Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The availability of rotifer as live food is importance in a larval mariculture. Therefore a
continuous and high production of rotifer is needed. The study was aimed to determine the
frequency and dosage of the best food in rotifer culture. Nannochloropsis oculata, yeast and
sFRWW¶V HPXOVLRQ DUH XVHG DV SRWHQWLDO IHHGV IRU URWLIHU 7KUHH GRVDJHV RI N. oculata (150,000;
250,000, and 350,000 cells/ind.rotifer/day) were applied in the study and were given twice per
day. Meanwhile, yeast(0.5 g/106 LQG GD\ DQG 6FRWW¶V HPXOVLRQ ZLth different dosages (2, 4, and
8 µg/106 ind./day) were given with two different feeding frequencies (two and four times a day)
for each dosages. Each treatment was done in triplicates. Sampling of rotifer was conducted in
the morning (AM) and afternoon (PM). Water quality (temperature, dissolved oxygen and
ammonia) was also measured. Growth and productivity of rotifer were determined from the
number of rotifer and the number of rotifer eggs, respectively. The results showed that the
optimum productivity of rotifer was achieved by giving N. occulata of 250,000 sel/ind/day, twice
a day in four days culture. 0HDQZKLOH WUHDWPHQW ZLWK \HDVW DQG 6FRWW¶V HPXOVLRQ JDYH EHVW
performance when applying 0.5 g/106 and 2 µg/106 ind./day twice per day, respectively. Yeast
and sFRWW¶V HPXOVLRQ treatment yielded optimum production in two days of culture.
ABSTRAK
Ketersediaan pakan alami rotifer ditingkatkan ketersediaannya seiring dengan meningkatnya
jumlah larva ikan laut, untuk itu diperlukan usaha guna meningkatkan produktifitasnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis dan frekuensi pakan terbaik dalam kultur
rotifer. Nannochloropsis oculata, ragi dan VFRWW¶V emulsion digunakan sebagai pakan rotifer.
Dosis masing-masing pakan N. oculata adalah 150.000, 250.000 dan 350.000 sel/ind.
rotifer/hari diberikan dua kali sehari. Sedangkan ragi sebanyak 0.5gr/106 ind./hari dan VFRWW¶V
emulsion dengan dosis 2, 4, dan 8 µg/106 ind./hari diberikan dengan frekuensi 2 kali sehari dan
4 kali sehari. Masing-masing perlakuan dikerjakan dengan tiga kali ulangan. Sampling
dilakukan pada pagi dan sore hari. Dilakukan analisa kualitas air meliputi suhu, amoniak dan
DO. Pertumbuhan dan produktifitas rotifer dianalisa melalui jumlah individu dan jumlah telur
rotifer yang dihasilkan. Data yang diperoleh dianalisa secara diskriptif. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa pakan N.oculata sebanyak 250.000 sel/ind./hari dengan frekuensi
pemberian pakan 2 kali sehari merupakan dosis terbaik pada kultur rotifer dengan pakan N.
oculata, pada kultur ini 4 hari merupakan waktu optimal untuk produksi. Sedangkan ragi
sebanyak 0.5 gr/106 ind./hari dan scott sebanyak 2 µg/106ind./hari dengan frekuensi pemberian
pakan 2 kali sehari merupakan dosis terbaik pada kultur rotifer dengan pakan ragi dan scott¶V
emulsion, waktu optimal produksi dengan metode ini selama 2 hari.
240 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Astuti et al.
2.1. Kultur Rotifer dengan Pakan N. produksi tersebut termasuk baik jika
oculata dibandingkan dengan hasil produksi
Rotifer dikultur dengan harian rotifer (150 ind/ml), mengingat
menggunakan pakan fitoplankton N. inokulan hanya 20 ind/ml sedangkan
occulata. Sebanyak 20 individu/mL inokulan pada produksi harian secara
diinokulasikan ke dalam bak dengan semikontinyu diperkirakan lebih dari 20
volume 30 L. Kultur tersebut diberi pakan ind/ml. Jika dihitung rata-rata kecepatan
fitoplankton N. occulata sebanyak perkembangan dapat mencapai ± 35
150.000 ± 350.000 sel/ind/hari dengan ind/hari. Fukusho (1989) mengatakan
frekuensi pemberian 2 kali sehari, masing- bahwa laju rata-rata pemangsaan rotifer
masing sebanyak 50% dosis. Dosis diperkirakan 100.000 ± 150.000
150.000, 250.000, dan 350.000 sel/ind./hari. Jumlah N. oculata sebanyak
sel/ind/hari merupakan perlakuan dalam 250.,000 sel/ind/hari merupakan dosis
kegiatan ini, kultur tersebut dipelihara yang terbaik bagi rotifer. Hal ini
selama 4 hari secara semikontinyu. dimungkinkan dengan jumlah tersebut,
Pertumbuhan dan reproduksinya diukur rotifer dapat memenuhi kebutuhan akan
dari jumlah individu dan telur yang pakannya, dan ketika kebutuhannya telah
dihasilkan, menggunakan cawan arloji dan tercukupi (100.000-150.000 sel/ind/hari) ,
proyektor. di dalam media masih terdapat sedikit sisa
pakan (kurang lebih 100.000 sel/ind/hari)
