You are on page 1of 7

RISK ASSESSMENT PEKERJAAN PENGELASAN

PADA BAGIAN DOUBLE BOTTOM PEMBANGUNAN KAPAL


DI PT X SURABAYA

Wahyu Pratiwi Dwi Cahyanti, Abdul Rohim Tualeka


Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
E-mail: wahyu_pdc@ymail.com

ABSTRACT
Risk assessment is the overall process of estimating the magnitude of a risk and deciding whether or not the risk is
tolerable. This study have the main purposes of identifying the hazards, assessing the pure risk, assessing control measures
implemented and assessing residual risk associated with welding process of double bottom section ship building in PT.
BOSSEGORO Indoyard Consortium. This study was an observational study with cross-sectional approach. Primary data
were collected by means of interview and observation. The objects of the study were the processes including OxyLPG
welding, SMAW and MAG. The data obtained were analyzed descriptively by risk assessment matrix. The results showed
that the most widely found hazard in the welding process was electrocution. Out of 64 pure risks identified, the majority of
them (82.8%) were categorized as high risk. The control measures implemented were engineering controls, administrative
controls and PPE, but their implementation was still inadequate. The implementation of control measures had caused
changes in risk categories from the higher to lower risks (54.7%) whereas the rest (45.3%) were found unchanged. The
changes found were mostly from high to medium risk (45.7%). Based on the results of this study it can be concluded that
the risk related to welding process in this company is high and the control measures implemented are still inadequate.
Therefore, it is recommended that the company implement all the required control measures in order to mitigate the risk
level.

Keywords: risk assessment, welding process

ABSTRAK
Risk assessment adalah keseluruhan proses mengestimasi besarnya suatu risiko dan memutuskan apakah risiko tersebut
dapat diterima atau tidak. Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi bahaya, melakukan penilaian risiko murni,
menilai cara pengendalian risiko dan melakukan penilaian risiko sisa yang berhubungan dengan pekerjaan pengelasan pada
bagian double bottom pembangunan kapal di PT BOSSEGORO Indoyard Consortium. Penelitian ini termasuk penelitian
observasional dan menurut waktunya penelitian ini termasuk penelitian cross sectional. Data primer dikumpulkan dengan
cara wawancara dan observasi. Objek penelitian ini adalah proses pengelasan meliputi pengelasan OxyLPG, SMAW dan
MAG. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif menggunakan risk assessment matrix. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa potensi bahaya yang paling banyak teridentifikasi pada pekerjaan pengelasan adalah tersengat listrik. Penilaian
risiko murni teridentifikasi 64 risiko, sebagian besar risiko tersebut (82,8%) kategori tinggi. Perusahaan telah melakukan
upaya pengendalian risiko meliputi pengendalian secara teknis, administratif dan penyediaan APD, tetapi penerapan upaya
pengendalian tersebut masih kurang baik. Penerapan upaya pengendalian tersebut menyebabkan perubahan kategori risiko
dari tinggi ke rendah (54,7%) sedangkan sisanya (45,3%) tidak dapat berubah. Perubahan kategori risiko yang paling
banyak ditemukan (45,7%) adalah dari risiko tinggi ke risiko sedang. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa risiko yang berhubungan dengan pekerjaan pengelasan pada perusahaan tersebut adalah tinggi dan penerapan upaya
pengendalian masih kurang baik. Perusahaan disarankan melaksanakan semua upaya pengendalian untuk menurunkan
kategori risiko.

Kata kunci: risk assessment, pengelasan

PENDAHULUAN akan terjadi tetapi bagaimana kita mengelola potensi


Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat risiko yang timbul sehingga peluang terjadi atau
dalam aktivitas. Kegiatan apa pun yang kita lakukan akibat yang ditimbulkan tidak besar, dengan kita
pasti memiliki potensi risiko. Hal terpenting yang mengetahui tingkat risiko yang akan terjadi maka
harus kita lakukan adalah bukan lari dari risiko yang kita akan tahu bagaimana mengurangi dampak yang
akan ditimbulkannya (Suardi, 2007).

