You are on page 1of 6

IDENTIFIKASI PENANGANAN CARDIAC ARREST DI INSTALASI GAWAT DARURAT

RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

*Ari Muji Astutik


*Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang

ABSTRACT

Cardiac arrest is a condition of heart’s inability to pump blood throughout the body therefore can cause
permanent brain damage and even death. Cardiac arrest death case is currently the leading cause of death
in developing countries. The cause of these deaths is caused by the success rate in the treatment of cardiac
arrest which is decreasing. The objective of this study was to identify the Identification of In-Hospital
Cardiac Arrest in Emergency Department of RSUD (Public Hospital) Bangil Kabupaten (District) of
Pasuruan. This study was conducted on December 1-31, 2016. Descriptive method was used as its research
design with 95 patients as its population and 19 patients as its sample in which using accidental sampling.
Data collection techniques used were using sheet check list and also observation. The data were analyzed
using descriptive method. The result obtained from the research that was conducted to 19 patients were
acquired treatment in-hospital cardiac arrest as following gave cardiopulmonary resuscitation, gave
ventilation with bag valve mask, give advanced live support with orofaringeal tube and endotracheal tube,
pharmacology treatment also and electrocardiographic examination. However the treatment did not give a
positive impact on patient’s safety caused by several factors. Thereof serious concern in treating patient’s
with cardiac arrest was indispensable. Based on the result of this research, hospital was expected to be able
to improve the services quality especially in emergency cardiac arrest.

