You are on page 1of 7

JURNAL

IDENTIFIKASI PENANGANAN CARDIAC ARREST DI INSTALASI


GAWAT DARURAT RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

Disusun oleh:
REGULER A
SEMESTER VII
KELOMPOK I

AHMAD SURYA PRATAMA 21506002


RAYATUL ISLAMI 21506026
NURAWALIAH 21506022
IWAN FADLI 21506011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR


2018
IDENTIFIKASI PENANGANAN CARDIAC ARREST DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

*Ari Muji Astutik


*Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang

ABSTRACT

Cardiac arrest is a condition of heart’s inability to pump blood throughout the body therefore can cause
permanent brain damage and even death. Cardiac arrest death case is currently the leading cause of
death in developing countries. The cause of these deaths is caused by the success rate in the treatment of
cardiac arrest which is decreasing. The objective of this study was to identify the Identification of In-
Hospital Cardiac Arrest in Emergency Department of RSUD (Public Hospital) Bangil Kabupaten
(District) of Pasuruan. This study was conducted on December 1-31, 2016. Descriptive method was used
as its research design with 95 patients as its population and 19 patients as its sample in which using
accidental sampling. Data collection techniques used were using sheet check list and also observation.
The data were analyzed using descriptive method. The result obtained from the research that was
conducted to 19 patients were acquired treatment in-hospital cardiac arrest as following gave
cardiopulmonary resuscitation, gave ventilation with bag valve mask, give advanced live support with
orofaringeal tube and endotracheal tube, pharmacology treatment also and electrocardiographic
examination. However the treatment did not give a positive impact on patient’s safety caused by several
factors. Thereof serious concern in treating patient’s with cardiac arrest was indispensable. Based on the
result of this research, hospital was expected to be able to improve the services quality especially in
emergency cardiac arrest.

