You are on page 1of 9

Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 6 No. 1 Februari 2016 Tri M.

Penerapan Asas Kebebasan … 39

Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak


Dalam Perjanjian Jual Beli Dikaitkan Dengan Batalnya
Suatu Perjanjian Disebabkan Oleh Wanprestasi
Tri Mulyani 1)
1)
Universitas Islam Nusantara, Bandung
E-mail: s2_hk_pps_uin@yahoo.co.id

Abstract.. The aim of this research is to answer the legal issues regarding the implementation of
freedom of contract principles in purchase agreement associated with cancellation of agreement
which caused by breach of contract. Research specifications are normative legal research using
secondary data. The type of data is qualitative data obtained from primary legal materials,
secondary legal materials, and tertiary legal materials. Stages of research through library research
which aims to study, examine, and trace secondary data. Data collection techniques are literature
studies that are collecting and analyzing secondary data recognizing the object of research. Data
obtained, grouped and arranged systematically and for further data are analyzed, in qualitative
analysis.The research results showed that (1) Associated with the fundamental freedom of contract,
the prohibition to override Article 1266 and Article 1267 Civil Code, a breach of fundamental
contractual freedom itself. Moreover, the Law Covenant set forth in Civil Code profess open system
which means that the other conditions hold, as long as no breach of the principle of propriety,
custom or law (Article 1339 Civil Code); and (2) The reason a lot of the particular actors to
override Civil Code Article 1266 and 1267 in a deal for his business needs often as interpretations
that embrace open systems Testament Law. Clauses in it only as a complement. So, the parties may
establish other conditions, provided that no violation of the principles of propriety, custom or law
(Article 1339 Civil Code).

Keywords: Conditions Cancellation, Freedom of Contract Principle, Sales and Purchase Agreement

Abstrak.. Penelitian ini adalah bermaksud untuk menjawab permasalahan hukum tentang penerapan
asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian jual beli dikaitkan dengan batalnya suatu perjanjian
yang disebabkan oleh wanprestasi. Spesifikasi penelitian adalah penelitian hukum normatif dengan
memanfaatkan data sekunder. Jenis data adalah data kualitatif yang didapatkan akan bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Tahapan penelitian melalui penelitian
kepustakaan (library research) yang bertujuan untuk mengkaji, meneliti, dan menelusuri data
sekunder. Teknik pengumpulan data adalah studi pustaka yaitu mengumpulkan dan menganalisis
data sekunder mengenal objek penelitian. Data yang diperoleh, dikelompokkan dan disusun secara
sistematis dan untuk selanjutnya data tersebut dianalisis, secara analisis kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa (1) Dikaitkan dengan asas kebebasan berkontrak, larangan untuk
mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata, merupakan pelanggaran dari asas
kebebasan berkontrak itu sendiri. Apalagi Hukum Perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata
menganut sistem terbuka yang artinya para mengadakan ketentuan lain, asalkan tidak
melanggar prinsip kepatutan, kebiasaan atau undang-undang (Pasal 1339 KUHPerdata); dan (2)
Alasan banyak pihak khususnya para pelaku untuk mengesampingkan Pasal 1266 dan 1267
KUHPerdata pada perjanjian untuk keperluan bisnisnya seringkali sebagai tafsiran bahwa Hukum
Perjanjian menganut sistem terbuka. Pasal-pasal di dalamnya hanya merupakan pelengkap. Jadi,

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 6 No. 1 Februari 2016 Tri M. Penerapan Asas Kebebasan … 40

para pihak boleh mengadakan ketentuan lain, asalkan tidak melanggar prinsip kepatutan, kebiasaan
atau undang-undang (Pasal 1339 KUHPerdata)