Keywords : The handling of Cardiac Arrest/ Cardiac Arrest Treatment


PENDAHULUAN otak dan dalam waktu lebih dari 10 menit dapat
menyebabkan kematian pada seluruh organ vital
Cardiac arrest adalah suatu kondisi saat tubuh (Travers, et al, 2010). Kondisi ini
jantung tidak mampu memompa darah keseluruh mendasari bahwa cardiac arrest ini
tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan otak membutuhkan penanganan darurat yang efektif 0
permanen hingga kematian apabila tidak -(Libby, 2013).
ditangani dengan segera, sehingga diperlukan Berdasarkan Studi Pendahuluan di Instalasi
penanganan yang cepat dan tepat untuk Gawat Darurat (IGD) RSUD Bangil Kabupaten
menunjang kelangsungan hidup pada pasien Pasuruan yang dilakukan pada tanggal 2 Mei-2
cardiac arrest. Kelangsungan hidup keseluruhan juni 2016, didapatkan hasil 9 pasien pada tahun
pasien dengan In Hospital Cardiac Arrest saat ini 2015 yang datang ke Instalasi Gawat Darurat
masih sangat rendah, tingkat keberhasilan dengan cardiac arrest . Terdapat 6 pasien yang
tindakan resusitasi dan kemampuan pasien untuk dirujuk dengan alasan tertentu dan 3 pasien yang
bertahan hidup juga mengalami penurunan. dilakukan penanganan di Instalasi Gawat Darurat
Kondisi tersebut terjadi akibat keterlambatan RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, akan tetapi
dalam memulai kompresi dada sehingga ketiga pasien meninggal pada saat di Instalasi
memberikan dampak yang serius (Chia, 2014). Gawat Darurat. Satu pasien mengalami cardiac
Faktor penyebab lainnya yaitu karena masih arrest pada saat di ambulan dan dua pasien
banyak petugas kesehatan di Rumah Sakit yang mengalami cardiac arrest pada saat di Instalasi
belum mengikuti training/pelatihan Basic Live Gawat Darurat.Tindakan yang diberikan pada
Support (BLS) & Advanced Live Support (ALS) pasien yang mengalami cardiac arrest pada saat
sehingga dalam menangani kasus cardiac arrest di ambulan meliputi tindakan resusitasi CPR,
hanya berdasarkan pengalaman saja (Aminudin, pemberian terapi oksigen dengan menggunakan
2013). Bag Valvem Mask (BVM) dan diberikan terapi
Keterlambatan Pemberian resusitasi yang cairan. Tindakan yang diberikan pada pasien yang
dilakukan lebih dari 10 menit pada Cardiac arrest mengalami cardiac arrest setelah tiba di Instalasi
memiliki resiko tingkat kematian yang tinggi Gawat Darurat dilakukan tindakan resusitasi
(Fuyuan, 2015). Menurut survei dari World CPR, pemberian terapi oksigen dengan
Health Organization (WHO) (2011) penyakit menggunakan BVM pemasangan infus,
kardiovaskuler menjadi pembunuh manusia pemasangan monitor EKG dan pemberian
pertama di negara maju dan berkembang dengan epinephrine. Meskipun tindakan resusitasi sudah
menyumbang 60% dari seluruh kematian. diberikan tetapi hasil akhir pasien adalah
Amerika Serikat memiliki angka kejadian cardiac meninggal di rumah sakit.
arrest mencapai 250.000 jiwa per tahunnya dan Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti
95% diperkirakan meninggal sebelum sampai di tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
rumah sakit (Aminudin, 2013). Kejadian tersebut “Identifikasi Penanganan cardiac arrest di
diperkuat oleh data dari Departemen Kesehatan Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangil Kabupaten
Republik Indonesia (2011) bahwa penyakit Pasuruan”.
kardiovaskuler adalah penyebab 39% dari seluruh
kematian dunia. Menurut data di Indonesia, dalam METODE PENELITIAN
profil kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta Desain penelitian dalam penelitian ini
menunjukkan hasil yang sama bahwa penyakit menggambarkan tentang penanganan cardiac
kardiovaskuler mencapai 29.546 kasus dan arrest di Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangil
penyakit ini termasuk dalam 10 besar penyebab Kabupaten Pasuruan. Populasi dalam penelitian
kematian tertinggi di wilayah ini karena angka ini adalah pasien di IGD yang bejumlah 95 pasien
kejadian cardiac arrest atau henti jantung yang dan sampel dalam penelitian ini adalah pasien di
sering kali terjadi tiba-tiba pada penderita IGD yang berjumlah 19 pasien.
penyakit kardiovaskuler (Galischa, 2015). Instrumen yang digunakan adalah lembar
Tingginya angka kematian pada cardiac arrest check list yang disusun oleh PAN Asian
tersebutakibat dari adanya gangguan pada Resucitation Out Study (PAROS) yang
aktivitas kelistrikan jantung yang menyebabkan merupakan alat ukur yang valid dan reliable yang
kerja jantung berhenti secara tiba-tiba sehingga terdiri dari 15 kategori pertanyaan dalam
jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh mengidentifikasi.
tubuh.Akibatnya kebutuhan oksigen oleh organ- Penelitian dilakukan di IGD RSUD Bangil
organ vital tubuh tidak terpenuhi sehingga Kabupaten Pasuruan pada tanggal 1-31 Desember
menyebabkan tidak terabanya nadi, henti nafas 2016 dengan mengobservasi dan
dan penurunan kesadaran (Lenjani, et al., 2014). mendokumentasikan penanganan cardiac arrest
Dampak jika cardiac arrest tidak ditangani dalam yang dilakukan di IGD pada 19 sampel yang
waktu lebih dari 4 menit maka dapat sesuai dengan lembar check list yang sudah sesuai
mengakibatkan terjadinya kematian pada sel-sel dengan algoritma penanganan cardiac arrest.
