You are on page 1of 20

HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No.

02, Juli – Desember 2020

INTERPRETASI PROGRESIF HADIS - HADIS TEMA PEREMPUAN: STUDI


APLIKASI TEORI QIRA’AH MUBADALAH
Yulmitra Handayani
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, yulmitrahandayani14@gmail.com

Mukhammad Nur Hadi


Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, hadinurmukhammad@gmail.com

©2020 by the authors. Submitted for possible open access publikation under the terms and conditions
of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License (CC-BY-SA)
license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)
DOI : http://dx.doi.org/10.30983/humanisme.v4i2

Diterima: 4 September 2020 Direvisi :17 November 2020 Diterbitkan: 30 Desember 2020

Abstract
This study departs from a compilation of women-themed hadiths that were interpreted progresively by Abdul
Kodir in his book “60 Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam Islam:Teks dan Interpretasi”. Another
starting used to study this topic is because women-themed hadiths tend to affrim men’ssuperiority over women.
Of the sixty hadith that have been interpreted, the researcher only chose a few hadiths, which are categorized
in four major themes; the principle of male and female relations, women’s dignity, women’s choices and rights,
and the relations of husband and wife. This study tries to learn and analyze how Abdul Kodir applies the
theory of qira’ahmubadalah to these selected hadiths. The approach of this study are conceptual approach and
content analysis approach. This study finds that qira’ah mubadalah is a progressive interpretation theory that
relies on two things, the universal value of Islam and the substantial understanding of a text. Dialecting both
things will be able to produce interpretations that carry the value of equality holistically. In the application
level, Abdul Kodir has integrated Islamic universalism in understanding the substance of the text.

Keywords: Hadith, Woman Right, Interpretation, and Mubadalah

Abstrak

Kajian ini berangkat dari kompilasi hadis-hadis bertema perempuan yang diinterpretasikan
secara progresif oleh Abdul Kodir dalam bukunya 60 Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam
Islam:Teks dan Interpretasi. Titik tolak lain yang digunakan untuk mengkaji topik ini adalah
karena hadis-hadis bertema perempuan cenderung meneguhkan superioritas laki-laki atas
perempuan. Dari enam puluh hadis pilihan yang telah diinterpretasikan, peneliti hanya
memilih beberapa hadis, yang terkategorikan dalam empat tema besar, yaitu prinsip relasi
laki-laki dan perempuan, martabat perempuan, posisi dan hak-hak perempuan, dan relasi
suami istri. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Abdul Kodir mengaplikasikan
teori qira’ah mubadalah-nya terhadap hadis-hadis pilihan. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan konseptual (conceptual approach) dan analisis isi (content analysis). Kajian ini
menemukan bahwa qira’ah mubadalah adalah teori interpretasi progresif yang bertumpu pada
dua hal, nilai universal Islam dan gagasan substansial sebuah teks. Mendialektikan keduanya
akan mampu menghasilkan interpretasi yang mengusung nilai kesetaraan secara holistik.
Dalam tataran aplikasi, Abdul Kodir telah mengintegrasikan universalisme Islam dalam
memahami substansi teks.

Kata Kunci: Hadis, Hak Perempuan, Interpretasi, dan Mubadalah

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 157 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

Latar Belakang sebuah fenomena global.4 Sebenarnya di


Eksistensi bias gender dan konservatisme Indonesia sendiri menurut Alwi dalam risetnya
tidak bisa lepas dari pola penafsiran teks-teks menyatakan bahwa perempuan dalam ruang
agama, dalam hal ini Islam, yang cenderung publik sudah cukup fleksibel jika
parsial, tidak holistik, dan tidak komprehensif.1 membandingkannya dengan negara-negara
Akibatnya, perempuan sering dimarginalkan Islam lainnya. Namun keadaan tersebut
atau didiskriminasikan dalam ragam dimensi mengundang polemik berlanjut ketika
haknya, baik secara personal maupun kolektif. membenturkannya dengan teks keagamaan,
Beberapa narasi yang digunakan untuk sehingga kentara kesenjangan antara bunyi teks
mendukung premis tersebut yaitu, seperti, dengan konteks.5 Konsekuensi dominannya,
penciptaan perempuan dari tulang rusuk laki- hari ini masyarakat kehilangan nalar kritisnya
laki yang bengkok, pesona perempuan yang terhadap peran dan posisi perempuan dalam
menjerumuskan laki-laki, perempuan sebagai peradaban kehidupan. Padahal, perempuan
penghuni mayoritas di neraka, kewajiban keluar merupakan subjek penting dan memiliki
rumah dengan mahram, wajibnya shalat secara potensi besar dalam pengembangan berbagai
tersembunyi, kewajiban mutlak taat pada suami, bidang kehidupan; ekonomi, politik,
hingga pelaknatan bagi perempuan yang enggan pendidikan, hukum, dan sebagainya. Oleh
melayani suami.2 karena itu, salah satu upaya yang dapat
Sejumlah rentetan diskriminasi terhadap dilakukan untuk menggali dan menelusuri hal
perempuan di atas tidak saja didukung oleh tersebut adalah dengan mengkonstruksi dasar
intrepretasi teks keagamaan oleh para mufassir, metodologi yang tepat terhadap teks-teks
tapi juga disokong penuh oleh konstruksi sosial keagamaan, sehingga pemahaman yang
yang melegetimasi perempuan sebagai dikonsumsi masyarakat sejalan dengan cita
perhiasan dunia yang tugasnya hanya menghiasi Islam yang mengusung nilai profetik dan
dunia laki-laki.3 Sementara itu, agama seringkali egaliter.6
dijadikan sebagai dalih pembenaran atas Di posisi inilah urgensi hadirnya sebuah
berbagai klaim yang diusung dan menjadi pembacaan kritis dan progresif. Ini akan
berperan penting dalam melawan konstruksi
sosial atas posisi perempuan yang secara sadar
1Nurjannah Ismail, Perempuan Dalam Pasungan; Bias
Laki-Laki Dalam Penafsiran (Yogyakarta: LKiS, 2004), hal. 4Mamang Muhammad Haerudin KH Husein
177. Muhammad, Mencintai Tuhan Mencintai Kesetaraan (Jakarta:
2Faqihuddin Abdul Kodir, 60 Hadis Hak-Hak PT. Elex Media Komputindo, 2014), hal. viii. Lihat juga
Perempuan Dalam Islam (Teks Dan Interpretasi) (Yogyakarta: Quraish Shihab, Perempuan, (Jakarta: Lentera Hati, 2005),
Sinau Mubadalah, AMAN Indonesia, 2017), hal. vi. Lihat hal. 116.
juga Abd. Warits, “Menggagas Fiqh Perempuan: 5Muhammad Alwi HS, ‘Interpretasi Kontekstual

Membangun Kekuatan “Hukum” Bagi Perempuan Ahmad Syafi’i Ma’arif Atas Peran Perempuan Di Ruang
(telaah Kritis Atas Pemikiran KH. Husein Muhammad), Publik Dalam Qs. An-Nisa:34’, Musawa, 18.2 (2019), hal.
Proceedings Ancoms 2017, hal. 487. 106.
3Lukman Hakim, “Corak Feminisme Post- 6Tedi Supriyadi, “Perempuan Dalam Timbangan

Modernis Dalam Penafsiran Faqihuddin Abdul Kodir,” Al-Quran Dan Sunnah: Wacana Perempuan Dalam
Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Dan Hadis 21, no. 1 Perspektif Pendidikan Islam,” Jurnal Sosioreligi 16, no. 1
(2020): 232. (2018): hal. 1.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 158 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

atau tidak sadar sudah terlembagakan di dalam penyelenggaraan kehidupan.7 Artinya,


masyarakat sebagai kelompok inferior. Tidak Islam tidak menjadikan perempuan berpretensi
hanya metode pembacaan yang ditekankan, di sepenuhnya sebagai entitas “terbelakang” dan
samping itu, hadirnya agama juga turut menolak pemikiran yang terlampau optimistik
berperan dalam memfilter ketimpangan realitas yang terlalu memposisikan perempuan
sosial sehingga gagasan tokoh yang diusung “terdepan” sebagai penentu “tunggal” bagi
dalam kajian ini hadir untuk menjelaskan posisi kehidupannya dan harus di atas laki-laki. 8
agama, dalam hal ini adalah Islam atas Terhadap teori ini, Abdul Kodir
ketimpangan yang dimaksud. mengawali gagasannya dengan menelusuri
Kesalingan atau Muba>dalah dalam istilah beberapa hadis pilihan. Tulisannya tentang hal
Abdul Kodir dipandang sebagai sebuah teori ini telah dibukukan dengan judul “60 Hadis
dan metode yang berparadigma progresif, Hak-Hak Perempuan Dalam Islam: Teks Dan
utamanya secara khusus untuk memartabatkan Interpretasi”. Abdul Kodir menyebut tulisannya
perempuan dalam berbagai dimensi kehidupan sebagai kompilasi kecil karena tulisan yang
dan untuk menyelesaikan ketimpangan sosial hampir sama pernah dilakukan dengan cakupan
dalam lingkup yang lebih luas. Konsep ini yang lebih besar oleh Abu Syuqqah. Karena itu,
didasarkan kepada perspektif resiprokal yang upaya yang dilakukan oleh Abdul Kodir ini
secara sadar menempatkan perempuan dan laki- sebenarnya upaya lanjutan yang sudah pernah
laki sebagai subyek manusia yang utuh dan digagas oleh Abu Syuqqah melalui karya
setara, tanpa ada pihak yang merasa besarnya Tahrir al-Mar’ah fi Asr al-Risalah
mendominasi atau didominasi. Dalam (Pembebasan Perempuan pada masa Kenabian) yang
membaca teks keagamaan, teori ini memandang juga membahas penguatan hak-hak perempuan
bahwa tidak selayaknya tafsir keagamaan dan dalam Islam. Abu Syuqqah menganalisis 1990
praktik keberagaman dijadikan sebagai landasan lebih teks hadis dan merangkumnya dalam
dominasi antara pihak yang satu dengan yang enam jilid buku, sedangkan Abdul Kodir hanya
lain berdasar jenis kelamin, apalagi sampai menganalisis 60 teks hadis saja.
kepada melestarikan hegemoni dan tirani. Tulisan ini berusaha mengkaji pemikiran
Sederhananya, teori ini sebenarnya bukanlah serta model pembacaan Abdul Kodir terhadap
teori yang cenderung berpihak terhadap beberapa hadis yang telah dikompilasi dalam
perempuan saja, sementara di sisi lain tampak bukunya “60 Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam
mendiskreditkan laki-laki. Akan tetapi, teori ini Islam:Teks dan Interpretasi”. Oleh sebab itu,
berusaha menyadarkan bahwa segala ciptaan pendekatan yang digunakan dalam kajian ini
Tuhan di dunia ini terkesan monoton dan tidak adalah pendekatan konseptual (conceptual
etis jika hanya dilirik dengan satu persepektif approach) guna membaca konsep, teori, atau
(laki-laki) saja. Relasi keduanya harus benar-
benar berdasar kemitraan dan kerja sama 7Faqihuddin Abdul Kodir, Qira’ah Mubadalah
sehingga ada upaya saling menguatkan, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), hal. 51.
8Septi Gumiandari dan Ilam Nafi’a, ‘Women In
melengkapi, mendukung dan kesalingan lainnya
The Identity Crisis Of Feminism: A Critical Analysis On
Gender Movement Based On Islamic Psychology
Perspective’, Humanisma: Journal of Gender Studies, 3.1
(2019), hal.1.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 159 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

gagasan qira’ah mubadalah yang telah Kemaslahatan Keluarga Nahdhatul Ulama’