Kata Kunci: Syarat Batal, Asas Kebebasan Berkontrak, Perjanjian Jual Beli

I. PENDAHULUAN pengadilan.1 Oleh karena itu tidak mengherankan


Kontrak menguasai begitu banyak bagian jika dalam praktek sering ada ketentuan yang
kehidupan sosial manusia, sampai-sampai orang mengenyampingkan pasal tersebut yang berarti
tidak tahu berapa banyak kontrak yang telah bahwa kontrak tersebut dapat diputuskan sendiri
dibuat setiap harinya. Kontrak dalam pengertian oleh salah satu pihak (tanpa campur tangan
yang luas adalah kesepakatan yang pengadilan) berdasarkan prinsip exceptio non
mendefinisikan hubungan antara 2 (dua) pihak adimpleti contractus 2 , jika pihak lainnya
atau lebih. Dalam hal kontrak bisnis dalam melakukan wanprestasi.
pengertiannya yang paling sederhana adalah Praktek terutama dalam perjanjian bisnis sering
kesepakatan yang dibuat oleh 2 (dua) pihak atau dijumpai ketentuan bahwa para pihak telah
lebih untuk melakukan transaksi bisnis. bersepakat menyimpang atau melepaskan Pasal
Dalam perjanjian bisnis, termasuk perjanjian 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata. Perjanjian
jual beli khususnya perjanjian jual beli secara bisnis ini biasanya disebutkan kedua belah pihak,
cicilan, selalu mencantumkan syarat batal. Syarat sepakat satu sama lain, bahwa sehubungan dengan
batal tersebut dimaksudkan apabila salah satu batalnya perjanjian ini, maka para pihak dengan
pihak wanprestasi, maka pihak lainnya dapat tegas melepaskan ketentuan dalam Pasal 1266 dan
mengakhiri perjanjian dengan sendirinya. Pasal 1267 KUHPerdata, sepanjang ketentuan
Sementara itu ketentuan Pasal 1266 dan Pasal tersebut mensyaratkan diucapkannya suatu
1267 KUHPerdata menyatakan bahwa untuk keputusan pengadilan untuk pengakhiran/batalnya
mengakhiri suatu perjanjian harus dimintakan suatu perjanjian. Berdasarkan sisi kepatutan
persetujuan hakim melalui pengadilan. mungkin Pengesampingan Pasal 1266 dan Pasal
Kalangan bisnis memandang bahwa mengakhiri 1267 KUH Perdata dapat diterima apabila
perjanjian melalui pengadilan tidak praktis, perlu substansi perjanjian telah memberikan jaminan
waktu lama, memakan biaya dan dikhawatirkan adanya keseimbangan bagi para pihak. Namun
dapat membuka rahasia perusahaan. Oleh sebab pada kenyataannya tidak jarang ditemukan
itu, dalam perjanjian bisnis, termasuk perjanjian perjanjian yang berat sebelah dan cenderung
jual beli selalu mencamtumkan pengesampingan merugikan kepentingan salah satu pihak.
terhadap ketentuan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Akibat hukum dari pencantuman klausula di
KUHPerdata tersebut. Menurut kalangan bisnis, atas, maka ketika terjadi wanprestasi, kontrak
pengesampingan Pasal 1266 dan Pasal 1267 tersebut tidak perlu dimintakan pembatalan
KUHPerdata yang disepakati para pihak, kepada hakim, tetapi dengan sendirinya telah batal
merupakan perwujudan Asas Kebebasan demi hukum. Beberapa ahli hukum maupun
Berkontrak. praktisi hukum berpendapat bahwa wanprestasi
Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata ini jelas tidak secara otomatis mengakibatkan batalnya
memberikan intervensi yang besar dari pengadilan perjanjian, tetapi harus memintakan pembatalan
dalam hal pemutusan suatu kontrak. Pasal ini pada terlebih dahulu kepada hakim. Hal ini didukung
intinya menyebutkan bahwa dengan alasan salah 1
Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional,
satu pihak tidak melaksanakan kewajibannya Alumni, Bandung, 2006, hlm. 26.
maka pihak lainnya dapat membatalkan kontrak 2
Definisi exceptio non adimpleti contractus adalah
akan tetapi pembatalan tersebut tidak boleh tangkisan bahwa pihak lawan dalam keadaan lalai juga,
dilakukan begitu saja melainkan harus melalui maka dengan demikian tidak dapat menuntut adanya
pemenuhan prestasi, diambil dari http://www.pn-
cibinong.go.id/uploads/file/Kamus_Hukum.pdf, diakses
tanggal 27 Agustus 2013.

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 6 No. 1 Februari 2016 Tri M. Penerapan Asas Kebebasan … 41

