You are on page 1of 92

HUBUNGAN KEKERAPAN, DURASI DAN INTENSITAS PENGGUNAAN

EARPHONE TELEPON GENGGAM DENGAN KEJADIAN


TINNITUS SUBJEKTIF PADA MAHASISWA
PROFESI DOKTER ANGKATAN 2014
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai
pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran

Oleh

FITRI SAKINAH
NO. BP. 1310311069

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2017
ABSTRACT

THE CORRELATION OF FREQUENCY, DURATION AND INTENSITY


ON THE USAGE OF MOBILE PHONE EARPHONE WITH THE
PREVALENCE OF SUBJECTIVE TINNITUS ON
2014-BATCH MEDICAL STUDENT IN
FACULTY OF MEDICINE OF
ANDALAS UNIVERSITY

By
Fitri Sakinah

Subjective tinnitus is a ringing perception of the ear heard by patient.


Earphone is one of mobile phone’s accessories capable in producing sound with
intensity vary from 80-115 dB into ear canal. This reserach aimed to undestand
the correlation between frequency, duration, and intensity on the usage of mobile
phone earphone with the prevalence of subjective tinnitus on 2014-batch medical
student in Faculty of Medicine of Andalas University.
This analytic research used quantitative approach with cross-sectional
design. The 103 samples were recruited using simple random sampling method.
Data was obtained by doing interview then analyzed by univariate and bivariate
analytic.
This research showed from 92,2% mobile phone earphone user who used
earphone with 1-4 days/week frequency that had subjevtive tinnitus was 4% and ≥
5 days/week frequency was 20%. Respondents who used earphone with duration
< 2 hours that had subjective tinnitus was 3,9% and ≥ 2 hours was 22,2%.
Respondents who used earphone with less harm intensity that had subjective
tinnitus was 2,7%, and harmful intensity was 22,7%. It showed significant
correlation between the frequency ( p  0,034 ) , duration ( p  0,023 ) and
intensity ( p  0,007) on the usage of mobile phone earphone with the prevalence
of subjective tinnitus.
This research concluded respondent who's using mobile phone earphone
which is often in frequency, longer duration, and larger intensity will have a
higher risk for having subjective tinnitus.

Key words: earphone, frequency, duration, intensity, subjective tinnitus

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas i


ABSTRAK

HUBUNGAN KEKERAPAN, DURASI DAN INTENSITAS PENGGUNAAN


EARPHONE TELEPON GENGGAM DENGAN KEJADIAN TINNITUS
SUBJEKTIF PADA MAHASISWA PROFESI DOKTER
ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS

Oleh
Fitri Sakinah

Tinnitus subjektif adalah persepsi telinga berdenging yang hanya dapat


didengar oleh telinga penderita tanpa dapat didengar oleh telinga orang lain.
earphone adalah salah satu perangkat tambahan dari telepon genggam yang
mampu menghasilkan suara dengan intensitas 80-115 dB ke dalam liang telinga.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kekerapan, durasi dan intensitas
penggunaan earphone telepon genggam pada mahasiswa profesi dokter angkatan
2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan
kuantitatif dengan rancangan penelitian cross-sesctional. Sampel penelitian ini
berjumlah 103 orang. Sampel didapatkan dengan metode simple random
sampling. Data primer didapatkan dengan mencatat hasil wawancara berdasarkan
kuesioner dan dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji chi-
square.
Hasil penelitian menunjukkan dari 92,2% responden yang menggunakan
earphone telepon genggam dengan kekerapan 1-4 hari/minggu yang mengalami
tinnitus subjektif adalah 4%, dengan kekerapan ≥ 5 hari/minggu adalah 20%.
Responden yang menggunakan earphone telepon genggam dengan durasi < 2 jam
yang mengalami tinnitus subjektif adalah 3,9% dan dengan durasi ≥ 2 jam adalah
22,2%. Responden yang mengalami tinnitus subjektif dengan intensitas kurang
berbahaya (≤85 dB) adalah 2,7% dan dengan intensitas berbahaya (> 85 dB)
adalah 22,7%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna
antara kekerapan ( p  0,034 ), durasi ( p  0,023 ) dan intensitas ( p  0,007 )
penggunaan earphone telepon genggam dengan kejadian tinnitus subjektif.
Kesimpulan penelitian ini adalah responden yang menggunakan earphone
telepon genggam dengan kekerapan yang lebih sering, durasi yang lebih lama dan
intensitas yang lebih besar berisiko lebih tinggi mengalami kejadian tinnitus
subjektif.

Kata kunci : earphone, kekerapan, durasi, intensitas, tinnitus subjektif

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ii


DAFTAR ISI

Halaman
Sampul Depan
Sampul Dalam
Halaman Pernyataan Orisinalitas
Pengesahan Skripsi
Pengesahan Penguji
Kata Pengantar
Abstract i
Abstrak ii
Daftar Isi iii
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar vii
Daftar Singkatan viii
Daftar Lampiran ix

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum 5
1.3.2 Tujuan Khusus 5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan 6
1.4.2 Bagi Penelitian 6
1.4.3 Bagi Mahasiswa 7
1.4.4 Bagi Masyarakat 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Telinga
2.1.1 Telinga Luar 8
2.1.2 Telinga Tengah 9
2.1.3 Telinga Dalam 11
2.1.4 Fisiologi Pendengaran 14
2.1.5 Gangguan Pendengaran 15
2.2 Tinnitus
2.2.1 Definisi dan Klasifikasi 16
2.2.2 Epidemiologi 17
2.2.3 Patofisiologi dan Faktor yang Mempengaruhi 17
2.2.4 Gejala Klinis 18
2.2.5 Diagnosis 18
2.2.6 Tatalaksana 19
2.3 Earphone
2.3.1 Definisi 20
2.3.2 Epidemiologi Penggunaan Earphone 21
2.3.3 Komponen Penggunaan Earphone 22
2.4 Hubungan Kekerapan Penggunaan Earphone dengan 24

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas iii


Kejadian Tinnitus Subjektif
2.5 Hubungan Durasi Penggunaan Earphone dalam Satu 24
Hari dengan Kejadian Tinnitus Subjektif
2.6 Hubungan Intensitas Penggunaan Earphone dengan Kejadian 25
Kejadian Tinnitus Subjektif
2.7 Kerangka Teori 28
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual 29
3.2 Hipotesis Penelitian 30
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian 31
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 31
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian 31
4.3.2 Sampel Penelitian
4.3.2.1 Besar Sampel 31
4.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel 33
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.4.1 Variabel Penelitian 34
4.4.2 Definisi Operasional 34
4.5 Instrumen Penelitian 36
4.6 Prosedur Penelitian
4.6.1 Pengumpulan Data 37
4.6.2 Pengolahan Data 37
4.6.3 Analisa Data
4.6.3.1 Analisis Univariat 37
4.6.3.2 Analisis Bivariat 38
BAB 5 HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Distribusi Penggunaan Earphone Telepon 39
Genggam Responden
5.2 Gambaran Kejadian Tinnitus Subjektif pada Responden 40
5.3 Hubungan Kekerapan, Durasi dan Intensitas Penggunaan 40
Earphone Telepon Genggam dengan Kejadian Tinnitus
Subjektif pada Mahasiswa Profesi Dokter Angkatan 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
BAB 6 PEMBAHASAN
6.1 Distribusi Penggunaan earphone Telepon Genggam pada 43
Mahasiswa Profesi Dokter Angkatan 2014 Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas
6.2 Gambaran Kejadian Tinnitus Subjektif pada Responden 46
6.3 Hubungan Kekerapan, Durasi dan Intensitas Penggunaan 47
earphone Telepon Genggam dengan Kejadian Tinnitus
Subjektif pada Mahasiswa Profesi Dokter Angkatan 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
6.4 Keterbatasan Penelitian 50
BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan 51
7.2 Saran 51

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas iv


Daftar Pustaka 53
Lampiran 63

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas v


Daftar Tabel

Halaman

Tabel 2.1 Features of Tinnitus Noise 18


Tabel 2.2 Lama Pajanan Bising yang Disarankan di Indonesia 27
Tabel 2.3 NIOSH Daily Permissible Noise Level Exposure Limits 27
Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Kekerapan, Durasi 39
Intensitas, Penggunaan Earphone Telepon
Genggam pada Mahasiswa Profesi Dokter
Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tabel 5.2 Gambaran Kejadian Tinnitus Subjektif pada Mahasiswa 40
Profesi Dokter Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Tabel 5.3 Hubungan Kekerapan Penggunaan Earphone Telepon 40
Genggam dengan Kejadian Tinnitus Subjektif pada
Mahasiswa Profesi Dokter Angkatan 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tabel 5.4 Hubungan Durasi Penggunaan Earphone Telepon 41
Genggam dengan Kejadian Tinnitus Subjektif pada
Mahasiswa Profesi Dokter Angkatan 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Tabel 5.5 Hubungan Intensitas Penggunaan Earphone Telepon 42
Genggam dengan Kejadian Tinnitus Subjektif pada
Mahasiswa Profesi Dokter Angkatan 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas vi


Daftar Gambar

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Telinga secara Umum 8


Gambar 2.2 Daun Telinga 9
Gambar 2.3 Anatomi Telinga Tengah 11
Gambar 2.4 Anatomi Telinga Dalam 13
Gambar 2.5 Fisiologi Pendengaran 15
Gambar 2.6 Gangguan Pendengaran 16

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas vii


Daftar Singkatan

ASLHA : American Speech Languange Hearing Association


ATA : American Tinnitus Association
CBT : Cognitive Behavioral Therapy
FK : Fakultas Kedokteran
NIHL : Noice Induced Hearing Loss
NIOSH : National Institute for Occupational Safety and Health
TRT : Tinnitus Retaining Therapy
UNAND : Universitas Andalas
WHO : World Health Organization

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas viii


Daftar Lampiran

Halaman

Lampiran 1 : Permohonan Kesediaan Menjadi Responden 63


Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden 64
Lampiran 3 : Kuesioner tentang Hubungan Kekerapan, Durasi 65
dan Intensitas Penggunaan Earrphone Telepon Genggam
dengan Kejadian Tinnitus Subjektif
Lampiran 4 : Lembar Skrining Awal 69
Lampiran 5 : Lembar Hasil Pemeriksaan Garpu Tala dan Otoskop 70
Lampiran 6 : Lembar Hasil Perhitungan Intesitas Earphone Telepon 71
yang digunakan
Lampiran 7 : Master Tabel Penelitian 72
Lampiran 8 : Hasil Analisis Statistik 73
Lampiran 9 : Jadwal KegiatanPenelitian 77
Lampiran 10 : Dokumentasi Penelitian 79

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas ix


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tinnitus merupakan salah satu keluhan yang banyak ditemukan dalam

praktik kedokteran keluarga (Yew, 2014). Tinnitus merupakan persepsi bunyi

yang diterima oleh telinga penderita tanpa adanya rangsangan bunyi dari luar

(Mazurek, 2010; Nugroho, 2015; Kim et al., 2015). Tinnitus berasal dari bahasa

latin “tinnere” yang berarti berdenging (Atik, 2011; Bashiruddin et al., 2012).

Tinnitus dapat bersifat objektif dan subjektif (Langguth et al., 2013; Nugroho,

2015).

Tinnitus subjektif paling banyak ditemukan dalam praktik kehidupan

sehari-hari, sedangkan tinnitus objektif jarang terjadi (Langguth et al., 2013; Yew,

2014). Tinnitus subjektif adalah tinnitus yang hanya dirasakan oleh telinga

penderita tanpa dapat dirasakan oleh telinga orang lain atau pemeriksa (Franke et

al., 2012; Nugroho, 2015). Tinnitus objektif merupakan tinnitus yang dapat

ditemukan adanya sumber suara berasal dari organ dalam telinga seperti pada

kelainan vaskular atau disfungsi otot (Yew, 2014).

Angka kejadian tinnitus bervariasi (Nugroho, 2015). Sekitar 30-40%

populasi dewasa pernah mengalami tinnitus di dalam hidupnya, dan 0,5-2,5%

diantara populasi tersebut kualitas hidupnya terganggu (Franke et al, 2012).

Statistik prevalensi dunia melaporkan bahwa sekitar 10-20% populasi pernah

mengalami gejala tinnitus (Silvestre et al., 2013). Hampir 61% populasi dewasa

muda di laporkan pernah mengalami gejala tinnitus (Crandell et al., 2004).

Sebuah studi di Korea Selatan melaporkan bahwa prevalensi tinnitus sebanyak

20,7% pada usia besar dari 19 tahun. Hasil ini lebih besar dibandingkan dengan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1


Jepang sebanyak 11,9%, China 14,5%, Inggris 18,4% (Kim et al, 2015). Lebih

dari 45 Juta warga Amerika pernah mengalami tinnitus (American Tinnitus

Association, 2016). Divisi Neurotologi bagian THT-KL RSCM melaporkan

bahwa ada sekitar 256 pasien yang datang ke poliklinik dengan keluhan tinnitus

yang disebabkan oleh berbagai macam sebab (Bashiruddin et al., 2012). Divisi

Neurotologi bagian THT-KL RSUP Dr.M.Djamil periode 1 Januari-31 Desember

2016 mencatat bahwa ada 22 pasien yang datang ke poliklinik dengan keluhan

tinnitus yang disebabkan oleh berbagai penyebab.

Prevalensi tinnitus lebih tinggi daripada jumlah pasien yang mencari

pengobatannya (Henry et al., 2005). Laki-laki lebih banyak terkena tinnitus

dibandingkan perempuan (Pierre et al., 2015; American Tinnitus Association,

2016). Sebuah penelitian melaporkan bahwa sebanyak 20% responden laki-laki

mengalami tinnitus dibanding dengan responden perempuan hanya 17% (Gilles et

al., 2013).

Tinnitus berhubungan positif dengan usia, akan tetapi jumlah remaja yang

pernah mengalami tinnitus sementara yang disebabkan oleh tingkat tekanan suara

tinggi mencapai 75% (Silvestre et al., 2013). Tinnitus sementara yang diinduksi

oleh suara merupakan sebuah fenomena yang sering terjadi pada usia muda

dengan kisaran prevalensi 45-77% (Gilles et al., 2013).