2.2. Kultur Rotifer dengan Pakan Ragi sehingga tidak sampai kekurangan pakan.
dan Scott¶V Emulsion Sedangkan dengan jumlah pakan
Rotifer sebanyak 20 individu/ml 150,000 sel/ind/hari, dimungkinkan pakan
dikultur dalam volume 30 L, dikultur telah habis dalam sehari, dan tidak ada
denJDQ SDNDQ UDJL GDQ 6FRWW¶V HPXOVLRQ sisa pakan yang dapat digunakan untuk
dimana merupakan sumber minyak ikan. menyokong perkembangannya. Pada
Ragi sebanyak 0.5 g/106 ind./hari dan perlakuan pemberian pakan dengan
scott¶V HPXOVLRQ 2, 4 dan 8 µg/ind./hari jumlah 300,000 sel/ind/hari,
diberikan dengan frekuensi pemberian memperlihatkan perkembangan rotifer
pakan dua kali sehari. Kultur tersebut yang lebih baik dari pada 150,000
diberi aerasi lebih besar, Kemudian sel/ind/hari. Pada kenyataannya perlakuan
dianalisa perkembangannya untuk pakan dengan dosis 300,000 sel/ind/hari
menentukan waktu produksi maksimal ditemukan sisa pakan dalam jumlah yang
rotifer dan dosis yang terbaik. Analisa cukup banyak (padat) di dalam media.
kualitas air meliputi amoniak, oksigen Kondisi terlalu padat pakan
terlarut (DO) dilakukan setiap hari. mempengaruhi kekeruhan dan
ketersediaan ruang gerak bagi rotifer, dan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dimungkinkan juga mempengaruhi
kandungan amoniak di dalam kultur,
3.1. Kultur Rotifer dengan Pakan seperti terlihat pada (Tabel 1). Antara
Nannochloropsis oculata perlakuan pakan 150.000 sel/ind/hari dan
Perkembangan rotifer dengan pakan 350,000 sel/ind/hari memiliki pengaruh
N. ooculata pada (Gambar 1 dan 2), yang hampir sama terhadap
paling baik dicapai dengan pemberian perkembangan rotifer, namun berpengaruh
pakan dengan dosis 250.000 sel/ind/hari sangat berbeda terhadap kondisi media,
(158 ind/ml) dibandingkan dengan dimana memperlihatkan kadar amoniak
pemberian pakan dengan dosis 150,000 yang sangat berbeda (0,587-0,904 dan
dan 350,000 ribu sel/ind./hari. Hasil 0,676-1,651 mg/L), hal ini
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 241
Optimasi Dosis dan Frekuensi Pakan dDODP 3URGXNVL 5RWLIHU«
menggambarkan bahwa jumlah sisa pakan blooming pakan dalam kultur, disamping
yang berlebih menaikkan kadar amoniak itu juga dapat menjaga kontinyuitas
di dalam media. Sedangkan pada dosis ketersediaan pakan, sehingga proses
pakan 250,000 sel/ind/hari, kadar amoniak reproduksi dan kembang biak rotifer dapat
lebih tinggi dari pada kedua perlakuan berlangsung secara kontinyu. Hal ini
tersebut, hal ini dimungkinkan karena sisa seperti yang diungkapkan oleh Hirata,
pakan yang ada mengalami degradasi dan 1980; lubzens, 1987; lubzens et al., 1989
merusak media, serta utamanya karena dalam fulks dan mind (1991), bahwa
terjadi laju pertumbuhan rotifer yang lebih cepat hilangnya bahan organik dalam
cepat, dimana bahan organik yang kultur rotifer merupakan faktor utama
dihasilkan juga lebih banyak. penyebab buruknya perkembangan rotifer.
