buah naga pada jenis auksin alami dan
konsentrasinya pada umur 30,45 dan 60 HST
Jenis Auksin Konsentrasi (%)
HST Alami Rataan
0 25 50 75 100
Air kelapa 1,78 2,00 1,89 2,11 2,00 1,96
30 Urine sapi 1,78 2,33 2,22 2,67 2,11 2,22
Urine kambing 1,89 1,89 2,00 2,11 2,67 2,11
Rataan 1,81 2,07 2,04 2,30 2,26
Air kelapa 1,89 2,44 2,33 2,44 2,11 2,24
45 Urine sapi 2,33 2,78 2,56 2,89 2,56 2,62
Urine kambing 2,33 1,78 1,78 2,33 2,78 2,20
Rataan 2,19 2,33 2,22 2,56 2,48
Air kelapa 1,89 2,33 2,33 2,44 2,11 2,22
Urine sapi
60 Urine kambing 2,33 2,78 2,56 2,89 2,56 2,62
2,22 1,89 1,78 2,33 2,67 2,18
Rataan 2,15 2,33 2,22 2,56 2,44
Tabel 4 menunjukkan bahwa pada pada perlakuan urine kambing (2,20 tunas).
perlakuan berbagai jenis auksin alami jumlah Jumlah tunas setek tanaman buah naga pada
tunas bibit setek tanaman buah naga pada 30 perlakuan konsentrasi auksin alami terbanyak
HST terbanyak terdapat pada perlakuan urine pada perlakuan konsentrasi 75% (2,56 tunas)
sapi (2,22 tunas) dan terendah pada perlakuan dan terendah pada perlakuan konsentrasi 0%
air kelapa (1,96 tunas). Jumlah tunas setek (2,19 tunas).
tanaman buah naga pada perlakuan Pada perlakuan berbagai jenis auksin alami
konsentrasi auksin alami terbanyak pada jumlah tunas bibit setek tanaman buah naga
perlakuan konsentrasi 75% (2,30 tunas) dan pada 60 HST terbanyak terdapat pada
terendah pada perlakuan konsentrasi 0% (1,81 perlakuan urine sapi (2,62 tunas) dan terendah
tunas). pada perlakuan urine sapi (2,18 tunas).
Tabel 4 juga menunjukkan bahwa Jumlah tunas setek tanaman buah naga pada
pada perlakuan berbagai jenis auksin alami perlakuan konsentrasi auksin alami terbanyak
jumlah tunas bibit setek tanaman buah naga pada perlakuan konsentrasi 75% (2,56 tunas)
pada 45 HST terbanyak terdapat pada dan terendah pada perlakuan konsentrasi 0%
perlakuan urine sapi (2,62 tunas) dan terendah (2,15 tunas).

156
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337-
Vol.3. No.4, September 2015. (541) :1557-
Bobot kering tunas (g) tingkat konsentrasi auksin alami berpengaruh
nyata terhadap bobot segar tunas bibit setek
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman buah naga.
perlakuan jenis auksin alami dan interaksi Bobot kering tunas bibit setek
jenis auksin alami dengan konsentrasinya tanaman buah naga pada berbagai jenis auksin
berbeda tidak nyata terhadap bobot segar alami dan konsentrasinya dapat dilihat pada
tunas bibit setek tanaman buah naga dan Tabel 5.

Tabel 5. Bobot kering tunas (g) bibit setek tanaman buah naga pada berbagai jenis auksin alami
dan konsentrasinya
Konsentrasi (%)
Jenis Auksin Alami Rataan
0 25 50 75 100
Air Kelapa 5,98 7,63 5,82 6,74 7,36 6,71
Urine sapi 5,51 7,79 6,14 7,31 7,93 6,94
Urine kambing 5,20 6,92 5,81 5,23 8,31 6,29
Rataan 5,56e 7,45b 5,92d 6,42c 7,87a
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji
Beda Rataan Duncan SDGD WDUDI . 5%.
Tabel 5 menunjukan bahwa pada tanaman buah naga pada konsentrasi 100%
perlakuan berbagai jenis auksin alami boot mampu melakukan fotosintesis lebih baik dan
kering tunas bibit setek tanaman buah mengandung air lebih sedikit Hal ini
nagaterberat pada perlakuan urine sapi (6,94 menunujukan bahwa fotosintat yang di dapat
g) dan terendah pada perlakuan urine kambing dari bahan kering memiliki proses fisiologi
(6,29 g). yang baik dengan adanya pengunaan hormon
Tabel 5 juga menunjukkan bahwa tambahan. Hal ini sesuai dengan literatur huik
perlakuan berbagai tingkat konsentrasi auksin (2004) yang menyatakan bahwa hormon
alami bobot kering tunas tertinggi pada mengatur proses fisiologis tanaman.Hormon
perlakuan konsentrasi 100% auksin alami biasanya mengalir di dalam tanaman dari
(7,87 g) yang berbeda nyata dengan tempat dihasilkannya ke tempat keaktifannya.
konsentrasi lainnya. Bobot kering tunas Hubungan bobot kering tunas bibit
terberat pada perlakuan konsentrasi 100% setek tanaman buah naga dengan konsentrasi
yaitu 7,87 g yang berbeda nyata dengan auksin alami dapat dilihat pada Gambar 2.
perlakuan lain. Hal ini diduga bibit setek

