You are on page 1of 22

Pendekatan

Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer


Ismail
ismailmunir1972@gmail.com
IAIN Bengkulu

Info Artikel Abstract


Feminist Approaches in Contemporary Islamic Studies. Discussing issues between men and women is always hotly
Diterima: Oktober
discussed regarding the basic rights that are ignored, marginalized or oppressed by the prevailing system in society. The
2019 phenomenon of gender injustice has manifested itself in various forms such as the marginalization of women in the economic
Disetujui: Oktober sector, the subordination of political decisions, the formation of stereotypes or negative labeling, violence against women,
2019 unfair distribution of workloads, and the lack of ideological socialization of the value of gender roles. Looking at the above
discussion, research needs to be conducted with the aim that feminists are moved to spark Islamic tools with a perspective of
Dipublikasikan: gender justice to deconstruct religious texts in an effort to realize gender equality and equality in Islam. Descriptive method
Desember 2019 using a feminist approach in studying Islam is intended as an effort to give birth to new readings of religious understanding
in the contemporary context which berorietasi on the liberation of women from the shackles of trapping tradition. Thus, the
study of equality models in the feminist approach was initiated by figures such as; Qosim Amin, Aminah Wadud Muhsin,
Fatima Mernisi, Asghar Ali Engineer and Nasaruddin Umar produced a fresh understanding of religion, where humans as
Keyword legal subjects were placed in positions that did not subordinate, discriminate or marginalize one for another on any basis,
either ethnicity, gender, religion and race. Islam actually legitimizes the existence of women. With the hope, Islamic feminists
Keywords: feminist, must re-criticize the interpretation of religious texts (verses of al-Qur'an and al-Hadith) which have gender bias so that there
gender, al-Qur'an, is no wrong understanding.
Hadith.

Kata Kunci Abstrak


Kata Kunci:
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer. Mendiskusikan persoalan antara laki-laki dan
feminis, gender, perempuan selalu hangat diperbincangkan menyangkut hak-hak dasar yang terabaikan, terpinggirkan atau
al-Qur’an, Hadis. tertindas oleh sistem yang berlaku di masyarakat. Fenomena ketidakadilan gender itu telah termanifestasi dalam
berbagai bentuk seperti marginalisasi perempuan di sektor ekonomi, subordinasi keputusan politik,
pembentukan stereotype atau pelabelan negatif, kekerasan terhadap perempuan, distribusi beban kerja yang
tidak adil, serta minimnya sosialisasi ideologi nilai peran gender. Melihat persoalam di atas, perlu dilakukan
penelitian dengan tujuan agar kaum feminis tergugah hatinya untuk mencetuskan piranti keislaman
berperspektif keadilan gender untuk mendekontruksi teks-teks keagamaan dalam usaha mewujudkan keadilan
dan kesetaraan gender dalam Islam. Metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan feminis dalam
mengkaji Islam ini dimaksudkan sebagai upaya melahirkan bacaan baru terhadap pemahaman keagamaan
dalam kontek kontemporer yang berorietasi pada pembebasan perempuan dari belenggu-belenggu tradisi yang
menjerat. Dengan demikan, kajian tentang model-model kesetaraan dalam pendekatan feminis yang digagas
oleh para tokoh seperti; Qosim Amin, Aminah Wadud Muhsin, Fatima Mernisi, Asghar Ali Engineer dan
Nasaruddin Umar ini menghasilkan pemahaman yang fresh tentang agama, di mana manusia sebagai subjek
hukum ditempatkan pada posisi yang tidak saling mensubordinasi, mendiskriminasi atau memarginalkan satu
atas yang lain atas dasar apapun, baik etnisitas, gender, agama, maupun ras. Islam justru melegitimasi
eksistensi keberadaan wanita. Dengan harapan, kaum feminis Islam harus mengkritisi kembali penafsiran
terhadap teks-teks keagamaan (ayat al-Qur’an dan al-Hadis) yang memiliki bias gender sehingga tidak terjadi
pemahaman yang salah.

217 | J u r n a l H a w a Alamat Korespodensi:


Jalan Raden Fatah, Pagar Dewa, Kota
Bengkulu
Gedung Pelatihan lantai II
E-mail: Hawa@iainbengkulu.ac.id.
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

Pendahuluan yang menjadi korbannya.


Mendiskusikan kaum Menurut Mansour Fakih, hal itu
perempuan dan kedudukannya disebabkan karena mereka belum
dalam kehidupan sosial tentu memiliki kesadaran dan
menarik. Apalagi dalam sensitivitas gender.1
masyarakat yang bersifat Ketika alat analisa gender
patrilineal. Tanpa menggunakan dalam ilmu-ilmu sosial
gender sebagai pisau analisa ditemukan, barulah terasa ada
terhadap realita, tidak akan yang tidak beres dalam
pernah kita dapatkan keseharian hidup kita. Satu
kejanggalan. Semua proses contoh, hampir semua ulama
kehidupan berjalan normal Fiqh pada periode awal telah
sebagaimana lazimnya. Sehingga, lengah dalam menafsirkan ayat-
tanpa disadari, kita sendiri ayat gender dalam al-Qur’an,
terjerumus dalam praktek sehingga mereka memahaminya
misogini, sebuah idiom modern secara literal. Akibatnya, tidak
yang berarti tindakan penindasan heran kalau hukum Islam banyak
terhadap kaum perempuan, baik menghadapi serangan gencar di
secara langsung maupun tidak abad modern, dengan tuduhan
langsung dan baik berlangsung telah menindas kaum perempuan
dengan kasar maupun halus. dan menjadikannya sebagai
Memang, tidak selamanya anggota masyarakat kelas dua. Di
kekerasan dan ketidakadilan lain pihak, kita sendiri cenderung
gender dilakukan oleh lelaki menganggap benar atau paling
terhadap perempuan, melainkan tidak menganggap biasa praktek
bisa juga terjadi antara misogini yang terjadi, seperti
perempuan terhadap lelaki. justifikasi makna literal ayat al
Namun karena relasi kekuasaan Qur’an al-rijâlqawwâmûn ‘alâ
gender yang berlangsung di al-nisâ2, dengan alasan bahwa
masyarakat, umumnya yang prosentase akal dalam diri
menjadi korban kekerasan perempuan hanya 1%, sedangkan
gender adalah kaum perempuan. 99% yang lain dikuasai oleh
Sayangnya, ketidakadilan emosi. Jadi, sangatlah logis kalau
tersebut belum bisa dirasakan
oleh semua pihak, termasuk oleh 1
Mansour Fakih, Analisis Gender
&Transformasi Sosial, (Yogyakarta:
sebagian besar kaum perempuan PustakaPelajar, 2012), hlm. 135.
2
QS. An-Nisa: 4 ; 34.

