You are on page 1of 12

OTHER COMPREHENSIVE INCOME: AN INVESTIGATION OF NEW

ACCOUNTING INFORMATION ACCOUNT IN INDONESIAN LISTED


FIRMS

Nurmala Ahmar – STIE Perbanas Surabaya


ahmarnurmala@gmail.com
JMV Mulyadi – Universitas Pancasila
mulyadi.jmv@gmail.com

ABSTRAK
Adopsi IFRS berdampak pada penyajian laporan keuangan dengan nilai
wajar. Indonesia mengadopsi IFRS secara mandatory sejak tahun 2012. Other
Comprehensif Income (OCI) merupakan informasi yang tersaji sebagai dampak
implementasi IFRS untuk penyajian nilai wajar pada laporan keuangan. Penelitian
ini menginvestigasi dan menganalisis penyajian informasi OCI mencakup
kewajiban imbalan kerja manfaat pasti, sekuritas tersedia dijual, revaluasi asset,
dan komponen lainnya per sector industri. Sampel p enelitian sejumlah 2001 data
tahun perusahaan terkait penyajian dan nilai akun other comprehensice
income.Analisis dilakukan dengan menggunakan tabulasi silang (cross tabulation)
didasarkan pada tahun dan sector industry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat perkembangan signifikan secara keseluruhan penyajian komponen OCI
selama kurun waktu observasi. Hal yang sama juga ditemukan berdasarkan sector
industry. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terkait potensi
pajak atas penyajian akun OCI. Hasil riset ini sangat penting bagi peneliti
berikutnya terkait anteseden dan konsekuen dari informasi OCI.

ABSTRACT
Adoption of IFRS impact on the financial statements at fair value.
Indonesia adopts IFRS mandatory since 2012. Other Comprehensive Income
(OCI) is the information presented as the impact of IFRS implementation for the
presentation of fair value in the financial statements. This study investigates and
analyzes the presentation of OCI include defined employee benefit obligations,
securities available for sale, revaluation of assets, and other components OCI each
industry sector. Analyses were performed using cross tabulation (cross tabulation)
is based on the year and the industry sector. The results showed that there was
significant progress overall presentation of the components of OCI during the
period of observation. The same was based on the industry sector. The results of
this study are expected to provide contributions related to the potential tax on
presentation of OCI account. The results of this research is very important for the
next researcher associated antecedent and consequent of OCI information.
Keyword: other comprehensive income, benefit obligation plan, asset
revaluation, available for sale securities asset.
Latar Belakang

