Professional Documents
Culture Documents
net/publication/313236268
Dinamika Konflik dan Integrasi Antara Etnis Dayak dan Etnis Madura (Studi
Kasus di Yogyakarta Malang dan Sampit)
CITATIONS READS
0 4,780
3 authors, including:
Khoiruddin Bashori
Ahmad Dahlan University
9 PUBLICATIONS 21 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Khoiruddin Bashori on 27 April 2019.
Afkaruna 62
segala keresahan dan ketidakpuasan yang salah satu dari konflik di atas, yang telah
dialami masyarakat, jadi bukan merupakan berlangsung sejak 19 Januari 1999 dan
sesuatu yang bersifat spontan.7 mengakibatkan tewasnya ribuan jiwa serta
Masalah pokok sebagai penyebab konflik ratusan ribu penduduk mengungsi (TEMPO,
bukan pada perbedaan aspek doktrin ajaran 23 Januari 2000). Walau telah diberlakukan
tetapi pada masalah non teologis, terutama keadaan darurat sipil, sampai saat ini konflik
pada kecemburuan keagamaan yaitu karena antar umat beragama di Ambon pada
adanya gaya hidup beragama kelompok khususnya maupun kepulauan Maluku pada
Kristen yang demonstratif. Kedua, telah umumnya belum juga berakhir. Kerusuhan di
terjadi kesenjangan komunikasi sosial antar Ambon dan sekitarnya adalah tragedi
agama karena tumbuhnya gaya hidup kemanusiaan sekaligus tragedi bangsa yang
eksklusif dari kelompok sosial tertentu. memilukan. Sebelumnya tidak terbayangkan
Ketegangan yang lama terpendam meledak bisa terjadi bentrokan massal antara dua
dalam bentuk amukan massa yang didukung kelompok pemeluk agama berbeda di Indo-
oleh faktor non agama. Ketiga, kesenjangan nesia sampai berdarah-darah.9
ekonomi bukan merupakan faktor utama Setelah konflik antar etnis Madura
konflik, penguasaan sumberdaya ekonomi dengan Dayak dan Melayu mereda di Sambas
yang tidak simetris antara pelaku ekonomi Kalimantan Barat dan sekitarnya, pada 12
hanya merupakan faktor pendukung saja. Februari 2001 kembali meledak konflik yang
Keempat, pola pembinaan lembaga gereja dan sama dengan skala yang lebih hebat di
pesantren cenderung eksklusif, berorientasi Sampit, Kalimantan Tengah. Kerusuhan itu
ke dalam yaitu berisi tentang pendidikan telah mengakibatkan 469 orang tewas dan
agama sendiri, kurang berorientasi ke luar. puluhan ribu warga mengungsi (ADIL, 19
Dalam hal ini pemeluk agama kurang men- Maret 2001, hal. 17). Dengan demikian,
dapatkan pengetahuan dan pemahaman kerusuhan Sampit antara etnis Dayak dan
tentang agama lain. Sikap beragama yang Madura ini lebih parah dari kerusuhan
demikian ini sangat rentan konflik karena Sambas yang ‘hanya’ menewaskan 50 orang
mudah terjadi kesalahpahaman, streotype itu (REPUBLIKA, 23 Februari, 2001).
negatif, prasangka dan curiga terhadap Penelitian tentang interaksi antar
agama lain. Kelima, Resolusi konflik berhasil komunitas, baik berbentuk konflik maupun
dilakukan melalui konsiliasi dan mediasi. integrasi, telah banyak dilakukan. M. Atho
Dialog dilakukan antara lembaga gereja, NU Mudzhar, misalnya, setelah meneliti interaksi
dan pesantren dan menghasilkan kesepa- antar Kelompok Islam dengan Kelompok
katan bersama menyangkut sumber-sumber Towani Tolotang dan Tolotang Benteng
konflik dan solusinya. Keenam, konflik (kelompok aliran kepercayaan di Amparita,
menghasilkan nilai dan tatanan baru, Sulawesi Selatan) menemukan bahwa aspek-
menyadarkan pemeluk agama untuk aspek yang mendorong integrasi sosial di
menjalani kerjasama, perlunya keterbukaan Amparita adalah: adanya kepercayaan yang
dan saling pengertian.8 sama tentang Gunung Lowa, adanya
Kebalikan dari kerusuhan Situbondo pemilikan bersama atas kekayaan kebudayaan
adalah konflik Ambon. Konflik Ambon, lama, adanya pendidikan dan kegiatan-
Afkaruna 64
sosiologi terlihat bahwa tidak ada satu masyarakat. Kedua, dalam hubungan itu
kesepakatan definitif tentang pengertian hadir suatu kesadaran kolektif yang antara
integrasi. Jadi terdapat beberapa pengertian lain berbentuk rasa memiliki kelompok,
tentang integrasi. Sebagai perbandingan, saling menjaga keseimbangan dan
berikut ini diambil empat defenisi yang kebersamaan.