Keywords : The handling of Cardiac Arrest/ Cardiac Arrest


Treatment
PENDAHULUAN otak dan dalam waktu lebih dari 10 menit dapat
menyebabkan kematian pada seluruh organ vital
Cardiac arrest adalah suatu kondisi saat tubuh (Travers, et al, 2010). Kondisi ini
jantung tidak mampu memompa darah keseluruh mendasari bahwa cardiac arrest ini
tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan otak membutuhkan penanganan darurat yang efektif 0
permanen hingga kematian apabila tidak -(Libby, 2013).
ditangani dengan segera, sehingga diperlukan Berdasarkan Studi Pendahuluan di Instalasi
penanganan yang cepat dan tepat untuk Gawat Darurat (IGD) RSUD Bangil Kabupaten
menunjang kelangsungan hidup pada pasien Pasuruan yang dilakukan pada tanggal 2 Mei-2
cardiac arrest. Kelangsungan hidup keseluruhan juni 2016, didapatkan hasil 9 pasien pada tahun
pasien dengan In Hospital Cardiac Arrest saat ini 2015 yang datang ke Instalasi Gawat Darurat
masih sangat rendah, tingkat keberhasilan dengan cardiac arrest . Terdapat 6 pasien yang
tindakan resusitasi dan kemampuan pasien untuk dirujuk dengan alasan tertentu dan 3 pasien yang
bertahan hidup juga mengalami penurunan. dilakukan penanganan di Instalasi Gawat Darurat
Kondisi tersebut terjadi akibat keterlambatan RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, akan tetapi
dalam memulai kompresi dada sehingga ketiga pasien meninggal pada saat di Instalasi
memberikan dampak yang serius (Chia, 2014). Gawat Darurat. Satu pasien mengalami cardiac
Faktor penyebab lainnya yaitu karena masih arrest pada saat di ambulan dan dua pasien
banyak petugas kesehatan di Rumah Sakit yang mengalami cardiac arrest pada saat di Instalasi
belum mengikuti training/pelatihan Basic Live Gawat Darurat.Tindakan yang diberikan pada
Support (BLS) & Advanced Live Support (ALS) pasien yang mengalami cardiac arrest pada saat
sehingga dalam menangani kasus cardiac arrest di ambulan meliputi tindakan resusitasi CPR,
hanya berdasarkan pengalaman saja (Aminudin, pemberian terapi oksigen dengan menggunakan
2013). Bag Valvem Mask (BVM) dan diberikan terapi
Keterlambatan Pemberian resusitasi yang cairan. Tindakan yang diberikan pada pasien
dilakukan lebih dari 10 menit pada Cardiac yang mengalami cardiac arrest setelah tiba di
arrest memiliki resiko tingkat kematian yang Instalasi Gawat Darurat dilakukan tindakan
tinggi (Fuyuan, 2015). Menurut survei dari resusitasi CPR, pemberian terapi oksigen dengan
World Health Organization (WHO) (2011) menggunakan BVM pemasangan infus,
penyakit kardiovaskuler menjadi pembunuh pemasangan monitor EKG dan pemberian
manusia pertama di negara maju dan epinephrine. Meskipun tindakan resusitasi sudah
berkembang dengan menyumbang 60% dari diberikan tetapi hasil akhir pasien adalah
seluruh kematian. Amerika Serikat memiliki meninggal di rumah sakit.
angka kejadian cardiac arrest mencapai 250.000 Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti
jiwa per tahunnya dan tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
95% diperkirakan meninggal sebelum sampai di “Identifikasi Penanganan cardiac arrest di
rumah sakit (Aminudin, 2013). Kejadian tersebut Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangil
diperkuat oleh data dari Departemen Kesehatan Kabupaten Pasuruan”.
Republik Indonesia (2011) bahwa penyakit
kardiovaskuler adalah penyebab 39% dari METODE PENELITIAN
seluruh kematian dunia. Menurut data di Desain penelitian dalam penelitian ini
Indonesia, dalam profil kesehatan Provinsi D.I. menggambarkan tentang penanganan cardiac
Yogyakarta menunjukkan hasil yang sama arrest di Instalasi Gawat Darurat RSUD Bangil
bahwa penyakit kardiovaskuler mencapai 29.546 Kabupaten Pasuruan. Populasi dalam penelitian
kasus dan penyakit ini termasuk dalam 10 besar ini adalah pasien di IGD yang bejumlah 95
penyebab kematian tertinggi di wilayah ini pasien dan sampel dalam penelitian ini adalah