Frekuensi pemberian pakan juga Produktifitas rotifer mencapai
berpengaruh terhadapp pertumbuhan dan maksimal pada perlakuan jumlah pakan
laju reproduksi. Pemberian pakan 250.000 sel/ind/hari. Pada umumnya laju
sebanyak 250.000 sel/ind/hari yang reproduksi berbanding lurus dengan laju
diberikan dua kali sehari, dimungkinkan perkembangan rotifer, semakin tinggi
memberi pengaruh yang lebih baik densitas rotifer dalam kultur semakin
daripada frekuensi pemberian pakan 1 kali tinggi pula laju reproduksinya, sebab pada
dalam sehari. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang normal, rotifer
karena pemberian pakan bertahap dapat berkembang biak secara amiktik dengan
menurunkan kemungkinan terjadinya menetaskan telur dengan anakan betina.
180
160
140
Densitas (ind/mL)
120
100
80
60
40
20
0
AM PM AM PM AM PM AM PM AM PM
0 1 2 3 4
Hari Ke-
N. oculata 150,000cells/mL N.oculata 250,000cells/mL
N. oculata 350,000cells/mL
Gambar 1. Pertumbuhan rotifer dengan pakan Nannochloropsis oculata.
242 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Astuti et al.
120
Jumlah individu (ind./mL)
100
80 (a) (b) (c)
60
40
20
0
AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
N. oculata (150,000 N. oculata (250,000 N. oculata (350,000
sel/mL) sel/mL) sel/mL)
Hari Ke-
Gambar 2. Produktifitas rotifer dengan pakan Nannochloropsis oculata. (a) dosis pakan
150,000 sel/ind/hari, (b). dosis pakan 250,000 sel/ind/hari, (c) dosis pakan
350,000 sel/ind/hari.
3.2. Kultur Rotifer dengan Pakan dengan pemberian dosis pakan sebanyak
substitusi (Ragi dan Scott¶V 0.5 gr/106 ind/hari ragi dan 2 µg/ind/hari
emulsion) scott¶V HPXOVLRQ. Sedangkan pada dosis
Pakan subtitusi digunakan untuk lainnya (4 dan 8 µg/ind./hari scott¶V
meningkatkan nilai gizi rotifer. Dengan emulsiondan 0.5 gr/106 ind/hari ragi)
pemberian pakan yang berupa scott¶V hanya dapat meningkatkan perkembangan
emulsion (minyak hati ikan) diharapkan rotifer sampai pada densitas 100 dan 101
dapat meningkatkan nilai gizi rotifer yang ind./ml (Gambar 3). Seperti pada
berupa omega3 HUFA. Omega3 HUFA penelitian sebelumya, pada penelitian kali
ini didapatkan dari minyak hati ikan, ini juga diketahui bahwa laju reproduksi
dimana kandungan tersebut bersifat baik rotifer berbanding lurus dengan laju
untuk perkembangan larva. Sedangkan perkembangan rotifer (Gambar 4).
ragi secara fungsional diyakini tidak Frekuensi pemberian pakan dua
memiliki nilai gizi bagi rotifer, kecuali kali per hari pada setiap dosisnya
hanya sebagai pengikat nutrient uji dalam merupakan frekuensi yang optimal
hal ini scott¶V emulsion. Kombinasi ragi dibandingkan dengan 4 kali pemberian
dan suplemen lain seperti minyak hati pakan, hasil ini diketahui dari penelitian
cumi dan vitamin B12 terbukti dapat yang telah dilakukan sebelumnya (data
meningkatkan perkembangan rotifer, tidak dipublikasi). Pada kegiatan ini
disamping itu juga berpengaruh baik bagi diketahui bahwa dengan pakan ragi dan
pertumbuhan larva (Satuito dan Hiramaya, scott¶V memicu tumbuhnya protozoa di
1991; Satuito dan Hiramaya,1986). dalam media kultur. Protozoa ini bersifat
Pada penelitian ini perkembangan dimana mengganggu pertumbuhan rotifer.
rotifer dengan pakan ragi dan scott hanya Kultur ini mencapai puncak pada hari ke
dapat mencapai maksimum 112 ind/ml dua, dan mengalami crush pada hari ke
pada dua hari pemeliharaan, sedangkan empat. Oleh karena hal tersebut diatas,
rata-rata laju perkembangannya mencapai kultur tersebut sebaiknya merupakan
± 45 ind/hari. Kondisi optimal ini dicapai bagian dari kultur rotifer dengan pakan
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 243
Optimasi Dosis dan Frekuensi Pakan dDODP 3URGXNVL 5RWLIHU«
120
100
Densitas (ind./mL)
80
60
40
20
0
AM PM AM PM AM PM AM PM AM PM AM PM AM PM
0 1 2 3 4 5 6
Hari Ke
100
90
80
70
60
Jumlah telur (ind./mL)
50
40
30
20
10
0
AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM AM
0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6 0 1 2 3 4 5 6
Scott (2µg/ind)/hari Scott (4µg/ind)/hari Scott (8µg/ind)/hari
244 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42
Astuti et al.