Fair value accounting merupakan isu yang mendasari penetapan standar


akuntansi keuangan di Indonesia. Yuetang, et al (2001) menyampaikan bahwa
penilaian informasi akuntansi dengan nilai wajar merupakan bagian dari reformasi
akuntansi. Isu ini didasari kesepakatan negara-negara yang tergabung dalam G-20.
Negara-negara Eropa telah menerapkan IFRS dengan nilai wajar pada tahun 2005
(Barth, 2005). Pertemuan pada tahun 2009 tersebut menyepakati perlunya standar
akuntansi tunggal yang berkualitas tinggi dalam rangka menyediakan informasi
keuangan. Terkait dengan kesepakatan tersebut International Finacial Reporting
Standards (IFRS) diterbitkan oleh International Accounting Standards Committee
(IASC) dan International Accounting Standards Board (IASB). Kesepakatan
tersebut membawa konsekuensi penting dalam penyajian laporan keuangan.
Penyajian laporan keuangan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek
secara mandatory harus mengacu pada standar akuntansi berbasis IFRS sejak 1
Januari 2012. Namun secara bertahap konvergensi telah dilakukan sejak tahun
2010. Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga diwajibkan
menerapkan standar akuntansi tersebut dalam penyajian laporan keuangannya.
Dichev (2013) mensurvey 169 kepala bagian keuangan dan menemukan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas laba adalah standar
akuntansi. Syarat kualitas laba yang baik adalah memiliki sedikit akun akrual.
Standar akuntansi yang dapat mendorong peningkatan kualitas laba adalah jika
didasarkan pada nilai wajar. Strandar akuntansi berbasis IFRS dipercaya mampu
meningkatkan kualitas informasi akuntansi karena penggunaan fair value dalam
penilaian dapat mencerminkan kondisi riil ekonomi perusahaan (Cahyonowati
dan Ratmono, 2012). Fair value acconting (FVA) juga diyakini mampu
memberikan informasi yang lebih relevan sehingga mampu mendorong efisiensi
global (Barlev & Hadad, 2007). Penilaian dengan fair value sangat dibutuhkan
oleh investor, khususnya informasi tentang penyajian dan peengungkapan nilai
wajar aset dan liabilitas. (landsman, 2007). Lebih jauh Hermann, et al. (2006)
memgungkapkan pentingnya pengukuran nilai wajar aset atas tanah, bangunan,
dan peralatan. Bahkan, hasil penelitian pada perusahaan di Jerman, terjadi
penurunan perataan laba setelah diberlakukannya IFRS secara mandatory pada
tahun 2005 (Paanane & Lin, 2009).
Bulan Januari 2013 menjadi bulan yang penting untuk reformasi standar
akuntansi karena terdapat fakta baru terkait implementasi IFRS terkait other
comprehensive income (OCI). Standar akuntansi mewajibkan penyajian OCI
dilakukan secara terpisah dalam Laporan Laba Rugi dan Penghasilan
Komprehensive Lainnya. Ada perubahan nama laporan dari standar sebelumnya
yaitu Laporan Laba Rugi. Ada suatu kewajiban untuk menunjukkan dan
menyajikan komponen OCI secara terpisah. Mengapa informasi akuntansi dalam
OCI harus dipisahkan? Apakah informasi tersebut sedemikian penting?
Pertanyaan tersebut muncul sebagai akibat dari teknik penyajian laporan laba rugi
(dan penghasilan komprehensif lain). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
investigasi penyajian OCI sejak pemberlakuan IFRS secara mandatory tahun
2012. Pengamatan dilakukan selama 4 tahun dimulai tahun 2012 sampai denga
tahun 2014.
Komponen OCI terdiri dari perubahan revaluasi aset tetap dan aset tak
berwujud, untung rugi actuarial pada rencana manfaat pasti imbalan kerja, untung
rugi penjabaran laporan keuangan operasi luar negeri karena selisih kurs, untung
rugi penilaian aset keuangan tersedia dijual, dan untung rugi akibat lindung nilai
(hedging) arus kas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan
status penyajian akun-akun OCI selama tahun 2012 sampai dengan 2015
berdasarkan kurun waktu dan subsector industry. Hasil penelitian diharapkan
dapat memberikan temuan empiris perkembangan penyajian akun-akun OCI, peta
penyajian OCI per sector industry. Bagi pemerintah penyajian akun OCI berarti
potensi obyek pajak sehingga penjyajian akun OCi menjadi infoemasi penting
bagi pemerintah. Riset ini diharapkan dikembangkan lebih lanjut agar diperoleh
bukti empiris lain terkait penilaian, penyajian, dan pengungkapan OCI dari sudut
pandang anteseden dan konsekuennya.

