You are on page 1of 24

Dwi Fungsi ABRI :

Melacak Sejarah Keterlibatan ABRI dalam Kehidupan Sosial Politik dan Perekonomian Indonesia

Dwi Fungsi ABRI :


Melacak Sejarah Keterlibatan ABRI dalam Kehidupan Sosial Politik
dan Perekonomian Indonesia

Anwar
Dosen Tetap pada Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh - Indonesia
E-mail: anwar_daud@yahoo.com

Abstract: This paper examines the historical roots of the emergence of the involvement of the Armed Forces
of the Republic of Indonesia (ABRI) in the socio-political field, especially several reasons that form the basis of
government policy to involve ABRI in the socio-political and economic fields, as well as ABRI’s own efforts to play
a role in these fields. This historical approach research concluded that ABRI’s involvement in the socio-political
field in Indonesia had begun since the government of Guided Democracy under President Soekarno. Politically,
the reason for Soekarno’s inclusion of the military in his government structure was due to the failure of civilian
politicians in formulating state ideology with no agreement between parties in the constituent assembly. This
failure is considered to endanger national political stability and threaten the integrity of the country. For this
reason, President Soekarno recruited the military to balance civilian politicians in his government. Along with
its involvement in the socio-political field, ABRI also plays a role in socio-economics. Although at first, this role
was limited to securing national private companies which were legacies of foreign companies, but during the
New Order government, the dual function of ABRI was confirmed and its role was wider. Almost all strategic
economic sectors are controlled by ABRI.

Keywords: The Armed Forces of the Republic of Indonesia (ABRI); guided democracy; the dual function of
ABRI; the new order

Abstrak: Tulisan ini mengkaji akar sejarah munculnya keterlibatan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ABRI) dalam bidang sosial politik, terutama beberapa alasan yang menjadi dasar kebijakan pemerintah
untuk melibatkan ABRI dalam bidang sosial politik dan ekonomi, serta upaya kalangan ABRI sendiri untuk
dapat ikut berperan dalam bidang tersebut. Penelitian dengan pendekatan sejarah ini menyimpulkan bahwa
keterlibatan ABRI dalam bidang sosial politik di Indonesia telah dimulai sejak pemerintahan Demokrasi
Terpimpin di bawah Presiden Soekarno. Secara politis, alasan Soekarno memasukkan kalangan militer
dalam struktur pemerintahannya, yaitu kegagalan politisi sipil dalam merumuskan ideologi negara yang
tidak ada kesepakatan antar partai dalam sidang konstituante. Kegagalan ini dianggap membahayakan
stabilitas politik nasional dan mengancam keutuhan negara. Atas dasar inilah, Presiden Soekarno merekrut
kalangan militer untuk mengimbangi politisi sipil dalam pemerintahannya. Seiring dengan keterlibatannya
dalam bidang sosial politik, ABRI juga berperan dalam sosial ekonomi. Meskipun pada awalnya hanya
sebatas pada usaha pengamanan perusahaan swasta nasional peninggalan perusahaan asing, tetapi pada
masa pemerintahan Orde Baru, Dwifungsi ABRI dikukuhkan dan perannya lebih luas. Hampir semua sektor
ekonomi strategis dikuasai oleh ABRI.

Kata kunci: ABRI; dwifungsi ABRI; demokrasi terpimpin; orde baru

ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018

23
Anwar

Pendahuluan dan ekonomi, dilengkapi pula dengan upaya


kalangan ABRI sendiri untuk dapat ikut
Politik Indonesia pasca kemerdekaan
berperan dalam bidang tersebut.
sampai sekarang dipegang oleh dua kelompok
elit, sipil dan militer. Politisi sipil mulai
dominan sejak tahhun 1945 sampai tahun
Keterlibatan Abri Dalam Bidang Sosial
1965, sementara politisi militer sejak tahun
Politik
1966 sampai pertengahan tahun 1998 atau
selama Orde Baru. Ciri yang sangat menonjol Awal muncuknya peran sosial poliltik
dalam Orde Baru adalah dominannya unsure militer dalam sejarah adalah ketika berlakunya
ABRI dalam pentas politik nasional. Berbaga system pemerintahan Demokrasi Terpimpin di
sector, di luar sektor pertahanan, tidak terlepas bawah Presiden Soekarno. Periode Demokrasi
dari unsure politisi militer baik politik, sosial, Terpimpin berjalan dari 19 Juli 1959 sampai
bahkan merambah ke sector-sektor ekonomi. September/Oktober 1965.1 Sementara dua
system pemerintahan sebelumnya, RIS dan
Tumbangnya Orde Baru yang ditandai
Demokrasi Konstitusional atau Demokrasi
dengan lahirnya Era Reformasi persoalan
Liberal yang paling dominan mengendalikan
mengenai peran sosial politik ABRI atau
pemerintahan adalah politisi sipil.
yang lebih dikenal dengan Dwifungsi ABRI
mendapat sorotan. Keterlibatan ABRI dalam Pada tahun 1945-1949 merupakan masa
persoalan sosial politik yang juga mengarah revolusi melawan percobaan menjajah kembali
pada penguasaan perekonomian dianggap Republik Indonesia oleh Belanda melalui
menjadi penghambat terciptanya iklim tentara sekutu. Dengan adanya perlawanan
demokrasi yang sehat bagi bangsa Indonesia. gerilya dari tentara dan rakyat Indonesia, serta
Banyak pengamat menilai bahwa ABRI perlu tekanan Amerika Serikat terhadap Belanda,
dikembalikan pada posisinya sebagai lembaga akhirnya Belanda bersedia meninggalkan
pertahanan dan keamanan, sehingga hal ini Indonesia dan mengakui kedaulatan
menjadi keputusan pemerintah Era Reformasi Indonesia di tahunn 1949. Kemudian Federasi
untuk mengurangi peran politisi militer dihapus dan diganti denngan Negara Republik
dalam sosial politik. Salah satu upaya yang Indonesia Serikat (RIS).
telah dilakukan adalah dikuranginya jumlah
Ciri dari periode ini adalah adanya
anggota ABRI dalam badan legeslatif, sehingga
kemerdekaan berpolitik dengan mendapat
secara bertahap ABRI kembali ke posisinya.
kebebasan mendirikan partai politik.
Tulisan ini mencoba menelusuri akar Kebebasan mendirikan partai politik ini
sejarah munculnya keterlibatan ABRI dalam setelah dikeluarkan Maklumat Pemerintah
bidang sosial politik. Pembahasannya lebih pada tanggal 3 November 1945,2 yang intinya
dititikberatkan pada beberapa alasan yang 1
Syahrir, Ekonomi Politik Kebutuhan Pokok
menjadi dasar kebijakan pemerintah untuk Sebuah Tinjauan ProspektifI, LP3ES, Jakarta, 1983,
melibatkan ABRI dalam bidang sosial politik hal. 3.
2
Deliar Noer, “Perkembangan Demokrasi Kita”,