45
46 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 1 Jan-Jun 2013: 45–51

Pekerjaan pengelasan merupakan salah Tujuan penelitian ini adalah melakukan


satu proses pemesinan yang penuh risiko. Hal risk assessment pada pekerjaan pengelasan pada
ini karena selalu berhubungan dengan api dan bagian double bottom pembangunan kapal di PT X
bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak Surabaya, serta mengidentifikasi bahaya, melakukan
terutama sekali pada las gas yaitu gas oksigen dan penilaian risiko murni, menilai cara pengendalian
asetilin. Kecelakaan yang terjadi sebenarnya dapat (kontrol) risiko yang telah dilakukan dan melakukan
dikurangi atau dihindari apabila operator (welder) penilaian risiko sisa pekerjaan pengelasan.
dalam mengoperasikan alat pengelasan dan alat
keselamatan kerja dipergunakan dengan baik dan
METODE
benar, memiliki penguasaan cara pencegahan bahaya
akibat proses las. Berdasarkan jenisnya penelitian ini termasuk
Secara umum potensi bahaya pengelasan dapat penelitian observasional karena data yang
diklasifikasikan menjadi bahaya fisik (physical diperoleh melalui pengamatan dan dilakukan pada
hazards) dan bahaya kimia (chemical hazards). objek penelitian selama penelitian berlangsung.
Contoh pengelasan dengan menggunakan listrik Berdasarkan desainnya, penelitian ini termasuk
adalah jenis las SMAW (Shielded Metal Arc penelitian cross sectional karena pengamatan
Welding) dan MAG (Metal Active Gas), keduanya terhadap variabel dilakukan pada waktu atau
merupakan jenis las busur listrik (Daryanto, 2012). periode tertentu saja. Berdasarkan sistem analisisnya
Berbagai upaya pengendalian perlu dilakukan termasuk penelitian deskriptif yaitu suatu metode
untuk meminimalisir risiko kecelakaan kerja pada penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
proses pengelasan. Salah satu upaya yang dapat untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan
dilakukan yaitu dengan cara penilaian risiko/risk secara objektif.
assessment. Risk assessment adalah proses evaluasi Objek penelitian adalah pekerjaan pengelasan
risiko yang diakibatkan adanya bahaya, dengan pada bagian double bottom pembangunan kapal di
memperhatikan kecukupan pengendalian yang PT X Surabaya. Lokasi penelitian di PT X Surabaya,
dimiliki, dan menentukan apakah risikonya dapat Jalan Nilam Barat no. 20 A Perak, Surabaya dan
diterima atau tidak (OHSAS 18001: 2007). penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2012–
Penelitian yang telah dilakukan oleh Ardiansyah Mei 2013, sedangkan waktu pengambilan dan
(2011) tentang risk assessment pekerjaan pengelasan pengumpulan data dilakukan pada Bulan Januari–
di lambung utara PT DOK dan Perkapalan Surabaya Februari 2013.
didapatkan hasil 15 bahaya yang ada pada pekerjaan. Variabel penelitian ini meliputi pekerjaan
Mengingat masih tingginya angka risiko pengelasan, bahaya, identifikasi bahaya, risiko
pekerjaan pengelasan di unit Lambung Utara PT murni, penilaian risiko, penentuan kategori risiko
DOK dan Perkapalan yaitu 60% risiko termasuk penilaian pengendalian (kontrol) risiko yang ada dan
dalam risiko tinggi, maka peneliti ingin melakukan penilaian risiko sisa.
penelitian tentang risk assessment pekerjaan Teknik dan instrumen pengumpulan data
pengelasan di tempat yang lain yaitu PT X Surabaya adalah: (a) Observasi pekerjaan pengelasan dengan
yang bergerak di bidang industri perkapalan. bantuan lembar Job Safety Analysis (JSA). Observasi
PT X Surabaya merupakan salah satu industri dilakukan pada setiap langkah proses pengelasan
perkapalan di Indonesia. Jenis usaha yang dilakukan dimulai dari awal proses pengelasan sampai
selain memproduksi atau membangun kapal baru pada proses akhir atau finishing, (b) Wawancara
juga perbaikan kapal yang mengalami kerusakan dilakukan dengan operator las (welder), terkait
serta melakukan perawatan kapal. Pada proses dengan pekerjaan pengelasan pada bagian double
produksi dan perbaikan kapal terdapat proses bottom di PT X Surabaya dengan bantuan pedoman
pengelasan. Komponen peralatan yang digunakan wawancara.
dalam proses pengelasan yaitu: motor las, stang las, Data sekunder meliputi gambaran umum
kabel, dan tabung gas CO2. perusahaan, latar belakang berdirinya perusahaan,
Mengingat masih tingginya risiko pada struktur organisasi, visi dan misi perusahaan, bidang
pekerjaan pengelasan di PT X Surabaya maka usaha perusahaan.
dilakukan penelitian mengenai risk assessment Data yang telah diperoleh dicek kelengkapannya
pada pekerjaan pengelasan di bagian double bottom kemudian diolah dan dilakukan analisis dengan
pembangunan kapal di PT X Surabaya. cara menentukan likelihood dan severity, dengan
Wahyu dan Abdul, Risk Assessment Pekerjaan Pengelasan… 47

