You are on page 1of 23

PENDEKATAN FEMINIS DALAM STUDI ISLAM

KONTEMPORER

Ismail
ismailmunir1972@gmail.com

Abstract: Feminist Approaches in Contemporary Islamic Studies.


Discussing issues between men and women is always hotly discussed regarding
the basic rights that are ignored, marginalized or oppressed by the prevailing
system in society. The phenomenon of gender injustice has manifested itself in
various forms such as the marginalization of women in the economic sector, the
subordination of political decisions, the formation of stereotypes or negative
labeling, violence against women, unfair distribution of workloads, and the lack of
ideological socialization of the value of gender roles. Looking at the above
discussion, research needs to be conducted with the aim that feminists are moved
to spark Islamic tools with a perspective of gender justice to deconstruct religious
texts in an effort to realize gender equality and equality in Islam. Descriptive
method using a feminist approach in studying Islam is intended as an effort to
give birth to new readings of religious understanding in the contemporary context
which berorietasi on the liberation of women from the shackles of trapping
tradition. Thus, the study of equality models in the feminist approach was
initiated by figures such as; Qosim Amin, Aminah Wadud Muhsin, Fatima
Mernisi, Asghar Ali Engineer and Nasaruddin Umar produced a fresh
understanding of religion, where humans as legal subjects were placed in
positions that did not subordinate, discriminate or marginalize one for another on
any basis, either ethnicity, gender, religion and race. Islam actually legitimizes
the existence of women. With the hope, Islamic feminists must re-criticize the
interpretation of religious texts (verses of al-Qur'an and al-Hadith) which have
gender bias so that there is no wrong understanding.

Keywords: feminist, gender, al-Qur'an, Hadith.

Abstrak: Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer.


Mendiskusikan persoalan antara laki-laki dan perempuan selalu hangat
diperbincangkan menyangkut hak-hak dasar yang terabaikan,
terpinggirkan atau tertindas oleh sistem yang berlaku di masyarakat.
Fenomena ketidakadilan gender itu telah termanifestasi dalam berbagai
bentuk seperti marginalisasi perempuan di sektor ekonomi, subordinasi
keputusan politik, pembentukan stereotype atau pelabelan negatif,
kekerasan terhadap perempuan, distribusi beban kerja yang tidak adil,
serta minimnya sosialisasi ideologi nilai peran gender. Melihat persoalam
di atas, perlu dilakukan penelitian dengan tujuan agar kaum feminis
tergugah hatinya untuk mencetuskan piranti keislaman berperspektif
keadilan gender untuk mendekontruksi teks-teks keagamaan dalam usaha

1|Jurnal Hawa
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender dalam Islam. Metode


deskriptif dengan menggunakan pendekatan feminis dalam mengkaji
Islam ini dimaksudkan sebagai upaya melahirkan bacaan baru terhadap
pemahaman keagamaan dalam kontek kontemporer yang berorietasi pada
pembebasan perempuan dari belenggu-belenggu tradisi yang menjerat.
Dengan demikan, kajian tentang model-model kesetaraan dalam
pendekatan feminis yang digagas oleh para tokoh seperti; Qosim Amin,
Aminah Wadud Muhsin, Fatima Mernisi, Asghar Ali Engineer dan
Nasaruddin Umar ini menghasilkan pemahaman yang fresh tentang
agama, di mana manusia sebagai subjek hukum ditempatkan pada posisi
yang tidak saling mensubordinasi, mendiskriminasi atau memarginalkan
satu atas yang lain atas dasar apapun, baik etnisitas, gender, agama,
maupun ras. Islam justru melegitimasi eksistensi keberadaan wanita.
Dengan harapan, kaum feminis Islam harus mengkritisi kembali
penafsiran terhadap teks-teks keagamaan (ayat al-Qur’an dan al-Hadis)
yang memiliki bias gender sehingga tidak terjadi pemahaman yang salah.

Kata Kunci: feminis, gender, al-Qur’an, Hadis.

Pendahuluan langsung dan baik berlangsung


Mendiskusikan kaum dengan kasar maupun halus.
perempuan dan kedudukannya Memang, tidak selamanya
dalam kehidupan sosial tentu kekerasan dan ketidakadilan
menarik. Apalagi dalam gender dilakukan oleh lelaki
masyarakat yang bersifat terhadap perempuan, melainkan
patrilineal. Tanpa menggunakan bisa juga terjadi antara
gender sebagai pisau analisa perempuan terhadap lelaki.
terhadap realita, tidak akan Namun karena relasi kekuasaan
pernah kita dapatkan gender yang berlangsung di
kejanggalan. Semua proses masyarakat, umumnya yang
kehidupan berjalan normal menjadi korban kekerasan
sebagaimana lazimnya. Sehingga, gender adalah kaum perempuan.
tanpa disadari, kita sendiri Sayangnya, ketidakadilan
terjerumus dalam praktek tersebut belum bisa dirasakan
misogini, sebuah idiom modern oleh semua pihak, termasuk oleh
yang berarti tindakan penindasan sebagian besar kaum perempuan
terhadap kaum perempuan, baik yang menjadi korbannya.
secara langsung maupun tidak Menurut Mansour Fakih, hal itu

2|Jurnal Hawa
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

disebabkan karena mereka belum tersebut. Sampai kaum


memiliki kesadaran dan perempuan sendiri seringkali
sensitivitas gender.1 membenarkan pandangan seperti
Ketika alat analisa gender ini. Bahkan mereka menjadikan
dalam ilmu-ilmu sosial ayat-ayat tersebut untuk
ditemukan, barulah terasa ada menjustifikasikan
yang tidak beres dalam ketidakmampuan diri dan
keseharian hidup kita. Satu berperilaku bak inderella yang
contoh, hampir semua ulama hanya bisa dilindungi, ditolong,
Fiqh pada periode awal telah dijaga, dan diperhatikan.
lengah dalam menafsirkan ayat- Penelitian literasi ini
ayat gender dalam al-Qur’an, berusaha mendeskripsikan
sehingga mereka memahaminya pendekatan feminis terhadap
secara literal. Akibatnya, tidak studi agama dalam bacaan
heran kalau hukum Islam banyak kontemporer. Model bacaan ini
menghadapi serangan gencar di tidak lain merupakan suatu
abad modern, dengan tuduhan transformasi kritis dari perspektif
telah menindas kaum perempuan teoritis yang ada dengan
dan menjadikannya sebagai menggunakan gender sebagai
anggota masyarakat kelas dua. Di kategori analisis utamanya. Para
lain pihak, kita sendiri cenderung feminis religious seperti pernah
menganggap benar atau paling lakukan penelitian oleh Anne
tidak menganggap biasa praktek Carr, disatukan oleh suatu
misogini yang terjadi, seperti keyakinan bahwa feminis dan
justifikasi makna literal ayat al agama keduanya sangat
Qur’an al-rijâlqawwâmûn ‘alâ signifikan bagi kehidupan kaum
al-nisâ2, dengan alasan bahwa perempuan dalam era
prosentase akal dalam diri kontemporer.3 Sebagaimana
perempuan hanya 1%, sedangkan agama, feminism memberikan
99% yang lain dikuasai oleh perhatian pada makna identitas
emosi. Jadi, sangatlah logis kalau dan totalitas manusia pada
mereka tidak dibebani dan tidak
boleh diberi tanggungjawab di 3
Anne Carr,Tranforming Grace:
Christian Tradition and Women’s
luar batas kemampuan kodrati
Experience (San Francisco: Harper & Row,
1988), hlm. 95. Dalam Peter Connolly (ed.),
1
Mansour Fakih, Analisis Gender Aneka PendekatanStudi Agama,
&Transformasi Sosial, (Yogyakarta: (Yogyakarta: LKiS, Cet,III 2011). Sue
PustakaPelajar, 2012), hlm. 135. Morgan menulis dalam “Pendekatan
2
QS. An-Nisa: 4 ; 34. Feminis”, hlm. 63.