oleh alasan bahwa jika pihak debitur wanprestasi, ayat (4) sehingga pembatalan perjanjian akibat
maka kreditur masih berhak mengajukan gugatan terjadinya wanprestasi dari salah satu pihak tidak
agar pihak debitur memenuhi perjanjian. perlu dimintakan kepada hakim. Perjanjian seperti
Pendapat beberapa akhli hukum, termasuk itu akibatnya akan otomatis batal demi hukum.
praktisi pengadilan, terbelah menjadi 2 (dua). Di Pengesampingan Pasal 1266 ayat (2) hingga ayat
salah satu sisi para akhli berpendapat Pasal 1266 (4) yang berakibat pelepasan hak para pihak untuk
dan Pasal 1267 KUHPerdata merupakan aturan menuntut pembatalan perjanjian di depan hakim,
yang bersifat memaksa (dwingend recht), secara tegas harus dicantumkan di dalam akta
sehingga tidak dapat disimpangi oleh para pihak perjanjian yang bersangkutan.
(Putusan Mahkamah Agung No. 369 PK/Pdt/2011; Berdasarkan latar belakang di atas, maka
Putusan Mahkamah Agung No. 2782 K/Pdt/2009). identifikasi masalah dalam penelitian ini
Di lain sisi terdapat pendapat yang berbeda yaitu dirumuskan sebagai berikut: (1) Bagaimana
Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata kedudukan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab
merupakan aturan yang bersifat melengkapi Undang-Undang Hukum Perdata terhadap asas
(aanvullend recht), sehingga dapat disimpangi kebebasan berkontrak? (2) Bagaimana praktik di
oleh para pihak (Putusan Pengadilan Negeri pengadilan dalam memutus perkara yang
Surakarta dengan Putusan Nomor: berkaitan dengan pencantuman syarat batal dalam
33/Pdt.G/2012/PN.Ska; Putusan Mahkamah suatu perjanjian jual beli?
Agung No. 153 PK/Pdt/2011).
Dua pendapat tersebut di atas saling bertolak II. METODE
belakang, yaitu: pertama, pendapat yang Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam
menyatakan bahwa Pasal 1266 dan 1267 penelitian ini adalah penelitian hukum normatif,
KUHPerdata merupakan aturan yang bersifat dikatakan penelitian hukum normatif karena
memaksa (dwingend recht), sehingga tidak dapat penelitian ini akan memanfaatkan data sekunder.
disimpangi oleh para pihak, dan kedua, pendapat Jenis data yang disampaikan oleh penulis adalah
yang menyatakan bahwa Pasal 1266 dan 1267 data kualitatif yaitu dimana peneliti akan
KUHPerdata merupakan aturan yang bersifat menyajikan data yang berupa kata, kalimat,
melengkapi (aanvullend recht), sehingga dapat maupun tabel atau gambar 4 , yang selanjutnya
disimpangi oleh para pihak.3 disusun secara utuh dalam bentuk penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas tersebut, hukum. Melalui pendekatan tersebut, akan diteliti
justru menjelaskan bahwa ketentuan kedua pasal syarat batal suatu perjanjian jual beli tanah
tersebut sebenarnya tidak salah. Sekalipun dikaitkan dengan asas kebebasan berkontrak,
wanprestasi dianggap sebagai syarat batal dimana data yang didapatkan akan bahan hukum
sehingga menyebabkan perjanjian berakhir, primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
berakhirnya perjanjian itu bukan karena demi tersier.5
hukum, melainkan harus melalui pernyataan Penelitian terhadap tesis ini dilakukan melalui
pembatalan oleh hakim. Hal ini jelas terlihat dari penelitian kepustakaan (library research) yang
Pasal 1266 ayat (2) KUH Perdata dimana dalam bertujuan untuk mengkaji, meneliti, dan
hal demikian persetujuan tidak batal demi hukum, menelusuri data sekunder yang berupa bahan
tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hukum primer, yaitu berupa peraturan perundang-
pengadilan. Tampaknya kekuatan ini justru sering undangan yang berkaitan dengan permasalahan
dikesampingkan, alasannya Pasal 1266 dan 1267 yang akan dikaji6, terdiri dari (1) Undang-Undang
KUH Perdata bukan ketentuan hukum yang
bersifat memaksa sehingga dapat disimpangi oleh
4
para pihak yang membuat perjanjian. Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.,
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001. hlm. 34.
Para pihak contohnya, dengan tegas dapat 5
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan
mengesampingkan Pasal 1266 ayat (2) hingga Jurumetri, cetakan IV, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008,
hlm. 97.
3 6
Agus Yudha Harmoko, Hukum Perjanjian Indonesia, Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktik,
Widya Utama, Yogyakarta, 2001, hlm. 271. Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 18.

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 6 No. 1 Februari 2016 Tri M. Penerapan Asas Kebebasan … 42