karena angka kejadian cardiac arrest atau henti pasien di IGD yang berjumlah 19 pasien.
jantung yang sering kali terjadi tiba-tiba pada Instrumen yang digunakan adalah lembar
penderita penyakit kardiovaskuler (Galischa, check list yang disusun oleh PAN Asian
2015). Resucitation Out Study (PAROS) yang
Tingginya angka kematian pada cardiac merupakan alat ukur yang valid dan reliable
arrest tersebutakibat dari adanya gangguan pada yang terdiri dari 15 kategori pertanyaan dalam
aktivitas kelistrikan jantung yang menyebabkan mengidentifikasi.
kerja jantung berhenti secara tiba-tiba sehingga Penelitian dilakukan di IGD RSUD Bangil
jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh Kabupaten Pasuruan pada tanggal 1-31
tubuh.Akibatnya kebutuhan oksigen oleh organ- Desember
organ vital tubuh tidak terpenuhi sehingga 2016 dengan mengobservasi dan
menyebabkan tidak terabanya nadi, henti nafas mendokumentasikan penanganan cardiac arrest
dan penurunan kesadaran (Lenjani, et al., 2014). yang dilakukan di IGD pada 19 sampel yang
Dampak jika cardiac arrest tidak ditangani dalam sesuai dengan lembar check list yang sudah
waktu lebih dari 4 menit maka dapat sesuai dengan algoritma penanganan cardiac
mengakibatkan terjadinya kematian pada sel-sel arrest.
Data yang didapat selanjutnya diolah dengan diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah sampel
dijumlahkan dan dihitung jumlah rata-ratanya yang ada didapatkan data bahwa sebagian besar
sehingga dapat menghasilkan data yang sesuai yaitu tidak diketahui berjumlah 19 orang (100%)
dengan konteks penelitian dalam penanganan
cardiac arrest. PEMBAHASAN
Cardiac arrest merupakan gangguan pada
HASIL PENELITIAN sistem kelistrikan jantung yang mengakibatkan
Data gambaran umum responden fungsi jantung berhenti secara tiba-tiba sehingga
disajikan dalam bentuk narasi yaitu berdasarkan jantung tidak mampu memompa darah ke organ-
data hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 organ vital sehingga meningkatkan kualitas
pasien, rata-rata berumur 46-55 tahun (43%). kelangsungan hidup pasien cardiac arrest
Berjenis kelamin laki-laki sebanyak 10 pasien (Myerburg & Junttila, 2012). Penanganan
(55%). pertama pada cardiac arrest yaitu dengan
Data gambaran khusus responden disajikan pemberian cardiopulmonary resuscitation.
dalam bentuk narasi yaitu berdasarkan data hasil (Travers, et al., 2010). Upaya tersebut sesuai
penelitian diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah dengan penanganan utama cardiac arrest yang
sampel yang ada didapatkan data sebagian besar dilakukan di IGD RSUD Bangil kabupaten
dengan kondisi tidak ada nadi dan tidak ada nafas Pasuruan pada 19 sampel yang memiliki kriteria
berjumlah 19 orang (100%), berdasarkan data henti nafas, tidak teraba nadi dan gangguan irama
hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 pasien jantung seperti assystole dan pulseless electric
jumlah sampel yang ada didapatkan data activity yaitu dilakukan tindakan
sebagian besar yaitu irama PEA yang berjumlah cardiopulmonary resuscitation. Tanda gejala
16 orang (84%), berdasarkan data hasil penelitian tersebut merupakan tanda kegawatdaruratan
diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah sampel dimana pasien cardiac arrest membutuhkan
yang ada didapatkan data sebanyak 19 sampel pertolongan segera untuk dapat menggantikan
(100%) tidak diberikan defibrilasi, berdasarkan fungsi jantung sementara dalam memompa dan
data hasil penelitian diketahui bahwa dari 19 mensuplai untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
pasien jumlah sampel yang ada didapatkan alat Tindakan selanjutnya untuk dapat memicu
CPR mekanis tidak digunakan dalam kontaktilitas
penanganan cardiac arrest yaitu sebanyak 19 jantung dibutuhkan pemberian defibrilasi
orang (100%), berdasarkan data hasil penelitian Defibrilasi dilakukan untuk memicu
diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah kontraktilitas jantung dan menghentikan irama
sampel yang ada didapatkan data sebagian jantung yang abnormal. Pemberian defibrilasi
besar menggunakan orofaring dan intubasi memiliki karakteristik tertentu yaitu pada irama
endotrakheal tube dengan jumlah sebanyak 19 jantung ventrikel fibrilasi dan ventrikel takikardi.
orang (100%), berdasarkan data hasil penelitian Defibrilasi tidak diberikan pada irama PEA
diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah sampel karena pada kondisi tersebut irama jantung harus
yang ada didapatkan data bahwa sebagian besar di picu terlebih dahulu dengan memberikan
Obat diberikan yaitu obat ephineprine terdapat tindakan CPR. Setelah kontraktilitas jantung
sebanyak 18 orang (95%), berdasarkan data hasil muncul dan irama berkembang menjadi VT/VF
penelitian diketahui bahwa dari 19 pasien maka defibrilasi harus segera diberikan untuk
jumlah sampel yang ada didapatkan data memicu kontraktilitas jantung (Sins, 2011).
bahwa sebagian besar pasien cardiac arrest tidak Penanganan cardiac arrest di IGD RSUD Bangil
mengalami ROSC yang berjumlah 19 sampel Kabupaten Pasuruan dengan irama jantung PEA
(100%), berdasarkan data hasil penelitian pada 16 sampel, irama jantung ventrikel takikardi
diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah sampel pada 2 sampel dan irama jantung asystole pada 1
yang ada didapatkan data bahwa sebagian besar sampel tidak diberikan defibrilasi. Tindakan
penyebab henti jantung di IGD adalah kasus non defibrilasi merupakan tindakan yang penting
trauma yang berjumlah sebanyak 18 orang untuk menunjang kelangsungan hidup cardiac
(95%), berdasarkan data hasil penelitian arrest, sehingga pemberian defibrilasi harus
diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah sampel lebih dipertimbangkan. Kelangsungan hidup
yang ada didapatkan data bahwa sebagian besar cardiac arrest juga ditunjang oleh tindakan
yaitu meninggal yang berjumlah 19 orang advanced cardiovascular life support dimana
(100%), berdasarkan data hasil penelitian terdiri dari manajemen airway dengan
diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah sampel penggunaan alat penunjang jalan nafas,
yang ada didapatkan data bahwa sebagian besar pemberian terapi farmakologis dan pemeriksaan
yaitu meninggal yang berjumlah 19 orang diagnostik (Andrew, et al., 2010). Indikasi
(100%), berdasarkan data hasil penelitian penggunaan alat penunjang jalan nafas ini yaitu
diketahui bahwa dari 19 pasien jumlah sampel pada pasien yang mengalami penurunan
yang ada didapatkan bahwa sebagian besar yaitu kesadaran dan dengan reflex gag negatif (Henry
meninggal di RS yang berjumlah 19 orang & David, 2010).. Manfaat penggunaan alat
(100%), berdasarkan data hasil penelitian penunjang jalan nafas
tersebut adalah membuka jalan nafas dan perawatan post cardiac care. Kondisi tersebut
mempertahankan jalan nafas paten sehingga mendasari alasan bahwa penanganan cardiac
perfusi jaringan dapat berjalan dengan baik. arrest harus dihentikan dan penanganan post
Penggunaan alat penunjang jalan nafas sudah cardiac care.
dilakukan pada 19 sampel cardiac arrest di IGD
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan dengan
diberikan pemasangan alat penunjang jalan nafas KESIMPULAN
orofaringeal tube dan endotrakeal tube. Ketepatan penanganan cardiac arrest dapat
Orofaringeal tube dapat membuka jalan nafas memberikan dampak besar untuk pasien cardiac
dan endotrakeal tube berfungsi untuk arrest. Rangkaian tindakan penanganan in
tujuan dilakukan pemasangan intubasi hospital cardiac arrest mampu meningkatkan
endotrakeal tube adalah untuk mempertahankan kontraktilitas jantung dan memicu aktivitas
jalan yang paten, mencegah aspirasi, kelistrikan jantung yang mampu mengembalikan
mempermudah pengisapan secret sehingga perfusi jaringan yang efektif sehingga dapat
