You are on page 1of 8

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Hlm.

239-246, Desember 2012

OPTIMASI DOSIS DAN FREKUENSI PAKAN DALAM PRODUKSI ROTIFER


(Brachionus rotundiformis)

OPTIMALIZATION OF FEED DOSAGE AND FREQUENCY IN PRODUCTION


OF ROTIFER (Brachionus rotundiformis)

Rina P. Astuti*, Sophia L. Sagala, Gunawan, Gede S. Sumiarsa, dan Philip


T. Imanto
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Balitbang KP-KKP, Gondol
*Email: rpashodiq@gmail.com

ABSTRACT
The availability of rotifer as live food is importance in a larval mariculture. Therefore a
continuous and high production of rotifer is needed. The study was aimed to determine the
frequency and dosage of the best food in rotifer culture. Nannochloropsis oculata, yeast and
sFRWW¶V HPXOVLRQ DUH XVHG DV SRWHQWLDO IHHGV IRU URWLIHU 7KUHH GRVDJHV RI N. oculata (150,000;
250,000, and 350,000 cells/ind.rotifer/day) were applied in the study and were given twice per
day. Meanwhile, yeast(0.5 g/106 LQG GD\ DQG 6FRWW¶V HPXOVLRQ ZLth different dosages (2, 4, and
8 µg/106 ind./day) were given with two different feeding frequencies (two and four times a day)
for each dosages. Each treatment was done in triplicates. Sampling of rotifer was conducted in
the morning (AM) and afternoon (PM). Water quality (temperature, dissolved oxygen and
ammonia) was also measured. Growth and productivity of rotifer were determined from the
number of rotifer and the number of rotifer eggs, respectively. The results showed that the
optimum productivity of rotifer was achieved by giving N. occulata of 250,000 sel/ind/day, twice
a day in four days culture. 0HDQZKLOH WUHDWPHQW ZLWK \HDVW DQG 6FRWW¶V HPXOVLRQ JDYH EHVW
performance when applying 0.5 g/106 and 2 µg/106 ind./day twice per day, respectively. Yeast
and sFRWW¶V HPXOVLRQ treatment yielded optimum production in two days of culture.

Keywords: rotifer, productivity, yeast, 6FRWW¶V HPXOVLRQ foodd dosage

ABSTRAK
Ketersediaan pakan alami rotifer ditingkatkan ketersediaannya seiring dengan meningkatnya
jumlah larva ikan laut, untuk itu diperlukan usaha guna meningkatkan produktifitasnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis dan frekuensi pakan terbaik dalam kultur
rotifer. Nannochloropsis oculata, ragi dan VFRWW¶V emulsion digunakan sebagai pakan rotifer.
Dosis masing-masing pakan N. oculata adalah 150.000, 250.000 dan 350.000 sel/ind.
rotifer/hari diberikan dua kali sehari. Sedangkan ragi sebanyak 0.5gr/106 ind./hari dan VFRWW¶V
emulsion dengan dosis 2, 4, dan 8 µg/106 ind./hari diberikan dengan frekuensi 2 kali sehari dan
4 kali sehari. Masing-masing perlakuan dikerjakan dengan tiga kali ulangan. Sampling
dilakukan pada pagi dan sore hari. Dilakukan analisa kualitas air meliputi suhu, amoniak dan
DO. Pertumbuhan dan produktifitas rotifer dianalisa melalui jumlah individu dan jumlah telur
rotifer yang dihasilkan. Data yang diperoleh dianalisa secara diskriptif. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa pakan N.oculata sebanyak 250.000 sel/ind./hari dengan frekuensi
pemberian pakan 2 kali sehari merupakan dosis terbaik pada kultur rotifer dengan pakan N.
oculata, pada kultur ini 4 hari merupakan waktu optimal untuk produksi. Sedangkan ragi
sebanyak 0.5 gr/106 ind./hari dan scott sebanyak 2 µg/106ind./hari dengan frekuensi pemberian
pakan 2 kali sehari merupakan dosis terbaik pada kultur rotifer dengan pakan ragi dan scott¶V
emulsion, waktu optimal produksi dengan metode ini selama 2 hari.