Konsekuensi dari perubahan budaya saat ini, millennial generation yang

lahir dari tahun 1980-2000 ditemukan menjadi populasi yang berisiko diakibatkan

oleh paparan bising suara tinggi (Stein, 2013). Usia muda sering terpapar suara

tingkatan tinggi pada saat waktu bersantai, secara khususnya ketika mengunjungi

klub malam dan penggunaan pemutar musik pribadi (Keppler et al., 2015).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2


Pemutar musik pribadi mempunyai suara yang bernada tinggi, dimana intensitas

maksimalnya bisa mencapai 78-136 dB (Kim et al., 2009). Ambang suara

minimal yang dapat menurunkan fungsi pendengaran adalah 85 dB dengan

paparan selama lebih dari 8 jam per hari (Rahadian et al., 2010).

Harga murah, peningkatan kapasitas penyimpanan, kemudahan dalam

mengunduh, peningkatan kekuatan dan ukuran alat pemutar yang semakin kecil

membuat penggunaan pemutar musik pribadi semakin meningkat khususnya pada

populasi usia muda yakni sekitar 95% (Silvestre et al., 2013). American Speech

Languange Hearing Association (ASLHA) melaporkan 61% remaja Amerika

menggunakan pemutar musik pribadi (Herrera et al., 2016).

Pemutar musik pribadi saat ini memungkinkan pengguna untuk

mendengarkan musik pada tingkatnya tanpa gangguan yang dapat menimbulkan

risiko gangguan pendengaran (Manisha et al., 2015). Salah satu dari dua masalah

yang sangat berhubungan dengan penggunaan pemutar musik pribadi adalah

kemungkinan terpapar suara dengan intensitas tinggi secara berlebihan dalam satu

waktu (Hoover et al., 2010). Sebuah penelitian melaporkan bahwa ditemukan

adanya fenomena telinga berdenging setelah menggunakan alat pemutar musik

pribadi (William, 2016).

Meningkatnya penggunaan telepon genggam yang diperkirakan sekitar

empat miliar pengguna di seluruh dunia, dan dengan peningkatan proporsi yang

signifikan menggabungkan kemampuan bermain media dan speaker, telepon

genggam adalah salah satu pemutar musik pribadi yang paling populer dipasaran

(Ana et al., 2012). Earphone adalah salah satu perangkat tambahan (accessories)

dari telepon genggam yang mampu menghasilkan suara dengan intensitas 80-115

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3


dB langsung ke dalam liang telinga (Ana et al., 2012). Sebuah studi melaporkan

65,57% subjek penelitian di India menggunakan earphone sebanyak 60 menit

dalam sehari (Manisha et al., 2015).

Paparan suara berintesitas 110 dB selama 1 jam dalam satu hari dapat

menurunkan fungsi pendengaran (Rahadian et al., 2010). Intensitas suara yang

dihasilkan oleh earphone dapat mencapai 110 dB, sedangkan ambang suara

minimal yang dapat diterima oleh telinga adalah 85 dB dengan lama paparan

maksimal 8 jam setiap harinya (Salim et al., 2014). Penggunaan earphone dalam

jangka lama dapat menurunkan fungsi pendengaran yang disebabkan oleh

rusaknya sel-sel rambut koklea pada saraf pendengaran (Wongso et al., 2013).

Banyak hal yang perlu diperlu diperhatikan seseorang dalam

menggunakan earphone. Salah satunya adalah dalam frekuensi, durasi dan

intensitas penggunaan. (Herrera et al., 2016). Tinnitus ditemukan pada 20%

pengguna earphone yang menggunakan earphone 1-3 jam dalam satu hari, dan

sekitar 22,2% pada pengguna earphone yang menggunakan earphone selama 3-6

jam dalam satu hari (Sunny et al., 2012). Besarnya intensitas saat menggunakan

earphone juga dapat mengakibatkan gangguan pendengaran (Laoh, 2015). Salah

satu gejala gangguan yang paling banyak dikeluhkan pasien adalah tinnitus,

dimana terdapat 38,93% yang positif mengalami tinnitus (Herrera et al., 2016).

Sebanyak 74,43% populasi mendengarkan earphone sekurangnya sebanyak 5 hari

dalam 1 minggu dan sebanyak 68% di antaranya mengalami tinnitus (Silvestre et

al., 2016)

Penelitian ini dapat memberikan gambaran penggunaan earphone dan

komponen yang mempengaruhi penggunaan earphone dengan kejadian tinnitus

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4


subjektif. Oleh karena itu, penelitian tentang masing-masing komponen tersebut

perlu dilakukan, khususnya di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas karena

penelitian tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya. Penulis tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap hubungan kekerapan, durasi dan intensitas

penggunaan earphone telepon genggam dengan kejadian tinnitus subjektif pada

mahasiswa profesi dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas.

1.1. Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan kekerapan, durasi dan intensitas penggunaan

earphone telepon genggam dengan kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa

profesi dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas?

1.2. Tujuan Penelitian

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kekerapan, durasi dan intensitas penggunaan

earphone telepon genggam dengan kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa

profesi dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran distribusi kekerapan penggunaan earphone

telepon genggam pada mahasiswa profesi dokter angkatan 2014

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2. Mengetahui gambaran distribusi durasi penggunaan earphone telepon

genggam pada mahasiswa profesi dokter angkatan 2014 Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5


3. Mengetahui gambaran distribusi intensitas penggunaan earphone

telepon genggam pada mahasiswa profesi dokter angkatan 2014

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

4. Mengetahui gambaran distribusi kejadian tinnitus subjektif mahasiswa

profesi dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas yang menggunakan earphone telepon genggam

5. Mengetahui hubungan kekerapan penggunaan earphone telepon

genggam dengan kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa profesi

dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

6. Mengetahui hubungan durasi penggunaan earphone telepon genggam

dengan kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa profesi dokter

angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

7. Mengetahui hubungan intensitas penggunaan earphone telepon

genggam dengan kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa profesi

dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1.3. Manfaat Penelitian

1.3.1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan mengenai hubungan

kekerapan, durasi, dan intensitas penggunaan earphone telepon genggam dengan

kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa profesi dokter angkatan 2014 Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6


1.3.2. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk memperoleh dan mengembangkan

kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian terutama penelitian yang terkait

dengan ilmu THT-KL.

1.3.3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat meningkatkan kewaspadaan mahasiswa mengenai efek

penggunaan earphone telepon genggam terhadap kejadian tinnitus subjektif.

1.3.4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat

mengenai efek penggunaan earphone telepon genggam terhadap kejadian tinnitus

subjektif.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga

Secara umum telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga

dalam (Moller, 2006).

Gambar 2.1Anatomi Telinga secara Umum (NIDCD, Noice-Induced Hearing


Loss (NIHL), 2014)

Telinga tengah dan telinga luar berkembang dari alat brankial, telinga

dalam berasal dari plakoda otika (Liston dan Duvall, 1997).

2.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terbagi atas daun telinga dan liang telinga sampai membran

timpani (Soetirto et al., 2012). Bagian ini mempunyai fungsi mengumpulkan

gelombang-gelombang suara dan menghantarkannya ke telinga tengah (Gunardi,

2008; Bhatt, 2016). Aurikula terdiri dari kartilago elastik yang tertutup dan

berbentuk seperti bagian ujung dari terompet yang dilapisi oleh kulit (Tortora dan

Derrickson, 2009). Permukaan daun telinga yang tidak beraturan memperlihatkan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8


sejumlah lipatan dan lekukan seperti tipe luar lengkung daun telinga disebut

helix, ke arah inferior dari helix berakhir pada lobulus yang tersusun dari jaringan

lunak dan tidak memiliki kerangka tulang rawan, lekukan ditengah daun telinga

disebut konka aurikula, tepat di sebelah depan konka terdapat sebuah lipatan yang

disebut tragus, berhadapan dengan tragus terdapat antitragus, terdapat tepi

lengkung yang lebih kecil dan berhadapan dengan helix yang disebut antihelix

(Gunardi, 2008).

Gambar 2.2 Daun Telinga (Bhatt, 2016)

Liang telinga menghubungkan antara telinga bagian luar dengan telinga

bagian tengah atau dalam (Marianne dan Ashutosh, 2016). Liang telinga luar

terdiri dari kartilago di sepertiga bagian lateral dan tulang di dua pertiga bagian

dalam (Peng dan Har-El, 2002). Sepertiga bagian luar kulit dari liang telinga

terdapat folikel rambut, kelenjar serumen dan kelenjar sebasea (Peng dan Har-El,

2002; Soetirto et al., 2012).

2.1.2 Telinga Tengah

Telinga tengah merupakan ruangan yang berisi udara yang terdiri atas

membran timpani di bagian paling lateral dan tulang-tulang pendengaran (Peng

dan Har-El, 2002). Membran timpani merupakan selaput tipis yang terletak

serong pada ujung medial meatus acusticus externus yang membentuk suatu

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9


kanal memisahkan antara telinga luar dan telinga tengah, yang luas

permukaannya mencapai 85 mm2 berfungsi sebagai penerima gelombang bunyi

yang diteruskan ke tulang-tulang pendengaran (Moller, 2006; Gunardi, 2008).

Membran timpani tediri atas dua bagian yakni pars flasida dan pars tensa (Bhatt,

2016).

Dinding anterior membran timpani ini diliputi oleh tuba eustachius atau

tuba auditiva (Peng dan Har-El, 2002). Tuba eustachius atau tuba auditiva

merupakan sebuah kanal yang menghubungkan antara telinga tengah dengan

nasofaring yang berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara dari kedua sisi

membran timpani (Moller, 2006; Gunardi, 2008). Organ ini membuka secara

aktif ketika m.tensor veli palatini berkontraksi seperti pada gerakan menelan dan

menguap, dan menutup secara pasif pada saat beristirahat (Peng dan Har-El.

2002; Moller, 2006).

Tulang-tulang pendengaran terdiri dari tulang martil (malleus), tulang

landasan (incus), dan tulang sanggurdi (stapes) (Shier et al., 2009). Ketiga tulang

ini membentuk rangkaian melintang pada telinga tengah dan menyatu dengan

membran timpani, yang menghantarkan suara dari membran timpani menuju

fenestra vestibuli (Peng dan Har-El, 2002; Snell, 2012). Tulang martil (malleus)

merupakan tulang pendengeran terbesar, terletak paling lateral sisi membran

timpani. Tulang landasan (incus) menyerupai landasan atau geraham depan yang

terletak dalam rocessus epitympanicus. Tulang sanggurdi (stapes) merupakan

tulang pendengaran yang paling kecil yang terletak paling medial, yang mana

pada lehernya melekat M.Stapedius (Peng dan Har-El, 2002; Moller 2006)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 10


Gambar 2.3 Anatomi Telinga Tengah (Moller, 2006).

2.1.3 Telinga Dalam

Telinga dalam atau yang dikenal sebagai labirin terdiri atas dua area,

yaitu labirin tulang sebagai bagian terluar dan labirin membranosa sebagai bagian

terdalamnya (Tortora dan Derrickson, 2009). Labirin tulang merupakan

serangkaian rongga yang berada di bagian petrous tulang temporal dan memiliki

beberapa area, yaitu kanalis semisirkularis, vestibula yang berisikan reseptor

untuk keseimbangan, dan koklea yang berisikan reseptor untuk pendengaran

(Tortora dan Derrickson, 2009). Labirin tulang terdiri atas tiga bagian, yaitu

bagian vestibula, kanalis semisirkularis, dan koklea yang dilapisi oleh endosteum

dan berisikan cairan perilimfe (Snell, 2012).

Vestibula adalah bagian sentral yang berbentuk bulat yang terdapat pada

labirin tulang (Tortora dan Derrickson, 2009). Terdapat tiga kanalis

semisirkularis pada labirin tersebut yang berfungsi dalam keseimbangan tubuh

dan koklea yang memiliki peranan penting dalam pendengaran (Shier et al.,

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 11


2009). Bagian superior terletak vertikal dan berada pada sudut yang sesuai

dengan aksis panjang dari tulang petrous, sedangkan bagian posterior terletak

vertikal dan sejajar dengan aksis panjang serta bagian lateral diatur dalam posisi

horizontal dan terletak di dinding medial aditus ke antrum mastoid yang berada di

atas kanal nervus facialis (Snell, 2012).

Bagian anterior dari vestibula terdapat koklea yang merupakan saluran

yang berbentuk seperti rumah siput (Tortora dan Derrickson, 2009). Setiap

putaran akan membentuk kerucut pada bagian ujung dengan bagian apeks berada

di anterolateral dan dasar koklea berada di posteromedial koklea (Snell, 2012).

Duktus koklear atau yang lebih dikenal sebagai skala media merupakan lanjutan

dari labirin membranosa yang masuk ke koklea dan berisikan cairan endolimfe

(Tortora dan Derrickson, 2009). Di atas dari duktus tersebut terdapat

kompartemen atas atau skala vestibuli yang berisikan cairan perilimfe dan

berakhir pada jendela oval, sedangkan pada bagian bawah ditemukan

kompartemen bawah atau skala timpani yang berisikan cairan perilimfe dan

berakhir di jendela bundar (Tortora dan Derrickson, 2009).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 12


Gambar 2.4 : Anatomi telinga dalam (Tortora & Derrickson, 2009)

.Labirin membranosa yang terletak di dalam vestibula terdiri atas

utrikula dan sakula yang dihubungkan oleh sebuah duktus yang kecil (Tortora

dan Derrickson, 2009). Utrikula merupakan kantong terbesar dari kedua

vestibular yang secara tidak langsung menghubungkan sakula dan duktus

endolimfatik melalui duktus utrikulosakularis (Snell, 2012). Bagian ampula,

utrikula, dan sakula dipersarafi oleh nervus vestibular yang merupakan cabang

dari nervus VIII (nervus vestibulocochlear) (Tortora dan Derrickson, 2009).