disistematisasi. Pada akhirnya membaca aplikasi (LKK NU) pusat.10
teori terhadap hadis-hadis yang telah dipilih Selain berafiliasi pada lembaga swadaya
dalam buku tersebut sekaligus membaca model- masyarakat, Abdul Kodir juga tercatat sebagai
model interpretasinya. salah satu dosen aktif di IAIN Syekh Nurjati
Faqihuddin Abdul Kodir: Feminis Muslim Cirebon. Ia juga menjadi pengajar di Pondok
dengan Nalar Egaliter Pesantren Kebon Jambu al-Islami Babakan
Ciwaringin Cirebon. Berkorelasi dengan fokus
Abdul Kodir adalah seorang feminis dan bidang kajiannya, ia dipercaya menjabat
muslim yang lahir dan besar di Cirebon. sebagai wakil direktur Ma’had Aly Kebon
Dibawah asuhan KH. Husen Muhammad ia Jambu dengan konsentrasi fiqh ushul fiqhnya
memperdalam keilmuan agama hingga usia yang mengusung perspektif keadilan relasi laki-
remaja. Setelah itu, ia melanjutkan studinya di laki dan perempuan.11
Universitas Damaskus di dua fakultas, yaitu Dalam bidang penulisan dan media,
Fakultas Da’wah Abu Nur (1989-1995) dan Abdul Kodir juga termasuk salah satu inisiator
Fakultas Syariah (1990-1996). Pendidikan platform yang berkonsentrasi terhadap tema
masternya ditempuh International Islamic kesalingan; www.mubaadalah.com;
University Malaysia (IIUM) pada Fakultas www.mubaadalahnews.com. Sejak tahun 2000,
Islamic Revealed Knowledge and Human ia sudah berlangganan menulis rubrik “Dirasah
Sciences, tepatnya pada konsentrasi Hadis” di Swara Rahima, salah satu majalah
pengembangan fiqh zakat pada tahun 1996 yang diterbitkan oleh Rahima Jakarta yang juga
hingga 1999. Sedangkan, pendidikan mengusung narasi-narasi resiprokal dan
doktoralnya di tempuh di Indonesian penguatan hak-hak perempuan dalam Islam. Di
Consortium for Religious Studies (ICRS) tahun 2016, ia juga dipercaya sebagai salah satu
Universitas Gadjah Madha Yogyakarta yang anggota tim, kontributor, konseptor, instruktur
selesai pada tahun 2015 dengan penelitiannya sekaligus fasilitator bimbingan perkawinan yang
tentang interpretasi Abu Syuqqah terhadap digagas oleh Kementrian Agama Republik
teks-teks hadis untuk penguatan hak-hak Indonesia sebagai salah satu regulasi yang harus
perempuan dalam Islam.9 dilaksanakan oleh para calon pengantin dengan
Sebagai salah satu aktivis gender yang konsep mewujudkan keluarga sakinah yang
yang aktif di kegiatan sosial keagamaan, terlebih berorientasi kepada relasi kesalingan, kemitraan
pada pemberdayaan perempuan dan dan kerja sama –Mubadalah.12
pengembangan masyarakat, ia bersama KH.
Husein Muhammad mendirikan Fahmina Konsep Qira>’ah Muba>dalah: Karakter
Institute di Cirebon, sebuah lembaga yang juga dan Cara Kerja Teori
berkonsetrasi terhadap pengembangan Muba>dalah (ً‫ ) ُﻣﺒَﺎ َدﻟَﺔ‬diartikan sebagai
perempuan dan keadilan gender. Keaktifannya saling mengganti; saling mengubah; atau saling
dalam bidang ini juga turut mengantarkannya
untuk terlibat dan berperan aktif di Lembaga 10Kodir, Qira’ah Mubadalah, hal. 614.
11Kodir, Qira’ah Mubadalah, hal. 614.
9Kodir, Qira’ah Mubadalah, hal. 613. 12Kodir, Qira’ah Mubadalah, hal. 614.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 160 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

menukar satu sama lain. Banyak kamus klasik dimensi kebaikan, baik yang bersifat paralel
maupun modern yang juga menjadi sumber dari maupun simultan dengan prinsip ketakwaan
arti kata mubadalah, seperti Lisan al-‘Arab karya dan visi kemanusiaan.15
Ibnu Manzhur, yang berarti tukar menukar Ayat lain yang juga turut terdeteksi
yang bersifat timbal balik atau adanya mengagas teori ini adalah surat al-Maidah ayat
hubungan antara kedua belah pihak. Seiring 2, al-Anfal ayat 72, at-Taubah ayat 71, dan an-
perkembangannya, istilah mubadalah sendiri Nisa’ ayat 1. Tiga ayat pertama berbicara
menjadi sebuah perspektif atau pemahaman tentang perintah untuk mengingatkan dan
yang dapat diaplikasikan kedalam lini saling tolong menolong dalam kebaikan dan
kehidupan untuk berbicara soal isu perempuan ketaqwaan. Sedangkan, satu ayat yang terkahir,
dan laki-laki secara personal, maupun relasi an-Nisa’ ayat 1, berbicara tentang perintah
rumah tangga- domestik maupun publik. Reaksi saling berbagi dan menjaga silaturahmi. Selain
timbal balik ini mengandung spirit kemitraan, al-Qur’an, juga ada beberapa hadis berkaitan
kerja sama, kesalingan, dan timbal balik, yang dengan teori ini, yaitu hadis No. 7028 dalam
dikenal dengan istilah prinsip resiprokal.13 Akar Shahih Muslim, hadis nomor 4948 dalam Sunan
kata dari ‫ ل‬-‫د‬-‫ ب‬ini dalam istilah inggris biasa Abu Dawud, hadis nomor 1491Sunan al-
diterjemahkan dengan kata reciprocity, Tirmidzi, hadis nomor 230 Sunan Ibnu Majah,
reciprocation, repayment, paying back, and requital dan hadis nomor 7545 dalam Musnad Ahmad.
yang kesemuanya berkonotoasi kesalingan Semua hadis tersebut secara general mengusung
dengan makna timbal balik mulai dari skala nalar egaliter, profetik, dan resiprokal bagi umat
lokal –manusia secara umum- sampai global - manusia, baik laki-laki maupun perempuan. 16
kepada negara dengan warga negaranya. Ada beberapa langkah yang telah
Model pembacaan progresif ala Qira>’ah dirumuskan oleh Abdul Kodir untuk
Muba>dalah ini sebenarnya telah termuat dalam menerapkan teori Qira>’ah Muba>dalah :
al-Quran maupun hadis, jauh sebelum konsep Pertama adalah menemukan dan menegaskan
itu sendiri populer. Surat al-Hujurat ayat ke-13 prinsip-prinsip ajaran Islam dari teks-teks yang
adalah salah satu ayat yang mengungkapkan bersifat universal.17 Kedua adalah menemukan
pengejewantahan teori ini. Tiga poin penting
yang terkandung dalam ayat tersebut adalah 15Kodir, Qira’ah Mubadalah, hal. 61.
konsep kesetaraan (musawah) saling mengenal
16Kodir, Qira’ah Mubadalah, hal. 62–82.
17Menegaskan prinsip-prinsip baik yang al-mabadi’
(ta’aruf), dan pemuliaan berdasar ketakwaan.14
maupun al-qawaid harus melampaui perbedaan jenis
Tiga konsep tersebut merupakan satu rantai kelamin. Semisal, ajaran mengenai keimanan yang
yang saling berkesinambungan. Artinya, ayat ini menjadi pondasi setiap amal, bahwa kebaikan akan
menegaskan bahwa setiap manusia harus dibalas dengan pahala dan kebaikan tanpa melihat jenis
membangun nalar kesetaraan dan sosial dengan kelamin, tentang keadilan yang harus ditegakkan, tentang
kemaslahatan dan kerahmatan yang harus ditebarkan.
saling membantu dan mengenal dalam ragam
Juga bahwa kerja keras, bersabar, bersyukur, ikhlas, dan
tawakkal adalah baik dan diapresiasi oleh Islam.
13Kodir, Qira’ah Mubadalah, hal. 59. Kandungan dan pesan utama dari teks-teks prinsip
14Wahbah az-Zuhaili, at-Tafsir al-Munir fi al- tersebut harus dipastikan masuk menjadi pondasi dalam
‘Aqidah wa asy-Syari’ah wa al-Manhaj, (Damaskus: Dar al- proses pemaknaan teks-teks yang parsial. Ini artinya,
Fikr, 1997), XXVI: 265. untuk ayat-ayat yang bersifat prinsip, kita hanya berhenti

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 161 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

gagasan utama yang terekam dalam teks-teks Kedua, prinsip laki-laki dan perempuan adalah
yang akan diinterpretasikan.18 Kemudian ketiga kerja sama dan kesalingan, bukan sebaliknya;
adalah menurunkan gagasan yang ditemukan saling mendominasi. Selanjutnya, ketiga, bahwa
dari teks kepada jenis kelamin yang tidak teks-teks Islam itu terbuka untuk dimaknai
disebutkan dalam teks.19 Lebih mudahnya ulang.20 Berangkat dari premis dasar tersebut,
tergambar dalam bagan berikut ini. kerja metode pemaknaan Qira>’ah Muba>dalah
berorientasi menemukan gagasan-gagasan
utama dari setiap teks agar selalu selaras dengan
prinsip-prinsip Islam yang universal dan
berlaku dalam dimensi laki-laki maupun
perempuan. Teks-teks yang secara khusus
menyapa laki-laki atau perempuan adalah teks
yang parsial dan kontekstual, yang harus digali
makna substansinya dan diselaraskan dengan
Untuk lebih memperjelas bagaimana arah prinsip Islam yang egaliter sebagaimana konsep
teori ini bekerja, maka tiga premis dasar dari Muba>dalah. Sederhananya, laki-laki dan
Qira>’ah Muba>dalah harus dipahami dengan perempuan merupakan objek utama dari tujuan
baik dan utuh. Pertama, Islam hadis untuk laki- diturunkannya ayat al-Quran maupun hadis,
laki dan perempuan, sehingga teks-teks sehingga keduanya idealnya turut menerima
keagaaman selalu tertuju untuk keduanya. akibat dari hukum yang disyariatkan.21
Perempuan dalam Interpretasi: Hadis-
pada langkah pertama, yaitu menemukan gagasan- Hadis Regresif Gender
gagasan prinsip dalam teks yang menjadi basis
keseimbangan, kesalingan dan keadilan relasi laki-laki dan The Second Human Being (manusia level
perempuan. Hanya diperlukan penegasan-penegasan kedua) adalah istilah yang dilabelkan kepada
mengenai ke-subyek-an laki-laki dan perempuan. perempuan baik dalam ruang privat maupun
18 Dalam hal ini, teks-teks rasional yang sudah
ruang publik oleh para misoginis. Dalam ruang
menyebutkan peran laki-laki dan perempuan, kebanyakan
merupakan sesuatu yang bersifat implementatif, praktis,
privat perempuan dianggap sebagai penjaga
parsial dan hadir sebagai sebuah contoh pada ruang lingkup domestik yang tidak terwakili
waktu tertentu bagi prinsip-prinsip Islam. Sederhananya, otoritasnya oleh laki-laki, pun partisipasinya
bisa dilakukan dengan menghilangkan subyek dan obyek dalam ruang publik. Oleh sebab itu, meskipun
yang ada dalam teks. Lalu, prediket dalam teks menjadi perempuan berkiprah dan berperan aktif di
makna atau gagasan yang akan kita mubadalah-kan yang
menyasar dua jenis kelamin.
ruang publik, tetap saja penghargaan baik
19 Ini artinya, teks tersebut tidak berhenti pada secara meteriil maupun non materil tertuju
satu jenis kelamin saja, tetapi juga mencakup jenis kepada laki-laki, dalam artian nilai positif selalu
kelamin lain. Sehingga metoda mubadalah ini menegaskan
bahwa teks untuk laki-laki adalah juga untuk perempuan, 20Kodir, Qira’ah Mubadalah, hal. 196.
dan teks untuk perempuan adalah juga untuk laki-laki. 21Mukhammad Nur Hadi, ‘Mubadalah
Selama kita telah menemukan makna atau gagasan utama Perspective: A Progressive Reading On Book Of Dhau’
dari teks tersebut yang bisa mengaitkan dan berlaku Al-Mishbah Fi Bayani Ahkam An-Nikah’, Islam
untuk keduanya. Selengkapnya lihat Kodir, Qira’ah Universalia: International Journal of Islamic Studies and Social
Mubadalah, hal. 201-202. Sciences, 1.3 (2020), hal. 487.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 162 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