Dasar Tahun 1945, (2) Kitab Undang-Undang di dalam undang-undang. Hal ini dapat
Hukum Perdata. Bahan hukum sekunder, yaitu disimpulkan dari ketentuan yang tercantum dalam
bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata, yang berbunyi:
hukum primer dan dapat membantu menganalisis "Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
bahan-bahan hukum primer seperti misalnya hasil sebagai undang-undang bagi mereka yang
penelitian dan karya ilmiah para ahli. Bahan membuatnya.
hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang Ada ketentuan dalam Kitab Undang-Undang
memberikan informasi tentang objek penelitian Hukum Perdata, dalam hal ini Pasal 1266 KUH
seperti jurnal, diktat kuliah, bulletin dan internet. Perdata, yang memberikan ruang yang besar bagi
Data yang diperoleh, dikelompokkan dan intervensi pengadilan dalam hal pemutusan suatu
disusun secara sistematis dan untuk selanjutnya kontrak. Menurut Pasal 1226 KUH Perdata
data tersebut dianalisis, secara analisis kualitatif. tersebut, dengan alasan salah satu pihak tidak
Yang dimaksud analisis kualitatif, yaitu analisis melaksanakan kewajibannya, maka pihak lain
yang berupa kalimat dan uraian. 7 Metode yang dalam kontrak tersebut dapat membatalkan
digunakan adalah analisis yuridis, yaitu analisis kontrak yang bersangkutan, akan tetapi
yang mendasarkan pada teori-teori, konsep dan pembatalan tersebut tidak boleh dilakukan begitu
peraturan perundang-undangan. Setelah itu data saja, melainkan haruslah dilakukan lewat
yang diperoleh disusun secara sistematis dan pengadilan.
untuk selanjutnya analisis kualitatif dipakai untuk Pada prakteknya, sangat sering dalam kontrak
mencapai penjelasan yang dibahas. bisnis disebutkan bahwa jika ingin memutuskan
Penggunaan teori-teori (dan konsep-konsep, kontrak, para pihak tidak perlu harus menempuh
Penelitian) dalam menafsirkan hasil analisis prosedur pengadilan, tapi dapat diputuskan
bahan-bahan hukum bersifat normatif-prespektif langsung oleh para pihak. Dengan ini, Pasal 1266
yang diinteraksikan dengan hasil analisis fakta KUH Perdata harus dengan tegas dikesampingkan
kemasyarakatan bersifat empiris-deskriptif, berlakunya. Sebab, menurut Pasal 1266 KUH
bertujuan menghasilkan, menstrukturkan dan Perdata tersebut, setiap pemutusan kontrak harus
mensistematisasi temuan-temuan hukum baru dilakukan lewat pengadilan.
yang menjadi dasar untuk pengambilan Pengenyampingan pasal ini mempunyai makna
kesimpulan dan pengembangan teori dan konsep bahwa jika para pihak ingin memutuskan
baru, 8 sehingga tujuan akhir penelitian ini dapat perjanjian mereka, maka para pihak tidak perlu
tercapai, yaitu berkembangnya teori dan konsep harus menempuh prosedur pengadilan, tetapi
fungsi intermediasi (ius constituendum) di dapat diputuskan langsung oleh para pihak.
Indonesia ke depan. Pengenyampingan Pasal 1266 ini sendiri
sebenarnya masih merupakan kontroversi diantara
III. HASIL DAN PEMBAHASAN para ahli hukum maupun praktisi. Beberapa Ahli
A. Kedudukan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Kitab Hukum maupun Praktisi berpendapat bahwa
Undang-Undang Hukum Perdata terhadap wanprestasi secara otomatis mengakibatkan
Asas Kebebasan Berkontrak batalnya perjanjian. Sehingga wanprestasi
Suatu kontrak yang baik selalu terdapat klausul dipandang sebagai syarat batal suatu perjanjian.
mengenai cara dan akibat-akibat pemutusan Pasal 1266 KUH Perdata harus secara tegas
kontrak. Sistem pengaturan hukum kontrak adalah dikesampingkan, beberapa alasan yang
sistem terbuka (open system). Artinya bahwa mendukung pendapat ini misalnya Pasal 1338
setiap orang bebas untuk mengadakan perjanjian, ayat 1 yang menyebutkan bahwa setiap perjanjian
baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi para pembuatnya, sehingga
7 pengesampingan Pasal 1266 KUH Perdata ini
Achmad Ali, Menjelajahi Kajian Empiris terhadap
Hukum, Yasrif Watampone, Jakarta, 2008, hlm. 188. harus ditaati oleh kedua belah pihak, ditambah
8
M. Van Hoecke, dalam Bernard Arief Sidharta, Refleksi lagi bahwa jalan yang ditempuh melalui
Tentang Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2000, pengadilan akan membutuhkan biaya yang besar
hlm. 154-155.

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 6 No. 1 Februari 2016 Tri M. Penerapan Asas Kebebasan … 43

