Professional Documents
Culture Documents
1, 28-41
Perhimpunan Entomologi Indonesia
1)
Mahasiswa Pascasarjana Mayor Entomologi Institut Pertanian Bogor
2)
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
3)
Institut de Recherche pour le Développement
4)
Balai Riset Budidaya Ikan Hias
ABSTRACT
Development and nutrional content of Hermetia illucens (Linnaeus)
(Diptera: Stratiomyidae) larvae on oilpalm kernel. Hermetia illucens, is
used as a reducing agent of palm kernel meal (PKM), as well as one of
alternative protein sources for aquaculture purposes. Information about
biology of H. illucens is absolutely required in mass production. The
objectives of these researches were to study the development of H. illucens
including the effect of supplementary food to the adult, and nutrient content
of the immature stage. The sample of 20 larvae from each 3 replicates were
measured and weighed on 0-19th day (larva) and 24th day (pupa) from egg
hatching. H. illucens adults were fed by water and honey 5% (v/v). Eggs
were collected and counted. Nutrient content of immature stage: 5, 10, 15,
20 days old (larvae), and 25 days old (prepupae) reared on PKM were
analyzed proximately. Dry matter was determined by weight loss on drying
at 105 oC during overnight. Crude protein was determined by Kjeldahl
procedure (N x 6.25), crude fat by soxhlet (ether extract), crude ash by
determining the residue after heating at 550 oC for 4–5 h. Data were
analyzed descriptively by average from triplicate. The development of H.
illucens was shorter than those in previous studies as the differences of
abiotical factor. PKM was a suitable medium for development. It was better,
however, to fed the adult with honey since it could enhance the fecundity.
The young larva certainly contained the best quality of nutrition. To meet
the quantity of mass production, however, the use of the elder larva (bigger)
was suggested.
KEY WORDS: Hermetia illucens, development, PKM, proximate analysis
28
Rachmawati et al.,: Perkembangan dan Kandungan Nutrisi
29
J. Entomol. Indon., April 2010 Vol. 7, No. 1, 28-41
sal larva H. illucens serta pemeliharaan telur baru (mungkin satu clutch, yang
kelestariannya di alam. berasal dari satu induk) pada hari
tersebut dicatat dan dikoleksi dengan
BAHAN DAN METODE hati-hati.
Lokasi
Siklus Hidup dan Pengaruh Pakan
Penelitian dilakukan di laborato- Tambahan terhadap Lama Hidup
rium dan kandang produksi H. illucens Imago dan Produksi Telur
IRD-BRBIH (Balai Riset Budidaya Tiga kelompok telur baru dikoleksi
Ikan Hias) Depok pada bulan April di wadah yang terbuat dari alumunium
2009 hingga Desember 2009. foil dan diinkubasi langsung di dalam
PKM berasal dari PT. Perkebunan kotak plastik (p 27,3 cm; l 21 cm; t 20
Nusantara VII, Unit Usaha Bekri, Ke- cm) berisi 3 kg media PKM fermen-
camatan Bekri, Lampung Tengah. PK- tasi. Kotak disimpan pada suhu dan
M tersebut mengandung (dari 95,44 % kelembaban lingkungan. Sebanyak 20
kadar kering) 15,76% protein, 12,74 % ekor sampel larva diambil secara acak
lemak, 4,16% abu, dan 25,10% serat setiap hari sampai tahapan prepupa
kasar. Media pertumbuhan larva dibuat untuk ditimbang dan diukur. Sampel
dengan cara mencampur PKM dengan kemudian dikembalikan lagi. Prepupa
air (1 bobot PKM : 2 bobot air), dikoleksi dan dikumpulkan pada kotak
kemudian media dibiarkan terfermen- berisi daun pisang kering sebagai
tasi selama paling tidak satu minggu di shelter selama pupasi. Ketika prepupa
dalam tong plastik. mencapai tahapan pupa, masing-
Pada uji pengaruh pakan tambahan masing 20 sampel pupa ditimbang. Ke-
terhadap lama hidup imago dan pro- mudian sebanyak 600 pupa dikoleksi
duksi telur, digunakan madu 5% (v/v) dan dibagi menjadi dua kelompok.