Data yang didapat selanjutnya diolah dengan diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah sampel
dijumlahkan dan dihitung jumlah rata-ratanya yang ada didapatkan data bahwa sebagian besar
sehingga dapat menghasilkan data yang sesuai yaitu tidak diketahui berjumlah 19 orang (100%)
dengan konteks penelitian dalam penanganan
cardiac arrest. PEMBAHASAN
Cardiac arrest merupakan gangguan pada
HASIL PENELITIAN sistem kelistrikan jantung yang mengakibatkan
Data gambaran umum responden fungsi jantung berhenti secara tiba-tiba sehingga
disajikan dalam bentuk narasi yaitu berdasarkan jantung tidak mampu memompa darah ke organ-
data hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 organ vital sehingga meningkatkan kualitas
pasien, rata-rata berumur 46-55 tahun (43%). kelangsungan hidup pasien cardiac arrest
Berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10 pasien (Myerburg & Junttila, 2012). Penanganan
(55%). pertama pada cardiac arrest yaitu dengan
Data gambaran khusus responden disajikan pemberian cardiopulmonary resuscitation.
dalam bentuk narasi yaitu berdasarkan data hasil (Travers, et al., 2010). Upaya tersebut sesuai
penelitian diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah dengan penanganan utama cardiac arrest yang
sampel yang ada didapatkan data sebagian besar dilakukan di IGD RSUD Bangil kabupaten
dengan kondisi tidak ada nadi dan tidak ada nafas Pasuruan pada 19 sampel yang memiliki kriteria
berjumlah 19 orang (100%), berdasarkan data henti nafas, tidak teraba nadi dan gangguan irama
hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 pasien jantung seperti assystole dan pulseless electric
jumlah sampel yang ada didapatkan data sebagian activity yaitu dilakukan tindakan
besar yaitu irama PEA yang berjumlah 16 orang cardiopulmonary resuscitation. Tanda gejala
(84%), berdasarkan data hasil penelitian diketahui tersebut merupakan tanda kegawatdaruratan
bahwa dari 19 pasien jumlah sampel yang ada dimana pasien cardiac arrest membutuhkan
didapatkan data sebanyak 19 sampel (100%) tidak pertolongan segera untuk dapat menggantikan
diberikan defibrilasi, berdasarkan data hasil fungsi jantung sementara dalam memompa dan
penelitian diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah mensuplai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
sampel yang ada didapatkan alat CPR mekanis Tindakan selanjutnya untuk dapat memicu
tidak digunakan dalam penanganan cardiac kontaktilitas
arrest yaitu sebanyak 19 orang (100%), jantung dibutuhkan pemberian defibrilasi
berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa Defibrilasi dilakukan untuk memicu
dari 19 pasien jumlah sampel yang ada kontraktilitas jantung dan menghentikan irama
didapatkan data sebagian besar menggunakan jantung yang abnormal. Pemberian defibrilasi
orofaring dan intubasi endotrakheal tube dengan memiliki karakteristik tertentu yaitu pada irama
jumlah sebanyak 19 orang (100%), berdasarkan jantung ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi.
data hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 Defibrilasi tidak diberikan pada irama PEA
pasien jumlah sampel yang ada didapatkan data karena pada kondisi tersebut irama jantung harus
bahwa sebagian besar Obat diberikan yaitu obat di picu terlebih dahulu dengan memberikan
ephineprine terdapat sebanyak 18 orang (95%), tindakan CPR. Setelah kontraktilitas jantung
berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa muncul dan irama berkembang menjadi VT/VF
dari 19 pasien jumlah sampel yang ada maka defibrilasi harus segera diberikan untuk
didapatkan data bahwa sebagian besar pasien memicu kontraktilitas jantung (Sins, 2011).
cardiac arrest tidak mengalami ROSC yang Penanganan cardiac arrest di IGD RSUD Bangil
berjumlah 19 sampel (100%), berdasarkan data Kabupaten Pasuruan dengan irama jantung PEA
hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 pasien pada 16 sampel, irama jantung ventrikel takikardi
jumlah sampel yang ada didapatkan data bahwa pada 2 sampel dan irama jantung asystole pada 1
sebagian besar penyebab henti jantung di IGD sampel tidak diberikan defibrilasi. Tindakan
adalah kasus non trauma yang berjumlah defibrilasi merupakan tindakan yang penting
sebanyak 18 orang (95%), berdasarkan data hasil untuk menunjang kelangsungan hidup cardiac
penelitian diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah arrest, sehingga pemberian defibrilasi harus lebih
sampel yang ada didapatkan data bahwa sebagian dipertimbangkan. Kelangsungan hidup cardiac
besar yaitu meninggal yang berjumlah 19 orang arrest juga ditunjang oleh tindakan advanced
(100%), berdasarkan data hasil penelitian cardiovascular life support dimana terdiri dari
diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah sampel manajemen airway dengan penggunaan alat
yang ada didapatkan data bahwa sebagian besar penunjang jalan nafas, pemberian terapi
yaitu meninggal yang berjumlah 19 orang farmakologis dan pemeriksaan diagnostik
(100%), berdasarkan data hasil penelitian (Andrew, et al., 2010). Indikasi penggunaan alat
diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah sampel penunjang jalan nafas ini yaitu pada pasien yang