memperhatikan kecukupan pengendalian yang yang terlindung dari sinar matahari langsung;
telah dilakukan, kemudian menentukan nilai risiko (c) pemasangan isolasi pada kabel yang mengelupas;
dari perkalian antara likelihood dan severity untuk (d) mengangkat plat dengan bantuan alat berat
mengetahui tingkat risiko pekerjaan sesuai risk crane;
assessment matrix. Hasil pengolahan dan analisis Pengendalian secara administratif yang
disajikan dalam bentuk matriks dan narasi yang ditemukan melalui identifikasi cara pengendalian
digunakan untuk menarik kesimpulan sebagai hasil risiko antara lain: (a) pengecekan alat las secara
akhir dari penelitian. berkala; (b) instruksi kerja atau SOP jenis las
potong; (c) instruksi kerja atau SOP jenis las SMAW;
(d) instruksi kerja atau SOP jenis las MAG;
HASIL
(e) istirahat secara teratur;
Pekerjaan Pengelasan di Bagian Double Bottom Pengendalian dengan menggunakan alat
Pembangunan Kapal di PT X Surabaya pelindung diri yang ditemukan melalui identifikasi
Pekerjaan pengelasan yang dilakukan di cara pengendalian risiko antara lain: (a) memakai
pembangunan kapal di PT X Surabaya menggunakan safety shoes saat bekerja; (b) memakai alat pelindung
tiga jenis pengelasan yaitu: OxyLPG Cutting sebagai tangan berbahan kulit; (c) memakai alat pelindung
las potong, SMAW (Shielded Metal Arc Welding) mata jenis face shield pada pengelasan jenis SMAW;
dan MAG (Metal Active Gas). d) memakai alat pelindung mata jenis goggles saat
melakukan pekerjaan menggerinda; (e) memakai alat
Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pengelasan di pelindung pernapasan jenis cartridge respirator pada
Bagian Double Bottom Pembangunan Kapal pengelasan jenis MAG; f) memakai alat pelindung
PT X Surabaya mata jenis face shield pada pengelasan jenis MAG
Penilaian risiko murni dengan menggunakan Penilaian Risiko Sisa Pekerjaan Pengelasan
risk assessment tabel didapatkan hasil: 5 komponen Pembangunan Kapal di PT X Surabaya
yang dianalisis (alat dan bahan pengelasan, proses
pengelasan jenis oxyLPG, proses pengelasan jenis Penilaian risiko sisa secara keseluruhan
SMAW, proses pengelasan jenis MAG dan juru las didapatkan hasil kategori risiko tinggi berubah
(welder)), 47 bahaya dan 64 risiko. menjadi sedang sebanyak 16 risiko (25%), dari
kategori tinggi ke rendah sebanyak 13 risiko
Penilaian Risiko Murni Pekerjaan Pengelasan (20,3%), dari kategori sedang ke rendah sebanyak
di Bagian Double Bottom Pembangunan Kapal 7 risiko (10,9%), kategori tetap sedang sebanyak 4
PT X Surabaya risiko (6,25%) dan kategori tetap tinggi sebanyak 24
risiko (37,5%).
Terdapat 64 risiko murni yang ditemukan Penilaian risiko sisa untuk jenis pengelasan
dengan rincian 11 risiko (17,2%) termasuk kategori SMAW dan MAG didapatkan hasil kategori risiko
risiko sedang dan 53 risiko (82,8%) termasuk dalam tinggi berubah menjadi sedang sebanyak 9 risiko
kategori risiko tinggi. Kategori risiko tinggi paling (23,7%), dari kategori tinggi ke rendah sebanyak
banyak ditemukan pada jenis pengelasan SMAW dan 12 risiko (31,6%), dari kategori sedang ke rendah
MAG yaitu 34 risiko (89,5%) dan sisanya 4 risiko sebanyak 1 risiko (2,6%), kategori tetap sedang
(10,5%) termasuk kategori risiko sedang. sebanyak 3 risiko (7,9%) dan kategori tetap tinggi
sebanyak 13 risiko (34,2%).
Penilaian Cara Pengendalian (Kontrol) Risiko
yang Telah Dilakukan pada Pekerjaan Pengelasan
Pembangunan Kapal di PT X Surabaya PEMBAHASAN
Cara pengendalian terkait dengan pekerjaan Identifikasi Bahaya Pekerjaan Pengelasan Bagian
pengelasan di PT. X Surabaya, yaitu pengendalian Double Bottom Pembangunan Kapal di PT X
secara teknik, pengendalian secara administratif, Surabaya
pengendalian secara teknik alat pelindung diri yang
Bahaya yang paling banyak ditemukan
ditemukan melalui identifikasi cara pengendalian
adalah tersengat listrik yang disebabkan oleh
risiko antara lain (a) plat yang kan dilas dikumpulkan
beberapa hal yaitu: isolasi kabel mengelupas, salah
pada satu tempat yang mudah dijangkau;
menghubungkan kabel ke kutub yang sebenarnya,
(b) memindahkan tabung gas LPG ke tempat
48 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 1 Jan-Jun 2013: 45–51