Kajian Teori/Literatur

Other Comprehensive Income (OCI) disajikan dalam tiga cara yaitu


terpisah dengan laporan laba rugi, gabungan dengan laporan laba rugi, dan
melaporkan pos-pos laba komprehensif dalam laporan perubahan ekuitas, Wahyu
dan Praptoyo (2014), membuktikan bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia
mayorotas menyajikan laporan OCI digabungkan dalam laporan laba rugi.
Ringstorm (2012) meneliti penyajian OCI pada perusahaan public di Italia.
Ditemukan bukti bahwa pilihan penyajian OCI didasarkan pada karakteristik
industry, lembaga keuangan perbankan dan non lembaga keuangan perbankan.
Sebagian besar perusahaan di Italia, pada tahun 2009 menyajikan OCI dalam 2
laporan. Perusahaan sector manufaktur menyajikan OSI sebelum pajak, dan
perusahaan lembaga keuangan enyajikan OCI setelah pajak. Casabona dan Coville
(2014) menegaskan bahwa jika laba rugi terkait dengan akun OCI belum dapat
direalisasikan maka tidak dilaporkan langsung dalam laporan laba rugi.
Jordan (2014) mengemukakan bahwa penyajian OCI dapat dilakukan
dengan 2 alternatif, pertama untuk memperoleh laba komprehensif OCI disajikan
sebagai bagian dari laporan laba rugi. Kenaikan dan penurunan komponennya
disajikan untuk menyesuaikan nilai laba dan memperoleh laba komprehensif.
Kedua, disajikan secara terpisah. Jordan (2014) berhasil membuktikan bahwa
penyajian OCI secara terpisah memberikan dampak pada kinerja yang lebih
tinggi dibandingkan disajikan tidak terpisah. Jordan (2013), Eaton, et al. (2013)
memilah klasifikasi OCI menjadi 5 kelompok available for sale securities,
foreign currencies translation, cashflow hedge, pensions dan other.Teknik
penyajian akun OCI adalah bagian penting dalam penyajian laporan keuangan.
Wei (2014) menemukan adanya perbedaan cara penyajian dan pengungkapan
akun OCI pada perusahaan minyak dan gas di Inggris, Amerika dan Cina.
Penyajian akun OCI di Inggris dan Amerika lebih banyak memberikan informasi
dibandingkan dengan Cina.
Komponen OCI yaitu perubahan surplus revaluasi, pengukuran kembali
atas program manfaat pasti, keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran
laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri, pengukuran kembali aset
keuangan tersedia untuk dijual, dan lindung nilai arus kas. Penghasilan
komprehensif disajikan dalam laporan laba rugi periode dan laba rugi
komprehensif gabungan yaitu laporan laba rugi digabung dengan laporan laba rugi
komprehensif yang hasil akhirnya dinyatakan dalam laba rugi bersih
komprehensif. Fitzpatrick, et al. (2010), Chambers (2011) mengklasisifikasi OCI
dalam 4 kelompok, yaitu untuk rugi yang belum terealisasi atas sekuritas tersedia
dijual, penyesuaian translasi mata uang asing, penyesuaian kewajiban pension,
dan untung rugi atas instrument derivatif. OCI harus disajikan secara terpisah
sesuai standar akuntansi yang berlaku yaitu merupakan bagian dari laba
komprehensif di laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif, dan bukan
menjadi bagian dari perubahan nilai ekuitas. Penempatan/lokasi penyajian akun
OCI menjadi sangat penting karena informasi ini diharapkan lebih relevan,
transparan, dan mudah dipahami oleh pengguna laporan keuangan (Diu, et al.,
2015; Chambers, 2011).
Berdasarkan PSAK-55 mengatur ketika penurunan nilai wajar atas aset
keuangan yang diklasifikasikan tersedia untuk dijual telah diakui secara langsung
dalam ekuitas dan terdapat bukti objektif bahwa aset tersebut mengalami
penurunan nilai, maka kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui secara
langsung dalam ekuitas harus dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laba rugi
meskipun aset keuangan tersebut belum dihentikan pengakuannya. Aset keuangan
yang dimaksud adalah aset keuangan non derivatif yang ditetapkan sebagai
tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan sebagai pinjaman yang
diberikan dan piutang, investasi yang diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki
hingga jatuh tempo, atau aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laba
rugi. Lindung nilai arus kas, sebagaimana diatur perlakuan akuntansinya dalam
PSAK-55 juga mengatur keuntungan atau kerugian atas instrumen lindung nilai
yang ditetapkan sebagai lindung nilai yang efektif diakui dalam pendapatan
komprehensif lain, sedangkan bagian yang tidak efektif atas keuntungan atau
kerugian dari instrumen lindung nilai diakui dalam laba rugi.
Untung rugi atas revaluasi aset tetap sebagaimana diatur pada PSAK-16
yang belum direalisasikan disajikan dalam penghasilan komprehensif lain. Aset
tetap yang dimaksud adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain
atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari
satu periode. Selisih untung rugi atas revaliasi aset merupakan obyek pajak.
Keuntungan atau kerugian aktuarial adalah komponen perubahan yang
disebabkan karena adanya perbedaan antara asumsi yang digunakan pada
perhitungan sebelumnya dengan realisasi yang terjadi pada tahun berjalan,
maupun karena adanya estimasi perbedaan asumsi. Perusahaan mempunyai opsi
untuk mengakui keuntungan (kerugian) aktuarial secara langsung pada saat
terjadinya, namun bukan sebagai beban pada laporan laba rugi, tetapi
mengakuinya dalam OCI. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran
laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri. Selisih kurs yang menjadi
bagian penyajian OCI adalah dari pos non moneter, jika selisih kurs berasal dari
pos moneter disajikan dalam laba rugi periode berjalan.
Jiang dan Penman (2013) memberikan wacana dampak inplementasi IFRS
terhadap banyak aspek dalam akuntansi, terutama terkait dengan bagaimana
penilaian dan pencatatan akun-akun yang dapat dinilai wajar, kapitalisasi atas
biaya iklan, biaya riset dan pengembangan, menilai amortisasinya, bagaimana
informasi nilai wajar mempengaruhi harga saham, apa dampak nilai wajar pada
penyajian posisi keuangan. Rees dan Shane (2008) mengkritisi akun OCI sebagai
akun yang memiliki karakteristik persistensi yang rendah, sulit dikontrol oleh
manajemen, dan bukan berasal dari aktivitas operasional utama. Jika akun OCI
merupakan akun yang memiliki makna penting bagi investor, apakah diperlukan
adanya rasio OCI per lembar saham agar kontribusi nilai akun OCI dapat diakses
oleh pengguna laporan keuangan. Yen (2003) juga telah mengungkapkan
pentingnya informasi komprehensif income per lembar saham. Di lain pihak,
beberapa peneliti telah membuktikan bahwa informasi akuntansi dalam bentuk
OCI memiliki relevansi nilai (Campra, et al., 2016; Bradenhorst, et al., 2015; Lee
dan Park, 2014; Deol, 2013; Humayun-Kabir dan Laswad, 2011).
Secara khusus beberapa peneliti mengemukakan pentingnya akuntansi
nilai wajar untuk akun-akun OCI, antara lain terkait penyajian nilai wajar untuk
imbalan kerja manfaat pasti (Chircop, dan Kiosse, 2015; Comprix, 2011), nilai
wajar derivative (Hernandez, 2003; Hann, 2007; Zhang, 2009), sekuritas tersedia
dijual dan lindung nilai (Dorminey dan Apostolou, 2012; Kanagaretnam, et al.,
2009; Black, 2014). Melengkapi riset sebelumnya, penelitian ini menginvestigasi
penghasilan komprehensif lain perusahaan public di Indonesia