Gambar 2. Grafik hubungan bobot kering tunas bibit setek tanaman buah naga dan konsentrasi
auksin alami

156
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337-
Vol.3. No.4, September 2015. (541) :1557-
Gambar 3 menunjukkan bahwa Hastuti, F., 2009.Pengaruh Konsentrasi Pupuk
hubungan bobot kering tunas bibit setek Daun Terhadap Pertumbuhan
tanaman buah naga dengan konsentrasi auksin Vegetatif Tabulampot Buah Naga
alami berbentuk kuartik yakni bobot kering (Hylocereus Undatus (Haw.) Britt.
tunas meningkat hingga konsentrasi auksin IPB, Bogor.
alami 25% kemudian turun kembali hingga
konsentrasi 50% dan meningkat kembali Huik, E. M., 2004. Pengaruh Rootone-F dan
hingga konsentrasi 100%. Ukuran Diameter Setek Terhadap
Pertumbuhan Setek Pohon
SIMPULAN Jati.Universitas Pattimura,Ambon.
Ilmu., 2008. Peranan Hormon Tumbuh dalam
Pemberian berbagai jenis auksin alami Memacu Pertumbuhan Algae.
memberikan respons dalam meningkatkan [Diakses dari http://ilmualam
ilmu.com/2010/08/peranan-hormon
pertumbuhan bibit setek tanaman buah naga,
tumbuh-dalam-memacu-pertumbuhan
dimana jenis auksin alami terbaik terdapat .html pada tanggal 26 Januari 2015].
pada perlakuan urine kambing. Konsentrasi Kusuma, A. S., 2003. Pengaruh Zat Pengatur
berbagai auksin alami memberikan respons Tumbuh Rootone-F Terhadap
dalam meningkatkan pertumbuhan bibit setek Keberhasilan Setek Manglid. Institut
Pertanian Bogor, Bogor
tanaman buah naga yakni pada panjang tunas Prawoto, A. A dan G. Supriadji. 1992.
30 HST, dan bobot kering tunas dimana Kandungan hormon dalam air seni
konsentrasi auksin terbaik diperoleh pada beberapa jenis ternak. Pelita
konsentrasi 25%. Interaksi jenis auksin alami Perkebunan 7(4) : 76-84.
dan konsentrasinya memberikan respons Satria, F., 2011.Pengaruh Beberapa
dalam meningkatkan pertumbuhan bibit setek Konsentrasi Atonik Pada
Pertumbuhan Setek Buah Naga
tanaman buah naga yakni pada umur muncul
Berdaging Merah (Hylocereus
tunas, dan panjang tunas 30 HST. costaricensis (Web) Britton &
Rose).Skripsi. Universitas Andalas.
Padang.
DAFTAR PUSTAKA
Shofiana, A., Yuni S. R., Lukas S. B.,2013.
Pemberian Beberapa Konsentrasi
Abdullah, L., D. D. S. Budhie., dan A. D.
IBA (Indole Butiryc Acid) Pada
Lubis. 2011. Pengaruh Aplikasi
Pembentukan Akar Setek Tanaman
Urine Kambing dan Pupuk Cair
Buah Naga. Universitas Negeri
Organik Komersial Terhadap
Surabaya. Surabaya.
Beberapa Parameter Agronomi pada
Tanaman Pakan Indigofera sp. Jurnal Yunita, R. 2011. Pengaruh Pemberian Urine
Pastura. 1(1): 5-8. Fakultas Pertanian Sapi, Air Kelapa dan Rootone F
IPB, Bogor. Terhadap Pertumbuhan Setek
Andrina, Y., 2009. Pengaruh Beberapa Zat Tanaman Markisa (Passiflora edulis
Pengatur Tumbuh Terhadap var. flavicarpa). Solok.Hal 1-10
Pertumbuhan Setek Tanaman Buah
Naga Berdaging Merah (Hylocereus
costaricensis (Web) Britton &
Ross).Sripsi. Universitas Andalas,
Padang.

156
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337-
Vol.3. No.4, September 2015. (541) :1557-

156

You might also like