Kata kunci: rotifer, produktifitas, ragi VFRWW¶V HPXOLVRQ dosis pakan

©Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 239
Optimasi Dosis dan Frekuensi Pakan dDODP 3URGXNVL 5RWLIHU«

I. PENDAHULUAN menghemat waktu dan tenaga dimana


frekuensi pemberian pakan hanya dua kali
Pembenihan ikan laut merupakan dalam sehari, namun produktifitasnya
mata rantai pertama dari upaya belum dapat mencapai maksimum yaitu
pengembangan budidaya ikan laut. lebih dari 150 individu/ml. Sedangkan
Keberhasilan produksi benih ikan laut kultur rotifer dengan menggunakan pakan
baik dari segi kuantitas dan kualitas sangat substitusi yakni ragi dan suplemen kaya
dipengaruhi oleh keberhasilan penyediaan protein, mampu meningkatkan
jasad pakan dan manajemen pakan untuk produktifitas rotifer, namun memerlukan
larva ikan laut secara tepat dan effisien. biaya yang tinggi dan tidak hemat waktu
Rotifer merupakan salah satu jenis dan tenaga, dimana frekuensi pemberian
zooplankton yang sangat penting pada pakan empat kali dalam sehari dengan
kegiatan perbenihan ikan laut dan interfal 6 jam sekali. Berbagai kegiatan
peranannya hingga hari ini belum penelitian dan pengembangan produksi
tergantikan. Menurut Sulkin dan Epifanio rotifer telah diupayakan, baik penggunaan
(1975) dalam Christiansen dan Yang pakan fitoplankton dan vitamin B12
(1976) rotifer mampu memberikan (Sumiarsa et al., 1996), dengan awetan N.
kelangsungan hidup yang lebih tinggi oculata dan Vitamin B12 (Ismi and
pada larva kepiting sampai fase zoea III Wardoyo, 1997), Pemberian D-Tokoferol
dan secara nyata mempercepat proses (vitamin E) (Hendry, 1993), pemberian
molting ke fase zoea II. Melianawati dan ragi roti, minyak ikan dan kuning telur
Imanto (2004) menyimpulkan bahwa (Waspada et al., 1991), pemberian ragi,
rotifer merupakan pakan alami yang Chlorella dan Tetraselmis sp.
dominan dipilih oleh larva Lutjanus sebae (Rachmasari, 1989), pemberian vitamin
pada umur 4-8 hari. Rotifer juga B12 pada dosis berbeda (Utyani, 1992),
merupakan pakan utama larva GDQ SHQJJXQDDQ UDJL URWL VFRWW¶V
Epinephelus sp. dan Plecoglossus altivelis emulsion, Vitamin B12 (Wati & Imanto,
(Liao et al., 1991). Keunggulan rotifer 2009), namun produktifitas maksimum
sebagai jasad pakan adalah ukurannya belum dapat dicapai oleh karena itu, perlu
kecil (150-220 Pm) dan berenang lambat dilakukan optimasi dosis dan frekuensi
sehingga mudah dimangsa oleh larva pakan pada kultur rotifer dengan strain
(Rusdi, 1997), waktu kultur yang relatif dan kondisi lingkungan yang berbeda.
singkat serta mempunyai laju reproduksi Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
yang tinggi (Giliberto and Mazzola, dosis dan frekuensi pakan terbaik dalam
1981). Nannochloropsis oculata kultur rotifer.
merupakan pakan utama bagi zooplankton
rotifer, selain itu juga terdapat pakan lain II. METODE PENELITIAN
seperti yang dikemukakan oleh Arnold
dan Holt (1997) bahwa terdapat variasi Penelitian ini dikerjakan di Balai
pakan yang berupa single sel fitoplankton, Besar Penelitian dan Pengembangan
diantaranya Tetraselmis, Chlorella dan Budidaya laut, Gondol-Bali. Terdapat dua
Isochrysis, dan pakan substitusi lainnya kegiatan kultur rotifer yakni dengan
EHUXSD EDNHU¶V Gan torula yeast, minyak penggunaan pakan Nannochloropsis
yang diperkaya dan pakan tiruan. oculata dan pakan substitusi berupa ragi
Fitoplankton sangat berperan dalam dan scott¶V emulsion.
pertumbuhan rotifer maupun bagi larva.
Kultur dengan menggunakan pakan
fitoplankton memiliki kelebihan yaitu

240 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Astuti et al.

2.1. Kultur Rotifer dengan Pakan N. produksi tersebut termasuk baik jika
oculata dibandingkan dengan hasil produksi
Rotifer dikultur dengan harian rotifer (150 ind/ml), mengingat
menggunakan pakan fitoplankton N. inokulan hanya 20 ind/ml sedangkan
occulata. Sebanyak 20 individu/mL inokulan pada produksi harian secara
diinokulasikan ke dalam bak dengan semikontinyu diperkirakan lebih dari 20
volume 30 L. Kultur tersebut diberi pakan ind/ml. Jika dihitung rata-rata kecepatan
fitoplankton N. occulata sebanyak perkembangan dapat mencapai ± 35
150.000 ± 350.000 sel/ind/hari dengan ind/hari. Fukusho (1989) mengatakan
frekuensi pemberian 2 kali sehari, masing- bahwa laju rata-rata pemangsaan rotifer
masing sebanyak 50% dosis. Dosis diperkirakan 100.000 ± 150.000
150.000, 250.000, dan 350.000 sel/ind./hari. Jumlah N. oculata sebanyak
sel/ind/hari merupakan perlakuan dalam 250.,000 sel/ind/hari merupakan dosis
kegiatan ini, kultur tersebut dipelihara yang terbaik bagi rotifer. Hal ini
selama 4 hari secara semikontinyu. dimungkinkan dengan jumlah tersebut,
Pertumbuhan dan reproduksinya diukur rotifer dapat memenuhi kebutuhan akan
dari jumlah individu dan telur yang pakannya, dan ketika kebutuhannya telah
dihasilkan, menggunakan cawan arloji dan tercukupi (100.000-150.000 sel/ind/hari) ,
proyektor. di dalam media masih terdapat sedikit sisa
pakan (kurang lebih 100.000 sel/ind/hari)
2.2. Kultur Rotifer dengan Pakan Ragi sehingga tidak sampai kekurangan pakan.
dan Scott¶V Emulsion Sedangkan dengan jumlah pakan
Rotifer sebanyak 20 individu/ml 150,000 sel/ind/hari, dimungkinkan pakan
dikultur dalam volume 30 L, dikultur telah habis dalam sehari, dan tidak ada
denJDQ SDNDQ UDJL GDQ 6FRWW¶V HPXOVLRQ sisa pakan yang dapat digunakan untuk
dimana merupakan sumber minyak ikan. menyokong perkembangannya. Pada
Ragi sebanyak 0.5 g/106 ind./hari dan perlakuan pemberian pakan dengan
scott¶V HPXOVLRQ 2, 4 dan 8 µg/ind./hari jumlah 300,000 sel/ind/hari,
diberikan dengan frekuensi pemberian memperlihatkan perkembangan rotifer
pakan dua kali sehari. Kultur tersebut yang lebih baik dari pada 150,000
diberi aerasi lebih besar, Kemudian sel/ind/hari. Pada kenyataannya perlakuan
dianalisa perkembangannya untuk pakan dengan dosis 300,000 sel/ind/hari
menentukan waktu produksi maksimal ditemukan sisa pakan dalam jumlah yang
rotifer dan dosis yang terbaik. Analisa cukup banyak (padat) di dalam media.
kualitas air meliputi amoniak, oksigen Kondisi terlalu padat pakan
terlarut (DO) dilakukan setiap hari. mempengaruhi kekeruhan dan
ketersediaan ruang gerak bagi rotifer, dan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dimungkinkan juga mempengaruhi
kandungan amoniak di dalam kultur,
3.1. Kultur Rotifer dengan Pakan seperti terlihat pada (Tabel 1). Antara
Nannochloropsis oculata perlakuan pakan 150.000 sel/ind/hari dan
Perkembangan rotifer dengan pakan 350,000 sel/ind/hari memiliki pengaruh
N. ooculata pada (Gambar 1 dan 2), yang hampir sama terhadap
paling baik dicapai dengan pemberian perkembangan rotifer, namun berpengaruh
pakan dengan dosis 250.000 sel/ind/hari sangat berbeda terhadap kondisi media,
(158 ind/ml) dibandingkan dengan dimana memperlihatkan kadar amoniak
pemberian pakan dengan dosis 150,000 yang sangat berbeda (0,587-0,904 dan
dan 350,000 ribu sel/ind./hari. Hasil 0,676-1,651 mg/L), hal ini

