You are on page 1of 12

Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat

Vol. 19 No.1 2019


e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Analisis Kondisi Sanitasi Dengan Keberadaan Bakteri Coliform Pada Daging Sapi
Di Pasar Terong Kota Makassar
1 2
Wahyuni Sahani dan Indah Rahmana Nasir
unisahani@gmail.com
1.2
Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar
ABSTRACT

Meat is a common source of pathogenic germs that can be transmitted to humans through a transfer pathway.
Meat is an excellent medium for the growth of Coliform bacteria which is an indicator of sanitation. The purpose of this study
was to determine the sanitary conditions with the presence of Coliform bacteria in beef in the City of Makassar Eggplant
Market which includes conditions of the place of sale, equipment, and hygiene of traders. This type of research used
observational research with a descriptive approach of 12 beef samples. The results showed that the value of the overall
variable effort to condition beef sales is 100% in bad criteria. The value of the overall effort variable The condition of beef
seller equipment is 58% in the bad criteria, and the hygiene condition of the cattle trader the value of the overall variable
50% is included in the bid criteria. And the presence of Coliform bacteria in beef from 12 beef samples and 1 sample of clean
water which was examined with the results of bacterial contamination> 2400 colonies/gram that did not meet the
requirements. If referred to by Indonesian National Standard No. 7338 of 2009, the results of the examination did not meet
the requirements. It was concluded that the condition of market sanitation with the presence of Coliform bacteria in beef in
Makassar City's Eggplant Market does not meet the requirements and supervision from the Health Office regarding the
importance of hygiene and sanitation of traders related to the bacteriological quality of beef in Makassar City's Eggplant
Market.

Keywords: Sanitation Conditions, Beef, Coliform Bacteria

ABSTRAK

Daging adalah sumber umum kuman patogen yang dapat ditularkan ke manusia melalui suatu jalur
pemindahan.Dagingmerupakan media yang sangatbaikuntukpertumbuhanbakteriColiform yang merupakan indikator dalam
sanitasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi sanitasi dengan keberadaan bakteri Coliform pada daging
sapi di Pasar Terong Kota Makassar yang meliputi kondisi tempat penjualan, peralatan dan higiene pedagang.Jenis
penelitian yang digunakan penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif dari 12 sampel daging sapi Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai dari keseluruhan variabel upaya kondisi tempat penjualan daging sapi adalah 100%
dalam kriteria buruk. Nilai dari keseluruhan variabel upaya Kondisi peralatan penjual daging sapi adalah 58% dalam kriteria
buruk, dan kondisi higiene pedagang sapi nilai dari keseluruhan variabel 50% termasuk dalam kriteria buruk. Serta
keberadaan bakteri Coliform pada daging sapi dari 12 sampel daging sapi dan 1 sampel air bersih yang diperiksa dengan
hasil cemaran bakteri >2400 koloni/gram yang tidak memenuhi syarat. Apabila dirujuk dengan Standar Nasional Indonesia
No. 7338 Tahun 2009, maka hasil pemeriksaan tidak memenuhi syarat. Disimpulkan bahwa kondisi sanitasi pasar dengan
keberadaan bakteri Coliform pada daging sapi di Pasar Terong Kota Makassar tidak memenuhi syarat dan perlu dilakukan
pengawasandari Dinas Kesehatan tentang pentingnya hygiene dan sanitasi pedagang terkait kualitas bakteriologis daging
sapi di Pasar Terong Kota Makassar.

Kata Kunci :Kondisi Sanitasi, Daging Sapi, Bakteri Coliform

PENDAHULUAN kita makan bukan saja harus sehat dan


Sanitasi pasar merupakan sebagian beratap mempunyai bentuk yang menarik, aman dalam
dan sebagian tidak beratap ditunjuk dengan arti tidak mengandung mikroorganisme dan
keputusan DPRD dimana pedagang–pedagang bahan kima yang dapat menyebabkan penyakit
berukumpul untuk memperdagangkan dan atau gangguan kesehatan akan tetapi harys
menjual barang-barang dagangan. Adapun pula higienes.
yang harus diperhatikan dalam sanitasi pasar Daging adalah sumber umum kuman
ialah : letak, gedung, fasilitas-fasilitas dan patogen yang dapat ditularkan ke manusia
tempat penjualan. (Suparlan, 2012). melalui suatu jalur pemindahan. Binatang yang
Menurut World Health Organization (WHO), disembelih dapat saja mengandung penyakit,
makanan adalah semua substansi yang atau memang sudah sakit, atau daging dapat
dibutuhkan oleh tubuh tidak termasuk air, obat- tertular kuman patogen pada waktu
obatan, dan substansi-substansi lain yang penyembelihan, pengolah di rumah potong atau
digunakan untuk pengobatan. Air tidak pengangkutan (Cecep, 2015). Daging
termasuk dalam makanan karena merupakan merupakan sumber protein yang
elemen hang vital bagi kehidupan manusia. baikbagikesehatan. Daging segar jika tak
(WHO, dalam Budiman, 2014). Makanan yang

50
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.1 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