3|Jurnal Hawa
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

tingkat yang paling dalam, Dengan kata lain, male-female


didasarkan pada banyak mengacu pada seks, sedangkan
pandangan interdisipliner baik masculine-feminine mengacu pada
dari antropolog, teolog, sosiolog, jenis kelamin atau gender,
dan filosof. Tujuan utama dari sebagai he dan she. Jadi tujuan
tugas feminis adalah feminis adalah keseimbangan,
mengidentifikasi sejauh mana interelasi gender. Dalam arti luas,
terdapat persesuaian antara feminis adalah gerakan kaum
pandangan feminis dan wanita untuk menolak segala
pandangan keagamaan terhadap sesuatu yang dimarginalisasikan,
kedirian, dan bagaimana disubordinasikan, dan
menjalin interaksi yang paling direndahkan oleh kebudayaan
menguntungkan antara satu dominan, baik dalam politik dan
dengan yang lain. Dengan ekonomi maupun kehidupan
harapan, sudah menjadi rahasia sosial pada umumnya. Dari
umum, salah satu dasar ungkapkan teori di atas, dapat
pemikiran feminism adalah ditarik kesimpulan bahwa
pandangan bahwa peran dan gerakan feminism dilakukan
tanggungjawab yang berbeda untuk mencari keseimbangan
antara laki-laki dan perempuan gender (rasisme, stereotyping,
didasarkan atas nama budaya seksisme, penindasan
yang mengitarinya. perempuan, dan
phalogosentrisme).
Istilah dan Karakteristik Dasar Sejak tahun 1980
Pendekatan Feminis pertumbuhan dan diversifikasi
Dari segi bahasa pendekatan feminis ditandai
(etimologi) feminis berasal dari dengan upaya untuk
kata femme (woman, perempuan menciptakan materi baru dan
(tunggal) yang berjuang untuk digunakannya paradigma
memperjuangkan hak-hak kaum kesarjanaan keagamaan yang
perempuan sebagai kelas sosial. baru pula, dengan memperbaiki
Istilah ini perlu dibedakan antara model androsentris sebelumnya
male dan female (sebagai aspek dengan lebih cenderung
perbedaan biologis), sebagai mengistimewakan pengalaman
hakikat alamiah, masculine dan perempuan. Beragam tanggapan
feminine (sebagai aspek bermunculan. Kaum feminis
perbedaan psikologis cultural). secara sistematis mengolah

4|Jurnal Hawa
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

kembali konsep-konsep utama dilakukan. Penelitian yang


seluruh tradisi keagamaan. dilakukan oleh Daly tentang
Misalnya karya Judith Plaskow korelasi antara simbolisme
Standing Again at Sinai: Judaism keagamaan maskulin secara
From A Feminist-Perspective (1990), ekslusif dengan kekuatan laki-
dan karya Rita Gross Buddhism laki temporal secara serius
after Patriarch: A Feminist History, diambil oleh kelompok feminis
Analysis ang Reconstruction of reformis yang melakukan
Buddhism (1993), merupakan penelitian dengan pemahaman
model terkini dari upaya bacaan ganda terhadap imagedei yakni
kontemporer terhadap ajaran adanya kemampuan yang sama
agama. Begitu pula Mary Gery antara laki-laki dan perempuan
yang melakukan pembacaan dalam menggambarkan image
ulang terhadap doktrin tentang Tuhan. Menurut Morgan
penebusan, atau feminis Plaslow kaum feminis religious berupaya
yang melakukan pembacaan menyesuaikan simbol-simbol
ulang terhadap doktrin dosa.4 Tuhan yang ada dengan
Dalam bagian ini memaparkan mengusulkan rangkaian image-
beberapa karakteristik image yang beragam dan
pendekatan feminism terhadap inklusif. Yang mana para sarjana
agama karena perbedaan menggunakan sumber-sumber
metodologi sebagai rekonstuksi yang bersifat lintas budaya, trans
keagamaan feminis yang paling historis yang diambil dari agama-
mendasar dan representatif. agama kuno, sejarah Yahudi, teks
Bagi kaum feminis religious Kristiani, dan agama-agama
upaya menemukan jalan dalam 5
Timur. Dalam kaitan ini kaum
mengimajinasikan Tuhan yang feminis menggunakan
terkait dan mendukung concern pendekatan pertama, melakukan
spiritual perempuan merupakan revisi tekstual secara detail untuk
hal yang sangat penting menemukan kembali dan
memperkuat suara perempuan
4
Mary Gery, Redeeming the Dreem:
dalam Injil. Upaya pembacaan
Feminism, Redemption and Christian
Tradition. SPCK, 1989 dan Judith Plaskow,
Sex, Sin, and Grace: Women’s Experience
5
and the Theologies of Reinhold Niebuhr and Lihat Rita Gross, Hindu Female
Paul Tillich. (Washington: University Press Deities as a resource for the contemporary
of America, 1980). Dalam Sue Morgan, rediscovery of the goddess, Journal of
Pendekatan Feminis, Peter Connolly (ed.), American Academy of Religion,1974, hlm.
Aneka Pendekatan Studi Agama, 269-291. Dalam Sue Morgan, Pendekatan
(Yogyakarta: LKis, 2011), hlm. 77. Feminis, hlm. 78.