yang ada didapatkan bahwa sebagian besar yaitu mengalami penurunan kesadaran dan dengan
meninggal di RS yang berjumlah 19 orang reflex gag negatif (Henry & David, 2010)..
(100%), berdasarkan data hasil penelitian Manfaat penggunaan alat penunjang jalan nafas
tersebut adalah membuka jalan nafas dan perawatan post cardiac care. Kondisi tersebut
mempertahankan jalan nafas paten sehingga mendasari alasan bahwa penanganan cardiac
perfusi jaringan dapat berjalan dengan baik. arrest harus dihentikan dan penanganan post
Penggunaan alat penunjang jalan nafas sudah cardiac care.
dilakukan pada 19 sampel cardiac arrest di IGD
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan dengan
diberikan pemasangan alat penunjang jalan nafas KESIMPULAN
orofaringeal tube dan endotrakeal tube. Ketepatan penanganan cardiac arrest dapat
Orofaringeal tube dapat membuka jalan nafas dan memberikan dampak besar untuk pasien cardiac
endotrakeal tube berfungsi untuk tujuan arrest. Rangkaian tindakan penanganan in
dilakukan pemasangan intubasi endotrakeal tube hospital cardiac arrest mampu meningkatkan
adalah untuk mempertahankan jalan yang paten, kontraktilitas jantung dan memicu aktivitas
mencegah aspirasi, mempermudah pengisapan kelistrikan jantung yang mampu mengembalikan
secret sehingga perfusi jaringan dapat berjalan perfusi jaringan yang efektif sehingga dapat
dengan baik (Carl F. H., et. al., 2014). Jalan nafas meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
merupakan bagian tubuh yang vital karena cardiac arrest. Upaya penanganan yang
berfungsi sebagai saluran masuknya oksigen diberikan di IGD RSUD Bangil Kabupaten
kedalam tubuh dan harus dijaga kepatenannya Pasuruan pada pasien cardiac arrest yaitu
sehingga dapat menghasilkan perfusi jaringan pemberian tindakan CPR, pemberian ventilasi
yang baik. Perfusi jaringan yang baik pada dengan bag valve mask, pemasangan alat
cardiac arrest juga ditunjang pemberian terapi penunjang jalan nafas orofaringeal tube dan
farmakologis. Terapi farmakologis yang dapat endotrakeal tube, pemberian terapi obatobatan
digunakan meliputi epinephrine, atropine, dan dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi.
amiodarone, bicarbonate, lidocaine, dan dextrose Permasalahan dalam menangani cardiac arrest
(Neumar et. al., 2010). Pemberian terapi ini menjadi indikasi utama pentingnya ketepatan
farmakologis di IGD RSUD Bangil Kabupaten dalam penanganan cardiac arrest.
Pasuruan pada 19 sampel cardiac arrest diberikan
obat epineprine. Epineprine ini diberikan dengan SARAN
dosis 1 mg IV/IO ulangi setiap 3 sampai 5 menit 1 Bagi Peneliti
dan rata-rata diberikan hingga dosis ke 8. Peneliti berharap dapat mengembangkan
Epinephrine berfungsi meningkatkat tekanan ilmu-ilmu yang telah didapatkan selama
perfusi koroner dan tekanan perfusi cerebral proses belajar dan dapat melakukan
sehingga dapat meningkatkan vasokontriksi penelitian lanjutan mengenai penanganan
(Neumar, et al., 2010). Terapi farmakologis cardiac arrest.
merupakan salah satu cara dari serangkaian 2 Bagi Institusi Pendidikan
tindakan yang dapat meningkatkan tercapainya Peneliti mengharapkan institusi pendidikan
keberhasilan resusitasi pada cardiac arrest atau dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
yang biasa disebut return of spontaneous bahan bacaan di perpustakaan institusi
circulation. Keberhasilan return of spontaneous STIKes Kendedes Malang sehingga dapat
circulation membutuhkan serangkaian tindakan menambah pengetahuan pembaca tentang
manajemen airway, breathing dan circulation penanganan cardiac arrest.
yang didukung oleh pemberian cardiopulmonary 3 Bagi Lahan Penelitian
resuscitation, defibrillation, pemberian Peneliti mengharapkan Instansi Rumah Sakit
penanganan lanjut jalan nafas serta pemberian dapat meningkatkan kualitas pelayanan
terapi farmakologis (Obat-obatan) (Andrew, khususnya dalam pertolongan gawat darurat
2010). Tanda keberhasilan dalam penanganan cardiac arrest.
cardiac arrest adalah terabanya nadi (10 menit) 4 Bagi Penelitian Selanjutnya
dan munculnya tanda-tanda kembalinya sirkulasi Peneliti mengharapkan peneliti selanjutnya
( Salcido, 2010). Gambaran dari hasil penanganan dapat mengembangkan penelitian tentang
cardiac arrest di IGD RSUD Bangil Kabupaten penanganan cardiac arrest dan melengkapi
Pasuruan didapatkan hasil akhir dari 19 pasien dokumentasi pada lembar inform consent
tidak ditemukan munculnya nadi dan setelah serta dokumentasi hasil pemeriksaan
diindikasikan pemeriksaan reflek pupil elektrokardiografi sehingga hasil yang
keseluruhan pasien dinyatakan meninggal. didapatkan bisa lebih maksimal dari
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa penelitian sebelumnya.
keseluruhan pasien tidak mengalami ROSC.
Keberhasilan return of spontaneous circulation DAFTAR PUSTAKA
tersebut menjadi salah satu evaluasi keberhasilan Aminudin. 2013. Analisis Faktor yang
tindakan dalam penanganan cardiac arrest, Berhubungan dengan Kesiapan Perawat
apabila pasien mengalami ROSC maka dalam Menangani Cardiac arrest di Ruangan
Iccu Dan Icu Rsu
penanganan dilanjutkan dengan pemberian
Antapurapalu.Http://Www.Academia.Edu/1
1034104/Menangani_Cardiac_Ar
Rest_Di_Ruangan_Iccu_Dan_Icu. Diakses
01 Februari 2016 pukul 20.34 WIB.