ditangani dengan baik bisa tercemar bakteri hamparan tempat penjualan relatif sama
yang berbahaya bagi kesehatan. (homogen).
Daging merupakan media yang sangat baik 4. Pengumpulan data
untuk pertumbuhan bakteri Coliform.Jenis Sumber data terdiri dari 2 yaitu data
Enterobacter dengan Eschericia dan Klebsiella primer yang diambil secara langsung oleh
disebut kelompok bakteri Coliform yang peneliti dan data sekunder beberapa
merupakan indicator dalam sanitasi. Bakteri referensi baik artikel-artikel, jurnal, penelitian
Coliform dalam jumlah tertentu dapat menjadi sebelumnya, buku maupun literatur yang
indicator suatu kondisi yang bahaya dan lain yang dianggap dapat mendukung teori
adanya kontaminasi bakteri patogen (Balia dkk, yang ada serta dianggap memiliki
2013). keterkaitan dengan penelitian.
Berdasarkan dari uraian-uraian diatas maka Pengumpulan data dilakukan
penulis tertarik melakukan penelitian mengenai dengan menggunakan metode observasi
“Analisis Kondisi Sanitasi Dengan Keberadaan dan pengambilan sampel daging sapi.
Bakteri Coliform Pada Daging Sapi Di Pasar
Terong Kota Makassar”. 5. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan
BAHAN DAN METODE menggunakan tabel beserta
1. Lokasi Penelitian: pembahasannya dan disimpulkan dengan
Lokasi penelitian dilakukan di Jalan menggunakan menggunakan Skala
Terong, Wajo Baru, Kecamatan Bontoala, guttman, Microsoft excel, dan Microsoft
Lokasinya diapit dua jalan protokol yakni, word.
Jalan Urip Sumihardjo dan Jalan Masjid
2
Rayayang memiliki luas tanah 16.368 m HASIL
2
dan luas bangunan 27.000 m .Sedangkan
untuk pemeriksaan sampel dilakukan di 1. Usia
Kampus Jurusan Kesehatan Lingkungan. Tabel. 5.1
2. Desain dan Variabel Penelitian Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Adapun jenis penelitian yang Penjual Daging Sapi Di Pasar Terong Kota
digunakan adalah penelitian observasional Makassar
dengan pendekatan deskriptif, dimana NO. USIA JUMLAH %
variabel bebas dan variabel terikat 1. 17-26 3 25
dibandingkan secara bersamaan guna tahun
mengetahui hubungan anatara variabel – 2. 27-36 4 34
variabel tersebut. tahun
Adapun variabel penelitian pada 3. 37-46 5 41
penelitian ini terdiri dari 3 variabel. Yaitu tahun
variabel bebas yang terdiri dari tempat
Jumlah 12 100
penjualan, peralatan, higiene pedagang,
variabel terikat yaitu bakteri coliform pada Sumber : Data Primer Mei 2018
daging sapi, serta variabel pengganggu
2. Jenis Kelamin
yaitu air bersih dan proses pengangkutan.
Tabel. 5.2
3. Populasi dan Sampel
Distribusi Responden Jenis Kelamin Penjual
Adapun populasi dalam penelitian
Daging Sapi Di Pasar Terong Kota Makassar
ini adalah semua penjual daging sapi yang
NO. JENIS JUMLAH %
berjumlah 60 penjual dari 6 los tempat
KELAMIN
penjual dan 54 hamparan di pasar
terongKota Makassar. 1. Perempuan 0 0
Sampel dalam penelitian ini 2. Laki-Laki 12 0
sebagian dari populasi yang berjumlah 12 Jumlah 12 100
sampel dimana dalam 1 los diambil 2
sampel menggunakan metode purposive Sumber : Data Primer Mei 2018
sampling dengan pertimbangan dan kriteria
tertentu yaitu: karena kondisi los dan

51
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.1 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

3. Tingkat Pendidikan 7. Bakteri Coliform


Tabel. 5.3 Tabel. 5.7
Distribusi Responden BerdasarkanTingkat Hasil Pemeriksaan Bakteri Coliform Pada
Pendidikan Penjual Daging Sapi Di Pasar Daging Sapi dan Air Bersih Di Pasar Terong
Terong Kota Makassar Kota Makassar
NO. TINGKAT JUMLAH % Daging Air Bersih
PENDIDIKAN No. Kriteria Juml Juml
1. SD/MI 1 9 % %
ah ah
2. SMP 3 25 Tidak
1. Memenuhi 12 100 1 100
3. SMA/SMK/MA 5 41 Syarat
4. Perguruan 3 25 Memenuhi
2. 0 0 0 0
Tinggi Syarat
Jumlah 12 100 Total 12 100 1 100
Sumber : Data Primer Mei 2018 Sumber : Data Primer Mei 2018

4. Kondisi Tempat Penjualan PEMBAHASAN


Tabel. 5.4 1. Kondisi Tempat Penjualan
Hasil Observasi Kondisi Tempat Penjualan Aspek yang mempengaruhi
Daging Sapi Di Pasar Terong Kota Makassar sanitasi pasar yaitu, air bersih, tempat cuci
tangan, pengolahan sampah, drainase,
binatang penular penyakit atau vektor,
NO. KRITERIA JUMLAH %
kualitas makanan dan bahan pangan, dan
1. Baik 0 0 desinfeksi pasar (Kepmenkes RI, 2008).
2. Buruk 12 100 Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan pada lokasi pasar terong kota
Jumlah 12 100 makassar pada bulan mei 2018, pada
Sumber : Data Primer Mei 2018 kondisi tempat penjualan daging sapi pada
12 penjual termasuk dalam kriteria buruk
5. Kondisi Peralatan menurut Kepmenkes RI, NO.
Tabel. 5.5 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang
Hasil Observasi Kondisi Tempat Peralatan Pedoman Penyelenggaran Pasar Sehat
Daging Sapi Di Pasar Terong Kota Makassar dengan persentase 100% kriteria
berdasarkan lembar observasi.Hal ini
disebabkan tempat penjualan berada pada
NO. KRITERIA JUMLAH %
sumber pencemaran terjadinya bakteri
1. Baik 5 42 pada daging sapi yang terjual.
2. Buruk 7 158 Kondisi los tempat penjualan
daging sapi sumber air yang digunakan
Jumlah 12 100 yaitu sumur bor. Berdasarkan hasil
Sumber : Data Primer Mei 2018 observasi yang telah dilakukan secara
keseluruhan pada semua los tidak tersedia
6. Kondisi Higiene Pedagang tempat cuci tangan, sehingga dari
Tabel. 5.6 banyaknya los tempat penjual daging
Hasil Observasi Kondisi Tempat Peralatan hanya beberapa los yang tersedia air
Daging Sapi Di Pasar Terong Kota Makassar yang mengalir tetapi tidak tersedia sabun
NO. KRITERIA JUMLAH % untuk kebersihan higiene penjual setelah
melakukan aktivitas menjual. Secara
1. Baik 6 50
bakteriologis telah dilakukan pemeriksaan
2. Buruk 6 50 di laboratorium diperoleh hasil jumlah
Jumlah 12 100 bakteri Coliform>2400 dalam jumlah 100
ml tidak sesuai dengan standar
Sumber : Data Primer Mei 2018 Permenkes No. 32 tahun 2017 yaitu untuk