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 241
Optimasi Dosis dan Frekuensi Pakan dDODP 3URGXNVL 5RWLIHU«

menggambarkan bahwa jumlah sisa pakan blooming pakan dalam kultur, disamping
yang berlebih menaikkan kadar amoniak itu juga dapat menjaga kontinyuitas
di dalam media. Sedangkan pada dosis ketersediaan pakan, sehingga proses
pakan 250,000 sel/ind/hari, kadar amoniak reproduksi dan kembang biak rotifer dapat
lebih tinggi dari pada kedua perlakuan berlangsung secara kontinyu. Hal ini
tersebut, hal ini dimungkinkan karena sisa seperti yang diungkapkan oleh Hirata,
pakan yang ada mengalami degradasi dan 1980; lubzens, 1987; lubzens et al., 1989
merusak media, serta utamanya karena dalam fulks dan mind (1991), bahwa
terjadi laju pertumbuhan rotifer yang lebih cepat hilangnya bahan organik dalam
cepat, dimana bahan organik yang kultur rotifer merupakan faktor utama
dihasilkan juga lebih banyak. penyebab buruknya perkembangan rotifer.
Frekuensi pemberian pakan juga Produktifitas rotifer mencapai
berpengaruh terhadapp pertumbuhan dan maksimal pada perlakuan jumlah pakan
laju reproduksi. Pemberian pakan 250.000 sel/ind/hari. Pada umumnya laju
sebanyak 250.000 sel/ind/hari yang reproduksi berbanding lurus dengan laju
diberikan dua kali sehari, dimungkinkan perkembangan rotifer, semakin tinggi
memberi pengaruh yang lebih baik densitas rotifer dalam kultur semakin
daripada frekuensi pemberian pakan 1 kali tinggi pula laju reproduksinya, sebab pada
dalam sehari. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang normal, rotifer
karena pemberian pakan bertahap dapat berkembang biak secara amiktik dengan
menurunkan kemungkinan terjadinya menetaskan telur dengan anakan betina.

180
160
140
Densitas (ind/mL)

120
100
80
60
40
20
0
AM PM AM PM AM PM AM PM AM PM
0 1 2 3 4

Hari Ke-
N. oculata 150,000cells/mL N.oculata 250,000cells/mL
N. oculata 350,000cells/mL
Gambar 1. Pertumbuhan rotifer dengan pakan Nannochloropsis oculata.

Tabel 1. Kualitas air kultur rotifer dengan pakan nannochloropsis sculata.


Kepadatan N.oculata Suhu DO Amoniak
(cells/mL) (°C) (mg/L) (mg/L)
150,000 24,0-25,3 7,7-8,5 0,587-0,904
250,000 24,1-24,9 7,9-8,0 0,738-1,698
350,000 24,1-25,0 7,9-8,3 0,676-1,651

242 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Astuti et al.

140 tanpa telur telur 1 telur 2 telur 3

120
Jumlah individu (ind./mL)
100
80 (a) (b) (c)
60
40
20
0
AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
N. oculata (150,000 N. oculata (250,000 N. oculata (350,000
sel/mL) sel/mL) sel/mL)
Hari Ke-
Gambar 2. Produktifitas rotifer dengan pakan Nannochloropsis oculata. (a) dosis pakan
150,000 sel/ind/hari, (b). dosis pakan 250,000 sel/ind/hari, (c) dosis pakan
350,000 sel/ind/hari.