Carl F. H., Richard M. E., Mark A. K., Ross B.,


2014. Endotracheal tu bes: Old
and new. http://www.chaas@umich.edu.
Diakses 21 November 2016 pukul 10.53
WIB.

Chia T. K., Hsien H, C., Shin C. H., Chao J., Chu


F. L., et.al., 2014. Outcome of In- Hospital
Cardiac Arrest in Adult General Wards.
http://www.scirp.org/ journal/ijcm. Diakses
22 januari 2017 pukul 09.30 WIB

Galischa, Suis. 2015. Hubungan Pengetahuan


dengan Sikap pada Masyarakat Awam
Khusus Terhadap Tindakan Resusitasi
Jantung Paru (RJP) dan Penggunaan
AutomatedExternal Defibrilator (AED) di
Fasilitas Publik di Wilayah Kabupaten
Sleman Yogyakarta.http:www.ws.ub.ac.id>
20150401101010 34_1676. Diakses 4 Januari
2015 pukul 05.32 WIB.
Lenjani B., Pallaska K., Hyseni K., Karemani N.,
Bunjaku I., Zaimi T., Elshani B. 2014.
http://www.dx.doi.org/10.4172/2327-
5146.1000131. Diakses 26
Desember 2015 pukul 12.20 WIB.

Myerburg R. J., Junttila M. J. 2012. Sudden


Cardiac Death Caused by Coronary Heart
Disease.
http://www.circ.ahajournals.org/content/125/
8/1043.extract. Diakses 26 Desember 2015
pukul 12.20 WIB.

Neumar, R. W., Otto, C, W., Link, M. S.,


Kronick, s. L., shuster, M., Callaway, C.
W.,et al. 2010. Part 8: Adult Advanced
Cardiovascular Life Support: 2010 American
Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular
Care.http:www.cardiologiadepanama.
orguploads/2010-ahaguidelines.pdf. Diakses
19 Oktober 2010 pukul 08.21 WIB.

Travers,A. H. Rea T. D., Bobrow, B. J. Edelson,


D.P., Berg, R. A., Sayre, M. R., et.
al. 2010. Part 4: CPR Overview 2010
American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care.
http://cardiologiadepanama.org/uploads/20
10-aha-guidelines.pdf. Diakses 19 Oktober
2010 pukul 07.51 WIB.

You might also like