berkorelasi baik pada laki-laki, namun tidak adanya hak wali untuk boleh memaksa anak
sebaliknya. Dalam lingkup rumah keluarga atau perempuannya menikah. Setidaknya ini
rumah tangga, misalnya, laki-laki adalah pucuk menambah rentetan betapa sosial dan historis
pimpinan dan penangungjawab rumah tangga. cukup melanggengkan konstruk pengkerdilan
Sementara perempuan, meskipun memiliki terhadap perempuan, yang selayaknya hidup
kemampuan (skill) yang bagus atau bahkan berdampingan dengan kebebasan yang
lebih unggul dari laki-laki, tetap didapuk dirasakan tanpa pembedaan. 25
(framing) sebagai “abdi” suami yang harus taat Terdapat beberapa hadis populer yang
bagaimanapun kondisinya.22 mengindikasikan bahwa perempuan tidak
Realitas yang masih melanggeng ini memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Posisi
memang sulit diingkari karena ia telah tampak dan peran perempuan yang sering ditafsirkan
dilegitimasi secara ontologis, sosial, budaya dan dalam kondisi inferior; selalu dibawah tanpa
ideologis bahwa perempuan memang ada potensi untuk menyamai level laki-laki,
diciptakan sebagai makhluk kedua.23 Bahkan tidak bisa lepas dari dominasi pemahaman
kondisi ini semakin tampak karenafaktanya Islam eksklusif.26 Proses hegemoni pemaknaan
muslim hari ini hanya mampu untuk taklid dan interpretasi konvensional yang cenderung
terhadap hasil interpretasi para pendahulu. menonjolkan inferioritas perempuan tampak
Dengan demikian, secara general, hari ini nalar telah membawa stagnasi pemikiran Islam
masyarakat telah terjajah oleh teks-teks agama terhadap kaum perempuan. Hamim Ilyas
secara final24 akibat penerimaan secara pasrah menyebutnya dengan “kecelakaan sejarah”27
terhadap norma-norma keagamaan yang yang didasari dari berbagai ketidakadilan gender
dianggap absolut, padahal idealnya selalu sejak awal mula Nabi Muhammad SAW wafat
berkorelasi dengan konteks. hingga hari ini. Bukan hanya itu, Moh. Najib
Fenomena diskriminasi perempuan ini juga memberi pandangan bahwa kaum
memang sering dihubungkan dengan Islam, perempuan sejak dalam kandungan, usia balita,
dilihat lagi dari pengekangan terhadap remaja, menikah, sampai mati sekalipun masih
perempuan diberbagai negara-negara muslim. mendapat perlakuan yang berbeda dengan
Sebagaimana Nofry Andy yang mengutip Ali kaum laki-laki.28 Karena itu, hadis-hadis
Masykur memaparkan bahwa setidaknya pada tersebut idealnya perlu untuk dibaca dan
tahun 1950 pernah terdapat larangan mufti diinterpretasi lagi.
Mesir terhadap perempuan yang turut aktif Dalam catatan masa kehadiran Islam di
pada ranah publik dan hanya mengurusi Jaziarah Arab telah ada beberapa bentuk
masalah domestik saja. Taliban yang menafikan perlawanan serta bentuk perhatian dan
pendidikan bagi perempuan. Pakistan dengan
25Nofri Andy, ‘Analisis Terhadap Hadis-Hadis
22Nasrulloh, Hadits-Hadits Anti Perempuan Kajian Pemberdayaan Perempuan’, Humanisma: Journal of Gender
Living Sunnah Perspektif Muhammadiyah, NU & HTI Studies, Vol.2.No.2, hal. 164.
(Malang: UIN Maliki Press, 2015), hal. 10. 26Muqtada, hal. 91.
23Elya Munfarida, ‘Perempuan Dalam Tafsir 27Dkk Hamim Ilyas, Perempuan Tertindas? Kajian

Fatima Mernissi’, Maghza, 1.2 (2016), hal. 22. Hadis-Hadist ‘Misoginis’ (Yogyakarta: PSW UIN Sunan
24Muhammad Rikza Muqtada, ‘Kritik Nalar Hadis Kalijaga, 2009), hal. xi.
Misoginis’, Musawa, 13.2 (2014), hal. 89. 28Hamim Ilyas, viii.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 163 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

keberpihakan Nabi atas hak-hak perempuan, Ada dua kutub ulama’ dalam memahami
semisal pada pembuktian peristiwa pemberian atau menafsirkan makna hadis ini, yaitu
hak waris, perempuan yang sebelumnya sebagai kelompok yang menerima dan menolak hadis
objek, saat itu mulai mendapatkan harta ini. Kelompok pertama, yang menerima hadis
warisan.29 Tidak hanya itu, Nabi juga ini, memahami hadis secara tekstual. Dalil
mempercayakan sesuatu kepada perempuan penguatnya adalah an-Nisa’ ayat pertama. Dua
yang menurut konteks masa itu satu hal yang kata yang digunakan sebagai inti
tidak lazim, seperti mempercayakan Rubayyi argumentasinya adalah kata nafs wahidah dan
bin Mu’awwiz dan Umm Athiyah sebagai zawjaha. Mereka menafsiri kata nafs wahidah,
perawat korban peperangan, juga sebagai juru dalam konteks ini, dengan merujuk pada Nabi
masak dalam medan perang. Bahkan dalam Adam. Sedangkan kata zawjaha dimaknai
riwayat lain, Nabi menyuruh Umm Waraqah dengan Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk
untuk menjadi imam shalat di lingkungan Nabi Adam.32 Pemaknaan hadis demikian juga
keluarganya.30 Namun, tentu hadist - hadist dilatarbelakangi oleh perbedaan pemahaman
semacam ini kalah “tenar” jika dibandingkan kata metaforis secara berbeda.33
dengan hadist yang digagas dan diproteksi oleh Sebaliknya, kelompok kedua, yang
para misoginis. menolak makna literal hadis ini, memaknai nafs
Berikut diantara beberapa hadis yang wahidah dengan “jenis yang satu”.
dipandang sebagai hadis yang misoginis dengan Konsekuensinya, ketika kata tersebut
gambaran interpretasi secara umum terhadap disandingkan dengan kata sesudahnya ;zawjaha,
penerimaan dan penolakan hadis. maka makna yang terkandung adalah bahwa
Penciptaan Perempuan dari Tulang Rusuk Hawa (perempuan) merupakan jenis yang satu
yang Rawan (sama) sebagaimana Adam. Dengan begitu,
kelompok yang menerima hadis ini memiliki
‫ﻋﻦ أﺑﻲ ُﻫﺮﻳﺮﻩ – ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ‬ pesan khusus kepada laki - laki agar
‫ ﻓﺈ ﱠن اﻟﻤﺮأ َة‬,‫ اﺳﺘَﻮﺻُﻮا ﺑِﺎﻟﻨﱢﺴﺎ ِء‬:‫ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ‬ memperlakukan perempuan dengan baik,
bijaksana dan tidak kasar.34 Kelompok kedua ini
‫ج َﺷ ْﻲ ٍء ﻓﻲ اﻟﻀِﻠ ِﻊ‬
َ ‫ وإ ﱠن أﻋ َْﻮ‬,‫َﺖ ﻣﻦ ﺿﻠ ٍﻊ‬
ْ ‫ُﺧﻠِﻘ‬ mengatakan bahwa pembacaan nafs wahidah
‫ وَإ ْن ﺗَـ َﺮْﻛﺘَﻪُ ﻟَ ْﻢ‬,ُ‫َﺒﺖ ﺗُِﻘ ْﻴ ُﻤﻪُ َﻛﺴ َْﺮﺗَﻪ‬
َ ‫ ﻓَﺈن ذَﻫ‬,ُ‫أَﻋﻼﻩ‬ tulang rusuk, dan bagian tulang rusuk yang paling bengkok
adalah bagian paling atas. Jika kamu berusaha meluruskannya,
31
‫ ﻓَﺎﺳﺘـ َْﻮﺻُﻮا ﺑِﺎﻟﻨﱢﺴﺎ ِء‬,‫ج‬
َ ‫َل أﻋ َْﻮ‬
ْ ‫ﻳَـﺰ‬ maka kamu akan mematahkannya, dan bilamana kamu
membiarkannya apa adanya maka ia akan tetap dalam keadaan
29Agustin Hanapi, ‘Peran Perempuan Dalam bengkok, maka saling berpesanlah kalian untuk berbuat baik
Islam’, Gender Equality: Internasional Journal of Child and kepada perempuan.Muhammad Abu Fida’ Isma’il Al-
Gender Studies, 1.1 (2015), hal. 16. Bukhariy, Al-Jami’ Al-Shahih Al-Mukhtashar., III (Tahqiq:
30Zunly Nadia, “Peran Dan Aktivitas Perempuan Musthafa al-Bugha, n.d.).
Era Muhammad SAW (Studi Atas Hadis-Hadis Riwayat 32Abu ’Abdillah Muhammad Ibn Ahmad Al-

Sahabat Perempuan),” Humanisma: Journal of Gender Studies Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkam Al-Quran (Kairo: Dar al-
4, no. 1 (2020): hal. 16. Kutub al-’Arabiyah, 1967), hal. 302.
31Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Nabi 33M. Qurasiy Shihab, Wawasan Al-Quran
Muhammad SAW bersabda: “Saling berpesanlah kalian untuk (Bandung: Mizan, 1997), hal. 299.
berbuat baik kepada wanita, karena wanita diciptakan dari 34Nasrulloh, hal. 165.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 164 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

memang mempunyai arti dan maksud “jenis .‫َﺖ ﻟﻢ ﺗُﺼ ﱢﻞ وﻟﻢ ﺗَﺼ ﱡﻢ‬
ْ ‫أﻟﻴﺲ إذَا ﺣﺎ ﺿ‬
َ ,‫َﻋﻘْﻠﻬﺎ‬
yang satu”, sehingga kata zawjaha juga memiliki
arti yang sama yaitu “jenis yang satu” 37
.‫ﻓﺬﻟﻚ ﻣﻦ ﻧـُﻘْﺼﺎ ِن ِدﻧِﻴﻬﺎ‬
َ :‫ ﻗﺎل‬.‫ﻗُﻠ َﻦ ﺑﻠﻰ‬
sebagaimana Adam diciptakan. Dengan Hadis ini seringkali diinterpretasikan
demikian, dapat dipahami bahwa surat an-Nisa secara tekstual dimana perbedaan antara
ayat pertama tidak mendukung konten hadis kualitas nalar laki-laki dan perempuan dalam
tersebut sama sekali. 35 persoalan keagamaan sebagai salah satu narasi
Hasyim dalam risetnya juga memaparkan populernya. Banyak ulama klasik yang
kekeliruan terhadap hadis ini, sehingga terkesan memperkuat argumennya dengan merujuk surat
merendahkan derajat kemanusiaan perempuan. al-Baqarah ayat 228, yang salah satu frasanya
Gagasan tersebut dikutip dari Quraish Shihab menyebutkan bahwa laki-laki memang memiliki
yang mengatakan bahwa tulang rusuk yang derajat lebih unggul dari pada perempuan
bengkok hanyalah arti kiasan (majazi), secara sebagaimana pandangan al-Asfahani. Lebih
substansial seharusnya hadis tersebut dimaknai lanjut, al-Asfahani menyatakan bahwa
dengan bentuk peringatan laki-lali lebih keunggulan tersebut didasari oleh tingkat akal,
menghargai perempuan dengan bijaksana, kepemimpinan dan hak-hak yang dimiliki oleh
begitu pula sebaliknya sebagai sebuah perempuan sebagaimana disebutkan dalam
komunikasi dua arah.36 surat an-Nisa ayat 34.38 Bukan hanya al-
Perempuan Kurang Agama dan Akalnya Asfahani, Rashid Ridha dalam tafsirnya al-
serta Penghuni Neraka Manar juga menyatakan bahwa pemahaman