Metode Penelitian
Riset ini merupakan riset kuantitatif dengan menggunakan data sekunder.
Data berupalaporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lainnya. Identifikasi
penyajian dlakukan dengna mengobservasi laporan keuangan per perusahaan.
Status penyajian diberikan kepada emiten dengan skor 1 jika sampel menyajikan
komponen OCI. Komponen OCI yang dimaksud adalah aset keuangan yang bisa
dijual, lindung nilai arus kas (hedging arus kas), revaluasi aset. Klasifikasi lain-
lain digunakan untuk penyajian komponen OCI berupa selisih kurs untuk
penyajian laporan keuangan, imbalan kerja manfaat pasti, asosiasi dan ventura
bersama. Riset juga melakukan klasifikasi penyajian didasarkan pada sub-sektor
industry. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan agar dapat dilakukan kajian
komponen OCI secara detil berdasarkan sub sector. Hal lain yang mendasari
adalah setiap subsector memiliki karakteristik bisnis yang berbeda.
Variabel penelitian adalah status penyajian komponen OCI, nilai OCI,
tahun penyajian dan kelompok subsector industry. Variable yang berupa
klasifikasi (kelompok subsector dan tahun penyajian adalah variable independen.
Adapun variable dependennya berupa status penyajian dan nilai (dalam satuan
moneter) komponen OCI. Uji beda dilakukan dengan membanding jumlah
sampel yang menyajikan OCI dari tahun 2012 sampai dengan 2015. Uji beda
dilakukan untuk keseluruhan data dan berdasarkan kelompom subsector.
Pengujian per kelompok subsector dilakukan unruk mengetahui bukti empiris
pada sector manakah penyajian komponen OCI mengalami perubahan secara
signifkan dari tahun ke tahun.
Sampel penelitian adalah seluruh perusahaan public di Indonesia yang
memiliki data lengkap. Sejumlah 2001 data tahun terdiri dari 494, 502, 507 dan
498 data perusahaan public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada data
tahun 2012 sampai dengan 2015. Pengujian perkembangan link model dilakukan
dengan analisis crosstabulation. Pengujian juga dilakukan dengan
membandingkan jumlah perusahaan yang menyajikan dan tidak menyajikan
komponen OCI selama tahun 2012 sampai dengan 2015 untuk perusahaan public
di Indonesia dengan menggunakan alat uji Cramer-V. Uji beda nilai komponen
OCI dilakukan dengna uji one way anova karena variable independen terdiri dari
4 tahun penyajian.

