Professional Documents
Culture Documents
Pomarida Simbolon
STIKES Santa Elisabeth Medan
Telp. 085361806500
Email: pomasps@yahoo.com
10% stroke adalah hasil dari ICH, dengan SAH hiperurisemia, penyakit jantung, obesitas,
kontribusi lain 3% sampai 7% (Carlson, 2009). merokok, konsumsi alkohol, kurang aktivitas
Jumlah penderita stroke di bawah umur fisik, stres, konsumsi obat-obatan dan
45 tahun terus meningkat. Pada konferensi ahli kontrasepsi berbasis hormon (Lingga, 2012).
saraf internasional di inggris dilaporkan bahwa Hasil Penelitian Marlina (2011) pada penderita
terdapat lebih dari 1000 penderita stroke stroke di RSUP H. Adam Malik menemukan
berusia kurang dari 30 tahun. Badan kesehatan sebanyak 17,1% mempunyai riwayat merokok.
dunia memprediksi kematian yang disebabkan Didukung penelitian (Khairatunnisa dan Sari,
oleh stroke akan terus meningkat seiring 2017) bahwa proporsi pasien yang merokok
dengan kematian akibat penyakit jantung dan pada kelompok kasus sebesar 53,3%,
kanker, kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar
menjadi 8 juta di tahun 2030 (American heart 44,4%. Hasil penelitian Ovina, dkk (2013)
association dalam Mutmainna, dkk, 2012). penderita stroke hemoragik berdasarkan
Dari 58 juta kematian di dunia, 17,5 merokok 65,4 % dan ada hubungan merokok
juta (30%) diantaranya disebabkan oleh dengan kejadian stroke hemoragik di poli saraf
penyakit jantung dan pembuluh darah, terutama RSUD Raden Mattaher. Berdasarkan data yang
oleh serangan jantung (7,6 juta) dan stroke (5,7 ada di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
juta). Pada tahun 2015, diperkirakan kematian dalam kurun waktu satu tahun, periode Januari
penyakit jantung dan pembuluh darah di dunia - Desember, jumlah pasien stroke pada tahun
meningkat menjadi 20 juta (WHO, 2005). 2015 sebanyak 467 orang.
Stroke merupakan penyebab umum kematian Faktor risiko stroke sudah dipisahkan
urutan ketiga di negara maju setelah penyakit ke dalam dua kategori yaitu, tidak dapat diubah
kardiovaskular dan kanker. Setiap tahun, lebih dan dapat diubah. Tidak dapat diubah adalah
dari 700.000 orang amerika mengalami stroke, faktor resiko medis yang menyebabkan atau
25% diantaranya berusia 65 tahun, dan 150.000 memperparah stroke antara lain hipertensi
orang meninggal akibat stroke atau komplikasi (penyakit tekanan darah tinggi), kolesterol,
stroke (Goldszmidt., dkk, 2003). arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah),
Stroke menjadi semakin serius dan gangguan jantung, diabetes, riwayat stroke
membutuhkan segera penanggulangan, karena dalam keluarga, walaupun faktor-faktor risiko
jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak seperti perilaku disebabkan oleh gaya hidup dan
di Asia. Jumlah penderita dengan rata-rata pola makan yang tidak sehat seperti kebiasaan
berusia 60 tahun ke atas berada dalam urutan merokok, mengkonsumsi minuman bersoda dan
kedua terbanyak di Asia, sedangkan 15-19 beralkohol gemar mengkonsumsi makanan
tahun berada diurutan kelima terbanyak di Asia cepat saji (fast food and junk food).
(yayasan stroke Indonesia dalam Mutmainna., Merokok merupakan kebiasaan buruk
dkk, 2012). yang membawa penyakit, karena dalam
Prevalensi stroke di Indonesia sebatang rokok mengandung lebih dari 4000 zat
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar dan 2000 diantaranya mempunyai dampak yang
7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga tidak baik bagi kesehatan tubuh, diantaranya
kesehatan atau gejala sebesar 12, 1 per mil. adalah bahan radioaktif (polonium-201) dan
Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes bahan-bahan yang digunakan di dalam cat
tertinggi di Sulawesi Utara (10, 8‰), diikuti DI (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat
Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI (naphthalene), racun serangga (DDT), racun
Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen
Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes dan cyanide) dan banyak lagi lainnya (Sari, 2006).
gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan Faktor pencetus terjadinya stroke dapat
(17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi berupa merokok, risiko terjadi stroke hingga
Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 3,5% dan risiko itu menurun setelah berhenti
16‰ (Riskesdas, 2013). merokok dan dapat terlihat jelas dalam periode
Faktor risiko stroke ada dua, yaitu 2 – 4 tahun setelah seseorang berhenti merokok
faktor yang tidak terkendali, seperti genetik, (Dinkes Kebumen dalam Magreysti Maukar.,
cacat bawaan, usia, gender, riwayat penyakit dkk, 2014). Merokok merupakan penyebab
dalam keluarga dan faktor yang dapat nyata kejadian stroke yang lebih banyak terjadi
dikendalikan, seperti hipertensi, hiperlipidemia, pada usia muda dibandingkan usia tengah baya
atau lebih tua. Perokok memiliki risiko tujuh kondisi pasien dapat pulih sepenuhnya biasa
kali terkena stroke dibandingkan yang tidak melakukan aktifitas lagi, apabila penanganan
merokok atau berhenti merokok (Lipska dalam terlambat dapat berakibat fatal.
Burhanudin., dkk, 2010). Dari beberapa pengenalan atau
Pada peringatan Hari Tanpa Tembakau fenomena stroke di atas maka dapat
Sedunia tahun 2011, dipaparkan bahwa rokok disimpulkan penyakit stroke merupakan
kini semakin mengancam generasi muda. penyakit yang sangat mengancam kehidupan
Diantara penduduk Indonesia yang umurnya yang dapat menyebabkan kecacatan hingga
diatas 15 tahun, 35 persen adalah perokok. Dan kematian. Penyebabnya dapat dikategorikan
dari 10 anak laki-laki diatas Usia 15 tahun, 6 menjadi penyebab yang dapat diubah dan tidak
sampai 7 orang di antaranya merokok dapat diubah. Maka dengan pola yang dapat
(Riskesdas, 2013). diubah (gaya hidup sehat yaitu tidak merokok)
Dari hasil penelitian oleh state mutual dapat mengurangi kejadian stroke.
life insurance Co, yaitu sebuah perusahaan
asuransi di amerika disimpulkan bahwa angka METODE PENELITIAN
kematian pada perokok 2 – 4 kali lebih tinggi Jenis penelitian
jika dibandingkan dengan orang yang tidak Rancangan penelitian yang digunakan adalah
merokok. Merokok tidak hanya merugikan diri rancangan penelitian cross sectional yang
sendiri melainkan orang disekitar kita. Oleh mengkaji hubungan faktor merokok dengan
karena itu hindari merokok, jangan cemari kejadian stroke di Rumah Sakit Santa Elisabeth
daerah dengan asap rokok, karena tidak ada Medan Tahun 2016.
manfaatnya bagi kesehatan tubuh (Irianto dkk,
2010). Populasi dan Sampel
Perokok pasif menghirup asap rokok Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
yang tersebar di sekelilingnya. Aliran samping pasien stroke di Rumah Sakit Elisabeth Medan
adalah asap rokok yang berasal dari ujung berjumlah 50 orang. Rumus dalam mengambil
rokok yang terbakar, sedangkan aliran utama sampel yang digunakan, yaitu:
adalah asap rokok yang telah dihisap oleh
perokok kemudian di hembuskan ke udara. n = N Z2 P (1-P)
Kandungan asap rokok tersebar sangat N G2 + Z2 P (1-P)
berbahaya. 4000 senyawa kimia berbahaya Keterangan:
yang terdapat pada asap. Diantaranya adalah N = Jumlah sampel
nikotin, methanol, ammonia, tar, sianida, N = Jumlah populasi
arsenik, benzene, cadmium. Asap tersebut Z = Tingkat keandalan 95% (1,96)
merupakan hasil dari pembakaran tembakau P = Proporsi populasi
yang tidak sempurna, asap yang dihirup tidak G = Galat pendugaan (0,1)
mempunyai filter (Irianto dkk, 2010).