Pada bagian akhir membran basiler akan ditemukan organ korti yang

merupakan sebuah lembaran melingkar yang memiliki sel-sel epitel dan sekitar

16 ribu sel rambut yang menjadi reseptor pendengaran (Tortora dan Derrickson,

2009). Organ korti terdiri dari reseptor pendengaran yang berlokasi pada

permukaan atas dari membrana basilar yang meregang dari apeks ke dasar koklea

(Shier et al., 2009). Reseptor sensorik yang terdapat pada setiap telinga memiliki

enam kelompok sel rambut di labirin membranosa yang berfungsi untuk

menyalurkan sinyal pendengaran (Ganong, 2012). Reseptor pendengaran yang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 13


terdiri atas sel rambut disusun berbaris dan sebagian besarnya berfungsi untuk

memproyeksikan getaran ke endolimfe duktus koklear (Shier et al., 2009). Sel

rambut yang terdapat pada utrikulus akan berfungsi menyalurkan sinyal

percepatan horizontal, sel rambut di sakulus kemudian menyalurkan sinyal

percepatan vertikal, dan sel di masing-masing dari ketiga kanalis semisirkularis

akan menyalurkan sinyal percepatan rotasi (Ganong, 2012). Setiap sel rambut

memiliki 40-80 stereosilia yang meluas ke dalam endolimfe (Tortora dan

Derrickson, 2009). Stereosilia ini memiliki inti yang terdiri dari filamen aktin

yang sejajar dan dilapisi oleh berbagai isoform miosin (Ganong, 2012).

2.1.4 Fisiologi Pendengaran

Telinga berfungsi dalam mengubah energi suara mekanik menjadi sinyal

bioelektrik (Peng dan Har-El, 2002). Proses mendengar di mulai dengan

penangkapan energi bunyi oleh daun telingan dalam bentuk gelombang yang

kemudian dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea (Bashiruddin et al.,

2012).

Getaran tersebut diteruskan ke membran timpani lalu ke tulang

pendengaran yang diteruskan ke menbrana meissner yang akan mendorong

endolimfa sehingga menghasilkan gerak relatif diantara membran basilaris dan

tektoria. Getaran ini akan menghasilkan rangsangan mekanik yang menyebabkan

defleksi stereosilia sel-sel rambut koklea, sehingga kanal ion terbuka dan

kemudian terjadi pelepasan listrik yang menimbulkan depolarisasi sehingga

melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial

aksi pada saraf auditorius yang di lanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke

korteks pendengaran di lobus temporalis. (Guyton, 2007).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 14


Gambar 2.5 Fisiologi Pendengaran (Guyton, 2007)

2.1.5 Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran dapat diklasifikasikan berdasarkan organ yang

terkena yakni gangguan pada telinga luar dan telinga tengah dapat menyebabkan

tuli konduktif, sedangkan gangguan pada telinga dalam dapat menyebabkan tuli

sensorineural. (Bashiruddin et al., 2012).

Tuli sensorineural salah satunya dapat disebabkan oleh pajanan bising

yang cukup keras dalam jangka waktu lama yang disebut sebagai gangguan

pendengaran akibat bising (noise induced hearing loss) (Horward et al., 2011).

Secara umum, bising adalah campuran bunyi nada murni berbagai frekuensi.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 15


Bising yang intensitasnya melebihi 85 dB atau lebih dapat menyebabkan

keruskan pada organ korti. Banyak hal yang mempengaruhi tuli akibat terpajan

bising antara lain intensitas bising, frekuensi bising, lama paparan bising dan

apakah mendapatkan pengobatan atau tidak (Fine, 2010; Bashiruddin et al.,

2012). Tuli akibat pajanan bising biasanya dapat disertai dengan tinnitus (Rambe,

2003).

Gambar 2.6 Gangguan Pendengaran (WHO, 2015)

2.2 Tinnitus

2.2.1 Definisi dan Klasifikasi

Tinnitus merupakan sebuah keadaan presepsi bunyi yang diterima tanpa

adanya sumber luar (Holmes dan Padgam, 2011; Atik, 2011). Suara ini dapat

terdengar seperti berdenging, hissing, berdering atau seperti suara musik (Mc

Kenna, 2008; Atik, 2011; Langguth et al., 2013). Tinnitus setidaknya berlangsung

selama 5 menit dan terjadi lebih dari satu kali seminggu (Henry et al., 2005).

Tinnitus dapat diklasifikasikan menurut etiologi atau sumbernya dari cochlear

atau extra cochlear atau diklasifikasikan berdasarkan sifatnya sebagai tinnitus

subjektif atau objektif (Holmes dan Padgham, 2011; Sunny et al., 2012; Nugroho,

2015).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 16


Tinnitus objektif merupakan tinnitus yang sumbernya berasal dari salah

satu organ dalam telinga yang dapat juga di dengar oleh pemeriksa dengan

menggunakan stetoskop (Atik, 2011). Tinnitus objektif yang jarang terjadi ini

biasanya melibatkan sistem vaskular dimana disebabkan oleh adanya aliran

turbulen dari arteri karotis atau vena jugularis (Atik, 2011).

Tinnitus subjektif merupakan suatu fenomena yang sulit dinilai secara

objektif, dikarenakan hal ini hanya dapat dirasakan dan diukur oleh pasien (Han

et al., 2009). Walaupun tinnitus dapat disebabkan oleh banyak penyebab, akan

tetapi salah satu penyebab yang paling banyak menyebabkan terjadinya tinnitus

adalah paparan suara bising (Dobie, 2004).

2.2.2 Epidemiologi

Tinnitus merupakan salah satu gejala yang diperkirakan dirasakan oleh

sekitar 12-15% populasi (Adamchic et al., 2012).Prevalensi dari tinnitus

bervariasi (Nugroho, 2015). Prevalensi global dari tinnitus adalah 10-33%

populasi dewasa (Sunny et al., 2012). Sebuah penelitian menemukan prevalensi

tinnitus pada individual dengan Noise Induced Hearing Loss sebanyak 48%

(Flores et al.,2015). Prevalensi tinnitus subjektif di Inggris adalah 35-45%

populasi (Baguley et al., 2013). Penelitian Nondahl mendapat prevalensi tinnitus

subjektif sekitar 10,6% (Nondahl et al., 2011).

2.2.3 Patofisiologi dan Faktor yang Mempengaruhi

Sudah banyak teori yang digunakan dalam meneliti tinnitus, tapi tetap

belum ada patofisiologi yang benar-benar menjelaskan bagaimana tinnitus bisa

terjadi (Baguley, 2002; Baldo et al., 2008). Banyak laporan kasus yang

melaporkan tinnitus berhubungan dengan usia, hilangnya pendengaran, paparan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 17


bising, dan penyebab lainnya yang dapat berasal dari telinga luar, tengah, dalam

atau yang berhubungan dengan saraf (Anderson, 2002).

Tinntius akut dapat disebabkan oleh infeksi, pengobatan, trauma kepala

atau leher, paparan bising yang berlebihan, kotoran telinga atau perubahan

tekanan darah dan metabolisme (Folmer et al., 2004). Tinnitus kronik juga bisa

disebabkan oleh kondisi-kondisi di atas, akan tetapi yang paling banyak

mempengaruhi adalah kelainan yang berhubungan dengan tuli konduktif atau tuli

senosorineural (Crummer dan Hasan, 2004).

Tinnitus juga dapat berhubungan dengan penyakit meniere atau acustic

neuroma (Holmes dan Padgham, 2011). Tinnitus juga dapat berhubungan dengan

kerusakan saraf pendengaran seperti pada microvascular compression syndrome

atau yang disebabkan oleh tumor (Hain, 2010).

2.2.4 Gejala Klinis

Tinnitus dibedakan sesuai dengan gejala yang terjadi. Tinnitus subjektif

mempunyai gejala telinga berdenging selama minimal 5 menit yang berlangsung

lebih dari dua kali seminggu (Henry et al., 2010).

Tabel 2.1 Features of Tinnitus Noise (Phonak, 2014)


Noise Criteria Possible Features
Onset Sudden, Gradual
Pattern Pulsatile, intermittent, constant, fluctuating
Site Right of left ear, both ear, within head
Loudness Wide range, varying over time
Quality Pure tone, noise, polyphonic
Pitch Very high, High, Medium, Low

2.2.5 Diagnosis

Belum ada tes yang dapat menilainya secara objektif maka diagnosis

tinnitus hanya didasarkan pada keluhan pasien karena itu disebut tinnitus bersifat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 18


subjektif (El Refaie et al., 2004). Deskripsi pasien atas kondisi yang dialami dan

suara yang didengar penting dan sangat membantu untuk membedakan antara

tinnitus subjektif dengan objektif dan tinnituspulsatile dan non pulsatile (Holmes

dan Padgham, 2011).

Pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan labor, imaging, atau tes lainnya

berdasarkan riwayat kondisi medis pasien seperti melakukan periauricular

auscultation atau palpasi, evaluasi liang telinga untuk melihat apakah membran

timpani masih utuh atau kelainan saraf kranial yang berhubungan dengan gejala

hilangnya pendengaran sangat berguna dalam menentukan tinnitus objektif

(Crummer dan Hasan, 2004; Folmer et al., 2004). Akan tetapi sesuai definisinya,

pada tinnitus subjektif tidak dapat dilakukan hal demikian karena hanya pasien

yang dapat merasakan (Baldo et al., 2008).

2.2.6 Tatalaksana

Kompleksitas, perbedaan etiologi, dan banyaknya penyebab yang dapat

mempengaruhi kejadian tinnitus membuat pengobatannya menjadi sebuah

tantangan (Baguley, 2007). Secara umum saat ini tidak ada tatalaksana yang

efektif untuk tinnitus, dimana pengobatan hanya di fokuskan pada keluahan yakni

dengan menguranginya seperti dengan cara irigasi telinga, obat-obat seperti

antipiletic atau stapedectomy (Ayache et al., 2003; Thrasher dan Allen, 2005).

Akan tetapi dalam tinnitus, yang menjadi fokus dalam pengobatannya

adalah bagaimana kita membuat pasien mengerti dan membuat mereka menjadi

tidak terlalu perhatian terhadap gejala yang dirasakan dan memegang peranan

kontrol terhadapnya (Folmer, 2002).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 19


Oleh karena itu pengobatan tinnitus lebih banyak melibatkan terapi psikis

dan edukasi seperi yang paling banyak digunakan adalah Cognitive Behavioral

Therapy (CBT) and Tinnitus Retaining Therapy (TRT). (Jastreboff, 2007;

Martinez et al., 2010). CBT dilakukan dengan mekanisme manajemen psikis

seperti perhatian yang terseleksi, pembiaran dan fokus dalam mengurangi stress

daripada mencoba untuk mengubah kondisi presepsi yang diterima (Londero et

al., 2004; Rief et al., 2005). TRT dilakukan dengan cara “directive counseling”

bersama dengan noise generator yang dirancang untuk membuat seseorang

menjadi terbiasa dengan cara memberikan efek suara dibawah level tinnitus

selama 6-12 per hari termasuk saat tidur (Zachriat dan Kroner-Herwig, 2004).

2.3 Earphone

2.3.1 Definisi

Earphone adalah suatu alat yang berguna untuk mengubah gelombang

suara menjadi gelombang listrik yang dapat disambungkan dari alat pemutar

musik ke telinga. Earphone yang ada di Indonesia ada 2 jenis, yaitu earphone

earbud yang penggunaannya langsung diletakkan di luar telinga dan earphone in-

ear yang digunakan dengan dimasukkan ke dalam bagian depan lubang telinga

(Herman, 2011).

Earphone in-ear memiliki eartip yang dimasukkan ke dalam bagian

depan lubang telinga sehingga dapat meredam suara dari lingkungan luar yang

hampir tidak terdengar, sehingga pengguna dapat dengan leluasa mendengarkan

musik dengan intensitas yang sangat keras tanpa gangguan dari lingkungan

sekitar (Vogel et al., 2009). Sedangkan earphone earbud memiliki bentuk yang

kecil sehingga mudah untuk dibawa kemana-mana, namun penggunaannya tidak

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 20


meredam kebisingan di luar dengan baik dibandingkan canalphone sehingga

memungkinkan pengguna untuk meningkatkan intensitas (Herman, 2011).

Teknologi earphone sebagai alat bantu dalam mendengarkan suara dan berbicara

dengan perangkat komunikasi atau komputer bukan hal baru dalam teknologi

telekomunikasi (Wongso, 2013).

Sebuah earphone memiliki tiga bagian di dalamnya yang terdiri dari

sebuah transduser yang berfungsi mengonversikan energi listrik menjadi energi

suara, saluran yang berfungsi untuk menghantarkan suara menuju telinga, dan

serangkaian penghubung antara alat pemutar musik dengan kanal telinga. Hasil

dari transduser nantinya akan diteruskan ke saluran suara tersebut menuju telinga

yang dikumpulkan pada suatu titik yang kemudian akan diteruskan melalui busa

penyumbat pada ujung kanal (Valente et al., 1992). Speaker yang terdapat pada

earphone memiliki lapisan tipis yang membentang dari bagian kepala earphone

dan menyebabkan pengaliran suara akustik yang dihasilkan menjadi lebih baik

untuk dapat didengar (DeKalb dan Frederick, 2004).

2.3.2 Epidemiologi Penggunaan Earphone

Dengan kemudahan teknologi saat ini, penggunaan earphone semakin

meningkat (Herrera et al., 2016). Dengan meningkatkannya teknologi audiovisual

dan telekomunikasi saat ini penggunaan earphone untuk mendengarkan musik

dari telepon genggam dan penggunaan perangkat audio lain meningkat (Laoh,

2015). Paparan yang lama dan berulang dari penggunaan earphone dapat

menimbulkan gangguan pendengaran (Howard et al., 2011). Ditemukan dalam

sebuah penelitian bahwa pengguna earphone adalah sebanyak 84% (Warner-

Czyz dan Cain, 2016). Penelitian lainnya menemukan penggunaan earphone pada

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 21


laki-laki adalah sebanyak 51,8% dan perempuan sebanyak 48,2% (Sunny et al.,

2012). Tinnitus ditemukan pada 12,2% pengguna earphone (Sunny et al., 2012).

Penelitian yang dilakukan di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta menunjukkan bahwa jenis earphone earbud paling banyak

digunakan untuk mendengarkan musik sebanyak 63,4% dan disusul dengan

supra-aural serta canalphone sebanyak 14,6% (Herman, 2011). Penelitian yang

serupa juga dilakukan terhadap mahasiswa Kedokteran di Universitas Sam

Ratulangi, Manado didapatkan sebanyak 63% yang sering menggunakan

earphone (Laoh, 2015). Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan di

beberapa SMA Negeri di kota Padang, ditemukan proporsi penggunaan earphone

di kalangan siswa tersebut sebanyak 83,6% dan 27,5% di antaranya berasal dari

SMA Negeri 1 Padang yang merupakan sekolah dengan proporsi pengguna

terbanyak (Zain, 2016).

Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa fakultas

kedokteran Universitas Syiah Kuala didapatkan sekitar 17,65% yang mengalami

gangguan pendengaran akibat bising pada earphone (Syakila, 2014). Penelitian

lainnya yang dilakukan oleh Shah et.al (2009) sebanyak 37,5% dari sampel

penelitian yang diteliti mengalami gangguan pendengaran akibat bising earphone

(Syakila, 2014).

2.3.3 Komponen Penggunaan Earphone

Komponen penggunaan earphone terdiri dari dalam lama penggunaan.

kekerapan, durasi, dan intensitas penggunaan earphone serta jenis earphone yang

digunakan (Silvestre et al.,2013). Intensitas bising, kekerapan, lama pajanan

perhari, kepekaan individu, dan umur menjadi faktor-faktor yang dapat

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 22


memberikan pengaruh dalam timbulnya gangguan pendengaran (Kemenkes RI,

2011). Intensitas bising yang ditangkap oleh telinga berbanding langsung dengan

logaritma kuadrat tekanan akustik yang dihasilkan getaran dalam rentang yang

dapat didengar (Buchari, 2007). Paparan bising pada intensitas tinggi dapat

memicu timbulnya berbagai gejala yang berbeda, seperti tidak toleransi terhadap

intensitas suara tertentu, pusing, nyeri telinga, kesulitan memahami kata-kata

lawan bicara, rasa berdenging di telinga hingga gangguan pendengaran

(Goncalves dan Dias, 2014). Paparan bising pada durasi dan intensitas tertentu

menyebabkan terjadinya kehilangan sel rambut luar dan dalam dengan cepat yang

disertai dengan kerusakan bahkan kematian pada organ korti, iskemia pada

telinga dalam, dan peningkatan aktivitas metabolik yang akan memicu

peningkatan pembentukan reactive oxygen species (ROS) dan peroksidasi lemak

di telinga (Beatrice, 2013).

Sebuah studi kasus menunjukkan bahwa 61,83% populasi kerap setiap

hari menggunakan earphone, 19,83% tiga kali seminggu, dan 8,40% satu kali

seminggu (Herrera et al., 2016). Musik yang didengar melaui earphone di dalam

telinga memliki intensitas yang lebih besar (Laoh, 2015). Populasi cenderung

meningkatkan intensitas earphone saat berada di tempat yang terpapar suara

bising (Manisha et al., 2015). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa 16,03%

menggunakan earphone dengan intensitas yang sangat keras, dan 37,40% pada

intensitas keras (Herrera et al., 2016). Selain itu earphone dalam telinga tidak

sepenuhnya dapat mencegah masuknya suara-suara dari lingkungan sekitar

sehingga penggunanya biasa akan meningkatkan intensitas earphone untuk

mengurangi hal tersebut (Rahadian et al., 2010).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 23


2.4 Hubungan Kekerapan Penggunaan Earphone Telepon Genggam
dengan Kejadian Tinnitus Subjektif

Sebuah penelitian di Israel mengenai penggunaan earphone yang diukur

menggunakan aplikasi melaporkan bahwa sebagian besar peserta melaporkan

mendengarkan earphone selama 4-7 hari dalam seminggu, dengan rata-rata

kekerapan menggunakan 6 kali dalam satu hari (Neeman et al., 2016). Sebanyak

74,43% populasi mendengarkan earphone sekurangnya sebanyak 5 hari dalam 1

minggu dan sebanyak 68% di antaranya mengalami tinnitus (Silvestre et al.,

2013). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa remaja dan dewasa muda

menggunakan earphone sebanyak 66,7% setiap hari, sebanyak 19,7%

menggunakannya beberapa kali dalam satu minggu, dan sebagian lainnya

menggunakan earphone satu kali dalam seminggu (Warner-Cyzyz dan Cain,

2016).

2.5 Hubungan Durasi Penggunaan Earphone Telepon Genggam dengan


Kejadian Tinnitus Subjektif

Penggunaan earphone dalam kurun waktu yang lama dapat menimbulkan

gangguan pendengaran (Wongso, 2013). Dengan paparan yang berlangsung terus

menerus akan meningkatkan risiko hilangnya pedengaran (Levey et al., 2012).

Faktor yang paling banyak berkontribusi akan terjadinya tinnitus adalah sebanyak

20% disebabkan oleh paparan bising durasi lama (Martin et al., 2005). Sebuah

penelitian menunjukkan data bahwa 39% laki-laki, 18% perempuan

undergraduate, 40% laki-laki, 18% perempuang graduate mendengarkan musik

melalui earphone selama lebih dari 4 jam dalam satu hari, hanya sekitar 5% dari

kedua populasi tersebut yang menggunakan earphone kurang dari 1 jam per hari

dengan 30% diantara mengalami tinnitus (Shah et al., 2009).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 24


Tinnitus juga ditemukan pada 20% pengguna earphone yang menggunakan

earphone 1-3 jam dalam satu hari, dan sekitar 22,2% pada pengguna earphone

yang menggunakan earphone selama 3-6 jam dalam satu hari (Sunny et al.,

2012). Penelitian lain menunjukkan bahwa 50,7% populasi remaja dan dewasa

muda menggunakan earphone selama 1-2 jam dalam satu hari, 29% selama 3-4

jam dalam satu hari, dan 20.3% menggunakannya selama lebih dari 5 jam dalam

satu hari (Warner-Cyzyz dan Cain, 2016).

2.6 Hubungan Intensitas Penggunaan Earphone Telepon Genggam dengan


Kejadian Tinnitus Subjektif

Besarnya intensitas saat menggunakan earphone juga dapat mengakibatkan

gangguan pendengaran (Laoh, 2015). Salah satu gejala gangguan yang paling

banyak dikeluhkan pasien adalah tinnitus, dimana terdapat 38,93% yang positif

mengalami tinnitus (Herrera et al., 2016). Usia mahasiswa di temukan lebih

banyak mendengarkan musik melalui earphone dengan suara keras. Di antara 189

mahasiswa di kampus New York ditemukan rata-rata paparan bising yang mereka

dengarkan melalui earphone adalah 93,6 dB, dengan rata-rata penggunaan selama

satu minggu adalah 18,3 jam (Levey et al., 2012).

Earphone yang merupakan aksesoris bawaan dari telepon genggam seperti

iPhone dapat mengeluarkan intensitas tertinggi sebesar 109 dB (Apple, 2017).

Sedangkan earphone dari telepon genggam Samsung dapat mengeluarkan

intensitas tertinggi sebesar 98,5 dB (Samsung, 2017). earphone OPPO dapat

mengeluarkan intensitas tertinggi sebesar 102 dB (OPPO, 2017). earphone

Xiaomi dapat mengeluarkan intensitas tertinggi sebesar 101 dB (Xiaomi, 2017).

earphone bermerek Sony dapat mengeluarkan intensitas tertinggi sebesar 102 dB

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 25


(Sony, 2017). earphone bermerek ASUS dapat mengeluarkan intensitas tertinggi

sebesar 98 dB (ASUS, 2017).

Earphone saat ini terbanyak dapat mengeluarkan intensitas sebesar lebih

dari 120 dB yang mana setara dengan konser rock yang dapat menurunkan fungsi

pedengearan dengan paparan selama 1 jam dan 15 menit saja (Tabraiz et al.,

2014). Penelitian Keith et al menemukan diantara 9 pemutar musik yang

digunakan menggunakan intensitas maksimal dapat menghasilkan intensitas suara

rata-rata sebesar 101 dB - 107 dB (Keith et al., 2008). Penelitian lain juga

menemukan bahwa dari 5 pemutar musik yang digunakan menggunakan

intensitas maksimal dapat menghasilkan intensitas suara sebesar 95 dB - 105 dB

(Portnuff dan Fligor, 2006). Penelitian lain juga menemukan bahwa remaja dan

dewasa muda menggunakan earphone intensitas rata-rata 5,61 dimana intensitas

diberi skala 1-10, dengan angka 10 sebagai skala maksimal (Warner-Cyzyz dan

Cain, 2016).

Selain itu, disarankan penggunaan earphone dalam sehari adalah 6 jam jika

menggunakan intensitas suara 70%, 1,5 jam pada intensitas suara 80%, 22 menit

pada intensitas 90% dan 5 menit penggunaan apabila menggunakan intensitas

maksimal atau 100% (Ahmed et al., 2007). Pengurangan terhadap pajanan bising

dapat diatur sesuai dengan batas pajanan yang diperbolehkan setiap harinya yang

ditentukan oleh Menakertrans RI pada tahun 2011 yang telah mengadopsi

rekomendasi ISO melalui peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No. 13

tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat

kerja.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 26


Tabel 2.2 : Lama pajanan bising yang disarankan di Indonesia (Peraturan
Menakertrans No. 13 tahun 2011).
Waktu Pemaparan Setiap Hari Intensitas Kebisingan
8 jam 85 dB
4 jam 88 dB
2 jam 91 dB
1 jam 94 dB
30 menit 97 dB
15 menit 100 dB
7,5 menit 103 dB
3,75 menit 106 dB
1,88 menit 109 dB
0,94 menit 112 dB
28,12 detik 115 dB
14,06 detik 118 dB
7,03 detik 121 dB
3,52 detik 124 dB
1,76 detik 127 dB
0,88 detik 130 dB
0,44 detik 133 dB
0,22 detik 136 dB
0,11 detik 139 dB

Tabel 2.3 : NIOSH Daily Permissible Noise Level Exposure Limits (Stephenson,
2012)
dB A Hours dB A Hours
85 8 hours 100 15 minutes
88 4 hours 103 7.5 minutes
91 2 hours 106 3.75 minutes
94 1 hour 109 112 seconds
97 30 minutes 112 56 seconds

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 27


2.7 Kerangka Teori

Leisure Personal Music Earphone


Activities Player
(Handphone)

Paparan
Kekerapan
Bising

Durasi

Noise Induced
Hearing Loss
Intensitas

Penurunan Dizziness Tinnitus Sulit mengerti


Fungsi pembicaraan
Pendengaran

Tinnitus Tinnitus
Objektif Subjektif

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 28


BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL& HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Penggunaan Kekerapan
Earphone nn
Telepon Genggam Durasi

Intensitas

Paparan Gangguan
Bising Pendengaran

Tinnitus Tinnitus
Objektif Subjektif

Keterangan:
= variabel diteliti
= variabel tidak diteliti

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 29


3.2 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara kekerapan penggunaan earphone telepon

genggam dengan kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa profesi

dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2. Terdapat hubungan antara durasi penggunaan earphone telepon

genggam dalam dengan kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa

profesi dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas

3. Terdapat hubungan antara intensitas penggunaan earphone telepon

genggam dengan kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa profesi

dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 30


BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan

pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-

sectional.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Waktu penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2016 - April 2017.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tahap profesi

dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Jumlah

mahasiswa tahap akademik prodi profesi dokter angkatan 2014 sebanyak 236

mahasiswa.

4.3.2 Sampel penelitian

4.3.2.1 Besar Sampel

Sampelnya adalah bagian populasi yang memenuhi kriteria inklusi

dan ekslusi. Jumlah sampel mahasiswa tahap profesi dokter angkatan 2014

Fakultas Kedokteran Universtitas Andalas dengan menggunakan rumus

adalah sebagai berikut : (Dahlan, 2012)

Keterangan :

n= jumlah sampel

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 31


Zα = deviat baku alfa (1,96)

P = proporsi intensitas dengan kejadian tinnitus subjektif yang di

teliti dari penelitian sebelumnya 51/131 = 0,3893

Q = (1-P) = (1-0,39) = 0,61

d = derajat penyimpangan atau tingkat ketepatan absolut yang

diinginkan (10%)

Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan adalah :

n = (1,96)² x 0,39 x 0,61

(0,1)²

n = 3,8416 x 0,39 x 0,61

0,01

n = 91,39 (dibulatkan menjadi 92 orang)

Jadi sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 92 orang mahasiswa profesi dokter angkatan 2014 Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas. Untuk meminimalisir kesalahan dalam

penelitian maka dilakukan koreksi besar sampel dengan rumus sampel drop

out sebagai berikut : (Madiyono, 2011)

n
n’ =
(1  f )

dengan n' = besar sampel dikoreksi

n = besar sampel yang dihitung

f = perkiraan proporsi drop out

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 32


proporsi drop out sampel diperkirakan 10%, sehingga didapatkan:

n 92 92
n’ = = = = 102,22 (dibulatkan menjadi 103 orang)
1 f 1  0,1 0,9

Sehingga didapatkan jumlah sampel keseluruhan penelitian adalah 103

orang.

4.3.2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel mahasiswa dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik simple random sampling yaitu mengambil secara acak

dari mahasiswa profesi dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas dengan memperhatikan jumlah sampel minimal dari

penelitian ini dalam satu angkatan tersebut.