memasang filler pada holder, tidak memasang soket risiko tinggi paling banyak ditemukan adalah risiko
listrik sesuai standar dan tuas pengatur amper pada tinggi.
mesin las yang sudah aus. Risiko pertama yang ditimbulkan adalah
Bahaya dari kondisi kabel yang terkelupas tersengat listrik akibat isolasi kabel terkelupas, nilai
adalah bisa menimbulkan sengatan arus listrik kemungkinannya adalah 5 karena menurut Siswanto
apabila operator menyentuh bagian yang mengelupas (2009) kemungkinan terjadinya risiko tersengat
tersebut. Menurut anonim (2006), meskipun pada listrik akibat isolasi kabel terkelupas adalah setiap
umumnya pengelasan menggunakan aliran listrik hari. Nilai keparahannya adalah 4 menurut Ramli
dengan voltase yang rendah akan menyebabkan (2010) artinya adalah dapat menimbulkan cidera
kejutan listrik yang lebih besar yang menyebabkan berat lebih dari satu orang. Jadi, nilai risikonya
kecelakaan kerja yang lain contohnya terjatuh. adalah 20 yang termasuk kategori risiko tinggi.
Salah menghubungkan kabel dari torch ke kutub Menurut konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko
(+) dan (–) yang ada pada motor las hal ini dapat tinggi atau yang berada pada area merah adalah
menyebabkan terjadinya korsleting listrik dan terjadi risiko tidak dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan
peledakan. Kesalahan bisa terjadi disebabkan pada langkah pencegahan.
waktu menghubungkan kabel ke pesawat operator Risiko kedua yang ditimbulkan adalah tersengat
lalai dan tidak memperhatikan tanda (–) dan (+) listrik akibat tidak memasang grounding sesuai
pada pesawat las. Menurut Daryanto (2012) busur SOP. Nilai kemungkinannya adalah 5 karena
listrik arus searah menghasilkan suhu pada kutub (+) menurut Siswanto (2009) kemungkinan terjadinya
400–600° C lebih tinggi daripada kutub (–). risiko tersebut setiap hari. Nilai keparahannya 4
Bahaya yang ditemukan pada saat memasang yang artinya menurut Ramli (2010) adalah dapat
filler pada holder adalah isolator pada holder tidak menimbulkan cidera berat lebih dari satu orang. Jadi,
berfungsi dengan baik sehingga dapat menyebabkan nilai risikonya adalah 20 yang termasuk kategori
kebocoran arus listrik yang dapat menyebabkan risiko tinggi. Menurut konsep ALARP dalam Ramli
tersengat listrik bagi operator atau juru las. Menurut (2010) risiko tinggi atau yang berada pada area
Daryanto (2012) isolasi terminal-terminal kabel, merah adalah risiko tidak dapat ditolerir, sehingga
isolasi pada holder harus dipastikan berfungsi harus dilakukan langkah pencegahan.
dengan baik dan tidak adanya kebocoran arus Risiko ketiga adalah kabel terbakar akibat
sebelum digunakan untuk mengelas. steker atau soket yang dipasang ke sumber listrik
Memasang steker ke sumber listrik tidak tidak sesuai standar. Nilai kemungkinan risiko
menggunakan steker atau soket yang sesuai standar, tersebut adalah 5 karena menurut Siswanto (2009)
operator las langsung memasang kabel yang kemungkinan terjadinya risiko kabel terbakar adalah
dikelupas ke dalam stop kontak. Menurut anonim setiap hari. Nilai keparahannya adalah 4 yang artinya
(2013) steker atau soket yang terpasang ke sumber menurut Ramli (2010) adalah cidera berat lebih dari
listrik harus dilapisi kuningan atau seringkali timah satu orang. Jadi, nilai risiko nya adalah 20 yang
atau nikel. termasuk kategori risiko tinggi. Menurut konsep
Pesawat las DC atau pembangkit listrik motor ALARP dalam Ramli (2010) risiko tinggi atau
diesel dalam kondisi yang sudah aus, sehingga saat yang berada pada area merah adalah risiko tidak
menyesuaikan besar arus listrik dapat menyebabkan dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan langkah
operator tersengat listrik. Menurut anonim (2006) pencegahan.
meskipun pada umumnya pengelasan menggunakan Risiko keempat adalah korsleting listrik akibat
aliran listrik dengan voltase yang rendah akan steker atau soket yang dipasang ke sumber listrik
menyebabkan kejutan listrik yang lebih besar yang tidak sesuai standar. Nilai kemungkinan risiko
menyebabkan kecelakaan kerja yang lain contohnya tersebut adalah 5 karena menurut Siswanto (2009)
terjatuh. kemungkinan terjadinya risiko korsleting listrik
adalah setiap hari. Nilai keparahannya adalah 4 yang
Penilaian Risiko Murni Pekerjaan Pengelasan artinya menurut Ramli (2010) adalah cidera berat
Bagian Double Bottom Pembangunan Kapal di lebih dari satu orang. Jadi, nilai risiko nya adalah
PT X Surabaya 20 yang termasuk kategori risiko tinggi. Menurut
Kategori risiko murni yang paling banyak konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko tinggi
ditemukan adalah kategori risiko tinggi. Kategori atau yang berada pada area merah adalah risiko tidak
Wahyu dan Abdul, Risk Assessment Pekerjaan Pengelasan… 49

dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan langkah (2009) kemungkinan terjadinya risiko iritasi mata
pencegahan. adalah setiap hari. Nilai keparahannya adalah 3
Risiko yang ditimbulkan pada proses yang artinya menurut Ramli (2010) adalah dapat
menyesuaikan besar arus listrik adalah tersengat menimbulkan cidera sedang dan perlu penanganan
listrik karena bagian motor yang berfungsi untuk medis. Jadi, nilai risikonya adalah 15 yang termasuk
mengatur arus listrik sesuai dengan kebutuhan kategori risiko tinggi. Menurut konsep ALARP
sudah aus. Menurut Daryanto (2012) tersengat arus dalam Ramli (2010) risiko tinggi atau yang berada
listrik berisiko terhadap kesehatan pekerja karena pada area merah adalah risiko tidak dapat ditolerir,
dapat menyebabkan shock, pingsan dan meninggal sehingga harus dilakukan langkah pencegahan.
dunia. Nilai kemungkinan untuk risiko tersengat Risiko katarak akibat radiasi sinar inframerah.
listrik adalah 5 karena menurut Siswanto (2009) Nilai kemungkinannya adalah 5 karena menurut
kemungkinan terjadinya risiko tersengat listrik Siswanto (2009) kemungkinan terjadinya risiko
adalah setiap hari. Nilai keparahannya adalah 3 tersebut adalah setiap hari. Nilai keparahannya
yang artinya menurut Ramli (2010) adalah dapat adalah 3 yang artinya menurut Ramli (2010)
menimbulkan cidera sedang dan perlu penanganan adalah dapat menimbulkan cidera sedang dan perlu
medis. Jadi, nilai risiko nya adalah 15 yang termasuk penanganan medis. Jadi, nilai risikonya adalah
kategori risiko tinggi. Menurut konsep ALARP 15 yang termasuk kategori risiko tinggi. Menurut
dalam Ramli (2010) risiko tinggi atau yang berada konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko tinggi
pada area merah adalah risiko tidak dapat ditolerir, atau yang berada pada area merah adalah risiko tidak
sehingga harus dilakukan langkah pencegahan. dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan langkah
Risiko yang ditimbulkan pada proses pencegahan.
pemasangan filler pada holder adalah tersengat Risiko kelelahan mata akibat terpapar cahaya
listrik yang disebabkan isolator pada holder tidak tampak. Nilai kemungkinannya adalah 5 karena
berfungsi dengan baik. Nilai kemungkinan risiko menurut Siswanto (2009) kemungkinan terjadinya
tersebut adalah 5 karena menurut Siswanto (2009) risiko kelelahan mata adalah setiap hari. Nilai
kemungkinan terjadinya risiko tersengat listrik keparahannya adalah 3 yang artinya menurut Ramli
adalah setiap hari. Nilai kemungkinannya adalah (2010) adalah dapat menimbulkan cidera sedang dan
3 yang artinya menurut Ramli (2010) adalah dapat perlu penanganan medis. Jadi, nilai risikonya adalah
menimbulkan dampak cidera sedang dan perlu 15 yang termasuk kategori risiko tinggi. Menurut
penanganan medis. Jadi, nilai risikonya adalah konsep ALARP dalam Ramli (20100 risiko tinggi
15 yang termasuk kategori risiko tinggi. Menurut atau yang berada pada area merah adalah risiko tidak
konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko tinggi dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan langkah
atau yang berada pada area merah adalah risiko tidak pencegahan.
dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan langkah Risiko luka bakar dari percikan bunga api
pencegahan.. selama proses pengelasan. Nilai kemungkinannya
Risiko metal fume fever atau demam logam adalah 5 karena menurut Siswanto (2009)
yang disebabkan oleh fume pengelasan. Menurut kemungkinan terjadinya risiko luka bakar akibat
Daryanto (2012) demam logam ditandai dengan percikan bunga api adalah setiap hari. Nilai
gejala sakit kepala, demam, menggigil dan kelelahan keparahannya adalah 4 yang artinya menurut Ramli
dalam waktu singkat. Nilai kemungkinannya adalah (2010) adalah dapat menimbulkan dampak cidera
5 karena menurut Siswanto (2009) kemungkinan berat lebih dari satu orang. Jadi, nilai risikonya
terjadinya risiko tersebut adalah setiap hari. Nilai adalah 20 yang termasuk kategori risiko tinggi.
keparahannya adalah 3 yang artinya menurut Ramli Menurut konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko
(2010) adalah dapat menimbulkan cidera sedang dan tinggi atau yang berada pada area merah adalah
perlu penanganan medis. Jadi, nilai risikonya adalah risiko tidak dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan
15 yang termasuk kategori risiko tinggi. Menurut langkah pencegahan.
konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko tinggi Risiko kebakaran yang disebabkan oleh
atau yang berada pada area merah adalah risiko tidak percikan bunga api yang mengenai benda-benda
dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan langkah yang mudah terbakar di sekitar proses pengelasan.
pencegahan. Nilai kemungkinannya adalah 5 karena menurut
Risiko iritasi mata akibat radiasi sinar UV. Nilai Siswanto (2009) kemungkinan kejadian risiko
kemungkinannya adalah 5 karena menurut Siswanto kebakaran adalah setiap hari. Nilai keparahannya
50 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 2, No. 1 Jan-Jun 2013: 45–51