dan air sebagai kontrolnya. Madu Masing-masing dimasukkan ke dalam
(NADHIF Natural Honey, Nadhif kandang (p 2,00 m; l 1,20 m; t 1,55 m;
Lautan Alami, Mojokerto) diencerkan t dari tanah 0,75 m). Ketika imago
dengan air. muncul, satu kandang diberi perlakuan
Telur H. illucens diperoleh dari pakan madu, dan yang lainnya diberi
populasi alami di area sekitar labo- air. Pakan tersebut disemprotkan pada
ratorium. Bak-bak plastik diisi 3 kg sisi-sisi kandang di pagi dan sore hari.
media, kemudian ditutupi dengan daun Imago yang muncul dihitung tiap hari
pisang kering. Imago betina meletak- dari jumlah puparia. Ke dalam kan-
kan telur pada daun-daun tersebut. dang tersebut diletakkan sebanyak 3
Daun-daun tersebut diperiksa setiap basket (p 10 cm; l 7,5 cm; t 4 cm)
pagi untuk kepastian adanya telur-telur berisi media PKM dan daun kering
yang baru diletakkan. Setiap kelompok sebagai substrat untuk oviposisi. Telur
30
Rachmawati et al.,: Perkembangan dan Kandungan Nutrisi
31
J. Entomol. Indon., April 2010 Vol. 7, No. 1, 28-41
serta bintik mata dan bagian mulut Tahapan larva yang masih berkulit
yang tampak semakin jelas, pergerakan putih berlangsung kurang lebih 12 hari.
tubuh embrio juga terlihat. Telur Selanjutnya larva mulai berubah warna
menetas, larva muncul dan langsung menjadi coklat dan semakin gelap se-
memasuki tahap makan. Laju per- minggu kemudian. Prepupa sejak hari
tumbuhan relatif larva sangat pesat ke-19. Pupa 100% dicapai pada hari
hingga hari ke-8. Bobot tubuh juga ke-24.Tahapan pupa berlangsung ber-
terus bertambah sampai ketika hendak ikutnya selama 8 hari kemudian, Ima-
memasuki tahapan prepupa. Karena go mulai muncul pada hari ke-32.
tahapan prepupa adalah tahapan ketika Imago yang muncul dari pupa, yang
tidak lagi dilakukan aktivitas makan, kemudian diberi perlakuan pakan
maka ada kecenderungan ketika hen- tambahan air dan madu, menunjukkan
dak memulai inisiasi pupa, bobot tubuh sedikit perbedaan pada lama hidup dan
prepupa menjadi sedikit berkurang
(Tabel 1).
32
Rachmawati et al.,: Perkembangan dan Kandungan Nutrisi
Gambar 2. Ciri imago H. illucens yang diberi pakan tambahan air (atas) dan
madu (bawah)
jumlah telur. Karena berasal dari lakuan pakan madu juga tampak lebih
populasi yang sama maka puncak banyak daripada perlakuan pemberian
kemunculan imago pada kedua per- air. Puncak oviposisi pada populasi
lakuan adalah sama, Pada populasi yang diberi pakan madu adalah pada
imago yang diberi madu tampak hari ke-5 sedangkan pada perlakuan
adanya puncak dari kematian sedang- pemberian air adalah pada hari ke-7.
kan pada populasi yang diberi air tidak Bila mengacu pada puncak kemun-
demikian. Sementara itu, pada grafik culan imago dari pupa, maka masa
yang sama tampak bahwa puncak praoviposisi adalah sekitar 3 hari pada
kemunculan dengan puncak kematian populasi yang diberi pakan madu, dan
imago yang diberi pakan madu ber- 5 hari pada populasi yang diberi air
jarak 8-9 hari. Jumlah telur pada per- (Gambar 2).