1. Kriteria Inklusi :

a. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian

b.Berada di tempat sewaktu pengambilan data kuesioner

2. Kriteria Eksklusi :

a. Mahasiswa profesi dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas yang sedang mengambil cuti akademik.

b. Tidak menggunakan earphone telepon genggam

c. Tidak mengisi kuesioner dengan lengkap

d. Membatalkan menjadi responden

e. Sedang menderita infeksi di bidang THT-KL

f. Pernah terpapar suara bising dalam jangka waktu lama seperti yang

bertempat tinggal di daerah industri

g. Pernah mengalami trauma kepala sebelumnya

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 33


4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

4.4.1. Variabel Penelitian

Variabel Dependen : Tinnitus Subjektif

Variabel Independen : Kekerapan Penggunaan Earphone Telepon

Genggam

Durasi Penggunaan Earphone Telepon

Genggam

Intensitas Penggunaan Earphone Telepon

Genggam

4.4.2. Definisi Operasional

1. Tinnitus Subjektif.

Definisi : Persepsi yang hanya dapat dirasakan oleh telinga

penderita tanpa dapat dirasakan oleh telinga orang

lain atau telinga pemeriksa

Cara ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner nomor 7,8,9,10,11

Hasil Ukur : - Ya, apabila responden mendengar bunyi

berdenging, berdering, menderu, berdesis atau bunyi

mengganggu lainnya tanpa ada rangsangan suara

dari luar minimal selama 5 menit yang terjadi lebih

dari dua kali dalam satu minggu selama 6 bulan

terakhir

- Tidak, apabila responden tidak memenuhi salah

satu dari kriteria di atas

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 34


(Henry et al., 2010)

Skala Ukur : Nominal

2. Kekerapan Penggunaan Earphone Telepon Genggam

Definisi : Jumlah rata-rata penggunaan earphone telepon

genggam dalam satu minggu untuk mendengarkan

musik

Cara ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner nomor 4

Hasil Ukur : - 1-4 hari/minggu

- ≥ 5 hari/minggu

(Silvestre et al., 2016)

Skala Ukur : Nominal

3. Durasi Penggunaan earphone Telepon Genggam

Definisi : Jumlah rata-rata lama penggunaan earphone

telepon genggam dalam satu hari untuk

mendengarkan musik

Cara ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuesioner nomor 5

Hasil Ukur : - < 2 jam

- ≥ 2 jam

(Silvestre et al., 2015)

Skala Ukur : Nominal

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 35


4. Intensitas Penggunaan Earphone Telepon Genggam

Definisi : Besar intensitas penggunaan earphone telepon

genggam yang digunakan untuk mendengarkan

musik

Cara ukur : Wawancara dan Sound Level Meter

Alat Ukur : Kuesioner nomor 2,3,6

Hasil Ukur : - Kurang berbahaya (≤ 85 dB)

- Berbahaya (> 85 dB)

(Marron et al., 2015)

Skala Ukur : Nominal

4.5 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berupa :

1. Alat Tulis

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent).

3. Kuesioner penelitian yang sudah di validasi, meliputi :

a) Data umum responden

b) Daftar pertanyan terkait penggunaan earphone telepon genggam

c) Daftar pertanyaan terkait kejadian tinnitus subjektif

4. Pemeriksaan Gangguan Fungsi Pendengaran dengan Otoskopi dan

Garpu Tala

5. Perhitungan besar intensitas earphone telepon genggam dengan

menggunakan National Institute for Occupational Safety and

Health (NIOSH) Sound Level Meter application on IOS

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 36


4.6 Prosedur Penelitian
4.6.1 Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dalam bentuk data primer.

Data primer diperoleh secara langsung oleh peneliti dari responden yang

dikumpulkan menggunakan kuesioner (angket) dan pemeriksaan fisik dengan

otoskopi dan garpu tala untuk menilai apakah responden memliki gangguan

fungsi pendengaran yang mengarah kepada infeksi atau tidak .

4.6.2 Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Langkah-langkah

pengolahan data yang dilakukan adalah:

1. Editing, yaitu data diperiksa kelengkapan dan kejelasannya terlebih

dahulu.

2. Coding, yaitu proses pemberian kode pada setiap data variabel yang telah

terkumpul yang berguna untuk memudahkan pengolahan selanjutnya.

3. Entry, yaitu memasukkan data ke dalam program Microsoft Excel

4. Cleaning, yaitu data yang telah di-entry, diperiksa kembali untuk

memastikan bahwa data tersebut telah bersih dari kesalahan, baik

kesalahan dalam pengkodean ataupun kesalahan dalam membaca kode.

4.6.3 Analisis Data

4.6.3.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dimaksudkan untuk melihat gambaran distribusi

frekuensi dan karakteristik dari setiap variabel.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 37


4.6.3.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariatyang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Dalam penelitian ini analisis bivariat

dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi:

1. Hubungan kekerapan penggunaan earphone telepon genggam dengan

kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa profesi dokter angkatan 2014

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

2. Hubungan durasi penggunaan earphone telepon genggam dengan kejadian

tinnitus subjektif pada mahasiswa profesi dokter angkatan 2014 Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas

3. Hubungan intensitas penggunaan earphone telepon genggam dengan

kejadian tinnitus subjektif pada mahasiswa profesi dokter dngkatan 2014

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square Test

menggunakan program komputer. Batas kemaknaan yang dipakai adalah

dengan taraf signifikansi (a) 0,05. Bila nilai p<0,05 berarti ada hubungan

yang bermakna (signifikan) antara kedua variabel.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 38


BAB 5
HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan pemeriksaan skrinning dari total sampel 236

mahasiswa aktif profesi dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas, ditemukan 58 orang tidak memenuhi kriteria sampel,

dan setelah dilakukan simple random sampling dari 178 orang yang

memenuhi kriteria, sampel yang diperiksa dalam penelitian ini berjumlah 103

orang mahasiswa profesi dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas, dimana yang menggunakan earphone telepon genggam

sebanyak 95 orang atau 92,2%. Berikut adalah hasil yang diperoleh :

5.1. Gambaran Distribusi Penggunaan Earphone Telepon Genggam


Responden

Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Kekerapan, Durasi dan Intensitas


Penggunaan Earphone Telepon Genggam pada Mahasiswa
Profesi Dokter Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas
f %
Kekerapan Penggunaan 1-4 hari/minggu 75 78,9
Earphone ≥ 5 hari/minggu 20 21,1
Durasi Penggunaan Earphone < 2 jam 77 81,1
≥ 2 jam 18 18,9
Intensitas Penggunaan Kurang berbahaya (≤ 85 dB) 73 76,8
Earphone Berbahaya (>85 dB) 22 23,2

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa responden yang menggunakan

earphone telepon genggam dengan kekerapan 1-4 hari/minggu berjumlah 75

orang (78,9%), sedangkan yang responden yang menggunakan earphone

telepon genggam dengan kekerapan ≥ 5 hari/minggu berjumlah 20 (21,1%).

Responden yang menggunakan earphone telepon genggam dengan durasi < 2

jam berjumlah 77 orang (81,1%), sedangkan responden yang menggunakan

earphone telepon genggam dengan durasi ≥ 2 jam berjumlah 18 orang

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 39


(18,9%). Responden yang menggunaka earphone telepon genggam dengan

intensitas kurang berbahaya (≤ 85 dB) berjumlah 73 orang (76,8%),

sedangkan yang menggunakan earphone telepon genggam dengan intensitas

berbahaya (> 85 dB) berjumlah 22 orang (23,2%).

5.2. Gambaran Kejadian Tinnitus Subjektif pada Responden

Tabel 5.2 Gambaran Kejadian Tinnitus Subjektif pada Mahasiswa Profesi


Dokter Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
yang Menggunakan Earphone Telepon Genggam
Tinnitus Subjektif f %
Ya 7 7,4
Tidak 88 92,6

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden yang menggunakan

earphone telepon genggam yang mengalami kejadian tinnitus subjektif

berjumlah 7 orang (7,4%), sedangkan responden yang tidak mengalami

tinnitus subjektif berjumlah 88 orang (92,6%).

5.3. Hubungan Kekerapan, Durasi dan Intensitas Penggunaan


Earphone Telepon Genggam dengan Kejadian Tinnitus Subjektif
pada Mahasiswa Profesi Dokter Angkatan 2014 Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas

Tabel 5.3 Hubungan Kekerapan Penggunaan Earphone Telepon Genggam


dengan Kejadian Tinnitus Subjektif pada Mahasiswa Profesi
Dokter Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Kejadian Tinnitus Subjektif
Kekerapan Penggunaan
Ya Tidak Total p
Earphone Telepon Genggam
f % f %
1-4 hari/minggu 3 4 72 96 100%
0,034
≥ 5 hari/ minggu 4 20 16 80 100%
Total 7 7,4 88 92,6 100%

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa perbandingan responden yang

menggunakan earphone telepon genggam dengan kekerapan ≥ 5 hari/minggu

yang mengalami tinnitus subjektif (20%) lebih besar dari responden yang

menggunakan earphone telepon genggam dengan kekerapan 1-4 hari/minggu

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 40


yang mengalami tinnitus subjektif (4%). Hasil uji statistik menunjukkan

terdapat perbedaan yang bermakna antara kekerapan penggunaan earphone

telepon genggam 1-4 hari/minggu dan ≥5 hari/minggu dengan kejadian

tinnitus subjektif dengan nilai p  0,034( p  0,05 ) sehingga dapat dikatakan

terdapat hubungan antara kekerapan penggunaan earphone telepon genggam

dengan kejadian tinnitus subjektif.

Tabel 5.4 Hubungan Durasi Penggunaan Earphone Telepon Genggam


dengan Kejadian Tinnitus Subjektif pada Mahasiswa Profesi
Dokter Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Kejadian Tinnitus Subjektif
Durasi Penggunaan Earphone
Ya Tidak Total p
Telepon Genggam
f % f %
< 2 jam 3 3,9 74 96,1 100%
0,023
≥ 2 jam 4 22,2 14 77,8 100%
Total 7 7,4 88 92,6 100%

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa perbandingan responden yang

menggunakan earphone telepon genggam dengan durasi ≥ 2 jam yang

mengalami tinnitus subjektif (22,2%) lebih besar dari responden yang

menggunakan earphone telepon genggam dengan durasi < 2 jam yang

mengalami tinnitus subjektif (3,9%). Hasil uji statistik menunjukkan terdapat

perbedaan yang bermakna antara durasi penggunaan earphone telepon

genggam < 2 jam dan ≥ 2 jam dengan kejadian tinnitus subjektif dengan nilai

p  0,023 ( p  0,05 ) sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan antara

durasi penggunaan earphone telepon genggam dengan kejadian tinnitus

subjektif.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 41


Tabel 5.5 Hubungan Intensitas Penggunaan Earphone Telepon Genggam
dengan Kejadian Tinnitus Subjektif pada Mahasiswa Profesi
Dokter Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Kejadian Tinnitus Subjektif
Intensitas Penggunaan
Ya Tidak Total p
Earphone Telepon Genggam
f % f %
Kurang berbahaya (≤ 85 dB) 2 2,7 71 97,3 100%
0,007
Berbahaya (> 85 dB) 5 22,7 17 77,3 100%
Total 7 7,4 88 92,6 100%

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa perbandingan responden yang

menggunakan earphone telepon genggam dengan intensitas berbahaya (> 85

dB) yang mengalami tinnitus subjektif (22,7%) lebih besar dari responden

yang menggunakan earphone telepon genggam dengan intensitas kurang

berbahaya (≤ 85 dB) yang mengalami tinnitus subjektif (2,7%). Hasil uji

statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara intensitas

penggunaan earphone telepon genggam kurang berbahaya (≤ 85 dB) dan

berbahaya (> 85 dB) dengan kejadian tinnitus subjektif dengan nilai

p  0,007 ( p  0,05 ) sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan antara

intensitas penggunaan earphone telepon genggam dengan kejadian tinnitus

subjektif.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 42


BAB 6
PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - April 2017. Setelah

dilakukan pemeriksaan skrinning berupa lembar pertanyaan, pemeriksaan

dengan otoskopi dan garpu tala, dari total sampel 236 mahasiswa aktif profesi

dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, ditemukan

58 orang tidak memenuhi kriteria sampel, dan setelah dilakukan simple

random sampling dari 178 orang yang memenuhi kriteria, sampel yang

diperiksa dalam penelitian ini berjumlah 103 orang mahasiswa profesi dokter

angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, dimana terdapat 95

orang (92,2%) mahasiwa yang menggunakan earphone telepon genggam.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunny et

al. (2012) di Nigeria yang didapatkan 95,6% pengguna earphone telepon

genggam, dan 4,4% bukan pengguna earphone telepon genggam. Hasil

penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Silvestre et al. (2013)

di Brasil yang menunjukkan 93,28% merupakan pengguna earphone telepon

genggam, dan 6,72% bukan pengguna earphone telepon genggam. Hasil yang

berbeda ditemukan pada penelitian Leancy dan Mulyono (2013), dimana

ditemukan prevalensi bukan pengguna earphone yang lebih tinggi sebanyak

92,3%.

6.1 Distribusi Penggunaan Earphone Telepon Genggam pada


Mahasiswa Profesi Dokter Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas
Kekerapan penggunaan earphone telepon genggam pada 95 orang

responden terbanyak ditemukan adalah 1-4 hari/minggu (78,9%), dan disusul

dengan kekerapan penggunaan earphone telepon genggam ≥ 5 hari/minggu

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 43


(21,1%). Hasil yang berbeda ditemukan oleh Silvestre et al. (2013) di Brasil

yang menunjukkan bahwa kekerapan penggunaan earphone terbanyak adalah

≥ 5 hari/minggu (74,24%). Hasil yang berbeda juga didapatkan oleh Herrera

et al. (2016) yang menunjukkan bahwa kekerapan penggunaan earphone

telepon genggam yang di Brasil adalah setiap hari (61,38%). Hasil yang

berbeda juga didapatkan oleh Herman (2011) yang menunjukkan bahwa

kekerapan penggunaan earphone telepon genggam yang terbanyak pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas di Jakarta adalah 5-6

hari/minggu (53,7%). Hasil yang berbeda juga didapatkan pada penelitian

Syakila (2014) yang menunjukkan bahwa kekerapan penggunaan earphone

telepon genggam terbanyak adalah selama 6-7 hari/minggu (58,8%).

Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh tingginya tingkat aktifitas atau terdapat

perbedaan status akademik yang dijalankan oleh responden berbeda (Shah et

al., 2009)

Durasi penggunaan earphone telepon genggam didapatkan dari

jawaban responden berdasarkan kuesioner. Sebagian besar sampel

menggunakan earphone telepon genggam < 2 jam setiap harinya dengan

persentase 81,1%, kemudian disusul dengan penggunaan earphone telepon

genggam selama ≥ 2 jam setiap harinya sebanyak 18,9%. Hasil yang sejalan

ditemukan juga pada penelitian Sunny et al. (2012) di Nigeria dimana durasi

penggunaan earphone telepon genggam < 1-3 jam/hari ditemukan pada

60,8% responden. Hasil yang tidak jauh berbeda juga ditunjukkan pada

penelitian Zain (2016) terhadap siswa SMA di kota Padang dengan durasi

penggunaan earphone telepon genggam terbanyak adalah selama <1,5 jam

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 44


(68%). Penelitian yang dilakukan oleh Sarah et al. (2016) di Manado juga

menunjukkan bahwa sebanyak 50% siswa menggunakan earphone telepon

genggam paling lama 1 jam setiap harinya. Hasil yang berbeda ditemukan

pada penelitian yang dilakukan oleh Laoh (2015) di Manado yang

menunjukkan durasi penggunaan earphone telepon genggam terbanyak

adalah ≥ 1 jam (66,7%). Penelitian Herman (2011) juga menunjukkan hasil

yang berbeda dimana durasi penggunaan earphone telepon genggam pada

responden penelitiannya adalah > 2 jam (58,5%). Hasil yang berbeda juga

ditemukan pada penelitian Kim et al. (2009) yang menunjukkan rata-rata

durasi penggunaan earphone telepon genggam terbanyak pada remaja adalah

1-3 jam/hari.