adalah 5 yang artinya menurut Ramli (2010) adalah konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko tinggi
menimbulkan dampak yang fatal atau lebih dari satu atau yang berada pada area merah adalah risiko tidak
orang. Jadi, nilai risikonya adalah 25 yang termasuk dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan langkah
kategori risiko tinggi. Menurut konsep ALARP pencegahan.
dalam Ramli (2010) risiko tinggi atau yang berada Risiko ketiga yang ditimbulkan adalah
pada area merah adalah risiko tidak dapat ditolerir, iritasi saluran pernapasan akibat ozon. Nilai
sehingga harus dilakukan langkah pencegahan. kemungkinannya adalah 5 karena menurut Siswanto
Risiko cidera pada mata yang disebabkan (2009) kemungkinan terjadinya iritasi saluran
oleh percikan bunga api dari materi las. Nilai pernapasan akibat ozon adalah setiap hari. Nilai
kemungkinannya adalah 5 karena menurut Siswanto keparahannya adalah 3 yang berarti menurut Ramli
(2009) kemungkinan terjadinya risiko cidera pada (2010) adalah dapat menimbulkan dampak cidera
mata adalah setiap hari. Nilai keparahannya adalah sedang dan perlu penanganan medis. Jadi, nilai
3 yang artinya menurut Ramli (2010) adalah perlu risiko nya adalah 15 dan termasuk kategori risiko
penanganan medis. Jadi, nilai risikonya adalah tinggi. Menurut konsep ALARP dalam Ramli (2010)
15 yang termasuk kategori risiko tinggi. Menurut risiko tinggi atau yang berada pada area merah
konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko tinggi adalah risiko tidak dapat ditolerir, sehingga harus
atau yang berada pada area merah adalah risiko tidak dilakukan langkah pencegahan.
dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan langkah
pencegahan. Penilaian Cara Pengendalian (Kontrol) Risiko
Risiko kebocoran tabung gas CO 2 . Nilai yang Telah Dilakukan pada Pekerjaan Pengelasan
kemungkinan untuk risiko tersebut adalah 4 karena Pembangunan Kapal di PT X Surabaya
menurut Siswanto (2009) kemungkinan terjadinya Pengendalian risiko belum memadai karena
risiko kebocoran adalah lebih dari sekali dalam ditemukan pada risiko kebakaran, tersengat listrik
seminggu. Nilai keparahannya adalah 5 yang berarti akibat steker tidak terpasang sesuai standar, metal
menurut Ramli (2010) adalah dapat menimbulkan fume fever dan kebisingan belum dilakukan upaya
akibat yang fatal dan menimbulkan korban lebih pengendalian.
dari satu orang. Jadi, nilai risikonya adalah 20 Risiko tersengat listrik, kabel terbakar dan