33
J. Entomol. Indon., April 2010 Vol. 7, No. 1, 28-41
34
Rachmawati et al.,: Perkembangan dan Kandungan Nutrisi
berkisar antara 42,07% dan 45,85%. dipaparkan oleh Booth and Sheppard
Kadar abu kasar pada setiap umur (1984).
tampak sedikit fluktuatif namun nilai- Perbedaan waktu perkembangan
nya masih berkisar antara 7,65% dan tersebut diduga disebabkan oleh faktor
11,36% (Tabel 3). Setelah diletakkan suhu dan kelembaban udara, karena
pada substrat yang tepat, telur akan suhu lingkungan dan kelembaban ber-
segera memasuki masa inkubasi. Pada korelasi negatif dengan waktu inku-
penelitian ini, masa inkubasi telur H. basi telur atau perkembangan embrio
illucens berlangsung lebih singkat dari- (Chapman 1998). Hubungan antara
pada masa inkubasi H. illucens di suhu lingkungan dan waktu perkem-
beragam tempat. Pada suhu 24 °C, bangan dapat digunakan untuk meng-
telur H. illucens menetas dalam 102 hitung (suhu dikalikan waktu) pema-
sampai 105 jam (4,3 hari) (Booth & sukan panas total (total heat input)
Sheppard 1984). Di Argentina, telur atau derajat hari (degree days). Bila
menetas 4 sampai 6 hari. Di Selandia suhu lingkungan dikompensasi dengan
Baru telur menetas 5 hari di bulan lamanya waktu inkubasi, maka sesung-
Februari dan 7 sampai 14 hari di bulan guhnya derajat hari untuk perkem-
April (Sheppard et al. 2002). Oleh bangan suatu spesies adalah sama
karena pada penelitian ini, waktu untuk setiap suhu lingkungan di atas
inkubasi total telur berlangsung kurang suhu minimum untuk perkembangan
lebih satu hari lebih singkat, maka embrio secara penuh (full develop-
perkembangan embrionik yang ter- ment) (Zalom et al. 1983, Chapman
amati pada penelitian ini juga ber- 1998). Jadi, meskipun suhu minimum
langsung lebih cepat daripada yang untuk perkembangan embrio secara
35
J. Entomol. Indon., April 2010 Vol. 7, No. 1, 28-41
penuh dan derajat hari penetasan telur tingkat ransum yang tinggi (Myers et
H. illucens belum diketahui, namun al. 2008).
dapat diduga bahwa nilainya sama Lama hidup H. illucens dewasa
antara penelitian ini dengan penelitian- berkisar antara 1 dan 2 minggu ber-
penelitian sebelumnya. gantung pada pakan larva dan juga
Tomberlin et al. (2009) telah mem- pakan tambahan pada tahapan dewasa
buktikan bahwa suhu dapat mem- tersebut. Imago yang diberi air dapat
pengaruhi waktu perkembangan larva- hidup lebih lama daripada yang tidak
pupa H. Illucens. Larva dan pupa H. diberi air sama sekali (Tomberlin et al.
illucens yang dipelihara pada suhu 27 2002, Myers et al. 2008). Pada pene-
o
C, berkembang lebih lambat (≈ 4 hari) litian ini, imago yang diberi pakan
daripada yang dipelihara pada suhu 30 madu hidup kurang lebih sama dengan
o
C, sementara pada suhu 36 oC, hampir yang diberi air saja. Namun, betina
tidak ada pupa yang sintas. Hal ter- yang diberi pakan madu meletakkan
sebut menunjukkan bahwa pemasukan telur lebih banyak daripada yang
panas total (total heat input) yang diletakkan betina yang diberi air saja.
diterima oleh larva yang dipelihara Seperti serangga dewasa pada umum-
pada suhu 30 oC lebih cepat terpenuhi, nya dan parasitoid pada khususnya,
guna melengkapi syarat perkembangan madu atau sumber gula lainnya (em-
menuju tahap pupa, daripada larva bun madu, nektar, nektar selain dari
yang dipelihara pada suhu 27 oC. bunga) merupakan salah satu sumber
Selain suhu, kualitas media per- untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
tumbuhan juga dapat memengaruhi jangka pendek untuk mencari inang
waktu perkembangan. Perkembangan yang sesuai (Lewis et al. 1998). Pada
larva H. illucens pada penelitian ini Cotesia marginiventris (Hymenoptera:
(19 hari) berlangsung sedikit lebih Braconidae), madu mampu meningkat-
singkat daripada yang dikaji oleh kan produksi telurnya (Riddick 2007).
