Professional Documents
Culture Documents
Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran
Oleh
FITRI SAKINAH
NO. BP. 1310311069
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
ABSTRACT
By
Fitri Sakinah
Oleh
Fitri Sakinah
Halaman
Sampul Depan
Sampul Dalam
Halaman Pernyataan Orisinalitas
Pengesahan Skripsi
Pengesahan Penguji
Kata Pengantar
Abstract i
Abstrak ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Daftar Singkatan viii
Daftar Lampiran ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum 5
1.3.2 Tujuan Khusus 5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan 6
1.4.2 Bagi Penelitian 6
1.4.3 Bagi Mahasiswa 7
1.4.4 Bagi Masyarakat 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Telinga
2.1.1 Telinga Luar 8
2.1.2 Telinga Tengah 9
2.1.3 Telinga Dalam 11
2.1.4 Fisiologi Pendengaran 14
2.1.5 Gangguan Pendengaran 15
2.2 Tinnitus
2.2.1 Definisi dan Klasifikasi 16
2.2.2 Epidemiologi 17
2.2.3 Patofisiologi dan Faktor yang Mempengaruhi 17
2.2.4 Gejala Klinis 18
2.2.5 Diagnosis 18
2.2.6 Tatalaksana 19
2.3 Earphone
2.3.1 Definisi 20
2.3.2 Epidemiologi Penggunaan Earphone 21
2.3.3 Komponen Penggunaan Earphone 22
2.4 Hubungan Kekerapan Penggunaan Earphone dengan 24
Halaman
Halaman
Halaman
yang diterima oleh telinga penderita tanpa adanya rangsangan bunyi dari luar
(Mazurek, 2010; Nugroho, 2015; Kim et al., 2015). Tinnitus berasal dari bahasa
latin “tinnere” yang berarti berdenging (Atik, 2011; Bashiruddin et al., 2012).
Tinnitus dapat bersifat objektif dan subjektif (Langguth et al., 2013; Nugroho,
2015).
sehari-hari, sedangkan tinnitus objektif jarang terjadi (Langguth et al., 2013; Yew,
2014). Tinnitus subjektif adalah tinnitus yang hanya dirasakan oleh telinga
penderita tanpa dapat dirasakan oleh telinga orang lain atau pemeriksa (Franke et
al., 2012; Nugroho, 2015). Tinnitus objektif merupakan tinnitus yang dapat
ditemukan adanya sumber suara berasal dari organ dalam telinga seperti pada
mengalami gejala tinnitus (Silvestre et al., 2013). Hampir 61% populasi dewasa
20,7% pada usia besar dari 19 tahun. Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan
bahwa ada sekitar 256 pasien yang datang ke poliklinik dengan keluhan tinnitus
yang disebabkan oleh berbagai macam sebab (Bashiruddin et al., 2012). Divisi
2016 mencatat bahwa ada 22 pasien yang datang ke poliklinik dengan keluhan
al., 2013).
Tinnitus berhubungan positif dengan usia, akan tetapi jumlah remaja yang
pernah mengalami tinnitus sementara yang disebabkan oleh tingkat tekanan suara
tinggi mencapai 75% (Silvestre et al., 2013). Tinnitus sementara yang diinduksi
oleh suara merupakan sebuah fenomena yang sering terjadi pada usia muda
lahir dari tahun 1980-2000 ditemukan menjadi populasi yang berisiko diakibatkan
oleh paparan bising suara tinggi (Stein, 2013). Usia muda sering terpapar suara
tingkatan tinggi pada saat waktu bersantai, secara khususnya ketika mengunjungi
klub malam dan penggunaan pemutar musik pribadi (Keppler et al., 2015).
paparan selama lebih dari 8 jam per hari (Rahadian et al., 2010).
mengunduh, peningkatan kekuatan dan ukuran alat pemutar yang semakin kecil
populasi usia muda yakni sekitar 95% (Silvestre et al., 2013). American Speech
risiko gangguan pendengaran (Manisha et al., 2015). Salah satu dari dua masalah
kemungkinan terpapar suara dengan intensitas tinggi secara berlebihan dalam satu
empat miliar pengguna di seluruh dunia, dan dengan peningkatan proporsi yang
genggam adalah salah satu pemutar musik pribadi yang paling populer dipasaran
(Ana et al., 2012). Earphone adalah salah satu perangkat tambahan (accessories)
dari telepon genggam yang mampu menghasilkan suara dengan intensitas 80-115
Paparan suara berintesitas 110 dB selama 1 jam dalam satu hari dapat
dihasilkan oleh earphone dapat mencapai 110 dB, sedangkan ambang suara
minimal yang dapat diterima oleh telinga adalah 85 dB dengan lama paparan
maksimal 8 jam setiap harinya (Salim et al., 2014). Penggunaan earphone dalam
rusaknya sel-sel rambut koklea pada saraf pendengaran (Wongso et al., 2013).
pengguna earphone yang menggunakan earphone 1-3 jam dalam satu hari, dan
sekitar 22,2% pada pengguna earphone yang menggunakan earphone selama 3-6
jam dalam satu hari (Sunny et al., 2012). Besarnya intensitas saat menggunakan
satu gejala gangguan yang paling banyak dikeluhkan pasien adalah tinnitus,
dimana terdapat 38,93% yang positif mengalami tinnitus (Herrera et al., 2016).
al., 2016)
Andalas.
kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa profesi dokter angkatan 2014 Fakultas
subjektif.
Secara umum telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga
Telinga tengah dan telinga luar berkembang dari alat brankial, telinga
Telinga luar terbagi atas daun telinga dan liang telinga sampai membran
2008; Bhatt, 2016). Aurikula terdiri dari kartilago elastik yang tertutup dan
berbentuk seperti bagian ujung dari terompet yang dilapisi oleh kulit (Tortora dan
helix, ke arah inferior dari helix berakhir pada lobulus yang tersusun dari jaringan
lunak dan tidak memiliki kerangka tulang rawan, lekukan ditengah daun telinga
disebut konka aurikula, tepat di sebelah depan konka terdapat sebuah lipatan yang
lengkung yang lebih kecil dan berhadapan dengan helix yang disebut antihelix
(Gunardi, 2008).
bagian tengah atau dalam (Marianne dan Ashutosh, 2016). Liang telinga luar
terdiri dari kartilago di sepertiga bagian lateral dan tulang di dua pertiga bagian
dalam (Peng dan Har-El, 2002). Sepertiga bagian luar kulit dari liang telinga
terdapat folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea (Peng dan Har-El,
Telinga tengah merupakan ruangan yang berisi udara yang terdiri atas
dan Har-El, 2002). Membran timpani merupakan selaput tipis yang terletak
serong pada ujung medial meatus acusticus externus yang membentuk suatu
Membran timpani tediri atas dua bagian yakni pars flasida dan pars tensa (Bhatt,
2016).
Dinding anterior membran timpani ini diliputi oleh tuba eustachius atau
tuba auditiva (Peng dan Har-El, 2002). Tuba eustachius atau tuba auditiva
nasofaring yang berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara dari kedua sisi
membran timpani (Moller, 2006; Gunardi, 2008). Organ ini membuka secara
aktif ketika m.tensor veli palatini berkontraksi seperti pada gerakan menelan dan
menguap, dan menutup secara pasif pada saat beristirahat (Peng dan Har-El.
landasan (incus), dan tulang sanggurdi (stapes) (Shier et al., 2009). Ketiga tulang
ini membentuk rangkaian melintang pada telinga tengah dan menyatu dengan
fenestra vestibuli (Peng dan Har-El, 2002; Snell, 2012). Tulang martil (malleus)
timpani. Tulang landasan (incus) menyerupai landasan atau geraham depan yang
tulang pendengaran yang paling kecil yang terletak paling medial, yang mana
pada lehernya melekat M.Stapedius (Peng dan Har-El, 2002; Moller 2006)
Telinga dalam atau yang dikenal sebagai labirin terdiri atas dua area,
yaitu labirin tulang sebagai bagian terluar dan labirin membranosa sebagai bagian
serangkaian rongga yang berada di bagian petrous tulang temporal dan memiliki
(Tortora dan Derrickson, 2009). Labirin tulang terdiri atas tiga bagian, yaitu
bagian vestibula, kanalis semisirkularis, dan koklea yang dilapisi oleh endosteum
Vestibula adalah bagian sentral yang berbentuk bulat yang terdapat pada
dan koklea yang memiliki peranan penting dalam pendengaran (Shier et al.,
dengan aksis panjang dari tulang petrous, sedangkan bagian posterior terletak
vertikal dan sejajar dengan aksis panjang serta bagian lateral diatur dalam posisi
horizontal dan terletak di dinding medial aditus ke antrum mastoid yang berada di
yang berbentuk seperti rumah siput (Tortora dan Derrickson, 2009). Setiap
putaran akan membentuk kerucut pada bagian ujung dengan bagian apeks berada
Duktus koklear atau yang lebih dikenal sebagai skala media merupakan lanjutan
dari labirin membranosa yang masuk ke koklea dan berisikan cairan endolimfe
kompartemen atas atau skala vestibuli yang berisikan cairan perilimfe dan
kompartemen bawah atau skala timpani yang berisikan cairan perilimfe dan
utrikula dan sakula yang dihubungkan oleh sebuah duktus yang kecil (Tortora
utrikula, dan sakula dipersarafi oleh nervus vestibular yang merupakan cabang
Pada bagian akhir membran basiler akan ditemukan organ korti yang
merupakan sebuah lembaran melingkar yang memiliki sel-sel epitel dan sekitar
16 ribu sel rambut yang menjadi reseptor pendengaran (Tortora dan Derrickson,
2009). Organ korti terdiri dari reseptor pendengaran yang berlokasi pada
permukaan atas dari membrana basilar yang meregang dari apeks ke dasar koklea
(Shier et al., 2009). Reseptor sensorik yang terdapat pada setiap telinga memiliki
akan menyalurkan sinyal percepatan rotasi (Ganong, 2012). Setiap sel rambut
Derrickson, 2009). Stereosilia ini memiliki inti yang terdiri dari filamen aktin
yang sejajar dan dilapisi oleh berbagai isoform miosin (Ganong, 2012).
penangkapan energi bunyi oleh daun telingan dalam bentuk gelombang yang
2012).
defleksi stereosilia sel-sel rambut koklea, sehingga kanal ion terbuka dan
terkena yakni gangguan pada telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan
tuli konduktif, sedangkan gangguan pada telinga dalam dapat menyebabkan tuli
yang cukup keras dalam jangka waktu lama yang disebut sebagai gangguan
pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss) (Horward et al., 2011).
Secara umum, bising adalah campuran bunyi nada murni berbagai frekuensi.
keruskan pada organ korti. Banyak hal yang mempengaruhi tuli akibat terpajan
bising antara lain intensitas bising, frekuensi bising, lama paparan bising dan
2012). Tuli akibat pajanan bising biasanya dapat disertai dengan tinnitus (Rambe,
2003).
2.2 Tinnitus
adanya sumber luar (Holmes dan Padgam, 2011; Atik, 2011). Suara ini dapat
terdengar seperti berdenging, hissing, berdering atau seperti suara musik (Mc
Kenna, 2008; Atik, 2011; Langguth et al., 2013). Tinnitus setidaknya berlangsung
selama 5 menit dan terjadi lebih dari satu kali seminggu (Henry et al., 2005).
subjektif atau objektif (Holmes dan Padgham, 2011; Sunny et al., 2012; Nugroho,
2015).
satu organ dalam telinga yang dapat juga di dengar oleh pemeriksa dengan
menggunakan stetoskop (Atik, 2011). Tinnitus objektif yang jarang terjadi ini
objektif, dikarenakan hal ini hanya dapat dirasakan dan diukur oleh pasien (Han
et al., 2009). Walaupun tinnitus dapat disebabkan oleh banyak penyebab, akan
tetapi salah satu penyebab yang paling banyak menyebabkan terjadinya tinnitus
2.2.2 Epidemiologi
tinnitus pada individual dengan Noise Induced Hearing Loss sebanyak 48%
Sudah banyak teori yang digunakan dalam meneliti tinnitus, tapi tetap
terjadi (Baguley, 2002; Baldo et al., 2008). Banyak laporan kasus yang
atau leher, paparan bising yang berlebihan, kotoran telinga atau perubahan
tekanan darah dan metabolisme (Folmer et al., 2004). Tinnitus kronik juga bisa
mempengaruhi adalah kelainan yang berhubungan dengan tuli konduktif atau tuli
neuroma (Holmes dan Padgham, 2011). Tinnitus juga dapat berhubungan dengan
2.2.5 Diagnosis
Belum ada tes yang dapat menilainya secara objektif maka diagnosis
tinnitus hanya didasarkan pada keluhan pasien karena itu disebut tinnitus bersifat
suara yang didengar penting dan sangat membantu untuk membedakan antara
tinnitus subjektif dengan objektif dan tinnituspulsatile dan non pulsatile (Holmes
auscultation atau palpasi, evaluasi liang telinga untuk melihat apakah membran
timpani masih utuh atau kelainan saraf kranial yang berhubungan dengan gejala
(Crummer dan Hasan, 2004; Folmer et al., 2004). Akan tetapi sesuai definisinya,
pada tinnitus subjektif tidak dapat dilakukan hal demikian karena hanya pasien
2.2.6 Tatalaksana
tantangan (Baguley, 2007). Secara umum saat ini tidak ada tatalaksana yang
efektif untuk tinnitus, dimana pengobatan hanya di fokuskan pada keluahan yakni
antipiletic atau stapedectomy (Ayache et al., 2003; Thrasher dan Allen, 2005).
adalah bagaimana kita membuat pasien mengerti dan membuat mereka menjadi
tidak terlalu perhatian terhadap gejala yang dirasakan dan memegang peranan
dan edukasi seperi yang paling banyak digunakan adalah Cognitive Behavioral
seperti perhatian yang terseleksi, pembiaran dan fokus dalam mengurangi stress
al., 2004; Rief et al., 2005). TRT dilakukan dengan cara “directive counseling”
menjadi terbiasa dengan cara memberikan efek suara dibawah level tinnitus
selama 6-12 per hari termasuk saat tidur (Zachriat dan Kroner-Herwig, 2004).
2.3 Earphone
2.3.1 Definisi
suara menjadi gelombang listrik yang dapat disambungkan dari alat pemutar
musik ke telinga. Earphone yang ada di Indonesia ada 2 jenis, yaitu earphone
earbud yang penggunaannya langsung diletakkan di luar telinga dan earphone in-
ear yang digunakan dengan dimasukkan ke dalam bagian depan lubang telinga
(Herman, 2011).
depan lubang telinga sehingga dapat meredam suara dari lingkungan luar yang
musik dengan intensitas yang sangat keras tanpa gangguan dari lingkungan
sekitar (Vogel et al., 2009). Sedangkan earphone earbud memiliki bentuk yang
Teknologi earphone sebagai alat bantu dalam mendengarkan suara dan berbicara
dengan perangkat komunikasi atau komputer bukan hal baru dalam teknologi
suara, saluran yang berfungsi untuk menghantarkan suara menuju telinga, dan
serangkaian penghubung antara alat pemutar musik dengan kanal telinga. Hasil
dari transduser nantinya akan diteruskan ke saluran suara tersebut menuju telinga
yang dikumpulkan pada suatu titik yang kemudian akan diteruskan melalui busa
penyumbat pada ujung kanal (Valente et al., 1992). Speaker yang terdapat pada
earphone memiliki lapisan tipis yang membentang dari bagian kepala earphone
dan menyebabkan pengaliran suara akustik yang dihasilkan menjadi lebih baik
dari telepon genggam dan penggunaan perangkat audio lain meningkat (Laoh,
2015). Paparan yang lama dan berulang dari penggunaan earphone dapat
Czyz dan Cain, 2016). Penelitian lainnya menemukan penggunaan earphone pada
2012). Tinnitus ditemukan pada 12,2% pengguna earphone (Sunny et al., 2012).
di kalangan siswa tersebut sebanyak 83,6% dan 27,5% di antaranya berasal dari
lainnya yang dilakukan oleh Shah et.al (2009) sebanyak 37,5% dari sampel
(Syakila, 2014).
kekerapan, durasi, dan intensitas penggunaan earphone serta jenis earphone yang
2011). Intensitas bising yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan
logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang
dapat didengar (Buchari, 2007). Paparan bising pada intensitas tinggi dapat
memicu timbulnya berbagai gejala yang berbeda, seperti tidak toleransi terhadap
(Goncalves dan Dias, 2014). Paparan bising pada durasi dan intensitas tertentu
menyebabkan terjadinya kehilangan sel rambut luar dan dalam dengan cepat yang
disertai dengan kerusakan bahkan kematian pada organ korti, iskemia pada
hari menggunakan earphone, 19,83% tiga kali seminggu, dan 8,40% satu kali
seminggu (Herrera et al., 2016). Musik yang didengar melaui earphone di dalam
telinga memliki intensitas yang lebih besar (Laoh, 2015). Populasi cenderung
menggunakan earphone dengan intensitas yang sangat keras, dan 37,40% pada
intensitas keras (Herrera et al., 2016). Selain itu earphone dalam telinga tidak
kekerapan menggunakan 6 kali dalam satu hari (Neeman et al., 2016). Sebanyak
2016).
Faktor yang paling banyak berkontribusi akan terjadinya tinnitus adalah sebanyak
20% disebabkan oleh paparan bising durasi lama (Martin et al., 2005). Sebuah
melalui earphone selama lebih dari 4 jam dalam satu hari, hanya sekitar 5% dari
kedua populasi tersebut yang menggunakan earphone kurang dari 1 jam per hari
earphone 1-3 jam dalam satu hari, dan sekitar 22,2% pada pengguna earphone
yang menggunakan earphone selama 3-6 jam dalam satu hari (Sunny et al.,
2012). Penelitian lain menunjukkan bahwa 50,7% populasi remaja dan dewasa
muda menggunakan earphone selama 1-2 jam dalam satu hari, 29% selama 3-4
jam dalam satu hari, dan 20.3% menggunakannya selama lebih dari 5 jam dalam
gangguan pendengaran (Laoh, 2015). Salah satu gejala gangguan yang paling
banyak dikeluhkan pasien adalah tinnitus, dimana terdapat 38,93% yang positif
banyak mendengarkan musik melalui earphone dengan suara keras. Di antara 189
mahasiswa di kampus New York ditemukan rata-rata paparan bising yang mereka
dengarkan melalui earphone adalah 93,6 dB, dengan rata-rata penggunaan selama
dari 120 dB yang mana setara dengan konser rock yang dapat menurunkan fungsi
pedengearan dengan paparan selama 1 jam dan 15 menit saja (Tabraiz et al.,
rata-rata sebesar 101 dB - 107 dB (Keith et al., 2008). Penelitian lain juga
(Portnuff dan Fligor, 2006). Penelitian lain juga menemukan bahwa remaja dan
diberi skala 1-10, dengan angka 10 sebagai skala maksimal (Warner-Cyzyz dan
Cain, 2016).
Selain itu, disarankan penggunaan earphone dalam sehari adalah 6 jam jika
menggunakan intensitas suara 70%, 1,5 jam pada intensitas suara 80%, 22 menit
maksimal atau 100% (Ahmed et al., 2007). Pengurangan terhadap pajanan bising
dapat diatur sesuai dengan batas pajanan yang diperbolehkan setiap harinya yang
rekomendasi ISO melalui peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No. 13
tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat
kerja.
Tabel 2.3 : NIOSH Daily Permissible Noise Level Exposure Limits (Stephenson,
2012)
dB A Hours dB A Hours
85 8 hours 100 15 minutes
88 4 hours 103 7.5 minutes
91 2 hours 106 3.75 minutes
94 1 hour 109 112 seconds
97 30 minutes 112 56 seconds
Paparan
Kekerapan
Bising
Durasi
Noise Induced
Hearing Loss
Intensitas
Tinnitus Tinnitus
Objektif Subjektif
Penggunaan Kekerapan
Earphone nn
Telepon Genggam Durasi
Intensitas
Paparan Gangguan
Bising Pendengaran
Tinnitus Tinnitus
Objektif Subjektif
Keterangan:
= variabel diteliti
= variabel tidak diteliti
Andalas
sectional.
mahasiswa tahap akademik prodi profesi dokter angkatan 2014 sebanyak 236
mahasiswa.
dan ekslusi. Jumlah sampel mahasiswa tahap profesi dokter angkatan 2014
Keterangan :
n= jumlah sampel
diinginkan (10%)
(0,1)²
0,01
penelitian maka dilakukan koreksi besar sampel dengan rumus sampel drop
n
n’ =
(1 f )
n 92 92
n’ = = = = 102,22 (dibulatkan menjadi 103 orang)
1 f 1 0,1 0,9
orang.
1. Kriteria Inklusi :
2. Kriteria Eksklusi :
f. Pernah terpapar suara bising dalam jangka waktu lama seperti yang
Genggam
Genggam
Genggam
1. Tinnitus Subjektif.
terakhir
musik
- ≥ 5 hari/minggu
mendengarkan musik
- ≥ 2 jam
musik
1. Alat Tulis
Garpu Tala
Data primer diperoleh secara langsung oleh peneliti dari responden yang
otoskopi dan garpu tala untuk menilai apakah responden memliki gangguan
dahulu.
2. Coding, yaitu proses pemberian kode pada setiap data variabel yang telah
dengan taraf signifikansi (a) 0,05. Bila nilai p<0,05 berarti ada hubungan
dan setelah dilakukan simple random sampling dari 178 orang yang
memenuhi kriteria, sampel yang diperiksa dalam penelitian ini berjumlah 103
yang mengalami tinnitus subjektif (20%) lebih besar dari responden yang
genggam < 2 jam dan ≥ 2 jam dengan kejadian tinnitus subjektif dengan nilai
subjektif.
dB) yang mengalami tinnitus subjektif (22,7%) lebih besar dari responden
subjektif.
dengan otoskopi dan garpu tala, dari total sampel 236 mahasiswa aktif profesi
random sampling dari 178 orang yang memenuhi kriteria, sampel yang
diperiksa dalam penelitian ini berjumlah 103 orang mahasiswa profesi dokter
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunny et
penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Silvestre et al. (2013)
genggam, dan 6,72% bukan pengguna earphone telepon genggam. Hasil yang
92,3%.
telepon genggam yang di Brasil adalah setiap hari (61,38%). Hasil yang
al., 2009)
genggam selama ≥ 2 jam setiap harinya sebanyak 18,9%. Hasil yang sejalan
ditemukan juga pada penelitian Sunny et al. (2012) di Nigeria dimana durasi
60,8% responden. Hasil yang tidak jauh berbeda juga ditunjukkan pada
penelitian Zain (2016) terhadap siswa SMA di kota Padang dengan durasi
genggam paling lama 1 jam setiap harinya. Hasil yang berbeda ditemukan
responden penelitiannya adalah > 2 jam (58,5%). Hasil yang berbeda juga
1-3 jam/hari.
dengan intensitas berbahaya ( > 85 dB). Hasil ini sejalan dengan penelitian
intensitas > 85 dB. Penelitian yang dilakukan oleh Felchlin et al. (1988) juga
menunjukkan hasil yang sejalan dimana ditemukan 10% dari 350 responden
85 dB. Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian oleh Levey et al.
dB/minggu.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunny et al. (2012) di Nigeria yang
(Sunny et al., 2013). Hal berbeda juga dapat terjadi dikarenakan terdapat
2013).
telepon genggam yang tidak dalam jangka waktu yang lama atau terus
menerus dan dengan volume atau intensitas yang relatif rendah (Leancy dan
Mulyono, 2013).
tinnitus subjektif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang sejalan dengan
yang dilakukan oleh Luz dan Borja (2012) di Brasil dimana gejala gangguan
kejadian tinnitus subjektif (Luz dan Borja, 2012). Hasil ini bertolak belakang
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunny et al. (2012) di Nigeria dimana
selama > 30 menit setiap harinya memiliki peluang 1,538 kali lebih berisiko
perlahan dalam waktu yang lama dan terkadang tanpa disadari. Besarnya
yang lebih besar. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
lebih besar. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
genggam.
Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarah (2016),
tinnitus subjektif. Bising yang sangat keras atau dengan intensitas ≥85 dB
Mulyono, 2013).
Martin, 2007) yang didesain atraktif secara visual dan mampu mengukur
telepon genggam yang in-ear atau earbud dan sejak kapan menggunakan
earphone.
hanya salah satu dari sekian gejala gangguan fungsi pendengaran yang
7.1 Kesimpulan
7.2 Saran
Ayache, D., Earally, F., & Elbaz, P. (2003). Characteristics and postoperative
course of tinnitus in otosclerosis. Otology and Neurotology, 24, 48-51.