perfusi jaringan dapat berjalan dengan baik meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
(Carl F. H., et. al., 2014). Jalan nafas merupakan cardiac arrest. Upaya penanganan yang
bagian tubuh yang vital karena berfungsi diberikan di IGD RSUD Bangil Kabupaten
sebagai saluran masuknya oksigen kedalam Pasuruan pada pasien cardiac arrest yaitu
tubuh dan harus dijaga kepatenannya sehingga pemberian tindakan CPR, pemberian ventilasi
dapat menghasilkan perfusi jaringan yang dengan bag valve mask, pemasangan alat
baik. Perfusi jaringan yang baik pada penunjang jalan nafas orofaringeal tube dan
cardiac arrest juga ditunjang pemberian terapi endotrakeal tube, pemberian terapi obatobatan
farmakologis. Terapi farmakologis yang dapat dan dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi.
digunakan meliputi epinephrine, atropine, Permasalahan dalam menangani cardiac arrest
amiodarone, bicarbonate, lidocaine, dan dextrose ini menjadi indikasi utama pentingnya ketepatan
(Neumar et. al., 2010). Pemberian terapi dalam penanganan cardiac arrest.
farmakologis di IGD RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan pada 19 sampel cardiac arrest SARAN
diberikan obat epineprine. Epineprine ini 1 Bagi Peneliti
diberikan dengan dosis 1 mg IV/IO ulangi setiap Peneliti berharap dapat mengembangkan
3 sampai 5 menit dan rata-rata diberikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan selama
hingga dosis ke 8. Epinephrine berfungsi proses belajar dan dapat melakukan
meningkatkat tekanan perfusi koroner dan penelitian lanjutan mengenai penanganan
tekanan perfusi cerebral sehingga dapat cardiac arrest.
meningkatkan vasokontriksi (Neumar, et al., 2 Bagi Institusi Pendidikan
2010). Terapi farmakologis merupakan salah Peneliti mengharapkan institusi pendidikan
satu cara dari serangkaian tindakan yang dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
dapat meningkatkan tercapainya keberhasilan bahan bacaan di perpustakaan institusi
resusitasi pada cardiac arrest atau yang biasa STIKes Kendedes Malang sehingga dapat
disebut return of spontaneous circulation. menambah pengetahuan pembaca tentang
Keberhasilan return of spontaneous circulation penanganan cardiac arrest.
membutuhkan serangkaian tindakan manajemen 3 Bagi Lahan Penelitian
airway, breathing dan circulation yang Peneliti mengharapkan Instansi Rumah Sakit
didukung oleh pemberian cardiopulmonary dapat meningkatkan kualitas pelayanan
resuscitation, defibrillation, pemberian khususnya dalam pertolongan gawat darurat
penanganan lanjut jalan nafas serta pemberian cardiac arrest.
terapi farmakologis (Obat-obatan) (Andrew, 4 Bagi Penelitian Selanjutnya
2010). Tanda keberhasilan dalam penanganan Peneliti mengharapkan peneliti selanjutnya
cardiac arrest adalah terabanya nadi (10 menit) dapat mengembangkan penelitian tentang
dan munculnya tanda-tanda kembalinya sirkulasi penanganan cardiac arrest dan melengkapi
( Salcido, 2010). Gambaran dari hasil dokumentasi pada lembar inform consent
penanganan cardiac arrest di IGD RSUD Bangil serta dokumentasi hasil pemeriksaan
Kabupaten Pasuruan didapatkan hasil akhir dari elektrokardiografi sehingga hasil yang
19 pasien tidak ditemukan munculnya nadi dan didapatkan bisa lebih maksimal dari
setelah diindikasikan pemeriksaan reflek pupil penelitian sebelumnya.
keseluruhan pasien dinyatakan meninggal.
Kondisi tersebut menggambarkan bahwa DAFTAR PUSTAKA
keseluruhan pasien tidak mengalami ROSC. Aminudin. 2013. Analisis Faktor yang
Keberhasilan return of spontaneous circulation Berhubungan dengan Kesiapan Perawat
tersebut menjadi salah satu evaluasi keberhasilan dalam Menangani Cardiac arrest di
Ruangan Iccu Dan Icu Rsu
tindakan dalam penanganan cardiac arrest,
Antapurapalu.Http://Www.Academia.Edu/1
apabila pasien mengalami ROSC maka
penanganan dilanjutkan dengan pemberian
1034104/Menangani_Cardiac_Ar
Rest_Di_Ruangan_Iccu_Dan_Icu. Diakses
01 Februari 2016 pukul 20.34 WIB.