52
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.1 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

syarat bakteriologi MPN Coliform yaitu 50 dengan modifikasi tempat penjualan


dalam jumlah per 100 ml. daging sapi.
Tempat penjualan untuk penjual Banyaknya penjualan daging sapi
daging sapi menggunakan meja yang dalam kriteria penilaian dari tempat
semua rata tinggi minimal 60 cm di atas penjualan hanya beberapa hamparan yang
lantai. Semua meja yang digunakan menggunakan alat karkas daging untuk di
terbuat dari bahan yang tahan karat. Meja gantung. Karkas merupakan daging sapi
yang digunakan setiap penjual ada yang yang bertulang. Karkas ini digantung
terbuat dari kayu dan sebagian dari tehel. dengan posisi terbalikseperti leher
Daging juga diletakkan di meja jualan dibawah sedangkan kaki diatas. Dilihat
sehingga bersentuhan langsung dengan dari kondisi pasar terutama kondisi
meja yang kotor. Namun sangat di penjualan daging sapi yang terlihat alat
sayangkan proes penyiapan daging di karkas daging yang digantung sangat
pasar terong kurang memperhatikan aspek banyak yang berkarat dan sangat kotor
santasi dan higienis, karena daging-daging sehingga kurangnya kebersihan dalam
yang dipersiapkan untuk dijual oleh penjual memelihara alat karkas daging tersebut
disimpan dengan suhu ruangan yang memudahkan vektor dan binatang lainnya
lembab juga mengakibatkan bakteri mudah yang menjadi faktor menurunnya kualitas
tumbuh dan menyebabkan kerusakan daging yang digantung.
daging. Faktor yang menyebabkan adanya
Faktor yang menyebabkan adanya mikroorganisme pada sampel daging sapi
mikroorganisme pada sampel daging sapi yaitu kondisi tempat penjualan dekat
yaitu kondisi tempat penjualan, dimana dengan sumber pencemaran yang tidak
berada disekitar lokasi yang dapat menjadi tersedia tempat sampah tertutup. Hanya
pencemar pada saat menjual daging sapi. tempat sampah yang terbuka dan tidak
Lokasi yang masih rawan bencana alam kedap air sehingga terdapat vektor
seperti banjir, setiap kali hujan deras, penularan penyakit yaitu lalat yang dapat
lantai dasar pada bangunan pasar terong memungkinkan penularan penyakit seperti
akan tergenang air, genangan air juga diare. Selain itu memudahkan lalat yang
dapat menjadi tempat perkembangbiakkan berasal dari tempat sampah maupun dari
vektor penyakit. Kondisi tempat penjualan saluran limbah yang terbuka dan saluran
perlu diperhatikan keamanannya karena limbah lainnya yang berasal dari limbah
dapat menyebabkan kontaminasi terhadap penjualan bahan pangan yang basah
daging. Meja yang terbuka dan tidak di terlihat tergenang dan sangat kotor yang
tutup setelah digunakan sangat kotor dekat dengan tempat penjualan tersebut
sehingga vektor dan binatang pengganggu memudahkan kecoa dan lalat hinggap
dengan mudah keluar masuk melalui got terbang di permukaan daging.
dan naik di atas meja penjualan daging. Pada saat observasi terlihat
Hanya dengan air, penjual membersihkan kondisi tempat penjualan terdapat vektor
meja tersebut dan daging disimpan begitu dan binatang pengganggu dengan tempat
saja. Sehingga pihak pasar perlu untuk perindukannya di sekelilling lokasi tempat
melakukan upaya dengan memperbaiki penjualan tersebut mulai dari lalat, kecoa
tempat penjualan daging sapi seperti dan tikus karena pada los maupun
membuat los atau hamparan dalam kondisi hamparan penjual daging tidak
rapat dan tertata rapi, sehingga terhindar menggunakan pintu yang dapat membuka
dari sumber pencemar antara tempat dan menutup sendiri atau tirai plastik untuk
penyimpanan daging dan tempat menghalangi binatang penular penyakit
penyimpanan peralatan agar dapat yang dapat memungkinkan penularan
meminimalisir pencemaran yang ada penyakit.
melihat lokasi penjual daging sapi yang Hasil observasi yang dilakukan
dekat dengan sumber pencemaran. oleh penulis sejalan dengan penelitian
Dengan demikian vektor, debu atau asap yang dilakukan oleh Jasmadi dkk (2014),
dari sumber pencemar lain dapat dihindari menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan
jumlah bakteri Coliform pada sampel

53
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.1 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

daging dari pasar tradisional pekanbaru Pada hasil observasi menunjukkan


menunjukkan dari 6 sampel yang diperiksa kondisi peralatan penjual daging dari 12
tidak ada yang memenuhi syarat sampel penjual, 5 penjual termasuk dalam
berdasarkan Standar Nasional Indonesia kriteria baik dengan persentase 42%. 7
2
(SNI) Nomor 7388:2009 yaitu 1×10 penjual termasuk dalam kriteria buruk
MPN/g. Hal tersebut dikarenakan oleh dengan persentase 58% menurut
kondisi tempat penjualan yang masih Kepmenkes RI, NO.
kurang memperhatikan aspek kondisi 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman
sanitasi dan higienis pasar baik dari segi penyelenggaran pasar sehat dengan
tempat penjualan bahan pangan, persentase 50%. Kriteria penilaian kondisi
peralatan, higiene penjual serta suhu dan peralatan berdasarkan lembar observasi
kelembaban yang mempengaruhi kualitas (terlampir).
daging sapi sehingga perlu mendapat Hal tersebut dapat disebabkan oleh
perhatian baik dari penjual itu sendiri beberapa faktor seperti proses pencucuian
maupun petugas terkait untuk peralatan. Dari semua penjual daging sapi
meminimalisir tingkat cemaran mikroba. yang ada di pasar terong menggunakan alat
Hal ini sesuai dengan penelitian penulis, pemotong talenan yang terbuat dari kayu
dimana tempat penjualan daging sapi, yang kedap air. Talenan yang digunakan
peralatan, dan higiene penjual penyebab mudah dibershikan setelah menjual.
tingginya jumlah cemaran bakteri Coliform Talenan yang digunakan dibersihkan
pada daging sapi. dengan air yang tidak mengalir tanpa
Penelitian tersebut selain menggunakan sabun dan tidak dikeringkan
dipengaruhi oleh sumber pencemaran dari dengan lap bersih. Hanya saja sebagian
tempat penjualan, hal ini juga dapat pedagang menggunakan talenen yang meja
mempengaruhi padasaat proses penjualannya terbuat dari tehel. Pedagang
pengangkutan.Dimana pada saat proses daging di pasar tersebut lebih memilih
pengangkutan diduga daging sapi tersebut memotong daging langsung dimeja yang
sebelumnya telah tercemar bakteri terbuat dari papan. Air yang digunakan
Coliform pada saat berada di Rumah hanya berasal dari air yang ditampung
Potong Hewan. sehingga daging yang dalam ember untuk mencuci tangan dan
dibawa ke pasar tersebut telah peralatan seperti pisau, talenan dan meja
terkontaminasi bakteri Coliform yang penjualan dengan penggantian air bilasan
sangat banyak dengan kondisi tempat yang sudah kotor. Pencucian peralatan yang
penjualan yang tidak memenuhi kriteria digunakan harusnya dicuci dengan air yang
baik berdasarkan hasil observasi. mengalir yang cukup dan menggunakan
2. Kondisi Peralatan sabun atau detergen.
Kondisi pasar serta tata laksana Dilihat pada saat pengambilan
pemasaran sangat berpengaruh terhadap sampel pada bulan mei, sebagian penjual
timbulnya kontaminasi berbagai agen daging memotong daging langsung di meja
penyakit baik bakteri, virus, jamur maupun yang terbuat dari tehel maupun yang dari
parasit. kayu. Hal ini menunjukkan bahwa peralatan
Dalam penjualan maupun pemotong daging yang seharusnya bersih
pengolahan makanan, peralatan yang telah tercemar bakteri. Adanya proses
digunakan harus memenuhi persyaratan penyediaan daging di pasar terong ini yang
agar aman dan tidak menimbulkan bahaya kurang memperhatikan aspek sanitasi dan
bagi kesehatan. higiene sangat beresiko terjadi kontaminasi.
Sumber penularan penyakit dan Pengalas pemotong daging atau talenan
penyebab terjadinya keracunan makanan tercemar akibat kurang kesadaran penjual
yang tidak memenuhi syarat higiene untuk menjaga higienitas peralatan daging.
peralatan. Peralatan yang tidak bersih dan Peralatan yang tidak dicuci sebelum
mengandung mikroorganisme dapat berjualan hal tersebut dapat mengakibatkan
menularkan penyakit melalui peralatan bakteri dan kotoran yang menempel di
dalam proses pengolahan makanan. talenan masih tertinggal, terlebih lagi
(Mundiatun dan Daryanto,2015). beberapa penjual yang meninggalkan

54
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.1 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

talenan yang digunakan di tempat jualan Kriteria penilaian berdasarkan


padahal tempat tersebut sanitasinya masih lembar observasi peralatan mudah
kurang baik sehingga sangat rentan dibersihkan, tetapi peralatan tidak dicuci
terkontaminasi oleh bakteri. menggunakan air yang mengalir dan sabun
Alat karkas daging yang digunakan jika dikaitkan dengan hasil pemeriksaan
terlihat sudah berkarat, kotor dan sangat laboratorium pada pemeriksaan bakteri
tidak layak digunakan lagi. Daging yang Coliform pada daging sapi dan air bersih di
digantung begitu saja terlihat dekat dengan pasar terong kota makassar, dari 12 penjual
tempat perindukkan vektor dan binatang daging sapi di pasar terong 12 sampel
pengganggu lainnya yang berasal dari atap daging sapi tidak memenuhi syarat dan 1
plafon yang terbuka dengan kondisi sampel air bersih tidak memenuhi syarat.
bangunan yang lama. Akan tetapi sebagian Hal tersebut tidak memenuhi syarat
penjual masih mereka gunakan seperti yang karena secara umum kebersihan peralatan
dijelaskan pada observasi kondisi tempat kurang diperhatikan sehingga
penjualan bahwa kurang nya kesadaran mempengaruhi kualitas bakteriologis daging
penjual untuk membersihkan setelah dipakai sapi.
untuk mengganti karkas daging yang lainnya Hasil penelitian ini sejalan dengan
untuk digantung. penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Pada alat pemotong seperti pisau Ahriani, Yuliana (2012), menunjukkan
yang digunakan semua penjual gunakan bahwa dari kedua belas sampel usap alat
tidak berkarat. Beberapa penjual berulang makan makanan lammang menunjukkan
kali mencuci tangan tanpa memperhatikan jumlah kuman yang melebihi dari standar
kebersihan air. Kebersihan pisau belum berdasarkan Kepmenkes RI No.
tentu dikatakan bersih karena hanya tidak 715/Menkes/SK/V/2003 Tentang higiene
berkarat, akan tetapi kontaminasi bakteri sanitasi jasa boga (Peralatan makanan yaitu
2
dalam air pada pisau yang digunakan saat 100 koloni/cm ) hal ini disebabkan oleh
dicuci menjadi faktor adanya cemaran beberapa faktor diantaranya pencucian air,
bakteri karena saat pencucian peralatan penyimpanan peralatan disimpan dilemari
tidak menggunakan sabun atau detergen. yang tidak rapat serangga, tikus dan juga
Hanya dengan air yang ditampung dalam terkotaminasi dengan debu. Ini sesuai
wadah, penjual menucuci tangan dan dengan penelitian penulis, dimana
mencuci pisau yang mereka gunakan pencucian peralatan dan penyimpanan
dengan cara bersamaan bukan dengan air peralatan pada penjualan daging sapi
yang mengalir sehingga dapat menjadi penyebab tingginya jumlah
mengakibatkan kontaminasi silang sehingga cemaran mikroba pada daging tersebut.
bakteri dapat berpindah kedalam daging 3. Kondisi Higiene Pedagang
sapi. Higiene pada pedagang sangat
Dari banyaknya penjual daging sapi berpengaruh terhadap keamanan pangan,
hanya beberapa penjual yang menggunakan agar bahan pangan tidak tercemar. Higiene
alat pendingin untuk menyimpan daging penjual mempengaruhi kualitas makanan
yang yang belum laku terjual. Alat pendingin yang ditangai, higiene yang buruk dapat
yang digunakan terlihat sudah lama, dilihat menyebabkan kontaminasi mikrobiologis
dari kondisi fisik lemari es sudah tidak layak pada makanan, karena penjamah makanan
digunakan karena kotor, bau dan berkarat. merupakan sumber utama dan potensial
Kurangnya kesadaran penjual untuk dalam kontaminasi makanan perpindahan
membersihkan alat pendingin tersebut mikroorganisme.
sehingga sangat mempengaruhi kondisi Higiene sebagai ilmu pengetahuan
daging. Jika tidak ada fasilitas pendinginan, dasar mengenai kesehatan, haruslah
daging harus habis pada hari memepertimbangkan keberadaaan
penyembelihan. Jika tidak memungkinkan lingkungan dimana manusia dan hewan
habis pada hari yang sama, daging harus tinggal satu kesatuan. Observasi lingkungan
disajikan pada suhu dingin (4°C) yang dimaksud. Kemudian diikuti penetapan
(PerkaBPOM, 2015). sejumlah aturan-aturan yang sesuai
sehingga dapat mempertahankan dan

55
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.1 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

meningkatkan kesehatan umum serta dapat harinya dapat menjadi sarang bakteri yang
mencegah penyebaran penyakit. dapat berpindah ke dalam daging sapi yang
Hasil observasi menunjukkan bahwa diperjualbelikan.
kondisi higiene pedagang daging sapi dari Pedagang juga harus memakai
12 sampel, 6 penjual termasuk dalam sepatu yang memadai dan selalu dalam
kriteria baik dengan persentase 50% dan 6 keadaan bersih. Dari semua pedagang
penjual termasuk dalam kriteria buruk daging sapi menggunakan sepatu boot pada
dengan persentase 50%. Pada 1 penjual saat bekerja. Dilihat dari kondisi sanitasi
dengan persentase 43% dan 5 penjual pasar yang kurang baik dilihat dari lantai
dengan persentase 29% menurut pasar yang licin dan jalanan yang becek
Kepmenkes RI, NO. penggunaan sepatu boot dilakukan terutama
519/MENKES/SK/VI/2008 tentang pedoman untuk kebersihan individu mencegah
penyelenggaran pasar sehat dengan terjadinya kutu air pada kaki.
persentase 60%. Kriteria penilaian kondisi Kontaminasi juga ditularkan melalui
higiene pedagang berdasarkan lembar tangan, karena tangan bersentuhan
observasi (terlampir). langsung dengan bahan pangan. Dari
Pada saat observasi dilakukan, usia semua pedagang daging sapi pada saat
produktif pedagang daging sapi yaitu usia observasi, penjual tidak ada yang
17-26 tahun sebanyak 3 orang (25%), 27-36 menggunakan sarung tangan saat menjual.
tahun sebanyak 4 orang (34%), 37-46 tahun Sudah menjadi kebiasaan para pedagang
sebanyak 5 orang (41%). Sedangkan tidak menggunakan sarung tangan untuk
berdasarkan jenis kelamin (100%) lebih memotong dan memegang daging saat
didominasi oleh pedagang laki - laki yaitu menjual secara langsung sehingga
sebanyak 12 orang. Menurut Yulia (2018) kontaminasi dapat berasal dari tangan
usia produktif dan jenis kelamin setelah memegang benda lain atau mencuci
mempengaruhi kinerja seseorang. tangan dari pembilasan air peralatan yang
Kemampuan lebih mampu mencapai kinerja sudah kotor sehingga bakteri dengan mudah
yang bagus. Jenis kelamin juga menempel pada daging yang ingin dijual.
berhubungan dengan ketelitian, kebersihan, Dari keseluruhan penjual daging
dan kerapian dalam bekerja. Perempuan sapi yang menjadi sampel hanya ada
cenderung lebih teliti dalam hal kebersihan beberapa penjual yang merokok pada saat
dan kerapian sehingga dapat menerapkan menjual. Kebiasaan dan perilaku manusia
atau melaksanakan higiene dan sanitasi yang ada di saat memasuki wilayah pasar
dalam pengelolaan makanan dan bahan dengan kondisi pasar yang sangat kotor dan
pangan. bau sehingga penjual dan pembeli meludah
Peroleh hasil yang tidak memenuhi sembarangan. Hal ini merupakan kebiasaan
syarat disebabkan oleh beberapa faktor tidak sehat. Maka dari itu, disarankan
diantaranya yaitu pedagang daging yang kepada penjual dan pembeli menggunakan
tidak memperhatikan kebersihan individu, masker penututp mulut dalam menjual dan
dari hasil observasi yang telah dilakukan, membeli daging agar dapat mengurangi
pada umunya penjual daging tidak menjaga kontaminasi yang ada di lingkungan pasar
kebersihan tangan dari pengamatan yang tersebut (Jasmadi, dkk. 2014).
dilakukan terlihat penggunaan celemek saat Pencucian tangan merupakan salah
berjualan juga masih kurang baik karena satu faktor higiene yang ikut berpengaruh
beberapa penjual masih ada yang tidak dengan terjadinya kontaminasi pada suatu
menggunakan celemek. Bahkan ada yang makanan. Semua pedagang daging selalu
tidak memakai baju saat menjual. Pedagang mencuci tangan dengan air dan sabun
daging sapi ini juga menggunakan celemek setelah menjamah barang jualannya yaitu
sebagai lap tangan yang terlihat kotor, dan daging sapi. Tetapi saat pedagang selesai
tidak mencuci celemek yang mereka menjual daging, pendagang melakukan cuci
gunakan untuk bekerja setiap hari. Hal tangan dengan air dan sabun di salah satu
tersbut sangat rentan terhadap kontaminasi kamar mandi yang ada di pasar terong. Hal
silang pada bakteri, karena celemek yang ini didasarkan karena masih ada pedagang
kotor terlebih lagi yang tidak dicuci setiap yang mencuci tangan tidak memakai sabun

56
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.1 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

ditempat penjualan daging sapi yang ada dominan berpengaruh terhadap kontaminasi
hanya tersedia air yang disimpan didalam Salmonella adalah higiene pedagang daging
ember pada saat berjualan. ayam potong.
Menurut Tamaroh dalam Rizsa 4. Kualitas Bakteriologis Daging Sapi
(2015), faktor terpenting pada keamanan Hasil Pemeriksaan laboratorium bakteri
pangan adalah penjamah makanan. Coliform pada daging sapi di pasar terong
Penjamah makanan yang berpendidikan Kota Makassar dari 12 penjual daging sapi
rendah akan melaksanakan tugasnya di pasar terong Kota Makassar semua tidak
dengan mengandalkankebiasaan yang memenuhi syarat dengan jumlah >2400
dimilikinya tanpa mengetahui alasan yang koloni/gram. Hasil tersebut tidak memenuhi
benar dalam melatarbelakangi tindakannya. persyaratan menurut Standar Nasional
Berdasarkan hasil observasi yang Indonesia (SNI) NO.7388 Tahun 2009
telah dilakukan dapat diketahui bahwa tentang batas maksimum cemaran mikroba
jumlah pedagang yang berpendidikan SD dalam pangan untuk bakteri Coliform adalah
2
sebanyak 1 orang (9%), SMP/Mts sebanyak 1×10 koloni/gram.
3 orang (25%), SMA/SMK/MA sebanyak 5 Berdasarkan hasil observasi yang
orang (41%), Perguruan Tinggi sebanyak 3 dilakukan oleh penulis hal tersebut
orang (25%). Hal ini menunjukan bahwa berhubungan dengan kondisi sanitasi pasar
pengetahuan dan sikap yang baik tidak yang menjadi penyebab tingginya cemaran
mendorong seseorang untuk berperilaku bakteri Coliform pada daging sapi. Tingginya
baik. Sehingga pada kenyataannya masih cemaran bakteri Coliform pada daging sapi
ditemukannya bakteri Coliform pada daging dipengaruhi dari tempat penjualan. Tempat
sapi yang disebabkan oleh higiene penjualan yang berada dilantai dasar dalam
penjamah yang buruk. basemant dengan kondisi lokasi yang kotor
Dari hasil observasi yang telah dengan jalanan yang becek karena
dilakukan, pada umumnya pedagang daging banyaknya genangan air dan sampah
sapi masih ada yang tidak menjaga sehingga menyebabkan adanya peluang
kebersihan tangan dari pengamatan yang vektor seperti lalat dapat bersarang dan
dilakukan pada pedagang daging terlihat mengontaminasi tempat penjualan.
sebagian penjual berkuku panjang dan tidak Kondisi peralatan juga merupakan
terjaga kebersihannya. Kebersihan tangan penyebab tingginya cemaran bakteri
terutama kuku, merupakan faktor yang Coliform pada daging sapi. Kondisi
sangat penting karena kuku dapat menjadi peralatan juga dapat mempengaruhi kualitas
tempat perkembangbiakkan bakteri yang bakteriologis. Sumber kontaminasi dalam
dapat menjadi media penularan bakteri pada penjualan yang menggunakan peralatan
saat menjual daging sapi. Hal ini disebabkan yang tidak dicuci dengan air bersih dan
karena kurangnya pengetahuan dan sabun, peralatan juga disimpan pada tempat
kesadaran dibidang kesehatan untuk terbuka hal ini yang menyebabkan bakteri
berperan aktif dalam mewujudkan derajat Coliform pada daging sapi tersebut tinggi.
kesehatan masyarakat sehingga perilaku Higiene penjual juga merupakan
hidup bersih dan sehat tidak diterapkan faktor penyebab tingginya cemaran bakteri
pada pasar terong. Coliform pada daging sapi tersebut.
Hal ini sejalan dengan penelitian Penjamah daging sapi yang kurang
yang telah dilakukan Asmorowati dkk (2014) mengetahui pentingnya hygiene dan sanitasi
hubungan higiene pedagang dan sanitasi dalam menjual bahan pangan seperti daging
dengan kontaminasi Salmonella pada sapi. Hasil observasi yang dilakukan penulis
daging ayam potong di pasar Banjaran dan bahwa masih banyak penjual daging sapi
pasar Trayeman Kabupaten Tegal yang kurang memperhatikan kebersihan
menunjukkan bahwa dua variabel yang ada perorangan, tidak memakai celemek, sarung
hubungan dengan kontaminasi Salmonella tangan, masker, dalam berjualan selalu
pada daging ayam potong di pasar Banjaran meludah sembarangan. Hal ini dapat
dan pasar Trayeman Kabupaten Tegal yaitu memicu tingginya cemaran bakteri Coliform
higiene pedagang dan sanitasi pedagang pada daging sapi (Arnia, 2013)
daging ayam potong. Variabel yang paling

57
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.1 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Tinggi rendahnya cemaran bakteri Namun, dari penelitian yang


Coliform yang terdapat pada daging sapi dilakukan tidak dilakukan uji statistik yang
dihasilkan tidak memenuhi syarat lebih mendalam untuk mengetahui
disebabkan karena kondisi peralatan dan hubungan antar variabel yang mungkin
hygiene penjual mempengaruhi kualitas sangat berkaitan dengan kualtitas
daging yang mereka jual ke konsumen bakteriologis pada daging sapi dikarenakan
terutama dalam segi bakteriologis yaitu penelitian ini bersifat dekriptif yang hanya
banyaknya jumlah cemaran bakteri karena berdasarkan pada gambaran umum saja
pada setiap langkah penjualan sangatlah 5. Kualitas Bakteriologis Air Bersih
mungkin menjadi sumber pencemaran Hasil Pemeriksaan laboratorium
bakteri pada daging sapi yang bakteri Coliform pada air bersih di pasar
diperjualbelikan. terong Kota Makassar dari 12 penjual
Selain dari pada kondisi peralatan daging sapi di pasar terong Kota Makassar
dan higiene sanitasi penjual mempengaruhi satu sampel air bersih yang diambil untukn
daging sapi. Pada saat pengangkutan dari dijadikan sampel yaitu tidak memenuhi
Rumah Potong Hewan pun sangat syarat dengan jumlah >2400 koloni/gram
mempengaruhi kualitas daging tersebut dalam jumlah 100 ml. Hasil tersebut tidak
karena pada saat proses pemotongan memenuhi persyaratan menurut Standar
kemungkinan daging sudah tercemar bakteri Permenkes No. 32 tahun 2017 yaitu untuk
Coliform yang dicampur dengan daging syarat bakteriologi MPN Coliform yaitu 50
yang belum habis terjual setelah di simpan dalam jumlah per 100 ml.
di lemari es untuk dijualkan kembali diatas Berdasarkan hasil observasi yang
meja tanpa menggunakan alas plastik. dilakukan, hal tersebut diketahui
Variabel penggangu dalam penelitian ini berhubungan dengan kondisi sanitasi pasar
juga terdapat pada saat proses yang merupakan penyebab tingginya
pengangkutan juga yang menjadi cemaran bakteri Coliform pada air bersih.
kontaminasi selama dalam penyimpanan. Tingginya cemaran bakteri Coliform pada air
Penyimpanan daging pada saat bersih salah satu penyebabnya dari tempat
pengangkutan di ambil menggunakan penjualan. Menurut (Nugroho, 2016),
keranjang yang terbuka dan daging meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan
dibungkus menggunakan kantong plastik penyakit tertentu secara langsung, akan
yang tidak steril. Kontaminasi (sewaktu tetapi keberadaannya di dalam sumber air
penyembelihan) dengan mikroba yang bersih menunjukkan tingkat sanitasi yang
berasal dari kotoran, kulit, rambut, alat-alat rendah.
penyembelihan, pekerja,air,udara, dan Sampel air yang dilakukan
lingkungan tempat penyembelihan Sehingga pemeriksaan merupakan sampel yang
mempengaruhi daging sapi apabila daging berasal dari sumur bor di salah satu milik
yang derajat kematangannya yang tidak pedagang yang dimana air tersebut
baik akan mudah menimbulkan penyakit bila digunakan. Air sumur bor tersebut dialirkan
dikonsumsi oleh konsumen. melalui kran yang ditampung dalam ember
Pada penelitian yang dilakukan oleh dengan kondisi ember yang belum diketahui
Arnia dan Efrida (2013) tentang identifikasi kualitas kebersihannya. Selain itu, kondisi
kontaminasi bakteri Coliform pada daging ember yang tidak tertutup dapat menjadi
sapi segar yang dijual di pasar sekitar kota peluang kontaminasi bakteri. Air yang
Bandar Lampung, menunjukkan bahwa dari disalurkan melalui pipa ini sudah tercemar
14 sampel 1 diantaranya memenuhi syarat oleh bakteri akibat bangunan dan kondisi
dan 13 tidak memenuhi syarat hal ini pasar yang sudah lama tidak terawat
disebabkan oleh kondisi higiene dan sanitasi sehingga air sangat rentan tercemar dari
penjual daging sapi. Ini pun sejalan dengan sumber pencemaran lain. Dimana terlihat
penelitian yang dilakukan pada daging sapi tidak tersedianya drainase juga
di pasar terong Kota Makassar yang dari mengakibatkan air limbah merembes dan
hasil observasi ditemukan bahwa kondisi mempersempit lahan tempat penjualan
higiene penjual yang mempengaruhi adanya sehingga air yang dialirkan melalui pipa
cemaran mikroba pada daging tersebut. telah tercemar bakteri.

58
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.1 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Adanya jumlah atau kandungan bakteri dalam air mempengaruhi daging


bakteri yang terdapat pada sampel air sumur yang dijual mulai dari pencucian peralatan
bor kemungkinan besar disebabkan oleh sebelum memotong daging, kebersihan
jarak antara sumur dengan jamban kurang meja untuk penyimpanan daging dan
dari 10 meter. Kondisi saluran pembuangan higiene penjual itu sendiri.
air limbah mampet dan kurang memadai.
Walaupun disini tidak adanya PENUTUP
pengaruh jarak septic tank terhadap jumlah 1. KESIMPULAN
bakteri Coliform, tetapi ada kemungkinan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
semakin lama jumlah bakteri Coliform akan dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan
semakin bertambah jika terjadi kebocoran sebagai berikut:
septic tank dan infiltrasi yang tinggi karena 1. Kondisi tempat pedagang daging sapi
disebabkan oleh gaya gravitasi serta kapiler termasuk dalam kriteria buruk terhadap
yang dapat mempengaruhi kecepatan , arah keberadaan bakteri Coliform pada
aliran, dan besaran air yang mengalir. Gaya daging sapi yang tidak memenuhi
gravitasi bersifat mengalirkan air secara syarat.
tegak lurus ke atas, ke bawah dan ke arah 2. Kondisi peralatan pedagang daging
horizontal sehingga mempengaruhi laju sapi termasuk dalam kriteria buruk
pencemaran bakteri. Oleh karena itu, terhadap keberadaan bakteri Coliform
diperlukan pengukuran bakteri Coliform pada daging sapi yang tidak memenuhi
secara berkala. syarat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan 3. Kondisi higiene pedagang sapi
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh termasuk dalam kriteria buruk terhadap
Riri Novita Sunarti (2015), menunjukkan keberadaan bakteri Coliform pada
bahwa dari 12 sampel menunjukkan positif daging sapi yang tidak memenuhi
MPN Coliform air sumur gali di RT. V syarat.
Kelurahan Padang Jati tidak memenuhi
persyaratan sesuai dengan Keputusan 2. SARAN
Menteri Kesehatan Nomor :
907/MenKes/SK/VII/202 tentang 1. Kepada para pengelola pasar
persyaratan dalam air minum. Sehingga air hendaknya memperhatikan kondisi
minum yang berasal dari 12 sumur gali fasilitas sanitasi pada los tempat
tersebut tidak layak untuk dikonsumsi oleh penjualandan hamparan agar dapat
masyarakat karena mengandung Coliform meminimalisir pencemaran yang ada.
sehingga mempunyai efek yang tidak baik 2. Bagi pedagang karkas daging
untuk kesehatan. Tetapi sejalan dengan menggunakan alat pelindung diri seuai
penelitian ini hal ini merupakan faktor yang dengan pekerjaannya (sepatu boot,
dapat menambah cemaran bakteri pada sarung tangan, celemek, penutup
daging. Pencemaran bakteri Coliform dapat rambut, dan lain-lain).
muncul dalam kondisi lingkungan yang 3. Perlu adanya pengawasan dari Dinas
lembab dan terbuka. Kondisi pasar yang Kesehatan tentang pentingnya hygiene
ramai dan dipadati masyarakat dan sanitasi pedagang terkait kualitas
mengakibatkan pertukaran udara menjadi bakteriologis daging sapi di pasar
tidak sehat disekitar pasar. Kontaminasi terong Kota Makassar.

DAFTAR PUSTAKA
Ahriani Yuliana. 2012. Studi Pengolahan dan Kualitas Bakteriologis Makanan Khas Lammanang Di
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Makassar : Poltekkes Makassar Jurusan
Kesehatan Lingkungan Makassar. (KTI tidak diterbitkan).

Anonim. 2013. Bahaya, dampak dan akibat infeksi bakteri E. Coli (Online)
http://www.tipscaraterbaik.com/bahayagejaladampak-bakteri-e-coli-terhadap-
kesehatan.html (Diakses pada pada tanggal 28 Desember 2017).

59
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.1 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Arnia dan Efrida. 2013. Identifikasi Kontaminasi Bakteri Coliform Pada Daging Sapi Segar yang
Dijual di Pasar Sekitar Kota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Universitas Lampung
ISSN 2337-3776 : Hal 43-50. (Online).
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/39 (Diakses pada tanggal 3
Desember 2017).

Asmorowati, dkk. 2014. Hubungan Higiene Pedagang dan Sanitasi Dengan Kontaminasi
Salomenella Pada Daging Ayam Potong. (Online). https://journal.
Unnes.ac.id/artikel_sju/ujph/3900 (Diakses 15 Juni 2018)

Badan Pusat Statistik Kota Makassar. 2016. Infalasi Kota Makassar. Sektor Perdagangan Pasar.
Makassar : Pemerintah Kota Makassar.

Badan Pusat Statistik Kota Makassar. 2017. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka Sulawesi
Selatan Provinsi in figure. Makassar.

Balia, dkk. 2013. Deteksi Coliform Pada Daging Sapi Giling Spesial yang Dijual di Hipermarket
Bandung (Online).Pustaka.unpad.ac.id. (Diakses24 Desember 2017).

Budiman Chandra. 2014. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Efri Malisa Dwi Putri. 2015. Hubungan Hygiene Sanitasi Dengan Kontaminasi Coliform Pada Air
Minum Isi Ulang Di Kecamatan Seberang Ulu 1 Kota Palembang Tahun 2015. (Online)
http://www.repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/2889 (Di akses pada tanggal
19 Desember 2017).

Erlani, dkk. 2011. Sanitasi Tempat-Tempat Umum dan Pariwisata. Makassar : Politeknik Kesehatan
Makassar Jurusan Kesehatan Lingkungan.

Erni Nurkhayani, STP, MSE. 2015.Pengawasan Kemanan Pangan Segar. Jakarta


Selatan:Kemenkes RI 2015

Hendraaty, H K. 2013. Pengemasan dan Penyimpanan Bahan Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Henny Krissetiana Hendrastu. 2013. Pengemasan dan Penyimpanan Bahan Pangan. Yogkarta :
Graha Ilmu

Jasmadi, dkk. 2014. Pravalensi Bakteri Coliform dan Escherichia coli Pada Daging Sapi yang di
Jual di Pasar Tradisional dan Pasar Modern Kota Pekanbaru. JOM FMIPA Volume 1 No. 2.
Hal 31-39. (Online).https://media.neliti.com/media/publications/183549-ID-prevalensi-
bakteri-coliform-dan-escheric.pdf (Diakses pada tanggal 6 Desember 2017).

Javaurora, 2011. Bakteri Coliform. (Online) https://erickbio.wordpress.com/2011/07/03/bakteri-


coliform/ (Diakses pada tanggal 28 Desember 2017).

Koes Irianto. 2013. Mikrobiologi Medis. Bandung : Alfabeta.

Mundiatun dan Daryanto. 2015. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gava Media.

Natalia, L.A. Bintari, S.H, dan Mustikaningtyas, D. (2014). Kajian Kualitas Bakteriologi Air Minum Isi
Ulang Di kabupaten Blora. Unnes Journal of Live Science. Vol.3. No. 1, 32-34. (Online).
https://journal.unnes.ac.id/artikel_sju/UnnesJLifeSci/2980 (Diakses pada tanggal 10 Januari
2018).

Nugroho Tristyanto. 2016. Uji Bakteriologi MPN Coliform dan Eschericia Coli pada Air Baku Kolam
Renang di Kota Malang. Malang : PT. Semesta Anugerah.

60
Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Vol. 19 No.1 2019
e-issn : 2622-6960, p-issn : 0854-624X

Nurul Amaliyah. 2017. Penyehatan Makanan dan Minuman – A. Yogyakarta : CV Budi Utama.

Nurwantoro, Ir dan Djarijah A S. 1997.Mikrobiologi Pangan Hewani-nabati. Yogyakarta: Kanisius.

Republik Indonesia. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


519/MENKES/SK/VI/2008. Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat.

Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 Tahun 2017
Tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air Untuk
Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Permandian Umum.

Riri Novita Sunarti. 2015. Uji Kualitas Air Sumur Dengan Menggunakan Metode MPN (Most
Probable Numbers).

Rizsa Puspita. 2015. Upaya Penjamah Makanan Dalam Menjaga Kualitas Ditinjau Dari Aspek Food
Safety. Yogyakarta : Gava Media.

Rohanta, dkk. 2016. Gizi Kuliner Dasar. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Siti Surasri. 1985. Prinsrip Sanitasi Makanan. Surabaya : Proyek Pengembangan Pendidikan
Tenaga Sanitasi Pusat.

Sri Rejeki. 2015. Sanitasi Hygiene dan K3. Bandung : Rekayasa Sains.

Standar Nasional Indonesia. 2009. Badan Standarisasi Nasional. Nomor : 7388:2009. Batas
Maksimum Cemaran Mikroba Dalam Pangan.

Sucipto D.C. 2015. Keamanan Pangan. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Supandi T dan Wardah. 2014. Mikrobiologi Pangan. Yogyakarta: CV ANDI

Suparlan. 2012. Pengantar Pengawasan Hygiene Sanitasi Tempat-Tempat Umum, Wisata


danUsaha-Usaha Untuk Umum. Surabaya : Percetakan DuaTujuh.

Suriawiria. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Air Secara Biologis. Bandung :
Alumni.

Winiati dan Nurwitri. 2012. Mikrobiologi Pangan. Bogor : IPB Press

Yulia. 2016. Higiene Sanitasi Makanan, Minuman Dan Sarana Sanitasi Terhadap Angka Kuman
Peralatan Makan Dan Minum Pada Kantin. Jurnal Vokasi Kesehatan. 2 (1): 56. (online).
http://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id. Diakses 20 November 2017.

61

You might also like