Beatrice D (2013). Priority medicines for europe and the world “A public
health approach to innovation” : Hearing Loss.
http://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/BP6_21Heari
ng.pdf – (Accessed on February, 2017).
Dobie RA. (2004). Clinical trials and drug therapy for tinnitus. In Snow JB,
ed. Tinnitus: Theory and Management. Lewiston, NY: BC Decker;
266–277.
El Refaie, A., Davis, A., Kayan, A., Baskill, J., Lovell, E., & Owen, V.
(2004). A questionnaire study of the quality of life and quality of family
life of individuals complaining of tinnitus pre- and post-attendance at a
tinnitus clinic. International Journal of Audiology, 43, 410-416.
Keppler H, Dhooge Ingeborg, Degeest Sofie, Vinck Bart. (2015). The effects
of a hearing education program on recreational noise exposure,
attitudes and beliefs toward noise, hearing loss,and hearing protector
devices in young adults. Noise and Health Journal, Vol. 17, Issue 78
Kim Myung Gu, Seok Min Hong, Hyun Joon Shim,Young Doe Kim,Chang Il
Cha, and Seung Geun Yeo. (2009). Hearing Threshold of Korean
Adolescents Associated with the Use of Personal Music Players.
Yonsei Med J 50(6): 771-776
Levey, S., Fligor, B. J., Ginocchi, C., & Kagimbi, L. (2012). The effects of
noise-induced hearing loss on children and young adults.
Contemporary Issues in Communication Science & Disorders, 39, 76–
83 8p
Levey S, Levey T, Fligor J. B.,(2011). Noise Exposure Estimates of Urban
MP3 Player Users. Journal of Speech,Languange,and Hearing
Research: Vol.54, pp 263-277
Liston, S.L.,Duvall, A.J., Embriologi, Anatomi dan Fisiologi
Telinga.Dalam:Adams, G.L., Boie, Jr., dan Highler, P.A., (1997). Buku
Ajar Penyakit THT. 6thed.Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran: 27-
38.
Londero, A., Peignard, P., Malinvaud, D., Nicolas-Puel, C., Avan, P.,&
Bonfils,P. (2004). Apport des the´rapies cognitives et comporte-
mentales dans la prise encharge des acouphe`nes. Implication
del’anxie´te´ et de la depression. Annales d’Oto-laryngologie et de
Chirurgie Cervico-faciale, 121, 334-345.
Marron et al. (2015). College Students’ Personal Listening Device Usage and
Knowledge. International Journal of Audiology. 54: 384–390
Martin H. M, Folmer Robert L, and Baker Y-B. (2005). Tinnitus and Sound.
Soundscape, Vol. 6, Number 1, pp: 15-17
Vogel I, Brug J, Van der Ploeg CP, Raat H (2011). Adolescents Risky
MP3Player Listening and Its Psychosocial Correlates. Health Aeduc
Res,26: 254-264.
Warner-Czyz A.D & Cain S. (2016). Age and gender differences in children
and adolescents’ attitudes toward noise. International Journal of
Audiology; 55: 83–92
Williams W. (2005). Noise exposure levels from personal stereo use. Int J
Audiol;44:231-6
Wongso Lily, Danes Vennetta R., Supit Wenny. (2013). Perbandingan
Dampak Penggunaan earphone Terhadap Fungsi Pendengaran Pada
Penyiar Radio DanYang Bukan Penyiar Radio Di Kota Manado. Jurnal
Biomedik (JBM), intensitas 5, Nomor 1, Suplemen, Maret 2013,
halaman S53-59.
Kepada
Andalas
Padang
bantuan dan kesediaan waktu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut dengan
Saudara akan sangat berarti terhadap penelitian saya dan berguna untuk
Andalas. Semua pernyataan yang Saudara jawab dan identitas Saudara, saya
Hormat saya,
Peneliti
Nama :
Nomor BP :
Program Studi :
Tahun Angkatan :
Umur :
Nomor HP :
dilakukan oleh:
Nomor BP : 1310311069
Universitas Andalas
membantu penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat secara sukarela
(...........................................)
Universitas Andalas
tinnitus subjektif
c) Jika ada pertanyaan yang kurang jelas silahkan bertanya pada peneliti.
A. Identitas Responden
Nama (optional) :
Usia :
No. HP :
Petunjuk Pengisian
Di bawah ini ada beberapa pertanyaan tentang sikap. Berilah tanda silang (X)
A. Ya
B. Tidak
9. Apakah bunyi tersebut terjadi lebih dari dua kali dalam seminggu?
A. Ya
B. Tidak
I. IDENTITAS MAHASISWA
Nama No. BP
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
Tanggal Pemeriksaan / Maret / 2017
1. Apakah anda saat ini sedang mengalami infeksi Telinga/Hidung/Tenggorokan?
A. Ya, sebutkan apa ......
B. Tidak
2. Apakah anda pernah terpapar suara bising dalam jangka waktu lama? (contoh:
bertempat tinggal disekitar daerah indsutri/pabrik)
A.Ya
B. Tidak
3. Apakah anda sebelumnya pernah mengalami trauma kepala?
A. Ya
B. Tidak
I. IDENTITAS MAHASISWA
Nama No. BP
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
Tanggal Pemeriksaan / Maret / 2017
II. PEMERIKSAAN GARPU TALA & PEMERIKSAAN OTOSKOP
Tes Garpu Tala Telinga Kanan Telinga Kiri
Tes Rinne Positif / Negatif Positif / Negatif
Tes Weber Tidak Ada Lateralisasi / Lateralisasi Ke Kanan / Lateralisasi Ke Kiri
Sama Dengan Pemeriksa / Sama Dengan Pemeriksa /
Tes Schawabach
Memanjang / Memendek Memanjang / Memendek
Membran Timpani
Warna
Refleks Cahaya
Utuh
Serumen
Kesimpulan
I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama No.
Responden
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
Tanggal Pemeriksaan / Maret / 2017
Frequency Table
pengguna_earphone
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 95 92,2 92,2 92,2
tidak 8 7,8 7,8 100,0
Total 103 100,0 100,0
kekerapan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-4hari 75 72,8 78,9 78,9
>=5hari 20 19,4 21,1 100,0
Total 95 92,2 100,0
Missing System 8 7,8
Total 103 100,0
durasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <2jam 77 74,8 81,1 81,1
>=2jam 18 17,5 18,9 100,0
Total 95 92,2 100,0
Missing System 8 7,8
Total 103 100,0
tinitus
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 7 6,8 7,4 7,4
tidak 88 85,4 92,6 100,0
Total 95 92,2 100,0
Missing System 8 7,8
Total 103 100,0
Crosstab
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pe * ts 95 100,0% 0 ,0% 95 100,0%
kk * ts 95 100,0% 0 ,0% 95 100,0%
drs * ts 95 100,0% 0 ,0% 95 100,0%
intens * ts 95 100,0% 0 ,0% 95 100,0%
ts Total
Ya Tidak Ya
pe 1 Count 7 88 95
% within pe 7,4% 92,6% 100,0%
Total Count 7 88 95
% within pe 7,4% 92,6% 100,0%
Value
Pearson Chi-Square .(a)
N of Valid Cases 95
a No statistics are computed because pe is a constant.
ts Total
Ya Tidak Ya
kk 1-4 hari per minggu Count 3 72 75
% within kk 4,0% 96,0% 100,0%
>= 5 hari per minggu Count 4 16 20
% within kk 20,0% 80,0% 100,0%
Total Count 7 88 95
% within kk 7,4% 92,6% 100,0%
Chi-Square Tests
ts Total
Ya Tidak Ya
drs <2 jam Count 3 74 77
% within drs 3,9% 96,1% 100,0%
>=2 jam Count 4 14 18
% within drs 22,2% 77,8% 100,0%
Total Count 7 88 95
% within drs 7,4% 92,6% 100,0%
Chi-Square Tests
ts Total
Ya Tidak Ya
intens Kurang berbahaya Count 2 71 73
(<= 85dB) % within intens 2,7% 97,3% 100,0%
Berbahaya (>85dB) Count 5 17 22
% within intens 22,7% 77,3% 100,0%
Total Count 7 88 95
% within intens 7,4% 92,6% 100,0%
1 Pengesahan Judul
2 Membuat Proposal
3 Ujian Proposal
Revisi Proposal &
4
Melakukan Penelitian
5 Ujian Skripsi
Revisi Skripsi &
6
Memperbanyak Skripsi