Carl F. H., Richard M. E., Mark A. K., Ross B.,


2014. Endotracheal tu bes: Old
and new. http://www.chaas@umich.edu.
Diakses 21 November 2016 pukul 10.53
WIB.

Chia T. K., Hsien H, C., Shin C. H., Chao J., Chu


F. L., et.al., 2014. Outcome of In- Hospital
Cardiac Arrest in Adult General Wards.
http://www.scirp.org/ journal/ijcm. Diakses
22 januari 2017 pukul 09.30 WIB

Galischa, Suis. 2015. Hubungan Pengetahuan


dengan Sikap pada Masyarakat Awam
Khusus Terhadap Tindakan Resusitasi
Jantung Paru (RJP) dan Penggunaan
AutomatedExternal Defibrilator (AED) di
Fasilitas Publik di Wilayah Kabupaten
Sleman Yogyakarta.http:www.ws.ub.ac.id>
20150401101010 34_1676. Diakses 4
Januari
2015 pukul 05.32 WIB.
Lenjani B., Pallaska K., Hyseni K., Karemani N.,
Bunjaku I., Zaimi T., Elshani B. 2014.
http://www.dx.doi.org/10.4172/2327-
5146.1000131. Diakses 26
Desember 2015 pukul 12.20 WIB.

Myerburg R. J., Junttila M. J. 2012. Sudden


Cardiac Death Caused by Coronary Heart
Disease.
http://www.circ.ahajournals.org/content/125/
8/1043.extract. Diakses 26 Desember 2015
pukul 12.20 WIB.

Neumar, R. W., Otto, C, W., Link, M. S.,


Kronick, s. L., shuster, M., Callaway, C.
W.,et al. 2010. Part 8: Adult Advanced
Cardiovascular Life Support: 2010
American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency
Cardiovascular
Care.http:www.cardiologiadepanama.
orguploads/2010-ahaguidelines.pdf. Diakses
19 Oktober 2010 pukul 08.21 WIB.

Travers,A. H. Rea T. D., Bobrow, B. J. Edelson,


D.P., Berg, R. A., Sayre, M. R., et.
al. 2010. Part 4: CPR Overview 2010
American Heart Association Guidelines for
Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care.
http://cardiologiadepanama.org/uploads/20
10-aha-guidelines.pdf. Diakses 19 Oktober
2010 pukul 07.51 WIB.
JURNAL

IDENTIFIKASI PENANGAN CARDIAC ARREST DI INSTALASI

GAWAT DARURAT RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

Cardiac arrest adalah suatu kondisi saat jantung tidak mampu memompa darah keseluruh tubuh
yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen hingga kematian apabila tidak ditangani dengan
segera, sehingga diperlukan penanganan yang cepat dan tepat untuk menunjang kelangsungan hidup
pada pasien cardiac arrest.

A. Prinsip etik keperawatan


1. Otonomi (autonomi)
Pada jurnal diatas terdapat prinsip otonomi yaitu sebelum melakukan penelitian wajib untuk
meminta persetujuan dari pihak rumah sakit dan pihak yang dijadikan sampel dalam penelitian di
instalasi gawat darurat RSUD Bangil kabupaten pasuruan . dengan adanya persetujuan tersebut
yang sudah disetujui maka penelitik dapat melakukan penelitian
2. Berbuat baik (beneficence)
Prinsip beneficence terdapat pada jurnal tersebut, dimana dalam prinsip ini peniliti dituntut
melakukan hal yang baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan , hal tersebuk terbukti dalam
jurnal IDENTIFIKASI PENANGANAN CARDIAC ARREST DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN peneliti bertujuan untuk mengurangi
angka kematian pada penderita cardiac arrest yang membutuhkan penanganan darurat yang efektif
3. Tidak merugikan (Non-maleficence)
Dalam prinsip ini tidak merugikan orang lain dalam melakukan penelitian. Terbukti dengan
penelitian peneliti menggunakan metode mengobservasi dan mendokumentasi penanganan
cardiac arrest yang dilakukan di UGD.
4. Akuntabilitas (accountability)
Pada prinsip ini terdapat dalam jurnal dimana peneliti bertanggung jawab atas data di didapat di
UGD
B. Prinsip legal isu litik
1. Kelalaian
Terdapat didalam jurnal penderita cardiac arrest masih memiliki tingkat kematian yang tinggi
dimana pada penangana cardiac arrest belum tepat dan efektif sehingga dari sampel di dalam
jurnal yang berjumla 19 sebagian besar meninggal di RS meski sudah dilakukan penanganan
seperti pemberian tindakan CPR, pemberian ventilasi dengan bag valve mask, pemasangan alat
penunjang jalan nafas orofaringeal tube dan pemberian terapi obat-obatan.

You might also like