Hasil survei pendahuluan di Rumah n=
Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2015 bahwa
terdapat 50 orang terkena stroke dan setelah n = 34 orang
dilakukan wawancara dengan 10 orang
penderita stroke mengatakan bahwa stroke yang Teknik pengambilan sampel dalam
mereka alami terjadi karena faktor merokok. penelitian ini menggunakan purposive
Belum ada obat yang dapat menyembuhkan sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini
stroke sehingga jalan satu-satunya yaitu dengan berjumlah 34 orang.
menghindar dari kejadian stroke melalui proses
pencegahan stroke. Pengumpulan data
Stroke dapat dicegah dengan perilaku Metode Pengumpulan data dengan
hidup sehat seperti berolahraga secara teratur, menggunakan kuesioner. Pengambilan data
hindari minum alkohol, jangan mengkonsumsi menggunakan data primer yaitu data yang
makanan yang berkolesterol tinggi dan tidak didapat langsung dari responden.
merokok. Kesibukan yang padat biasa berakibat Data sekunder adalah data yang
terjadinya stress, maka perlu relaksasi. didapatkan langsung dari rekam medik Rumah
Serangan stroke ringan dapat diatasi dan Sakit Santa Elisabeth Medan dan telah
dilakukan uji etik penelitian oleh Komisi Etik tertinggi laki-laki 21 orang (61,8%) dan
Penelitian STIKes Santa Elisabeth Medan. berdasarkan agama tertinggi kristen 21 orang
(67,7%).
Analisis data
Analisa data dilakukan dengan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
menggunakan uji chi square dengan tingkat Berdasarkan faktor Merokok di
kemaknaan 5%. Sebelum penelitian dilakukan, Rumah Sakit Santa Elisabeth
responden yang menjadi sampel diberi Medan Tahun 2016
penjelasan tentang judul, tujuan penelitian dan
menandatangani informed consent (surat Merokok n %
persetujuan). Jika ada responden yang menolak Merokok 24 70,6
berpartisipasi dalam penelitian ini, peneliti Tidak merokok 8 29,4
tidak memaksa dan tetap menghormati hak- Total 34 100
haknya. Kerahasiaan informasi responden
dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data Dari hasil penelitian diperoleh dari 34
tertentu saja yang disajikan dan dilaporkan responden ada sebanyak 24 orang (70,6%)
sebagai hasil riset. faktor merokok menyebabkan kejadian stroke
Kuesioner dinyatakan valid dengan dan 8 orang (29,4%) faktor tidak merokok
nilai r hitung lebih besar dari r tabel (0,80> menyebabkan kejadian stroke di Rumah Sakit
0,361) pada taraf signifikansi 5%. Selanjutnya Santa Elisabeth Medan
dilakukan proses pengolahan data dengan
langkah-langkah yaitu: editing, koding, entry Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
data dan cleaning. Berdasarkan Kejadian Stroke Di
Rumah Sakit Santa Elisabeth
HASIL Medan Tahun 2016
Tabel 1. Distribusi Frekuensi
Karakteristik Penderita Stroke Kejadian Stroke n %
Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Serangan pertama 16 47,1
Medan 2016 Berulang 18 52,9
Karakteristik n % Total 34 100
Umur Dari hasil penelitian diperoleh dari 34
20 – 40 tahun 3 7,8 responden ada sebanyak 18 orang (52,9%)
(Dewasa Muda) kejadian stroke berulang dan 16 orang (47,1%)
41 – 60 tahun 17 50,0 kejadian stroke serangan pertama.
(Dewasa Tengah) Berdasarkan hasil tabulasi silang antara
> 60 tahun 14 41,2 hubungan faktor merokok dengan kejadian
(Lansia) stroke di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Jumlah 34 100 diperoleh dari 24 responden 15 orang (62,5%)
Jenis Kelamin faktor merokok dengan kejadian stroke
Laki-laki 21 61,8 serangan pertama dan 9 orang (37,5%)
Perempuan 13 38,2 berulang. Dari 21 responden 9 orang (52,9%)
Jumlah 34 100 tidak merokok kejadian stroke berulang dan 1
Agama orang (47,1%) serangan pertama. Hasil uji
Islam 4 11,8 statistik diperoleh (OR= 15; CI 95% 1.621
Kristen 23 67,7 hingga 138.82; p= 0.008) maka dapat
Katolik 6 17,6 disimpulkan bahwa ada hubungan yang
Buddha 1 2,9 bermakna antara faktor merokok dengan
kejadian stroke di Rumah Sakit Santa Elisabeth
Jumlah 34 100
Medan. Odd ratio faktor merokok dengan
Dari hasil penelitian berdasarkan umur kejadian stroke adalah 15. Hal ini menunjukkan
responden tertinggi 41 – 60 tahun ada 17 orang bahwa orang yang merokok memiliki peluang
(50,0%), berdasarkan jenis kelamin responden 15 kali mengalami kejadian stroke
dibandingkan dengan yang tidak merokok.