Hasil Penelitian
Investigasi atas komponen OCI dilakukan selama tahun 2012 samapai
dengan 2015. Komponen OCI yang diidentifikasi mencakup 4 kelompok akun
OCI dan 1 kelompok akun OCI lain-lain yang berisi selisih kurs terkait penyajian
laporan keuangan luar negeri, status penyajian imbalan kerja, untung rugi
kegiatan asosiasi, dan ventura bersama. Secara umum selama kurun waktu 4 tahun
penyajian OCI untuk 4 kelompok akun yang diinvestigasi menunjukkan bahwa
penyajian akun sekuritas/aset keuangan tersedia dijual 20,8%, lindung
nilai/hedging 5.03%, revaluasi aset 5,43% dan lain-lain 50.3%. Penyajian seluruh
komponen OCI per tahun menunjukkan peningkatan jumlah emiten yang
menyajikan akun-akun OCI. Pada tahun 2011 nilai rata-rata penyajian akun OCI
12,58%, tahun 2012 sebesar 14,25%, Tahun 2013 25,48% dan tahun 2015 sebesar
28,25%. Terdapat peningkatan lebih dari dua kali lipat emiten yang menyajikan
komponen OCI dalam laporan keuangan mereka. Secara umum penyajian ietem-
item OCI meningkat selama kurun waktu 4 tahun pengamatan, meskipun jumlah
emiten yang belum menyajikan jauh lebih besar yaitu sekitar 80% dari emiten
yang listing di bursa efek, denga kata lain investigasi hasil penyajian komponen
OCI pada perusahaan public di Indonesia kurang lebih 20,14%. Gambaran
lengkap terkait status penyajian komponen OCI sebagaimna disajikan pada table
berikut.
Tabel 1.
Komposisi Penyajian Other Comprehensive Income pada
Tahun (%)
Komponen OCI Penyajian
2011 2012 2013 2014
No 80.20 78.90 79.30 81.30
OCI-Securities AFS
Yes 19.80 21.10 20.70 18.70
No 96.80 96.20 94.10 92.80
OCI-Hedging
Yes 3.20 3.80 5.90 7.20
No 96.80 96.60 94.70 90.20
OCI-Asset Revaluation
Yes 3.20 3.40 5.30 9.80
No 75.90 71.30 30.00 22.70
OCI-Others
Yes 24.10 28.70 70.00 77.30
90.00% 120.00%
80.00%
100.00%
70.00%
60.00% 80.00%
50.00%
Sec-No 60.00% No-Hedging
40.00%
Sec-Yes Yes-Hedging
30.00% 40.00%
20.00%
20.00%
10.00%
0.00% 0.00%
2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014

120.00% 90.00%
80.00%
100.00%
70.00%
80.00% 60.00%
50.00%
60.00% Reva-No Others-No
Reva-Yes40.00% Others-Yes
40.00% 30.00%
20.00%
20.00%
10.00%
0.00% 0.00%
2011 2012 2013 2014 1 2 3 4

Gambar 1. Komponen OCI dan Perkembangan Penyajian dalam Laporan


Keuangan
Analisis perbedaan penyajian berdasarkan tahun dilakukan dengan tujuan
untuk mengkaji efektifitas ketentuan penyajian nilai wajar dalam laporan
keuangan berdasarkan standar akuntansi berbasis IFRS. Hasil pengujian
perkembangan status penyajian dilakukan dengan Uji Cramer-V karena data yang
diuji berskala nominal dan perkembangan dianalsis selama 4 tahun (4
kelompok). Rangkuman hasil pengujian perkembangan status penyajian
komponen OCI sebagaimana table berikut.
Tabel 2
Hasil Uji Perkembangan Status Penyajian OCI
Keteranga
OCI-Component Sig n
Securities AFS 0.779 Tidak beda
Hedging 0.013 Beda
Asset Revaluation 0.000 Beda
Others 0.000 Beda
OCI Keseluruhan 0.000 Beda
Hasil pengujian untuk keseluruhan data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
status penyajian. Komponen OCI yang terbukti tersaji secara berbeda di laporan
keuangan adalah untung rugi atas lindung nilai arus kas, revaluasi aset dan lain-
lain (untukng rugi selisih kurs akibat penyajian laporan keuangan, aktuaria
manfaat pasti atas imbalan kerja, asosiasi dan ventura bersama). Didasarkan
pengujian pada nilai komponen OCI ditemukan bukti empiris bahwa terdapat
perbedaan nilai akun OCI selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.
Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan nilai komponen OCI
dalam bentuk untung rugi atas revaluasi aset, dan akun lain-lain yaitu selisih kurs
untuk penyajian laporan keuangan, aktuaria manfaat pasti imbalan kerja, asosiasi
dan ventura bersama. Rangkuman hasil uji nilai moneter atas komponen OCI
tersaji pada table berikut.
Table 3
Hasil Uji Nilai OCI Berdasarkan Tahun Penyajian
OCI-Components P.Sig Keterangan
OCI-Securities AFS 0.418 Tidak Beda
OCI-Hedging 0.349 Tidak Beda
OCI-Asset Revaluation 0.002 Beda
OCI-Others 0.004 Beda
OCI-Total 0.044 Beda

Analisis pada riset ini juga dikembangkan dengan melakukan kajian


perkembangan komponen OCI didasarkan pada sector industry. Temuan ini
menjadi penting untuk mengkaji lebih mendalam, apakah ada pengaruh
karakteristik industry dengan penyajian OCI. Hasil analisis menunjukkan bahwa
revaluasi aset pada industry perbankan menunjukkan hasil yang signifikan antar
tahun sejak nilai pasar wajar ditetapkan sebagai opsi dalam menyajikan aset
dalam laporan keuangan. Bank memiliki banyak kepentingan terkait penilaian
kembali atas aset-aset tetap yang dimilikinya. Berikut hasil uji perkembangan
penyajian komponen OCI berdasarkan tahun dan sector industrinya.
Pada semua sector industry, komponen OCI yang masuk pada kelompok
OCI lain-lain terjadi perbedaan. Beberapa hal bisa menjadi penyebab perbedaan
pada kelompok tersebut, yaitu terkait penyajian komponen OCI untuk untukng
rugi selisih kurs akibat penyajian laporan keuangan luar negeri, aktuaria manfaat
pasti imbalan kerja, asosiasi atau ventura bersama. Jika ditelusur dari data yang
dianalisis hal ini lebih disebabkan karena 2 komponen pertama, karena mayorotas
emiten yang diobservasi datanya tdk menyajikan untung rugi yang diakibatkan
asosia dan ventura bersama dalam penyajian OCI di laporan laba rugi. Sub sector
industry yang terbukti melakukan penyajian secara berbeda tersebut adalah,
pertanian, semua subsector industry pertambangan keramik, industry pulp dan
kertas, otomotif, alas kaki, industry makanan, kabel, kosmetik, peralatan rumah
tangga, semua subsector dalam lembaga keuangan dan perbankan.perdagangan
umum, retail, pariwisata perdagangan, kesehatan dan periklanan. Lebih dari 50%
subsector industry menyajikan komponen OCI yang berkembang signifikan dari
tahun 2012 ke tahun 2014. Tabel berikut adalah rangkuman hasil pengujian status
penyajian komponen OCI berdasarkan tahun dan sub sector industry.

Tabel 4
Hasil Uji Perkembangan Penyajian Penyajian OCI Berbasis Tahun dan Sektor
Industri

No Sub-sectors Sec_AFS Hedging Asset_Rev Others


1 Crop na na na na
2 Plant 1.000 2.383 0.230 0.087
3 Animal Husbandry na na na na
4 Fish na na 0.721 0.721
5 Coal 0.321 0.365 0.390 0.000
6 Crude, Petroleum 0.444 0.772 0.541 0.003
7 Metal 0.520 na 0.123 0.073
8 Land & Stone 0.446 na 0.446 0.046
9 Cement 0.746 0.515 0.362 0.572
10 Ceramics 0.494 0.372 0.767 0.012
11 Logam 0.664 0.385 0.282 0.976
12 Chemical 0.100 na 0.551 0.475
13 Plastic na na 0.381 0.194
14 Animal Feed na na 0.362 0.832
15 Wood Industry na na 0.118 0.330
16 Pulp & Paper 0.324 na 0.377 0.035
17 Machine na na na 0.046
18 Automotive 0.942 0.757 0.457 0.001
19 Footwear na na na 0.046
20 Cabel 1.000 na 0.385 0.001
21 Electronics na na na 0.261
22 Food & Beverages 0.921 0.788 0.557 0.000
23 Tobbaco 0.362 na 0.362 0.425
24 Cosmetics 0.794 na na 0.007
25 Houseware na na 0.362 0.004
26 Pharmacy 0.502 na na na
27 Real Estate 0.843 0.108 0.380 0.000
Building &
28 Construction 0.776 na 0.108 0.149
29 Energy 1.000 na 0.545 0.794
30 Toll & Road 1.000 na na 0.026
31 Telecommunication 1.000 0.372 na 0.828
32 Transportation 0.890 0.438 0.534 0.000
Non-building
33 Constrtuction 0.506 0.664 0.541 0.241
34 Banking 0.872 0.557 0.013 0.000
35 Financial Institution na 0.282 0.103 0.000
36 Perush. Efek 0.606 na na 0.001
37 Asuransi 0.457 na 0.383 0.000
38 Wholesale 0.721 0.573 0.240 0.000
39 Retail 0.994 0.209 na 0.000
40 Tourism 0.951 na 0.787 0.000
41 Advertising 0.857 na 0.147 0.000
42 Healthcare 0.588 na 0.588 0.012
43 Computer Services 0.991 na na 0.195
44 Investment Company 0.994 0.796 0.796 0.193
45 Others na na na 0.019
Simpulan