‫ُﻮل اﷲ‬
ُ ‫ﻋﻦ أﺑﻲ ﺳﻌﻴ ٍﺪ اﻟﺨُﺪري ﻗﺎل ﺧﺮ َج َرﺳ‬ 37Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, dia berkata
– ‫ أو ﻓِﻄْ ٍﺮ‬- ‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻓﻲ أﺿْﺤ ًﻰ‬ bahwa Nabi Muhammad SAW keluar untuk melakukan shalat
hari raya Idul Adha atau Idul Fitri (keraguan dari rawi). Dalam
‫ﺸ َﺮ‬
َ ‫ ﻳﺎَ َﻣ ْﻌ‬:‫ﻓﻘﺎل‬
َ ‫ ﻓﻤ ﱠﺮ ﻋﻠﻰ اﻟﻨﱢﺴَﺎء‬,‫إﻟﻰ اﻟﻤﺼﻠ ﱠﻰ‬ perjalanan, beliau berjumpa dengan beberapa perempuan.
Kemudian beliau bersabda: “wahai perempuan! Bersedekahlah,
.‫ْﻞ اﻟﻨﱠﺎر‬
ِ ‫ ﻓَﺈﻧﱢﻰ أُ ِرﻳْـﺘُ ُﻜ ﱠﻦ أَ ْﻛﺜَـ َﺮ أﻫ‬,‫ﺼ ﱠﺪﻗْ َﻦ‬
َ َ‫اﻟﻨﱢﺴﺎ ِء ﺗ‬ karena aku melihat kamu menjadi sebahagian penghuni neraka.”
Mereka bertanya: “Apa sebabnya wahai Rasulullah?” Beliau
‫ ﺗُ ْﻜﺜِ ْﺮ َن‬:‫ﻓَـﻘُﻠ َﻦ وَﺑﻢ ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻗﺎل‬ menjawab: “kamu sekalian banyak melaknat dan tidak
berterimakasih atas kebaikan suami. Aku tidak mengetahui ada
‫ﻧﺎﻗﺼﺎت‬
ِ ‫ْﺖ ﻣﻦ‬
ُ ‫ ﻣﺎ رَأﻳ‬,‫اﻟﺸﻴﺮ‬
ِ ‫ َوﺗَ ْﻜﻔ ُْﺮ َن‬,‫اﻟﻠﻌ َﻦ‬ wanita yang kurang akal dan agamanya yang bisa menghilangkan
akal laki-laki yang sabar, selain salah seorang diantara kalian.”
‫ُﻞ اﻟﺤَﺎزِِم ﻣﻦ‬
ِ ‫ﻟﻠﺐ اﻟﺮﺟ‬
‫ْﻫﺐ ﱢ‬
َ ‫ْﻞ َودِﻳ ٍﻦ أذ‬
ٍ ‫َﻋﻘ‬ Mereka bertanya: “Wahai Rasulullah, apa maksud kurangnya
akal dan agama kami?.” Beliau menjawab: “tidaklah kesaksian
‫ ﻗﻠﻦ وﻣﺎ ﻧـُ ْﻘﺼَﺎ ُن دِﻳﻨﻨﺎَ َو َﻋ ْﻘﻠِﻨﺎَ ﻳﺎ رﺳﻮل‬.‫إ ْﺣ َﺪ ُﻛ ﱠﻦ‬ seorang perempuan itu sama dengan separuh kesaksian seorang
laki-laki?”. Mereka menjawab: “aa”. Beliau melanjutkan
ِ‫ْﻒ ﺷَﻬﺎَ َدة‬
ِ ‫ أﻟﻴﺲ ﺷﻬﺎدةُ اﻟﻤَﺮْأةِ ِﻣﺜْ َﻞ ﻧِﺼ‬:‫اﷲ ﻗﺎل‬ sabdanya: “itulah kekurangan akalnya, tidakkah jika
‫َﻟﻚ ﻣﻦ ﻧـُ ْﻘﺼَﺎ ِن‬
َ ‫ ﻓﺬ‬:‫ ﻗﺎل‬.‫ ﻗُﻠ َﻦ ﺑﻠﻰ‬.‫ُﻞ‬
ِ ‫اﻟ َﺮﺟ‬ perempuan itu menstruasi, dia tidak shalat dan tidak juga
berpuasa?.” Mereka menjawab: “Ya”, Beliau melanjutkan
sabdanya: “itulah kekurangan agamanya”.Imam Al-Bukhari,
35Muqtada,hal. 91. ‘Al-Jami’ Al-Shahih, Kitab Al-Haidl Bab Tarku Al-Haidl
36ZulfahaniHasyim, “Perempuan Dan Feminisme Al-Shaum’ (CD ROM al-Maktabah al-Syamilah), hal. 304.
Dalam Perspektif Islam,” Muwazah 4, no. 1 (2012): hal. 38Al-Raghib Al-Ashfahani, Mu’jam Mufradat Li Al-

77. Fadzi Al-Qur’an (Bairut: Dar al-Fikr), hal. 168.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 165 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

terhadap hadis yang mengatakan perempuan kelebihan masing-masing, dan kadang kala
kurang akalnya merupakan pembenaran atas porsinya setiap manusia memiliki sisi maskulin
surat al-Baqarah ayat 282 itu sendiri.39 Uraian dan feminimnya masing-masing. Sehingga
al-Qurthubi dalam tafsirnya, terkait substansi kurang tepat rasanya untuk mendukung
hadis di atas, menegaskan bahwa kesaksian pendapat kurang akal apalagi agama hanya
perempuan hanyalah separuh dari kesaksian karena perempuan secara “kodrat” mendapati
laki-laki. Artinya, kesaksian perempuan fase menstruasi dan nifas saat melahirkan.
dianggap sah jika dan bisa diterima jika hadir Relevansinya pertama, dikarenakan adanya
secara berdua, tidak seorang diri. Itupun hanya pelaknatan Tuhan kepada perempuan bukan
dalam bingkai muamalah, tidak dalam aspek berarti laknat Tuhan tidak ada pada laki-laki.
lain yang dapat mengedepankan kesaksian Padahal Allah telah menegaskan bahwa baik
perempuan. 40 laki-laki maupun perempuan yang beriman dan
Berbeda dengan pendapat mayoritas berbuat baik berhak untuk masuk surga.
ulama’ klasik, ulama kontemporer lebih Sehingga substansinya adalah ketakwaan secara
menekankan pemaknaan hadis dari sisi historis personal.42
dan antropologisnya yang cenderung
kontekstual, seperti Ashgar Ali Engineer. Kepemimpinan Perempuan dalam Politik
Dalam riwayat al-Turmudzi, Ali Engineer ‫ﻋﻦ أﺑﻲ ﺑﻜﺮة ﻗﺎل ﻟﻘ ْﺪ ﻧﻔﻌﻨﻲ اﷲُ ﺑﻜﻠﻤ ٍﺔ أﻳﱠﺎم‬
menemukan fakta bahwa Nabi Muhammad
SAW menerima kesaksian perempuan seorang ‫ أ ﱠن‬: ‫اﻟﺠﻤﻞ ﻟﻤﱠﺎ ﺑﻠ َﻎ اﻟﻨﺒ ﱠﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
ِ
diri dalam kasus perkosaan yang menimpa
dirinya. Ini menunjukkan bahwa kesaksian
‫ ﻟﻦ ﻳـُ ْﻔ ِﻠ َﺢ ﻗـ َْﻮمٌ وﻟﻮا‬:‫ﻓﺎ ِرﺳًﺎ ﻣﻠﱠﻜُﻮا ﺑﻨﺔَ ﻛﺴﺮى ﻗﺎل‬
perempuan yang hanya separuh dari kesaksian .ً‫أﻣْﺮﻫ ُﻢ اﻣﺮأة‬
laki-laki bisa diterima, tidak sebagaimana Diriwayatkan dari Abi Bakrah, dia berkata:
konsep di awal. Ulama kontemporer “Sungguh Allah memberiku sebuah
memahami teks keagamaan tersebut yang pemahaman sabda dari Nabi Muhammad
menyatakan persaksian perempuan hanya SAW yang bermanfaat pada saat perang
separuh dari laki-laki, sebenarnya adalah Jamal; ketika Nabi Muhammad SAW
kasuistik saja. Maksdunya, hadis tersebut hanya mendengar rakyat Persia mengangkat putri raja
berlaku dalam kasus yang memang perempuan Kisra menjadi raja, beliau bersabda: “tidak
bukan ahli di bidangnya.41 akan dapat meraih kejayaan, negara yang
Hadis ini memposisikan perempuan dipimpin oleh seorang perempuan.”
sebagai makluk yang kurang akal dan kurang
agama karena kesaksiannya dipandang setengah Secara tekstual hadis ini mengindikasi
dari laki-laki. Padahal Allah telah memberikan larangan perempuan untuk menjadi pemimpin

39Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, 3rd


edn (Bairut: Al-Fikr, Dar, 1975), hal. 124.
40Al-Qurthubi, hal. 391.
41Asghar Ali Engineer, Hak-Hak Perempuan Dalam 42Muqtada, “Kritik Nalar Hadis Misoginis,” hal.
Islam, terj. Fari (Yogyakarta: LSPPA, 2000), hal. 102. 94.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 166 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

dalam dunia perpolitikan.43 Syaukani sebagai tidak bisa dijadikan sebagai pembenar untuk
pendukung, dengan mempertimbangkan melarang atau mengharamkan keikutsertaan
tegasnya hadis di atas menyatakan bahwa perempuan dalam dimensi publik atau
perempuan memang tidak boleh menjadi perpolitikan.47
pemimpin, dalam wilayah yang mikro maupun Padahal jika menarik pandangan Syafi’i
makro. Tidak hanya itu, Syaukani mempertegas Maarif, membiarkan perempuan turut serta
argumentasinya dengan dasar hadis Nabi yang berkontribusi dalam perpolitikan adalah
lain –yang telah diulas diatas- yang menyatakan perwujudan dari menghargai kemanusiaan itu
bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah sendiri. Hal ini tidak saja bersikap
akalnya sehingga ia tidak akan mampu untuk “mengamankan” nilai agama dari patriarki
mengambil keputusan yang tepat bila melainkan juga memperjuangkan sisi
48
menduduki jabatan dalam sebuah institusi atau kemanusiaan yang memiliki posisi tertinggi.
kelembagaan, apalagi negara yang konteks Hak - Hak Perempuan dalam Hadis yang
kepemimpinannya lebih luas.44 Tersembunyi: Interpretasi Resiprokal
Tidak hanya Syaukani, menurut Nasrullah Perspektif Abdul Kodir
al-Khattabi juga dengan tegas mengharamkan
kepemimpinan perempuan. Alasannya, karena Hadis-hadis yang termuat dalam buku 60
ketika perempuan tidak mampu menikahkan Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam Islam:Teks dan
dirinya sendiri dan orang lain, maka bagaimana Interpretasi, sesuai dengan judulnya, hanya
perempuan bisa dianggap layak untuk menjadi memuat 60 hadis saja yang terbagi dalam 15
pemimpin sebuah komunitas.45 Sementara di bab. Karena itu, untuk memudahkan
sisi yang lain, ada beberapa ulama yang penelaahan aplikasi model interpretasi yang
memahami secara kontekstual. At-Tabari, Abu digunakan, penulis mengklasifikannya dalam
Hanifah, dan Ibnu Hazm adalah kelompok empat tema besar, yaitu, pertama, prinsip relasi
ulama yang mengatakan bahwa berkelamin laki- laki-laki dan perempuan, kedua, martabat
laki bukanlah syarat mutlak untuk menjadi perempuan, ketiga, posisi dan hak-hak
pemimpin. Akan tetapi, konteks yang dimaksud perempuan, kemudian keempat, relasi suami
dalam hal ini adalah tentang kekuasaan isteri. Hal lain yang perlu ditegaskan adalah
kehakiman.46 bahwa dalam kajian ini penulis hanya memilih
Penelusuran secara detail terhadap hadis beberapa hadis yang dianggap bisa mewakili
tersebut menunjukkan bahwa hadis tersebut masing-masing tema yang telah ditentukan.
tergolong sebagai hadis ahad dan dengan
substansi yang berupa khabar. Jadi, dengan
status hadis demikian, maka hadis tersebut
47M. Syaeful Bahar, ‘Pembatasan Kepemimpinan
43Waqiatul Masrurah, ‘Kepemimpinan Perempuan Perempuan (Kritik Terhadap Hadist Misoginis)’,
Dalam Tafsir Tematik Al-Quran Dan Hadits’, Qolamuna, Muwazah, 1.2, hal. 133.
2.2 (2017), hal. 268. 48Ahmad Syafii Maarif, Mencari Autensitas Dalam

44Nasrulloh, hal. 213. Dinamika Zaman, Yogyakarta (IRCiSoD, 2019), hal. 385.
45Nasrulloh, hal. 214. Lihat juga Mariatul Qibtiyah Harun, “Rethinking Peran
46Nasrulloh, hal. 216. Perempuan Dalam Keluarga” Karsa, 1.23 (2015), hal. 19.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 167 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

Prinsip Relasi Laki-laki dan Perempuan segala bentuk diskrimanasi terhadap perempuan
‫ﻋﻦ أﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮة رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗﺎل ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ‬ tidak terjadi, baik secara masif atau tidak.50
Hadis lain yang juga mensyaratkan
َ‫اﻟﻤﺴﻠﻢ أﺧُﻮ اﻟﻤﺴﻠﻢ ﻻ ﻳَﻈْﻠِ ُﻤﻪُ وﻻ‬: ‫اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ‬ adanya relasi antara laki-laki dan perempuan
ِ‫ﺻ ْﺪ ِرﻩ‬
َ ‫ُﺸ ْﻴـ ُﺮ إﻟﻰ‬
ِ ‫ وﻳ‬.‫ﻳَ ْﺨ ُﺬﻟُﻪُ وَﻻ ﻳَ ْﺤ ِﻘ ُﺮﻩُ اﻟﺘَﻘﻮى ﻫﺎ ﻫﻨﺎ‬ dalam berbagai semangat ajaran Islam adalah
hadis yang diriwayatkan oleh Muslim.
ُ‫ﺸ ﱢﺮ أ ْن ﻳَ ْﺤ ِﻘ َﺮ أَﺧَﺎﻩ‬
‫َﺴﺐ اﻣﺮئ ﻣﻦ اﻟ ﱠ‬
ِ ‫ﱠات )ﺑِﺤ‬
ِ ‫ﺛَﻼَث َﻣﺮ‬
ُ‫اﻟﻤﺴﻠﻢ ﻛ ﱡﻞ اﻟﻤﺴﻠﻢ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺴﻠﻢ ﺣﺮا ٌم َد ُﻣﻪُ َوﻣَﺎﻟُﻪ‬ ‫ﻋﻦ اﻟﻨـﱠﻮﱠاس ﺑﻦ ﺳﻤﻌﺎن اﻷﻧﺼﺎرى رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ‬
49
ُ‫ﺿﻪ‬
ُ ‫َوﻋ ِْﺮ‬ ‫ﻗﺎل ﺳﺄﻟﺖ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻋﻦ اﻟﺒِ ﱢﺮ‬
Sejatinya, prinsip kemashlahatan menjadi ‫ اﻟﺒ ﱡﺮ ﺣُﺴ ُﻦ اﻟ ُﺨﻠ ُِﻖ واﻹﺛ ُﻢ ﻣﺎ ﺣﺎك‬:‫واﻹﺛﻢ ﻓﻘﺎل‬
kaidah umum yang dibahas oleh ulama fiqh
sepanjang zaman, baik dalam prilaku individual
51
‫ﻓﻲ ﺻﺪرك وﻛﺮﻫﺖ أن ﻳﻄﱠﻠِ َﻊ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻨﺎس‬
maupaun sosio-kolektif. Hadis Abu Hurairah Teks hadis ini menegaskan bahwa
R.A ini mengajarkan prinsip yang paling kebaikan adalah sesuatu yang prinsipal dalam
mendasar dalam ajaran Islam, yakni prinsip konteks sosial. Artinya, laki-laki maupun
kemanusiaan melalui ajaran persaudaraan. perempuan, keduanya, dituntut untuk memiliki
Terhadap teks hadis ini, Abdul Kodir aktualisasi perilaku yang baik, sehingga jika laki-
menafsirkan bahwa pada konteks relasional, laki berhak mendapatkan penghormatan, maka
laki-laki dan perempuan adalah saudara dan perempuan juga berhak mendapatkannya. Jika
sederajat, sehingga antara yang satu sama laki-laki mendambakan segala perlakuan baik,
dengan yang lain tidak boleh ada perilaku atau maka perempuan juga memiliki hak demikian.52
pemikiran saling merendahkan, menghina, Intinya, kesalingan dalam wilayah sosial harus
apalagi menzalimi. Prinsip utama dari teks ini selalu dilestarikan.
persaudaraan sesama manusia, tidak terbatas Melalui upaya penafsiran tersebut, Abdul
pada perbedaan ideologi dan gender. Teks ini Kodir sebenarnya sedang melakukan
menunjukkan betapa Islam hadir untuk penggalian gagasan utama teks-teks hadis
kebaikan dan kerahmatan bagi manusia. Islam tersebut. Ujung penafsirannya adalah
memperhatikan hak dasar yang dimiliki oleh
manusia; seperti hak hidup, ekonomi, hak sosial 50Kodir, 60 Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam Islam
lalainnya. Aktualisasi prinsip ini tidak lain agar (Teks Dan Interpretasi), hal. 4–5.
51Dari Nawas bin Sam’an al-Anshari ra. Berkata: saya

49Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda: bertanya kepada Rasulullah saw mengenai kebaikan dan
Sesama muslim adalah saudara, tidak boleh saling menzhalimi, keburukan. Rasulullah menjawab: “kebaikan adalah akhlak
mencibir, atau merendahkan. Ketakwaan itu sesungguhnya disini. mulia dan keburukan adalah sesuatu yang membuat hatimu ragu
Sambil menunjuk dada dan diucapkannya tiga kali. Rasulullah dan kamu tidak ingin orang lain melihat sesuatu itu (ada pada
melanjutkan: Seseorang sudah cukup jahat ketika ia sudah dirimu). HR. Muslim Hadis ini diriwayatkan Imam
menghina sesama saudara muslim. Setiap muslim adalah haram Muslim dalam Shahihnya (No. 6680 dan 6681),
dinodai jiwanya, hartanya dan kehormatannya. HR. Muslim kemudian juga termuat dalam Sunan Imam Turmudzi
Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim dalam Kitab No. 2565, dan Musnad Imam Ahmad No. 17906, 17907
Shahihnya No. 6706, dalam Sunan Imam Turmudzi No. dan 17908.
2052, dan Musnad Imam Ahmad No. 7842, 8218, 8843, 52Kodir, 60 Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam Islam

dan 16265. (Teks Dan Interpretasi), hal. 9–11.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 168 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

menetapkan landasan resiprokal sebagai bagian dengan dianggap sebagai sebuah komoditas
dari pengejawentahan hadis-hadis bertema yang yang bisa dikuasai dan diperjualbelikan.
sama dalam ragam konteks; ekonomi, sosial, Martabat kemanusiaan perempuan benar-benar
politik, hingga insititusi keluarga. direndahkan. Melahirkan bayi perempuan
Diamini oleh Quraish Shihab yang adalah sebuah malapetaka bagi ibu dan bayinya,
berpandangan menentang atas superioritas laki- karena hal tersebut dianggap telah
laki dalam relasi kuasa rumah tangga, namun mencemarkan nama baik keluarga. Dalam hal
beliau juga tidak menyamaratakan posisi laki- pernikahan, perempuan sering menjadi korban
laki dan perempuan dalam rumah tangga, tradisi pernikahan paksa anak-anak. Di sisi lain,
sebagaimana kaum modernis. Beliau berfokus perempuan juga diceraikan dengan tanpa belas
kepada kepemimpinan laki-laki atau suami kasih.
dalam rumah tangga ini tidak berhak Dengan model pembacaan mubadalah,
mengantarkannya untuk bertindak sewenang- teks (fakta sejarah) ini dibaca dengan model
wenang dan menganjurkan sikap musyawarah pemahaman yang leih egaliter dan bermakna
dalam berbagai dinamika rumah tangga. resiprokal. Lahirnya bayi perempuan harus
53
Secara kodrat perempuan dan laki-laki disyukuri sebagaiamana halnya lahirnya bayi
memang berbeda, tetapi dari segi hak dan laki-laki. Pengasuh dan pendidik mereka akan
kewajiban mereka sama, dalam artian memiliki memperoleh pahala dari Allah dalam persoalan
rules masing-masing. 54 pernikahan. Sedangkan, dalam hal pernikahan,
Pengakuan atas Martabat Perempuan tidak ada tradisi nikah paksa dan yang ada
‫ ﻗﺎل ﻋﻤﺮ‬:‫ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﱠﺎس رﺿﻰ اﷲ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎل‬ hanya pernikahan atas dasar kemauan dan
kerelaanya.56
‫ ﻛﻨّﺎ ﻓﻲ اﻟﺠﺎﻫﻠﻴﱠﺔ ﻻ‬:‫ﺑﻦ اﻟﺨﻄﺎب رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ‬ Hadis lain yang juga ditelusuri oleh Abdul
Kodir memiliki semangat kesalingan dalam
‫ﻧَﻌ ﱡﺪ اﻟﻨﱢﺴﺎ ء َﺷﻴْﺌﺎً ﻓَـﻠَﻤﱠﺎ ﺟَﺎءَ اﻹﺳﻼ ُم وذَ َﻛ َﺮُﻫ ﱠﻦ‬ pengakuan atas martabat perempuan ialah:
55
‫اﷲ رَأﻳْـﻨَﺎ ﻟَ ُﻬ ﱠﻦ ﺑﺬَﻟﻚ ﻋﻠﻴﻨﺎ ﺣﻘﺎ‬ ‫ ﻗﺎل اﻟﻨﺒ ﱢﻲ ﺻﻠﻰ اﷲ‬:‫ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﺎ‬
Dahulu, keberadaan perempuan selalu
dinafikan. Mereka di masanya selalu dihinakan ً‫اﻟﺒﻨﺎت ﺷﻴﺌﺎ‬
ِ ‫ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ )ﻣﻦ ﻳﻠﻲ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ‬
‫ﻓّﺄﺣﺴﻦ إﻟﻴﺤ ﱠﻦ ُﻛ ﱠﻦ ﻟﻪ ﺳ ْﺘـﺮًا ﻣﻦ اﻟﻨﺎر‬
53Lia Aliyah, “KDRT Dalam Pandangan Mufassir Dari Aisyah ra berkata: bahwa Rasulullah
Indonesia (Studi Atas Tafsir Al-Azhar Dan Al-Misbah),” SAW bersabda: “Barangsiapa yang mengasuh
Jurnal Islam Indonesia 2, no. 1 (2010): hal. 194.
54Masturin, “Peranan Perempuan Dalam
anak-anak perempuan (menjadi wali atas
Masyarakat Islam Di Era Post Modernisasi,” Al-Tahrir mereka), lalu benar-benar berbuat baik untuk
15, no. 2 (2015): hal. 349. mereka, maka mereka akan menjadi perisai
55Dari Ibn Abbas ra berkata: Umar bin Khattab ra
yang menghalanginya dari api neraka”. HR.
berkata: Dulu kami, pada masa Jahiliyah, tidak Bukhari
memperhitungkan perempuan sama sekali. Kemudian, ketika
Islam turun dan Allah mengakui mereka, kami memandang
bahwa mereka pun memiliki hak atas kami. HR. Bukhari
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab 56Kodir, 60 Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam Islam
shahihnya No. 5904. (Teks Dan Interpretasi), hal. 21–22.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 169 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

Historitas hadis ini berkaitan dengan kehidupan tidak berjalan dengan normal;
kedatangan seorang perempuan yang membawa cenderung statis.58
dua puterinya dan mengeluhkan kesusahannya Penuntutan Hak-Hak Perempuan
mengasuh kedua puterinya kepada Rasulullah ‫ﻋﻦ أ ﱢم ﺳﻠﻤﺔ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ‬
SAW. Ketika itu, Aisyah kemudian memberi
keduaya makan. Dengan dasar memotivasi, ‫ﻓﺄﻧﺰل‬
َ . ‫ﻻ اﺳﻤﻊ اﷲ ذﻛﺮ اﻟﻨﱢﺴﺎءَ ﻓﻲ اﻟﻬﺠﺮة‬
Rasulullah SAW akhirnya bersabda
sebagaimana kutipan hadis di atas. Pada
‫ﻋﺎﻣﻞ ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻦ‬
ٍ ‫اﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ )أﻧﱠﻲ ﻻ أُﺿﻴ ُﻊ ﻋﻤﻞ‬
konteks ini bisa dipahami bahwa Rasulullah 59
‫ﺑﻌﺾ‬
ٍ ‫ﻀﻜﻢ ﻣﻦ‬
ُ ‫ذﻛ ٍﺮ أو أُﻧﺜﻰ ﺑَـ ْﻌ‬
mengakui posisi perempuan yang mengasuh Sejauh ini teks-teks keagamaan yang
atas pertanggungjawaban kedua puterinya. dipopulerkan terkesan menganjurkan dan
Segala yang berkaitan dengan upaya menasihati perempuan agar perempuan
pemenuhan kehidupan kedua puterinya bersikap pasif; tidak banyak bertanya dan
tersebut tercatat sebagai amal ibadah yang akan menuntut. Namun, Abdul Kodir memahami
berbalas kebaikan dari Allah SWT. bahwa premis tersebut adalah bentuk
Berdasarkan konteks hadis demikian, pemahaman yang tidak holistik. Abdul Kodir
hadis ini dimaknai oleh Abdul Kodir sebagai menemukan bahwa catatan sejarah
pengakuan atas kontribusi perempuan sekaligus menunjukkan banyak perempuan yang kritis
pengakuan tentang pentingnya hak-hak sosial dan aktif terhadap berbagai persoalan. Salah
perempuan untuk diakui dalam skala publik satu dasar argumentasi yang digunakan tentang
terutama pada dimensi identitas dan otoritas hal ini adalah hadis Ummu Salamah.
keagamaannya. Inilah gagasan utama yang Dalam hadis tersebut, Ummu Salamah
dinarasikan oleh Abdul Kodir. Oleh sebab itu, dinarasikan sebagai perempuan yang gelisah
perempuan harus bergerak dan diberdayakan atas pembatasan gerakan perempuan. Ia
dalam segala sisi kehidupannya. Dengan mempertanyakan akomodasi Islam yang tidak
demikian segala tindakan untuk kebaikan hidup
perempuan adalah amal ibadah, sehingga tidak 58Abd. Ghaffar, ‘Dampak Interpretasi Tekstual
ada lagi banyak stigma buruk atas segala Dan Kontekstual Terhadap Hadis Kepemimpinan
tindakan perempuan dan upaya pemenuhan Wanita’, Ahsana Media: Jurnal Pemikiran, Pendidikan Dan
kehidupan perempuan,57 karena tidak Penelitian Ke-Islaman, 5.2 (2019), hal 1. Lihat juga Ms.
Udin “ Interpretasi Hadist Tentang Peranan Wanita
memartabatkan perempuan esensinya sama
Dalam Dinamika Sosial”, Sophist: Jurnal Sosial, Politik,
dengan menciderai kemanusiaan dimana Kajian Islam dan Tafsir, 1.2 (2018), hal. 186.
perempuan merupakan bagian dari sistem 59Dari Umm Salamah ra ia bertanya kepada Rasulullah

kehidupan yang inheren. Maka ketika SAW “Wahai Rasul, saya tidak mendengar Allah mengapresiasi
perempuan direndahkan, pergerakan sistem hijrah pada perempuan”. “Kemudian Allah SWT menurunkan
ayat: bahwa sesungguhnya aku tidak akan membuang-buang apa
yang diperbuat setiap orang diantara kamu, baik laki-laki
maupun perempuan, sebagain kamu dari sebagian yang lain”.
HR. Tirmidzi Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi
dalam Sunannya No. 3296. Dalam kitab tafsir
57Kodir, 60 Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam Islam menyebutkan hadis ini adalah salah satu asbabun nuzul
(Teks Dan Interpretasi), hal. 27–29. surat ali- Imran ayat 195.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 170 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

menyeutkan kiprah perempuan dalam hal hijrah Hadis ini, dalam interpretasi Abdul
maupun berjihad karena ayat-ayat yang bertema Kodir, menegaskan bahwa sebenarnya
hijrah dan jihad lebih dominan menggunakan perempuan berhak menuntut para pengambil
struktur dialek kebahasaan laki-laki. kebijakan atas hak merekadan perempuan
Untuk merespon pertanyaan tersebut, berhak atas pendidikan yang berkualitas
turunlah ayat 195 surat Ali Imran yang sebagaimana laki-laki. Pendidikan adalah hak
menegaskan bahwa setiap amal baik tidak universal bagi setiap orang. Dalam hal ini
mengenal jenis kelamin. Siapapun yang perempuan harus diberi perhatian khusus dan
melakukannya layak memperoleh apresiasi dan diprioritaskan, karena seringkali hak pendidikan
balasan dari Allah SWT, baik dalam ranah mereka tidak terpenuhi karena kontruksi sosial
domestik maupun publik.60 Dengan demikian, yang dinarasikan kepada mereka sering
kegiatan perempuan yang cenderung berada berujung pada ranah domestik–mengurus
ranah domestik saat itu juga berhak dan wajib keluarga, melayani suami dan semisalnya.
diapresiasi sebagai sebuah kegiatan berdimensi Hadis lain yang juga dipandang sebagai
ibadah. hadis yang beretoskan egaliter, terkait dengan
Hadis terkait penegasan hak perempuan penuntutan hak-hak perempuan, adalah hadis
juga terdapat dalam hadis yang diriwayatkan yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
Abu Said al-Khudry RA. Shahihnya nomor 3794 dan hadis Imam Ibnu
Majah dengan nomor hadis 2112. Hadis yang
‫ي رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﺟﺎءت‬
‫ﻋﻦ أﺑﻲ ﺳﻌﻴ ٍﺪ اﻟﺨﺪر ﱢ‬ sama juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin
Hambal dalam Musnadnya 1664 dan berikut ini
‫اﻣﺮأةٌ إﻟﻰ رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬ teksnya:
‫ﻓﻘﺎﻟﺖ ﻳﺎ رﺳﻮل اﷲ ذﻫﺐ اﻟﺮﺟﺎل ﺑﺤﺪﻳﺴﻚ‬ ‫َﺖ‬
ْ ‫ُﻮل ﻃُﻠﱢﻘ‬
ُ ‫ﷲ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻳﻘ‬
ِ ‫ﻋﻦ ﺟَﺎﺑﺮ ﺑﻦ ﻋﺒﺪا‬
‫َﺄﺗﻴﻚ ﻓﻴﻪ ﺗﻌﻠﱢﻤُﻨﺎ ﻣﻤﺎ‬
َ ‫ﻓﺎﺟْﻌﻞ ﻟﻨﺎ ﻣﻦ ﻧﻔﺴﻚ ﻳﻮﻣًﺎ ﻧ‬ ‫َت أ ْن ﺗَ ُﺠ ﱠﺪ ﻧﺨْﻠﻬﺎَ ﻓَـ َﺰ َﺟﺮَﻫﺎَ َر ُﺟﻞٌ أ ْن‬
ْ ‫ﺧﺎَﻟَﺘﻲ ﻓَﺄَرَاد‬
‫ﻳﻮم ﻛﺬا وﻛﺬا‬
ِ ‫ ﻓﻘﺎل )اﺟﺘﻤﻌﻦ ﻓﻲ‬.‫ﻋﻠﱠﻤﻜﻚ اﷲ‬ :‫َﺖ اﻟﻨﱠﺒِﻰ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎل‬
ِ ‫ج ﻓَﺄَﺗ‬
َ ‫ﺗَ ْﺨ ُﺮ‬
‫ﻓﻲ ﻣﻜﺎن ﻛﺬا وﻛﺬا ( ﻓﺎﺟﺘﻤﻌﻦ ﻓﺄﺗﺎﻫ ﱠﻦ رﺳﻮل‬ ‫ﺼ ﱠﺪﻗِﻲ أو‬
َ َ‫ﱠﻚ َﻋﺴَﻰ أ ْن ﺗ‬
ِ ‫َﻚ ﻓَﺈﻧ‬
ِ ‫ﺑَـﻠَﻰ ﻓّ ُﺠﺪﱢى ﻧَ ْﺨﻠ‬
‫اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ و ﺳﻠﻢ ﻓﻌﻠﻤﻬﻦ ﻣﻤﺎ ﻋﻠﻤﻪ‬ ً‫َﻞ َﻣ ْﻌﺮُوْﻓﺎ‬
ِ ‫ﺗَـ ْﻔﻌ‬
Dari Jabir bin Abdillah ra: Ia bercerita bahwa
61
.‫اﷲ‬ bibinya dicerai dan keluar rumah untuk
memetik kurma. Di jalan ia dihardik seseorang
60Kodir, 60 Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam Islam karena keluar rumah. Kemudian ia mendatangi
(Teks Dan Interpretasi), hal. 75–76.
61Dari Abi Sa’id al-Khudriyy ra Suatu saat ada seorang

perempuan datang bertandang ke Rasulullah SAW dan berkata: tertentu dan ditempat tertentu.” Para perempuan kemudian
“Wahai Rasul, para lelaki itu telah banyak memperoleh datang berkumpul (di hari dan tempat yang ditetapkan) dan
pelajaran kamu, bisakah menyempatkan diri untuk kami (para Rasulpun hadir mengajari mereka apa yang diperolehnya dari
perempuan) pada hari tertentu, dimana kami bisa datang dihari Allah SWT. HR. BukhariHadis ini termuat dalam Kitab
itu dan Engkau ajarkan kepada kami apa ynag diajarkan Allah Shahih Imam Bukhari No. 7396 dan dalam Shahih
kepadamu. Rasul menjawab: “Ya. Silahkan berkumpul di hari Muslim No. 6868.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 171 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

Rasulullah dan menceritakan kejadian yang Konten hadis ini menjadi dasar pegangan
menimpanya. “Ya, Anda boleh keluar untuk bahwa dalam pada konteks apapun perempuan
memetik kurmamu itu. Dengan demikian adalah tetap manusia yang utuh, yang memiliki
kamu bisa bersedekah atau berbuat baik kewajiban untuk dirinya, pasanganya,
kepada orang dengan kurma itu. keluarganya dan lingkungan kehidupannya,
Abdul Kodir memiliki pandangan yang termasuk dalam masa iddah yang cenderung
berbeda terhadap pemaknaan hadis ini. dimaknai sebagai pembatasan gerak dan
Memang betul bahwa, akibat perceraian, tindakan perempuan di luar rumah. Hal ini
perempuan memiliki waktu iddah, masa jeda. tidak lain mengacu pada hak-hak dasar
Adanya masa ini dimaksudkan untuk perempuan sebagai manusia, sebagaimana hak
memastikan apakah ada benih dari suami yang dasar laki-laki yang tetap pada aktivitasnya. 63
menceraikannya atau tidak. Masa jeda ini juga Hadis lain yang juga cukup krusial untuk
dipahami sebagai kesempatan untuk diperjelas atas pemahaman masyarakat hari ini
berekonsiliasi, memikirkan ulang kelanjutan adalah tentang keikutsertaan perempuan dalam
hubungan pasca perceraian, dengan mantan dunia perpolitikan atau publik.
suami. Jika waktu jeda dipahami sebagai waktu ‫ﺑﻨﺖ ُﻣﻌ ﱢَﻮ ٍذ رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻬﺎ ﻗﺎﻟﺖ ُﻛﻨﱠﺎ‬
َ ‫ﻋﻦ اﻟﺮﱡﺑﻴﱠ ِﻊ‬
untuk berfikir atau berefleksi dan juga sebagai
upaya rujuk, maka, dalam pembacaan
‫رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻧﺴﻘﻲ‬
ِ ‫ﻧَـﻐْﺰُو ﻣﻊ‬
mubadalah, fungsi dari waktu jeda ini bisa ‫اﻟﻘﻮ َم وﻧ ْﺨ ُﺪ ُﻣﻬُﻢ وﻧ ُﺮ ﱡد اﻟﻘﺘﻠﻰ واﻟﺠﺮﺣﻰ إﻟﻰ‬
berlaku untuk keduanya. Artinya bukan hanya
perempuan saja yang harus melalukan iddah, .‫اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ‬
64

melainkan juga laki-laki. Esensi yang Abdul Kodir mempertanyakan teologi


ditekankan oleh Abdul Kodir adalah terdahulu terhadap yang membatasi gerakan
pembatasan pertemuan dengan orang lain. perempuan dalam perpolitikan atau bahkan
Maksudnya, jika perempuan pada masa iddah pemimpin dalam satu negara atau kaum,
dilarang untuk bertemu dan dianjurkan lebih dengan menyangsikan kapasitas dan kelayakan
menutup diri dari orang lain, maka hal perempuan secara personal. Hadis ini menjadi
demikian juga berlaku untuk laki-laki. saksi historis bahwa keterlibatan perempuan
Tujuannya adalah sama, agar mantan isteri atau juga telah diakui oleh Nabi Muhammad SAW
suami yang berkeinginan untuk merajut dalam membela ajaran agama Islam pada
hubungan pernikahan kembali, lebih mudah masanya. Sehingga dipahami bahwa sebenarnya
dalam prosesnya dan tentu akan memperbesar
kemungkinan-kemungkinan untuk rujuk
63Kodir, 60 Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam Islam
62 (Teks Dan Interpretasi), hal. 157-159.
kembali. 64Dari Rubayyi’ bint Mu’awwidz ra berkata: “Sungguh
Dalam konteks pekerjaan, dengan kami, para perempuan, ikut berperang bersama Nabi
perspektif mubadalah, hadis ini memberikan Muhammad SAW, memberi minum dan melayani kebutuhan
kesempatan perempuan untuk keluar rumah- pasukan, kami juga membawa pulang mereka yang terluka dan
untuk bekerja- meskipun dalam masa iddah. yang terbunuh di Madinah.” Hadis ini diriwayatkan Imam
Bukhari dalam Shahihnya Nomor 5471, juga ada di 2921
dan 2929. Dapat dirujuk juga dalam Musnan Imam
62Kodir, Qira’ah Mubadalah, hal. 427. Ahmad bin Hambal Nomor hadis 27659.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 172 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

perempuan telah terlibat aktif ke dalam ranah Dari ‘Amr bin Ahwash ra ia mengikuti Haji
publik sejak awal Islam. Dalam hadis ini, Abdul Wada’ bersama Rasulullah SAW. Dalam
Kodir menegaskan dengan nalar mubadalah-nya Khutbahnya, Rasul memuja-muji Allah,
bahwa perempuan adalah manusia yang utuh. mengingatkan umatnya dan memberi nasihat-
Konsekuensi pemahaman demikian nasihat. Di antaranya Rasul SAW bersabda:
mengantarkan pada pemahaman bahwa “Saling berwasiatlah diantara kalian untuk
menyangsikan kapasitas perempuan sekaligus selalu berbuat baik terhadap perempuan, karena
membatasi gerakan perempuan untuk turut mereka berada pada posisi lemah diantara
serta dalam partisipasi publik adalah produk kalian. Kamu tidak berhak melakukan apapun
pemahaman yang tidak holistik dan misoginis. 65 terhadap mereka kecuali untuk kebaikan itu.
Pada intinya, hadis-hadis pada bagian ini Kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji
yang diinterpretasi oleh Abdul Kodir, dengan yang nyata. Kalau mereka melakukan hal itu,
nalar mubadalah-nya, menghasilkan sebuah maka berpisahlah dari ranjang mereka, dan
gagasan utama yang prinsipil. Gagasan pokok pukullah mereka dengan pukulan yang tidak
yang diusung pada kelompok hadis ini adalah menciderai. Kalau mereka sudah taat kepada
bahwa perempuan memiliki hak untuk kamu, maka janganlah cari-cari jalan untuk
memperoleh dan memperjuangkan hak-hak menyakiti mereka. Kamu punya hak atas isteri
yang seringkali hanya dinisbatkan kepada laki- kamu, dan isteri kamu juga punya hak atas
laki, seperti hak substansil dari masa iddah yang kamu. Diantara hak kamu dan isteri kamu,
tidak dimiliki oleh laki-laki. adalah bahwa ranjang kamu tidak boleh ditiduri
Relasi Suami Istri orang yang kamu benci, rumah kamu juga tidak
boleh dimasuki orang yang kamu benci. Hak
ُ‫ﻋﻦ ﺳﻠﻴﻤﺎن ﺑﻦ ﻋﻤﺮو ﺑﻦ اﻻﺣﻮص ﺣﺪّﺛﻨﻰ أﺑﻲ أﻧﻪ‬ mereka atas kamu adalah perlakuan baik kamu
‫رﺳﻮﻻ ﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬
ِ ‫َاع ﻣﻊ‬
ِ ‫اﻟﻮد‬
َ َ‫ﺷﻬ َﺪ ﺣ ﱠﺠﺔ‬ terhadap mereka, baik terkait pakaian maupun
makanan mereka. 66
‫ اﺳﺘـَﻮْﺻﻮُا‬:‫ﻆ ﺛُ ﱠﻢ ﻗﺎل‬
َ ‫ﻓَﺤﻤ َﺪ اﷲ وأﺛﻨَﻰ ﻋﻠﻴﻪ وذﻛﱠﺮ ووﻋ‬
Gagasan utama dari hadis ini adalah
‫ﺲ ﺗَﻤﻠِﻜُﻮ َن‬
َ ‫ ﻟَْﻴ‬.‫ﺑﺎﻟﻨﱢﺴﺎ ِء َﺧ ْﻴـﺮًا ﻓَﺈﻧﱠﻤﺎ ُﻫ ﱠﻦ ِﻋﻨْ َﺪ ُﻛ ْﻢ ﻋَﻮَا ٍن‬
berbuat baik dengan konsep resiprokal antara
‫ِﻚ إﻻﱠ أن ﻳَﺄﺗﻴْ َﻦ ﺑِﻔﺎَﺣﺸ ٍﺔ ُﻣﺒَـﻴﱢـﻨَ ٍﺔ ﻓَﺈ ْن‬
َ ‫ِﻣ ْﻨـ ُﻬ ﱠﻦ َﺷﻴْﺌﺎً ﻏَْﻴـ َﺮ ذَﻟ‬ suami dan istri. Hak-hak dan kewajiban yang
‫ﺿ ِﺮﺑُﻮ ُﻫ ﱠﻦ ﺿ َْﺮﺑًﺎ ﻏَْﻴـ َﺮ‬
ْ ‫ﻓَـ َﻌ ْﻠ َﻦ ﻓَﺎﻫ ُﺠﺮُو ُﻫ ﱠﻦ ﻓﻲ اﻟﻤَﻀﺎﺟ ِﻊ وَا‬ telah disebutkan di atas hanyalah contoh yang
bersifat kontekstual dan temporal. Karena itu,
‫ﱢح ﻓَﺈ ْن أﻃَﻌﻨَ ُﻜ ْﻢ ﻓَﻼَ ﺗَـ ْﺒـﻐُﻮا ﻋﻠﻴﻬ ﱠﻦ ﺳﺒﻴﻼً إ ﱠن ﻟﻜﻢ ﻣ ْﻦ‬
ٍ ‫ُﻣﺒَـﺮ‬
tidak hanya kepada laki-laki, perintah
‫ﻧِﺴَﺎﺋ ُﻜ ْﻢ ﺣَﻘﺎ َوﻟِﻨﺴﺎﺋِﻜُﻢ ﻋﻠﻴﻜﻢ َﺣﻘًﺎ ﻓَﺄﻣﱠﺎ َﺣﻘﱡﻜﻢ ﻋﻠﻰ‬ memperlakukan baik pasangan juga harus
‫ﻧﺴَﺎﺋﻜﻢ ﻓﻼ ﻳُﻮﻃﻌﻦ ﻓُـ ُﺮ َﺷ ُﻜ ْﻢ َﻣ ْﻦ ﺗَ ْﻜ َﺮﻫُﻮ َن وﻻ ﻳﺄذ ﱠن ﻓ ْﻲ‬ diperhatikan oleh perempuan. Jika suami tidak
boleh membawa perempuan lain yang dibenci
‫ﺑـُﻴُﺘِﻜُﻢ ﻟﻤﻦ ﺗﻜﺮﻫﻮن أﻻَ َو َﺣ ﱡﻘ ُﻬ ﱠﻦ ﻋﻠﻴﻜﻢ أ ْن ﺗُﺤْﺴﻨﻮا‬ istri, maka hal serupa juga berlaku bagi istri. Jika
‫ﻛﺴﻮﺗِﻬ ﱠﻦ َوﻃَﻌﺎﻣﻬ ﱠﻦ‬
َ ‫إﻟﻴﻬ ﱠﻦ ﻓﻲ‬ suami juga berhak untuk diperlakukan secara

66 Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam


65Kodir, 60 Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam Islam Sunannya Nomor 1924, lihat juga dalam Sunan Imam
(Teks Dan Interpretasi), hal. 146. Turmudzi nomor 1196.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 173 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

baik dan terhormat, maka hal yang sama juga interpretasi progresif yang bertumpu pada dua
berlaku bagi isteri. 67 Merealisasikan gagasan ini hal, yaitu nilai-nilai universal teks dan substansi
secara utuh tidak lain merupakan manifestasi (ideal moral) teks. Keberhasilan menentukan
implementasi prinsip Islam dalam surat al-Nisa hal ini secara sistematis dan dialektis akan
ayat 19 yang menganjurkan untuk mampu melahirkan gagasan yang egaliter dan
memperlakukan pasangan secara baik dan profetik untuk semua kalangan.
terhormat (mu’asyarah bil ma’ruf) dan surat ar- Kedua dalam tataran aplikasinya,
Rum ayat 21 yang mengajak setiap pasangan berdasarkan uraian interpretasi pada setiap
untuk membangun rumah tangga yang sakinah tema di atas, dapat dipahami beberapa
mawaddah dan rahmah.68 informasi penting. Pertama, Abdul Kodir secara
Kesimpulan tidak langsung telah membawa pesan universal
teks-teks keagamaan yang mengusung semangat
Hingga saat ini, membaca hadis bertema egaliter dan profetik dalam setiap pembacaan
perempuan dengan perspektif misoginis masih detail terhadap hadis-hadis yang telah dipilih
saja ada dan dilakukan oleh beberapa sarjana. dan diuraikan di atas. Meskipun Abdul Kodir
Kondisi demikian akhirnya menuntut beberapa tidak menegaskan secara tampak nilai apa
sarjana lain turut menyumbangkan ragam sajakah yang telah terinternalisasi dan
perspektif pembacaan lain yang lebih fresh dan digunakan sebagai pedoman interpretasi, Abdul
emansipatoris untuk melawannya, salah satunya Kodir telah mengawali analisis setiap hadis
perspektif mubadalahnya Abdul Kodir. dengan menegaskan keuniversalan Islam dalam
Interpretasi kembali hadis-hadis tema setiap subjek kehidupan. Hal ini merupakan
perempuan oleh Abdul Kodir ini meniscayakan gambaran internalisasi pemikiran
bahwa baik teks dalam bentuk laki-laki atau “universalisme Islam” yang dimiliki oleh
dalam bentuk perempuan adalah tetap untuk interpretator dalam menggali gagasan-gagasan
keduanya, selama nilai yang dikandungnya egaliter dalam setiap teks keagamaan.
bersifat universal dan lintas gender. Setidaknya Kedua, langkah yang ditampilkan oleh
ada dua poin penting yang diperoleh dari kajian Abdul Kodir, pada konteks ini, dalam
ini. Pertama, qira’ah mubadalah adalah model menentukan gagasan utama hadis-hadis
tersebut dilakukan dengan secara gramatikal,
67 Riset relevan juga dapat dilihat di Mayola dan historis. Interpretasi gramatikal digunakan
Andika, ‘Reinterpretasi Ayat Gender Dalam Memahami
untuk mengidentifikasi pemilihan jenis kelamin
Relasi Laki-Laki Dan Perempuan (Sebuah Kajian
Kontekstual Dalam Penafsiran)’, Musawa, 17.2 (2018), sebuah kata. Interpretasi historis dilakukan
hal. 137. dengan menghadirkan konteks kesejarahan
68Kodir, 60 Hadis Hak-Hak Perempuan Dalam Islam
teks-teks, asbabun wurud, sebagai media untuk
(Teks Dan Interpretasi), hal. 179. Lihat juga Salmah Intan, memperdalam dan memperjelas maksud dan
“Kedudukan Perempuan Dalam Domestik Dan Publik
tujuan hadis.
Perspektif Jender”, Jurnal Politik Profetik, 3.1 (2014). Lihat
juga Masthuriyah Sa’dan, “Posisi Perempuan Kepala Ketiga, dalam tahap ketiga ini, proses
Keluarga Dalam Kontestasi Tafsir dan Hegemoni Realita menurunkan gagasan utama suatu teks terhadap
Masyarakat Nelayan Madura: Kajian Muhammad subjek yang tidak disebutkan, Abdul Kodir,
Syahrur”, Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Quran dan Hadis, 18.2 dalam memperluas maknanya, menggunakan
(Juli, 2017), hal. 79.

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 174 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

interpretasi sosiologis. Hal ini digunakan untuk Komputindo, 2014.


membaca konteks dinamika isu-isu perempuan Kodir, Abdul Kodir Abdul. 60 Hadis Hak-Hak
di era kontemporer, seperti pembacaan Perempuan Dalam Islam (Teks Dan
terhadap substansi iddah bagi laki-laki dan Interpretasi). Yogyakarta: Sinau
perempuan. Interpretasi sosiologis juga Mubadalah, AMAN Indonesia, 2017.
digunakan untuk menggali nilai-nilai maqashid ———. Qira’ah Mubadalah. Yogyakarta:
terutama untuk penguatan posisi dan hak IRCiSoD, 2019.
perempuan. Pola ekstensifikasi (perluasan) Maarif, Ahmad Syafii. Mencari Autensitas Dalam
pemaknaan berdasar sosiologis inilah yang akan Dinamika Zaman. Yogyakarta. IRCiSoD,
mampu terus membawa nilai-nilai Islam dalam 2019.
teks-teks keagamaan untuk terus berdialektika Nasrulloh. Hadits-Hadits Anti Perempuan Kajian
dengan konteks masyarakat, sehingga teks-teks Living Sunnah Perspektif Muhammadiyah,
hadis bersifat dinamis. NU & HTI. Malang: UIN Maliki Press,
2015.
Daftar Pustaka Ridha, Muhammad Rasyid. Tafsir Al-Manar. 3rd
Buku Teks ed. Bairut: Al-Fikr, Dar, 1975.
Al-Ashfahani, Al-Raghib. Mu’jam Mufradat Li Shihab, M. Qurasiy. Wawasan Al-Quran.
Al-Fadzi Al-Qur’an. Bairut: Dar al-Fikr, Bandung: Mizan, 1997.
n.d. Jurnal Ilmiah
Al-Bukhari, Imam. “Al-Jami’ Al-Shahih, Kitab Aliyah, Lia. “KDRT Dalam Pandangan
Al-Haidl Bab Tarku Al-Haidl Al-Shaum.” Mufassir Indonesia (Studi Atas Tafsir Al-
CD ROM al-Maktabah al-Syamilah, n.d. Azhar Dan Al-Misbah).” Jurnal Islam
Al-Bukhariy, Muhammad Abu Fida’ Isma’il. Al- Indonesia 2, no. 1 (2010).
Jami’ Al-Shahih Al-Mukhtashar. III. Andika, Mayola. “Reinterpretasi Ayat Gender
Tahqiq: Musthafa al-Bugha, n.d. Dalam Memahami Relasi Laki-Laki Dan
Al-Qurthubi, Abu ’Abdillah Muhammad Ibn Perempuan (Sebuah Kajian Kontekstual
Ahmad. Al-Jami’ Li Ahkam Al-Quran. Dalam Penafsiran).” Musawa 17, no. 2
Kairo: Dar al-Kutub al-’Arabiyah, 1967. (2018).
Engineer, Asghar Ali. Hak-Hak Perempuan Andy, Nofri. “Analisis Terhadap Hadis-Hadis
Dalam Islam. Terj. Fari. Yogyakarta: Pemberdayaan Perempuan.” Humanisma:
LSPPA, 2000. Journal of Gender Studies Vol.2, no. No.2
(n.d.).
Hamim Ilyas, Dkk. Perempuan Tertindas? Kajian
Hadis-Hadist “Misoginis.” Yogyakarta: Bahar, M. Syaeful. “Pembatasan
PSW UIN Sunan Kalijaga, 2009. Kepemimpinan Perempuan (Kritik
Terhadap Hadist Misoginis).” Muwazah 1,
Ismail, Nurjannah. Perempuan Dalam Pasungan; no. 2 (n.d.).
Bias Laki-Laki Dalam Penafsiran.
Yogyakarta: LKiS, 2004. Ghaffar, Abd. “Dampak Interpretasi Tekstual
Dan Kontekstual Terhadap Hadis
KH Husein Muhammad, Mamang Muhammad Kepemimpinan Wanita.” Ahsana Media:
Haerudin. Mencintai Tuhan Mencintai Jurnal Pemikiran, Pendidikan Dan Penelitian
Kesetaraan. Jakarta: PT. Elex Media Ke-Islaman 5, no. 2 (2019).

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 175 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....


HUMANISMA: Journal of Gender Studies Vol. 04, No. 02, Juli – Desember 2020

Hadi, Mukhammad Nur. “Mubadalah Based On Islamic Psychology


Perspective: A Progressive Reading On Perspective.” Humanisma: Journal of Gender
Book Of Dhau’ Al-Mishbah Fi Bayani Studies Vol. 03, no. 1 (2019).
Ahkam An-Nikah.” Islam Universalia: Supriyadi, Tedi. “Perempuan Dalam
International Journal of Islamic Studies and Timbangan Al-Quran Dan Sunnah:
Social Sciences 1, no. 3 (2020). Wacana Perempuan Dalam Perspektif
Hakim, Lukman. “Corak Feminisme Post- Pendidikan Islam.” Jurnal Sosioreligi 16,
Modernis Dalam Penafsiran Abdul Kodir no. 1 (2018).
Abdul Kodir.” Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al- Makalah Ilmiah dan Artikel
Qur’an Dan Hadis 21, no. 1 (2020).
Warits, Abd. “Menggagas Fiqh Perempuan:
Hanapi, Agustin. “Peran Perempuan Dalam Membangun Kekuatan “Hukum” Bagi
Islam.” Gender Equality: Internasional Perempuan (telaah Kritis Atas Pemikiran
Journal of Child and Gender Studies 1, no. 1 KH. Husein Muhammad), Proceedings
(2015). Ancoms 2017.
Hasyim, Zulfahani. “Perempuan Dan
Feminisme Dalam Perspektif Islam.”
Muwazah 4, no. 1 (2012).
HS, Muhammad Alwi. “Interpretasi
Kontekstual Ahmad Syafi’i Ma’arif Atas
Peran Perempuan Di Ruang Publik
Dalam Qs. An-Nisa:34.” Musawa 18, no.
2 (2019).
Masrurah, Waqiatul. “Kepemimpinan
Perempuan Dalam Tafsir Tematik Al-
Quran Dan Hadits.” Qolamuna 2, no. 2
(2017).
Masturin. “Peranan Perempuan Dalam
Masyarakat Islam Di Era Post
Modernisasi.” Al-Tahrir 15, no. 2 (2015).
Munfarida, Elya. “Perempuan Dalam Tafsir
Fatima Mernissi.” Maghza 1, no. 2 (2016).
Muqtada, Muhammad Rikza. “Kritik Nalar
Hadis Misoginis.” Musawa 13, no. 2
(2014).
Nadia, Zunly. “Peran Dan Aktivitas Perempuan
Era Muhammad SAW (Studi Atas Hadis-
Hadis Riwayat Sahabat Perempuan).”
Humanisma: Journal of Gender Studies Vol.
04, no. 1 (2020).
Nafi’a, Septi Gumiandari dan Ilam. “Women In
The Identity Crisis Of Feminism: A
Critical Analysis On Gender Movement

M. Nur Hadi dan Yulmitra Handayani 176 Interpretasi Progresif Hadis-hadis....

You might also like