24
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 14

25
Dwi Fungsi ABRI :
Melacak Sejarah Keterlibatan ABRI dalam Kehidupan Sosial Politik dan Perekonomian Indonesia

meberikan kepada rakyat untuk mendirikan Tahun 1949-1957 sistem politik Indonesia
partai politik. Maklumat inidikeluarkan dengan disebut Demokrasi Liberal atau Demokrasi
harapan partai-partai itu dapat memperkuat Konstitusional. Sistem ini didasarkan pada
perjuangan dalam mempertahankan UUDS. Dari segi pengembangan partai politik,
kemerdekaan dan menjamin keamanan periode ini tidak berbeda dengan periode
rakyat.3 Sejak itu munculllah sejumlah sebelumnya, di mana adanya penekanan pada
partai politik4 baik yang baru maupun yang demokrasi kedaulatan rakyat, kebebasan
pernah muncul masa-masa prakemerdekaan. berbicara dan pers, serta tertib hukum dan
Organisasi-organisasi yang muncul pada sebagainya. Pemerintah dikuasai oleh elit
masa pergerakan kebangsaan seolah-olah sipil. Partai politik dipandang sebagai lembaga
menemukan masa perkembangannya di era masyarakat yang tertenting bagi partisipasi
ini. rakyat dalam kehidupan nasional.6

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Dua sistem politik ini menandakan
di era ini yang memegang kendali politik Adanya minat pemerintah untuk menciptakan
adalah para politisi sipil. ABRI yang pada negara Indonesia lebih demokratis dengan
masa belakangnan mewarnai struktur politik memberikan kesempatan seluas-luasnya
Indonesia, pada masa ini tidak memiliki peran kepada rakyat Indonesia untuk mendirikan
politik. Terbentuknya negara RIS pada akhir partai politik. Dengan banyaknya partai politik
tahun 1949 menimbulkan kesan habis manis diharapkan masyarakat dapat menyalurkan
sepah dibuang di kalangan ABRI, khususnya hak politiknya melalui organisasi yang
mereka yang berasal dari lascar rakyat. Pada dibentuk sesuai dengan heterogenitas bangsa
masa ini ABRI menjadi alat yang dikendalikan Indonesia, di samping adanya kecenderungan
oleh pemerintahan sipil.5 pada upaya mempertahankan kemerdekaan.

dalam Seri Prisma, Demokrasi dan Proses Politik, Sebagai sebuah negara yang menganut
LP3ES, Jakarta, 1986, hal. 79. system politik liberal, pemerintah dipegang
3
Wiyono R, Organisasi Kekuatan Sosial Politik oleh politisi sipil, terutama dari partai yang
di Indonesia,Alumni, Bandung, 1982, hal. 16.
menang dalam pemilihan umum. Sistem
4
Ada lima faktor yang mendorong partisipasi
masyarakat Indonesia waktu itu. Pertama adanya ini menolak keterlibatan militer dalam
kebebasan berkompetisi di segala bidang, politik. Keterlibatan militer secara langsung
termasuk bidang politik. Kedua, memungkinkan
tumbuhnya kreativitas politik. Ketiga, Keleluasaan merupakan gejala politik yang tidak disenangi
untuk mengorganisasikan diri sehingga organisasi dan selalu dicurigai oleh negara-negara
masyarakat dan partai dapat tumbuh dengan
yang menganut paham liberal. Peran sosial
subur. Keempat, adanya penyebaran sumber daya
politik yang berupa kekayaan dalam masyarakat. politik yang dimainkan oleh militer dianggap
Kelima, adanya distribusi kekuatan di kalangan dapat mengganggu kehidupan politik
masyarakat sehingga tercipta suatu perimbangan
kekuasaan. Arbi Sanit, Swadaya Politik Masyarakat, Desakan Kuat Reformasi Atas Konsep Dwifungsi
Telaah Tentang Keterkaitan Organisasi Masyarakat, ABRI, Mizan, Bandung, 1998, hal. 7.
Partisipasi Politik dan Pertumbuhan Hukum dan 6
Albert Widjaja, Budaya Politik dan
Hak Azasi, PT Rajawali, Jakarta, 1985, hal. 96-97. Pembangunan Ekonomi, LP3ES, Jakarta, 1982, hal.
5
Indra Samego, et.al., Bila ABRI Menghendaki 87.