218 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

mereka tidak dibebani dan tidak agama, feminism memberikan


boleh diberi tanggungjawab di perhatian pada makna identitas
luar batas kemampuan kodrati dan totalitas manusia pada
tersebut. Sampai kaum tingkat yang paling dalam,
perempuan sendiri seringkali didasarkan pada banyak
membenarkan pandangan seperti pandangan interdisipliner baik
ini. Bahkan mereka menjadikan dari antropolog, teolog, sosiolog,
ayat-ayat tersebut untuk dan filosof. Tujuan utama dari
menjustifikasikan tugas feminis adalah
ketidakmampuan diri dan mengidentifikasi sejauh mana
berperilaku bak inderella yang terdapat persesuaian antara
hanya bisa dilindungi, ditolong, pandangan feminis dan
dijaga, dan diperhatikan. pandangan keagamaan terhadap
Penelitian literasi ini kedirian, dan bagaimana
berusaha mendeskripsikan menjalin interaksi yang paling
pendekatan feminis terhadap menguntungkan antara satu
studi agama dalam bacaan dengan yang lain. Dengan
kontemporer. Model bacaan ini harapan, sudah menjadi rahasia
tidak lain merupakan suatu umum, salah satu dasar
transformasi kritis dari perspektif pemikiran feminism adalah
teoritis yang ada dengan pandangan bahwa peran dan
menggunakan gender sebagai tanggungjawab yang berbeda
kategori analisis utamanya. Para antara laki-laki dan perempuan
feminis religious seperti pernah didasarkan atas nama budaya
lakukan penelitian oleh Anne yang mengitarinya.
Carr, disatukan oleh suatu
keyakinan bahwa feminis dan Istilah dan Karakteristik Dasar
agama keduanya sangat Pendekatan Feminis
signifikan bagi kehidupan kaum Dari segi bahasa
perempuan dalam era (etimologi) feminis berasal dari
kontemporer.3 Sebagaimana kata femme (woman, perempuan
(tunggal) yang berjuang untuk
3
Anne Carr,Tranforming Grace: memperjuangkan hak-hak kaum
Christian Tradition and Women’s perempuan sebagai kelas sosial.
Experience (San Francisco: Harper & Row,
1988), hlm. 95. Dalam Peter Connolly (ed.), Istilah ini perlu dibedakan antara
Aneka PendekatanStudi Agama, male dan female (sebagai aspek
(Yogyakarta: LKiS, Cet,III 2011). Sue
Morgan menulis dalam “Pendekatan perbedaan biologis), sebagai
Feminis”, hlm. 63.

219 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

hakikat alamiah, masculine dan perempuan. Beragam tanggapan


feminine (sebagai aspek bermunculan. Kaum feminis
perbedaan psikologis cultural). secara sistematis mengolah
Dengan kata lain, male-female kembali konsep-konsep utama
mengacu pada seks, sedangkan seluruh tradisi keagamaan.
masculine-feminine mengacu pada Misalnya karya Judith Plaskow
jenis kelamin atau gender, Standing Again at Sinai: Judaism
sebagai he dan she. Jadi tujuan From A Feminist-Perspective (1990),
feminis adalah keseimbangan, dan karya Rita Gross Buddhism
interelasi gender. Dalam arti luas, after Patriarch: A Feminist History,
feminis adalah gerakan kaum Analysis ang Reconstruction of
wanita untuk menolak segala Buddhism (1993), merupakan
sesuatu yang dimarginalisasikan, model terkini dari upaya bacaan
disubordinasikan, dan kontemporer terhadap ajaran
direndahkan oleh kebudayaan agama. Begitu pula Mary Gery
dominan, baik dalam politik dan yang melakukan pembacaan
ekonomi maupun kehidupan ulang terhadap doktrin
sosial pada umumnya. Dari penebusan, atau feminis Plaslow
ungkapkan teori di atas, dapat yang melakukan pembacaan
ditarik kesimpulan bahwa ulang terhadap doktrin dosa.4
gerakan feminism dilakukan Dalam bagian ini memaparkan
untuk mencari keseimbangan beberapa karakteristik
gender (rasisme, stereotyping, pendekatan feminism terhadap
seksisme, penindasan agama karena perbedaan
perempuan, dan metodologi sebagai rekonstuksi
phalogosentrisme). keagamaan feminis yang paling
Sejak tahun 1980 mendasar dan representatif.
pertumbuhan dan diversifikasi Bagi kaum feminis religious
pendekatan feminis ditandai upaya menemukan jalan dalam
dengan upaya untuk mengimajinasikan Tuhan yang
menciptakan materi baru dan
4
Mary Gery, Redeeming the Dreem:
digunakannya paradigma
Feminism, Redemption and Christian
kesarjanaan keagamaan yang Tradition. SPCK, 1989 dan Judith Plaskow,
Sex, Sin, and Grace: Women’s Experience
baru pula, dengan memperbaiki
and the Theologies of Reinhold Niebuhr and
model androsentris sebelumnya Paul Tillich. (Washington: University Press
dengan lebih cenderung of America, 1980). Dalam Sue Morgan,
Pendekatan Feminis, Peter Connolly (ed.),
mengistimewakan pengalaman Aneka Pendekatan Studi Agama,
(Yogyakarta: LKis, 2011), hlm. 77.

220 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

terkait dan mendukung concern menemukan kembali dan


spiritual perempuan merupakan memperkuat suara perempuan
hal yang sangat penting dalam Injil. Upaya pembacaan
dilakukan. Penelitian yang ulang terhadap kejadian 2 dan 3
dilakukan oleh Daly tentang ini, misalnya dilakukan oleh
korelasi antara simbolisme Phyllis Trible menyatakan bahwa
keagamaan maskulin secara laki-laki dan perempuan
ekslusif dengan kekuatan laki- merupakan mahluk Tuhan yang
laki temporal secara serius diciptakan bersama-sama.6
diambil oleh kelompok feminis Pendekatan kedua, mengacu
reformis yang melakukan pada tradisi Kenabian Yesus
penelitian dengan pemahaman dalam Injil. Kaum feminis
ganda terhadap imagedei yakni menyatakan hal itu sebagai bukti
adanya kemampuan yang sama kemampuan Injil memunculkan
antara laki-laki dan perempuan perspektif kritisisme diri
dalam menggambarkan image terhadap patriarki dengan
tentang Tuhan. Menurut Morgan bersumber pada Injil sendiri.
kaum feminis religious berupaya Sebagai visi keadilan sosial
menyesuaikan simbol-simbol scriptural yang membebaskan,
Tuhan yang ada dengan tradisi kenabian dikaitkan
mengusulkan rangkaian image- dengan konflik feminis
image yang beragam dan kontemporer masing-masing
inklusif. Yang mana para sarjana menjadikan budaya yang
menggunakan sumber-sumber melingkupi untuk mengambil
yang bersifat lintas budaya, trans keputusan dan menuntut
historis yang diambil dari agama- perubahan. 7

agama kuno, sejarah Yahudi, teks


6
Phyllis Trible, Eve and Adam:
Kristiani, dan agama-agama Genesis 2-3 reread, dalam Christ dan
Timur. Dalam kaitan ini kaum
5 Plaskow, Womanspirit Rising, hlm. 74-83,
dan Judith Plaskow, The Coming of Lilith,
feminis menggunakan
hlm. 198-209. Dalam Morgan, ibid, hlm.81.
pendekatan pertama, melakukan 7
Ungkapan di atas mengutip pendapat
Rosemary Radford Ruether diakui sebagai
revisi tekstual secara detail untuk
tokoh utama pendekatan Bibelfeminis. Lihat
artikelnya, “Feminism and Patriarchal
religion: principles of ideological critique of
5
Lihat Rita Gross, Hindu Female Bible” Journal for the Study of the Old
Deities as a resource for the contemporary Testament, 22, 1982, hlm. 54-66. Dan
rediscovery of the goddess, Journal of “Feminist Interpretation: A method of
American Academy of Religion,1974, hlm. correlation” dalam Russell, Feminist
269-291. Dalam Sue Morgan, Pendekatan Interpretation of the Bible,hlm. 111-124.
Feminis, hlm. 78. Ibid..,hlm. 82.