5|Jurnal Hawa
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

ulang terhadap kejadian 2 dan 3 keagamaan perempuan. Upaya


ini, misalnya dilakukan oleh yang dilakukan oleh kaum
Phyllis Trible menyatakan bahwa feminis religious akhir-akhir ini
laki-laki dan perempuan memfokuskan perhatiannya
merupakan mahluk Tuhan yang untuk memperbaiki jarak
diciptakan bersama-sama.6 pandang historis tidak hanya
Pendekatan kedua, mengacu ratu yang saleh atau perempuan
pada tradisi Kenabian Yesus suci, melainkan buat perempuan
dalam Injil. Kaum feminis awam religious dalam beragam
menyatakan hal itu sebagai bukti peran spiritual dan konteks
kemampuan Injil memunculkan historis. Mulai dari peran
perspektif kritisisme diri pejuang perempuan di masa pra-
terhadap patriarki dengan Islam sampai pada status
bersumber pada Injil sendiri. perempuan sufi abad tengah
Sebagai visi keadilan sosial yang mendiami ribath, mulai dari
scriptural yang membebaskan, partisipasi perempuan dalam
tradisi kenabian dikaitkan kehidupan Israel Kuno sampai
dengan konflik feminis pada inisiatif ekonomis istri dan
kontemporer masing-masing ibu dalam agama Yahudi, dari
menjadikan budaya yang biarawati-biarawati Katolik
melingkupi untuk mengambil Inggris sampai pengkhotbah-
keputusan dan menuntut pengkhotbah suci dari
perubahan. 7 perempuan kulit hitam pada
Karakteristik ketiga dalam abad XIX, feminis telah mulai
perspektif feminis adalah merekonstruksi warisan spiritual
penemuan kembali sejarah yang memberdayakan bagi
perempuan religious
6
Phyllis Trible, Eve and Adam:
Genesis 2-3 reread, dalam Christ dan
kontemporer.8
Plaskow, Womanspirit Rising, hlm. 74-83,
8
dan Judith Plaskow, The Coming of Lilith, Lihat Nawal el-Sadawi, The Hidden
hlm. 198-209. Dalam Morgan, ibid, hlm.81. Face of Eva: Women in the Arab World.
7
Ungkapan di atas mengutip pendapat (Boston: Beacon Press, 1981; Leila Ahmad,
Rosemary Radford Ruether diakui sebagai Women and Gender in Islam: (New Haven
tokoh utama pendekatan Bibelfeminis. Lihat and Landon: Yale University Press, 1982;
artikelnya, “Feminism and Patriarchal Bernadette J. Brooten, Women Leaders in
religion: principles of ideological critique of the Ancient Synagogue: Incrption Evidence
Bible” Journal for the Study of the Old and Background Issue. (Chicago: Scholar
Testament, 22, 1982, hlm. 54-66. Dan Press, 1982); Paula Hyman, “The Jewish
“Feminist Interpretation: A method of Family: looking for a usable past” dalam
correlation” dalam Russell, Feminist Susannah Heschel (ed.). On Being A Jewish
Interpretation of the Bible,hlm. 111-124. Feminist: A Reader. (New York: Schocken
Ibid..,hlm. 82. Books, 1983), hlm. 19-26. Susan O’Brien, “

6|Jurnal Hawa
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

Dalam Islam justru dalam ruang publik. Menurut


melegitimasi eksistensi Zakaria al-Anshory dalam
keberadaan wanita. Wanita karyanya lubbulushul, ia
diberikan porsi hak, kewajiban menyinggung ayat arrijalu
serta hukum yang sama dengan qawwamuna alannisa’. Bahwa laki-
laki-laki. Dalam salah satu ayat, laki lebih kuat dan lebih tangguh
Tuhan menyampaikan pesan dari pada wanita. Ia mengatakan,
bahwa ganjaran kebaikan yang lafal arrijal dan annisa’ dalam ayat
diterima wanita sama persis di atas sama-sama bersambung
dengan ganjaran yang laki-laki dengan alif-lam yang disebut
terima dalam mengamalkan mahiyah jinsiyah. Singkatnya,
kebaikan. Islam memberkan memang pada hakikatnya laki-
ruang lingkungan dan sosial laki lebih kuat dari pada wanita,
yang layak bagi perempuan. namun itu tidak menutup
Tidak seperti kebudayaan elite kemungkinan sebaliknya. Bahwa
Yunani. Yang mengharuskan wanita memiliki kemampuan
wanita selalu berada di dalam dan kapabilitas dalam memimpin
istana. Islam memberikan ruang kaum laki-laki itu mungkin saja.
bagi wanita untuk keluar dan Hanya saja, itu terjadi sebagai
berinteraksi. Namun dengan sesuatu yang jarang, tidak secara
beberapa catatan yang memang global dan menyeluruh.9
harus dipertimbangkan demi
kemaslahatan bersama. Wanita Pendekatan Feminisme Dalam
juga mendapatkan kebebasan Studi Islam
untuk ikut andil dalam Nilai–nilai ajaran Islam
menjalankan perputaran roda hadir tidak untuk mengekang
ekonomi. Mereka memiliki hak dan memenjarakan kebebasan
untuk mengatur perdagangan manusia, justru mendorong
seperti halnya kaum laki-laki. kaum perempuan untuk ikut
Juga memberikan ruang gerak berpartisipasi dalam ruang
wanita untuk berpartisipasi lingkup publik yang lebih luas.
Secara teoritis dan praktis harus
Terra Incognita: The Nun in nineteenth- ada upaya edukasi kepada
century England”, Past and Present 121, masyarakat mengenai
1988, hlm. 110-140; dan William I.
Andrews, (ed.). Sisters of the Spirit: Three
Black Women’s Autobiographies of the
9
Ninteenth Century. (Bloomington: Indiana Muhammad Shodiq Masrur, dalam
University Press, 1986).Dalam Ibid.., https://www.nu.or.id/post/read/79772/femini
hlm.84. sme-dalam-islam, 2017.

7|Jurnal Hawa
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

pentingnya kesetaraan antara emansipasi perempuan.


laki-laki dan perempuan. Karena Menurutnya, keterbelakangan
itu diperlukan beberepa umat Islam itu salah satunya
pendekatan untuk mengkajinya, disebabkan oleh persepsi dan
di antaranya pendekatan perlakuan yang salah terhadap
feminis. Dalam konteks ini perempuan.11 Ide ini mendapat
berbagai ragam pemikir feminis respon keras di kalangan ulama
Muslim tampil dan berusaha Mesir saat itu. Ide emansipasinya
melakukan dekonstruksi bertujuan untuk membebaskan
terhadap pemahaman kaum perempuan sehingga
keagamaan yang menempatkan mereka memiliki keleluasaan
perempuan pada posisi yang dalam berpikir, berkehendak,
setara dengan kaum laki-laki. dan beraktivitas sebatas yang
dibenarkan oleh ajaran Islam dan
Feminisme Model Qosim Amin mampu memelihara standar
Qasim Amin adalah tokoh moral masyarakat.12 Karena
feminis Muslim lahir di Tarah, itulah ia menyarankan adanya
Iskandariah (Mesir), Desember perubahan, tanpa perubahan
1865. Di antara karya yang mustahil kemajuan dapat dicapai.
banyak menggugah semangat Menurut Qasim Amin,
perempuan untuk bangkit adalah perubahan mendasar yang harus
Tahrir al-Mar’ah (1900) dan al- dilakukan adalah pertama,
Mar’ah al-Jadidah (1911). Dua mewujudkan persamaan di
karya inilah yang kemudian hadapan hukum. Syari’ah
banyak memberi inspirasi para menempatkan perempuan
feminis Muslim untuk sederajat dengan laki-laki dalam
memperjuangkan kebebasan hal tanggung jawabnya di muka
perempuan hingga sekarang.10 bumi dan di kehidupan
Harun Nasution menyebut selanjutnya. Jika perempuan
Qasim Amin sebagai tokoh
feminis Muslim yang 11
Harun Nasution, Pembaharuan
memunculkan ide tentang dalam Islam: Sejarah, Pemikiran, dan
Gerakan. (Jakarta: Bulan Bintang, 1991,
Cet. VIII), hlm. 79.
10 12
Muhammad Qutub, Qadliyyah Qosim Amin, Sejarah Penindasan
Tahrir al-Mar’ah, alih bahsa Tajudin Perempuan: Menggugat Islam Laki-
“Setetes Parfum Wanita” (Jakarta: Pustaka laki, Menggurat Perempuan Baru.Alih
Firdaus, 1993). Dalam Sukri, Sri Suhandjati bahasa Syariful Alam dari The New
(Ed.). Bias Jender dalam Pemahaman Islam, Woman: A Document in the Early Debate of
(Yogyakarta: Gama Media. Cet. I. 2002), Egyptian Feminism. (Yogyakarta: Ircisod.
hlm. 194-195. Cet. I, 2003), hlm. 49.

8|Jurnal Hawa
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

melakukan tindak kriminal, yang memadai. Ia kurang setuju


bagaimana pun juga, hukum jika perempuan diberikan
tidak begitu saja pendidikan yang khusus yang
membebaskannya atau berbeda dengan pendidikan yang
merekomendasikan pengurangan diberikan kepada laki-laki.
hukuman padanya. Qasim Bahkan ia menegaskan separo
meyakini, tidaklah masuk akal dari penduduk dunia adalah
menganggap perempuan kaum perempuan. Karena itu,
memiliki rasionalitas yang membiarkan mereka dalam
sempurna, bebas, dan berhak kebodohan berarti membiarkan
mendapat hukuman jika ia potensi separo bangsa tanpa
melakukan pembunuhan, manfaat. Qasim terkejut dengan
sementara di saat yang sama masyarakat Barat yang pada
tidak ada tanggapan apa pun atas waktu itu sudah sangat maju dan
perempuan ketika kebebasannya tidak membeda-bedakan
dirampas.13 Pengalaman perempuan dengan laki-laki
mengindikasikan bahwa dalam memeroleh kesempatan
kebebasan perempuan bisa meraih pendidikan yang baik.15
menambah pengertian akan Itulah pemikiran Qasim Amin
tanggungjawab dan kehormatan tentang kebebasan perempuan
dirinya, dan mendorong orang yang cukup kontroversial pada
untuk menghormatinya. Untuk waktu itu, terutama bagi
memperkuat analisisnya, ia kalangan ulama al-Azhar. Dia
menyajikan data statistic bahwa mendapat serangan yang bertubi-
kaum perempuan di Barat tubi dari para ulama atas ide-
(Jerman, Belgia, Perancis, dan idenya itu. Namun ia tetap tegar
Belanda) banyak memperdaya dan terus menyuarakan ide-
suami mereka.14 idenya yang menurutnya tidak
Kedua, menganjurkan bertentangan dengan syariah.
kebebasan bagi perempuan.
Karenanya, Qasim mengecam Feminisme Model Amina Wadud
keras tradisi pemingitan Muhsin
terhadap perempuan pada waktu Amina Wadud Muhsin
itu. Ketiga, Kaum perempuan adalah pemikir feminis
harus mendapatkan pendidikan Muslimah lahir di Malaysia.
Sekarang ia tinggal di Amerika
13
Qosim, Ibid..,hlm. 65.
14 15
Qosim, Ibid..,hlm. 66. Qosim, Ibid..,hlm. 147-148.

9|Jurnal Hawa
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

Serikat dan menjadi guru besar di dengan mengupas ayat per ayat
Departemen Filsafat dan Studi secara berurutan. Tidak ada
Agama pada Universitas upaya untuk menempatkan dan
Commenwelth di Virginia. Salah mengelompokkan ayat-ayat
satu tulisan yang dijadikan sejenis ke dalam pokok-pokok
sebagai bahan kajian pemikiran bahasan yang tertulis. Yang
feminismenya adalah Qur’an and ditekankan oleh Amina bahwa
Woman (1992). Ia pernah tafsir-tafsir tradisional itu ditulis
membuat geger para ulama oleh kaum laki-laki secara
dunia, termasuk Syeikh Yusuf al- eksklusif. Itulah sebabnya maka
Qardawi, ketika ia menjadi hanya laki-laki dan pengalaman
khathib dan imam shalat Jum’at laki-laki saja yang
di New York City tanggal 18 direkomendasikan dalam tafsir
Maret 2005. Belum lama ini juga itu. Sedang perempuan – berikut
terbit buku Amina yang berjudul pengalaman, visi, perspektif,
Inside the Gender Jihad: Women’s keinginan, atau kebutuhannya -
Reform in Islam (2006). Dalam ditundukkan pada pandangan
bukunya Qur’an and Woman, laki-laki.16
Amina mengawali Kategori kedua adalah tafsir
pembahasannya dengan yang isinya mengenai reaksi para
mengritik penafsiran-penafsiran pemikir modern terhadap
yang selama ini ada mengenai sejumlah besar kendala yang
perempuan dalam Islam. Ia dihadapi perempuan yang
membagi penafsiran tersebut ke dianggap berasal dari ajaran al-
dalam tiga kategori, yaitu Qur’an. Persoalan yang dibahas
tradisional, reaktif, dan holistik. dan metode yang digunakan
Gagasan pertama, mengenai seringkali berasal dari gagasan
tafsir tradisional. Menurut kaum feminis dan rasionalis,
Amina, harus ada upaya namun tanpa dibarengi analisis
memberikan interpretasi- yang komprehensif terhadap al-
interpretasi tertentu sesuai Qur’an. Dengan demikian
dengan minat dan kemampuan meskipun semangat yang dibawa
mufassirnya yang bersifat adalah pembebasan, namun tidak
hukum, tasauf, gramatik, retorik, terlihat hubungannya dengan
atau historis. Metodologi yang
digunakan bersifat atomistik, 16
Amina Wadud Muhsin, Qur’an and
yaitu penafsiran dilakukan Woman, ( Kuala Lumpur: Fajar Bakti SDN.
BHD. Cet. I. 1993), hlm. 1-2.

10 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

sumber ideologi dan teologi dengan masa Rasulullah, harus


Islam, yaitu al-Qur’an. Kategori tetap membuat aplikasi praktis
ketiga adalah tafsir yang dari pernyatan-pernyataan al-
menggunakan seluruh metode Qur’an yang tetap
penafsiran dan mengaitkan mempertimbangkan makna
dengan berbagai persoalan sosial, utama yang dikandungnya.18
moral, ekonomi, dan politik, Dengan argument ini, Amina
termasuk isu tentang perempuan yakin bahwa dalam usaha
pada era modern ini. Menurut memelihara relevansinya dengan
Amina, tafsir model ini kehidupan manusia, al-Qur’an
merupakan metode terbaik. harus terus-menerus ditafsirkan
Dalam kategori inilah Amina ulang.
menempatkan karyanya.17
Metode penafsiran yang Feminisme Model Fatima
digunakan Amina adalah metode Mernissi
yang pernah ditawarkan oleh Fatima Mernissi adalah
Fazlur Rahman, yaitu metode feminis Muslimah berkebangsaan
neo-modernis. Rahman Maroko. Sekarang ia menduduki
berpendapat bahwa ayat-ayat al- jabatan guru besar pada lembaga
Qur’an yang diturunkan dalam universiter untuk penelitian
waktu tertentu dalam sejarah ilmiah Universitas Muhammad V
menggunakan ungkapan yang Rabat (Maroko). Di antara
relatif mengenai situasi yang karyannya adalah Beyond the Veil:
bersangkutan. Oleh karena itu, Male-Female Dynamics in Modern
pesan al-Qur’an tidak bisa Muslim Society, (1975) dan The
dibatasi oleh situasi historis pada Veil and the Male Elite: A Feminist
saat ia diwahyukan saja. Interpretation of Women and Islam
Misalnya, seorang sahabat yang (1991). Buku lain yang
membaca al-Qur’an harus sebenarnya merupakan
memahami implikasi-implikasi terjemahan dari buku yang sama
dari pernyataan-pernyataan al- adalah Women and Islam: An
Qur’an pada waktu diwahyukan Historical and Theological Enquiry
untuk menentukan makna yang
dikandungnya. Di sisi lain, 18
Aminah.., Ibid,hlm. 4. Dijelaskan
generasi Islam selanjutnya, yang juga dalam Fazlur Rahman, Islam and
Modernity: Transformation of an
situasi dan kondisinya berbeda Intelectual Tradition ( Chicago: The
University of Chicago Press, 1982), hlm. 7.
17
Amina…,Ibid, hlm. 3.

11 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

(1991). Melalui bukunya The Veil antara para pemegang otoritas di


and the Male Elite: A Feminist kalangan kaum Muslim. Mernissi
Interpretation of Women’s Rights in berkesimpulan bahwa suara
Islam, Mernissi mencoba kalangan elit, baik dari kalangan
mengupas penyebab Anshar maupun Muhajirin lebih
ketersudutan perempuan mendominasi19, sehingga
sepeninggal Nabi Muhammad perundingan-perundingan yang
Saw. Melalui buku ini pula, terjadi lebih banyak terfokus
Mernissi mengajak umat Islam pada hal-hal yang esensial
untuk melakukan peninjauan menurut kalangan elit tersebut.
ulang terhadap hadis-hadis Nabi Sangat maklum bahwa setiap
yang dinilai menyudutkan kelompok kepentingan yang ada
perempuan pada posisi yang memerlukan pembenaran dari
rendah dan hina. Dia melakukan nash suci.20 Semangat mencari
banyak kritik terhadap hadis pembenaran inilah yang
Nabi yang dinilainya sudah menimbulkan dua tendensi yang
banyak mengalami antagonistic dalam penguraian
penyimpangan dan manipulasi. hadis. Di satu pihak terdapat
Menurutnya, penyebab kecenderungan para politisi laki-
ketersudutan perempuan laki untuk memanipulasi
sepeninggal Nabi Muhammad kesucian hadis, sementara di
Saw itu disebabkan, pertam, pihak lain terdapat ulama yang
banyaknya hadis palsu yang bersikeras menentang para
bertentangan dengan semangat politisi tersebut melalui
egalitarianisme yang dibawa penguraian fikih, dengan konsep-
Nabi Muhammad SAW. Problem konsep, kaidah-kaidah dan
ini muncul setelah Nabi wafat, metode pengujiannya.
karena pada saat beliau masih Ketiga, Mernissi
hidup segala persoalan yang menguraikan hadis-hadis
dialami kaum Muslim bisa misoginis yang terus diabaikan.
langsung dikonsultasikan dengan Salah satu perawi yang
beliau. Kedua, munculnya mendapat sorotan tajam
pertikaian di kalangan kaum
Muslim dalam masalah 19
Fatima Mernissi, The Veil and the
kepemimpinan (khilafah). Hal ini Male Elite: A Feminist Interpretation of
menjadi pemicu utama Women’s Rights in Islam. (New York:
Addison Wesley Publishing Company,
ketegangan yang berlarut-larut 1991a), 39.
20
Mernissi,.. Ibid,hlm. 43.

12 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

berkaitan dengan hal ini adalah yakni Nabi dan Anas Ibn Malik.
Abu Hurairah, seorang perawi Dari sini ia kemudian membahas
terkenal dari kalangan sahabat. konsep ruang yang diterapkan
Secara panjang lebar Mernissi Nabi. Juga menjelaskan sikap
menceritakan latar belakang keras ‘Umar Ibn al-Khaththab
kehidupan Abu Hurairah yang kepada perempuan. Lebih lanjut
menyebabkannya antipasti Mernissi menyoroti kehidupan
terhadap perempuan. Namun, Nabi bersama isteri-isterinya dan
yang sangat disayangkan kaum perempuan lainnya.
Mernissi adalah mengapa al- Menurutnya, Nabi bersikap
Bukhari banyak memasukkan terbuka dan egaliter terhadap
hadis misoginis yang kaum perempuan. Yang
diriwayatkan Abu Hurairah. mengherankan adalah mengapa
Mernissi juga menjelaskan kritik sikap Nabi yang demikian itu
Aisyah terhadap Abu Hurairah kini terasa asing, bahkan aneh,
yang dinilainya dalam bagi kebanyakan kaum Muslim
meriwayatkan hadis tersebut setelah beliau wafat.22
tidak mendengarkan ucapan Sebagai contoh, kasus boleh
Nabi secara lengkap. Hadis ini, tidaknya perempuan menduduki
Menurut Aisyah, sebenarnya jabatan kepala negara, ia menulis
adalah ucapan Nabi yang sedang sebuah artikel“Can We Women
menggambarkan orang Yahudi Head a Muslim State”. Mernissi
mengenai tiga sebab yang mengemukakan perdebatan para
menimbulkan bencana, yaitu ulama mengenai boleh tidaknya
rumah, perempuan, dan kuda.21 perempuan menjadi kepala
Dengan argument berpikir pemerintahan. Satu pihak dari
seperti di atas, Mernissi mengajak mereka mengatakan, perempuan
pembacanya untuk mengkaji boleh saja menjadi kepala negara,
kembali persoalan yang berkaitan karena Islam telah memberi hak
dengan perempuan, yang selama yang sama kepada perempuan
ini dianggap sudah selesai, dan laki-laki. Perempuan
termasuk masalah hijab. Dengan memiliki hak politik yang penuh
melihat asbāb al-nuzūl ayat hijab, dan dapat memimpin sebuah
Mernissi menyimpulkan bahwa negara. Satu pihak yang lain
sebenarnya hijab itu adalah mengatakan, perempuan tidak
pembatas antara dua laki-laki, dapat menduduki jabatan kepala

21 22
Mernissi, Ibid, 1992, hlm. 73. Mernissi, Ibid..,hlm, 192-194.

13 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

negara, karena ada hadis yang Qur’an. Ia menulis artikel


melarang perempuan untuk berjudul “Toward a Liberation
menduduki jabatan semacam itu. Theology in Islam” yang kemudian
Setelah meneliti alasan-alasan diterjemahkan ke dalam bahasa
dari kedua belah pihak yang Indonesia “Islam dan
bertentangan di atas, Mernissi Pembebasan” (Yogyakarta: LSIK,
melihat bahwa alasan pihak yang 1993). Di antara tulisan yang
membolehkan perempuan menyuarakan keadilan dan
menduduki jabatan kepala pembebasan perempuan
negara lebih bisa diterima, adalah“The Rights of Women in
terutama alasan yang Islam” (Hak-Hak Perempuan dalam
dikemukakan oleh Syeikh Islam (1994).24 Di awal tulisannya
Muhammad al-Ghazali, ulama Asghar mengatakan, demi
Universitas Azhar Kairo, dalam mengekalkan kekuasaan atas
bukunya al-Sunnat al-Nabawiyyat perempuan, masyarakat
bain Ahl al-Fiqhwa Ahl al-Hadis.23 seringkali mengekang norma-
norma adil dan egaliter yang ada
Feminisme Model Asghar Ali dalam al-Qur’an. Ia juga
Engineer mengatakan bahwa al-Qur’an
Asghar Ali Engineer lahir di merupakan kitab suci pertama
Rajasthan (dekat Udaipur, India) yang memberikan martabat
tahun 1939. Ia mendapatkan kepada kaum perempuan sebagai
gelar doktor dalam bidang teknik manusia di saat mereka
sipil dari Vikram University dilecehkan oleh peradaban besar
(Ujjain, India). Pengetahuan seperti Bizantium dan Sassanid.
agamanya ia peroleh dari Menurutnya, kitab suci ini
ayahnya yang bermazhab Syi’ah. memberikan banyak hak kepada
Ia seorang aktivis Lembaga perempuan dalam masalah
Swadaya Masyarakat perkawinan, perceraian,
(LSM/NGO) yang mempunyai kekayaan, dan warisan.25
perhatian besar terhadap tema- Berkaitan dengan
tema pembebasan dalam al- perempuan, Asghar menganggap
bahwa meskipun al-Qur’an
23
Muhammad Al-Ghazaliy, Studi
Kritis atas Hadis Nabi Saw: Antara
24
Pemahaman Tekstual dan Kontekstual. Alih M. AgusNuryanto, Islam, Teologi
bahasa: Muhammad Al-Baqirdari Al-Sunnah Pembebasan dan Kesetaraan Gender:
al-Nabawiyyah baina Ahl al-Fiqhwa Ahl a l- Studiatas Pemikiran Asghar Ali Engineer.(
Hadits. (Bandung: Penerbit Mizan. Cet. V. Yogyakarta: UII Press. Cet. I. 2001), hlm. 7.
25
1996), hlm, 165. Nuryanto, Ibid..,hlm. 61.

14 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

memuliakan perempuan setara dan posisi apriori yang diambil


dengan laki-laki, namun penafsirnya.
semangat itu ditundukkan oleh Sebagai contoh ayat “ al-
patriarkisme yang telah rijaaluqawwamuna ‘ala al-nisa’ ”
mendarah daging dalam (QS. al-Nisa’ (4): 34) Asghar
kehidupan berbagai masyarakat, mengatakan, kata qawwam dalam
termasuk kaum Muslim. ayat itu berarti pemberi nafkah
Meskipun secara normatif dapat dan pengatur urusan keluarga,
diketahui bahwa al-Quran dan al-Quran tidak mengatakan
memihak kepada kesetaraan bahwa laki-laki harus menjadi
status antara kedua jenis kelamin, qawwām. Menurutnya, jika Allah
secara kontekstual al-Qur’an memaksudkan ayat tersebut
mengakui adanya kelebihan laki- sebagai sebuah pernyataan
laki di bidang tertentu dibanding normatif, maka pastilah hal itu
perempuan. Namun, dengan akan mengikat semua
mengabaikan konteksnya, perempuan di semua zaman
fuqaha`berusaha memberikan dalam semua keadaan. Namun,
status lebih unggul bagi laki- Allah tidak menghendaki hal
laki26. Dalam proses tersebut28. Untuk
pembentukan syari’ah, ayat-ayat menguatkannya Asghar
yang berkaitan dengan masalah mengutip pendapat beberapa
perempuan sering ditafsirkan pakar seperti Parvez, mufassir al-
sesuai dengan prasangka- Qur’an terkemuka dari Pakistan,
prasangka yang diidap oleh Maulana Azad, pelopor hak-hak
banga Arab dan non-Arab pra- perempuan, dan Maulana Umar
Islam yakni peradaban Ahmad Usmani yang pada
Hellenisme dan Sassanid– prinsipnya mengatakan bahwa
mengenai perempuan27. Dengan Allah tidak melebihkan laki-laki
demikian, interpretasi terhadap atas perempuan. Dari penjelasan
ayat-ayat al-Quran sangat di atas, tampaknya Asghar ingin
tergantung pada sudut pandang mengatakan bahwa dalam
khazanah tafsir, khususnya yang
berkaitan dengan masalah
26
Engineer, Asghar Ali, Hak-hak
perempuan, sebenarnya ada
Perempuan dalam Islam. Alih bahasa oleh
Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf dari pendapat-pendapat yang
The Rights of Women in Islam.
bersikap empati atau
(Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Cet.
I. 1994), hlm. 56.
27 28
Ibid.., hlm. 80. Ibid.., hlm. 63.

15 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

properempuan. Meskipun harus pedoman moral tentang keadilan,


diakui, pendapat yang demikian menganjurkan untuk
kalah popular dibanding dengan menegakkan keadilan ekonomi,
pendapat-pendapat lain yang keadilan politik, termasuk
misoginis. Atas dasar empati keadilan gender. Menurutnya,
inilah, Asghar mencoba dalam menanggulangi
menunjukkan alternatif tafsiran ketidakadilan diperlukan metode
atas beberapa ayat al-Qur’an pendekatan penafsiran ayat-ayat
yang selama ini digunakan untuk al-Qur’an yang bisa
mengekalkan subordinasi dipergunakan untuk memahami
perempuan, yakni berkaitan ajaran moral agama yang bersifat
dengan perceraian, perkawinan, prinsipil mesti membutuhkan
hakwaris, kesaksian, dan hak analisis sosial. Pada dasarnya
ekonomis.29 dalam al-Qur’an terdapat ayat-
ayat yang bersifat mutlak dan
Feminisme Model Nasaruddin tidak bisa ditafsirkan lebih dari
Umar satu pengertian, yang disebut
Nasaruddin Umar lahir dalil qoth’iy (dhanniyuldalalah).
pada 23 juni 1953 di Ujung Bone, Ayat-ayat tersebut jumlahnya
Sulawesi Selatan. Ia salah seorang sangat sedikit, yakni biasanya
pengajar fakultas Ushuluddin menyangkut hal-hal yang sangat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. prinsip. Juga terdapat ayat-ayat
Salah satu karya beliau yang yang bias dan boleh
banyak dijadikan referensi dalam menimbulkan tafsiran, yang
kajian gender adalah disertasinya disebut dalil-dalil dhanny ini lah
berjudul Perspektif Gender Dalam sesungguhnya untuk
al-Qur’an. Kemudian di terbitkan memahaminya diperlukan pisau
menjadi sebuah buku dengan analisis yang harus dipinjam dari
judul“Argumen Gender Perspektif ilmu-ilmu lainnya, termasuk
al-Qur’an”. Menurut beliau, inti meminjam pisau analisis
dari ajaran setiap agama –dalam gender.30
konteks wilayah Indonesia, Menurut Nasaruddin al-
khususnya ajaran agama Islam, Qur’an telah memberikan
yakni menganjurkan dan pandangan optimitis terhadap
menegaskan pada prinsip kedudukan dan keberadaan
keadilan. Al-Qur’an sebagai
30
Mansour Fakih, Analisis..,hlm. 135-
29
Ibid.., hlm. 220. 136.

16 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

perempuan. Semua ayat yang ukuran kemuliaan di sisi Allah


membicarakan tentang adam dan adalah prestasi dan kualitas
pasangannya hawa, sampai tanpa membedakan etnik dan
keluar dari surga ke bumi, selalu jenis kelamin sebagaimana tertera
menekan kedua belah pihak dalam al-Qur’an surat al-Hujarat:
dengan kata ganti untuk dua 13. Dalam al-Qur’an juga tidak
orang (dlamirmutsanna), seperti menganut faham the second sex
kata huma, misalnya keduanya yang memberikan keutamaan
mendapat kualitas godaan yang kepada jenis kelamin tertentu,
sama dari setan (Qs. Al-A’raf (7): atau the first etnic, yang
20), sama-sama memakan buah mengistimewakan suku tertentu.
khuldi dan keduanya menerima Laki-laki dan perempuan
akibat terbuang ke bumi (Qs. Al- mempunyai potensi yang sama
A’raf (7): 22), sama-sama untuk menjadi
memohon ampun dan sama- khalifah/pemimpin (Qs. an-
sama diampuni Allah (Qs. Al- Nisa’:124 dan Qs. an-Nahl: 97).31
A’raf (7):23). Setelah di bumi, Hampir semua tafsir yang
antara satu dengan yang lainnya ada mengalami bias gender
saling melengkapi, mereka disebabkan karena pengaruh
adalah pakaian bagimu dan budaya Timur-Tengah yang
kamu juga adalah pakaian bagi Androcentris. Sebagai salah satu
mereka (Qs. Al-Baqarah (2): 187). contoh, kata al-Rijal bentuk jamak
Secara ontologism dapat dari al-rajul, yang akar katanya
dikatakan bahwa, masalah- huruf ra’, jim, dan lam. Kata ini
masalah subtansial manusia tidak membentuk derivasi beberapa
diuraikan panjang lebar di dalam kata seperti rajala (mengikat),
al-Qur’an. Yang ditekankan rajila (berjalan kaki), al-rijl
dalam al-Qur’an berupa (telapak kaki), al-rijlah (tumbuh-
eksistensi manusia sebagai tumbuhan), dan al-rajul
hamba (Qs. al-Dzariyat: 56) dan (berartilaki-laki). Misalnya dalam
sebagai wakil Allah di bumi (Qs. Firman Allah:
al-An’am: 165). Manusia adalah wastasyhidusyahidaini min
satu-satunya makhluk 32
rijalikum. (Qs. al-Baqarah: 282).
eksistensialis, karena hanya
mahluk yang namanya manusia 31
Paramadina, Jurnal Pemikiran
Islam, VOL.I, 1 Juli-Desember 1998.
yang bisa turun naik derajatnya 32
“Dan persaksikanlah dengan dua
di sisi Allah. Menurutnya, orang saksilaki-laki di antar kamu.(Qs. al-
Baqarah: 282).

17 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

Dalam kasus tertentu, misalnya diarahkan sebagai sekertaris dan


proses reproduksi, tidak laki-laki pemimpin. Dan dalam
ditemukan perbedaan secara rumah tangga urusan produktif
khusus anatara laki-laki dan seolah-olah menjadi tugas laki-
perempuan. Sedikit pun tidak laki sementara urusan reproduksi
ditemukan perbedaan antara dan ke rumah-tanggaan tugas
laki-laki dan perempuan dalam perempuan.34
proses dan mekanisme secara Secara historis, setiap
biologis. Peroses dan mekanisme kelompok masyarakat
biologis tidak bisa dijadikan mempunyai konsepsi-konsepsi
alasan untuk memojokan atau ideologis tentang jenis kelamin.
mengistimewakan salah-satu di Hampir semua kelompok
antara kedua jenis kelamin.33 masyarakat menggunakan jenis
Dalam hal pembagian kerja, kelamin sebagai kriteria penting
Nasaruddin berpendapat bahwa dalam pembagian kerja.
perempuan dalam ranah Pekerjaan yang diperuntukkan
domestik dan laki-laki dalam kepada laki-laki biasanya
ranah publik. Banyak orang dianggap sesuai dengan
menganggap bahwa hal ini kapasitas biologis, psikologis,
merupakan sesuatu yang dan sosial sebagai laki-laki yang
alamiah, dan diterima begitu saja dikonsepsikan orang yang
tanpa ada komentar apapun. memiliki otot lebih kuat, tingkat
Relasi kuasa dan status yang resiko dan bahayanya lebih tinggi
berbeda antara laki-laki dan karena bekerja di luar rumah.
perempuan menjadi dasar pula Sementara perempuan kapasitas
dalam pembagian kerja. Semisal biologisnya dikonsepsikan
dalam masyarakat tradisional sebagai orang yang lemah
dikenal pembagian kerja secara dengan tingkat resiko lebih
seksual, laki-laki sebagai rendah, cenderung bersifat
pemburu dan perempuan sebagai mengulang, tidak memerlukan
pengasuh, maka hal yang sama konsentrasi yang intensif. Karena
masih juga dijumpai dalam itu tingkat keterampilan
masyarakat modern. Dalam perempuan diangap rata-rata
dunia bisnis, perempuan lebih rendah dibanding laki-laki.

33 34
Nasruddin Umar, Argumen Nasaruddin Umar, Argumen..,hlm.
Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, 52.
(Jakarta:Dian Rakyat, 2010), hlm. 200-202.

18 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

Karena itu, Nasaruddin Kesimpulan


memahami gender sebuah ide- Penelitian literatur dengan
ide kutural yang menentukan menggunakan pendekatan
harapan-harapan kepada laki-laki feminisme yang digagas oleh
dan perempuan dalam para tokoh dalam mengkaji Islam
berinteraksi dan berkomunikasi kontemporer dilakukan dalam
antara satu dengan lainnya rangka; pertama, sebagai upaya
dalam masyarakat. Dalam melahirkan model bacaan baru
perspektif budaya, laki-laki terhadap pemahaman
dikategori sebagai maskulin dan keagamaan dalam kontek
feminine dikategorikan kontemporer yang berorietasi
perempuan. Secara umum, pada pembebasan perempuan
maskulin diartikan sebagai dari belenggu-belenggu tradisi
sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang menjerat. Proses-proses
kejantanan, baik berupa kesetaraan (dalam arti hukum
kepribadian, perilaku, pekerjaan. Islam) dalam presfektif ini
Sebaliknya, feminism diartikan diharapkan dapat menghasilkan
sebagai sesuatu yang memiliki produk hukum di mana manusia
sifat-sifat keperempuan, misalnya sebagagai subjek hukum
lembut, perasa, mudah menangis, ditempatkan pada posisi yang
irasional. Perempuan tetap tidak saling mensubordinasi,
memiliki keinginan untuk mendiskriminasi atau
bergerak secara leluasa guna memarginalkan satu atas yang
meningkatkan status dan rasa lain atas dasar apapun, baik
percaya diri, tetapi budaya sosial etnisitas, gender, agama, maupun
membatasi keinginan mereka, ras.
terutama bagi mereka yang telah Kedua, teori dan gagasan
berumah tangga dan mempunyai yang dibangun oleh para tokoh
anak. Pada saat ini perempuan feminis Islam justru melegitimasi
menghadapi beban ganda. Dari eksistensi keberadaan wanita.
satu segi mereka perlu berusaha Kaum wanita diberikan porsi
sendiri, tetapi lain pihak harus hak, kewajiban serta hukum yang
lebih konsisten mengasuh anak sama dengan laki-laki. Dalam
dan mengasuh keluarga.35 salah satu ayat, Tuhan
menyampaikan pesan bahwa
ganjaran kebaikan yang diterima
35
Ibid., hlm.65-67. wanita sama persis dengan

19 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

ganjaran yang laki-laki terima para tokoh di atas menjadi literasi


dalam mengamalkan kebaikan. bagi peneliti berikutnya.
Islam memberikan ruang
lingkungan dan sosial yang layak
bagi perempuan. Tidak seperti Daftar Pustaka
kebudayaan elite Yunani yang Al- Qur’an dan tarjamah.
mengharuskan wanita selalu Ahmad, Leila, Women and
berada di dalam istana. Islam Gender in Islam: (New
memberikan ruang bagi wanita Haven and Landon: Yale
untuk keluar dan berinteraksi. University Press, 1982).
Namun dengan beberapa catatan
yang memang harus Al-Ghazali,Muhammad, Studi
dipertimbangkan demi Kritisatas Hadis Nabi Saw:
kemaslahatan bersama. Wanita Antara Pemahaman
juga mendapatkan kebebasan Tekstual dan Kontekstual.
untuk ikut andil dalam Terj. oleh Muhammad Al-
menjalankan perputaran roda Baqir“Al-Sunnah al-
ekonomi. Mereka memiliki hak Nabawiyyah baina Ahl al-
untuk mengatur perdagangan FiqhwaAhl a l-Hadits”.
serta berpartisipasi dalam ruang (Bandung: Penerbit Mizan.
publik. Cet. V. 1996).
Ketiga, setiap melakukan
penelitian selalu ada kelemahan Amin,Qosim, Sejarah
dan kelebihan, baik dari segi Penindasan Perempuan:
teori, metode, analisis data Menggugat Islam
maupun pendekatan penelitian. Laki-laki, Menggurat
Penelitian literatur biasanya kaya Perempuan Baru.Terj.
akan teori namun kesulitan pada Syariful Alam dari The New
tataran praktis. Sebagaimana Woman: A Document in the
ditemukan dalam penelitian ini, Early Debate of Egyptian
penulis kesulitan dalam Feminism. (Yogyakarta:
menerapkan teori feminis siapa Ircisod. Cet. I, 2003).
yang dianggap sesuai dengan
kontek kontemporer ini. Namun Asghar, Ali,Engineer, Hak-hak
begitu, tetap berharap teori-teori Perempuan dalam Islam.Terj.
feminis yang telah digagas oleh oleh Farid

20 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

Wajidi dan Cici Farkha (Washington: University


Assegafdari The Rights of Press of America, 1980).
Women in Islam.
(Yogyakarta: Yayasan Gross, Fatima, Hindu Female
Bentang Budaya. Cet. I. Deities as a resource for
1994). the contemporary
rediscovery of the
Carr,Anne, Tranforming Grace: goddess, Journal of
Christian Tradition and American Academy of
Women’s Experience (San Religion, 1974).
Francisco: Harper & Row,
1988). Hyman, Paula, “The Jewish
Family: looking for a
Connolly, Peter, (ed.), Aneka usable past” dalam
Pendekatan Studi Agama, Susannah Heschel (ed.). On
(Yogyakarta: LKiS, Cet, Being A Jewish Feminist: A
III2011). Reader. (New York:
Schocken Books, 1983).
El-Sadawi,Nawal,The Hidden Face
of Eva: Women in the Arab Andrews, William, (ed.). Sisters of
World. (Boston: Beacon the Spirit: Three Black
Press, 1981). Women’s Autobiographies of
the Ninteenth Century.
Fakih, Mansour, Analisis Gender (Bloomington: Indiana
&Transformasi Sosial, University Press, 1986).
(Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2012). J. Brooten,Bernadette, Women
Leaders in the Ancient
Gery,Mary, Redeeming the Dreem: Synagogue: Incrption
Feminism, Redemption and Evidence and Background
Christian Tradition. SPCK, Issue. (Chicago: Scholar
1989 dan Judith Plaskow, Press, 1982).
Sex, Sin, and Grace:
Women’s Experience and the Masrur, Muhammad,Shodiq,
Theologies of Reinhold dalamhttps://www.nu.or.i
Niebuhr and Paul Tillich. d/post/read/79772/femini
sme-dalam-islam, 2017.

21 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

Mernissi, Fatima, The Veil and the Parfum Wanita” (Jakarta:


Male Elite: A Feminist Pustaka Firdaus, 1993).
Interpretation of
Women’sRights in Islam. Radford,Rosemary,Ruetherartikel
(New York: Addison nya, “Feminism and
Wesley Publishing Patriarchal religion:
Company, 1991a). principles of ideological
critique of Bible” Journal
Muhsin, Amina Wadud,Qur’an for the Study of the Old
and Woman, ( Kuala Testament, 22, 1982). Dan
Lumpur: FajarBakti SDN. “Feminist Interpretation:
BHD. Cet. I. 1993). A method of correlation”
dalam Russell, Feminist
Nasution, Harun, Pembaharuan Interpretation of the Bible.
dalam Islam: Sejarah,
Pemikiran, dan Gerakan, Rahman, Fazlur, Islam and
(Jakarta: Bulan Bintang, Modernity: Transformationof
1991, Cet. VIII). an IntelectualTradition (
Chicago: The University of
Nuryanto, M. Agus,Islam, Teologi Chicago Press, 1982).
Pembebasan dan Kesetaraan
Gender: Studi atas Pemikiran Sukri, Suhandjati, Sri, (Ed.). Bias
Asghar Ali Engineer.( Jender dalam Pemahaman
Yogyakarta: UII Press. Cet. Islam, (Yogyakarta: Gama
I. 2001). Media. Cet. I. 2002).

O’Brien,Susan, “ Terra Incognita: Trible, Phyllis, Eve and Adam:


The Nun in nineteenth- Genesis 2-3 reread, dalam
century England”, Past and Christ dan Plaskow,
Present 121, 1988). Womanspirit Rising, dan
Judith Plaskow, The
Paramadina, JurnalPemikiran Coming of Lilith.
Islam, VOL. I, 1 Juli-
Desember 1998. Umar, Nasaruddin,Argumen
Qutub,Muhammad, Kesetaraan Gender Prespektif
Qadliyyah Tahrir al- Al-Qur’an, (Jakarta: Dian
Mar’ah.Terj. Tajudin “Setetes Rakyat, Jakarta, 2010).

22 | J u r n a l H a w a
23 | J u r n a l H a w a

You might also like