diperoleh dari beberapa sumber Dengan mengacu pada definisi David Jary
Dalam Collins Dictionary of Sociology, dan Julia Jary tersebut dapat disimpulkan
misalnya, konsep integrasi dipakai dalam tiga bahwa masyarakat bisa terintegrasi bila:
makna: pertama, integrasi berarti suatu pertama, individu yang menjadi anggota
tingkat dimana seorang individu merasa masyarakat mengalami rasa memiliki sebagai
memiliki suatu kelompok sosial atau suatu kelompok sosial atau kolektivitas
kolektivitas dengan menerima norma, nilai, berdasarkan antara lain atas norma-norma,
kepercayaan kelompok sosial itu. Kedua, nilai-nilai, kepercayaan-kepercayaan yang
integrasi berarti suatu tingkat dimana disepakati bersama. Kedua, aktivitas maupun
aktivitas atau fungsi tertentu dari lembaga fungsi dari institusi atau subsistem di dalam
atau subsistem yang berbeda dalam suatu suatu masyarakat lebih saling melengkapi
masyarakat berada dalam keadaan saling daripada saling berlawanan satu dengan
melengkapi, tidak saling kontradiktif. Ketiga, lainnya. Ketiga, adanya lembaga tertentu yang
integrasi adalah hadirnya suatu lembaga menganjurkan untuk saling mengisi/
khusus yang mendorong dan mengkoordinir mengimbangi dan mengkoordinir aktivitas
kegiatan-kegiatan masing-masing subsistem dari berbagai susbsistem dari masyarakat itu
masyarakat.12 sendiri.
Charles H. Banton, dalam kaitannya Dari uraian di atas dapat disimpulkan
dengan hubungan antar ras, mendefinsikan bahwa prasyarat bagi adanya suatu integrasi
integrasi sebagai suatu pola hubungan yang sosial itu adalah adanya: kesadaran kolektif,
mengakui adanya perbedaan ras dalam suatu aktivitas yang saling melengkapi, lembaga
masyarakat tetapi tidak memberikan makna tertentu yang berfungsi koordinatif, cross
penting pada perbedaan ras tersebut.13 cutting affiliations, dan saling ketergantungan
Sunyoto Usman melihat integrasi sosial ekonomi.
sebagai suatu proses ketika kelompok- Durkheim membagi integrasi sosial atas
kelompok sosial tertentu dalam masyarakat dua hal: pertama, integrasi normatif, yang
saling menjaga keseimbangan untuk ada dalam perspektif budaya dan
mewujudkan kedekatan-kedekatan hubungan menekankan solidaritas mekanik yang
sosial, ekonomi dan politik.14 terbentuk melalui nilai-nilai dan kepercayaan.
Walau terdapat beberapa titik tekan dari Kedua, integrasi fungsional yang
berbagai pengertian yang dibuat oleh para menekankan pada solidaritas organik, suatu
ahli tersebut, nampak bahwa dalam suatu solidaritas yang terbentuk melalui relasi saling
konsep integrasi sosial setidak-tidaknya tergantung antara bagian atau usnur dalam
tercakup hal-hal sebagai berikut. Pertama, masyarakat.15
bahwa integrasi merupakan suatu tingkatan Integrasi melalui tahapan-tahapan:16
dalam hubungan antar kelompok dalam akomodasi, kerjasama, koordinasi dan
Afkaruna 66
Identitas etnis memiliki aspek obyektif dan dengan pembagian hukum adat.22 Pada
subyekyif. Aspek obyektif adalah bahasa, sebagian negara yang mejemuk etnisitas
agama, ras, kedaerahan dan budaya. Aspek menunjukkan gejala separatisme yang
subyektif adalah bahwa kelima hal itu berakar pada perasaan primordial suku
ditafsirkan secara subyektif oleh masing- bangsa sehingga kurang menyumbang pada
masing pihak. Bahasa: tidak semua pemakai nasionalisme kebangsaan. Hal ini nampak
bahasa yang sama merasa satu etnis (misal: dalam kurang efektifnya interaksi antar suku
antara Bosnia muslim, Krotia dan Serbia; bangsa. Interaksi antar suku bangsa menjadi
antara suku Hutu dan Tutsi). Agama: tidak sulit karena perbedaan budaya dijadikan
semua mereka yang satu agama merasa satu indikasi untuk membedakan efektivitas
etnis (misal: antara muslim India, Pakistan interaksi di dalam suku bangsa (in group)
dan Banglades; antara muslim Kurdi dengan dengan kelompok luar (out group) yang
muslim Iraq, Iran, Suriah dan Turki). ditandai dengan menguatnya solidaritas in
Kedaerahan: tanpa berasal dari satu group dan melemahnya solidaritas out group.23
kawasanpun orang bisa merasa satu etnis Kesetiaan pada etnis juga tumbuh di daerah/