Tabel 4. Hubungan Faktor Merokok Dengan Kejadian Stroke Di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2016
Kejadian Stroke
Faktor
Serangan 95% CI
Merokok Berulang Total P OR
Pertama
n % n % % n Lower Upper
Merokok 15 62,5 9 37,5 24 25
0,008 15 1.621 138,821
Tidak merokok 1 47,1 9 52,9 21 10
yang membutuhkan pengenalan lebih cepat dan Farmingham adalah kelompok peneliti yang
ketepatan rencana dan kecepatan pelaksanaanya pertama kali mempelajari tentang hubungan
untuk memungkinkan hasil yang paling baik antara merokok dengan jenis stroke, jumlah
stroke dikenal sebagai penyebab kematian ke- rokok yang dihisap, dan efek berhentinya
tiga dan penyebab utama kecacatan di United merokok. Risiko relatif pada perokok berat
States (Carlson, 2009). Stroke diawali dengan (>40 rokok/hari) meningkat 2 sampai 4 kali
gangguan serebrovaskular yang mengacu pada dibanding bukan perokok dan risiko bertambah
kelainan fungsional dari sistem saraf pusat yang seiring dengan bertambahnya jumlah rokok
terjadi ketika supplai darah normal ke otak yang dihisap.
terganggu yang mengakibatkan gangguan pada Hasil penelitian yang telah dilakukan di
sistem kerja otak (Brunner & Suddarth’s, rumah sakit santa Elisabeth medan bahwa ada
2010). hubungan antara faktor merokok dengan
Kejadian stroke berulang yang terjadi kejadian stroke berulang dan serangan stroke
di rumah sakit Santa Elisabeth Medan, yang pertama sekali juga disebabkan oleh karena
menyebabkan stroke berulang adalah banyaknya jumlah rokok yang dihisap setiap
dikarenakan faktor usia >60 tahun merupakan hari. Dari data yang telah dideskripsikan
sebagian besar dari seluruh responden. merokok merupakan suatu gaya hidup yang
Kejadian stroke merupakan suatu serangan tidak baik, dan yang paling beresiko pada
yang perpusat di otak, baik stroke haemoragik perokok pasif. Perokok pasif menghirup asap
dan non haemoragik. Serangan yang terjadi rokok yang tersebar di sekelilingnya. Aliran
pada otak manusia dapat mengakibatkan samping adalah asap rokok yang berasal dari
berbagi gangguan, seperti gangguan cara ujung rokok yang terbakar, sedangkan aliran
beraktifitas dan cara berpikir. Kejadian stroke utama adalah asap rokok yang telah dihisap
untuk pertama kali dapat disebabkan oleh faktor oleh perokok kemudian dihembuskan ke udara.
penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes Kandungan asap rokok tersebar sangat
dan lain sebagainya, dapat pula disebabkan oleh berbahaya. 4000 senyawa kimia berbahaya
gaya hidup yang kurang baik seperti pola yang terdapat pada asap. Diantaranya adalah
makan tidak teratur atau kurang baik, merokok, nikotin, methanol, ammonia, tar, sianida,
kurang aktifitas dan lain sebagainya. Stroke arsenik, benzene, cadmium. Asap tersebut
berulang merupakan kejadian stroke yang merupakan hasil dari pembakaran tembakau
mengakibatkan seseorang menjadi kambuh atau yang tidak sempurna, asap yang dihirup tidak
tidak sadar karena serangan berulang pada otak mempunyai filter (Irianto dkk, 2010).
yang dapat disebabkan karena ketidak teraturan Berdasarkan karakteristik responden
makan obat, pola makan dan tidak mengontrol prevalensi stroke terjadi pada usia 41-60 tahun
pola makan yang baik. (Dewasa Tengah) dan mayoritas laki-laki, hal
ini sejalan dengan hasil Riskesdas 2013 bahwa
Hubungan Faktor Merokok dengan kejadian prevalensi stroke meningkat seiring dengan
stroke di Rumah Sakit Santa Elisabeth adanya pertambahan usia, kejadian tertinggi
Medan pada usia ≥75 tahun (67%) serta prevalensi
Dari hasil penelitian ada hubungan stroke sering dijumpai pada laki-laki daripada
faktor merokok dengan kejadian stroke di perempuan dengan kata lain perempuan
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Hal ini memiliki resiko lebih rendah untuk menderita
didukung oleh penelitian penelitian Ovina, dkk stroke dibandingkan dengan laki-laki. Sesuai
(2013) ada hubungan kebiasaan merokok dengan penelitian Zhang et al. (2010) ada
dengan kejadian stroke. Hasil penelitian pengaruh usia, jenis kelamin dengan kejadian
Pradipta (2010) berdasarkan tabel distribusi stroke sebanyak 9711 yang dimonitor selama
sampel menurut jumlah rokok yang dihisap 40 bulan.