Riset tentang other comprehensive income (OCI) di Indonesia masih


belum banyak dilakukan. Isu penting terkait dengan akuntansi nilai wajar yang
disajikan dalam akun penghasilan komprehensif lain mencakup penilaian dan
pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Lebih lanjut adanya pilihan untuk
menyajikan dan tidak menyajikan nilai wajar pada akun-akun OCI menimbulkan
pertanyaan terkait motivasi perusahaan terhadap penyajian nilai wajar dalam OCI
dan dampak penyajian OCI bagi pengguna laporan keuangan dan relevansi nilai
OCI.
Riset ini ini bertujuan untuk menganalisis perkembangan penyajian akun
OCI berdasarkan tahun dan sector industry. Pengujian dilakukan pada 2001 data
tahun selama 2012 sampai dengan 2014 mencakup 45 sub sector industry dari 9
sektor industry pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penyajian pada komponen
akun OCI kecuali akun aset keuangan tersedia dijual. Secara konsisten dibuktikan
hal yang sama pada pengujian nilai akun OCI kecuali untuk lindung nilai arus
kas/hedging. Berdasarkan sector industry mayoritas ditemukan adanya perbedaan
penyajian untuk sector industry pertambangan, keuangan, aneka industry, dan
industry utilitas pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perkembangan penyajian OCI pada semua akun meningkat demikian juga dengan
nilainya.
Agenda penelitian mendatang terkait OCI sangat terbuka luas, riset ini
hanya melakukan investigasi terkait perkembangan penyajian akun-akun yang
disajikan dalam OCI berdasarkan tahun dan sub sector industry. Anteseden dan
konsekuen dari penyajian akun OCI secara terpisah dan transparan dalam laporan
keuangan belum banyak dilakukan di Indonesia.

Daftar Pustaka
Bamber, L. S., Jiang, J., Petroni, K. R., & Wang, I. Y. (2010). Comprehensive
income: Who’s afraid of performance reporting? Accounting Review, 85(1),
97–126.
Barlev, B., & Haddad, J. R. (2007). Harmonization, comparability, and fair value
accounting. Journal of Accounting, Auditing & Finance, 22(3), 493-509.
Barth, M. E., Konchitchki, Y., & Landsman, W. R. (2013). Cost of capital and
earnings transparency. Journal of Accounting and Economics, 55(2–3), 206–
224.
Barth, M. E., Landsman, W. R., Young, D., & Zhuang, Z. (2014). Relevance of
differences between net income based on IFRS and domestic standards for
european firms. Journal of Business Finance and Accounting, 41(3–4), 297–
327.
Bhat, G., & Ryan, S. G. (2015). The impact of risk modeling on the market
perception of banks’ estimated fair value gains and losses for financial
instruments. Accounting, Organizations and Society, 46, 81–95.
Black, D. E. (2015). Other Comprehensive Income: A review and Directions for
Future Research. Other Comprehensive Income: A Review and Directions
for Future Research, 53(9), 1689–1699.
Cahyonowati, N., Ratmono, D., (2012), Adopsi IFRS dan Relevansi Nilai
Informasi Akuntansi, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.14, No.2,
Nopember 2012, 105-115
Casabona, P. A., & Coville, T. (2014). Statement of comprehensive income: new
reporting and disclosure requirements. Review of Business, 35(1), 23.
Casabona, P. A., Peter, T., College, J. T., John, S., & York, N. (2008). Statement
of Comprehensive Income : New Reporting and Disclosure Requirements,
23–35.
Chambers, D. J. (2011). Comprehensive Income Reporting : FASB Decides
Location Matters. CPA Journal, 81(9), 22–25.
Chircop, J., & Kiosse, P. V. (2015). Why did preparers lobby to the IASB’s
pension accounting proposals? Accounting Forum, 39(4), 268–280.
Comprix, J., & Muller, K. A. (2011). Pension plan accounting estimates and the
freezing of defined benefit pension plans. Journal of Accounting and
Economics, 51(1–2), 115–133.
Deol, H. (2013). The Decision Usefulness Of Comprehensive Income Reporting In
Canada by Harjinder Deol A Thesis Submitted To The Faculty Of Graduate
Studies In Partial Fulfilment Of The Requirements For The Degree Of
Doctor Of Philosophy Haskayne School Of Business Calgar.
Dichev, I. D., Graham, J. R., Harvey, C. R., & Rajgopal, S. (2013). Earnings
quality: Evidence from the field. Journal of Accounting and Economics,
56(2–3), 1–33.
Dorminey, J. W., & Apostolou, B. (2012b). Information content and the
contractual nature of hedging derivative incomes. Advances in Accounting,
28(2), 218–225.
Du, N., Stevens, K., & McEnroe, J. (2015). The effects of comprehensive income
on investors’ judgments. Accounting Research Journal, 28(3), 284–299.
Eaton, T. V., Easterday, K. E., & Rhodes, M. R. (2013). The Presentation of Other
Comprehensive Income. The CPA Journal, (March), 32–36.
Fitzpatrick, B. D., Raju, S. S., & Tocco, A. L. (2010). Comprehensive Income
Options :, 9(8), 21–28.
Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A review of tax research. Journal of
Accounting and Economics, 50(2–3), 127–178.
Hann, R. N., Heflin, F., & Subramanayam, K. R. (2007). Fair-value pension
accounting. Journal of Accounting and Economics, 44(3), 328–358.
Hernández Hernández, F. G. (2003). Derivatives and the FASB: Visibility and
transparency? Critical Perspectives on Accounting, 14(8), 777–789.
Herrmann, D., Saudagaran, S. M., & Thomas, W. B. (2006, March). The quality
of fair value measures for property, plant, and equipment. In Accounting
Forum (Vol. 30, No. 1, pp. 43-59). Elsevier.
Humayun Kabir, M., & Laswad, F. (2011). Properties of net income and total
comprehensive income: New Zealand evidence. Accounting Research
Journal, 24(3), 268–289.
Jiang, G., & Penman, S. (2013). A fundamentalist perspective on accounting and
implications for accounting research. China Journal of Accounting Research,
6(4), 233–245.
Jordan, C., & Clark, S. (2014). Reporting preferences under the comprehensive
income standard. The CPA Journal, (May), 34–40.
Kanagaretnam, K., Mathieu, R., & Shehata, M. (2009). Usefulness of
comprehensive income reporting in Canada. Journal of Accounting and
Public Policy, 28(4), 349–365.
Landsman, W. R. (2007). Is fair value accounting information relevant and
reliable? Evidence from capital market research. Accounting and Business
Research, 37(sup1), 19-30.
Lee, C., & Park, M. S. (2013). Subjectivity in fair-value estimates, audit quality,
and informativeness of other comprehensive income. Advances in
Accounting, 29(2), 218–231.
Paananen, M., & Lin, H. (2009). The development of accounting quality of IAS
and IFRS over time: The case of Germany. Journal of International
accounting research, 8(1), 31-55.
Rees, L. L., & Shane, P. B. (2012). Academic research and standard-setting: The
case of other comprehensive income. Accounting Horizons, 26(4), 789–915.
Ringström, E., & Ekström, J. (2012). The value relevance of comprehensive
income.
Wahyu, R.P.S., & Praptoyo, S., (2014), Penyajian dan Komponen Othe
Comprehensif Income, Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 12 (2014).
1-16
Wei, X. (2014). The Contrast Research of Presentation and Disclosure about other
Comprehensive Income. Applied Mechanics and Materials, 687–691, 5080–
5084. Yen, A. C., Eric Hirst, D., & Hopkins, P. E. (2007). A Content
Analysis of the Comprehensive Income Exposure Draft Comment Letters.
Research in Accounting Regulation, 19(C), 53–79.
Yuetang, W., Zheng, S., & Shimin, C. (2001). Accounting Reform and Quality of
Accounting Information: Evidence from the Chinese Stock Market [J].
Accounting Research, 7, 002.

You might also like