(misal: Yahudi sebelum Israel-1948; orang- kota lain di luar daerah asal. Ini disebut
orang Gipsi di Eropa Tengah dan Timur). urbanism ethnic. Di daerah perantauan, orang
Ras: warna kulit sering merupakan konstruk yang berasal dari daerah atau etnis yang sama
sosial, tidak biologis (kulit berwarna di Afrika memperlihatkan kecenderungan masih
Selatan sama dengan kulit hitam di Amerika mempunyai kesetiaan kepada etnis atau
Serikat). Budaya: walau sama berbahasa daerah asalnya.24
Inggris, budaya kelas atas dan budaya kelas Menurut Donald l. Noel stratifikasi etnik
bawah sangat berbeda di Inggris, khususnya muncul bila terpenuhi tiga persyaratan:
dalam hal cara makan, musik, sport, etnosentrimse, persaingan dan perbedaan
percakapan, pakaian. kekuasaan. Etnosentrisme menurut Sumner
Perbedaan etnis tidak selalu berarti adalah suatu sudut pandang yang
konflik terbuka. Banyak etnis di suatu tempat menempatkan kelompok sendiri di atas
yang tidak merasa terancam secara sosial segala-galanya dan menilai kelompok lain
politik, mereka bisa bekerja sama sesuai dengan memakai kelompok sendiri sebagai
aturan. Tetapi di tempat lain perbedaan etnis acuan. Stratifikasi etnik tidak terjadi bila
bisa berarti susah di atur, mengarah hanya salah satu atau dua prasyarat yang
kekerasan, menciptakan instabilitas yang luas terpenuhi. Etnosentrisme saja, misalnya,
dan bahkan menghancurkan kehidupan. tidak menyebabkan stratifikasi etnik bila
Dalam hal konflik etnis, meski banyak yang antara kedua kelompok yang berinteraksi
muncul secara spontan, banyak juga yang terjalin kerjasama dan saling ketergantungan.
butuh rekayasa politik, penggerak, jaringan Etnosentrisme dan persaingan tanpa disertai
organisasi, diskursus (perangkat prinsip- perbedaan kekuasaan, menurut Noel, hanya
prinsip dan ide-ide) untuk mengaktifkannya.21 akan melahirkan persaingan berkepanjangan
Di Indonesia etnisitas biasanya tanpa penyelesaian. Kontak antara kelompok
dihubungkan dengan suku bangsa yang kulit hitam dengan kelompok kulit putih
tersebar di seluruh nusantara dan berkaitan berkembang menjadi hubungan perbudakan
Afkaruna 68
berbagai bentuk budaya yang berbeda hidup antar etnis tegang. Sementara di kota
berdampingan secara damai dalam Bandung kebudayaan yang dominan ialah
masyarakat yang sama. Amerika Serikat, kebuidayaan Sunda selaku kelompok
misalnya adalah masyarakat yang plural mayoritas sehingga di sana para pendatang
dimana berbagai agama, etnis dan kelompok harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan
ras yang berbeda diizinkan hidup secara tersebut dan hubungan antar etnis yang ada
berdampingan.27 bersifat lebih terbuka dan santai.28
Salah satu bentuk hubungan yang banyak
disoroti dalam kajian terhadap hubungan HIPOTESIS PENELITIAN
antar kelompok ialah hubungan mayoritas- 1. Terdapat perbedaan kualitas integrasi
minoritas. Dalam konteks ini yang coba antara etnis yang berbeda. Kualitas
dijelaskan adalah konsep mayoritas karena integrasi etnis Madura lebih besar
bila di suatu tempat terdapat kelompok dibanding dengan kualitas integrasi etnis
mayoritas maka tentu secara otomatis Dayak.
kelompok lain disebut minoritas. Terdapat 2. Terdapat perbedaan kualitas integrasi
beberapa pendapat tentang pengertian antara pemeluk agama Islam dengan
mayoritas. Kinloch mendefenisikan mayoritas pemeluk agama Kristen. Kualitas integrasi
sebagai any power group that defines itself as pemeluk agama Islam lebih besar dari
normal and superior and others as abnormal and kualitas integrasi pemeluk agama Kristen.
inferior on the basis of certain perceived character- 3. Terdapat perbedaan kualitas integrasi
istics, and exploits or discriminates against them antara kelompok mayoritas, seimbang dan
in consequence. Dari defenisi ini dijumpai minoritas.
beberapa unsur sebagai berikut: mayoritas 4. Ada hubungan positif antara tingkat
merupakan kelompok kekuasaan, kelompok pendidikan dengan kualitas integrasi.
tersebut menganggap diri mereka normal Semakin tinggi tingkat pendidikan
dan superior sedangkan kelompok lain semakin tinggi pula kualitas integrasi.