26
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 15

27
Anwar

karena terlibatnya orang-orang bersenjata pertimbangan yang menjadi alasan untuk


di dalamnya, sehingga kompetisi tidak lagi menempatkan ABRI dalam tatanan sosial
berjalan dengan wajar. Akibatnya adalah politik Indonesia. Para elit politik sipil
terdesaknya politisi sipil oleh politisi militer. dari berbagai partai politik pada saatitu
Oleh karena itu, militer dalam negara-negara dihadapkan pada suatu kenyataan yang sangat
liberal dijadikan sebagai alat bagi politisi berat dalam menciptakan kestabilan politik
sipil yang dapat diggunakan sesuai dengan secara nasional, yaitu dalam menyusun sebuah
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang Undang-Undang Dasar Negara. Pembicaraan
dipegang oleh sipil. Bagi negara-negara liberal mengenai ideology berjalan a lot antara partai-
kehadiran militer dalam dunia politik berarti partai politik besar, antara PNI berpaham
membuka peluang terjadinya perebutan nasionalis dan mempertahankan UUD 1945
kekuasaan (kudeta) yang diwarnai dengan dengan kalangan Islam yang menghendaki
kekerasan senjata. Keikutsertaan militer dalam Indonesia berideologi Islam serta kalangan
politik tanpa menanggalkan status kemiliteran Kristen meyakini kesatuan nasional hanya
mereka dikhawatirkan akan mengganggu dapat dipelihara melalui system negara
kompetisi politik yang sehat di antara politisi sekuler. Perbedaan tersebut menimbulkan
sipil, karena kecenderungan militer untuk ketegangan sosial dan konfrontasi politik yang
menggunakan senjata untukmencapai berlarut-larut.9
tujuannya.7
Peralihan ke system Demokrasi Terpimpin
Jika militer telah melakukan intervensi yang di dalamnya mulai ditempati unsure-
dalam politik, mereka akan melkakukan unsur militer ini salah satunya didasarkan
peran-peran politik seperti konsolidasi pada konflik ideologis yang berujung pada
kekuasaan, mempromosikan integrasi pemberontakan daerah yang dilakukan oleh
nasional, membangun dukungan massa PRRI/Permerta. Faktor ini menyebabkan
bagi pemerintahan yang notabene juga perpecahan dalam tubuh ABRI, sehingga
merupakan legitimasi bagi peran politik pimpinan ABRI di beberapa daerah melibatkan
militer, membangun institusi-institusi diri dalam pemberontakan daerah tersebut.
politik dan menjadi broker politik. Dua Dampaknya adalah semakin kuatnya Soekarno
hal tersebut terakhir dapat pula diartikan untuk mengambil alih kekuasaan politik yang
bahwa selain membangun institusi-institusi secara kebetulan diperlancar oleh kegagalan
politik yang baru, militer juga membubarkan, konstituante untuk menghasilkan sebuah
menghapuskan atau memperlemah institusi- konstitusi baru sebagai pengganti UUDS
institusi politik lama yang dianggap dapat 1950.10 Pengalaman ini telah menyebabkan
membahayakan posisi dan peran mereka Soekarno melakukan intervensi dalam partai
dalam politik.8 politik dan mulai merekrut unsure militer
sebagai patner dalam pemerintahannya,
Presiden Soekarno mempunyai beberapa
9
Albert Widjaya, Op.cit., hal. 88
7
Indria Samego, Op.cit., hal. 62. 10Iswandi, Bila ABRI Menghendaki, Mizan,
8
Ibid., hal. 69. Bandung, 1998, hal. 80.

28
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 16

29
Dwi Fungsi ABRI :
Melacak Sejarah Keterlibatan ABRI dalam Kehidupan Sosial Politik dan Perekonomian Indonesia

apalagi didukung oleh keberhasilan militer Kondisi politisi sipil ini ditafsirkan oleh
dalam menghanvurkan pemberontakan Soekarno sebagai kegagalan partai-partai
bersenjata. Konsekwensinya adalah militer politik. Ia menyalahkan partai politik sebagai
mendapat perhatian yang besar dari Presiden. penyebab utama kebrobrokan politik Indonesia
sampai akhir decade tahun 1950-an. Inilah
Salah Satu prinsip Demokrasi Terpimpin
salah satu alasan baginya untuk mendekritkan
adalah menyederhanakan keadaan kepartaian
kembali ke UUD 1945 dan member peluang
dengan mengurangi jumlah partai politik,
kepada ABRI untuk berkiprah dalam bidang
di mana Maklumat Pemerintah tanggal 3
sosial politik. Konflik yang berkepanjangan
November 1945 dinyatakan tidak berlaku lagi,
menyebabkan diumumkannya keadaan
sebab dengan banyaknya partai politik tidak
Darurat Perang pada Maret 1958. Sebelum
berhasil mencapai stabilitas politik sehingga
itu Soekarni telah merekrut perwira-perwira
membahayakan keselamatan negara. Bebarapa
ABRI untuk duduk dalam Dewan Nasional,
organisasi dibubarkan, seperti Masyumi.11
kemudian disusul dengan duduknya anggota
Soekarno berseberangan dengan Hatta ABRI dalam cabinet, lembaga legeslatif dan
melalui Maklumat Wakil Presiden No. X pemerintah daerah. Tujuan semula adalah
tanggal 16 Oktober 1945 membentuk Sistem untuk mengimbangi politisi sipil yang
Parlementer. Maklumat itu juga mengurangi dianggap kurang berprestasi. Kehadirabn
kekuasaan Soekarno dan memberikan ABRI diharapkan dapat menetralkan keadaan
kebebasan bagi bangsa Indonesia untuk dengan mengimbangi kekuatan partai-partai
membentuk partai politik, yang berarti sehingga Soekarno dapat lebih mantap dalam
terbukanya kesempatan menghidupkan kedudukannya.13
kembali partai-partai yang pernah ada
Keputusan Soekarno melibatkan ABRI
sebelumnya (yang sebelumnya dilarang oleh
dalam kehidupan sosial politik didukung
Jepang). Namun Soekarno tidak menyukai
oleh kenyataan yang ada. Biasanya faktor
system parlementer. Ialebih cenderung pada
penting yang menyebabkan intervensi militer
system presidential. Ia menentang system
adalah ketridakmampuan otiritas sipil untuk
multi partai. Sikapnya ini menyebabkan ia
memerintah secara efektif, seperti yang terjadi
mencari format politik baru yang berbeda
pada masa Demokrasi Liberal ini, di mana
dengan demokrasi liberal di mana partai
tidak ada satupun cabinet yang berumur lebih
politik merupakan kekuatan politik yang
dari 23 bulan.14
menentukan. Alasan sikap Soekarno yang
anti partai adalah konflik antar partai politik Menurut Harold Crouch, sejak lahirnya
tidak berlarut-larut. Ketidak percayaannya ABRI memang telah menempatkan dirinya
pada partai politik akhirnya ia mencari sebagai kekuatan militer maupun politik. Di
penyeimbang untuk menandingi partai politik. mana dalam sebahagian sejarahnya ABRI
Pilihannya jatuh pada ABRI.12
Ibid., hal. 86
13