221 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

Karakteristik ketiga dalam Dalam Islam justru


perspektif feminis adalah melegitimasi eksistensi
penemuan kembali sejarah keberadaan wanita. Wanita
keagamaan perempuan. Upaya diberikan porsi hak, kewajiban
yang dilakukan oleh kaum serta hukum yang sama dengan
feminis religious akhir-akhir ini laki-laki. Dalam salah satu ayat,
memfokuskan perhatiannya Tuhan menyampaikan pesan
untuk memperbaiki jarak bahwa ganjaran kebaikan yang
pandang historis tidak hanya diterima wanita sama persis
ratu yang saleh atau perempuan dengan ganjaran yang laki-laki
suci, melainkan buat perempuan terima dalam mengamalkan
awam religious dalam beragam kebaikan. Islam memberkan
peran spiritual dan konteks ruang lingkungan dan sosial
historis. Mulai dari peran yang layak bagi perempuan.
pejuang perempuan di masa pra- Tidak seperti kebudayaan elite
Islam sampai pada status Yunani. Yang mengharuskan
perempuan sufi abad tengah wanita selalu berada di dalam
yang mendiami ribath, mulai dari istana. Islam memberikan ruang
partisipasi perempuan dalam bagi wanita untuk keluar dan
kehidupan Israel Kuno sampai berinteraksi. Namun dengan
pada inisiatif ekonomis istri dan beberapa catatan yang memang
ibu dalam agama Yahudi, dari harus dipertimbangkan demi
biarawati-biarawati Katolik kemaslahatan bersama. Wanita
Inggris sampai pengkhotbah- juga mendapatkan kebebasan
pengkhotbah suci dari untuk ikut andil dalam
perempuan kulit hitam pada menjalankan perputaran roda
abad XIX, feminis telah mulai ekonomi. Mereka memiliki hak
merekonstruksi warisan spiritual untuk mengatur perdagangan
yang memberdayakan bagi
Press, 1982); Paula Hyman, “The Jewish
perempuan religious
Family: looking for a usable past” dalam
kontemporer.8 Susannah Heschel (ed.). On Being A Jewish
Feminist: A Reader. (New York: Schocken
Books, 1983), hlm. 19-26. Susan O’Brien, “
8
Lihat Nawal el-Sadawi, The Hidden Terra Incognita: The Nun in nineteenth-
Face of Eva: Women in the Arab World. century England”, Past and Present 121,
(Boston: Beacon Press, 1981; Leila Ahmad, 1988, hlm. 110-140; dan William I.
Women and Gender in Islam: (New Haven Andrews, (ed.). Sisters of the Spirit: Three
and Landon: Yale University Press, 1982; Black Women’s Autobiographies of the
Bernadette J. Brooten, Women Leaders in Ninteenth Century. (Bloomington: Indiana
the Ancient Synagogue: Incrption Evidence University Press, 1986).Dalam Ibid..,
and Background Issue. (Chicago: Scholar hlm.84.

222 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

seperti halnya kaum laki-laki. Secara teoritis dan praktis harus


Juga memberikan ruang gerak ada upaya edukasi kepada
wanita untuk berpartisipasi masyarakat mengenai
dalam ruang publik. Menurut pentingnya kesetaraan antara
Zakaria al-Anshory dalam laki-laki dan perempuan. Karena
karyanya lubbulushul, ia itu diperlukan beberepa
menyinggung ayat arrijalu pendekatan untuk mengkajinya,
qawwamuna alannisa’. Bahwa laki- di antaranya pendekatan
laki lebih kuat dan lebih tangguh feminis. Dalam konteks ini
dari pada wanita. Ia mengatakan, berbagai ragam pemikir feminis
lafal arrijal dan annisa’ dalam ayat Muslim tampil dan berusaha
di atas sama-sama bersambung melakukan dekonstruksi
dengan alif-lam yang disebut terhadap pemahaman
mahiyah jinsiyah. Singkatnya, keagamaan yang menempatkan
memang pada hakikatnya laki- perempuan pada posisi yang
laki lebih kuat dari pada wanita, setara dengan kaum laki-laki.
namun itu tidak menutup
kemungkinan sebaliknya. Bahwa Feminisme Model Qosim Amin
wanita memiliki kemampuan Qasim Amin adalah tokoh
dan kapabilitas dalam memimpin feminis Muslim lahir di Tarah,
kaum laki-laki itu mungkin saja. Iskandariah (Mesir), Desember
Hanya saja, itu terjadi sebagai 1865. Di antara karya yang
sesuatu yang jarang, tidak secara banyak menggugah semangat
global dan menyeluruh.9 perempuan untuk bangkit adalah
Tahrir al-Mar’ah (1900) dan al-
Pendekatan Feminisme Dalam Mar’ah al-Jadidah (1911). Dua
Studi Islam karya inilah yang kemudian
Nilai–nilai ajaran Islam banyak memberi inspirasi para
hadir tidak untuk mengekang feminis Muslim untuk
dan memenjarakan kebebasan memperjuangkan kebebasan
manusia, justru mendorong perempuan hingga sekarang.10
kaum perempuan untuk ikut Harun Nasution menyebut
berpartisipasi dalam ruang
10
lingkup publik yang lebih luas. Muhammad Qutub, Qadliyyah
Tahrir al-Mar’ah, alih bahsa Tajudin
“Setetes Parfum Wanita” (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1993). Dalam Sukri, Sri Suhandjati
9
Muhammad Shodiq Masrur, dalam (Ed.). Bias Jender dalam Pemahaman Islam,
https://www.nu.or.id/post/read/79772/femini (Yogyakarta: Gama Media. Cet. I. 2002),
sme-dalam-islam, 2017. hlm. 194-195.