(minoritas) tidak normal dan rendah karena 5. Terdapat hubungan negatif antara status
mempunyai beberapa ciri tertentu, atas dasar sosial ekonomi dengan kualitas integrasi.
anggapan tersebut kelompok lain mengalami Semakin tinggi status sosial ekonomi maka
eksploitasi dan diskriminasi. semakin rendah pula kualitas integrasi.
Edward M. Bruner melihat mayoritas
dalam kaitannya dengan kebudayaan. Dalam METODE PENELITIAN
penelitiannya di Medan dan Bandung Bruner Penelitian ini dilakukan untuk
melihat bahwa ada tidaknya suatu memperoleh data empiris tentang dinamika
kebudayaan mayoritas dominan menentukan konflik dan integrasi dalam interaksi antara
bentuk hubungan antar kelompok di suatu komunitas etnis Madura dan etnis Dayak
wilayah. Medan merupaka suatu kota yang guna menguji hipotesis-hipotesis penelitian.
terdiri dari sejumlah minoritas tanpa adanya Variabel penelitian
suatu kebudayaan dominan sehingga antar Sebagai penelitian survai, penelitian ini
kelompok-kelompok etnis yang ada tidak sekedar deskriptif tetapi lebih jauh juga
berkembang persaingan ketat dan hubungan berusaha melakukan eksplanasi. Karena
tujuannya eksplanatif maka survai ini berdasarkan etnik, yaitu 30 orang untuk
disamping menggambarkan karakter tertentu etnik Dayak dan 30 orang untuk etnik
dari populasi juga melakukan uji hubungan Madura.
antar variabel.29 Oleh karena itu terlebih
dahulu ditetapkan variabel penelitian sebagai Metode pengumpulan data dan alat ukur
berikut. yang dipergunakan
1. Variabel bebas: kelompok etnik, Data dikumpulkan dengan menggunakan
kepemelukan agama, kelompok teknik yang bervariasi, sesuai dengan jenis
mayoritas/seimbang/minoritas, tingkat data.
pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. 1. Angket dipakai untuk mengumpulkan
2. Variabel tergantung: kualitas integrasi data tentang etnisitas, agama, tingkat
pendidikan, dan status sosial ekonomi.
Subyek penelitian 2. Penelusuran data sekunder dipergunakan
Unit analisis dari penelitian ini adalah dalam rangka mengidentifikasi data
Sampit, Malang dan Yogyakarta. Karena tentang distribusi kependudukan lokasi
keterbatasan waktu dan luasnya lokasi penelitian
penelitian maka terlebih dahulu dilakukan 3. Skala dimanfaatkan untuk
sampling. Dari ketiga lokasi itu ditetapkan mengumpulkan data tentang kualitas
sampel sejumlah 180 orang, dengan masing- konflik dan integrasi yang telah terjalin
masing lokasi sejumlah 60 orang. Dari 60 antar dua komunitas tersebut.
responden untuk masing-masing lokasi itu Pada tahap pertama data dikumpulkan
lalu dibagi lagi ke dalam dua kelompok melalui angket dan skala. Pada skala ini,
Afkaruna 70
pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan tentang aspek wawasan, tiga (3) item tentang
dalam sebuah daftar diberi lajur-lajur jawaban aspek sikap dan (3) item tentang aspek
yang tingkat-tingkat kebenarannya perilaku. Sehingga pada tahap ini
ditetapkan oleh skala (alternatif) yang keseluruhan pernyataan berjumlah 90 item.
menyertai pertanyaan itu.30 Ketiga, kesembilan puluh butir itu
Sebagaimana disebutkan di atas, skala sebagian merupakan item yang favourable
digunakan untuk mengetahui kualitas (bila dijawab setuju maka nilanya maksimal
konflik dan integrasi. Skala yang dipakai dan bila dijawab tidak setuju maka nilanya
adalah skala Likert yang penyusunannya minimal)) dan sebagian merupakan item
melalui tahapan-tahapan sebagai berikut.31 unfavourable (bila dijawab setuju maka
Pertama, pembuatan blue print yaitu cetak nilainya minimal dan bila dijawab tidak
biru yang diabstraksikan dari konstruk setuju maka nilainya maksimal). Item-item
teoritis yang dipilih. Mengacu pada defenisi favourable adalah item no. 10, 11, 12, 13, 14,
Ogburn dan Nimkoff32 bahwa integrasi 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 26, 28, 29, 30, 34,
melalui beberapa tahap yaitu akomodasi, 35, 36, 37, 38, 39, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,
kerjasama, koordinasi dan asimilasi. Masing- 53, 56, 57, 58, 61, 62, 64, 65, 70, 72, 74, 75,
masing fase itu juga memiliki beberapa 76, 79, 81, 82, 84, 86, 88, 89, 90. Dan selain
indikasi. dan dengan menggabungkan nomor-nomor itu berarti item unfavourable.