3.2. Kultur Rotifer dengan Pakan dengan pemberian dosis pakan sebanyak
substitusi (Ragi dan Scott¶V 0.5 gr/106 ind/hari ragi dan 2 µg/ind/hari
emulsion) scott¶V HPXOVLRQ. Sedangkan pada dosis
Pakan subtitusi digunakan untuk lainnya (4 dan 8 µg/ind./hari scott¶V
meningkatkan nilai gizi rotifer. Dengan emulsiondan 0.5 gr/106 ind/hari ragi)
pemberian pakan yang berupa scott¶V hanya dapat meningkatkan perkembangan
emulsion (minyak hati ikan) diharapkan rotifer sampai pada densitas 100 dan 101
dapat meningkatkan nilai gizi rotifer yang ind./ml (Gambar 3). Seperti pada
berupa omega3 HUFA. Omega3 HUFA penelitian sebelumya, pada penelitian kali
ini didapatkan dari minyak hati ikan, ini juga diketahui bahwa laju reproduksi
dimana kandungan tersebut bersifat baik rotifer berbanding lurus dengan laju
untuk perkembangan larva. Sedangkan perkembangan rotifer (Gambar 4).
ragi secara fungsional diyakini tidak Frekuensi pemberian pakan dua
memiliki nilai gizi bagi rotifer, kecuali kali per hari pada setiap dosisnya
hanya sebagai pengikat nutrient uji dalam merupakan frekuensi yang optimal
hal ini scott¶V emulsion. Kombinasi ragi dibandingkan dengan 4 kali pemberian
dan suplemen lain seperti minyak hati pakan, hasil ini diketahui dari penelitian
cumi dan vitamin B12 terbukti dapat yang telah dilakukan sebelumnya (data
meningkatkan perkembangan rotifer, tidak dipublikasi). Pada kegiatan ini
disamping itu juga berpengaruh baik bagi diketahui bahwa dengan pakan ragi dan
pertumbuhan larva (Satuito dan Hiramaya, scott¶V memicu tumbuhnya protozoa di
1991; Satuito dan Hiramaya,1986). dalam media kultur. Protozoa ini bersifat
Pada penelitian ini perkembangan dimana mengganggu pertumbuhan rotifer.
rotifer dengan pakan ragi dan scott hanya Kultur ini mencapai puncak pada hari ke
dapat mencapai maksimum 112 ind/ml dua, dan mengalami crush pada hari ke
pada dua hari pemeliharaan, sedangkan empat. Oleh karena hal tersebut diatas,
rata-rata laju perkembangannya mencapai kultur tersebut sebaiknya merupakan
± 45 ind/hari. Kondisi optimal ini dicapai bagian dari kultur rotifer dengan pakan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 243
Optimasi Dosis dan Frekuensi Pakan dDODP 3URGXNVL 5RWLIHU«

campuran, dimana salah satunya tiga. Hal dimungkinkan dipengaruhi oleh


menggunakan N.oculata sebagai pakan. hadirnya kontaminan protozoa. Sehingga
Pada kultur ini, nilai amoniak, terjadi persaingan dalam penggunaan
suhu berada pada kondisi aman dan dapat oksigen. Kondisi yang buruk ini
ditolelir oleh rotifer, namun nilai DO menyebabkan menurunnya ketahanan dan
mengalami penurunan di semua produktifitas rotifer.
perlakuan, dimana dimulai dari hari ke

120

100
Densitas (ind./mL)

80
60

40

20

0
AM PM AM PM AM PM AM PM AM PM AM PM AM PM
0 1 2 3 4 5 6
Hari Ke

Scott 2ug/ind./hari Scott 4ug/ind./hari Scott 8ug/ind./hari

Gambar 3. Perkembangan rotifer dengan pakan Nannochloropsis oculata.

100
90
80
70
60
Jumlah telur (ind./mL)

50
40
30
20
10
0
AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM
0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
Scott (2µg/ind)/hari Scott (4µg/ind)/hari Scott (8µg/ind)/hari

Hari Ke tanpa telur telur 1

Gambar 4. Reproduksi rotifer dengan pakan Nannochloropsis oculata.

244 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Astuti et al.

Tabel 2. Kualitas air kultur rotifer dengan pakan ragi dan sFRWW¶s emulsion.
6FRWW¶V —J LQG KDUL 6FRWW¶V —J LQG KDUL 6FRWW¶V —J LQG KDUL
Hari
T DO Amoniak T DO Amoniak T DO Amoniak
ke- o o
( C) (mg/L) (mg/L) ( C) (mg/L) (mg/L) (°C) (mg/L) (mg/L)
0 28.6 5.7 0.031 28.5 5.6 0.03 29.1 5.7 0.032
1 25.5 6.3 0.559 25.5 6.1 0.163 25.5 6.2 0.025
2 25.4 5.7 0.05 25.4 5.4 0.033 25.4 5 0.026
3 25.7 3.9 0.1 25.7 3.3 0.088 25.7 2.6 0.057
4 25.7 3.6 0.07 25.8 3.5 0.037 25.8 2.8 0.042
5 25.6 3.6 0.5 25.7 3.6 0.315 25.7 3.1 0.245
6 24.9 4.2 0.587 24.8 4.2 0.326 26.1 3.9 0.073

Pada Tabel 2 terlihat bahwa N. oculata (158 ind./ml) dicapai pada hari
kualitas air mengalami penurunan dimana ke 4 pemeliharaan dengan kultur 20
ditengarai dengan adanya penurunan DO ind/ml. Dosis pakan substitusi sebanyak
dan kenaikan kandungan amoniak yang 0.5 gr/106 ind/hari ragi dan 2 µg/ind./hari
dimulai pada hari ke tiga pemeliharaan. scott¶V, diberikan dua kali sehari
Kondisi ini menandakan bahwa kebutuhan merupakan dosis terbaik, waktu optimal
akan oksigen meningkat, dan timbulnya produksi 2 hari.
gas amoniak sebagai hasil dari
perombakan senyawa yang mengandung DAFTAR PUSTAKA
protein. Sedangkan pada kenyataannya
produktifitas rotifer menurun sejak hari ke Arnold, C.R. and G.J. Holt. 1991.
tiga pada semua perlakuan. Secara fisik Various methods for the culture of
pada saat yang bersamaan, protozoa rotifer, Brachionus plicatilis, in
melimpah jumlahnya di dalam media. Texas. Proceedings of a U.S-Asia
6FRWW¶V HPXOVLRQ yang mengandung lemak Workhsop, Hawaii. 119-124pp.
dan protein diduga merupakan sumber Christiansen, M.E. and W.T. Yang. 1976.
pakan yang diperebutkan oleh rotifer dan Feeding experiment on the larva of
protozoa, dan protozoa tersebut Fiddler crab Uca pugilatot
merupakan pencetus kerusakan media (Brachyura, Ocypodidae), reared
kultur. in the hatchery. Aquaculture, 8:91-
Perbaikan metode pemberian 98.
pakan sebaiknya dilakukan agar kultur Fukusho, K. 1989. Biology and mass
dapat berlangsung secara kontinyu, production of the rotifer,
produktifitas dan kandungan gizi rotifer Brachionus plicatilis. Int. J. Aqu.
tetap terjaga. Hal ini dapat diupayakan Fish. Technol., 1:232-240.
dengan menkombinasikan pakan Giliberto, S. and Mazzola. 1981. Mass
N.oculata GDQ VFRWW¶V emulsion baik culture of Brachionus plicatilis
mengenai dosis dan waktu pemberiannya. with an integrated system of
tetraselmis suecica and
IV. KESIMPULAN Saccharomyces cerevisiae. J.
Word Maricul. Soc., 12(2):61-62.
Dosis N. oculata 250.000 sel/ind./ Hendry. 1993. Pengaruh dosis D-
hari dengan frekuensi pemberian pakan tokoferol yang berbeda terhadap
dua kali sehari merupakan dosis terbaik pertumbuhan populasi Brachionus
bagi perkembangan rotifer dengan pakan plicatilis. Skripsi. Program Studi

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 245
Optimasi Dosis dan Frekuensi Pakan dDODP 3URGXNVL 5RWLIHU«

Budidaya Perairan, Fakultas Asian fisheries forum. Asian


Perikanan. Institut Pertanian Fisheris Society, Manila,
Bogor. 140hlm. Philippines. 619-622pp.
Hirata, H. 1980. Culture methods of the Satuito, C.G. and K. Hiramaya. 1991.
marine rotifer, Brachionus Supplementary effect of vitamine
plicatilis. Min. Rev. Data File C and squit liver oil on the
Fish. Res., 1: 27-46. QXWULWLRQDO YDOXH RI EDNHU¶V \HDVW
Ismi, S. dan Wardoyo. 1997. Penggunaan for the population growth of the
Nannochloropsis oculata awetan rotifer Brachionus plicatilis. Bull.
dan yang diperkaya untuk kultur Fac. Fish. Nagasaki Univ., 69:7-
rotifer. J. Penelitian Perikanan 11.
Indonesia, 3(4):67-72. Sulkin, S.D. and C.E Epifiano. 1975.
Liao, I.C., M.S Su, and H.M Su. 1991. Comparison of rotifers diets for
An overview of live feed rearing early larvae of the blue
production system design in crab, Callinectss sapidus Rathbun.
Taiwan. In: Fulks and W.K.L. Est. Coast. Mat. Sci., 3:109-113.
Main (eds.). Rotifer and micro- Sumiarsa, G.S., D. Makatutu, I. Rusdi.
algae system. Proceeding of a 1996. Pengaruh vitamin B-12 dan
U.S.- Asia Workshop. Honolulu- pengkayaan fitoplankton kepa-
Hawaii. 135-150pp. datan tinggi terhadap kepadatan
Lubzens, E. 1987. Raising rotifers for dan kualitas rotifer Brachionus
use in aquaculture. Hydrobiologia, plicatilis. J. Penelitian Perikanan
147:245-255. Indonesia, 2(2):30-36.
Lubzens, E., A. Tandler, and G. Minkoff. Utyani. 1992. Pengaruh pemberian
1989. Rotifers as food in vitamin B-12 pada berbagai dosis
aquaculture. Hydrobiologia, terhadap populasi rotifer
186/187:387-400. Brachionus plicatilis yang diberi
Melianawati, R. dan P.T. Imanto. 2004. pakan Chlorella sp. pada salinitas
Pemilihan pakan alami larva ikan 17 ppt dan 37 ppt. Skripsi.
kakap Merah. Lutjanus sebae. J. Program Studi Budidaya Perairan,
Penelitian Perikanan Indonesia, Fakultas Perikanan. Institut
10(1):21-24. Pertanian Bogor. 54hlm.
Rahmasari, M. 1989. Studi Pertumbuhan Waspada, Mayunar, dan T. Fatoni. 1991.
Rotifer Brachionus plicatilis Upaya peningkatan gizi rotifer
dengan pakan chlorella sp, Brachionus plicatilis untuk
tetraselmis, dan ragi roti. Skripsi. menunjang keberhasilan pembe-
Fakultas Perikanan, Institut nihan kerapu Macan E.
Pertanian Bogor. 72hlm. Fuscoguttatus. J. Penel. Budidaya
Rusdi, I. 1997. Pertumbuhan populasi Pantai, 7(2):73-80.
rotifer (Brachionus rotundiformis) Wati, M. dan P.T. Imanto. 2009. Kultur
Type-S pada suhu yang berbeda di rotifer dengan beberapa jenis
Laboratorium. J. Penelitian pakan dan kombinasinya. J. Riset
Perikanan Indonesia, 3(4):62-66. Aquakultur, 4(3):349-359.
Satuito, C.G. and K. Hiramaya. 1986.
Fat-soluble vitamin requirements
of the rotifer Brachionus plicatilis.
In: Maclean, J.L., L.B. Dizon, and
L.V. Hostillos (eds.). The first

246 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42

You might also like