Tomberlin et al. (2002). Perbedaan Hermetia illucens bukan termasuk ke
perkembangan H. illucens antar media dalam serangga proovigenik, karena
tersebut, termasuk PKM, diduga ka- betina dewasa yang muncul dari pupa
rena kandungan nuntrisi media per- tidak membawa sejumlah telur matang
tumbuhan larva tersebut tidak jauh (Tomberlin et al. 2002). Penelitian ini
berbeda (Tabel 4). Kuantitas media juga menunjukkan bahwa H. illucens
pertumbuhan juga tidak kalah penting. hanya meletakkan telur satu kali dalam
Pada tingkat ransum yang rendah hidupnya, karena ovarium tidak lagi
(pakan berupa kotoran sapi), larva berkembang pasca oviposisi. Dengan
berkembang lebih lambat daripada
36
Rachmawati et al.,: Perkembangan dan Kandungan Nutrisi
37
J. Entomol. Indon., April 2010 Vol. 7, No. 1, 28-41
Individu yang lebih besar, atau Bila dibandingkan PKM dan tep-
dalam studi ini adalah yang lebih tua, ung ikan, profil nutrisi H. illucens
mengandung lebih banyak lemak dan berada di antara keduanya (Tabel 5).
protein. Larva muda mengalami per- Kandungan protein larva jauh lebih
tumbuhan somatik yang pesat (Tabel tinggi daripada PKM, dan sedikit di
1). Namun, ketika pertumbuhan sel bawah tepung ikan lokal. Hal tersebut
somatik telah konstan, maka peru- menunjukkan bahwa proses biokon-
bahan hanya terjadi pada kadar lemak versi ini (protein PKM menjadi protein
(Hahn 2005). Hal tersebut dapat larva) dapat meningkatkan nilai kegu-
dijadikan alasan mengapa kadar pro- naan PKM untuk dapat digunakan
tein kasar dan kadar bahan kering larva dalam bidang akuakultur dan peternak-
H. illucens cenderung sedikit meng- an, yaitu menggantikan proporsi te-
alami peningkatan sejak hari ke-10. pung ikan dalam komposisi pakan.
Protein struktural, seperti dinding sel, Kadar protein yang terbaik di-
juga turut berkontribusi atas tingginya kandung oleh larva muda. Namun
kadar protein pada larva muda. demikian dalam konteks produksi mas-
Abu adalah konstituen anorganik sal, kuantitas produksi menjadi per-
dan berasal dari mineral. Abu merupa- timbangan lainnya dalam pemanfaatan
kan bahan yang tidak tercernakan larva muda tersebut. Larva muda ter-
sehingga tidak menghasilkan energi. sebut (yaitu yang berukuran kecil)
Oleh karena itu, sebaiknya kandungan dapat diberikan langsung sebagai pa-
abu dalam pakan bernilai rendah. kan hidup (life feed) kepada ikan
Kadar abu kasar pada larva H. illucens dengan bukaan mulut yang sesuai
kurang lebih sama dengan kadar abu dengan ukuran larva. Untuk peruntu-
serangga-serangga yang dijadikan kan lain, seperti pemanfaatan larva H.
pakan bagi masyarakat Thailand. illucens sebagai salah satu bahan
Menurut Raksakantong et al. (2010), campuran pakan atau bahan baku pelet
profil nutrisi yang dimiliki serangga-
serangga tersebut tergolong baik.
38
Rachmawati et al.,: Perkembangan dan Kandungan Nutrisi
39
J. Entomol. Indon., April 2010 Vol. 7, No. 1, 28-41
40
Rachmawati et al.,: Perkembangan dan Kandungan Nutrisi
41