setiap hari pada sampel stroke perokok, Gaya hidup merupakan suatu cara
diketahui dari sampel yang diteliti, jumlah hidup manusia yang dapat menyebabkan
rokok yang dikonsumsi sampel stroke perokok berbagai penyakit atau sebagai pemicu
terbanyak yaitu sebanyak 1 – 16 batang perhari terjadinya perkembangan penyakit degeneratif,
yakni sebesar 82,78%, lalu jumlah rokok yang seperti berat badan yang berlebihan sangat erat
dihisap setiap hari pada sampel stroke perokok dengan terjadinya berbagai penyakit seperti
kedua yakni 16-32 batang sebanyak 17,24%. jantung, diabetes dan stroke, merokok berarti
menghirup zat yang dapat merupakan organ Goldzmiidt. (2003). Triggers Of Iskemik Storke,
dalam tubuh seperti paru-paru, pola makan (http://stroke.ahajournal.org, diakses 15
seperti makanan mengadung banyak gula, Desember 2014).
lemak, dapat memperparah penyakit degeneratif Gunawan, Adang. (1999). Food combining.
dan menimbulkan penyakit baru, kurang Jakarta: Gramedia.
beraktifitas berarti pembakaran lemak dalam Idrus, Fahmi. (1999). Kamus Besar Bahasa
tubuh tidak terjadi dan organ dalam tubuh tidak Indonesia. Surabaya: Greisinda.
bergerak sehingga tidak berfungsi secara Ignatavicus, Donna D and Workman. (2010).
komprehensif. Kejadian stroke dapat terjadi Medical Surgical Nursing. United States
akibat parahnya penyakit degeneratif yang of America: Saunders Elsevier.
merupakan pemicu terjadinya stroke seperti Irianto, dkk (2000). Status Gizi. Jakarta:
hipertensi, diabetes, dan penyakit pembuluh Gramedia.
darah. Perkembangan penyakit degeneratif Khairatunnisa, Sari (2017). Faktor Risiko Yang
sangat erat kaitanya dengan gaya hidup atau Berhubungan Dengan Kejadian Stroke
cara hidup seseorang, seperti kebiasaan, Pada Pasien Di RSU H. Sahudin
kepercayaan, dan pendapat terhadap cara Kutacane Kabupaten Aceh Tenggara.
hidupnya, seperti kelebihan berat badan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut
kebiasaan merokok, pola makan dan Kesehatan Helvetia.
beraktifitas. Lingga, Lanny, 2013, All About Stroke: Hidup
Sebelum dan Pasca Stroke, Penerbit
KESIMPULAN DAN SARAN Gramedia, Jakarta.
Dari hasil penelitian diperoleh 70,6% Magreysti, Ismanto dan Kundre. (2014).
penderita stoke terjadi diakibatkan oleh faktor Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian
merokok. Kejadian stroke terjadi pada serangan Stroke Non Haemoragik Di Irina F
pertama 52,9%. Hasil uji statistik diperoleh Neurologi RSUP. PROF. DR. D. Kandou
nilai p = 0,008 (p < 0,05). Ada hubungan faktor Manado, diakses 21 Oktober 2015.
merokok dengan kejadian stroke di Rumah Marlina, Yuli, Gambaran Faktor Risiko pada
Sakit santa Elisabeth Medan. Penderita Stroke Iskemik di RSUP H.