dan waktu yang lama sehingga hal ini tidak melalui pengadilan membutuhkan biaya yang
efisien bagi para pelaku bisnis.9 mahal dan waktu yang lama.
Beberapa Praktisi maupun Ahli Hukum lain Dikaitkan dengan asas kebebasan berkontrak,
menyatakan bahwa wanprestasi tidak secara larangan untuk mengesampingkan Pasal 1266 dan
otomatis mengakibatkan batalnya perjanjian tetapi Pasal 1267 KUHPerdata, merupakan pelanggaran
harus dimintakan kepada hakim. Hal ini didukung dari asas kebebasan berkontrak itu sendiri.
oleh alasan bahwa jika pihak debitur wanprestasi Apalagi Hukum Perjanjian yang diatur dalam
maka kreditur masih berhak mengajukan gugatan KUHPerdata menganut sistem terbuka yang
agar pihak debitur memenuhi perjanjian. Selain artinya para mengadakan ketentuan lain, asalkan
itu berdasarkan Pasal 1266 ayat 4 KUH Perdata, tidak melanggar prinsip kepatutan, kebiasaan atau
hakim berwenang untuk memberikan kesempatan undang-undang (Pasal 1339 KUHPerdata).
kepada debitur, dalam jangka waktu paling lama Bagi yang setuju dengan penyimpangan,
satu bulan, untuk memenuhi perjanjian meskipun biasanya, mereka mengajukan dalil bahwa
sebenarnya debitur sudah wanprestasi atau cedera perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi
janji. Hakim dalam hal ini mempunyai discrecy para pihak (Pasal 1338 KUHPerdata). Selain itu,
untuk menimbang berat ringannya kelalaian Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata terletak
debitur dibandingkan kerugian yang diderita jika pada BUKU III KUHPerdata dengan karakteristik
perjanjian dibatalkan.10 yang bersifat mengatur (aanvullend recht).
Untuk memutuskan apakah wanprestasi Berdasarkan argumentasi tersebut, para pihak
merupakan syarat batal atau harus dimintakan dapat bersandar pada asas kebebasan berkontrak
pembatalannya kepada hakim, Suharnoko untuk mensepakati bahwa untuk pemutusan
berpendapat harus dipertimbangkan kasus demi perjanjian tidak diperlukan bantuan hakim atau
kasus dan pihak yang membuat perjanjian. Penulis melalui pengadilan. Oleh sebab itu para pihak
sendiri sepakat dengan pendapat Suharnoko, memasukan klausul untuk menyimpangi Pasal
pengenyampingan Pasal 1266 KUH Perdata yang 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata dalam
membuat wanprestasi sebagai syarat batal tidak perjanjian yang dibuatnya.
menjadi masalah jika kedua pihak menyepakati
dan menerima bahwa memang telah terjadi B. Bagaimana Praktik di Pengadilan dalam
wanprestasi dari salah satu pihak, dan kedua pihak Memutus Perkara yang Berkaitan dengan
sepakat untuk membatalkan perjanjian, namun Pencantuman Syarat Batal dalam Suatu
yang menjadi masalah jika pihak yang dituduh Perjanjian Jual Beli
melakukan wanprestasi mengelak bahwa ia Terkait dicantumkannya syarat batal dalam
melakukan wanprestasi, sehingga pembatalan suatu perjanjian yaitu dengan mencantumkan
lewat pengadilan diperlukan selain terlebih dahulu klausul pengesampingan Pasal 1266 dan Pasal
untuk menentukan apakah memang ada 1267 KUHPerdata, nampaknya berbagai tingkat
wanprestasi atau tidak, juga untuk menghindari pengadilan seperti Pengadilan Negeri, Pengadilan
kesewenangwenangan salah satu pihak yang Tinggi, Mahkamah Agung Tingkat Kasasi
memutuskan perjanjian sepihak tanpa alasan yang maupun Peninjauan Kembali belum memiliki
dibenarkan oleh undang-undang sehingga pandangan yang sama. Sebagaian hakim di
merugikan pihak lainnya, sedangkan pendapat Pengadilan tersebut memandang pencantuman
yang menyebutkan bahwa pembatalan harus syarat batal dengan mengesampingkan Pasal 1266
dimintakan kepada pengadilan, akan menjadi dan Pasal 1267 KUHPerdata dibolehkan sebagai
masalah jika hal tersebut dimanfaatkan oleh implikasi dari Asas Kebebasan Berkontrak.
debitur untuk menunda pembayaran kredit atau Dalam kondisi ini maka sesuai Pasal 1338
melaksanakan kewajibannya, karena proses KUHPerdata, perjanjian yang dibuat berlaku
sebagai undang-undang bagi para pihak.
Sebaliknya sebagian hakim yang lain
9
Suharnoko, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa kasus berpendapat bahwa pencantuman syarat batal
Ed. 1. Cetakan ke. 5, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 63 dengan mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal
10
Ibid, hlm. 64.

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 6 No. 1 Februari 2016 Tri M. Penerapan Asas Kebebasan … 44

1267 KUHPerdata sebagai perbuatan yang yang tidak berakibat mengganggu ketertiban
melawan atau mengesampingkan hukum. Oleh umum. Jadi, kesepakatan para pihak dalam
sebab itu perjanjian yang dibuat dengan perjanjian tersebut untuk mengkesampingkan
mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata dapat
KUHPerdata adalah sah pada mulanya, karena dibenarkan oleh PN Surakarta.
dianggap bertentangan dengan Pasal 1320 Putusan No. 153 PK/Pdt/2011 tentang
KUHPerdata tentang sah-nya perjanjian Peninjauan Kembali (PK) atas sengketa perjanjian
diantaranya tidak bertentangan dengan kepatutan antara Perusahaan Umum (Perumka) dengan PT.
atau undang-undang. Dengan demikian perjanjian Hosseldy Rabel tentang persewaan tanah Perumka
yang mencantumkan syarat batal dengan seluas 3.096 m2 di Jalan Nyi Raja Permas, Bogor
mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 No. 204/HK/TEK/1995 tertanggal 23 November
KUHPerdata dianggap tidak pernah ada. 1995, dinyatakan bahwa Judex Facti Pengadilan
Fakta yang terjadi dalam putusan-putusan Pertama telah khilaf dan keliru serta
pengadilan, tidak semua hakim berpendapat menyalahartikan pasal 1338 KUHPerdata dalam
bahwa mengkesampingkan Pasal 1266 dan 1267 memutuskan mengenai kesepakatan para pihak
KUHPerdata tidak diperkenankan atau terkait pengesampingan pasal 1266-1267
menyimpangi hukum. Pengadilan menyampaikan KUHPerdata. Berdasarkan Judex Facti
2 putusan yang memperbolehkan Pasal 1266 dan Pengadilan Tingkat Pertama ini telah dinyatakan
1267 KUHPerdata untuk disimpangi dan 2 bahwa mengesampingkan pasal 1266 dan 1267
putusan pengadilan yang tidak memperbolehkan BW adalah tidak tepat dan tidak dibenarkan
Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata untuk karena perjanjian ditandatangani dengan
disimpangi. kesepakatan bersama sehingga pemutusan
Putusan Pengadilan Negeri Surakarta dengan perjanjian harus pula dengan kesepakatan bersama.
Putusan Nomor: 33/Pdt.G/2012/PN.Ska yang Dinyatakan dengan jelas bahwa sangat benar
memutus sengketa antara Djatmiko Hidayat, SPd sekali perjanjian termasuk pasal-pasal mengenai
(Penggugat) dengan PT. Astra Sedaya Finance pemutusan perjanjian secara sepihak
(Tergugat) dimana penggugat menggugat tergugat ditandatangani para pihak dengan kesepakatan
atas penarikan obyek sengketa berupa mobil bersama. Oleh sebab itu, klausul pemutusan
Xenia disebutnya sebagai melawan hukum, secara sepihak dengan mengabaikan pasal 1266-
sedangkan tergugat menyatakan bahwa 1267 KUHPerdata harus dianggap sebagai
tindakannya tidak melawan hukum mengingat persetujuan kedua belah pihak yang mengikat
penggunggat telah melakukan wan prestasi (kredit kedua belah pihak, sebagaimana diatur dalam
macet) sehingga Perjanjian Pembiayaan dengan pasal 1338 KUHPerdata yang menyatakan bahwa
Jaminan Fidusia Nomer 01.300-303.00.090656.0 perjanjian adalah undang-undang bagi mereka
Tanggal 13 Maret 2009 yang dibuat oleh yang membuatnya. Oleh sebab itu, pemutusan
Penggugat dengan Tergugat telah batal dengan perjanjian tidak perlu melalui lembaga pengadilan.
sendirinya mengingat dalam perjanjian tersebut Putusan No. 369 PK/Pdt/2011 tentang
kedua belah pihak sepakat untuk Peninjauan Kembali (PK) sengketa perjanjian
mengkesampingkan Pasal 1266 dan 1267 pembelian kembali "Note" atas 10 (sepuluh)
KUHPerdata. Amar putusannya Pengadilan lembar Surat Pengakuan Hutang Jangka
Negeri Surakarta memenangkan pihak tergugat. Menengah/Medium Term Note antara Presiden
Pengadilan Negeri Surakarta dalam Republik Indonesia cq. Menteri Negara Badan
pertimbangannya menyatakan bahwa tidak Usaha Milik Negara cq. PT. Djakarta Lloyd
dilarang undang-undang dan bukanlah suatu (Persero) selaku Pemohon Peninjauan Kembali
pelanggaran jika para pihak in casu Penggugat dengan PT. Globex Indonesia selaku Termohon
dan Tergugat yang membuat perjanjian Peninjauan Kembali; PT. Danpac Sekuritas dan
bermaksud melepaskan atau menyatakan tidak PT. BANK WINDU d/h. PT. BANK MULTICOR
berlakunya Pasal 1266 dan 1267 KUHPerdata selaku Para Turut Termohon Peninjauan Kembali.
yang mana pelepasan berlakunya pasal tersebut Perjanjian tersebut para pihak sepakat untuk tidak

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 6 No. 1 Februari 2016 Tri M. Penerapan Asas Kebebasan … 45

tunduk pada ketentuan pasal 1266 and (dan) 1267 bertentangan dengan hukum dan atau
Kitab Undang Undang Hukum Perdata, karenanya menyimpangi hukum.
dapat ditafsirkan, bahwa perjanjian antara para
pihak telah berakhir dan/atau batal dengan IV. KESIMPULAN
sendirinya (secara otomatis) tanpa perlu Berdasarkan rumusan masalah, tujuan
dibatalkan melalui Pengadilan. Namun para pihak penelitian dan temuan penelitian, maka dapat
dalam PK ini sepakat bahwa memang ada disimpulkan bahwa Pasal 1266 dan Pasal 1267
kesepakatan in casu para pihak untuk Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur
mengenyampingkan Pasal 1266 dan 1267 Kitab bahwa pembatalan kontrak harus dilakukan oleh
Undang Undang Hukum Perdata, terkait dengan pengadilan/hakim, sehingga pengesampingan
pembatalan perjanjian. Akan tetapi sudah menjadi Pasal 1266 dan Pasal 1267 dalam suatu kontrak
ketentuan hukum dan Yurisprudensi di Indonesia dilarang karena tidak sesuai dengan KUH Perdata.
bahwa pembatalan terhadap suatu perjanjian Dikaitkan dengan asas kebebasan berkontrak,
hanya dapat dilakukan dengan suatu putusan larangan untuk mengesampingkan Pasal 1266 dan
Pengadilan. Ketentuan dasar mengenai Pasal 1267 KUHPerdata, merupakan pelanggaran
pembatalan sepihak dalam Perjanjian Tanggal 21 dari asas kebebasan berkontrak itu sendiri.
Desember 2006 tidak memiliki nilai hukum. Apalagi Hukum Perjanjian yang diatur dalam
Putusan Mahkamah Agung No. 2782 KUHPerdata menganut sistem terbuka yang
K/Pdt/2009 tentang Perkara Perdata Tingkat artinya para mengadakan ketentuan lain, asalkan
Kasasi antara Didit Prawito selaku Pemohon tidak melanggar prinsip kepatutan, kebiasaan atau
Kasasi dengan PT. Holland Colours Asia selaku undang-undang (Pasal 1339 KUHPerdata). Bagi
Termohon Kasasi, dalam sengketa perjanjian yang setuju dengan penyimpangan, biasanya,
pengadaan rumah karyawan atas bantuan mereka mengajukan dalil bahwa perjanjian
perusahaan yang dibayarkan karyawan secara berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak
angsuran ringan tanpa dikenakan bunga. (Pasal 1338 KUHPerdata). Selain itu, Pasal 1266
Perjanjian yang dibuat kemudian para pihak telah dan Pasal 1267 KUHPerdata terletak pada BUKU
disepakati dalam hal terjadinya pemutusan III KUHPerdata dengan karakteristik yang bersifat
hubungan kerja sebelum lunasnya pembayaran mengatur (aanvullend recht).
angsuran termaksud, maka perjanjian tersebut Berdasarkan argumentasi tersebut, para pihak
batal pada ketika itu juga dan mengenai hal itu temuan peneliti dapat bersandar pada asas
para pihak sepakat menyimpang dari ketentuan kebebasan berkontrak untuk mensepakati bahwa
hukum pada Pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang- untuk pemutusan perjanjian tidak diperlukan
Undang Hukum Perdata serta Penggugat akan bantuan hakim atau melalui pengadilan. Oleh
mengembalikan seluruh jumlah angsuran yang sebab itu para pihak memasukan klausul untuk
telah diterima dari Tergugat, sedangkan Tergugat menyimpangi Pasal 1266 dan Pasal 1267
harus segera mengembalikan seluruh tanah dan KUHPerdata dalam perjanjian yang dibuatnya.
bangunan terletak di Perumahan Kedungturi Dengan demikian Pasal 1266 dan Pasal 1267
Permai Blok JKedungturi, Taman, Sidoarjo dalam KUHPerdata dalam hal ini dapat dianggap
keadaan baik dan kosong kepada Penggugat melanggar asas kebebasan berkontrak.
paling lambat dalam waktu 1 (satu) bulan Menanggapi dicantumkannya syarat batal
terhitung sejak tanggal pemutusan hubungan kerja. dalam suatu perjanjian yaitu dengan
Namun dalam pertimbangan putusannya Hakim mencantumkan klausul pengesampingan Pasal
kasasi berpendapat menyimpangi pasal 1266 dan 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata, nampaknya
1267 KUHP Perdata yang dinyatakan sendiri di berbagai tingkat pengadilan seperti Pengadilan
dalam klausula pasal-pasalnya sehingga jelas-jelas Negeri, Pengadilan Tinggi, Mahkamah Agung
perjanjian tersebut melanggar hukum. Pengertian Tingkat Kasasi maupun Peninjauan Kembali
"dibuat secara sah" dalam Pasal 1338 belum memiliki pandangan yang sama. Sebagian
KUHPerdata yang mengandung arti tidak boleh hakim di Pengadilan tersebut memandang
pencantuman syarat batal dengan

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 6 No. 1 Februari 2016 Tri M. Penerapan Asas Kebebasan … 46

mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Berdasrkan hasil penelitian yang telah
KUHPerdata dibolehkan sebagai implikasi dari dilakukan maka dapat dikemukakan saran agar
Asas Kebebasab Berkontrak. Dalam kondisi ini tidak terjadi perselisihan/ sengketa antara para
maka sesuai Pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian pihak maka dalam pencantuman klausula
yang dibuat berlaku sebagai undang-undang bagi termasuk klasula yang mengesampingkan Pasal
para pihak. 1266 dan Pasal 1267 KHUPerdata sangat penting
Sebaliknya sebagian hakim yang lain dibuat dan sebaiknya menggunakan akta notariil.
berpendapat bahwa pencantuman syarat batal Apabila telah terjadi sengketa /perselisihan
dengan mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal maka penyelesaiaannya yang dilakukan adalah
1267 KUHPerdata sebagai perbuatan yang lebih efektif dengan cara perdamaian, dan
melawan atau mengesampingkan hukum. Oleh arbitrase dibandingkan dengan melalui cara
sebab itu perjanjian yang dibuat dengan penyelesaian di pengadilan sehingga bagi para
mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 pihak sebaiknya dihindari penyelesaian
KUHPerdata adalah sah pada mulanya, karena perselisihan di pengadilan. Cara penyelesaian
dianggap bertentangan dengan Pasal 1320 sengketa ini dianggap menengahi Pasal 1266 dan
KUHPerdata tentang sah-nya perjanjian Pasal 1267 KUHPerdata dari pada
diantaranya tidak bertentangan dengan kepatutan mentimpanginya.
atau undang-undang, sehingga perjanjian yang
mencantumkan syarat batal dengan DAFTAR PUSTAKA
mengesampingkan Pasal 1266 dan Pasal 1267 Buku
KUHPerdata dianggap tidak pernah ada. Achmad Ali, Menjelajahi Kajian Empiris
Pengesampingan Pasal 1266 dan Pasal 1267 terhadap Hukum, Yasrif Watampone, Jakarta,
KUH Perdata dari sisi kepatutan mungkin dapat 2008.
diterima apabila substansi perjanjian telah Agus Yudha Harmoko, Hukum Perjanjian
memberikan jaminan adanya keseimbangan bagi Indonesia, Widya Utama, Yogyakarta, 2001.
para pihak. Namun pada kenyataannya tidak Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam
jarang ditemukan perjanjian yang berat sebelah Praktik, Sinar Grafika, Jakarta, 2007.
dan cenderung merugikan kepentingan salah satu Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Ilmu
pihak. Praktik bisnis masih menemukan suatu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2000.
perjanjian yang mencantumkan klausul baku Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian
tentang pembatasan tanggung jawab salah satu Kualitatif., Remaja Rosdakarya, Bandung,
pihak apabila timbul suatu resiko. Terhadap 2001.
perjanjian yang demikian, maka pengabaian Pasal Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian
1266 dan Pasal 1267 KUH Perdata perlu ditelaah Hukum dan Jurumetri, cetakan IV, Ghalia
secara mendalam apakah dapat diterima Indonesia, Jakarta, 2008.
berdasarkan asas kepatutan di atas dan apabila Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional,
dikaitkan dengan perlindungan terhadap pihak- Alumni, Bandung, 2006.
pihak yang kedudukannya lebih lemah Suharnoko, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa
dibandingkan pihak lainnya, pembatalan kasus Ed. 1. Cetakan ke. 5, Kencana, Jakarta,
perjanjian sepihak tanpa melalui proses 2008.
pengadilan dapat merugikan pihak yang lemah.
Pihak yang lebih lemah umumnya hanya bisa Undang-Undang
menerima segala kondisi yang ditawarkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
pihak lawan (perjanjian baku). Kondisi ini tentu Indonesia 1945
tidak sesuai dengan prinsip kepatutan (Pasal 1339 Undang-Undang Negara Republik Indonesia
KUHPerdata) yang merupakan pembatasan Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
terhadap prinsip kebebasan berkontrak (Pasal Undang-Undang Negara Republik Indonesia
1338 KUHPerdata). Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung
Jurnal Hukum Media Justitia Nusantara Vol. 6 No. 1 Februari 2016 Tri M. Penerapan Asas Kebebasan … 47

Undang-Undang Negara Republik Indonesia


Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
atas Tanah Beserta Benda- Benda yang
Berkaitan dengan Tanah.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria.
Undang-Undang Negara Republik Indonesia
Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Putusan Mahkamah Agung Negara Republik
Indonesia Nomor 2782 K/Pdt/2009 tentang
Perkara Perdata Tingkat Kasasi.
Putusan Mahkamah Agung Negara Republik
Indonesia Nomor 153 PK/Pdt/2011 tentang
Peninjauan Kembali (PK).

Sumber Lain
Definisi exceptio non adimpleti contractus adalah
tangkisan bahwa pihak lawan dalam keadaan
lalai juga, maka dengan demikian tidak dapat
menuntut adanya pemenuhan prestasi, diambil
dari http://www.pn-cibinong.go.id/uploads/file
/Kamus_Hukum.pdf, diakses tanggal 27
Agustus 2013

  Program Studi S2 Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Islam Nusantara Bandung

You might also like