Intensitas penggunaan earphone telepon genggam didapatkan dari

hasil pengukuran dengan menggunakan NIOSH Sound Level Meter

berdasarkan volume rata-rata penggunaan earphone telepon genggam

responden. Sebagian besar sampel menggunakan earphone telepon genggam

dengan intensitas kurang berbahaya ( ≤ 85 dB) sebesar 76,8% dan 23,2%

dengan intensitas berbahaya ( > 85 dB). Hasil ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh William (2005) di Australia menunjukkan 25%

responden penelitiannya mengunakan earphone telepon genggam dengan

intensitas > 85 dB. Penelitian yang dilakukan oleh Felchlin et al. (1988) juga

menunjukkan hasil yang sejalan dimana ditemukan 10% dari 350 responden

penelitiannya menggunakan earphone telepon genggam dengan intensitas >

85 dB. Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian oleh Levey et al.

(2011) di New York dimana sebanyak 58,2% responden menggunakan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 45


earphone telepon genggam dengan intensitas > 85 dB/hari, dan sebanyak

51,9% menggunakan earphone telepon genggam dengan intensitas > 85

dB/minggu.

6.2 Gambaran Kejadian Tinnitus Subjektif pada Responden

Kejadian tinnitus subjektif didapatkan dari jawaban responden

berdasarkan kuesioner. Sebagian besar yakni 92,6% mahasiswa profesi

dokter angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang menjadi

responden tidak mengalami kejadian tinnitus subjektif, sedangkan 7,4%

lainnya mengalami kejadian tinnitus subjektif. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunny et al. (2012) di Nigeria yang

menunjukkan bahwa 95,6% responden penelitiannya tidak mengalami

kejadian tinnitus subjektif, sedangkan 4,4% lainnya mengalami tinnitus

subjektif. Hasil yang berbeda ditemukan penelitian yang dilakukan oleh

Herrera et al. (2016) di Brasil yang menunjukkan 60,31% responden

penelitiannya tidak mengalami kejadian tinnitus subjektif, sedangkan 38,93%

mengalami kejadian tinnitus subjektif. Hal ini sejalan dengan penemuan

secara global, dimana prevalensi tinntius subjektif berkisar antara 10%-33%

(Sunny et al., 2013). Hal berbeda juga dapat terjadi dikarenakan terdapat

perbedaan antara faktor yang mempengaruhi kejadian tinnitus subjektif

seperti kondisi kesehatan, dan faktor kepekaan seseorang (Sunny et al.,

2013).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 46


6.3 Hubungan Kekerapan Penggunaan Earphone Telepon Genggam
dengan Kejadian Tinnitus Subjektif pada Mahasiswa Profesi Dokter
Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna

antara kekerapan penggunaan earphone telepon genggam dengan kejadian

tinnitus subjektif. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Silvestre et al. (2016) di Brasil dimana tidak terdapat

hubungan bermakna antara kekerapan penggunaan earphone telepon

genggam 1-4 hari/minggu atau ≥ 5 hari/minggu. Hasil penelitian lain yang

bersesuaian dengan penelitian ini belum ditemukan. Ketidaksesuaian ini

dapat disebabkan karena kekerapan responden menggunakan earphone

telepon genggam yang tidak dalam jangka waktu yang lama atau terus

menerus dan dengan volume atau intensitas yang relatif rendah (Leancy dan

Mulyono, 2013).

6.4 Hubungan Durasi Penggunaan Earphone Telepon Genggam dengan


Kejadian Tinnitus Subjektif pada Mahasiswa Profesi Dokter
Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna

antara durasi penggunaan earphone telepon genggam dengan kejadian

tinnitus subjektif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang sejalan dengan

dilakukan oleh McNeill et al. (2010) di Amerika dimana ditemukan

perbedaan yang signifikan dari 28 pengguna earphone telepon genggam yang

menggunakan earphone lebih lama dengan pengguna earphone yang

mengalami tinnitus subjektif dengan yang tidak mengalami. Penelitian lain

yang dilakukan oleh Luz dan Borja (2012) di Brasil dimana gejala gangguan

pedengaran yang paling banyak dirasakan oleh pengguna earphone telepon

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 47


genggam adalah rasa penuh di dalam telinga, kemudian diikuti dengan

tinnitus subjektif. Semakin lama waktu paparan, semakin tinggi prevalensi

kejadian tinnitus subjektif (Luz dan Borja, 2012). Hasil ini bertolak belakang

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunny et al. (2012) di Nigeria dimana

tidak ditemukan perbedaan bermakna kejadian tinnitus subjektif antara

penggunaan earphone telepon genggam < 1-3 jam/hari dengan penggunaan

earphone telepon genggam > 3-6 jam/hari.

Pemakaian earphone telepon genggam yang berlebihan dalam kurun

waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan pendengaran. Telinga yang

terpapar bising dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan

terjadinya kerusakan pada sel-sel rambut di koklea sehingga memperburuk

proses degenerasi dari saraf pendengaran (Laoh, 2015). Penelitian yang

dilakukan oleh M. Sazili (2013), responden yang sering terpapar bising

selama > 30 menit setiap harinya memiliki peluang 1,538 kali lebih berisiko

untuk terjadi gangguan pendengaran seperti tinnitus dibandingkan dengan

responden yang terpapar bising paling lama 30 menit setiap harinya,

Penurunan daya pendengaran akibat kebisingan umumnya terjadi secara

perlahan dalam waktu yang lama dan terkadang tanpa disadari. Besarnya

risiko gangguan pendengaran berbanding lurus dengan besarnya intensitas

dan lama pemaparannya (Leancy dan Mulyono, 2013).

6.5 Hubungan Intensitas Penggunaan Earphone Telepon Genggam


dengan Kejadian Tinnitus Subjektif pada Mahasiswa Profesi Dokter
Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna

antara intensitas penggunaan earphone telepon genggam dengan kejadian

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 48


tinnitus subjektif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zia

et al. (2014) dimana ditemukan 27% respodennya mengalami tinnitus

subjektif setelah penggunaan earphone telepon genggam dengan intensitas

yang lebih besar. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

McNeill et al. (2010) di Amerika dimana kejadian tinnitus subjektif

ditemukan lebih tinggi pada penggunaan earphone dengan intensitas yang

lebih besar. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

William (2005) dimana kejadian tinnitus subjektif lebih tinggi setelah

menggunakan intensitas yang besar dalam penggunaan earphone telepon

genggam.

Pemakaian earphone dengan intensitas ≥85 dB mengakibatkan

kerusakan reseptor pendengaran korti di telinga dalam (Wongso , 2013).

Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarah (2016),

dimana tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara penggunaan

earphone telepon genggam dengan intensitas yang besar dengan kejadian

tinnitus subjektif. Bising yang sangat keras atau dengan intensitas ≥85 dB

dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan

pendengaran yang dapat menyebabkan kehilangan pendengeran sementara

yang lambat laun dapat menyebabkan kehilangan pendengaran secara

permnanen. Sedangkan timbulnya risiko kerusakan pada bising < 85 dB

untuk papararan harian 8 jam dapat diabaikan dimana tidak terdapat

peningkatan persentase subjek dengan gangguan pendengaran (Leancy dan

Mulyono, 2013).

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 49


6.6 Keterbatasan Penelitian

1. Pada penelitian ini, pemeriksaan intensitas penggunaan earphone telepon

genggam dibatasi hanya dengan pemeriksaan Noise and Hearing Loss

Prevention (NIOSH) Sound Level Meter application on IOS sehingga

dibutuhkan alat yang lebih ideal dalam melakukan pengukuran seperti

mannequin yang dibuat berdasarkan The Jolene Cookbook (Martin dan

Martin, 2007) yang didesain atraktif secara visual dan mampu mengukur

intensitas suara earphone telepon genggam yang terbebas dari paparan

bising diluar earphone telepon genggam.

2. Penelitian ini tidak menilai komponen yang dari penggunaan earphone

telepon genggam seperti jenis lagu yang diputar ketika melakukan

pengukuran intensitas earphone telepon genggam, jenis earphone

telepon genggam yang in-ear atau earbud dan sejak kapan menggunakan

earphone.

3. Penelitian ini hanya menilai kejadian tinnitus subjektif yang merupakan

hanya salah satu dari sekian gejala gangguan fungsi pendengaran yang

disebabkan oleh paparan bising earphone telepon genggam.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 50


BAB 7
PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan bermakna antara kekerapan penggunaan

earphone telepon genggam dengan kejadian tinnitus subjektif.

2. Terdapat hubungan bermakna antara durasi penggunaan

earphone telepon genggam dengan kejadian tinnitus subjektif.

3. Terdapat hubungan bermakna antara intensitas penggunaan

earphone telepon genggam dengan kejadian tinnitus subjektif.

7.2 Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesiumpulan penelitian yang

telah dilakukan, maka disarankan :

1. Diharapkan kepada mahasiswa profesi dokter angkatan 2014

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas untuk dapat mengurangi

kekerapan menjadi 1-4 hari/minggu, durasi menjadi < 2 jam dalam

satu hari dan intensitas menjadi kurang berbahaya (≤ 85 dB) dalam

penggunaan earphone telepon genggam, untuk memperlambat

terjadinya tinnitus subjektif di kemudian hari.

2. Untuk penelitian selanjutnya untuk dapat meneliti komponen lain

seperti lama penggunaan earphone telepon genggam, jenis earphone

telepon genggam yang digunakan, jenis musik yang didengarkan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 51


saat menggunakan earphone telepon genggam yang berpengaruh

dalam penggunaan earphone telepon genggam.\

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 52


DAFTAR PUSTAKA

Adamchic, I., Hauptmann, C., and Tass, P. A. (2012). Changes of oscillatory


activityin pitch processing network and related tinnitus relief induced
by acoustic CR neuro-modulation. Front. Syst. Neurosci.6:18.

Ahmed S, Fallah S, Garrido B, Gross A, King M, Morrish T, et.al (2007).


Use of portable audio devices. Journal from Department of
Psychology Universitas Toronto, 35: 35-52.
American Tinnitus Association (2016). Understanding The Fact.
https://www.ata.org/understanding-facts - (Acccessed on 7 December,
2016)

Ana G. R. E. E, Ukhun E. A, Shendell G. D, Osisanya P. A. (2012). Acute,


Repeated Exposure to Mobile Phone Noise and Audiometric Status of
Young Adult Users in a University Community. International
Sclholarly Research Network, ISRN Public Health, Vol. 2012, Article
ID 241967, 7 p

Andersson, G. (2002). Psychological aspects of tinnitus and the application of


cognitive–behavioral therapy. Clinical Psychology Review, 22, 977-
990.

Andersson, G., Baguley, D. M., McKenna, L., & McFerran, D. (2005).


Tinnitus: A multidisciplinary approach. London:Whurr Publishers.

Apple. (2017). http://headphones.specout.com/l/1105/Apple-


EarPods#Reviews&s=rev - (Accessed on March, 2017).

ASUS. (2017). https://www.asus.com/Headphones-


earphones/STRIX_20/specifications/ - (Accessed on March, 2017).

Atik A, (2011). Pathophysiology and Treatment of Tinnitus: An Elusive


Disease. Indian J Otolaryngol Head Neck Surg 66(Suppl 1):S1–S5

Ayache, D., Earally, F., & Elbaz, P. (2003). Characteristics and postoperative
course of tinnitus in otosclerosis. Otology and Neurotology, 24, 48-51.

Baguley, D. M. (2002). Mechanisms of tinnitus. British Medical Bulletin, 63,


195 212.

Baguley, D. M. (2007, Summer). Progress on tinnitus.ENT News, 2-4.


Baguley, D. M., McFerran D., Hall Deborah. (2013). Tinnitus. The Lancet.
Vol, 382, No.9904, pp 1600-1607

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 53


Baldo, P., Doree, C., Lazzarini, R., Molin, P., & McFerran, D. J.
(2008).Antidepressants for patients with tinnitus.Cochrane Database of
Systematic. Reviews, 4
Bashiruddin J, Soetirto I (2012). Gangguan pendengaran akibat bising.
Dalam:
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Edisi ke
7.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Press, pp: 49 – 52.

Beatrice D (2013). Priority medicines for europe and the world “A public
health approach to innovation” : Hearing Loss.
http://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/BP6_21Heari
ng.pdf – (Accessed on February, 2017).

Bhatt A. Reena. (2016). Ear Anatomy. American Association for Hand


Surgery, American Society for Surgery of the Hand, American Society
of Plastic Surgeons.

Buchari (2007). Kebisingan industri dan hearing conservation program.


Medan: Universitas Sumatera Utara Digital Library.

Crandell C, Mills TL, Gauthier R (2004). Knowledge, behaviors and attitudes


of hearing loss and hearing protection among racially/ethically diverse
young adults. J Natl Med Assoc 96: 176-186

Crummer, R., & Hassan, G. (2004). Diagnostic approach to tinnitus.


American Family Physician, 69, 120-128.

Dahlan MS (2012). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang


kedokteran dan kesehatan. Edisi kedua. Jakarta: Sagung Seto.

DeKalb, Frederick P (2004). Earbud earphone. U.S. Patent No. 6,810,987

Dobie RA. (2004). Clinical trials and drug therapy for tinnitus. In Snow JB,
ed. Tinnitus: Theory and Management. Lewiston, NY: BC Decker;
266–277.

El Refaie, A., Davis, A., Kayan, A., Baskill, J., Lovell, E., & Owen, V.
(2004). A questionnaire study of the quality of life and quality of family
life of individuals complaining of tinnitus pre- and post-attendance at a
tinnitus clinic. International Journal of Audiology, 43, 410-416.

Felchlin I, Hohmann BW, Matefi L.(1988). Personal cassette players: A


hazard to hearing? In: Prasher D, Luxon L, Pyykko I, editors.
Advances in noise research: Vol. 2, Protection against noise. London:
Whurr; p 95-100

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 54


Fine N, (2010).Critical Review:What is the effect of noisy listening
environments on personal listening levels when using a personal
listening device?. University of Western Ontario: School of
Communication Sciences and Disorders

Fligor BJ. (2009).Personal listening devices and hearing loss: Seeking


evidence of a long term problem through a successful short-term
investigation. Noise Health;11:129-31
Flores S. L, Teixeira R A, Rosito S P L, Seimetz M B, and Dall’lgna C.
(2015). Pitch and Loudness from Tinnitus in Individuals with Noise-
Induced Hearing Loss. International Archives Otorhinolaryngology,
Vol. 20, No.3

Folmer, R. L. (2002). Long-term reductions in tinnitus severity. BMC Ear


Nose Throat Disorders,2, 3-11
Folmer, R. L., Martin, W. H., & Shi, Y.-B. (2004). Tinnitus: Questions to
reveal the cause, answers to provide relief.Journal of Family
Practice,53, 532-540.
Franke Wallha¨usser-E, Brade J, Balkenhol T, D’Amelio R, Seegmu¨ ller A,
Delb W. (2012). Tinnitus: Distinguishing between Subjectively
Perceived Loudness and Tinnitus-Related Distress. Plos One. Vol. 7,
Issue 4

Ganong, W. F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong. Edisi 22,


Jakarta:EGC.2003.

Gilles A, Van Hal G, De Ridder D, Wouters K, de Heyning V. P, (2013).


Epidemiology of Noise-Induced Tinnitus and the Attitudes and Beliefs
towards Noise and Hearing Protection in Adolescents. Plos One. Vol. 8,
Issue 7

Goncalves CL, Dias FAM (2014). Audiological findings in young users of


headphones.Revista CEFAC, 16(4) : 1097-1108.
Gunardi S. (2008). Telinga Luar, Telinga Tengah, dan Telinga Dalam. Dalam
: Gunardi S. Anatomi Sistem Pendengaran dan Keseimbangan. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp: 4-48.

Guyton, A.C., Hall, J.E., (2007). The Sense of Hearing Dalam:Textbook of


Medical Physiology. 11thed. India: Saunders Elsevier: 651-662

Hain, T. C. (2010) Tinnitus. Retrieved from http://www.dizziness-and


balance.com/disorders/hearing/tinnitus.htm

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 55


Han In Byung, Ho Won Lee, Tae You Kim, Jun Seong Lim, Kyoung Sik
Shin, (2009). Tinnitus: Characteristics, Causes, Mechanisms, and
Treatments. Korean Neurological Association. J Clin Neurol;5:11-19

Henry A. J, Zaugg T. L, Myers P. M, Kendall C. J, Michaelides E, M, (2010).


A triage guide for tinnitus. The Journal of Family Practice, Vol. 59 No.
7
Henry J. A., Dennis C. K., Schechter M. A. (2005).General Review of
Tinnitus: Prevalence, Mechanisms, Effects, and Management.Journal of
Speech, 1204 Language, and Hearing Research, Vol. 48, pp 1204–1235

Herman NWP (2011). Prevalensi gangguan pendengaran pada mahasiswa


program studi pendidikan dokter Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Jakarta, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi.

Herrera S, De Lacerda A. B. M, Lürdes D, Rocha F, Alcaràs P. A, RibeiroL.


H., (2016). Amplified music with headphones and its implications on
hearing health in teens.International Tinnitus Journal.;20(1):42-47.

Holmes S. and Padgham D. Nigel. (2011). Ringing in the Ears: Narrative


Review of Tinnitus and Its Impact. Faculty of Health and Social Care,
Canterbury, Christ Church University, Canterbury, Kent, UK,
Biological Research for Nursing 13 (1)

Hoover A, Krishnamurti S. (2010). Survey of College Students’ MP3


Listening: Habits, Safety Issues, Attitudes, and Education. Am J
Audiol;19:73-83

Howard D, McLaren S, Fasoli L, Wunungmurra A, (2011). Dangerous


Listening.Aboriginal & Islander Health Worker Journal, Vol 3 5,
Number 1

Jastreboff, P. J. (2007). Tinnitus retraining therapy. Progress in Brain


Research, 166, 415–423.

Keith, S. E., Michaud, D. S., and Chiu, V. (2008) 1 . “Evaluating the


maximumplayback sound levels from portable digital audio devices,”
J. Acoust. Soc.Am. 123, 4227–4237.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011). Seri pedoman


tatalaksana penyakit akibat kerja bagi petugas kesehatan: Penyakit
THT Akibat Kerja. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2011). Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor
Per.13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan
faktor kimia di tempat kerja.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 56


www.pnk3.com/files/perpu/503421Permen%20NAB%20dan%20NAK
.pdf (Accessed on Maret, 2017).

Keppler H, Dhooge Ingeborg, Degeest Sofie, Vinck Bart. (2015). The effects
of a hearing education program on recreational noise exposure,
attitudes and beliefs toward noise, hearing loss,and hearing protector
devices in young adults. Noise and Health Journal, Vol. 17, Issue 78

Kim Hyun-Jong et al., (2015). Analysis of the Prevalence and Associated


Risk Factors of Tinnitus in Adults. Plos One.
DOI:10.1371/journal.pone.0127578

Kim Myung Gu, Seok Min Hong, Hyun Joon Shim,Young Doe Kim,Chang Il
Cha, and Seung Geun Yeo. (2009). Hearing Threshold of Korean
Adolescents Associated with the Use of Personal Music Players.
Yonsei Med J 50(6): 771-776

Langguth B et al. (2013) Tinnitus: causes and clinical management.


LancetNeurol.12:920-930.

Laoh A, (2015). Hubungan Penggunaan earphone terhadap Fungsi


Pendengaran pada Mahasiswa Angkatan 2012 Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi.Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik :
Vol. III Nomor 3

Leancy F K dan Mulyono. (2013). Hubungan Karakteristik dengan


Peningkatan Ambang Pendengaran Penerbang di Balai Kesehatan
Penerbangan Jakarta. The Indonesian Journal of Occupational Safety
and Health. Vol. 2, No.1, pp 1-9

Levey, S., Fligor, B. J., Ginocchi, C., & Kagimbi, L. (2012). The effects of
noise-induced hearing loss on children and young adults.
Contemporary Issues in Communication Science & Disorders, 39, 76–
83 8p
Levey S, Levey T, Fligor J. B.,(2011). Noise Exposure Estimates of Urban
MP3 Player Users. Journal of Speech,Languange,and Hearing
Research: Vol.54, pp 263-277
Liston, S.L.,Duvall, A.J., Embriologi, Anatomi dan Fisiologi
Telinga.Dalam:Adams, G.L., Boie, Jr., dan Highler, P.A., (1997). Buku
Ajar Penyakit THT. 6thed.Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran: 27-
38.

Londero, A., Peignard, P., Malinvaud, D., Nicolas-Puel, C., Avan, P.,&
Bonfils,P. (2004). Apport des the´rapies cognitives et comporte-
mentales dans la prise encharge des acouphe`nes. Implication
del’anxie´te´ et de la depression. Annales d’Oto-laryngologie et de
Chirurgie Cervico-faciale, 121, 334-345.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 57


Luz TS, Borja ALF. (2012). Hearing Symptoms Personal Stereo. Int Arch
Otorhinolaryngol;16(2):163-9
Madiyono, B., Moeslichan,M.S., Sastroasmoro,S., Budiman,I., dan
Purwanto,S.H., (2011). Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Sastroasmoro
Sudigdo dan Ismael Sofyan. Dasar - dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto, halaman 376.

Manisha N , Mohammed N.A. , Somayaji G, Kallikkadan H, Mubeena


(2015).
Effects of Personal Music Players and Mobiles with Ear Phones on
Hearing in Students. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences
(IOSR-JDMS) . intensitas 14, Issue 2 Ver. VI, PP 31-35

Marianne F. dan Ashutosh K. (2016). Anatomy and Physiology of The Ear.


Roper ST. Francis.

Marron et al. (2015). College Students’ Personal Listening Device Usage and
Knowledge. International Journal of Audiology. 54: 384–390

Martin H. M, Folmer Robert L, and Baker Y-B. (2005). Tinnitus and Sound.
Soundscape, Vol. 6, Number 1, pp: 15-17

Martinez-Devesa, P., Perera, R., Theodoulou,M., &Waddell, A. (2010).


Cognitive behavioural therapy for tinnitus. Cochrane Database of
SystematicReviews, 8(9), Article No.CD005233.

Mazurek B, Olze H, Haupt H and Szczepek J. A, (2010). The More the


Worse: the Grade of Noise-Induced Hearing Loss Associates with the
Severity of Tinnitus. Int. J. Environ. Res. Public Health,7, 3071-3079

McKenna, L. (2008). Tinnitus explained.Quiet: Journal of the British


Tinnitus Association,19, 4-6.
McNeill K, Keith SE, Feder K, Konkle AT, Michaud DS. (2010).MP3 player
listening habits of 17 to 23 year old university students. J Acoust Soc
Am.;128(2):646-53.
Moller, A.R. (2006) Hearing: Anatomy, Physiologi, and Disorders of the
Auditory System. 2nd Edition, Academic Press
National Institutes on Deafness and Other Communication Disorders. (2014).
Noise Induced Hearing Loss.
Neeman-Kaplan R, Chava Muchnik, and Noam Amir. (2016). Listening to
music with personal listening devices: monitoring the noise dose using
a smartphone application. International Journal of Audiology, pp: 1-8
Nondahl DM, Cruickshanks KJ, Huang G-H, et al. (2011). Tinnitus and its
risk factors in the Beaver DamOffspring Study. Int J
Audiol;50(5):313–320.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 58


Nugroho D A (2015) Hubungan Frekuensi dan intensitas tinitus subjektif
dengan kualitas hidup pasien, FK Undip, ORLI Vol.45 No.1
OPPO. (2017). https://www.oppodigital.com/headphones-pm-3/headphones-
PM-3-Features.aspx - (Accessed on March, 2017).
Peng Phyllis dan Har-El G. (2002). Anatomi Telinga. Dalam : Lucente E. F.
dan Har-El G. Buku Ajar Ilmu THT Esensial. Edisi ke-5. Jakarta: ECG,
pp:5-11
Pierre V. P, Johnson AC, Fridberger A, (2015). Subjective and Clinically
Assessed Hearing Loss; A Cross-Sectional Register-Based Study on a
Swedish Population Aged 18 through 50 Years. Plos One.
DOI:10.1371/journal.pone.0123290

Phonak (2014). https://www.phonak.com/in/en/hearing-loss/tinnitus.html


(Accessed on February, 2017).

Portnuff, C. D. F., and Fligor, B. J.(2006) 1 . “Output levels of portable


digitalmusic Players,” Paper presented at theNoise-Induced Hearing
Loss inChildren at Work and Play Conference, Cincinnati, OH
Rahadian J, Praswoto NA, Haryono R (2010). Pengaruh penggunaan
earphone terhadap fungsi pendengaran remaja. Majalah Kedokteran
Indonesia, 60(10): 468 – 473.

Rambe A (2003). Gangguan pendengaran akibat bising. Medan: Universitas


Sumatera Utara Digital Library

Rief,W.,Weise, C., Kley, N., &Martin, A. (2005). Psychophysiologic


treatment of chronic tinnitus: A randomized clinical trial. Psycho-
somatic Medicine, 67, 833-838.

Salim SL, Hartanto DD, Sylvia M (2014). Perancangan kampanye bijak


menggunakan earphone.
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/dkv/article/download/1894/1
699 - (Accessed on February, 2017).

Samsung. (2017). http://www.samsung.com/nz/mobile-accessories/in-ear-fit-


headphone-eg920b/EO-EG920BWEGWW/ - (Accessed on March,
2017).

Sarah N. Ayu. (2016). Hubungan penggunaan earphone dengan gangguan


pendengaran pada siswa SMA Negeri 9 Manado. Jurnal Kedokteran
Klinik, Vol.1, No.1

Sazili M. (2013). Hubungan perilaku bermain game online menggunakan


earphone dengan gangguan fungsi pendengaran pada remaja usia 12-
19 tahun di counter game online AS net dan Fathan net perum Cipta

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 59


Emerald Kelurahan Belian Kota Batam Tahun 2013.
http://www.academia.edu/5218118/Jurnal - (Accessed on Aptil, 2017).
Shah S, Gopal B, Reis J, Novak M.(2009). Hear today, gone tomorrow: an
assessment of portable entertainment player use and hearing acuity in a
community sample. J Am Board Fam Med ;22:17–23.

Shier D, Butler J, Lewis R (2009). Hole’s essentials of human anatomy &


physiology. Edisi kesebelas. New York: Mc Graw Hill Companies,
pp:270-275

Silvestre R. A. A, Ribas A., Marques Jair M, de Lacerda A. B. M, (2013).


Tinnitus in adolescents and its relation to the use of personal sound
systems. International Tinnitus Journal;18(2):138-142

Silvestre RA, Ribas Â, Hammerschmidt R, de Lacerda AB. (2016). High-


frequency profile in adolescents and itsrelationship with the use of
personal stereo devices. J Pediatr (Rio J). 92:206-11.

Snell RS (2012). Clinical anatomy by regions. Edisi kesembilan.


Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, pp: 562-569

Soetirto I, Hendarmin H, Bashiruddin J (2012). Gangguan pendengaran.


Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher.
Edisi ke 7. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Press.
pp: 10 – 22

Sony. (2017). https://www.sony.co.uk/electronics/headband-


headphones/mdr-xb950bt/specifications - (Accessed on March, 2017)

Stein, J. (2013). Millennials: The me me me generation. TIME Magazine.


Retrieved February, 2017, from http://time.com/247/millennials-the-
me-me-me-generation/
Stephenson L S. (2012). Effects of Persona Music Player with Headphone
Use on Hearing Acuity Among College-Age Student. Oxford, Miami
University. A Thesis

Sunny D. O, Nkiruka C. A, Abayomi O. S, (2012).Subjective tinnitus and its


association with use of ear phones among students of the College of
Medicine, University of Lagos, Nigeria. International Tinnitus
Journal;17(2):169-72.

Syakila N (2014). Hubungan lama paparan penggunaan earphone musik


terhadap terjadinya gangguan pendengaran akibat bising pada
mahasiswa fakultas kedokteran universitas syiah kuala. Banda Aceh :
Universitas Syiah Kuala.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 60


Tabraiz S, Asif M. B, Iftekhar, Ishtiaq T. (2014). A Potential Source of
Hearing Impairment: Headphones. Technical Journal
University Environmental Engineering Department, (UET) Taxila,
Pakistan. Vol. 19, No. IV
Thrasher, R., & Allen, G. (2005). Middle ear, otitis media with effusion.
Retrieved from eMedicine at
http://www.emedicine.com/ent/topic209.htm (accessed on 7 December,
2016)

Tortora, G.J., dan Derrickson, B.H., 2009. Principles of Anatomy and


Physiology. 12thed. Asia: John Wiley andSons,Inc: 620-628.

Valente M, Valente LM, Goebel J (1992). High frecuency thresholds:


circumaural earphone versus insert earphone. Journal of the American
Academy of Audiology, 3(6): 410-418.

Vogel I, Brug J, Van der Ploeg CP, Raat H (2011). Adolescents Risky
MP3Player Listening and Its Psychosocial Correlates. Health Aeduc
Res,26: 254-264.

Warner-Czyz A.D & Cain S. (2016). Age and gender differences in children
and adolescents’ attitudes toward noise. International Journal of
Audiology; 55: 83–92

Williams M Grace. (2016). Attitudes and Practices Among College Students


Relative To Personal Listening Device Usage And Hearing
Conversations. Oxford.

Williams W. (2005). Noise exposure levels from personal stereo use. Int J
Audiol;44:231-6
Wongso Lily, Danes Vennetta R., Supit Wenny. (2013). Perbandingan
Dampak Penggunaan earphone Terhadap Fungsi Pendengaran Pada
Penyiar Radio DanYang Bukan Penyiar Radio Di Kota Manado. Jurnal
Biomedik (JBM), intensitas 5, Nomor 1, Suplemen, Maret 2013,
halaman S53-59.

World Health Organization, (2015). Hearing loss due to recreational exposure


to loud sounds. Geneva: World Health Organization

Xiaomi. (2017). http://headphones.specout.com/l/6705/Xiaomi-Mi-In-


Earphones-Pro - (Accessed on March, 2017).

Yew S. Kenneth. (2014). Diagnostic Approach to Patients with Tinnitus.


American Family Physician, Vol. 89, Number 2
Zachriat, C., & Kro¨ner-Herwig, B. (2004). Treating chronic
tinnitus:Comparison of cognitive-behavioural and habituation-based
treatments. Cognitive Behaviour Therapy, 33, 187-198

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 61


Zain TR (2016). Gambaran perilaku remaja terhadap penggunaan earphone
pada siswa SMA Negeri Kota Padang. Padang, Universitas Andalas.
Skripsi.

Zia Sadaf et al., (2014). Noise-Induced Hearing Loss related to Personal


Music Players- Awareness Level among the Young users in a
Developing Country. Journal of the Dow University of Health Sciences
Karachi 2014, Vol. 8 (1): 11-15

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 62


PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Saudara Responden

Mahasiswa Profesi Dokter Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas

Padang

Berkaitan dengan penelitian yang akan saya lakukan, saya mohon

bantuan dan kesediaan waktu untuk mengisi daftar pertanyaan berikut dengan

sejujur-jujurnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan

Kekerapan, Durasi dan Intensitas Penggunaan Earphone Telepon Genggam

dengan Kejadian Tinnitus Subjektif pada Mahasiswa Profesi Dokter

Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.. Partisipasi

Saudara akan sangat berarti terhadap penelitian saya dan berguna untuk

pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas. Semua pernyataan yang Saudara jawab dan identitas Saudara, saya

jamin kerahasiaannya dan hanya akan menjadi data penelitian. Atas

partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Peneliti

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 63


LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Nomor BP :

Program Studi :

Tahun Angkatan :

Jenis Kelamin : L/P

Umur :

Nomor HP :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang

dilakukan oleh:

Nama : Fitri Sakinah

Program Studi : Profesi Dokter 2013, FK UNAND

Nomor BP : 1310311069

Judul Penelitian : Hubungan Kekerapan, Durasi dan Intensitas

Penggunaan Earphone Telepon Genggam dengan

Kejadian Tinnitus Subjektif pada Mahasiswa Profesi

Dokter Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas

Saya akan memberikan jawaban sesuai dengan keyakinan saya untuk

membantu penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya buat secara sukarela

dan tanpa unsur paksaan dari siapapun.

Padang, ...................... 2017

(...........................................)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 64


Kuesioner tentang Hubungan Kekerapan, Durasi dan Intensitas

Penggunaan Earphone Telepon Genggam dengan Kejadian Tinnitus

Subjektif pada Mahasiswa Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran

Universitas Andalas

Identitas Peneliti: Fitri Sakinah

Tujuan Penelitian Secara Umum : Untuk mengetahui hubungan kekerapan,

durasi dan intensitas penggunaan earphone telepon genggam dengan kejadian

tinnitus subjektif

Petunjuk Umum Pengisian :

a) Saudara diharapkan menggunakan bolpoin untuk pengisian kuesioner.

b) Saudara diharapkan menjawab semua pertanyaan yang ada.

c) Jika ada pertanyaan yang kurang jelas silahkan bertanya pada peneliti.

A. Identitas Responden

Nama (optional) :

No. Responden (diisi oleh peneliti) :

Usia :

Jenis Kelamin : L/P

No. HP :

B. Penggunaan Earphone Telepon Genggam dan Kejadian Tinnitus

Subjektif pada Responden

Petunjuk Pengisian

Di bawah ini ada beberapa pertanyaan tentang sikap. Berilah tanda silang (X)

pada jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 65


1. Apakah Anda menggunakan salah satu aksesoris telepon genggam di
bawah ini?

A. Ya
B. Tidak

2. Apa merk telepon genggam yang anda gunakan?


A. Samsung
B. Iphone
C. Oppo
D. Xiaomi
E. Sony
F. ASUS
G. ................... (tuliskan merk telepon genggam anda bila bukan salah satu
merk diatas)

3. Apakah anda menggunakan aksesoris bawaan dari telepon gengggam


tersebut?
A.Ya
B.Tidak *jika tidak tuliskan apa merk earphone yang anda
gunakan ..................

4. Dalam seminggu, berapa hari Anda biasanya menggunakan earphone


telepon genggam? (dalam 6 bulan terakhir)
A. 1-4 hari/minggu
B. ≥ 5 hari/minggu

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 66


5. Berapa lama waktu yang biasanya Anda habiskan untuk menggunakan
earphone telepon genggam setiap harinya?(dalam 6 bulan terakhir)
A. < 2 jam
B. ≥ 2 jam

6. Biasanya saya rata-rata menggunakan earphone telepon genggam dengan


intensitas...
A. 100% (volume maksimal)
B. ≥ 80% dari volume maksimal
C. ≥ 70 % dari volume maksimal
D. ≥ 60% dari volume maksimal
E. ≥ 50% dari volume maksimal
F. < 50% dari volume maksimal

7. Apakah anda mendengar secara konstan bunyi berdenging, berdering,


menderu,berdesis atau bunyi mengganggu lainnya tanpa ada rangsangan
suara dari luar (tinnitus)?
A. Ya
B. Tidak

8. Apakah bunyi tersebut berlangsung selama 5 menit atau lebih?


A. Ya
B. Tidak

9. Apakah bunyi tersebut terjadi lebih dari dua kali dalam seminggu?
A. Ya
B. Tidak

10. Apakah bunyi tersebut terjadi dalam 6 bulan terakhir?


A. Ya
B. Tidak

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 67


11. Apakah bunyi tersebut terjadi pada …..
A. Telinga kanan saja
B. Telinga kiri saja
C. Kedua telinga

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 68


Lampiran 4 : Lembar Skrinning Awal Kuesioner Hubungan
Kekerapan, Durasi dan Intensitas Penggunaan Earphone
Telepon Genggam pada Mahasiswa Profesi Dokter
Angkatan 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

I. IDENTITAS MAHASISWA
Nama No. BP
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
Tanggal Pemeriksaan / Maret / 2017
1. Apakah anda saat ini sedang mengalami infeksi Telinga/Hidung/Tenggorokan?
A. Ya, sebutkan apa ......
B. Tidak
2. Apakah anda pernah terpapar suara bising dalam jangka waktu lama? (contoh:
bertempat tinggal disekitar daerah indsutri/pabrik)
A.Ya
B. Tidak
3. Apakah anda sebelumnya pernah mengalami trauma kepala?
A. Ya
B. Tidak

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 69


Lampiran 5 : Lembar Hasil Pemeriksaan Skrinning Garpu Tala dan
Otoskop

HASIL PEMERIKSAAN SKRINING THT PADA MAHASISWA


PROFESI DOKTER ANGKATAN 2014 FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS

I. IDENTITAS MAHASISWA
Nama No. BP
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
Tanggal Pemeriksaan / Maret / 2017
II. PEMERIKSAAN GARPU TALA & PEMERIKSAAN OTOSKOP
Tes Garpu Tala Telinga Kanan Telinga Kiri
Tes Rinne Positif / Negatif Positif / Negatif
Tes Weber Tidak Ada Lateralisasi / Lateralisasi Ke Kanan / Lateralisasi Ke Kiri
Sama Dengan Pemeriksa / Sama Dengan Pemeriksa /
Tes Schawabach
Memanjang / Memendek Memanjang / Memendek
Membran Timpani
Warna
Refleks Cahaya
Utuh
Serumen
Kesimpulan

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 70


Lampiran 6 : Hasil Perhitungan Intesitas Earphone Telepon Genggam
yang digunakan

I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama No.
Responden
Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan
Tanggal Pemeriksaan / Maret / 2017

Besar Intesitas Penggunaan Earphone


(berdasarkan volume rata-rata yang biasa
digunakan responden yang diukur dengan NIOSH
SLM)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 71


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 72
Lampiran 8 : Hasil Analisis Statistik
Statistics
pengguna_earp
hone kekerapan durasi intensitas tinitus
N Valid 103 95 95 95 95
Missing 0 8 8 8 8

Frequency Table
pengguna_earphone
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 95 92,2 92,2 92,2
tidak 8 7,8 7,8 100,0
Total 103 100,0 100,0

kekerapan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1-4hari 75 72,8 78,9 78,9
>=5hari 20 19,4 21,1 100,0
Total 95 92,2 100,0
Missing System 8 7,8
Total 103 100,0

durasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <2jam 77 74,8 81,1 81,1
>=2jam 18 17,5 18,9 100,0
Total 95 92,2 100,0
Missing System 8 7,8
Total 103 100,0

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 73


intensitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kurang berbahaya 73 70,9 76,8 76,8
berbahaya 22 21,4 23,2 100,0
Total 95 92,2 100,0
Missing System 8 7,8
Total 103 100,0

tinitus
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 7 6,8 7,4 7,4
tidak 88 85,4 92,6 100,0
Total 95 92,2 100,0
Missing System 8 7,8
Total 103 100,0

Crosstab
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pe * ts 95 100,0% 0 ,0% 95 100,0%
kk * ts 95 100,0% 0 ,0% 95 100,0%
drs * ts 95 100,0% 0 ,0% 95 100,0%
intens * ts 95 100,0% 0 ,0% 95 100,0%

Pengguna Earphone * Tinnitus Subjektif (pe * ts)


Crosstab

ts Total
Ya Tidak Ya
pe 1 Count 7 88 95
% within pe 7,4% 92,6% 100,0%
Total Count 7 88 95
% within pe 7,4% 92,6% 100,0%

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 74


Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square .(a)
N of Valid Cases 95
a No statistics are computed because pe is a constant.

Kekerapan Penggunaan Earphone * Tinnitus Subjektif (kk * ts)


Crosstab

ts Total
Ya Tidak Ya
kk 1-4 hari per minggu Count 3 72 75
% within kk 4,0% 96,0% 100,0%
>= 5 hari per minggu Count 4 16 20
% within kk 20,0% 80,0% 100,0%
Total Count 7 88 95
% within kk 7,4% 92,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 5,922(b) 1 ,015
Continuity
3,810 1 ,051
Correction(a)
Likelihood Ratio 4,775 1 ,029
Fisher's Exact Test ,034 ,034
Linear-by-Linear
5,860 1 ,015
Association
N of Valid Cases 95
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1,47.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 75


Durasi Penggunaan Earphone * Tinnitus Subjektif (drs * ts)
Crosstab

ts Total
Ya Tidak Ya
drs <2 jam Count 3 74 77
% within drs 3,9% 96,1% 100,0%
>=2 jam Count 4 14 18
% within drs 22,2% 77,8% 100,0%
Total Count 7 88 95
% within drs 7,4% 92,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 7,179(b) 1 ,007
Continuity
4,745 1 ,029
Correction(a)
Likelihood Ratio 5,560 1 ,018
Fisher's Exact Test ,023 ,023
Linear-by-Linear
7,103 1 ,008
Association
N of Valid Cases 95
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1,33.

Intensitas Penggunaan Earphone * Tinnitus Subjektif (intens * ts)


Crosstab

ts Total
Ya Tidak Ya
intens Kurang berbahaya Count 2 71 73
(<= 85dB) % within intens 2,7% 97,3% 100,0%
Berbahaya (>85dB) Count 5 17 22
% within intens 22,7% 77,3% 100,0%
Total Count 7 88 95
% within intens 7,4% 92,6% 100,0%

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 76


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 9,895(b) 1 ,002
Continuity
7,183 1 ,007
Correction(a)
Likelihood Ratio 8,066 1 ,005
Fisher's Exact Test ,007 ,007
Linear-by-Linear
9,791 1 ,002
Association
N of Valid Cases 95
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1,62.

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 77


Lampiran 9 : Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan
No Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
2016 2016 2016 2016 2016 2017 2017

1 Pengesahan Judul
2 Membuat Proposal
3 Ujian Proposal
Revisi Proposal &
4
Melakukan Penelitian
5 Ujian Skripsi
Revisi Skripsi &
6
Memperbanyak Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 78


Lampiran 10 : Dokumentasi Penelitian

(Saat meakukan pemeriksaan skrinning dengan garpu tala)

(Saat melakkan pemeriksaan skrinning dengan otoskopi)

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 79

You might also like