kategori risikonya adalah risiko tinggi. Menurut korsleting listrik karena steker atau soket yang
konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko tinggi dipasang di sumber listrik tidak sesuai standar,
atau yang berada pada area merah adalah risiko tidak namun tidak ada upaya pengendalian yang dilakukan
dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan langkah seperti memasang steker atau soket sesuai standar.
pencegahan. Menurut anonim (2013) standar pemasangan steker
Risiko keracunan gas CO dalam tubuh. Nilai atau soket listrik adalah harus dilapisi kuningan
kemungkinannya adalah 5 karena menurut Siswanto atau timah. Sehingga, menurut Freeport (2008) nilai
(2009) kemungkinan terjadinya risiko keracunan gas pengendaliannya adalah 0%.
CO adalah setiap hari. Nilai keparahannya adalah Risiko metal fume fever yang ditimbulkan saat
3 yang berarti menurut Ramli (2010) adalah akan pengelasan. Tidak ada upaya pengendalian yang
menimbulkan dampak cidera sedang dan perlu dilakukan. Upaya pengendalian yang seharusnya
penanganan medis. Jadi, nilai risikonya adalah 15 dilakukan adalah menggunakan APD jenis cartridge
kategori risikonya adalah risiko tinggi. Menurut respirator karena menurut Siswanto (1994)
konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko tinggi respirator jenis ini dilengkapi dengan filter dan
atau yang berada pada area merah adalah risiko tidak adsorben yang digunakan untuk melindungi saluran
dapat ditolerir, sehingga harus dilakukan langkah pernapasan dari gas, uap, mist, fume dan debu yang
pencegahan. berbahaya. Sehingga, menurut Freeport (2008) nilai
Risiko afiksi akibat gas CO 2 . Nilai pengendaliannya adalah 0%.
kemungkinannya adalah 5 karena menurut Siswanto Risiko lain yang ditimbulkan adalah bising
(2009) kemungkinan terjadinya afiksi akibat gas dan kebakaran. Tidak ada upaya pengendalian yang
CO2 adalah setiap hari. Nilai keparahannya adalah dilakukan untuk mengendalikan risiko tersebut.
3 yang berarti menurut Ramli (2010) adalah dapat Menurut Siswanto (1994) alat pelindung yang
menimbulkan dampak cidera sedang dan perlu seharusnya disediakan untuk mengatasi risiko
penanganan medis. Jadi, nilai risiko nya adalah kebisingan adalah ear plug untuk melindungi telinga
15 dan termasuk kategori risiko tinggi. Menurut juru las dari kebisingan yang ditimbulkan. Menurut
Wahyu dan Abdul, Risk Assessment Pekerjaan Pengelasan… 51

Daryanto (2012) pemadaman api bahan kimia Hasil penilaian risiko murni jenis pengelasan
kering atau karbon dioksida harus berada di dekat SMAW dan MAG terdapat 38 risiko murni dengan
tempat kerja untuk membantu menanggulangi terjadi kategori risiko terbanyak adalah risiko tinggi
kebakaran. Sehingga, menurut Freeport (2008) nilai sebanyak 89,5%.
pengendaliannya adalah 0%. Pengendalian risiko belum memadai bahkan
pada beberapa risiko yaitu: kebakaran, tersengat
Penilaian Risiko Sisa Pekerjaan Pengelasan listrik akibat steker tidak sesuai standar, metal
Bagian Double Bottom Pembangunan Kapal di fume fever jenis las SMAW dan kebisingan upaya
PT X Surabaya pengendalian belum dilakukan.
Risiko metal fume fever yang ditimbulkan saat Sebagian besar penilaian risiko sisa (34,2%)
pengelasan. Tidak ada pengendalian risiko yang menunjukkan tidak ada perubahan kategori risiko
dilakukan sehingga nilai pengendalian risikonya yaitu kategori risiko tinggi tetap tinggi.
adalah 0%, sehingga tidak ada risiko sisa pada risiko
tersebut atau kategori risiko masih tetap tinggi. DAFTAR PUSTAKA
Menurut konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko
tinggi atau risiko yang berada di area merah adalah Anonim. 2006. Welding Hazards Safety Program.
risiko yang tidak dapat ditolerir. Texas Department of Insurance: Division of
Risiko tersengat listrik, kabel terbakar dan Workers’ Compensation.
korsleting listrik karena steker atau soket yang Anonim. 2010. Acetylene. http://www.karyagunagas.
dipasang di sumber listrik tidak sesuai standar. Tidak com/acetylene.html (Sitasi: 21 Maret 2013).
ada pengendalian risiko yang dilakukan sehingga Anonim. 2013. Colokan dan Soket Listrik AC
nilai pengendalian risikonya adalah 0%. Dengan Domestik. http://id.wikipedia.org/wiki/Colokan_
demikian tidak ada risiko sisa pada risiko tersebut dan_soket_listrik_AC_domestik (Sitasi: 6 April
atau kategori risiko masih tetap pada kategori risiko 2013).
tinggi. Menurut konsep ALARP dalam Ramli (2010) Ardiansyah, L.D. 2011. Risk Assessment Pekerjaan
risiko yang berada di area merah adalah risiko yang Pengelasan di Bengkel Lambung Utara PT Dok
tidak dapat ditolerir. dan Perkapalan Surabaya. Surabaya. Tugas
Risiko bising dan kebakaran, tidak ada Akhir: 72–75.
pengendalian risiko yang dilakukan sehingga nilai Daryanto. 2012. Teknik Las. Alfabeta, CV Bandung:
pengendalian risikonya adalah 0%, sehingga tidak 127–146.
ada risiko sisa pada risiko tersebut atau kategori Freeport Indonesia, PT. 2008. Risk Assessment.
risiko tidak berubah. Kategori risiko bising dan Tembagapura.
luka bakar masih tetap risiko sedang atau menurut OHSAS 18001: 2007.2007. Occupational Health and
konsep ALARP dalam Ramli (2010) risiko masih Safety Assessment Series.
dalam batas aman dan sisa risiko dapat diterima Ramli, S. 2010. Pedoman Manajemen Risiko dalam
tetapi disarankan untuk mengurangi risiko sampai Perspektif K3 OHS Risk Management. Jakarta.
batas yang dapat diterima. Kategori risiko kebakaran Dian Rakyat: 79–102.
masih tetap pada kategori risiko tinggi atau risiko Siswanto, A. 1994. Bahaya Proses Pengelasan.
yang berada di area merah adalah risiko yang tidak Surabaya: 2–38.
dapat ditolerir. Siswanto, A. 2009. Manajemen Risiko. Surabaya:
30–45.
Suardi, R. 2007. Sistem Manajemen Keselamatan dan
KESIMPULAN
Kesehatan Kerja. Jakarta. PPM: 69–103.
Bahaya yang teridentifikasi paling banyak
terdapat pada jenis pengelasan SMAW dan MAG
yaitu tersengat listrik.

You might also like