indikasi-indikasi itu maka dapatlah penulis Dengan urutan kerja seperti itu maka
ambil sepuluh indikasi dari suatu pola diperoleh sembilan puluh item skala kualitas
hubungan sosial yang disebut integrasi itu. integrasi. Kesembilan puluh item itulah yang
Kesepuluh indikasi integrasi itu yang diminta diisikan oleh responden dengan cara
kemudian menjadi kisi-kisi dalam memilih salah satu dari tiga alternatif
penyusunan skala integrasi adalah: (1) tidak jawaban yaitu: S=Setuju, R=Ragu-ragu,
memasalahkan adanya perbedaan-perbedaan, TS=Tidak Setuju.
(2) munculnya usaha-usaha adaptasi, (3)
hadirnya kompromi dan toleransi, (4) adanya Metode analisis data
kerja bersama, (5) adanya reaksi yang sama Untuk menguji hipotesis, teknik analisis
terhadap suatu kejadian, (6) munculnya data yang digunakan adalah analisis statistik
pembagian kerja, (7) berkembangnya dengan teknik analisis
solidaritas, (8) adanya kerjasama yang telah 1) Uji-t untuk hipotesis 1 dan 2
berllangsung lama, (9) adanya harapan- 2) Analisis Variansi 1-Jalur untuk hipotesis 3.
harapan dan kesediaan untuk bekerjasama, 3) Korelasi Product Moment untuk menguji
dan (10) mengakhiri kebiasaan-kebiasaan hepotesis 4 dan 5.
lama atau adanya pengalaman-pengalaman Semua tes ini dibantu program komputer
bersama yang baru. SPS Sutrisno Hadi dan Seno Pamardiyanto.
Kedua, berdasarkan cetak biru tersebut
dikembangkan pernyataan-pernyataan (items) HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
yang relevan untuk setiap indikasi itu. Setiap Deskripsi Data
indikasi penulis rumuskan sembilan (9) item Sebagaimana dikemukakan sebelumnya
yang masing-masing terdiri dari tiga (3) item bahwa subyek penelitian ini sebanyak 180
Afkaruna 72
pemeluk Islam. 33,3% pemeluk Kristen terjadi pada situasi mayoritas (26,9%).
kurang ada kerjasama, kurang solider dan Sedangkan prosentase kualitas integrasi tinggi
kurang memeiliki harapan dan kesediaan terjadi pada situasi minoritas. Keadaan ini
untuk bekerjasama serta kurang memiliki berarti bahwa 26,9% kelompok etnis dalam
pengalaman bersama yang baru dengan situasi mereka sebagai mayoritas masih agak
pemeluk Islam. memasalahkan perbedaan-perbedaan yang
Sebaliknya komunitas Islam memiliki ada antara mereka dengan kelompok etnis
kualitas integrasi tinggi lebih besar (23%) bila lain, kurang berusaha beradaptasi, kurang
dibandingkan dengan komunitas Kristen berkompromi dan kurang memiliki toleransi
(4,8%). Keadaan ini berarti bahwa 23% terhadap kelompok etnis lain itu. Sejumlah
pemeluk Islam di lokasi penelitian betul-betul 26,9% dari kelompok etnis sebagai mayoritas
tidak lagi memasalahkan perbedaan- kurang ada kerjasama, kurang solider dan
perbedaan yang ada antara mereka dengan kurang memiliki harapan dan kesediaan
orang Kristen, selalu berusaha beradaptasi, untuk bekerjasama serta kurang memiliki
berkompromi dan memiliki toleransi pengalaman bersama yang baru dengan
terhadap pemeluk Kristen. Ini juga berarti kelompok etnik lain.
23% pemeluk Islam memiliki banyak Sementara itu prosentase kualitas integrasi
pengalaman bekerjasama, solidaritas dan tinggi terjadi pada situasi suatu kelompok
harapan serta kesediaan untuk bekerjasama etnik berposisi sebagai minoritas di suatu
serta memiliki pengalaman bersama yang kelompok (28,9%). Data ini membuktikan
baru dengan pemeluk Kristen. bahwa pada situasi sebagai minoritas,
Namun demikian, sebagian besar pemeluk kelompok etnik tertentu betul-betul tidak lagi
agama (Islam 64,3% dan Kristen 61,9%) memasalahkan perbedaan-perbedaan yang
memiliki kualitas integrasi sedang. Ini artinya ada antara mereka dengan kelompok etnik di
adalah bahwa sebagian besar pemeluk agama luar kelompok etnik mereka, selalu berusaha
di wilayah penelitian tidak memasalahkan beradaptasi, berkompromi dan memiliki
perbedaan-perbedaan yang ada antara toleransi terhadap mereka. Ini juga berarti
mereka yang berbeda agama, berusaha 28,9% kelompok etnik itu memiliki banyak
beradaptasi, berkompromi dan memiliki pengalaman bekerjasama, solidaritas dan
toleransi terhadap pemeluk agama lain. Ini harapan serta kesediaan untuk bekerjasama
juga berarti bahwa sebagian besar pemeluk serta memiliki pengalaman bersama yang
agama ada kerjasama, solider dan memiliki baru dengan kelompok etnik di luar mereka.
harapan dan kesediaan untuk bekerjasama Karena prosentase terbesar ada pada
serta memiliki pengalaman bersama yang kategori kualitas integrasi sedang (63,5 %
baru dengan komunitas agama di luar agama untuk situasi mayoritas, 67,4 % untuk situasi
mereka. seimbang dan 60,5 % untuk situasi minoritas)
maka ini berarti bahwa antar kelompok etnik
e. Kualitas integrasi dan mayoritas-seimbang- Dayak dan etnik Madura pada umumnya
minoritas tidak lagi memasalahkan perbedaan-
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa perbedaan yang ada antara mereka. Mereka
prosentase kualitas integrasi rendah terbesar berusaha beradaptasi, berkompromi dan
Afkaruna 74
g. Kualitas integrasi dan tingkat pendidikan berarti bahwa secara umum subyek penelitian
Data yang terrekam dari angket penelitian tidak lagi memasalahkan perbedaan-
ini menunjukkan bahwa prosentase kualitas perbedaan yang ada antara mereka. Mereka
integrasi rendah terbesar terjadi pada tingkat berusaha beradaptasi, berkompromi dan
pendidikan tinggi (24%), Keadaan ini berarti memiliki toleransi terhadap orang yang tidak
bahwa 24% subyek penelitian yang berada seagamaawa. Ini juga berarti mereka
pda tingkat pendidikan tinggi masih agak memiliki banyak pengalaman bekerjasama,
memasalahkan perbedaan-perbedaan yang memiliki solidaritas dan harapan serta
ada antara mereka dengan kelompok etnis kesediaan untuk bekerjasama serta memiliki
lain, kurang berusaha beradaptasi, kurang pengalaman bersama yang baru dengan
berkompromi dan kurang memiliki toleransi komunitas di luar etnis mereka.
terhadap kelompok etnis lain itu. Sejumlah
24% dari subyek penelitian yang adalah h. Kualitas integrasi dan status sosial ekonomi
mereka yang berpendidikan tinggi juga Data yang terrekam dari angket penelitian
kurang ada kerjasama, kurang solider dan ini menunjukkan bahwa prosentase kualitas
kurang memiliki harapan dan kesediaan integrasi rendah terbesar terjadi pada tingkat
untuk bekerjasama serta kurang memiliki ekonomi kuat (23,8%). Keadaan ini berarti
pengalaman bersama yang baru dengan bahwa 23,8% subyek penelitian yang berada
kelompok etnik lain. pada tingkat ekonomi kuat masih agak
Sedangkan prosentase kualitas integrasi memasalahkan perbedaan-perbedaan yang
tinggi terbesar terjadi pada situasi tingkat ada antara mereka dengan kelompok etnis
pendidikan menengah (27,8%). Data ini lain, kurang berusaha beradaptasi, kurang
membuktikan bahwa subyek penelitian yang berkompromi dan kurang memiliki toleransi
tingkat pendidikannya menangahlah yang terhadap kelompok etnis lain itu. Sejumlah
betul-betul tidak lagi memasalahkan 23,8% dari subyek penelitian yang adalah
perbedaan-perbedaan yang ada antara mereka yang berstatus ekonomi kuat juga
mereka dengan kelompok etnik di luar kurang ada kerjasama, kurang solider dan
kelompok etnik mereka, selalu berusaha kurang memiliki harapan dan kesediaan
beradaptasi, berkompromi dan memiliki untuk bekerjasama serta kurang memiliki
toleransi terhadap mereka. Ini juga berarti pengalaman bersama yang baru dengan
27,8% dari subyek penelitian itu memiliki kelompok etnik lain.
banyak pengalaman bekerjasama, solidaritas Sedangkan prosentase kualitas integrasi
dan harapan serta kesediaan untuk tinggi terbesar terjadi pada situasi tingkat
bekerjasama serta memiliki pengalaman ekonomi menengah (19,8%). Data ini
bersama yang baru dengan kelompok etnik di membuktikan bahwa subyek penelitian yang
luar mereka. tingkat ekonominya menangahlah yang
Karena prosentase terbesar ada pada betul-betul tidak lagi memasalahkan
kategori kualitas integrasi sedang (80 % perbedaan-perbedaan yang ada antara
untuk yang berpendidikan dasar, 61,1 % mereka dengan kelompok etnik di luar
untuk yang berpendidikan menengah dan 60 kelompok etnik mereka, selalu berusaha
% untuk yang berpendidikan tinggi) maka ini beradaptasi, berkompromi dan memiliki
Afkaruna 76
tabel-tabel terlampir. penelitian ini tidak terbukti.
Data yang terrekam dari angket 5) Hipotesis kelima penelitian ini berbunyi
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara status
terdapat perbedaan kualitas integrasi yang sosial ekonomi dengan kualitas integrasi.
cukup signifikan (F= 4,465 dan p=0,013) Semakin tinggi status sosial ekonomi
antara kelompok mayoritas, seimbang dan semakin rendah kualitas integrasi.
minoritas. Masing-masing kelompok Untuk menguji hipotesis ini digunakan
memiliki mean berbeda: kelompok metode statistik Korelasi Produk Momen
mayoritas (216, 8269), seimbang ( 224, dengan dibantu program SPS Sutrisno
0625) dan minoritas (228,3158. Hadi dan Seno Pamardiyanto (1995) yang
Tetapi bila masing-masing kelompok hasilnya bisa dibaca pada tabel-tabel dalam
dibandingkan satu sama lain maka lampiran penelitian ini.
diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Dari hasil analisa data nampak bahwa
Pertama, kelompok mayoritas memiliki tidak terdapat hubungan negatif yang
perbedaan mean (-11,4889)) bila signifikan antara status sosial ekonomi
dibandingkan dengan kelompok dengan kualitas integrasi (r=0,012 dan p =-
minoritas. Perbedaan itu signifikan (p= 0,888). Dengan demikian hipotesa kelima
0,010). Kedua, bila kelompok seimbang penelitian ini juga tidak terbukti.
dibandingkan dengan kelompok mayoritas
maka perbedaan mean (7,2383) tidak KESIMPULAN
signifikan (p=0,131). Demikian juga halnya Karena penelitian ini bersifat kuantitatif,
bila kelompok seimbang dibandingkan maka pembahasan-pembahasan yang akan
dengan kelompok minoritas maka dilaklukan berangkat dari data-data
perbedaan mean (-4,2506) juga tidak kuantitatif sebagaimana terlihat pada
signifikan (p=0,548). deskripsi data dan uji hipotesis tersebut di
4) Hipotesis keempat penelitian ini berbunyi atas. Selanjutnya pembahasan akan
ada hubungan positif antara tingkat dilakukan pada dua tahap: pertama,
pendidikan dengan kualitas integrasi. pembahasan terhadap hipotesis penelitian
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang tidak terbukti yang meliputi hipotesis ke
semakin tinggi pula kualitas intgerasi. empat (tidak ada hubungan yang signifikan
Untuk menguji hipotesis ini digunakan antara tingkat pendidikan dengan kualitas
metode statistik Korelasi Produk Momen integrasi) dan hipotesis kelima (tidak ada
dengan dibantu program SPS Sutrisno hubungan yang signifikan antara status sosial
Hadi dan Seno Pamardiyanto yang ekonomi dengan kualitas integrasi). Kedua,
hasilnya bisa dibaca pada tabel-tabel dalam eksplorasi terhadap data dan hipotesis
lampiran penelitian ini. penelitian yang mendapatkan verifikasi
Dari hasil analisa data terbukti bahwa empiris di lapangan.
tidak terdapat hubungan positif antara 1. Hubungan tingkat pendidikan dengan
tingkat pendidikan dengan dengan kualitas integrasi
kualitas integrasi (r= -0,148 dan p =-0,086). Dugaan bahwa semakin tinggi tingkat
Dengan demikian hipotesa keempat pendidikan seseorang akan diikuti oleh
Afkaruna 78
Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa 12
. David Jary & Julia, Collins Dictionary of Sociology…, hlm.
315.
etnis Madura memiliki rerata kualitas 13
. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta:
integrasi lebih tinggi dibanding etnis Dayak? Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Jawaban terhadap pertanyaan ini nampak Indonesia, 1993) hlm. 141.
14
.Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern,
jelas dengan melihat data yang (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1990), hlm. 181.
terdeskripsikan dalam variabel kepemelukan 15
.David L. Shills (ed.), International Encyclopedia of Social
agama. Pada kategori kualitas integrasi Sciences, (New York: The MacMillan Company and The
Free Press, 1972) hlm. 382.
rendah, pemeluk agama Islam terbukti 16
Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan
memiliki proporsi lebih kecil (15,7%) Sosial, (Bandung: Binacipta, 1979).
17
.Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi…, hlm. 123-126;
dibanding pemeluk Kristen (33,3%).
Kaare Svalastoga, Diferensiasi Sosial, (Jakarta: Bina
Sebagaimana juga halnya pada kategori Aksara, 1989) hlm. 98-99.
kualitas integrasi tinggi, proporsi pemeluk 18
.Paul B. Horton & Hunt, Chester L., Sosiologi, (Jakarta:
Airlangga, 1992) hlm. 60.
Islam (20%), jauh lebih besar dibanding 19
. Parameswara Krishnan, Critical Sociology: Essays in
proporsi pemeluk Kristen (4,8%). Honour of Arthur K. Davis, (Delhi: B.R. Publishing
Dengan demikian data empiris penelitian Corporation, 1995) hlm. 34.
20
. Paul B. Horton & Hunt, Chester L., Sosiologi…, hlm. 60-61.
ini membuktikan bahwa variabel agama 21
. Yusuf Bangura, The Search for Identity: Ethnicity, Religion
memegang peranan penting dalam and Political Violence, Makalah ke-6 World Summit for
menentukan tingkat integrasi dan konflik Social Development, Kopenhagen, 1995.
22
. Masri Singarimbun, “Hak Ulayat Masyarakat Daerah.”
dari hubungan antar etnis Dayak dengan Makalah disampaikan pada Seminar Kebudayaan
etnis Madura. Dayak, Pontianak, 1992. hlm. 56.
23
. Thomas Hylland Eriksen, Ethnicity and Naturalism.
Anthropological Perspective, (Colorado: Pluto Press
CATATAN AKHIR London Boulder, 1993) hlm.12.
1
. Koentjaraningrat, Masalah Kesukubangsaan dan Integrasi 24
. Hendro Suroyo Sudagung, “Pembinaan bangsa dan
Nasional, (Jakarta: UI-Press, 1993) hlm. 12-9. Karakter Bangsa Melalui Hubungan Antar Suku Bangsa”
2
. Karel Steenbrink, Kawan Dalam Pertikaian: Kaum Kolonial dalam Proyeksi, Universitas Tanjung Pura, 1987, hlm.
Belanda dan Islam di Indonesia (1596-1942), (Bandung: 79; Ichlasul Amal & Armaidy, Armawi (ed.), Sumbangan
Mizan, 1995) hlm. 217 Ilmu Sosial Terhadap Konsepsi Ketahanan Nasional,
3
. Karel Steenbrink, Kawan Dalam Pertikaian…, hlm. 211. (Yogyakarta: Gadjahmada University Press, 1996) hlm.
4
. Roland Robertson, Agama: Dalam Analisa dan Interpretasi 140.
Sosiologis, (Jakarta: Rajawali Pers, 1995) hlm. 220. 25
. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi…, hlm. 139.
5
. Anthony Giddens, Human Societies A Reader, (Cambridge: 26
. Edgar F. Borgotta, Encyclopedia of Sociology..., hlm. 962.
Polity Press, 1992) hlm. 162. 27
Andito (ed.), Atas Nama Agama: Wacana Agama Dalam
6
. Anshari Thayib, dkk. (ed.), Hak Asasi Manusia dan Dialog “Bebas” Konflik, (Bandung: Pustaka Hidayah,
Pluralisme Agama, (Surabaya: Pusat Kajian Strategi dan 1998) hlm. 359.
Kebijakan (PKSK), 1997), hlm. 207-208. 28
. Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi…, hlm. 135-136.
7
. Retnowati, Agama, Konflik dan Integrasi Sosial 29
. Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial,
(Rekonsiliasi Islam dan Kristen Pasca Kerusuhan (Jakarta: Rajawali Pers, 1999) hlm. 23.
Situbondo), tesis tidak diterbitkan pada Program Studi 30
.Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar,
Sosiologi, Program Pasca Sarjana UGM, 2000. Metoda, Teknik, (Bandung: Tarsito, 1989) hlm. 185.
8
.Retnowati, Agama, Konflik dan Integrasi Sosial …, hlm. 31
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial…, hlm
102-104 143
9
.S. Sinansari Ecip, Menyulut Ambon: Kronologi Merambatnya 32
. Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi…, hlm. 124
Berbagai Kerusuhan Lintas Wilayah di Indonesia, 33
.Sutrisno Hadi & Pamardiyanto, Seno, Seri Program
(Bandung: Mizan 1999) hlm.5 Statistik, (Yogyakarta: Universitas Gadjahmada, 1997).
10
. M. Atho’ Mudzhar, Pendekatan Studi Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998) hlm. 203-226.
11
. David Jary & Julia, Collins Dictionary of Sociology, DAFTAR PUSTAKA
(Glasgow: Harper Collins, 1991) hlm. 315. Ali, A. Mukti, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia,