You are on page 1of 23

JURNAL RISET MANAJEMEN

Vol. 3, No. 2, Juli 2016, 97 - 119

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN


USAHA MILIK DAERAH (STUDI DI PERUSAHAAN DAERAH
BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

Muhamad Erfin Fatoni1


Alumni Program Maksi FEB-UGM Yogyakarta
Email: erfin.fatoni@yahoo.com

Abdul Halim
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: abhalim58@yahoo.com

Abstract
The purpose of this research is to analyze the factors that cause the occurrence of fraud in
PD BPR Bank Dearah X which is one of the regional owned enterprises of Local Government
X and identify the steps ways of fraud prevention which is effective in PD BPR Bank
Daerah X. This research uses a qualitative approach with a case study. This study uses
the primary data and secondary data. This research uses many data collection techniques
by conducting an interview, an observation and a documentation. The results show that
the factors that cause the occurrence of fraud in PD BPR Bank Daerah X can be classified
into four, namely: (1) the pressure that comes from the external and internal influence, (2)
an opportunity or a chance due to the weakness of internal control systems owned by BPR
, sanctions are not strict enough for the wrongdoers of fraud, and misuse of authority
committed by directors, (3) rationalization, and (4) collusion. The ways of fraud prevention
which are done by the management of PD BPR Bank Daerah X and based on the results
of interviews conducted by the researchers, can be identified as follows: (1) An improvement
of the internal control system in PD BPR Bank Daerah X, (2) An implementation of policy
of know your employee (KYE) as an effort of fraud prevention by controlling the aspects
of human resources (HR); (3) A creation of a special line of fraud reporting policy;and (4)
An establishment of policies and sanction procedures.

Keywords: Fraud, Regional Owned Enterprises, Fraud Triangle, Anti-fraud Strategy.

1. PENDAHULUAN
Fraud merupakan permasalahan yang saat kerja dalam bentuk fraud tree yang mempunyai
ini menjadi perhatian organisasi sektor publik dan tiga cabang utama yaitu corruption, asset mis-
sektor swasta di seluruh dunia. Tindakan fraud appropriation, dan fraudulent statement
dalam organisasi atau di tempat kerja (Tuanakotta, 2014).
(occupationalfraud) dapat dilakukan oleh semua Penelitian tentang fraud di tempat kerja telah
pihak, mulai pegawai pelaksana sampai dengan dilakukan oleh Association of Certified Fraud
manajemen puncak yang dapat menimbulkan Examiners (ACFE) mulai tahun 2002 dengan
kerugian bagi organisasi. Association of judul ACFE Report to the Nations on Occupa-
C e r t i f i e d Fraud Examiners (ACFE) tional Fraud and Abuse. Publikasi terbaru tahun
menggambarkan secara skematis fraud di tempat 2014 menyebutkan bahwa kerugian akibat fraud
1
Terimakasih kepada Alm. Prof. Gudono atas ide penulisan ini.

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 97


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI
DI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

sebesar 5% dari pendapatan organisasi setiap pegawai pelaksana, akan tetapi juga melibatkan
tahunnya. Jika persentase tersebut manajemen puncak BPR yaitu anggota direksi.
diproyeksikan dengan produk dunia bruto (gross Temuan tindakan fraud pada PD BPR Bank
world product) tahun 2013, maka fraud setiap Daerah X yang dilakukan pegawai pelaksana
tahunnya akan mengakibatkan organisasi sampai dengan manajemen puncak menunjukkan
kehilangan lebih dari $3,7 triliun. Penelitian ini bahwa fraud merupakan permasalahan serius
juga menyatakan bahwa industri yang paling dalam organisasi tersebut, sehingga perlu untuk
sering menjadi korban fraud ialah bank dan dianalisis faktor-faktor penyebab terjadinya fraud
lembaga keuangan. dan langkah-langkah manajemen dalam
Perusahaan Daerah Bank Perkeditan Rakyat melakukan pencegahan fraud yang efektif di PD
Bank Daerah X yang selanjutnya disebut PD BPR BPR Bank Daerah X.
Bank Daerah X, merupakan salah satu badan
usaha milik daerah (BUMD) Pemerintah 2. KAJIAN PUSTAKA
Kabupaten X yang tidak luput dari tindakan fraud. 2.1.Bank Perkreditan Rakyat Milik
Laporan hasil pemeriksaan PD BPR Bank Pemerintah Daerah
Daerah X yang dilakukan oleh Bank Indonesia
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22
(BI) tahun 2013, terdapat temuan kredit fiktif yang
Tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank
dokumen kreditnya hilang/tidak ada di BPR.
Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah
Setelah dilakukan pemeriksaan di lapangan oleh
menyebutkan bahwa bank perkreditan rakyat
BI, diperoleh fakta bahwa yang bersangkutan tidak
(BPR) milik pemda yang selanjutnya disebut
pernah mengenal dan tidak pernah memperoleh
BPR Daerah adalah bank perkreditan rakyat yang
kredit dari PD BPR Bank Daerah X. Pada laporan
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki
hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Otoritas
oleh daerah melalui penyertaan modal secara
Jasa Keuangan (OJK) Tahun 2014, terdapat
langsung yang berasal dari kekayaan daerah
temuan tiga petugas penyalur kredit atau account
yang dipisahkan.
officer (AO) melakukan tindakan fraud bank yaitu
menggunakan angsuran debitur. Tindakan fraud BPR Daerah sebagai lembaga intermediasi
kembali terulang yang teridentifikasi di akhir keuangan lokal di daerah memiliki kegiatan
tahun 2014 sebagai tindak lanjut atas adanya utama menerima simpanan masyarakat dan
laporan indikasi fraud yang berasal dari internal menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam
pegawai. Temuan tersebut yaitu kredit “tempilan” bentuk kredit. Penyaluran kredit dapat diibaratkan
yang dilakukan oleh direktur. Kredit ‘tempilan’ sebagai jantung bagi BPR Daerah, apabila
adalah kredit dengan menggunakan nama orang kondisi pengelolaan kredit buruk maka dapat
lain (nominee) yang memanfaatkan fasilitas berakibat terhadap kelangsungan usaha BPR.
khusus bagi internal pegawai BPR. Pada tahun Risiko usaha BPR (business risk)
2015, kembali terjadi dua kasus fraud di BPR merupakan tingkat ketidakpastian mengenai
yang teridentifikasi oleh satuan pengawas inter- suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan
nal (SPI) yang merupakan auditor internal di PD akan diterima yang dapat menimbulkan kerugian
BPR Bank Daerah X. Pertama, kasus fraud yang bank (Otoritas Jasa Keuangan, 2015). Menurut
dilakukan AO yang menggunakan angsuran Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 13/
debitur. Kedua, kasus fraud yang dilakukan POJK.03/2015 tentang Penerapan Manajemen
petugas administrasi kredit yang menggunakan Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat, risiko
agunan debitur untuk digadaikan. Berbagai usaha yang dapat dihadapi oleh BPR yaitu risiko
temuan tersebut menunjukan bahwa tindakan likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko
fraud telah menjadi kebiasaan buruk di BPR, kepatuhan, risiko reputasi, dan risiko strategis.
terbukti bahwa fraud tidak hanya melibatkan

98 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016)


MUHAMAD ERFIN FATONI & ABDUL HALIM

1) Risiko Likuiditas kerjasama bisnis bank; (d) f rekuensi,


Risiko likuiditas adalah risiko akibat materialitas, dan eksposur pemberitaan
ketidakmampuan BPR untuk memenuhi negatif bank; dan (e) f rekuensi dan
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber materialitas keluhan nasabah.
pendanaan arus kas dan/atau aset likuid 6) Risiko Strategis
berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, Risiko strategis adalah risiko akibat
tanpa mengganggu aktivitas dan/atau kondisi ketidaktepatan bank dalam mengambil
keuangan BPR. Risiko ini disebut juga risiko keputusan dan/atau pelaksanaan suatu
likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). keputusan strategis serta kegagalan dalam
2) Risiko Kredit mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan Sumber risiko strategis antara lain
debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi ditimbulkan dari kelemahan dalam proses
kewajiban kepada BPR. Risiko kredit pada formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam
umumnya terdapat pada seluruh aktivitas perumusan strategi, ketidaktepatan dalam
bank yang kinerjanya bergantung pada implementasi strategi, dan kegagalan
kinerja pihak lawan (counter party) atau mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.
kinerja peminjam dana (borrower).
2.2. Fraud Pada Bank
3) Risiko Operasional
Istilah fraud sudah lazim digunakan dalam
Risiko operasional adalah risiko yang antara dunia perbankan di Indonesia. Bank Indonesia
lain disebabkan adanya ketidakcukupan melalui Surat Edaran Nomor 13/28/DPNP tanggal
dan/atau tidak berfungsinya proses internal, 9 Desember 2011 perihal Penerapan Strategi Anti
kesalahan sumber daya manusia, kegagalan Fraud Bank Umum, mendefinisikan fraud sebagai
sistem, dan/atau adanya masalah ekstern berikut:
yang memengaruhi operasional BPR.
“Fraud adalah tindakan penyimpangan atau
4) Risiko Kepatuhan pembiaran yang sengaja dilakukan untuk
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat BPR mengelabui, menipu, atau memanipulasi
tidak mematuhi dan/atau tidak bank, nasabah, atau pihak lain yang terjadi
melaksanakan peraturan perundang- di lingkungan bank dan/atau menggunakan
sarana bank sehingga mengakibatkan
undangan dan ketentuan lain termasuk risiko
bank, nasabah, atau pihak lain menderita
akibat kelemahan aspek hukum. Kelemahan kerugian dan/atau pelaku fraud memperoleh
aspek hukum antara lain disebabkan adanya keuntungan keuangan baik secara langsung
tuntutan hukum, ketiadaan peraturan maupun tidak langsung.”
perundang-undangan yang mendukung atau
Tindakan fraud yang terjadi diperbankan bisa
kelemahan perikatan seperti tidak
terjadi pada semua aktivitas yang dilaksanakan
dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan
di bank yaitu aktivitas pendanaan (funding),
pengikatan agunan yang tidak sempurna.
aktivitas pinjaman (lending), aktivitas pemberian
5) Risiko Reputasi
jasa, aktivitas operasional akuntansi, dan
Risiko reputasi adalah risiko akibat aktivitas operasional lainnya.
menurunnya tingkat kepercayaan pemangku
kepentingan yang bersumber dari persepsi 2.3. Teori Segitiga Fraud (Fraud Triangle)
negatif mengenai BPR. Dalam menilai risiko Teori Fraud Triangle atau Segitiga
reputasi, indikator yang digunakan yaitu: (a) Penyimpangan, pertama kali diajukan oleh
pengaruh reputasi negatif dari pemilik bank Cressey (1950) yang menyatakan bahwa
dan perusahaan terkait; (b) pelanggaran etika kecurangan secara umum mempunyai tiga
bisnis; (c) kompleksitas produk dan

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 99


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI
DI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

sifat umum yaitu tekanan (pressure), peluang b) tekanan dari lingkungan pekerjaaan seperti
(opportunity), dan rasionalisasi (rationalization). beban kerja untuk mencapai target
Hipotesis tersebut kemudian dikenal dengan pekerjaan yang bertujuan untuk
fraud triangle atau segitiga kecurangan seperti mendapatkan insentif, takut akan kehilangan
dalam gambar dibawah ini. pekerjaan, hubungan yang tidak baik antara
atasan dan bawahan, gaji dan kompensasi
Gambar 1 Fraud triangle yang rendah, dan tidak puas dengan
pekerjaan.
Pressure c) tekanan lain seperti keinginan untuk memiliki
kekayaan yang tidak kalah dengan rekan
kerja atau tetangga dengan tujuan untuk
memuaskan istri atau suami, anak-anak dan
keluarga.