Disarankan bagi perawat agar Adam Malik Medan Tahun 2010,
memberikan pendidikan kesehatan tentang Skripsi, Fakultas Kedokteran,
faktor merokok penyebab stroke dan Universitas Sumatera Utara, Medan.
menganjurkan kepada pasien menjaga pola Mutmainna, Burhanuddin dan Wahidudin.
hidup yang sehat dan berkolaborasi dengan (2012). Risk Factor Stroke Insident at
dokter, fisioterapi. Bagi STIKes Santa Elisabeth Early Adults (18-40 years old) in
Medan agar menambah materi kuliah tentang Makasar City.
dampak rokok bagi kesehatan pada Noorkhairina, Siti. (2013). Secondary Stroke
pembelajaran mata kuliah komunitas dan sistem Prevention through Patient Education on
kardiovaskuler. Bagi pasien diharapkan mampu Life Style Risk Factor, (Health and the
meningkatkan pertahanan kesehatan pada environment journal, Vol 4, No. 2,
penderita stroke yang mengalami stroke diakses 1 April 2016.
berulang maupun serangan stroke pertama kali, Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian
sebagai sumber informasi dan pasien Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
mengetahui pentingnya menjaga gaya hidup Ovina dkk, (2013), Hubungan Pola Makan,
sehat demi mencegah terjadinya serangan Olahraga, dan Merokok Terhadap
stroke berulang. Prevalensi Stroke Non Hemoragik di Poli
saraf RSUD Raden Mattaher. Fakultas
DAFTAR PUSTAKA Kedokteran dan Ilmu Kesehan
Brunner & Suddarth’s. (2010). Medical- Universitas Jambi.
Surgical Nursing. China: J.B. Lippincott Pradipta (2010). Hubungan Antara Kebiasaan
Company. Merokok Dengan Stroke Hemoragik
Carlson, Karen K. (2009). AACN Advanced Berdasarkan Pemeriksaan Ct-Scan
Critical Care Nursing. Canada: Saunders Kepala. Fakultas Kedokteran Universitas
Elsevier. Sebelas Maret Surakarta
Riskesdas, (2013). Riset Kesehatan Dasar. Putra. (2015). Hubungan dukungan keluarga
Badan Penelitian dan Pengembangan dengan kepatuhan dalam mengikuti
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. posyandu lansia di korong bayur
Jakarta. wilayah kerja Puskesmas Pauh Kambar
Sari. (2006). Bahaya Rokok Dan Kandungan Kabupaten Padang Pariaman. Skripsi
Rokok. Jakarta: Gramedia. Riyanto. (2011). Aplikasi Metodologi
Setyarini, Ari Elisabeth. (2012). Hubungan Penelitian Kesehatan. Nuha Medika.
Gaya Hidup Pada Pasien Hipertensi Yogyakarta.
Dengan Risiko Terjadinya Stroke Di Santrock. (2009). Life-Span Development:
Rumah Sakit Borromeus Bandung, Perkembangan Masa Hidup (edisi
(Jurnal STIKes Borromeus Bandung, kelima). (Penerj. Achmad Chusairi,
diakses 29 Desember 2015). Juda Damanik; Ed. Herman Sinaga,
Siswanto, Yuliaji. (2005). Beberapa Faktor Yati Sumiharti). Jakarta: Erlangga.
yang Mempengaruhi Kejadian Stroke Septiana. (2016). Faktor-faktor yang
Berulang, (Studi Kasus Di Rs. Kariadi mempengaruhi dukungan keluarga
Semarang, diakses 30 April 2015). dalam perawatan klien skizofrenia di
Suratno dan Rismiati. (2001). Pengertian Gaya wilayah kerja puskesmas Kumun Kota
Hidup (http://repository.usu.ac.id diakses Sungai Penuh. Skripsi.
28 Januari 2016. Stuart & Larai. (2007). Buku Saku
WHO. (2007). WHO Reference 2007 for Child Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta:
and Adolescent, (http://staff.uny.ac.id EGC.
diakses 28 Januari 2016). Saryono & Widianti. (2010). Catatan Kuliah
Zhang et al. (2010), Effect of Individual risk Kebutuhan Dasar Manusia (KDM).
factor on the residual risk of Sudoyo, Setyohadi, et al. (2009). Buku ajar
cardiovasculer events in a population ilmu penyakit dalam. Jakarta: Pusat
of treated Chinese Patient with Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
hypertension: data from the felodipine Dalam FKUI.
event reduction (FEVER) study. Journal Williams & Wilkins. (2007). Keperawatan
of Hypertension. Maternitas. Jakarta: EGC.
Potter dan Perry. (2010). Fundamental
keperawatan buku 3. Edisi 7. Jakarta:
Salemba Medika.