223 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

Qasim Amin sebagai tokoh hal tanggung jawabnya di muka


feminis Muslim yang bumi dan di kehidupan
memunculkan ide tentang selanjutnya. Jika perempuan
emansipasi perempuan. melakukan tindak kriminal,
Menurutnya, keterbelakangan bagaimana pun juga, hukum
umat Islam itu salah satunya tidak begitu saja
disebabkan oleh persepsi dan membebaskannya atau
perlakuan yang salah terhadap merekomendasikan pengurangan
perempuan.11 Ide ini mendapat hukuman padanya. Qasim
respon keras di kalangan ulama meyakini, tidaklah masuk akal
Mesir saat itu. Ide emansipasinya menganggap perempuan
bertujuan untuk membebaskan memiliki rasionalitas yang
kaum perempuan sehingga sempurna, bebas, dan berhak
mereka memiliki keleluasaan mendapat hukuman jika ia
dalam berpikir, berkehendak, melakukan pembunuhan,
dan beraktivitas sebatas yang sementara di saat yang sama
dibenarkan oleh ajaran Islam dan tidak ada tanggapan apa pun atas
mampu memelihara standar perempuan ketika kebebasannya
moral masyarakat.12 Karena dirampas.13 Pengalaman
itulah ia menyarankan adanya mengindikasikan bahwa
perubahan, tanpa perubahan kebebasan perempuan bisa
mustahil kemajuan dapat dicapai. menambah pengertian akan
Menurut Qasim Amin, tanggungjawab dan kehormatan
perubahan mendasar yang harus dirinya, dan mendorong orang
dilakukan adalah pertama, untuk menghormatinya. Untuk
mewujudkan persamaan di memperkuat analisisnya, ia
hadapan hukum. Syari’ah menyajikan data statistic bahwa
menempatkan perempuan kaum perempuan di Barat
sederajat dengan laki-laki dalam (Jerman, Belgia, Perancis, dan
Belanda) banyak memperdaya
11
Harun Nasution, Pembaharuan suami mereka.14
dalam Islam: Sejarah, Pemikiran, dan
Kedua, menganjurkan
Gerakan. (Jakarta: Bulan Bintang, 1991,
Cet. VIII), hlm. 79. kebebasan bagi perempuan.
12
Qosim Amin, Sejarah Penindasan
Karenanya, Qasim mengecam
Perempuan: Menggugat Islam Laki-
laki, Menggurat Perempuan Baru.Alih keras tradisi pemingitan
bahasa Syariful Alam dari The New
Woman: A Document in the Early Debate of
13
Egyptian Feminism. (Yogyakarta: Ircisod. Qosim, Ibid..,hlm. 65.
14
Cet. I, 2003), hlm. 49. Qosim, Ibid..,hlm. 66.

224 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

terhadap perempuan pada waktu Amina Wadud Muhsin


itu. Ketiga, Kaum perempuan adalah pemikir feminis
harus mendapatkan pendidikan Muslimah lahir di Malaysia.
yang memadai. Ia kurang setuju Sekarang ia tinggal di Amerika
jika perempuan diberikan Serikat dan menjadi guru besar di
pendidikan yang khusus yang Departemen Filsafat dan Studi
berbeda dengan pendidikan yang Agama pada Universitas
diberikan kepada laki-laki. Commenwelth di Virginia. Salah
Bahkan ia menegaskan separo satu tulisan yang dijadikan
dari penduduk dunia adalah sebagai bahan kajian pemikiran
kaum perempuan. Karena itu, feminismenya adalah Qur’an and
membiarkan mereka dalam Woman (1992). Ia pernah
kebodohan berarti membiarkan membuat geger para ulama
potensi separo bangsa tanpa dunia, termasuk Syeikh Yusuf al-
manfaat. Qasim terkejut dengan Qardawi, ketika ia menjadi
masyarakat Barat yang pada khathib dan imam shalat Jum’at
waktu itu sudah sangat maju dan di New York City tanggal 18
tidak membeda-bedakan Maret 2005. Belum lama ini juga
perempuan dengan laki-laki terbit buku Amina yang berjudul
dalam memeroleh kesempatan Inside the Gender Jihad: Women’s
meraih pendidikan yang baik.15 Reform in Islam (2006). Dalam
Itulah pemikiran Qasim Amin bukunya Qur’an and Woman,
tentang kebebasan perempuan Amina mengawali
yang cukup kontroversial pada pembahasannya dengan
waktu itu, terutama bagi mengritik penafsiran-penafsiran
kalangan ulama al-Azhar. Dia yang selama ini ada mengenai
mendapat serangan yang bertubi- perempuan dalam Islam. Ia
tubi dari para ulama atas ide- membagi penafsiran tersebut ke
idenya itu. Namun ia tetap tegar dalam tiga kategori, yaitu
dan terus menyuarakan ide- tradisional, reaktif, dan holistik.
idenya yang menurutnya tidak Gagasan pertama, mengenai
bertentangan dengan syariah. tafsir tradisional. Menurut
Amina, harus ada upaya
Feminisme Model Amina Wadud memberikan interpretasi-
Muhsin interpretasi tertentu sesuai
dengan minat dan kemampuan
mufassirnya yang bersifat
15
Qosim, Ibid..,hlm. 147-148.

225 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

hukum, tasauf, gramatik, retorik, Qur’an. Dengan demikian


atau historis. Metodologi yang meskipun semangat yang dibawa
digunakan bersifat atomistik, adalah pembebasan, namun tidak
yaitu penafsiran dilakukan terlihat hubungannya dengan
dengan mengupas ayat per ayat sumber ideologi dan teologi
secara berurutan. Tidak ada Islam, yaitu al-Qur’an. Kategori
upaya untuk menempatkan dan ketiga adalah tafsir yang
mengelompokkan ayat-ayat menggunakan seluruh metode
sejenis ke dalam pokok-pokok penafsiran dan mengaitkan
bahasan yang tertulis. Yang dengan berbagai persoalan sosial,
ditekankan oleh Amina bahwa moral, ekonomi, dan politik,
tafsir-tafsir tradisional itu ditulis termasuk isu tentang perempuan
oleh kaum laki-laki secara pada era modern ini. Menurut
eksklusif. Itulah sebabnya maka Amina, tafsir model ini
hanya laki-laki dan pengalaman merupakan metode terbaik.
laki-laki saja yang Dalam kategori inilah Amina
direkomendasikan dalam tafsir menempatkan karyanya.17
itu. Sedang perempuan – berikut Metode penafsiran yang
pengalaman, visi, perspektif, digunakan Amina adalah metode
keinginan, atau kebutuhannya - yang pernah ditawarkan oleh
ditundukkan pada pandangan Fazlur Rahman, yaitu metode
laki-laki.16 neo-modernis. Rahman
Kategori kedua adalah tafsir berpendapat bahwa ayat-ayat al-
yang isinya mengenai reaksi para Qur’an yang diturunkan dalam
pemikir modern terhadap waktu tertentu dalam sejarah
sejumlah besar kendala yang menggunakan ungkapan yang
dihadapi perempuan yang relatif mengenai situasi yang
dianggap berasal dari ajaran al- bersangkutan. Oleh karena itu,
Qur’an. Persoalan yang dibahas pesan al-Qur’an tidak bisa
dan metode yang digunakan dibatasi oleh situasi historis pada
seringkali berasal dari gagasan saat ia diwahyukan saja.
kaum feminis dan rasionalis, Misalnya, seorang sahabat yang
namun tanpa dibarengi analisis membaca al-Qur’an harus
yang komprehensif terhadap al- memahami implikasi-implikasi
dari pernyataan-pernyataan al-
Qur’an pada waktu diwahyukan
16
Amina Wadud Muhsin, Qur’an and
Woman, ( Kuala Lumpur: Fajar Bakti SDN.
BHD. Cet. I. 1993), hlm. 1-2. 17
Amina…,Ibid, hlm. 3.

226 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

untuk menentukan makna yang sebenarnya merupakan


dikandungnya. Di sisi lain, terjemahan dari buku yang sama
generasi Islam selanjutnya, yang adalah Women and Islam: An
situasi dan kondisinya berbeda Historical and Theological Enquiry
dengan masa Rasulullah, harus (1991). Melalui bukunya The Veil
tetap membuat aplikasi praktis and the Male Elite: A Feminist
dari pernyatan-pernyataan al- Interpretation of Women’s Rights in
Qur’an yang tetap Islam, Mernissi mencoba
mempertimbangkan makna mengupas penyebab
utama yang dikandungnya.18 ketersudutan perempuan
Dengan argument ini, Amina sepeninggal Nabi Muhammad
yakin bahwa dalam usaha Saw. Melalui buku ini pula,
memelihara relevansinya dengan Mernissi mengajak umat Islam
kehidupan manusia, al-Qur’an untuk melakukan peninjauan
harus terus-menerus ditafsirkan ulang terhadap hadis-hadis Nabi
ulang. yang dinilai menyudutkan
perempuan pada posisi yang
Feminisme Model Fatima rendah dan hina. Dia melakukan
Mernissi banyak kritik terhadap hadis
Fatima Mernissi adalah Nabi yang dinilainya sudah
feminis Muslimah berkebangsaan banyak mengalami
Maroko. Sekarang ia menduduki penyimpangan dan manipulasi.
jabatan guru besar pada lembaga Menurutnya, penyebab
universiter untuk penelitian ketersudutan perempuan
ilmiah Universitas Muhammad V sepeninggal Nabi Muhammad
Rabat (Maroko). Di antara Saw itu disebabkan, pertam,
karyannya adalah Beyond the Veil: banyaknya hadis palsu yang
Male-Female Dynamics in Modern bertentangan dengan semangat
Muslim Society, (1975) dan The egalitarianisme yang dibawa
Veil and the Male Elite: A Feminist Nabi Muhammad SAW. Problem
Interpretation of Women and Islam ini muncul setelah Nabi wafat,
(1991). Buku lain yang karena pada saat beliau masih
hidup segala persoalan yang
18 dialami kaum Muslim bisa
Aminah.., Ibid,hlm. 4. Dijelaskan
juga dalam Fazlur Rahman, Islam and langsung dikonsultasikan dengan
Modernity: Transformation of an
beliau. Kedua, munculnya
Intelectual Tradition ( Chicago: The
University of Chicago Press, 1982), hlm. 7. pertikaian di kalangan kaum

227 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

Muslim dalam masalah Ketiga, Mernissi


kepemimpinan (khilafah). Hal ini menguraikan hadis-hadis
menjadi pemicu utama misoginis yang terus diabaikan.
ketegangan yang berlarut-larut Salah satu perawi yang
antara para pemegang otoritas di mendapat sorotan tajam
kalangan kaum Muslim. Mernissi berkaitan dengan hal ini adalah
berkesimpulan bahwa suara Abu Hurairah, seorang perawi
kalangan elit, baik dari kalangan terkenal dari kalangan sahabat.
Anshar maupun Muhajirin lebih Secara panjang lebar Mernissi
mendominasi19, sehingga menceritakan latar belakang
perundingan-perundingan yang kehidupan Abu Hurairah yang
terjadi lebih banyak terfokus menyebabkannya antipasti
pada hal-hal yang esensial terhadap perempuan. Namun,
menurut kalangan elit tersebut. yang sangat disayangkan
Sangat maklum bahwa setiap Mernissi adalah mengapa al-
kelompok kepentingan yang ada Bukhari banyak memasukkan
memerlukan pembenaran dari hadis misoginis yang
nash suci.20 Semangat mencari diriwayatkan Abu Hurairah.
pembenaran inilah yang Mernissi juga menjelaskan kritik
menimbulkan dua tendensi yang Aisyah terhadap Abu Hurairah
antagonistic dalam penguraian yang dinilainya dalam
hadis. Di satu pihak terdapat meriwayatkan hadis tersebut
kecenderungan para politisi laki- tidak mendengarkan ucapan
laki untuk memanipulasi Nabi secara lengkap. Hadis ini,
kesucian hadis, sementara di Menurut Aisyah, sebenarnya
pihak lain terdapat ulama yang adalah ucapan Nabi yang sedang
bersikeras menentang para menggambarkan orang Yahudi
politisi tersebut melalui mengenai tiga sebab yang
penguraian fikih, dengan konsep- menimbulkan bencana, yaitu
konsep, kaidah-kaidah dan rumah, perempuan, dan kuda.21
metode pengujiannya. Dengan argument berpikir
seperti di atas, Mernissi mengajak
pembacanya untuk mengkaji
19 kembali persoalan yang berkaitan
Fatima Mernissi, The Veil and the
Male Elite: A Feminist Interpretation of dengan perempuan, yang selama
Women’s Rights in Islam. (New York: ini dianggap sudah selesai,
Addison Wesley Publishing Company,
1991a), 39.
20 21
Mernissi,.. Ibid,hlm. 43. Mernissi, Ibid, 1992, hlm. 73.

228 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

termasuk masalah hijab. Dengan memiliki hak politik yang penuh


melihat asbāb al-nuzūl ayat hijab, dan dapat memimpin sebuah
Mernissi menyimpulkan bahwa negara. Satu pihak yang lain
sebenarnya hijab itu adalah mengatakan, perempuan tidak
pembatas antara dua laki-laki, dapat menduduki jabatan kepala
yakni Nabi dan Anas Ibn Malik. negara, karena ada hadis yang
Dari sini ia kemudian membahas melarang perempuan untuk
konsep ruang yang diterapkan menduduki jabatan semacam itu.
Nabi. Juga menjelaskan sikap Setelah meneliti alasan-alasan
keras ‘Umar Ibn al-Khaththab dari kedua belah pihak yang
kepada perempuan. Lebih lanjut bertentangan di atas, Mernissi
Mernissi menyoroti kehidupan melihat bahwa alasan pihak yang
Nabi bersama isteri-isterinya dan membolehkan perempuan
kaum perempuan lainnya. menduduki jabatan kepala
Menurutnya, Nabi bersikap negara lebih bisa diterima,
terbuka dan egaliter terhadap terutama alasan yang
kaum perempuan. Yang dikemukakan oleh Syeikh
mengherankan adalah mengapa Muhammad al-Ghazali, ulama
sikap Nabi yang demikian itu Universitas Azhar Kairo, dalam
kini terasa asing, bahkan aneh, bukunya al-Sunnat al-Nabawiyyat
bagi kebanyakan kaum Muslim bain Ahl al-Fiqhwa Ahl al-Hadis.23
setelah beliau wafat.22
Sebagai contoh, kasus boleh Feminisme Model Asghar Ali
tidaknya perempuan menduduki Engineer
jabatan kepala negara, ia menulis Asghar Ali Engineer lahir di
sebuah artikel“Can We Women Rajasthan (dekat Udaipur, India)
Head a Muslim State”. Mernissi tahun 1939. Ia mendapatkan
mengemukakan perdebatan para gelar doktor dalam bidang teknik
ulama mengenai boleh tidaknya sipil dari Vikram University
perempuan menjadi kepala (Ujjain, India). Pengetahuan
pemerintahan. Satu pihak dari agamanya ia peroleh dari
mereka mengatakan, perempuan ayahnya yang bermazhab Syi’ah.
boleh saja menjadi kepala negara,
23
Muhammad Al-Ghazaliy, Studi
karena Islam telah memberi hak
Kritis atas Hadis Nabi Saw: Antara
yang sama kepada perempuan Pemahaman Tekstual dan Kontekstual. Alih
dan laki-laki. Perempuan bahasa: Muhammad Al-Baqirdari Al-Sunnah
al-Nabawiyyah baina Ahl al-Fiqhwa Ahl a l-
Hadits. (Bandung: Penerbit Mizan. Cet. V.
22
Mernissi, Ibid..,hlm, 192-194. 1996), hlm, 165.

229 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

Ia seorang aktivis Lembaga perkawinan, perceraian,


Swadaya Masyarakat kekayaan, dan warisan.25
(LSM/NGO) yang mempunyai Berkaitan dengan
perhatian besar terhadap tema- perempuan, Asghar menganggap
tema pembebasan dalam al- bahwa meskipun al-Qur’an
Qur’an. Ia menulis artikel memuliakan perempuan setara
berjudul “Toward a Liberation dengan laki-laki, namun
Theology in Islam” yang kemudian semangat itu ditundukkan oleh
diterjemahkan ke dalam bahasa patriarkisme yang telah
Indonesia “Islam dan mendarah daging dalam
Pembebasan” (Yogyakarta: LSIK, kehidupan berbagai masyarakat,
1993). Di antara tulisan yang termasuk kaum Muslim.
menyuarakan keadilan dan Meskipun secara normatif dapat
pembebasan perempuan diketahui bahwa al-Quran
adalah“The Rights of Women in memihak kepada kesetaraan
Islam” (Hak-Hak Perempuan dalam status antara kedua jenis kelamin,
Islam (1994).24 Di awal tulisannya secara kontekstual al-Qur’an
Asghar mengatakan, demi mengakui adanya kelebihan laki-
mengekalkan kekuasaan atas laki di bidang tertentu dibanding
perempuan, masyarakat perempuan. Namun, dengan
seringkali mengekang norma- mengabaikan konteksnya,
norma adil dan egaliter yang ada fuqaha`berusaha memberikan
dalam al-Qur’an. Ia juga status lebih unggul bagi laki-
mengatakan bahwa al-Qur’an laki26. Dalam proses
merupakan kitab suci pertama pembentukan syari’ah, ayat-ayat
yang memberikan martabat yang berkaitan dengan masalah
kepada kaum perempuan sebagai perempuan sering ditafsirkan
manusia di saat mereka sesuai dengan prasangka-
dilecehkan oleh peradaban besar prasangka yang diidap oleh
seperti Bizantium dan Sassanid. banga Arab dan non-Arab pra-
Menurutnya, kitab suci ini Islam yakni peradaban
memberikan banyak hak kepada Hellenisme dan Sassanid–
perempuan dalam masalah
25
Nuryanto, Ibid..,hlm. 61.
26
Engineer, Asghar Ali, Hak-hak
Perempuan dalam Islam. Alih bahasa oleh
24
M. AgusNuryanto, Islam, Teologi Farid Wajidi dan Cici Farkha Assegaf dari
Pembebasan dan Kesetaraan Gender: The Rights of Women in Islam.
Studiatas Pemikiran Asghar Ali Engineer.( (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Cet.
Yogyakarta: UII Press. Cet. I. 2001), hlm. 7. I. 1994), hlm. 56.

230 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

mengenai perempuan27. Dengan khazanah tafsir, khususnya yang


demikian, interpretasi terhadap berkaitan dengan masalah
ayat-ayat al-Quran sangat perempuan, sebenarnya ada
tergantung pada sudut pandang pendapat-pendapat yang
dan posisi apriori yang diambil bersikap empati atau
penafsirnya. properempuan. Meskipun harus
Sebagai contoh ayat “ al- diakui, pendapat yang demikian
rijaaluqawwamuna ‘ala al-nisa’ ” kalah popular dibanding dengan
(QS. al-Nisa’ (4): 34) Asghar pendapat-pendapat lain yang
mengatakan, kata qawwam dalam misoginis. Atas dasar empati
ayat itu berarti pemberi nafkah inilah, Asghar mencoba
dan pengatur urusan keluarga, menunjukkan alternatif tafsiran
dan al-Quran tidak mengatakan atas beberapa ayat al-Qur’an
bahwa laki-laki harus menjadi yang selama ini digunakan untuk
qawwām. Menurutnya, jika Allah mengekalkan subordinasi
memaksudkan ayat tersebut perempuan, yakni berkaitan
sebagai sebuah pernyataan dengan perceraian, perkawinan,
normatif, maka pastilah hal itu hakwaris, kesaksian, dan hak
akan mengikat semua ekonomis.29
perempuan di semua zaman
dalam semua keadaan. Namun, Feminisme Model Nasaruddin
Allah tidak menghendaki hal Umar
tersebut28. Untuk Nasaruddin Umar lahir
menguatkannya Asghar pada 23 juni 1953 di Ujung Bone,
mengutip pendapat beberapa Sulawesi Selatan. Ia salah seorang
pakar seperti Parvez, mufassir al- pengajar fakultas Ushuluddin
Qur’an terkemuka dari Pakistan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Maulana Azad, pelopor hak-hak Salah satu karya beliau yang
perempuan, dan Maulana Umar banyak dijadikan referensi dalam
Ahmad Usmani yang pada kajian gender adalah disertasinya
prinsipnya mengatakan bahwa berjudul Perspektif Gender Dalam
Allah tidak melebihkan laki-laki al-Qur’an. Kemudian di terbitkan
atas perempuan. Dari penjelasan menjadi sebuah buku dengan
di atas, tampaknya Asghar ingin judul“Argumen Gender Perspektif
mengatakan bahwa dalam al-Qur’an”. Menurut beliau, inti
dari ajaran setiap agama –dalam
27
Ibid.., hlm. 80.
28 29
Ibid.., hlm. 63. Ibid.., hlm. 220.

231 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

konteks wilayah Indonesia, Menurut Nasaruddin al-


khususnya ajaran agama Islam, Qur’an telah memberikan
yakni menganjurkan dan pandangan optimitis terhadap
menegaskan pada prinsip kedudukan dan keberadaan
keadilan. Al-Qur’an sebagai perempuan. Semua ayat yang
pedoman moral tentang keadilan, membicarakan tentang adam dan
menganjurkan untuk pasangannya hawa, sampai
menegakkan keadilan ekonomi, keluar dari surga ke bumi, selalu
keadilan politik, termasuk menekan kedua belah pihak
keadilan gender. Menurutnya, dengan kata ganti untuk dua
dalam menanggulangi orang (dlamirmutsanna), seperti
ketidakadilan diperlukan metode kata huma, misalnya keduanya
pendekatan penafsiran ayat-ayat mendapat kualitas godaan yang
al-Qur’an yang bisa sama dari setan (Qs. Al-A’raf (7):
dipergunakan untuk memahami 20), sama-sama memakan buah
ajaran moral agama yang bersifat khuldi dan keduanya menerima
prinsipil mesti membutuhkan akibat terbuang ke bumi (Qs. Al-
analisis sosial. Pada dasarnya A’raf (7): 22), sama-sama
dalam al-Qur’an terdapat ayat- memohon ampun dan sama-
ayat yang bersifat mutlak dan sama diampuni Allah (Qs. Al-
tidak bisa ditafsirkan lebih dari A’raf (7):23). Setelah di bumi,
satu pengertian, yang disebut antara satu dengan yang lainnya
dalil qoth’iy (dhanniyuldalalah). saling melengkapi, mereka
Ayat-ayat tersebut jumlahnya adalah pakaian bagimu dan
sangat sedikit, yakni biasanya kamu juga adalah pakaian bagi
menyangkut hal-hal yang sangat mereka (Qs. Al-Baqarah (2): 187).
prinsip. Juga terdapat ayat-ayat Secara ontologism dapat
yang bias dan boleh dikatakan bahwa, masalah-
menimbulkan tafsiran, yang masalah subtansial manusia tidak
disebut dalil-dalil dhanny ini lah diuraikan panjang lebar di dalam
sesungguhnya untuk al-Qur’an. Yang ditekankan
memahaminya diperlukan pisau dalam al-Qur’an berupa
analisis yang harus dipinjam dari eksistensi manusia sebagai
ilmu-ilmu lainnya, termasuk hamba (Qs. al-Dzariyat: 56) dan
meminjam pisau analisis sebagai wakil Allah di bumi (Qs.
gender. 30 al-An’am: 165). Manusia adalah

30
Mansour Fakih, Analisis..,hlm. 135- 136.

232 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

satu-satunya makhluk Firman Allah:


eksistensialis, karena hanya wastasyhidusyahidaini min
mahluk yang namanya manusia rijalikum. (Qs. al-Baqarah: 282).
32

yang bisa turun naik derajatnya Dalam kasus tertentu, misalnya


di sisi Allah. Menurutnya, proses reproduksi, tidak
ukuran kemuliaan di sisi Allah ditemukan perbedaan secara
adalah prestasi dan kualitas khusus anatara laki-laki dan
tanpa membedakan etnik dan perempuan. Sedikit pun tidak
jenis kelamin sebagaimana tertera ditemukan perbedaan antara
dalam al-Qur’an surat al-Hujarat: laki-laki dan perempuan dalam
13. Dalam al-Qur’an juga tidak proses dan mekanisme secara
menganut faham the second sex biologis. Peroses dan mekanisme
yang memberikan keutamaan biologis tidak bisa dijadikan
kepada jenis kelamin tertentu, alasan untuk memojokan atau
atau the first etnic, yang mengistimewakan salah-satu di
mengistimewakan suku tertentu. antara kedua jenis kelamin.33
Laki-laki dan perempuan Dalam hal pembagian kerja,
mempunyai potensi yang sama Nasaruddin berpendapat bahwa
untuk menjadi perempuan dalam ranah
khalifah/pemimpin (Qs. an- domestik dan laki-laki dalam
Nisa’:124 dan Qs. an-Nahl: 97).31 ranah publik. Banyak orang
Hampir semua tafsir yang menganggap bahwa hal ini
ada mengalami bias gender merupakan sesuatu yang
disebabkan karena pengaruh alamiah, dan diterima begitu saja
budaya Timur-Tengah yang tanpa ada komentar apapun.
Androcentris. Sebagai salah satu Relasi kuasa dan status yang
contoh, kata al-Rijal bentuk jamak berbeda antara laki-laki dan
dari al-rajul, yang akar katanya perempuan menjadi dasar pula
huruf ra’, jim, dan lam. Kata ini dalam pembagian kerja. Semisal
membentuk derivasi beberapa dalam masyarakat tradisional
kata seperti rajala (mengikat), dikenal pembagian kerja secara
rajila (berjalan kaki), al-rijl seksual, laki-laki sebagai
(telapak kaki), al-rijlah (tumbuh-
tumbuhan), dan al-rajul 32
“Dan persaksikanlah dengan dua
(berartilaki-laki). Misalnya dalam orang saksilaki-laki di antar kamu.(Qs. al-
Baqarah: 282).
33
Nasruddin Umar, Argumen
31
Paramadina, Jurnal Pemikiran Kesetaraan Gender Perspektif Al-Qur’an,
Islam, VOL.I, 1 Juli-Desember 1998. (Jakarta:Dian Rakyat, 2010), hlm. 200-202.

233 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

pemburu dan perempuan sebagai mengulang, tidak memerlukan


pengasuh, maka hal yang sama konsentrasi yang intensif. Karena
masih juga dijumpai dalam itu tingkat keterampilan
masyarakat modern. Dalam perempuan diangap rata-rata
dunia bisnis, perempuan lebih rendah dibanding laki-laki.
diarahkan sebagai sekertaris dan Karena itu, Nasaruddin
laki-laki pemimpin. Dan dalam memahami gender sebuah ide-
rumah tangga urusan produktif ide kutural yang menentukan
seolah-olah menjadi tugas laki- harapan-harapan kepada laki-laki
laki sementara urusan reproduksi dan perempuan dalam
dan ke rumah-tanggaan tugas berinteraksi dan berkomunikasi
perempuan.34 antara satu dengan lainnya
Secara historis, setiap dalam masyarakat. Dalam
kelompok masyarakat perspektif budaya, laki-laki
mempunyai konsepsi-konsepsi dikategori sebagai maskulin dan
ideologis tentang jenis kelamin. feminine dikategorikan
Hampir semua kelompok perempuan. Secara umum,
masyarakat menggunakan jenis maskulin diartikan sebagai
kelamin sebagai kriteria penting sesuatu yang memiliki sifat-sifat
dalam pembagian kerja. kejantanan, baik berupa
Pekerjaan yang diperuntukkan kepribadian, perilaku, pekerjaan.
kepada laki-laki biasanya Sebaliknya, feminism diartikan
dianggap sesuai dengan sebagai sesuatu yang memiliki
kapasitas biologis, psikologis, sifat-sifat keperempuan, misalnya
dan sosial sebagai laki-laki yang lembut, perasa, mudah menangis,
dikonsepsikan orang yang irasional. Perempuan tetap
memiliki otot lebih kuat, tingkat memiliki keinginan untuk
resiko dan bahayanya lebih tinggi bergerak secara leluasa guna
karena bekerja di luar rumah. meningkatkan status dan rasa
Sementara perempuan kapasitas percaya diri, tetapi budaya sosial
biologisnya dikonsepsikan membatasi keinginan mereka,
sebagai orang yang lemah terutama bagi mereka yang telah
dengan tingkat resiko lebih berumah tangga dan mempunyai
rendah, cenderung bersifat anak. Pada saat ini perempuan
menghadapi beban ganda. Dari
34
Nasaruddin Umar, Argumen..,hlm. satu segi mereka perlu berusaha
52. sendiri, tetapi lain pihak harus

234 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

lebih konsisten mengasuh anak sama dengan laki-laki. Dalam


dan mengasuh keluarga.35 salah satu ayat, Tuhan
menyampaikan pesan bahwa
Kesimpulan ganjaran kebaikan yang diterima
Penelitian literatur dengan wanita sama persis dengan
menggunakan pendekatan ganjaran yang laki-laki terima
feminisme yang digagas oleh dalam mengamalkan kebaikan.
para tokoh dalam mengkaji Islam Islam memberikan ruang
kontemporer dilakukan dalam lingkungan dan sosial yang layak
rangka; pertama, sebagai upaya bagi perempuan. Tidak seperti
melahirkan model bacaan baru kebudayaan elite Yunani yang
terhadap pemahaman mengharuskan wanita selalu
keagamaan dalam kontek berada di dalam istana. Islam
kontemporer yang berorietasi memberikan ruang bagi wanita
pada pembebasan perempuan untuk keluar dan berinteraksi.
dari belenggu-belenggu tradisi Namun dengan beberapa catatan
yang menjerat. Proses-proses yang memang harus
kesetaraan (dalam arti hukum dipertimbangkan demi
Islam) dalam presfektif ini kemaslahatan bersama. Wanita
diharapkan dapat menghasilkan juga mendapatkan kebebasan
produk hukum di mana manusia untuk ikut andil dalam
sebagagai subjek hukum menjalankan perputaran roda
ditempatkan pada posisi yang ekonomi. Mereka memiliki hak
tidak saling mensubordinasi, untuk mengatur perdagangan
mendiskriminasi atau serta berpartisipasi dalam ruang
memarginalkan satu atas yang publik.
lain atas dasar apapun, baik Ketiga, setiap melakukan
etnisitas, gender, agama, maupun penelitian selalu ada kelemahan
ras. dan kelebihan, baik dari segi
Kedua, teori dan gagasan teori, metode, analisis data
yang dibangun oleh para tokoh maupun pendekatan penelitian.
feminis Islam justru melegitimasi Penelitian literatur biasanya kaya
eksistensi keberadaan wanita. akan teori namun kesulitan pada
Kaum wanita diberikan porsi tataran praktis. Sebagaimana
hak, kewajiban serta hukum yang ditemukan dalam penelitian ini,
penulis kesulitan dalam
35
Ibid., hlm.65-67. menerapkan teori feminis siapa

235 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

yang dianggap sesuai dengan Asghar, Ali,Engineer, Hak-hak


kontek kontemporer ini. Namun Perempuan dalam Islam.Terj.
begitu, tetap berharap teori-teori oleh Farid
feminis yang telah digagas oleh Wajidi dan Cici Farkha
para tokoh di atas menjadi literasi Assegafdari The Rights of
bagi peneliti berikutnya. Women in Islam.
(Yogyakarta: Yayasan
Bentang Budaya. Cet. I.
Daftar Pustaka 1994).
Al- Qur’an dan tarjamah.
Ahmad, Leila, Women and Carr,Anne, Tranforming Grace:
Gender in Islam: (New Christian Tradition and
Haven and Landon: Yale Women’s Experience (San
University Press, 1982). Francisco: Harper & Row,
1988).
Al-Ghazali,Muhammad, Studi
Kritisatas Hadis Nabi Saw: Connolly, Peter, (ed.), Aneka
Antara Pemahaman Pendekatan Studi Agama,
Tekstual dan Kontekstual. (Yogyakarta: LKiS, Cet,
Terj. oleh Muhammad Al- III2011).
Baqir“Al-Sunnah al-
Nabawiyyah baina Ahl al- El-Sadawi,Nawal,The Hidden Face
FiqhwaAhl a l-Hadits”. of Eva: Women in the Arab
(Bandung: Penerbit Mizan. World. (Boston: Beacon
Cet. V. 1996). Press, 1981).

Amin,Qosim, Sejarah Fakih, Mansour, Analisis Gender


Penindasan Perempuan: &Transformasi Sosial,
Menggugat Islam (Pustaka Pelajar,
Laki-laki, Menggurat Yogyakarta, 2012).
Perempuan Baru.Terj.
Syariful Alam dari The New Gery,Mary, Redeeming the Dreem:
Woman: A Document in the Feminism, Redemption and
Early Debate of Egyptian Christian Tradition. SPCK,
Feminism. (Yogyakarta: 1989 dan Judith Plaskow,
Ircisod. Cet. I, 2003). Sex, Sin, and Grace:
Women’s Experience and the

236 | J u r n a l H a w a
Jurnal Hawa Vol. 1 No. 2 Juli - Desember 2019

Theologies of Reinhold dalamhttps://www.nu.or.i


Niebuhr and Paul Tillich. d/post/read/79772/femini
(Washington: University sme-dalam-islam, 2017.
Press of America, 1980). Mernissi, Fatima, The Veil and the
Male Elite: A Feminist
Gross, Fatima, Hindu Female Interpretation of
Deities as a resource for Women’sRights in Islam.
the contemporary (New York: Addison
rediscovery of the Wesley Publishing
goddess, Journal of Company, 1991a).
American Academy of
Religion, 1974). Muhsin, Amina Wadud,Qur’an
and Woman, ( Kuala
Hyman, Paula, “The Jewish Lumpur: FajarBakti SDN.
Family: looking for a BHD. Cet. I. 1993).
usable past” dalam
Susannah Heschel (ed.). On Nasution, Harun, Pembaharuan
Being A Jewish Feminist: A dalam Islam: Sejarah,
Reader. (New York: Pemikiran, dan Gerakan,
Schocken Books, 1983). (Jakarta: Bulan Bintang,
1991, Cet. VIII).
Andrews, William, (ed.). Sisters of
the Spirit: Three Black Nuryanto, M. Agus,Islam, Teologi
Women’s Autobiographies of Pembebasan dan Kesetaraan
the Ninteenth Century. Gender: Studi atas Pemikiran
(Bloomington: Indiana Asghar Ali Engineer.(
University Press, 1986). Yogyakarta: UII Press. Cet.
I. 2001).
J. Brooten,Bernadette, Women
Leaders in the Ancient O’Brien,Susan, “ Terra Incognita:
Synagogue: Incrption The Nun in nineteenth-
Evidence and Background century England”, Past and
Issue. (Chicago: Scholar Present 121, 1988).
Press, 1982).
Paramadina, JurnalPemikiran
Masrur, Muhammad,Shodiq, Islam, VOL. I, 1 Juli-
Desember 1998.

237 | J u r n a l H a w a
Ismail
Pendekatan Feminis dalam Studi Islam Kontemporer

Qutub,Muhammad, (Chicago: The University


Qadliyyah Tahrir al- of Chicago Press, 1982).
Mar’ah.Terj. Tajudin “Setetes
Parfum Wanita” (Jakarta: Sukri, Suhandjati, Sri, (Ed.). Bias
Pustaka Firdaus, 1993). Jender dalam Pemahaman
Islam, (Yogyakarta: Gama
Radford,Rosemary,Ruetherartikel Media. Cet. I. 2002).
nya, “Feminism and
Patriarchal religion: Trible, Phyllis, Eve and Adam:
principles of ideological Genesis 2-3 reread, dalam
critique of Bible” Journal Christ dan Plaskow,
for the Study of the Old Womanspirit Rising, dan
Testament, 22, 1982). Dan Judith Plaskow, The
“Feminist Interpretation: Coming of Lilith.
A method of correlation”
dalam Russell, Feminist Umar, Nasaruddin,Argumen
Interpretation of the Bible. Kesetaraan Gender Prespektif
Al-Qur’an, (Jakarta: Dian
Rahman, Fazlur, Islam and Rakyat, Jakarta, 2010).
Modernity: Transformation
of an Intelectual Tradition

238 | J u r n a l H a w a

You might also like