2) Kesempatan (Opportunity)
Karakteristik kedua yaitu kesempatan
Opportunity Rationalization (opportunity). Cressey membagi lagi persepsi ini
menjadi dua komponen (Tuanakotta, 2014).
Sumber : Cressey dalam Tuanakotta Pertama yaitu keyakinan tentang informasi
(2014). bahwa pelanggaran kepercayaan tidak akan
mendatangkan konsekuensi. Informasi ini
1). Tekanan (Pressure) diperoleh pelaku dari kebiasaan yang terjadi pada
organisasi, misalnya dari pelaku fraud yang lain
Karakteri stik pertama yait u tekanan yang tidak terdeteksi atau tidak ada sanksi yang
(pressure). Menurut Cressey bahwa tindakan tegas yang diberikan bagi para pelaku fraud
fraud bermula dari suatu tekanan yang dihadapi terdahulu. Kedua yaitu keahlian teknis yang
pelaku dan menimbulkan kebutuhan mendesak memungkinkan dia melakukan pelanggaran
bagi pelaku sehingga melakuan fraud.Kebutuhan tersebut. Hal ini biasanya keahlian yang dimiliki
mendesak yang menjadi alasan pelaku pelaku yang menjadikannya memperoleh
melakukan fraud biasanya berkaitan dengan kedukan atau jabatan dalam organisasi yang
kebutuhan akan uang yang diantaranya tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal ini
disebabkan hutang telah jatuh tempo untuk berpotensi menimbulkan kesempatan tindakan
dibayar; keserakahan; gaya hidup tidak sesuai fraud.
dengan kemampuan keuangan yang biasa
diistilahkan “besar pasak daripada tiang”, dan Faktor lain yang menciptakan kesempatan
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terduga seperti yaitu lemahnya pengendalian internal (internal
kebutuhan biaya medis yang besar yang tidak control) yang telah ada pada organisasi.
menjadi tanggungan organisasi. Orang-orang yang telah lama bekerja pada satu
posisi dan jabatan yang jarang dilakukan rotasi
Selain tekanan keuangan, tindakan fraud juga pekerjaan akan lebih memahami kelemahan-
bisa terjadi karena tekanan nonkeuangan
kelemahan pengendalian internal organisasi
(Singleton dan Singleton, 2010). Tekanan tempatnya bekerja, sehingga mereka dapat
nonkeuangan yang menjadi penyebab pelaku melakukan fraud tanpa mampu terdeteksi sistem
melakukan frauddiantarnya yaitu:
pengendalian internal organisasi. Kesempatan
a) kebiasaan buruk seperti berjudi, pemakai juga dapat timbul karena kewenangan yang
narkoba, kecanduan minuman keras, dan terlalu besar tanpa ada aturan yang membatasi
pelacuran; dan pengawasan yang memadai.

100 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016)


MUHAMAD ERFIN FATONI & ABDUL HALIM

3) Rasionalisasi (Rationalization) menentukan bahwa setiap bank wajib memiliki


Karakteristik ketiga yaitu rasionalisasi atau dan menerapkan strategi antifraud yang
mencari pembenaran atas tindakan fraud yang disesuaikan dengan lingkungan internal dan
akan dilakukan. Menurut penelitian yang telah eksternal; kompleksitas kegiatan usaha; potensi,
dilakukan ACFE yang dipublikasikan tahun 2014 jenis, dan risiko fraud; dan kecukupan sumber
dengan judul ACFE Report to the Nations on daya yang memadai.
Occupational Fraud and Abuse menyebutkan Sebagai wujud pengendalian risiko terjadinya
bahwa hanya 5% dari para pelaku fraud ini yang fraud, bank perlu menerapkan manajemen risiko
sebelumnya telah memiliki catatan kriminal. Para untuk mencegah fraud dengan penguatan pada
pelaku fraud sebenarnya mengetahui bahwa beberapa aspek, antara lain sebagai berikut
tindakan yang akan dilakukan merupakan (Otoritas Jasa Keuangan, 2014)
perbuatan yang melanggar hukum dan norma
agama. Namun, para pelaku membenarkan 1) Pengawasan Aktif Manajemen
tindakan yang akan dilakukannya atas a. Kewenangan, tugas dan tanggung jawab
pertimbangan keadaan yang telah mereka alami. dewan komisaris dan direksi harus
Tindakan fraud yang disebabkan oleh alasan mencakup hal-hal yang terkait dengan
rasional ini pada awalnya disebabkan oleh pengendalian fraud.
kekecewaan yang dirasakan seseorang terhadap b. Dewan komisaris dan direksi wajib
organisasi tempatnya bekerja. Karyawan yang menumbuhkan budaya dan kepedulian anti-
sudah bekerja bertahun-tahun dengan baik fraud kepada seluruh jajaran organisasi bank.
merasa tidak dihargai, selalu disalahkan, dan
disepelekan oleh atasan dengan tidak pernah 2) Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban
mendapatkan promosi jabatan padahal dia a. Bank wajib membentuk unit atau fungsi yang
merasa layak untuk mendapatkannya. bertugas menangani penerapan strategi an-
tifraud dalam organisasi bank.
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam
terjadinya fraud, dimana pelaku mencari b. Wewenang dan tanggung jawab unit tersebut
pembenaran atas tindakan yang akan dilakukan harus jelas.
oleh pelaku yang diantaranya yaitu: tidak akan c. Unit atau fungsi tersebut bertanggung jawab
ada orang lain yang terluka; saya berhak langsung kepada Direktur Utama serta
mendapatkan sesuatu yang lebih; tindakan memiliki hubungan komunikasi dan
kecurangan yang ia lakukan bertujuan baik; pelaporan secara langsung kepada Dewan
sesuatu yang menjadi kepuasaannya jika ia Komisaris.
bertindak curang; dan semua orang melakukan d. Fungsi/unit yang menangani penerapan
itu, jadi saya melakukannya juga. strategi anti fraud dijalankan oleh SDM yang
memilki integritas, kompetensi, dan
2.4. Strategi Anti Fraud pada Bank
independensi.
Dalam rangka memperkuat sistem
pengendalian internal khususnya untuk 3) Pengendalian dan Pemantauan
mengendalikan fraud, bank wajib memiliki dan a. Penetapan kebijakan dan prosedur yang
menerapkan strategi antifraud yang efektif yang memadai.
penerapannya diwujudkan dalam sistem b. Penerapan four eyes principal yang
pengendalian fraud (Bank Indonesia, 2011). merupakan fungsi kontrol dasar dengan
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/28/ pengaturan proses transaksi yang
DPNP tanggal 9 Desember 2011 perihal dilaksanakan paling sedikit oleh dua orang.
Penerapan Strategi Anti Fraud Bagi Bank Umum,

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 101


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI
DI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

c. Implementasi sistem inf ormasi yang yang pernah mengalami kejadian fraud pada
memadai sesuai dengan kompleksitas dan organisasi responden bekerja. Menurut hasil
tingkat risiko terjadinya fraud pada bank. penelitian tersebut disimpulkan bahwa indikator
penyebab terjadinya fraud yaitu sifat individu
Strategi antifraud memiliki 4 (empat) pilar
(personal behavior), rasionalisasi (rationalization),
sebagaimana dimuat dalam Surat Edaran Bank
kesempatan (opportunity), kolusi (collusion),
Indonesia No.13/28/DPNP tanggal 9 Desember
orientasi kepada organisasi (organizational
2011, yaitu sebagai berikut.
orientation), penghindaran hukum (justice
1) Pencegahan avoidance), dan komite yang berperan terhadap
Pilar pencegahan memuat langkah-langkah penipuan (commission of fraud).
dalam rangka mengurangi potensi risiko Sulistya (2013) meneliti tentang strategi anti
terjadinya fraud, yang paling kurang f raud Bank Indonesia untuk mencegah
mencakup antifraud awareness, identifikasi kecurangan yang dilakukan pegawai bank pada
kerawanan, dan know your employee. bisnis perbankan di Indonesia. Hasil penelitian
2) Deteksi tersebut menunjukan bahwa yang menjadi faktor
Pilar deteksi memuat langkah-langkah dalam penyebab kecurangan oleh pegawai bank dan
rangka mengidentifikasi dan menemukan merugikan organisasi tempat ia bekerja meliputi:
kejadian fraud dalam kegiatan usaha bank, tekanan situasional (biasanya keuangan);
yang mencakup paling kurang kebijakan dan adanya kesempatan untuk melakukan
mekanisme whistleblowing, surprise audit, kecurangan; dan adanya rasionalisasi
dan surveillance system. tindakannya.

3) Investigasi, Pelaporan, dan Sanksi 3. METODE RISET


Pilar investigasi, pelaporan, dan sanksi Riset ini merupakan riset kualitatif dengan
merupakan bagian dari sistem pengendalian pendekatan studi kasus. Riset ini dilakukan untuk
fraud yang paling kurang memuat langkah- meyelidiki tindakan fraud yang terjadi pada PD
langkah sebagai berikut: menggali informasi BPR Bank Daerah X berdasarkan laporan hasil
dengan membuat standar dan mekanisme pemeriksaan internal dan laporan hasil
investigasi; membuat mekanisme pelaporan pemeriksaan PD BPR Bank Daerah X tahun 2013
internal kepada direksi dan komisaris dan 2014 sehingga diperoleh pemahaman yang
maupun pelaporan eksternal kepada otoritas detail dan mendalam untuk dilakukan analisis
pengawas bank; dan membuat mekanisme tentang faktor-faktor penyebab terjadinya fraud
pengenaan sanksi atas fraud dalam kegiatan dan langkah-langkah pencegahan fraud yang
usaha bank. efektif pada PD BPR Bank Daerah X. Melalui
4) Pemantauan, Evaluasi, dan Tindak lanjut pendekatan studi kasus ini, peneliti akan
memotret kasus atau masalah dengan
Pilar pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut
menjelaskan objek maupun subjek penelitian
memuat langkah-langkah sebagai berikut:
pada peristiwa nyata, mengumpulkan data-data
memantau tindak lanjut dari kejadian fraud;
yang bersifat khusus dan spesifik pada instansi
mengev aluasi kejadian fraud; dan
yang diteliti yaitu PD BPR Bank Daerah X dan
melakukan tindak lanjut yang diperlukan
tidak untuk melakukan generalisasi kesimpulan
berdasarkan hasil evaluasi.
atas kasus yang diteliti.
2.5. Penelitian Terdahulu 3.1. Metode Pengumpulan Data
Sitorus dan Scott (2008) meneliti tentang Penelitian ini akan menggunakan beberapa
faktor-faktor risiko fraud dan standar audit. teknik pengumpulan data untuk memeroleh data
Penelitian ini dilakukan terhadap 122 responden primer dan data sekunder.

102 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016)


MUHAMAD ERFIN FATONI & ABDUL HALIM

1) Data Primer c. Petugas account officer (AO), petugas


Teknik pengumpulan data primer yang akan administrasi kredit, dan karyawan PD
dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut. BPR Bank Daerah X yang fasilitas
kreditnya digunakan oleh direksi.
a) Observasi
Jumlah partisipan yang akan
Peneliti akan melakukan pengamatan di
diikutsertakan dalam penelitian didasarkan
lapangan untuk mengetahui tentang kondisi
pada prinsip saturasi data. Target partisipan
dan aktivitas pengelolaan PD BPR Bank
yang akan peneliti wawancara, yaitu tiga
Daerah X. Hal ini dilakukan dengan tujuan
orang mantan petugas AO dan mantan
untuk mengetahui kegiatan operasional,
direktur PD BPR Bank Daerah X sebagai
penerapan budaya kerja dan kepatuhan
pelaku fraud yang mendapatkan sanksi
terhadap aturan yang sudah ada di PD BPR
pemecatan dari BPR. Namun, keberadaan
Bank daerah X.
tiga orang petugas AO yang sudah dipecat
b) Wawancara tidak dapat peneliti ketahui. Alamat tempat
Wawancara mendalam (in depth interview) tinggal saat ini ketiga petugas AO sudah
dilakukan dengan melakukan pemilihan berubah, berbeda dengan alamat yang ada
partisipan melalui pertimbangan tertentu yang pada database yang dimiliki PD BPR Bank
akan ditentukan di lapangan dan tidak Daerah X. Target partisipan lain yaitu mantan
dilakukan secara acak. Partisipan yang direktur yang melakukan fraud, peneliti tidak
dipilih ialah partisipan yang paling bisa berhasil melakukan wawancara ulang untuk
membantu memahami masalah atau mendalami permasalahan yang telah
menjawab pertanyaan penelitian yaitu dialaminya karena yang bersangkutan tidak
partisipan yang terlibat kasus fraud dalam berkenan untuk diwawancara oleh peneliti.
pengelolaan PD BPR Bank Daerah X
sehingga dengan pengalaman mereka bisa 2) Data Sekunder
mengartikulasikan pengalaman dan Data sekunder tentang faktor-faktor penyabab
pandangannya tentang sesuatu hal yang terjadinya fraud di PD BPR Bank Daerah X akan
dipertanyakan peneliti. Wawancara diawali dikumpulkan peneliti melalui analisis dokumen
dengan memberikan pertanyaan tentang dengan melakukan studi pustaka. Peneliti akan
kasus fraud yang terjadi di PD BPR Bank mencari landasan teori dari peraturan-peraturan,
Daerah X menurut perpektif dari partisipan petunjuk teknis, buku, laporan penelitian, tesis,
yang selanjutnya dengan pertanyaan tentang informasi dari internet, dan laporan-laporan yang
faktor-faktor penyebab terjadinya fraud X dan berkaitan dengan kasus fraud di PD BPR Bank
langkah-langkah untuk mencegah agar fraud Daerah X.
di PD BPR Bank Daerah tidak terulang
3.2.Teknik Analisis Data
kembali .
Target partisipan dalam wawancara ini Proses tahapan analisis data yang
yaitu sebagai berikut. dilaksanakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

a. Direksi PD BPR Bank Daerah X Periode 1) Melakukan analisis dokumen yaitu laporan
2009-2014 dan 2015-2019. hasil pemeriksaan internal dan laporan hasil
pemeriksaan PD BPR Bank Daerah X tahun
b. Pejabat Eksekutif PD BPR Bank Daerah
2013 dan 2014 yang berkaitan dengan temuan
X yang terdiri atas: Kepala Bagian SPI,
atas tindakan fraud yang dilakukan oleh
Kepala Bagian Kredit, Kepala Bagian
pegawai pelaksana sampai dengan direktur
Umum dan SDM, dan Kepala Kantor
PD BPR Bank Daerah X.
Cabang.

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 103


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI
DI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

2) Melakukan kajian literatur ilmiah untuk langkah pencegahan fraud yang dilakukan
menentukan kriteria penetapan faktor-faktor PD BPR Bank Daerah X.
penyebab fraud dan menentukan kriteria
pencegahan fraud yang efektif di PD BPR 3.3. Validitas Riset
Bank Daerah X. Peneliti dalam menguji validitas riset ini
3) Peneliti mendeskripsikan kasus fraud yang menggunakan strategi sebagai berikut.
terjadi di PD BPR Bank Daerah X 1) Triangulasi data
berdasarkan hasil analisis dokumen dan hasil Triangulasi yang akan dilakukan oleh peneliti
wawancara yang dilakukan kepada partispan dengan membandingkan interpretasi
yang terlibat dalam kasus fraud yang terjadi partisipan tentang faktor-faktor penyebab
di PD BPR Bank Daerah X. terjadinya fraud di PD BPR Bank Daerah
4) Melakukan observasi pada objek penelitian Xdari berbagi sumber yangbertujuan untuk
dengan mengamati langsung kegiatan mendokumentasikan kode atau tema dari
operasional yang dilakukan di PD BPR Bank berbagai sumber data yang berbeda.
Daerah X. 2) Konfirmasi kepada partisipan
5) Melakukan analisa penerapan peraturan Konfirmasi kepada para partisipan tentang
yang menjadi landasan hukum dalam faktor-faktor penyebab terjadinya fraud di PD
pelaksanaan pengelolaan PD BPR Bank BPR Bank Daerah X yang telah disampaikan
Daerah X yang dibandingkan dengan hasil oleh partisipan. Hal ini dilakukan peneliti
observasi yang telah dilakukan oleh peneliti. dengan tujuan untuk memastikan bahwa
6) Melakukan analisis atas aspek-aspek tema-tema spesifik yang telah partisipan
manajemen yang diperoleh melalui hasil sampaikan kepada peneliti sudah sesuai
kajian dokumen, observasi, dan wawancara dengan yang dimaksudkan oleh partisipan.
dengan memberikan skor penilaian dengan 3) Penggunaan narasi deskriptif yang detail dan
angka 1 apabila mencerminkan kondisi yang kaya
efektif dan angka 0 apabila mencerminkan Peneliti akan menjelaskan secara lengkap
kondisi belum efektif terhadap aspek-aspek dan detail pengalaman para partisipan yang
manajemen di PD BPR Bank Daerah X. benar-benar mengalami sendiri terjadinya
7) Melakukan wawancara mendalam (in depth kasus fraud dalam pengelolaan PD BPR
interview) kepada para partisipan yang benar- Bank Daerah X.
benar mengalami sendiri terjadinya kasus 4) Pengujian oleh penguji eksternal, yang
fraud dalam pengelolaan PD BPR Bank dimaksud dengan penguji eksternal yakni
Daerah X. dosen pembimbing yang dapat mereviu
8) Hasil wawancara dengan para partisipan temuan secara objektif.
dilakukan reduksi data dengan cara
melakukan koding hasil wawancara untuk 4. ANALISIS DAN DISKUSI
menentukan kode-kode dari faktor-faktor 4.1. Fraud Pada PD BPR Bank Daerah X
penyebab fraud dan langkah-langkah
Fraud pada PD BPR Bank Daerah X terjadi
pencegahan fraud yang dilakukan PD BPR
pada aktivitas pinjaman (lending). Hasil analisis
Bank Daerah X.
dokumen dan wawancara mendalam dengan
9) Hasil analisis pengumpulan data dari proses para partisipan, fraud yang terjadi di PD BPR
wawancara dan observasi dipergunakan Bank Daerah X berdasarkan kedudukan pelaku
untuk membuat kesimpulan faktor-faktor dapat diidentifikasi sebagai berikut.
penyebab terjadinya fraud dan langkah-

104 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016)


MUHAMAD ERFIN FATONI & ABDUL HALIM

Tabel 1 Pernyataan yang sangat menarik bagi


Kedudukan Pelaku dan Bentuk Fraud peneliti karena disampaikan oleh mantan direktur
PD BPR Bank Daerah X utama yang telah menjabat dua periode di BPR.
Hal ini menunjukkan ada permasalahan fraud
No. KedudukanPelaku Bentuk
yang tidak pernah diselesaikan secara tegas
1. Pegawai Pelaksana 1. Menggunakan angsuran debitur yaitu dengan melakukan pemecatan kepada
2. Menggadaikan agunan debitur para pelaku fraud di PD BPR Bank Daerah X.
3. Menaikkan plafon pinjaman Fraud yang dilakukan oleh para petugas AO
debitur dengan menggelapkan angsuran dianggap
2. Direktur 1. Kredit tempilan sebagai sebuah risiko pekerjaan yang biasa
2. Kredit fiktif terjadi di BPR.
Kasus fraud petugas AO menggunakan
4.1.1.Fraud Pegawai Pelaksana angsuran debitur kembali terulang pada tahun
Peneliti akan mendeskripsikan kasus-kasus 2015. Menurut hasil penelusuran peneliti,
fraud yang terjadi di PD BPR Bank Daerah X sebenarnya kasus ini merupakan tinggalan dari
yang dilakukan oleh para pegawai pelaksana permasalahan lama yang ada di PD BPR Bank
sesuai dengan laporan hasil pemeriksaan PD Daerah X yang baru dapat diungkap setelah terjadi
BPR Bank Daerah X Tahun 2014 dan laporan hasil suksesi kepemimpinan di BPR. Berdasarkan
investigasi yang telah dilakukan oleh satuan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan
pengawas internal PD BPR Bank Daerah X. partisipan yaitu petugas AO pelaku fraud
menyatakan bahwa tindakan pelaku
1. Petugas Account Officer Menggunakan
menggelapkan angsuran debitur dengan tidak
Angsuran Debitur
menyetorkan titipan angsuran dilakukan untuk
Permasalahan tiga orang petugas AO yang menutup angsuran nasabah lain yang akan
menggunakan angsuran debitur merupakan berpindah kolektibilitas menjadi tidak lancar
permasalahan klasik yang ada di BPR, kasus karena sudah melakukan tunggakan angsuran
seperti itu sudah berulangkali dilakukan oleh para sebanyak tiga kali. Istilah yang digunakan pelaku
AO dengan penyelesaian secara internal. Tiga melakukan ‘putar-putar’ atau tindakan ‘gali lubang
orang petugas AO yang dipecat dari BPR karena tutup lubang’. Partisipan mengatakan:
menggunakan agunan debitur dapat dikatakan
“ya itu pak istilahnya saya putar-putar. saya
sedang sial, karena permasalahan tersebut
pake angsuran nasabah yang masih
diketahui oleh OJK sebelum dilakukkan lancar, maksimal nunggak sekali kali saya
penyelesaian secara internal. Partisipan yang pake nutup yang sudah nunggak tiga kali
merupakan mantan direktur utama mengatakan: biar NPL tidak tinggi.”
“Kalo boleh jujur ya pak, AO yang pernah
2. Petugas Administrasi Kredit Menggadaikan
fraud sekitar sepuluh orang, padahal AO
Agunan debitur
jumlahnya kan 26. Ditambah satu kabag,
yang dititipi uang nasabah malah dipake Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti
juga. Kan sudah hampir separuh pernah lakukan dengan para partisipan yang terlibat dan
fraud, penyelesaiannya dipindah ke tempat melakukan penanganan dalam kasus ini yaitu
lain atau mengundurkan diri saja. Semua petugas administrasi kredit, kepala cabang, dan
tidak ada yang di proses hukum. Kecuali kepala satuan pengawas internal (SPI) diketahui
tiga orang AO itu. Itupun sebenarnya klo bahwa kasus fraud yang dilakukan oleh petugas
nggak ada yang lapor ke OJK ya pasti administrasi kredit merupakan kasus yang baru
diselesaikan secara internal.” pertama kali terjadi di PD BPR Bank Daerah X.
Terungkapnya kasus ini bermula dari adanya

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 105


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI
DI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

pelunasan maju pinjaman yang dilakukan oleh menaikkan plafon kredit yang bertujuan untuk
salah satu debitur. Ketika kepala cabang dan memakai kredit bersama-sama antara petugas
petugas administasi kredit akan mengambilkan AO dan debitur sangat terbuka. Apabila tindakan
agunan milik debitur di khanazah untuk fraud ini dilakukan oleh petugas administrasi
diserahkan kembali kepada pemiliknya, agunan kredit, maka dipastikan melibatkan personel lain
milik debitur tidak ada dalam dokumen perjanjian di internal BPR atau prosedur realisasi kredit
kreditnya. Bermula dari kejadian ini, kepala yang tidak berjalan sesuai ketentuan.
cabang melakukan penataan ulang berkas- Sesuai dengan prosedur operasi standar
berkas kredit yang disimpan di khazanah untuk perkreditan di PD BPR Bank Daerah X, alur suatu
mengetahui keberadaan agunan milik debitur kredit mulai saat kredit tersebut diajukan oleh
yang hilang. Setelah dilakukan penataan ulang nasabah sampai dengan realisasi kredit di kantor
berkas perjanjian kredit dan agunan, ternyata ada cabang melalui tahap-tahap sebagai berikut:
enam dokumen perjanjian kredit yang agunannya persiapan permohonan kredit dilakukan oleh
tidak ada di dalam kelangkapan berkas perjanjian petugas administrasi kredit, analisa kredit
kredit. dilakukan oleh petugas account officer (AO),
Berdasarkan kejadian tersebut, kepala persetujuan kredit dilaksanakan oleh komite
cabang langsung mengintrogasi semua pegawai kredit, perikatan kredit dilakukan oleh kepala
yang berada di cabang untuk mengetahui siapa cabang dan proses pencairan dilakukan di teller
yang melakukan perbuatan tersebut namun tidak bank berdasarkan perjanjian kredit yang telah
ada yang mengakui. Tuduhan kepala cabang ditandatangani debitur dihadapan kepala cabang.
mengarah kepada petugas administrasi kredit Berdasarkan hasil wawancara peneliti
karena kepala cabang sebagai pembawa kunci dengan partisipan yaitu petugas administrasi
khazanah selalu menitipkan kunci kepada kredit untuk mengatahui bagaimana tindakan
petugas administrasi kredit ketika melakukan fraud ini bisa terjadi, petugas administrasi kredit
kunjungan ke nasabah. kepala cabang mengatakan:
mengatakan:
Saya itu kalo di cabang, full pak. mulai
Kunci memang saya titipkan Bu D, saya dari menerima pengajuan kredit sampai
sebagai pembawa kunci kan tidak bisa membuat perjanjian kredit. Kan AO nya
terus standby di kantor pak, kadang harus tidak bisa pakai komputer. Jadi A-Z saya
ikut nagih AO ke lapangan. Makanya kunci yang lakukan. Lha wong proses pencairan
saya titipkan bu D (petugas administrasi juga dengan saya kok pak. Pak Z (Kepala
kredit pelaku fraud). Lha wong dia itu sudah Cabang) tidak pernah ada di kantor.
senior di BPR saya percaya dia nggak akan
macam-macam. Baru kali ini aja lho pak, Pernyataan petugas administrasi kredit
dulu-dulu juga nggak ada masalah. tersebut menunjukkan ada prosedur yang
dilanggar dalam proses perkreditan yang ada di
3. Petugas Administrasi Kredit Menaikkan cabang. Kepala cabang yang seharusnya
Plafon Pinjaman bertanggungjawab melakukan verifikasi akhir dan
Peneliti mencoba mendalami tindakan fraud menjelaskan isi perjanjian kredit kepada debitur
dengan cara menaikkan plafon pinjaman debitur sebelum kredit dicairkan, malah tidak mengawal
yang dilakukan oleh petugas administrasi kredit proses tersebut. Petugas administrasi kredit
kantor cabang karena hal ini tidak lazim. Tindakan tanpa ada pengawasan dengan leluasa
fraud ini lebih sering dilakukan oleh petugas AO memanipulasi plafon pinjaman atas persetujuan
yang memiliki tugas untuk melakukan analisa debitur, sehingga dapat menaikkan plafon
kredit dan berhubungan langsung dengan para pinjaman yang diajukan debitur untk dipakai
calon debitur, sehingga bekerjasama untuk bersama.

106 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016)


MUHAMAD ERFIN FATONI & ABDUL HALIM

4.1.2. Fraud Direktur permasalahan yang dihadapi manajemen baru


1. Kredit Tempilan PD BPR Bank Daerah X. Salah satu kasus fraud
yang membutuhkan penyelesaian segera yaitu
Tindakan pemecatan tiga orang petugas AO
adanya kredit fiktif yang menggunakan nama
yang dilakukan manajemen ternyata berdampak
debitur oleh mantan direktur. Penggunan nama
pada gejolak yang timbul di internal PD BPR
debitur di PD BPR Bank Daerah X ini terungkap
Bank Daerah X, berkembang isu-isu yang
karena adanya tunggakan angsuran dari para
berkaitan dengan pengelolaan BPR yang tidak
nasabah dengan plaf on pinjaman diatas
sehat yang dilakukan oleh direksi PD BPR Bank
Rp50.000.000,00 yang selama ini punya track
Daerah X yaitu adanya kredit tempilan.
record baik di BPR. Setelah dilakukan konfirmasi
Sebenarnya kredit tempilan merupakan model
kepada para debitur, diketahui bahwa debitur
lain dari kredit topengan, hal yang membedakan
tidak pernah merasa membuat permohonan
dengan kredit topengan yaitu kredit tempilan
kredit kepada PD BPR Bank Daerah X dengan
dengan menggunakan fasilitas kredit internal
nominal dan jangka waktu yang dikonfirmasikan
pegawai tanpa melibatkan debitur dari luar; tidak
oleh pihak bank.
dibutuhkan agunan untuk melakukan realisasi
kredit; dan persetujuan dari kredit tempilan Peneliti melakukan pendalaman atas temuan
dengan nominal diatas Rp50.000.000,00 hanya kredit fiktif yang dilakukan oleh mantan direktur.
sebatas pada level direksi, tanpa meminta Peneliti menggali informasi kepada para
rekomendasi kepada dewan pengawas seperti partisipan yaitu mantan kabag kredit yang saat
halnya kredit umum. ini menjabat sebagai Direktur PD BPR Bank
Daerah X dan petugas AO kantor pusat yang saat
Direktur pelaku fraud dengan alasan demi
ini menjabat Plt kepala bagian kredit tentang
untuk kepentingan organisasi meminta pegawai
bagaimana proses realisasi kredit yang ada di
mengambil fasilitas kredit sebagai tambahan
BPR pada saat itu. Mantan kabag kredit yang
dana operasional BPR. Pegawai dengan terpaksa
saat ini menjabat direktur mengatakan:
bersedia mencairkan kredit yang kemudian
dikelola dan digunakan direktur selama bertahun- “Jadi waktu itu proses pengajuan kredit
tahun dan secara terus menerus diperbaharui tidak seperti sekarang yang pengajuan
melalui administrasi lalu di register,
plafon dan jangka waktu pinjamannya. Hasil
kemudian di lakukan survey oleh AO
wawancara peneliti dengan direktur pelaku fraud
meminta pertimbangan kabag kredit
pada saat kasus ini terungkap, bahwa tujuan
sebelum dibahas oleh komite kredit. Kalo
direktur melakukan kredit tempilan untuk dulu itu kebalik pak, model komando. Jadi
‘menyelamatkan organisasi’ dengan bisa saya katakan kredit komando.
mengendalikan persentase kredit bermasalah Direksi bilang ini cairkan, cairkan...
atau kredit dalam kategori Non Performing Loan padahal belum dilakukan tahap dari bawah.
(NPL) demi nama baik BPR dihadapan Sehingga kadang surveynya dipaksakan
Pemerintah Daerah X dan Otoritas Jasa agar memenuhi dengan plafon kredit yang
Keuangan (OJK). telah diajukan debitur melalui direksi. ada
juga pak, realisasi kredit tapi berkasnya
2. Kredit Fiktif belum ada. kalo tidak percaya tanyakan
Temuan kasus kredit tempilan di PD BPR AO kantor pusat. Kami dulu selalu
Bank Daerah X merupakan pembuka jalan kebingungan harus bagaimana. Ya
terbongkarnya kasus-kasus lain yang dilakukan terpaksa kami ikuti perintahnya.”
oleh mantan direktur. Pemberhentian mantan Pernyataan ini menarik bagi peneliti, istilah
direktur dari jabatannya menjadikan ‘kredit komando’ dan pencairan kredit tanpa ada
permasalahan yang selama ini ditutup rapat oleh berkas pengajuan permohonan kredit. Informasi
pelaku mencuat kepermukaan menjadi yang disampaikan partisipan menunjukkan

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 107


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI
DI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

bahwa proses realisasi kredit yang ada di PD peneliti untuk mengetahui sejauhmana struktur
BPR Bank Daerah X tidak sesuai dengan organisasi di PD BPR Bank Daerah X telah
prosedur. Hal ini merupakan tindakan fraud mencerminkan seluruh kegiatan BPR dan tidak
secara nyata yang dilakukan mantan direktur. terdapat jabatan kosong atau perangkapan
Komite kredit BPR yang seharusnya memegang jabatan yang mengganggu pelaksanaan tugas.
peranan untuk memutuskan kelayakan dari calon Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
debitur juga hanya sebuah formalitas agar aman yang dilakukan peneliti masih terdapat posisi
pada saat ada pemeriksaan tanpa melihat adanya kepala bagian kredit yang diisi oleh koordinator
risiko kredit bermasalah di kemudian hari. account officer(AO) dengan status pelaksana
Kondisi tersebut semakin parah dengan tugas (Plt). Permasalahan tersebut dapat
keberadaan audit internal yaitu bagian SPI yang menimbulkan conflict of interest karena terjadi
tidak menjalankan fungsinya sesuai dengan perangkapan jabatan. Temuan kedua peneliti
tupoksi karena adanya konflik dengan direksi yaitu fungsi kantor kas masih belum berjalan
terkait persaingan pada saat perebutan jabatan ef ektif sehingga memungkinkan terjadi
sebagai direktur. perangkapan jabatan. Kantor kas PD BPR Bank
Daerah X berjumlah 19 kantor. Namun, hanya
4.2 Evaluasi Pengelolaan PD BPR Bank
ada lima kantor kas yang memiliki struktur ideal
Daerah X
yang terdiri atas penanggungjawab kas, tenaga
Evaluasi pengelolaanPD BPR Bank Daerah administrasi, dan petugas AO wilayah. Kondisi
X peneliti lakukan terlebih dahulu sebelum kantor kas yang lain hanya diisi oleh satu orang
menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya AO wilayah tanpa ada penanggungjawab/kepala
fraud dan mengidentifikasi langkah-langkah kantor kas dan tenaga administrasi. Hal ini
pencegahan fraud yang efektif di PD BPR Bank menunjukkan bahwa sistem pengendalian inter-
Daerah X. Evaluasi pengelolaan PD BPR Bank nal pada kantor kas sangat lemah, karena
Daerah X dilakukan dengan melakukan penilaian seorang petugas AO menjalankan semua fungsi
atas empat aspek manajemen yaitu: struktur termasuk juga menerima angsuran para debitur.
organisasi, sistem pengelolaan, kepemimpinan, Berdasarkan hasil evaluasi yang telah peneliti
dan manajemen risiko. lakukan, maka peneliti memberikan nilai angka
Penilaian atas aspek manajemen PD BPR 0 pada pertanyaan pertama aspek struktur
Bank Daerah X dilakukan selama 10 hari kerja organisasi.
mulai tanggal 30 Mei-10 Juni 2016 dengan Pertanyaan kedua yang diajukan peneliti
memberikan skor numerik yaitu angka 0 dan 1. pada aspek struktur organisasi untuk mengetahui
Penilaian dengan angka 0 apabila mencerminkan sejauhmana BPR telah membuat aturan tentang
kondisi belum efektif, dan angka 1 apabila tugas dan wewenang yang jelas bagi masing-
mencerminkan kondisi efektif. Setiap pertanyaan masing pegawai yang tercermin pada kegiatan
yang diberikan memiliki bobot yang sama yang operasional. Berdasarkan observasi dan
jawabannya akan peneliti peroleh melalui tiga wawancara yang peneliti lakukan terdapat
cara yaitu obeservasi, wawancara dan analisa temuan, yaitu: 1) Satuan pengawas internal (SPI)
dokumen. Berdasarkan total hasil penilaian akan yang merupakan audit internal di PD BPR Bank
diketahui tingkat efektivitas pengelolaan PD BPR Daerah X terdiri atas dua orang yaitu kepala
Bank Daerah X. bagian dan satu orang staf belum menjalankan
tugas dan f ungsinya secara optimal.
1. Struktur Organisasi Pengawasan dan pemeriksaan masih terfokus
Peneliti mengajukan dua pertanyaan dalam pada penanganan kredit bermasalah. Sistem
melakukan penilaian terhadap aspek struktur Pengelolaan; 2) Pembagian tugas pada bagian
organisasi. Pertanyaan pertama yang diajukan dana dan kas masih belum optimal. Petugas

108 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016)


MUHAMAD ERFIN FATONI & ABDUL HALIM

administrasi deposito terkadang membantu teller pertanyaan pertama aspek sistem pengelolaan
apabila terjadi transaksi teller sedang ramai, PD BPR Bank Daerah X.
tanpa ada surat penugasan dan pembuatan user Pertanyaan kedua yang diajukan peneliti
id yang baru. untuk mengetahui keakuratan pencatatan dan
“disini ini sistemnya kekeluargaan pak, ya pelaporan setiap transaksi yang disusun PD BPR
kalo pas saya nggak ada pekerjaan ya Bank Daerah X. Berdasarkan hasil analisis
bantu-bantu teller. Ya melayani nasabah, dokumen yang peneliti lakukan, sistem dan
hitung uang, menerima angsuran, prosedur pencatatan transaksi yang dilakukan
semuanya pokoknya. Biasa kok kalo pas PD BPR Bank Daerah X cukup memadai. Hal ini
teller makan dan sholat saya yang terbukti bahwa BPR tidak mendapatkankan
gantikan” sanksi denda atas laporan bulanan yang wajib
Hal ini menunjukkan bahwa pembagian tugas dikirimkan kepada Otoritas Jasa Keuangan.
masih belum berjalan sesuai dengan yang Peneliti memberikan penilaian dengan angka 1
diharapkan, sistem yang partisipan sebut atas pertanyaan kedua.
kekeluargaan saling menggantikan apabila yang Pertanyaan ketiga yang diajukan peneliti
lain sedang tida ada, menunjukkan pegawai untuk mengetahui bagaimana pengamanan
belum memahami adanya pemisahan tugas yang terhadap semua dokumen penting di PD BPR
jelas, sehingga dapat terdeteksi dengan mudah Bank Daerah X. Peneliti untuk mendapatkan
apabila terjadi tindakan penyimpangan dalam jawaban atas pertanyaan ketiga, melakukan
menjalankan aktivitas di BPR. Keterbatasan observasi di kantor pusat dan kantor cabang PD
jumlah personel yang menjadi alasan kenapa hal BPR Bank Daerah X. Hasil observ asi
itu lazim dilakukan di PD BPR Bank Daerah X. menunjukkan bahwa tempat penyimpanan
Hasil evaluasi yang peneliti lakukan menunjukkan agunan bisa diakses secara bebas oleh
masih terdapat kelemahan sehingga peneliti karyawan seorang diri, tanpa pendamping
memberikan nilai angka 0. sebagai bentuk dual custody dan belum ada buku
register bagi pegawai yang masuk ke dalam
2. Sistem Pengelolaan ruang penyimpanan agunan. Berdasarkan hasil
Evaluasi terhadap aspek sistem pengelolaan evaluasi yang telah peneliti lakukan, maka peneliti
pada PD BPR Bank Daerah X peneliti fokuskan memberikan nilai angka 0 pada pertanyaan
terhadap kegiatan operasional pemberian kredit. ketiga aspek sistem pengelolaan PD BPR Bank
Peneliti dalam melakukan penilaian terhadap Daerah X.
aspek sistem pengelolaan mengajukan tiga
pertanyaan. Pertanyaan pertama yang diajukan 3. Kepemimpinan
peneliti untuk mengatahui sejauhmana kegiatan Peneliti mengajukan dua pertanyaan
operasional dari pemberian kredit telah berkaitan dengan aspek kepemimpinan.
dilaksanakan sesuai dengan sistem dan Pertanyaan pertama yang peneliti ajukan untuk
prosedur. Berdasarkan hasil analisis dokumen, mengetahui bagaimana pengambilan keputusan
observasi, dan wawancara yang dilakukan peneliti penanganan kasus fraud dilakukan oleh direksi
masih terdapat kelemahan dalam sistem dan lama di PD BPR Bank Daerah X. Berdasarkan
prosedur pengelolaan kredit yaitu analisa kredit hasil wawancara dengan para partisipan
belum memadai tercermin dari persentase kredit menyatakan bahwa pengambilan keputusan
yang masuk kategori kredit bermasalah atau non berkaitan dengan penanganan fraud tidak tegas.
performing loan (NPL) per Mei 2016 sebesar Penyelesaian secara internal dengan mengganti
9,58% atau Rp6.419.192.250,00. Berdasarkan kerugian dan pemindahan posisi pegawai
hasil evaluasi yang telah peneliti lakukan, maka merupakan langkah yang ditempuh direksi lama
peneliti memberikan nilai angka 0 pada kecuali atas kasus tiga orang petugas AO dan

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 109


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI
DI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

mantan direktur yang tindakannya sudah dalam menjaga persentase rasio kredit
diketahui oleh OJK. Berdasarkan hasil evaluasi yang diberikan terhadap dana yang
yang telah peneliti lakukan, maka peneliti diterima (LDR). Hasil analisis dokumen
memberikan nilai angka 0 pada pertanyaan yang peneliti lakukan terhadap hal
pertama aspek kepemimpinan dalam tersebut, Rasio LDR PD BPR Bank
penyelesaian atas kasus fraud yang terjadi di Daerah X pada bulan Mei 2016 mencapai
PD BPR Bank Daerah X. 99,44% diatas ketentuan Bank Indoneisa
Pertanyaan kedua yang peneliti ajukan pada yaitu 94,75%. Hal ini menunjukkan BPR
penilaian aspek kepemimpinan untuk mengetahui belum memiliki sistem untuk mendeteksi
sejauhmana komitmen pimpinan yang baru dalam apabila rasio LDR melebihi batas limit
menangani permasalahan bank yang dihadapi. yang telah ditentukan masuk kriteria
Berdasarkan hasil wawancara dengan Direktur bank sehat. Sehingga peneliti
PD BPR Bank Daerah X, pimpinan baru memberikan angka 0 terhadap
berkomitmen menyelesaikan permasalahan yang pertanyaan kedua penilaian rasio
dihadapi, hal ini dibuktikan dengan segera likuditas.
membentuk tim penanganan atas tindakan fraud b. Risiko Kredit
yang terjadi pada tahun 2015 yaitu fraud yang Evaluasi yang peneliti lakukan pada
dilakukan oleh petugas AO dan petugas aspek risiko kredit dengan memberikan
administrasi kredit.Berdasarkan hasil evaluasi dua pertanyaan. Pertanyaan pertama
yang telah peneliti lakukan, maka peneliti yang peneliti ajukan untuk mengetahui
memberikan nilai angka 1 pada pertanyaan bagaimana analisa kredit yang dilakukan
kedua aspek kepemimpinan di PD BPR Bank BPR terhadap calon debitur sebagai
Daerah X. bentuk mitigasi risiko kredit bermasalah.
Berdasarkan hasil analisis dokumen
4. Manajemen Risiko yang telah peneliti lakukan, persentase
a. Risiko Likuiditas non performing loan (NPL) bulan Mei
Peneliti melakukan evaluasi dalam 2016 yaitu 9,58% atau sebesar
menilai risiko likuiditas dengan cara Rp6.419.191.000.Hasil observ asi
memberikan pertanyaan untuk lanjutan yang dilakukan peneliti
mengetahui sejauhmana kemampuan menemukan kelemahan dalam proses
BPR dalam memenuhi kewajiban yang pengelolaan kredit di PD BPR Bank
jatuh tempo dari sumber pendanaan yang Daerah X yaitu petugas AO memiliki
berasal dari kas. Berdasarkan hasil tugas memasarkan kredit dan juga
analisis dokumen yang dilakukan melakukan analisa kelayakan debitur.
peneliti, pemantauan dalam rangka Hal ini dapat berpotensi menimbulkan
menjaga likuiditas cukup optimal. Hal ini conflict of interest, karena para AO
tercermin dari persentase rasio kas diberikan target untuk mencari debitur,
lancar periode Mei 2016 sebesar 22,12%. namun juga bertanggung jawab
Angka ini jauh diatas batas minimal yang melakukan analisa kredit debitur.
telah ditentukan Bank Indonesia yaitu > Berdasarkan hasil evaluasi tersebut
4,05%. Berdasarkan hasil evaluasi, diatas, maka peneliti memberikan nilai
peneliti memberikan nilai angka 1. angka 0 pada pertanyaan pertama yang
diajukan peneliti dalam penilaian risiko
Evaluasi terhadap penerapan risiko
kredit.
likuiditas di PD BPR Bank Daerah X juga
peneliti lakukan dengan memberikan Pertanyaan kedua yang diajukan
pertanyaan tentang kemampuan BPR peneliti dalam penilaian risiko kredit

110 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016)


MUHAMAD ERFIN FATONI & ABDUL HALIM

diberikan untuk mengetahui sejauhmana Berdasarkan hasil ev aluasi atas


pemantaun terhadap penggunaan kredit implementasi sistem perbankan di PD
dan tindakan yang dilakukan BPR untuk BPR Bank Daerah X, maka peneliti
menjaga kualitas kredit yang diberikan. memberikan nilai angka 0.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti d. Risiko Kepatuhan
menemukan bahwa BPR belum
Permasalahan yang dihadapi PD BPR
melakukan pemantauan secara berkala
Bank Daerah X yang berpotensi
penggunaan kredit setelah cair dan BPR
mendapatkan sanksi dari OJK yaitu
belum memiliki action plan untuk dapat
terkait dengan status 19 kantor kas yang
menurunkan persentase kredit
ada beberapa sudah tidak melakukan
bermasalah yang terjadi di bank.
kegiatan operasional setiap hari. hasil
Berdasarkan hasil ev aluasi atas
observasi dari peneliti proses peng-
pertanyaan yang peneliti ajukan dalam
gabungan kantor kas dari 19 menjadi 6
memantau penggunaan kredit dan
kantor kas sudah memasuki tahap
tindakan yang dilakukan BPR untuk
pelaksanaan. Enam kantor kas sudah
menjaga kualitas kredit yang diberikan
siap dengan personel lengkap yang terdiri
di PD BPR Bank Daerah X, maka peneliti
atas kepala kantor kas, satu orang
memberikan nilai angka 0.
tenaga administrasi dan petugas AO
c. Risiko Operasional wilayah. Sehingga dengan kondisi yang
Peneliti dalam melakukan evaluasi peneliti jelaskan tersebut diatas, peneliti
terhadap risiko operasional dengan memberikan nilai angka 1 pada penilaian
mengajukan tiga pertanyaan. risiko kepatuhan.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi Berikut tabel rekapitulasi hasil evaluasi
dan dokumentasi pada aspek risiko atas aspek-aspek manajemen yang dinilai
operasional, peneliti memberikan nilai pada PD BPR Bank Daerah X.
angka 1 pada pertanyaan pertama dan
kedua. Pertanyaan pertama berkaitan Tabel 2
dengan pemenuhan penyisihan Rekapitulasi Penilaian Aspek Manajemen
PD BPR Bank Daerah X
penghapusan aktiva produktif (PPAP) Aspek-aspek Manajemen Jumlah
No Skor
yang wajib dibentuk oleh BPR, yang dinilai Pertanyaan
sedangkan pertanyaan kedua berkaitan 1 Struktur Organisasi 2 0
dengan tindaklanjut secara efektif 2 Sistem Pengelolaan 3 1
3 Kepemimpinan 2 1
terhadap temuan hasil pemeriksaan di
4 Manajemen Risiko
PD BPR Bank Daerah X.Pertanyaan a. Risiko Likuiditas 2 1
ketiga yang diajukan peneliti untuk b.Risiko Kredit 2 0
mengetahui sejauhmana PD BPR Bank c. Risiko Operasional 3 2
d.Risiko Kepatuhan 1 1
Daerah X telah mengimplementasikan
Jumlah Nilai 15 6
sistem perbankan di BPR. Hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan
peneliti masih terdapat kelemahan Hasil rekapitulasi penilaian aspek
berkiatan dengan belum adanya back up manajemen yang telah peneliti lakukan pada
sistem apabila sistem utama mengalami PD BPR Bank Daerah X, diketahui bahwa
gangguan yang dapat memengaruhi dari 15 pertanyaaan yang telah peneliti
kegiatan operasional BPR dan sistem ajukan terdapat sembilan yang mendapatkan
online masih terbatas pada kantor pusat, nilai angka 0 dan 6 pertanyaan yang
kantor cabang dan satu kantor kas. mendapat nilai angka 1. Total nilai evaluasi

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 111


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI
DI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

PD BPR Bank Daerah berjumlah 6 atau 40 talangan angsuran tidak lagi berasal dari
persen dari total nilai aspek manajemen. dana pribadi dari masing-masing pegawai
Sehingga dari data tersebit diatas dapat BPR atau dana ‘khusus’ yang menurut
diketahui, hasil evaluasi penilaian aspek partispan memang diperuntukkan untuk
manajemen menunjukkan bahwa talangan. Akan tetapi, berasal dari tindakan
pengelolaan PD BPR Bank Daerah X belum fraud yaitu menggunakan angsuran nasabah
efektif. lain dan menggunakan kredit tempilan.
2. Pengaruh Internal
4.3. Faktor-Faktor Penyebab Fraudpada PD
Pengaruh internal merupakan tekanan yang
BPR Bank Daerah X
disebabkan karena perilaku individu yang
4.3.1. Tekanan (Pressure)
menyebabkan tindakan fraud. Berdasarkan
Fraud yang dilakukan pegawai pelaksana wawancara yang dilakukan peneliti dengan
sampai dengan mantan direktur PD BPR Bank salah satu partisipan yaitu petugas
Daerah X, salah satu faktor penyebabnya yaitu administrasi kredit pelaku fraud, menyatakan
adanya tekanan yang berasal dari pengaruh bahwa yang menyebabkannya melakukan
eksternal dan internal. tindakan fraud dengan cara menggadaikan
1. Pengaruh Eksternal agunan debitur dan menaikkan plafon kredit
Pengaruh eksternal terjadinya fraud pada PD debitur karena permasalahan keuangan yang
BPR Bank Daerah X disebabkan oleh dia hadapi secara bersamaan. Kutipan hasil
tekanan yang pelaku rasakan dan alami wawancara peneliti dengan petugas
untuk menunjukkan bahwa kinerja organisasi administrasi kredit sebagai berikut.
dapat terlihat baik kepada stakeholder. “Sebenarnya pada waktu itu saya
Target tersebut menjadikan pegawai bingung dan gundah pak, bagaimana
pelaksana sampai dengan direksi cara saya bisa menutup biaya rumah
sakit suami saya, gaji saya sudah habis
melakukan segala cara untuk
untuk mengangsur kredit pegawai dan
mengendalikan persentase non performing
koperasi. Ditambah saya juga harus
loan (NPL) sebagai salah satu ukuran kinerja mengangsur kredit adik ipar saya yang
dari Pemerintah Daerah X dan Otoritas Jasa menjaminkan sertifikat rumah saya pak.
Keuangan (OJK). Cara yang ditempuh BPR Kalo tidak diangsur, rumah saya satu-
dengan melakukan talangan angsuran satunya bisa di ambil rentenir. Saya
debitur yang tidak mampu melakukan bener-bener buntu, karena saya sudah
pembayaran angsuran tepat waktu sebagai tidak mau merepotkan orang lain.
langkah agar persentase NPL dapat Hmmmm....khan setiap hari saya yang
dititipi kunci oleh Pak Z, makanya saya
dikendalikan.
bisa masuk khazanah untuk meminjam
Talangan angsuran di PD BPR Bank agunan debitur untuk nutup pak.
Daerah X sudah menjadi kebiasaan yang Mungkin ini hukuman dari Alloh pak.
terjadi di BPR sejak dahulu. Talangan yang suami saya itu dulu sukanya main
dilakukan masih terbatas kepada kredit- perempuan dan mabuk-mabukan, gaji
kredit nominal besar yang berpotensi tiap bulan habis untuk bersenang-
meningkatkan persentase NPL secara senaang. Semua kebutuhan rumah
tangga, saya yang harus menanggung.
signifikan dengan dilakukan administrasi
Jangankan menabung pak untuk biaya
secara tertib. Namun, mulai masa
sekolah anak saja, saya dibantu orang
kepemimpinan mantan direktur pelaku fraud,
tua.”
talangan yang ada di PD BPR Bank Daerah
Tindakan fraud yang dilakukan petugas
X sudah tidak terkendali. Sehingga alokasi
administrasi kredit disebabkan adanya
dana yang digunakan untuk melakukan

112 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016)


MUHAMAD ERFIN FATONI & ABDUL HALIM

tekanan akan kebutuhan finansial yang tidak Kondisi yang terjadi saat ini, petugas AO
dapat dia pecahkan. Peluang untuk memiliki kewenangan yang sangat luas,
melakukan fraud dia peroleh, ketika tanpa ada dual control. Keterbatasan jumlah
mendapat kepercayaan untuk memegang personel di BPR menyebabkan terjadinya
kunci khazanah yang dititipkan pimpinan rangkap jabatan yang memberikan peluang
cabang. Hal ini menunjukkan penerapan dan kesempatan kepada para petugas AO
pengendalian internal yang tidak berjalan untuk melakukan tindakan fraud.
efektif memunculkan niat jahat seseorang Satuan pengawas internal PD BPR Bank
untuk melakukan tindakan fraud. Selain itu, Daerah X yang merupakan auditor internal
moralitas individu juga memiliki peran yang BPR tidak berfungsi dengan baik. Adanya
sangat penting. Sebesar apapun tekanan konflik yang terjadi antara kepala satuan
yang mereka dapatkan, apabila memiliki pengawas internal (SPI) dan mantan direktur
moral dan tingkat keimanan yang baik maka pelaku fraud, awalnya disebabkan
tindakan fraud pasti tidak akan dijadikan persaingan keduanya pada waktu perebutan
solusi dalam memecahkan permasalahan posisi direktur. Keberadaaan satuan
yang mereka hadapai. pengawas internal yang tidak menjalankan
fungsi dengan baik, berakibat kepada
4.3.2. Peluang (Opportunity)
ketidakmampuan mendeteksi terjadinya
Salah satu penyebab mengapa masih terjadi fraud yang ada di BPR. Apabila hal itu terus
fraud di PD BPR Bank Daerah X yaitu adanya berlangsung, maka dapat berpotensi
peluang atau kesempatan. Kelemahan sistem menimbulkan kerugian yang berpengaruh
pengendalian internal pada PD BPR Bank Daerah terhadap kelangsungan usaha BPR.
X memberikan peluang kepada semua unsur 2. Sanksi Tidak Tegas
yang terlibat dalam pengelolaan PD BPR Bank
Fraud yang terjadi pada PD BPR Bank
Daerah X melakukan tindakan fraud. Selain
Daerah X merupakan permasalahan yang
kelemahan sistem pengendalian internal,
selalu ada sejak dahulu, namun tidak pernah
pemberian sanksi yang tidak tegas bagi para
diselesaikan secara transparan dan diberikan
pelaku fraud dan kewenangan yang tidak
sanksi yang tegas. Para pelaku fraud masa
terkontrol yang berujung terjadinya
lalu masih bekerja di BPR, meskipun tidak
penyalahgunaan wewenang juga membuka
pada posisi yang sama. Hal ini terjadi karena
kesempatan terjadinya fraud di PD BPR Bank
PD BPR Bank Daerah X belum memiliki
Daerah X.
aturan yang jelas dan baku untuk melakukan
1. Kelemahan Sistem Pengendalian Internal tindakan tegas kepada para pelaku fraud di
Sistem pengendalian internal yang BPR. Pemberhentian tiga orang petugas
dilaksanakan PD BPR Bank Daerah X masih Account Officer (AO)dan mantaan Direktur
belum berjalan secara efektif. Kondisi yang PD BPR Bank Daerah X merupakan kejadian
terjadi di BPR masih terjadi rangkap jabatan, pertama sejak PD BPR Bank Daerah X
fungsi dual control tidak berjalan dengan baik, didirikan.
pemahaman pegawai tentang pengendalian Peraturan tentang dispilin pegawai yang
internal masih rendah, dan Satuan Pengawas mengatur dengan jelas pemberian sanksi
Internal (SPI) yang merupakan auditor inter- berdasarkan jenis pelanggaran yang
nal tidak menjalankan fungsinya dengan dilakukan karyawan secara tegas dan
efektif. Hal ini yang memberikan kesempatan konsiten, akan memberikan efek jera kepada
kepada semua pegawai di PD BPR Bank para karyawan. Sehingga muncul perasaan
Daerah X untuk melakukan tindakan fraud. takut untuk melanggar ketentuan yang

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 113


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI
DI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

telah dibuat dan dijadikan pedoman tersebut disebabkan pegawai BPR tidak ada
dalam melakukan kegiatan di PD BPR bank yang berani melaporkan tindakan yang
Daerah X. dilakukan oleh direktur kepada satuan
3. Penyalahgunaan Wewenang pengawas internal atau direktur utama.
Tindakan peloporan dapat berakibat buruk
Tindakan fraud yang dilakukan oleh mantan
bagi pegawai, karena tidak menutup
Direktur PD BPR Bank Daerah X terjadi
kemunginan akan di benci oleh direksi atau
disebabkan adanya penyalahgunaan
mendapatkan sanksi yang tidak jelas dasar
wewenang yang dia miliki. Kewenangan yang
hukumnya. Tindakan otoriter dan model
tidak terkontrol menjadi sumber
kepemimpinan diktator yang dikembangkan
penyimpangan dalam melaksanakan tugas
oleh direktur menjadikan para karyawan
pokok dan fungsi yang menjadi tanggung-
bekerja dalam tekanan yang tidak wajar. Hal
jawabnya sesuai dengan aturan yang dibuat ini dapat diketahui dari proses pencairan
oleh internal BPR. Direktur dengan kredit pegawai yang langsung diambil alih
kewenangannya meminta kepada para oleh direktur tanpa melalui prosedur yang
pegawai untuk membantunya ada.
“menyelamatkan organisasi”. Pegawai
diminta direktur mengambil fasilitas kredit 4.3.3. Rasionalisasi (Rationalization)
yang mereka miliki untuk dikelola direktur Rasionalisasi merupakan salah satu alasan
dengan alasaan digunakan sebagai dana mengapa seorang bankir dapat berperilaku
operasional untuk talangan angsuran kredit. menyimpang. Kredit tempilan yang dilakukan
kemudahan persyaratan dan tingkat bunga oleh mantan Direktur PD BPR Bank Daerah X
yang rendah menjadi celah bagi direktur awalnya dilatarbelakangi keinginan untuk dapat
untuk dapat memanfaatkan fasilitas ini demi mengendalikan persentase NPL. Kredit tempilan
kepentingan pribadi. Pegawai yang fasilitas digunakan oleh mantan direktur sebagai
kreditnya digunakan oleh direktur, bersedia tambahan dana operasional untuk melakukan
merelakan fasilitasnya digunakan karena talangan angsuran kepada para debitur dengan
alasan demi untuk menyelamatkan kolektibilitas lancar yang sudah melakukan
organisasi seperti yang disampaikan oleh tunggakan tiga kali. Apabila para debitur ini tidak
direktur.Tindakan tersebut diatas sesuai diselamatkan berpotensi menaikkan persentase
dengan pernyataan pegawai BPR yang kredit bermasalah di PD BPR Bank Daerah X.
fasilitas kreditnya digunakan direksi sebagai Mantan direktur dengan alasan demi
berikut: menyelamatkan organisasi, mengganggap
“saya dipanggil oleh Bu A (mantan bahwa tindakannya bukan sebuah
direktur), bilang kesaya kalo fasilitas penyimpangan. Tindakan tersebut, menurut
kredit saya dipakai untuk tambahan mantan direktur dapat ‘menolong’ semua pihak
kegiatan operasional. Saya sebagai yang berkepentingan di BPR. Melalui
bawahan hanya bisa bilang iya, lhaa yang penyelamatan ini, BPR akan membentuk
penting gaji bulanan saya tetep utuh penyisihan pengahapusan aktiva produktif
tidak ada potongan.” (PPAP) lebih kecil sehingga laba BPR akan
Status Direktur PD BPR Bank Daerah X nampak lebih besar. Apabila ini bisa dilakukan,
menjadikan pelaku dengan leluasa secara otomatis semua karyawan diuntungkan
melakukan tindakan tersebut tanpa tersentuh dengan mendapatkan jasa produksi yang lebih
oleh pemeriksaan internal yang dilakukan besar. Hal yang lebih penting lagi bagi PD BPR
oleh SPI dan pemeriksaan eksternal yang Bank Daerah X, bahwa kinerjanya mandapatkan
dilakukan oleh OJK dan kantor akuntan apresiasi yang tinggi dari kepala daerah selaku
publik. Tidak terungkapnya permasalahan wakil pemerintah daerah sebagai pemilik BUMD.

114 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016)


MUHAMAD ERFIN FATONI & ABDUL HALIM

4.3.4. Kolusi (Collusion) dapat melakukan tindakan fraud. Upaya untuk


Kolusi antara atasan dan bawahan juga menekan risiko terjadinya fraud dapat diarahkan
menjadi pemicu terjadinya frauddi PD BPR Bank dengan menciptakan lingkungan kerja yang
Daerah X. Para petugas AO dalam kondusif; merancang sistem pengelolaan BPR
dengan menerapkan prinsip-prinsip pengendalian
mengendalikan NPL para debitur, tidak hanya
yang memadai; dan menanamkan nilai-nilai etika
melakukan talangan angsuran. Namun, juga
dan moralitas yang baik sejak dari proses
bekerjasama dengan atasan langsung untuk
rekrutmen pegawai. Berdasarkan hasil observasi
melakukan reschedule kredit para debitur
dan wawancara yang peneliti lakukan, perbaikan
bermasalah. Hal ini dilakukan agar para debitur
sistem pengendalian internal yang ada di PD BPR
tetap bertahan pada kolektibilitas lancar.
Bank Daerah X yaitu sebagai berikut.
Tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh
petugas AO dengan melakukan rekayasa 1. Melakukan pemenuhan struktur organisasi
kreditmerupakan langkah terakhir apabila sudah yang ada di PD BPR Bank Daerah X sebagai
bentuk segregation of duties dalam
tidak memiliki dana untuk melakukan talangan
penerapan sistem pengendalian internal.
angsuran. Tindakan ini sebagai upaya para
petugas AO untuk dapat mengejar insentif, yang 2. Melakukan penataan ulang kantor kas
kemudian insentif itu digunakan untuk menalangi dengan melakukan penggabungan 19 kantor
angsuran. kas menjadi enam kantor kas dengan formasi
pegawai kantor kas terdiri atas: kepala kantor
“misalkan begini. NPL saya diatas lima
persen. Dan saya sudah tidak punya uang kas, petugas administrasi, petugas AO.
sama sekali. Saya ajukan pembaharuan 3. Melakukan pengamanan atas barang
kredit (rescedule) sehingga kredit ini yang berharga milik bank dan nasabah, seperti:
sebelumnya tidak lancar, masuk jadi uang tunai, sertif ikat dan surat-surat
lancar. Khan akhirnya bisa dapat insentif berharga. Pengamanan pada ruang
to pak. insentif tidak saya terima,
khazanah bank dilakukan dengan
langsung buat nalangi.”
memberikan kunci dan kombinasi kepada
Pernyataan petugas AO mengisyaratkan dua orang yang berbeda sebagai bentuk dual
bahwa sebenarnya, semua tindakan yang custody.
dilakukan pelaku lebih ditujukan untuk 4. Mengembalikan fungsi komite kredit sesuai
kepentingan organisasi, bukan untuk dengan prosedur operasi standar di PD BPR
menyelamatkan kredit para debitur yang memang Bank Daerah X.
layak untuk dilakukan reschedule. Kerjasama 5. Mengoptimalkan fungsi satuan pengawas
yang dilakukan oleh petugas AO dengan atasan internal (SPI) menjadi pelopor dalam
tidak hanya terjadi di kantor kas, namun hal ini penegakan anti-fraud. Hal ini perlu ditekankan
juga terjadi di kantor cabang yang melakukan karena satuan pengawas internal yang
rekayasa kredit demi mengendalikan persentase merupakan auditor internal melaksanakan
non performing loan (NPL). f ungsi pengawasan kepatuhan dan
mendukung terbentuknya budaya kerja BPR
4.4. Langkah-Langkah Pencegahan Fraud di yang patuh terhadap aturan yang berlaku.
PD BPR Bank Daerah X
4.4.2. Penerapan Kebijakan Know Your
4.4.1. Perbaikan Sistem Pengendalian Internal
Employee
Kelemahan sistem pengendalian internal
Know Your Employee (KYE) merupakan
merupakan faktor utama mengapa fraudterjadi
upaya pencegahan terjadinya fraud dengan cara
di PD BPR Bank Daerah X. Kelemahan sistem
pengendalian dari aspek sumberdaya manusia
pengendalian internal membuka peluang kepada
(SDM). Sistem ini merupakan sebuah cara untuk
semua unsur di PD BPR Bank Daerah X untuk

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 115


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI
DI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

mengenali karakter seorang karyawan ataupun


tidak pernah dimiliki oleh BPR. Tindakan fraud
calon karyawan sejak dini. Hasil wawancara
yang terjadi hanya menjadi bahan pergunjingan
dengan kepala satuan pengawas internal
di level pegawai bawah yang tidak pernah
mengatakan:
tersampaikan kepada manajemen. Sikap acuh
“Hal itu sudah kami antisipasi mulai dari tak acuh pegawai untuk melaporkan tindakan
proses rekrutmen. Kalo sekarang rekrutmen
fraud dikarenakan tidak ada saluran pelaporan
pegawai baru ada timnya pak dan
melibatkan pihak ketiga independen yaitu yang jelas dan aman yang dibuat oleh PD BPR
lembaga psikologi, ndak kayak dulu tiba- Bank Daerah X. Kondisi yang terjadi selama ini,
tiba ada karyawan baru yang kualifikasi dan pegawai takut untuk melaporkan tindakan fraud
kompetensinya tidak jelas. Jadi ya karena dapat berdampak negatif kepada dirinya
sekarang nggak bisa kalo ada yang nitip- apabila hal itu disampaikan kepada pihak yang
nitip gitu. Kalo nilainya tidak memenuhi
tidak tepat.
syarat pada saat test, ya sudah pasti tidak
lolos, kami sangat transparan pak dalam Berdasarkan hasil wawancara peneliti
hal ini. Selain itu juga sudah ada pelaporan dengan Ditektur PD BPR Bank Daerah X
kekayaan pegawai pak, seperti laporan mengatakan:
yang dibuat pegawai pemda.”
“Kami berupaya membuat aturan yang
Langkah langkah yang sudah ditempuh oleh akan kami SK kan tentang sarana
PD BPR Bank Daerah X dengan melakukan pelaporan langsung kepada satuan
pengawas internal (SPI) yang diteruskan
proses rekrutmen terbuka dengan kualifikasi yang
kepada dewan pengawas.”
disesuaikan dengan kebutuhan jabatan yang
dibutuhkan. Sehingga diharapkan dapat Langkah-langkah yang diambil manajemen
mengeliminasi kemungkinan adanya pegawai baru dalam menghadapi permsalahan tersebut
titipan dan pegawai yang tidak memiliki berupaya membuat sarana pelaporan yang efektif,
kompetensi yang dibutuhkan oleh BPR. Proses yaitu langsung kepada satuan pengawas
rekrutmen yang dilaksanakan dengan dibentuk internal (SPI) yang diteruskan kepada dewan
tim kerja yang diketuai oleh kepala satuan pengawas melalui layanan SMS, surat biasa atau
pengawas internal dan melibatkan lembaga surat elektronik. Sarana pelaporan pegawai atas
psikologi independen. Melalui sistem ini temuan tindakan fraud akan diwujudkan dalam
diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai bentuk keputusan direksi dan dilakukan sosilisasi
rekam jejak calon karyawan secara lengkap dan secara menyeluruh untuk meyakinkan kepada
akurat. Know Your Employee (KYE) di BPR juga semua pihak terkait dengan keamanan dan
dilaksanakan dengan membuat program kerahasian atas pelaporan tersebut.
mengenali karyawan melalui pengisian laporan
kekayaan rutin setiap tahun sekali yang wajib 4.4.4. Pembuatan kebijakan dan prosedur
disampaikan kepada BPR. hal ini penting untuk sanksi
membandingkan gaya hidup dengan sumber
Kebijakan dan prosedur pengenaan sanksi
pengahasilan pegawai, serta untuk mengatahui
yang ef ektif perlu dibuat dalam rangka
penghasilan pegawai selain dari gaji yang
menindaklanjuti hasil inv estigasi agar
diberikan BPR. Sehingga dapat digunakan
menimbulkan efek jera bagi para pelaku fraud.
sebagai alat deteksi dini apabila terjadi fraud
Penyelesaian fraud secara internal tanpa
pada PD BPR Bank Daerah X.
memberikan sanksi tegas yang selama ini
4.4.3. Pembuatan Kebijakan Jalur Khusus dilakukan oleh BPR harus ditinggalkan karena
Pelaporan Fraud merupakan preseden buruk bagi BPR serta
Sistem pengaduan pegawai atas tindakan memicu para pegawai untuk terus melakukan
fraud yang terjadi di PD BPR Bank Daerah X tindakan fraud yang akan merugikan BPR.

116 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016)


MUHAMAD ERFIN FATONI & ABDUL HALIM

Penyusunan keputusan direksi tentang displin Langkah-langkah pencegahan fraud yang


pegawai PD BPR Bank Daerah X merupakan dilakukan manajemen PD BPR Bank Daerah X
proiritas utama manajemen baru saat ini. BPR bedasarkan hasil wawancara yang dilakukan
sebagai lembaga intermediasi keuangan harus peneliti dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1)
mampu menjaga kepercayaan masyarakat Perbaikan sistem pengendalian internal di PD
dengan memberikan tindakan tegas dan BPR Bank Daerah X; (2) Penerapan kebijakan
konsisten bagi para pelaku fraud dengan tidak know your employee (KYE) yang merupakan
pandang bulu berdasarkan aturan dan upaya pencegahan terjadinya fraud dengan cara
perundang-undangan yang berlaku. pengendalian dari aspek sumberdaya manusia
(SDM); (3) Pembuatan kebijakan jalur khusus
5. SIMPULAN DAN SARAN pelaporan fraud; dan (4) Pembuatan kebijakan
5.1 Simpulan dan prosedur sanksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fraud
pada PD BPR Bank Daerah X terjadi pada 5.2 Rekomendasi
aktivitas pinjaman (lending) yang merupakan Berdasarkan kesimpulan yang disampaikan
kegiatan utama dari BPR. Menurut kedudukan di atas, peneliti memberikan pertimbangan
pelaku, tindakan fraud di PD BPR Bank Derah X rekomendasi guna peningkatan sistem
dikelompokkan menjadi dua yaitu fraud yang pengendalian fraud yang efektif di PD BPR Bank
dilakukan oleh pegawai pelaksana dan fraud Daerah X, yaitu:
yang dilakukan oleh direktur.Bentuk fraud dengan
1. Kelemahan sistem pengendalian internal
pelaku pegawai pelaksana, yaitu: menggunakan
merupakan faktor utama penyebab terjadinya
angsuran debitur; menggadaikan agunan debitur;
fraud di PD BPR Bank Daerah X. Sehingga
dan menaikkan plafon pinjaman debitur untuk
penerapan sistem pengendalian internal
dipakai bersama-sama. Fraud dengan pelaku
dengan melaksanakan segregation of duties,
direktur yang terjadi di PD BPR Bank Daerah X
dual control, dual custody, dan number
yaitu adanya kredit tempilan dan kredit fiktif yang
controlwajib dilaksanakan dalam pengelolaan
dilakukan mantan direktur.
PD BPR Bank Daerah X. Pelaksanaan
Hasil rekapitulasi penilaian aspek manajemen prosedur operasi standar yang sudah dibuat
yang telah peneliti lakukan pada PD BPR Bank PD BPR Bank Daerah X merupakan langkah
Daerah X, diketahui bahwa dari 15 pertanyaaan nyata dalam penguatan sistem pengendalian
yang telah peneliti ajukan, terdapat 6 pertanyaan internal.
yang mendapat nilai angka 1 atau 40 persen dari
2. Penanganan para debitur yang telah
total nilai. Sehingga dari data tersebut diatas
melakukan tunggakan wajib dilakukan
dapat diketahui, hasil evaluasi penilaian aspek
segera tanpa harus menunggu sampai
manajemen menunjukkan bahwa pengelolaan
debitur akan berpindah kolektibilitas dari
PD BPR Bank Daerah X belum efektif.
lancar menjadi kurang lancar (KL). Hal ini
Faktor-faktor penyebab terjadinya fraud di PD dilakukan dengan membuat klasifikasi kredit
BPR Bank Daerah X dapat diklasifikasikan lancar sebagai berikut: (1) kredit lancar tanpa
menjadi empat yaitu: (1) tekanan yang berasal tunggakan; (2) kredit lancar dengan
dari pengaruh eksternal dan internal; (2) Adanya
tunggakan satu kali angsuran,(3) kredit
peluang atau kesempatan dikarenakan
lancar dengan tunggakan dua kali angsuran;
kelemahan sistem pengendalian internal yang
(4) kredit lancar dengan tunggakan tiga kali
dimiliki BPR, Sanksi yang tidak tegas bagi para
angsuran. Sehingga tekanan untuk dapat
pelaku fraud, dan penyalahgunaan wewenang
mengendalikan NPL melalui talangan
yang dilakukan oleh direktur; (3) Rasionalisasi;
angsuran yang selama ini menjadi salah satu
dan (4) Kolusi.

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 117


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB FRAUD PADA BADAN USAHA MILIK DAERAH (STUDI
DI PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK DAERAH X)

penyebab terjadinya fraud di PD BPR Bank dengan nasabah binaannya. Jika fraud terjadi
daerah X dapat diminimalisasi. disertai adanya kolusi, akan lebih sulit
3. Penerapan kewajiban kepada semua jajaran terdeteksi. Menginggat kolusi biasanya
pegawai di PD BPR Bank Daerah X untuk dibangun dalam waktu yang tidak singkat.
melakukan mandatory vacation atau
5.3. Keterbatasan Riset
kewajiban cuti block leave. Kebijakan ini
sebagai bentuk pengendalian internal untuk Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan
dapat mengidentifikasi aktivitas ilegal yang sebagai berikut:
mungkin disembunyikan oleh para pegawai. 1. Penelitian ini merupakan penelitian studi
4. Penerapan kebijakan rotasi kepada semua kasus, sehingga hasilnya tidak dapat
pegawai di PD BPR Bank Daerah X secara digeneralisasi untuk kasus yang berbeda.
periodik, termasuk juga rotasi kepada para 2. Peneliti tidak dapat melakukan wawancara
petugas AO wilayah. Hal ini penting untuk terhadap tiga petugas AO pelaku fraud dan
menghindari kolusi antara pegawai pelaksana wawancara ulang terhadap mantan direktur
dengan atasan langsung dan juga PD BPR Bank Daerah X sebagai pelaku fraud
menghindari terjadinya kolusi antara pegawai yang dipecat dari PD BPR Bank Daerah X.

DAFTAR REFERENSI
Association of Certified Fraud Examiner (2014), Kementerian Dalam Negeri (2006), Peraturan
Report to the Nations On Occupational Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006
Fraud and Abuse-2014 Global Study. tentang Pengelolaan Bank Perkreditan
Bank Indonesia (2011), Surat Edaran No. 13/ 28 Rakyat Milik Pemerintah Daerah.
/DPNP perihal Penerapan Strategi Anti Lembaga Penjamin Simpanan (2016), Bank yang
Fraud bagi Bank Umum. di Likuidasi, Av ailable at: http://
Bank Indonesia (2014), Laporan Hasil www.lps.go.id/web/guest/bank-yang-
Pemeriksaan PD BPR Bank Daerah X dilikuidasi [Accessed February 28, 2016].
Tahun 2013. Komisi Pemberantasan Korupsi (2006),
Creswell, J. W. (2014), Qualitative Inquiry and Memahami untuk Membasmi: Buku Saku
Reserach Design: choosing Among Five untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi,
Approaches, Third Edition, Terjemahan Jakarta, Komisi Pemberantasan Korupsi.
oleh Fawaid, A., Yogyakarta, Pustaka Otoritas Jasa Keuangan (2014), Peraturan
Pelajar. Otoritas Jasa Keuangan Nomor 20/
Denzin, N.K., & Lincoln, Y.S. (2009), Handbook POJK.03/2014 tentang Bank Perkreditan
of Qualitative Research, Terjemahan oleh Rakyat.
Dariyanto dkk, Yogyakarta, Pustaka Otoritas Jasa Keuangan (2014), Fraud di
Pelajar. Perbankan, Seminar OJK Kantor Regional
Hennink, M., Hutter, I., & Bailey, A. (2011), Quali- 3 Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara,
tative Research Methods, Sage Publica- Surabaya, 26 September 2014.
tions, Inc., USA. Otoritas Jasa Keuangan (2015), Peraturan Otoritas
Kementerian Dalam Negeri (1998), Peraturan Jasa Keuangan Nomor 13/POJK.03/2015
Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Bank Perkreditan Rakyat.
Daerah.

118 JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016)


MUHAMAD ERFIN FATONI & ABDUL HALIM

Otoritas Jasa Keuangan (2015), Laporan Hasil Sulistya, A.D. (2013), ‘Strategi AntiFraud Bank
Pemeriksaan PD BPR Bank Daerah X Indonesia Untuk Mencegah Kecurangan
Tahun 2014. Yang Dilakukan Pegawai Bank Pada Bisnis
Republik Indonesia (2003), Peraturan Pemerintah Perbankan Di Indonesia’, Tesis, Universi-
Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem tas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pengendalian Intern Pemerintah. Tuanakotta, T.M. (2014), Akuntansi Forensik dan
Republik Indonesia (1998), Undang-Undang Audit Investigatif , Edisi 2., Jakarta,
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Salemba Empat.
atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Wells, J.T. (2007), Corporate Fraud Handbook,
tentang Perbankan. Prevention and Detection, Second Edition,
Republik Indonesia (2014), Undang-Undang John Wiley&Sons, Inc.
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Yin, R.K. (2014), Case study research: Design
Pemerintahan Daerah. and methods, Terjemahan oleh Mudzakir,
Singleton, T.W., & Singleton, A.J. (2010), Fraud M.D., Jakarta, RajaGrafindo Persada.
Auditing and Forensic Accounting, Fourth
Edition, John Wiley&Sons, Inc.
Sitorus, T., & Scott, D. (2008), The Roles of Col-
lusion, Organisational Orientation, Justice
Avoidance, and Rationalisation on Commis-
sion of Fraud: a model based test, Review
of Business Research, Vol. 8, No.1.hh 132-
147

JURNAL RISET MANAJEMEN, Vol. 3 No. 2 (Juli 2016) 119

You might also like