Professional Documents
Culture Documents
KONTEMPORER
Ismail
ismailmunir1972@gmail.com
1|Jurnal Hawa
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer
2|Jurnal Hawa
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019
3|Jurnal Hawa
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer
4|Jurnal Hawa
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019
5|Jurnal Hawa
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer
6|Jurnal Hawa
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019
7|Jurnal Hawa
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer
8|Jurnal Hawa
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019
9|Jurnal Hawa
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer
Serikat dan menjadi guru besar di dengan mengupas ayat per ayat
Departemen Filsafat dan Studi secara berurutan. Tidak ada
Agama pada Universitas upaya untuk menempatkan dan
Commenwelth di Virginia. Salah mengelompokkan ayat-ayat
satu tulisan yang dijadikan sejenis ke dalam pokok-pokok
sebagai bahan kajian pemikiran bahasan yang tertulis. Yang
feminismenya adalah Qur’an and ditekankan oleh Amina bahwa
Woman (1992). Ia pernah tafsir-tafsir tradisional itu ditulis
membuat geger para ulama oleh kaum laki-laki secara
dunia, termasuk Syeikh Yusuf al- eksklusif. Itulah sebabnya maka
Qardawi, ketika ia menjadi hanya laki-laki dan pengalaman
khathib dan imam shalat Jum’at laki-laki saja yang
di New York City tanggal 18 direkomendasikan dalam tafsir
Maret 2005. Belum lama ini juga itu. Sedang perempuan – berikut
terbit buku Amina yang berjudul pengalaman, visi, perspektif,
Inside the Gender Jihad: Women’s keinginan, atau kebutuhannya -
Reform in Islam (2006). Dalam ditundukkan pada pandangan
bukunya Qur’an and Woman, laki-laki.16
Amina mengawali Kategori kedua adalah tafsir
pembahasannya dengan yang isinya mengenai reaksi para
mengritik penafsiran-penafsiran pemikir modern terhadap
yang selama ini ada mengenai sejumlah besar kendala yang
perempuan dalam Islam. Ia dihadapi perempuan yang
membagi penafsiran tersebut ke dianggap berasal dari ajaran al-
dalam tiga kategori, yaitu Qur’an. Persoalan yang dibahas
tradisional, reaktif, dan holistik. dan metode yang digunakan
Gagasan pertama, mengenai seringkali berasal dari gagasan
tafsir tradisional. Menurut kaum feminis dan rasionalis,
Amina, harus ada upaya namun tanpa dibarengi analisis
memberikan interpretasi- yang komprehensif terhadap al-
interpretasi tertentu sesuai Qur’an. Dengan demikian
dengan minat dan kemampuan meskipun semangat yang dibawa
mufassirnya yang bersifat adalah pembebasan, namun tidak
hukum, tasauf, gramatik, retorik, terlihat hubungannya dengan
atau historis. Metodologi yang
digunakan bersifat atomistik, 16
Amina Wadud Muhsin, Qur’an and
yaitu penafsiran dilakukan Woman, ( Kuala Lumpur: Fajar Bakti SDN.
BHD. Cet. I. 1993), hlm. 1-2.
10 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019
11 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer
12 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019
berkaitan dengan hal ini adalah yakni Nabi dan Anas Ibn Malik.
Abu Hurairah, seorang perawi Dari sini ia kemudian membahas
terkenal dari kalangan sahabat. konsep ruang yang diterapkan
Secara panjang lebar Mernissi Nabi. Juga menjelaskan sikap
menceritakan latar belakang keras ‘Umar Ibn al-Khaththab
kehidupan Abu Hurairah yang kepada perempuan. Lebih lanjut
menyebabkannya antipasti Mernissi menyoroti kehidupan
terhadap perempuan. Namun, Nabi bersama isteri-isterinya dan
yang sangat disayangkan kaum perempuan lainnya.
Mernissi adalah mengapa al- Menurutnya, Nabi bersikap
Bukhari banyak memasukkan terbuka dan egaliter terhadap
hadis misoginis yang kaum perempuan. Yang
diriwayatkan Abu Hurairah. mengherankan adalah mengapa
Mernissi juga menjelaskan kritik sikap Nabi yang demikian itu
Aisyah terhadap Abu Hurairah kini terasa asing, bahkan aneh,
yang dinilainya dalam bagi kebanyakan kaum Muslim
meriwayatkan hadis tersebut setelah beliau wafat.22
tidak mendengarkan ucapan Sebagai contoh, kasus boleh
Nabi secara lengkap. Hadis ini, tidaknya perempuan menduduki
Menurut Aisyah, sebenarnya jabatan kepala negara, ia menulis
adalah ucapan Nabi yang sedang sebuah artikel“Can We Women
menggambarkan orang Yahudi Head a Muslim State”. Mernissi
mengenai tiga sebab yang mengemukakan perdebatan para
menimbulkan bencana, yaitu ulama mengenai boleh tidaknya
rumah, perempuan, dan kuda.21 perempuan menjadi kepala
Dengan argument berpikir pemerintahan. Satu pihak dari
seperti di atas, Mernissi mengajak mereka mengatakan, perempuan
pembacanya untuk mengkaji boleh saja menjadi kepala negara,
kembali persoalan yang berkaitan karena Islam telah memberi hak
dengan perempuan, yang selama yang sama kepada perempuan
ini dianggap sudah selesai, dan laki-laki. Perempuan
termasuk masalah hijab. Dengan memiliki hak politik yang penuh
melihat asbāb al-nuzūl ayat hijab, dan dapat memimpin sebuah
Mernissi menyimpulkan bahwa negara. Satu pihak yang lain
sebenarnya hijab itu adalah mengatakan, perempuan tidak
pembatas antara dua laki-laki, dapat menduduki jabatan kepala
21 22
Mernissi, Ibid, 1992, hlm. 73. Mernissi, Ibid..,hlm, 192-194.
13 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer
14 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019
15 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer
16 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019
17 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer
33 34
Nasruddin Umar, Argumen Nasaruddin Umar, Argumen..,hlm.
Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an, 52.
(Jakarta:Dian Rakyat, 2010), hlm. 200-202.
18 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019
19 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer
20 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019
21 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer
22 | J u r n a l H a w a
23 | J u r n a l H a w a