11
R. Wiyono, Op,cit., hal. 29. Arbi Sanit, Sistem Politik Indonesia, CV
14

12
Indra Samego, Op.cit., hal. 88. Rajawali, Jakarta, 1982, hal. 72

30
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 17

31
Anwar

telah memainkan peran politik yang panting. berperan sebagai penonton belaka. Namun
Selama beberapa tahun setelah kemerdekaan, bila ada gangguan terhadap kestabilan politik
ABRI menganggap dirinya sebagai pelindung. dan terjadi kekacauan sosial, ABRI yang
DI kemudian hari lebih menegaskan haknya menanggung akibatnya sebagai kekuatan
untuk berperan secara tetap dalam kehidupan Hankam. Jalan Tengah dianggap jalan terbaik
politik. Pemahaman ABRI tentang dirinya karena dapat member peluang bagi ABRI dan
sebagai kekuatan non politik tidak berlangsung sipil dalam politik.
lama, dan segera ditarik kembali ke arena
Konsepsi Jalan Tengah Nasution kemudian
politik, bukan terutama karena ambisi politik
dipertegas dengan adanya doktrin perjuangan
para perwira mereka, atau karena pandangan
TNI AD Tri Ubaya Cakti yang merupakan hasil
dangkal para politisi (sipil), tetapi semata-
seminar Angkatan Darat-I pada 2 September
mata karena keadaan politik yang memang
1965. Doktrin ini dipertegas lagi pada seminar
telah runyam, dan telah menghasilkan suatu
Angkatan Darat-II di Bandung, 25-30 Agustus
struktur kekuasaan yang tidak menentu,
1966. Melalui doktrin inilah untuk pertama
sehingga tidak mungkin membiarkan tentara/
kali dirumuskan Dwifungsi ABRI.17 Dwifungsi
ABRI memencilkan diri dari kancah kehidupan
ABRI adalah suatu doktrin yang mengesahkan
politik.15
peranan militer dalam urusan-urusan non
Presiden Soekarno dan Jenderal A.H. militer.18
Nasution merupakan dua tokoh penting
Keterlibatan ABRI dalam politik telah
yang melahirkan Dwifungsi ABRI. Nasution
berjalansemenjakrevolusikemerdekaan.Peran
memandang Dwifungsi ABRI dengan sebutan
tersebut kemudian mendapat pengesahan
Jalan Tengah yang diucapkan dalam pidatonya
secara politis dengan diikutsertakan anggota-
pada Dies Natalis AMN (Akademi Militer
anggota ABRI yang masih aktif dalam lembaga
Nasional). Pandangan ini disebut Jalan Tengah
pemerintahan secara formal untuk pertama
karena ABRI tidak diinginkan sebagai alat
kalinya pada tahun 1957. Dewan Nasional
belaka dari pemerintahan yang dikuasai oleh
yang dibentuk oleh Soekarno pada Februari
politisi sipil. Nasution juga menginginkan
1957 berisikan beberapa perwira ABRI. Badan
peran ABRI yang menguasai politik secara
tersebut yang merupakan penasehat presiden,
mutlak seperti ditunjukkan oleh banyak rezim
memberikan kesempatan bagi perwira-
militer di negara-negara lain. Jika peranan ini
perwira ABRI tersebut untuk menjalankan
dipegang secara mutlak, maka anghgota militer
peran sosial politik seperti yang dimainkan
menjadi kekuatan politik yang dominan yang
oleh politisi sipil.19
berarti tersingkirnya politisi sipil di arena
politik.16 Perkembangan ABRI dalam masalah sosial
politik juga didorong oleh faktor lain, yaitu
Dalam kasus yang pertama, ABRI hanya
15
Harold Crough, Militer dan Politik di
17
Ibid., hal. 94.
Indonesia¸Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1986, 18
Muchtar Mas’oed, Ekonomi dan Struktur
hal. 24. Politik¸LP3ES, Jakarta, 1989, hal. 19.
16
Indra Samego, Op.cit., hal. 88. 19
Iswandi, Op.cit., hal. 60.

32
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 18

33
Dwi Fungsi ABRI :
Melacak Sejarah Keterlibatan ABRI dalam Kehidupan Sosial Politik dan Perekonomian Indonesia

adanya keinginan dan perwira ABRI general memungkinkan ABRI untuk berperan dalam
awal itu sendiri. Hal ini dapat diketahui sosial politik.21
dengan melihat gerak langkah mereka
Peran ABRI terlihat pada paruh kedua
dalam mencari legalitas di tengah-tengah
revolusi kemerdekaan 1947-1949 ketika
masyarakat. ABRI mempunyai mempunyai
agresi militer I dan II. Sejak itu mulai tampak
latar belakang historis yang berbeda dengan
adanya kepercayaan rakyat terhadap ABRI.
kelompok militer negara lain, yaitu sebagai
Tanggal 5 Mei 1947 Presiden mendekritkan
pejuang rakyat dan bersatu bersama rakyat
peleburan lascar rakyat dan TRI manjadi
untuk kemerdekaan Indonesia.20
TNI. Peanan penting yang dimainkan dalam
Cikal bakal ABRI sendiri lahir pada 22 revolusi kemerdekaan membuat hubungan
Agustus 1945, ketika PPKI mengumumkjan ABRI-rakyat semakin dekat. ABRI merupakan
terbentuknya sebuah Badan Penolong ujung tombak melawan pasukan militer
Keluarga Korban Perang yang secara Belanda. Karena perjuangan melawan Belanda
keorganisasian mancakup sebuah Badan merupakan aspirasi seluruh rakyat, pasukan
Keamanan Rakyat (BKR). Tekat laskar rakyat ABRI selalu mendapat dukungan dari rakyat.
untuk menolak Belanda menginjak kakinya di Rakyat memberikan perlindungan kepada
Indonesia telah menyadarkan pimpinan sipil ABRI. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
untuk membentuk tentara nasional. Demikian banyak anggota ABRI terlibat dalam urusan
pada tanggal 5 Oktober 1945 BKR diubah pemerintahan, di samping sebagai tentara,
menjadi TKR. Tahap ini masih berfungsi juga bertugas sebagai Camat, Kepala Desa atau
sebagai penjaga keamanan dalam negeri jabatan-jabatan yang lain.
bukan menghadapi musuh dari luar. Statusnya
Perannya yang besar dalam masa
ditingkatkan lagi dari badan menjadi tentara.
revolusi telah membentuk citra di kalangan
Sejak awal kemerdekaan, ABRI lebih ABRI bahwa mereka adalah pelopor dan
memusatkan perhatian pada ancaman pembela utama Republik Indonesia semenjak
dan gangguan keamanan yang datang dari penghujung tahun 1950-an. Di samping itu,
dalam negeri. Banyak kasus pemberontakan, disiplin kerja yang tinggi, semangat korps yang
gerakan subversi dan berbagai gangguan kuat, prosedur kerja yang sistematis.22
keamanan lainnya yang dapat mengganggu
Jasa-jasa itu kemudian dikristalkan
persatuan dan kesatuan bangsa, mengancam
menjadi nilai dan orientasi yang
landasan ideology dan menghalangi upaya
diwariskankepada generasi selanjutnya. Nilai-
pembangunan telah memaksa ABRI untuk
nilai dan orientasi militer. Secara garis besar,
melihat ke dalam, dalam masalah pertahanan
merupakan hasil dari sejarah pengalaman yang
keamanan. Hal ini pulalah yang menyebabkan
dimiliki para anggota militer. Pada gilirannya,
lahirnya konsep Dwifungsi ABRI yang
sejarah asal usul dan peran militer tersebut
20
MC. Ricklefs, A History of Mmodern Indonesia,
London and Basingtoke : The Macmillan Press Lt,
21
Indira Samego, Op.cit., hal. 196.
1981, hal. 218. 22
Ibid., hal. 91.

34
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 19

35
Anwar

membentuk suatu tradisi dan seperangkat berperan besar dalam usaha-usaha mencapai
nilai, yang di dalamnya para generasi perwira kemerdekaan Indonesia, membuat para
militer pendahulu dan penerusnya cenderung perwiranya ingin masuk lebih jauh dalam
untuk mematuhi dan mengekalkannya. Untuk kehidupan politik.
mendapat keabsahan di masyarakat, nilai
Para intelektual dan staf pengajar telah
dan orientasi itu dkipublikasikan kepada
berusaha member argumentasi ilmiahg untuk
masyarakat luas, baik melalui media cetak
member keabsahan para peran politik ABRI
maupun elektronik.
seperti yang sedang menjadi arus pemikiran
Nilai dan orientasi militer yang dibakukan ala akademisi Barat diera 1960-an. Ancaman
oleh para perwira dari generasi ke generasi komunisme terhadap agama, ideology negara.
atas dasar pengalaman sejarah yang mereka Pancasila menjadi pemersatu para akademisi,
alami, termasuk dalam hal ini pengungkapan intelektual, mahasiswa sebagai pasangan
persepsi bahwa militer lebih mengutamakan junior dengan ABRI. Dengan demikian,
kepentingan rakyat, negara dan bangsa dalam penghapusan tanpa pengadilan, hukum mati,
sikap dan tingkah lakunya. Salah satu nilai pembubaral organisasi sosial politik terhadap
dan orientasi yang diwariskan oleh perwira PKI dan unsur-unsur pendukung Orde Lama
generasi pertama ABRI, seperti Panglima Besar berjalan lancar.24 Dwifungsi juga dibantu oleh
Soedirman, Jenderal Urip Soemohardjo, Gatot mahasiswa, HMI, juga ahli ekonomi, karena
SUbroto, Simatupang dan Nasution, ialah ABRI mereka anti komunis.25
berasal dari rakyat, sehingga ABRI secara alami
Keterlibatan ABRI dalam bidang sosial
selalu membela rakyat. ABRI selalu bertugas
politik di kemudian hari berjalan di luar
membela rakyat yang merupakan sumber
perkiraan kedua tokoh utama penggagas atau
ABRI itu sendiri. Sebaliknya rakyat member
perintisnya (Soekarno-Nasution). Dwifungsi
dukungan kepada ABRI dalam menjalankan
yang diharapkan menjadi penyeimbang bagi
fungsi-fungsinya.
partai politik ternyata pada masa Soeharto
Nilai-nilai dan orientasi ini bukan saja (Orde Baru) telah berjalan melampau
diwariskan dari generasi ke generasi melainkan sasarannya. Pada masa ini peran partai politik
juga diindoktrinasikan kepada masyarakat berkurang, sebaliknya peran serta ABRI
sebagai bagian untuk mendapatkan semakin meningkat. Dwifungsi ABRI yang
legitimasi peran ABRI dalam sosial politik. semula diharapkan tidak lagi sebagai alat sipil
Karena itu, tidak mengherankan jika sampai semata, tetapi juga tidak sebagai rezim militer,
sekarang nilai dan orientasi ini diterima oleh ternyata pada masa Orde Baru memainkan
sebahagian masyarakat Indonesia. Orientasi peranan yang lebih jauh. Pada masa ini yang
kerakyatan ini kemudian dikembangkan oleh paling esensial adalah keterlibatan mereka
generasi ABRI angkatan 1945 dan penerusnya dalam proses pengambilan keputusan politik
bahwa apa yang terbaik buat rakyat, terbaik
pula buat ABRI.23 Pemikiran bahwa militer
24
Seri Prisma,Demokrasi dan Proses Politik,
LP3ES, Jakarta, 1986, hal. 161.
23
Iswandi, Op.cit. hal. 75. 25
Ibid., hal 143.

36
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 20

37
Dwi Fungsi ABRI :
Melacak Sejarah Keterlibatan ABRI dalam Kehidupan Sosial Politik dan Perekonomian Indonesia

nasional.26 Pandangan Orde Baru sama dengan perubahan dalam struktur politik yang
pandangan Orde Lama. Keterlibatan ABRI dimaksudkan untuk memurnikan birokrasi
secara langsung dalam politik bertujuan untuk pemerintah sebagai birokrasi yang tidak
mencegah diambilnya keputusan-keputusan dipengaruhi oleh partai politik. Baru tahun
pollitik yang bertentangan dengan Pancasila, 1975 dengan keluarnya Undang-Undang No.
Proklamasi dan UUD 45.27 3 jumlah partai politik dikurangi dari sepuluh
menjadi dua, ditambah dengan Golongan
Dengan cara itu.maka salah satu cirri
Karya (Golkar) yang menolak menamakan
pemerintahan Orde Baru adalah pelembagaan
dirinya dengan partai politik. Tampaknya
peran sosial politik ABRI. Selama ini
usaha ini berhasil setelah Golkar menang
pelaksanaan Dwifungsi ABRI lebih bersifat
dalam Pemilu 1971. Hal ini dapat memulihkan
structural, atau bersifat kuantitatif, di mana
iklim politik. Birokrasi dapat berjalan dengan
lahirnya ABRI sebagai kekuatan politik
teratur terutama untuk menopang program
yang ditandai dengan duduknya anggota
pembangunan.28
ABRI dalam berbagai jabatan pemerintah
(eksekutif) baik di pusat maupun di daerah Upaya penyederhaan kepartaian melalui
serta adanya jatah khusus sejumlah anggota keluarnya Undang-Undang Nomor 3 tahun
ABRI di lembaga legeslatif yang diangkat tanpa 1975 dan penetapan Pancasila sebagai satu-
melalui prosedur Pemilu. satunya azaz dalam Undang-Undang tahun
1985 dapat dilihat sebagai langkah ke arah
Ada beberapa alasan yang dijadikan
pengembangan kehidupan kepartaian yang
pijakan oleh Orde Baru untuk mengukuhkan
lebih berorientasi pada program pembangunan
Dwifungsi ABRI bahkan memperluas
di samping upaya mengurangi terjadinya
kebebasannya dalam bidang ekonomi, yaitu
persaingan-persaingan yang diakibatkan oleh
kerena ABRI dipandang sebagai pihak yang
banyaknya partai.29
memiliki kekuatan dalam menanggulangi
persoalan negara. Soeharto juga diilhami Penyederhanakan kepartaian ini
oleh pengelaman sejarah bahwa politisi juga bertujuan untuk mengekalkan kursi
sipil dipandang tidak mampu memecahkan kepresidenan dalam kekuasaannya. Setelah
persoalan negara. Jadi untuk mencegah penyederhanaa, kemudian diberlakukan
disintegrasi bangsa, Soeharto member azaz tunggal (Pancasila), lalu dengan simpati
kebebasan besar kepada ABRI dalam bidang dan dukungan ABRI akan memudahkan bagi
politik bahkan dalam bidang ekonomi di satu Soeharto untuk berkuasa lebih lama. Dengan
pihak, menyederhanakan partai politik di kesamaan azas pertikaian ideology terhindar.
pihak lain. Karena partai memiliki kesamaan gerak dan
arah perjuangan.
Dalaam tahun 1967-1971 setelah terjadi
peristiwa G.30/S PKI diusahakan beberapa
Albert Widjaya, Op.cit., hal. xiv.
28

26
Ibid., hal 89. Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik,
29

27
Indria Samego, Op.cit., hal. 55. IKIP Pres, Semarang, 1995, hal. 138.

38
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 21

39
Anwar

Keterlibatan Abri Dalam Bidang Ekonomi juga telah dimulai sejak Soekarno berkuasa.
Pada awalnya keterlibatannya terlihat pada
Kepentingan-kepentingan material ABRI
aktivitas bisnis. Dalam perkembangannya,
jugaikut memainkan peran penting dalam
setelah militer berhasil memberlakukan
keputusan militer untuk ikut campur tangan
Undang-Undang Darurat Perang tahun 1957,
dalam bisang politik. Militer mempunyai
aktivitas ABRI di bidang ekonomi semakin
kepentingan kelompok, baik untuk
berkembang, terutama setelah nasionalisasi
memperoleh fasilitas militer maupun untuk
perusahaan asing, mulai dari perusahaan
memberikan gaji yang layak bagi anggotanya.
Belanda, Inggris, Amerika Serikat dan lainnya
Jika para pemimpin sipil gagal dalam
pada tahun 1963-1965. Perusahaan tersebut
memenuhi kebutuhan tersebut, maka akan
kemudian dijadikan Badan Usaha Miilik Negara
timbul kecenderungan yang lebih besar bagi
(BUMN) di mana ABRI tetap memegang kendali
militer untuk terpolitisasi dan terintervensi
utama melalui departemen-departemen
dalam politik.
dalam pemerintahan. Dalam BUMN inilah
Kondisi-kondisi sosial ekonomi, kedaan terjadi segi-segi pemanfaatan jabatan untuk
politik dalam negeri dan faktor internasional keuntungan ekonomi para pengusaha militer,
dapat memperkuay kecenderungan militer yang kemudian dengan keuntungan tersebut
untuk intervensi dalam bidang politik. Pada mereka mendirikan perusahaan-perusahaan
umumnya intervensi militer tidak terjadi di swasta, baik atas namanya sendiri ataupun
negara-negara yang secara politik, ekonomi atas nama keluarga, atau teman-temannya.30
dan sosial telah maju. Di negara maju, militer
Peranan ABRI di bidang ekonomi dimulai
berada dalam supremasi sipil. Sistem politik
pada masa darurat di mana beberapa prajurit
yang sudah mapan (stabil dan dinamis)
ABRI pada masa Demokrasi Parlementer
pendapatan per kapita yang tinggi, tingkat
(1949-1959) menapat tugas untuk mengambil
industrialisasi yang tinggi, ditambah dengan
alih (nasionalisasi) perusahaan asing
kesadaran politik dan hukum rakyatnya yang
(Belanda) tahun 1958/1958. Penugasan ini
sangat tinggi, telah mengurangi kemungkinan
dalam rangka pengamanan terhadap usaha
terjadinya intervensi militer. Bukan berarti
penguasaan oleh para buruh yang kebanyakan
bahwa peran politik militer hilang sama sekali,
tergabung dalam SOBKI (Sentral Organisasi
militer pada dasarnya juga ikut berperan
Buruh Seluruh Indonesia) yang berafiliasi
seperti dalam aktivitas civic-mission untuk
dengan PKI. ABRI merasa berkewajiban
menanggulangi bencana alam atau bencana
menyelamatkan harta kekayaan negara dari
lainnya. Dalam konteks ini kadar keikutsertaan
penguasaan PKI.31
militer sangat rendah, hanya menjalankan
fungsi perbantuan yang bersifat sementara. Keterlibatan ABRI dalam bidang ekonomi
ini tidak terlepas juga dari peran ganda yang
Di Indonesia, keterlibatan militer
dimainkan oleh militer yang dilahirkan oleh
dalam bidang ekonomi seiring dengan
keterlibatannya dalam bidang politik yang 30
Indra Samego,Op.cit., hal. 250.
31
Ibid., hal. 119

40
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 22

41
Dwi Fungsi ABRI :
Melacak Sejarah Keterlibatan ABRI dalam Kehidupan Sosial Politik dan Perekonomian Indonesia

Jenderal A.H. Nasution. Ia merumuskan dua yang tidak dipergunakan lagi di sebelah utama
aspek yang menonjol keterlibatan militer Sumatera. Pertamina yang didominasi oleh AD
dalam dua bidang. Di satu sisi sebagai ini berubah menjadi Pertamina pada tahun
kekuatan pertahanan dan keamanan, di 1968. Secara formal Ibnu SUtowo bertanggung
sisi lain berkaitan dengan kekaryaan. jawab kepada Menteri Pertambangan,
Kekaryaan ini meliiputi kekaryaan bidang namun dalam prakteknya perusahaan ini
sosial ekonomi dan bidang politik. Dengan berjalan seperti perusahaan swasta. Ia hanya
demikian Dwifungsi merupakan faktor yang bertanggung jawab kepada pimpinan ABRI.34
melegitimasi kehadiran ABRI dalam aktivitas
Perusahaan negara lain yang dikuasai
ekonomi, yang didukung oleh keterlibatan
oleh ABRI adalah Bulog yang didirikan tahun
mereka dalam bidang politik.32
1966. Pada waktu itu dipimpin oleh Letnan
Ketika dicanangkan PELITA, ABRI kembali Jenderal Tirtosudiro. Tugas Bulog saat itu
mendapat penugaskaryaan di bidang ekonomi. adalah pembelian beras untuk pegawai
Pada masa awal Orde Baru, peran ekonomi negeri dan ABRI kemudian ditambah juga
ini dimaksudkan untuk mengamankan dengan penyediaan bahan makanan guna
momentum pembangunan yang digalakkan mempertahankan stabilitas harga. Akan tetapi
sejak Pembangunan Jangka Panjang (PJP) hal itu tidak dilakukan. Dana pinjaman dengan
I. Akan tetapi perkembangan selanjutnya bunga murah (3 %) dari Bank Indonesia
peranan ekonomi ABRI merambah ke berbagai tidak dipergunakan sebagaimana mestinya,
sector, sehingga menimbulkan keluhan melainkan didepositokan di Bank-bank swasta
berbagai pihak, seperti dalam perusahaan yang menawarkan bunga 10 -15 %, di samping
milik negara dan dengan mendirikan koperasi pada Bank-bank milik Angkatan Darat.
dan yayasan.
Selain BUMN, ABRI juga mempunyai
Peran ABRI awal Orde BAru ini bebeapa badan usaha yang bernaung di bawah
dimaksudkan untuk menjamin pengalihan yayasan dan koperasi. Alasan didirikannya
dana yang tetap ke kas Angkatan Darat tanpa badan usaha ini karena biaya rutin dari negara
menimbulkan kekacauan ekonomi.33 Untuk itu dipandang tidak mencukupi. Mereka perlu
perwira AD banyak ditugaskan dalam berbagai lebih banyak anggaran untuk memenuhi
sector usaha negara yang dianggap dapat kebutuhan dan mensejahterakan anggotanya.
memenuhi kebutuhan mereka. Pertamina Oleh karena itu, yayasan dan koperasi yang
merupakan salah satu BUMN yang dipakai berlabel Angkatan Darat, Angkatan Udara,
untuk mengisi kas mereka. Pada tahun 1957, Kepolisian tumbuh menjamur. Koperasi ini
ketika masih bernama Permina, Kasad Jenderal ada yang merupakan alat kepentingan bisnis
Nasution menyuruh Diputi II Kolonel Ibnu swasta untuk melancarkan bisnis mereka,
Sutowo untuk mengambil alih lading minyak seperti angkkutan truk yang berlabel koperasi
ABRI, ternyata milik swasta.
32
Iswadi, Op.cit., hal. 103.
33
Nasution, Kekaryaan ABRI, Seruling Masa,
1971, hal. 19. 34
Indra Samego, Op.cit., hal. 121.

42
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 23

43
Anwar

Dalam bidang yayasan terdapat dalam perjuangan bangsa. Peran-peran


bermacam-macam yayasan yang umumnya historisnya dikristalkan, diindoktrinasi dan
milik Kostrad.Ada yang bergerak dalam disebarluaskan ke khalayak ramai melalui
konsesi hutan, penerbangan, perdagangan media massa sebagai suatu usaha untuk
dan produksi film. Ditambah lagi dengan mencari legitimasi dari masyarakat dengan
perusahaan yang menggunakan badan usaha semboyan kerakyatan. Oleh karena itu,
perseroan terbatas (PT) dalam bidang- Jenderal A.H. Nasution mencetuskan peran
bidang perdagangan, pemeliharaan gedung, serta militer dengan nama Dwifungsi ABRI.
angkutan, manufaktur dan perkapalan,
Seiring dengan keterlibatannya dalam
perhotelan, pembangunan jalan. Usaha-usaha
bidang sosial politik, ABRI juga berperan dalam
ini diharapkan dapat mensejahterakan ABRI.
sosial ekonomi walaupun pada awalnya hanya
Akan tetapi dalam kenyataannya aktivitas
sebatas pada usaha pengamanan perusahaan
ini sering mengganggu perekonomian yang
swasta nasional peninggalan perusahaan
dijalankan oleh kalangan sipil.35
asing. Namun pada masa pemerintahan Orde
Baru Dwifungsi ABRI dikukuhkan bahkan
perannya lebih luas. Hampir semua sektor
Kesimpulan
ekonomi strategis dikuasai oleh ABRI.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
Pada masa pemerintahan Orde Baru peran
bahwa keterlibatan ABRI dalam bidang
serta kalangan ABRI dalam bidang sosial
sosial politik di Indonesia sudah dimulai
politik-ekonomi menjadi penyokong kuat bagi
sejak pemerintahan Demokrasi Terpimpin
Soekarno untuk dapat berkuasa lebih lama,
di bawah Presiden Soekarno. Secara politis
walaupun hal ini bertentangan dengan ide-ide
tindakan Soekarno memasukkan kalangan
dasar yang digagas oleh A.H. Nasution, yang
militer dalam struktur pemerintahannya
diharapkan sebagai berberan sebagai posisi
cukup beralasan, yaitu kegagalan politisi sipil
tengah, ternyata belakangan mendominasi
dalam merumuskan ideology negara yang
berbagai sector dan menjadi penentu dalam
tidak ada kesepakatan antar partai dalam
berbagai kebijakan pemerintah.
siding konstituante. Kegagalan ini dianggap
membahayakan stabilitas politik nasional
dan mengancam keutuhan negara. Karena
Daftar Pustaka
itu Presiden Soekarno merekrut kalangan
militer untuk mengimbangi politisi sipil dalam
pemerintahannya.
Albert Widjaja, Budaya Politik dan
Pembangunan Ekonomi, LP3ES, Jakarta,
Di samping itu, pihak kalangan militer
1982.
sendiri menganggap bahwa mereka punya
akar historis untuk dapat masuk dalam Arbi Sanit, Swadaya Politik Masyarakat,
Telaah Tentang Keterkaitan Organisasi
tatanan sosial politik, yaitu jasa-jasa mereka Masyarakat, Partisipasi Politik dan
35
Indra Samego, Op.cit., hal. 126-130 Pertumbuhan Hukum dan Hak Azasi, PT

44
ADABIYA, Volume 20 No. 1 Februari 2018 24

45
Dwi Fungsi ABRI :
Melacak Sejarah Keterlibatan ABRI dalam Kehidupan Sosial Politik dan Perekonomian Indonesia

Rajawali, Jakarta, 1985.


-------, Sistem Politik Indonesia, CV
Rajawali, Jakarta, 1982.
Deliar Noer, “Perkembangan
Demokrasi Kita”, dalam Seri
Prisma, Demokrasi dan Proses
Politik, LP3ES, Jakarta, 1986.
Harold Crough, Militer dan Politik di
Indonesia¸Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1986.
Indra Samego, et.al., Bila ABRI
Menghendaki Desakan Kuat
Reformasi Atas Konsep Dwifungsi
ABRI, Mizan, Bandung, 1998.
Iswandi, Bila ABRI Menghendaki, Mizan,
Bandung, 1998.
Muchtar Mas’oed, Ekonomi dan
Struktur Politik¸LP3ES, Jakarta,
1989.
Nasution, Kekaryaan ABRI, Seruling
Masa, 1971
Ricklefs, MC., A History of Mmodern
Indonesia, London and Basingtoke :
The Macmillan Press Lt, 1981
Seri Prisma,Demokrasi dan Proses
Politik, LP3ES, Jakarta, 1986
Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku
Politik, IKIP Pres, Semarang, 1995.
Syahrir, Ekonomi Politik Kebutuhan
Pokok Sebuah Tinjauan Prospektif,
LP3ES, Jakarta, 1983.
Wiyono R, Organisasi Kekuatan Sosial
Politik di Indonesia,Alumni,
Bandung, 1982.

46

You might also like