Tabel 2. Kualitas air kultur rotifer dengan pakan ragi dan sFRWW¶s emulsion.
6FRWW¶V —J LQG KDUL 6FRWW¶V —J LQG KDUL 6FRWW¶V —J LQG KDUL
Hari
T DO Amoniak T DO Amoniak T DO Amoniak
ke- o o
( C) (mg/L) (mg/L) ( C) (mg/L) (mg/L) (°C) (mg/L) (mg/L)
0 28.6 5.7 0.031 28.5 5.6 0.03 29.1 5.7 0.032
1 25.5 6.3 0.559 25.5 6.1 0.163 25.5 6.2 0.025
2 25.4 5.7 0.05 25.4 5.4 0.033 25.4 5 0.026
3 25.7 3.9 0.1 25.7 3.3 0.088 25.7 2.6 0.057
4 25.7 3.6 0.07 25.8 3.5 0.037 25.8 2.8 0.042
5 25.6 3.6 0.5 25.7 3.6 0.315 25.7 3.1 0.245
6 24.9 4.2 0.587 24.8 4.2 0.326 26.1 3.9 0.073
Pada Tabel 2 terlihat bahwa N. oculata (158 ind./ml) dicapai pada hari
kualitas air mengalami penurunan dimana ke 4 pemeliharaan dengan kultur 20
ditengarai dengan adanya penurunan DO ind/ml. Dosis pakan substitusi sebanyak
dan kenaikan kandungan amoniak yang 0.5 gr/106 ind/hari ragi dan 2 µg/ind./hari
dimulai pada hari ke tiga pemeliharaan. scott¶V, diberikan dua kali sehari
Kondisi ini menandakan bahwa kebutuhan merupakan dosis terbaik, waktu optimal
akan oksigen meningkat, dan timbulnya produksi 2 hari.
gas amoniak sebagai hasil dari
perombakan senyawa yang mengandung DAFTAR PUSTAKA
protein. Sedangkan pada kenyataannya
produktifitas rotifer menurun sejak hari ke Arnold, C.R. and G.J. Holt. 1991.
tiga pada semua perlakuan. Secara fisik Various methods for the culture of
pada saat yang bersamaan, protozoa rotifer, Brachionus plicatilis, in
melimpah jumlahnya di dalam media. Texas. Proceedings of a U.S-Asia
6FRWW¶V HPXOVLRQ yang mengandung lemak Workhsop, Hawaii. 119-124pp.
dan protein diduga merupakan sumber Christiansen, M.E. and W.T. Yang. 1976.
pakan yang diperebutkan oleh rotifer dan Feeding experiment on the larva of
protozoa, dan protozoa tersebut Fiddler crab Uca pugilatot
merupakan pencetus kerusakan media (Brachyura, Ocypodidae), reared
kultur. in the hatchery. Aquaculture, 8:91-
Perbaikan metode pemberian 98.
pakan sebaiknya dilakukan agar kultur Fukusho, K. 1989. Biology and mass
dapat berlangsung secara kontinyu, production of the rotifer,
produktifitas dan kandungan gizi rotifer Brachionus plicatilis. Int. J. Aqu.
tetap terjaga. Hal ini dapat diupayakan Fish. Technol., 1:232-240.
dengan menkombinasikan pakan Giliberto, S. and Mazzola. 1981. Mass
N.oculata GDQ VFRWW¶V emulsion baik culture of Brachionus plicatilis
mengenai dosis dan waktu pemberiannya. with an integrated system of
tetraselmis suecica and
IV. KESIMPULAN Saccharomyces cerevisiae. J.
Word Maricul. Soc., 12(2):61-62.
Dosis N. oculata 250.000 sel/ind./ Hendry. 1993. Pengaruh dosis D-
hari dengan frekuensi pemberian pakan tokoferol yang berbeda terhadap
dua kali sehari merupakan dosis terbaik pertumbuhan populasi Brachionus
bagi perkembangan rotifer dengan pakan plicatilis. Skripsi. Program Studi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2, Desember 2012 245
Optimasi Dosis dan Frekuensi Pakan dDODP 3URGXNVL 5RWLIHU«
246 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt42